Anda di halaman 1dari 78

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian

kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif digunakan karena memaparkan dan

mendeskripsikan perubahan nilai-nilai dan perubahan bentuk yang ada pada rumoh

Aceh. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki

(Nazir, 2014).

Selain itu, metode deskriptif ini juga mengidentifikasi kedudukan fenomena

atau faktor dan melihat hubungan antar satu faktor dengan faktor lainnya (Nazir,

2014). Oleh karena itu penelitian deskriptif ini juga disebut studi kasus. Berdasarkan

pendapat pakar di atas, maka dalam penelitian ini akan mendeskripsikan perubahan

tata nilai dan perubahan bentuk fisik rumah tradisional Aceh dan menjelaskan

penyebab dari perubahan tersebut.

48

Universitas Sumatera Utara


49

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian didapatkan setelah melakukan kajian teoritis yang

berkenaan dengan penelitian. Berdasarkan kajian studi literature yang berkaitan

dengan perubahan budaya dan perubahan bentuk arsitektur tradisional diperoleh

beberapa indikator penting yang digunakan dalam menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan bentuk arsitektur tradisional akibat adanya perubahan nilai-

nilai budaya. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. nilai-nilai sosiokultural

2. tipologi/pola ruang

3. konfigurasi spasial

4. fungsi ruang

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat

inferensinya. Kawasan yang dipilih sebagai populasi harus mendukung dan

memenuhi kriteria sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya.

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang

telah ditetapkan. Sebuah populasi dengan individu tertentu dinamakan populasi finit,

sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap,

ataupun jumlahnya tidak terhingga disebut populasi infinit (Nasution, 2003). Dalam

Universitas Sumatera Utara


50

penelitian ini populasinya adalah rumah tradisional Aceh yang terdapat di Desa Blang

Baroh Kecamatan Glumpang Baro Kabupaten Pidie. Pada penelitian ini, jenis

populasinya dapat dikatakan sebagai populasi finit dikarenakan jumlah rumah pada

desa Blang Baro yang akan diteliti mempunyai jumlah yang pasti.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebahagian dari dari populasi yang dipilih dengan

menggunakan teknik tertentu sehingga diharapkan mampu mewakili populasinya

(Sugiarto, dkk, 2003). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling sering disebut juga

dengan sampling-sampling pertimbangan. Purposive sampling adalah tehnik

sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti memiliki pertimbangan-

pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk

menjadi penentuan tertentu (Ridwan, 2006).

Dalam penelitian kualitatif tujuan sampling bersifat internal (internal

sampling) artinya sampel tidak harus mewakili populasi atau tidak merumuskan

karakteristik populasi, tetapi harus bisa mewakili informasi yang mendalam dan

generalisasinya mengarah kepada generalisasi teoritis.

Universitas Sumatera Utara


51

Adapun kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Merupakan bangunan rumah tinggal kuno, berusia 50 tahun atau lebih.

b. Bangunan masih ditempati sebagai rumah tinggal yang di dalamnya masih

melakukan aktivitas.

c. Rumah berada di Kabupaten Pidie.

d. Bangunan masih terlihat asli secara fisik, walaupun adanya perubahan di

beberapa elemen.

e. Rumah yang diteliti masih menerapkan konsep pola ruang bangunan rumoh

Aceh yang asli, walaupun mengalami perubahan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di desa Blang Baroh Kecamatan

Glumpang Baro Kabupaten Pidie, terdapat sekitar 10 rumah tradisional Aceh yang

sudah mengalami perubahan. Dengan tehnik sampling yang dipilih adalah purposive

sampling, maka dari itu peneliti memutuskan jumlah sampel dalam penelitian ini

berjumlah 10 rumah.

3.4 Instrumen Penelitian

Alat paling utama dalam penelitian ini adalah interpretasi dari peneliti itu

sendiri, dimana data yang terkumpul diolah dan diproses dengan pengetahuan dan

latar belakang yang dimiliki oleh penulis. Selain itu peneliti juga perlu menyiapkan

peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan observasi dilapangan dan

wawancara seperti;

Universitas Sumatera Utara


52

1. Kamera digital

Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan betuk fisik rumoh

Aceh, baik yang masih asli atau yang sudah mengalami perubahan.

2. Alat pencatat/perekam

Alat perekam digunakan untuk mencatat dan merekam pada saat

wawancara dengan pemilik atau penghuni rumoh Aceh.

3. Alat ukur

Alat ukur digunakan untuk mengukur pada saat observasi langsung

sehingga memudahkan pada saat digambar kembali.

4. CAD (Computer Aided Design)

Aplikasi komputer CAD digunakan untuk menggambar kembali kondisi

eksisting rumoh Aceh yang diobservasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang cukup mengenai perubahan-perubahan yang

terjadi pada rumoh Aceh, maka peneliti harus mendata dan menggambar kembali

rumoh Aceh yang menjadi sampel pada penelitian ini yang sudah mengalami

penambahan ruang dan perubahan pada bentuk fisiknya. Adapun hal-hal yang perlu

dilakukan adalah seperti pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data

Data Data Yang dibutuhkan Metode Pengumpuan

Arsitektur Gambar denah, tampak dan Dengan mengobservasi


Tradisional potongan Rumah kondisi fisik dan
Rumoh Aceh Tradisional Aceh. menggambar kembali dalam
rangka untuk
mendokumentasikan.
Perubahan Tata Nilai yang berlaku Dengan metode studi
Tata Nilai pada Rumah Tradisional literature, wawancara dan
aceh dan perubahan yang observasi langsung ke
terjadi. lapangan.
Transformasi Gambar denah, tampak dan Dengan mengobservasi
/Perubahan potongan Rumah kondisi fisik dan
Bentuk Tradisional Aceh yang menggambar kembali
sudah mengalami perubahan perubahan yang terjadi pada
bentuk. Rumah Aceh saat ini dan
menyebar kuesioner.

Observasi ke objek penelitian dilakukan agar mendapatkan data primer dan

peneliti dapat melihat kondisi perubahan dari sampel secara langsung. Selain itu,

wawancara tidak terstruktur terhadap narasumber dilakukan untuk mengetahui opini,

persepsi dan pandangan pemilik rumah yang dijadikan sampel mengenai indikator-

indikator sebagai bahan tambahan dalam menganalisa penyebab dan tingkat

perubahan yang terjadi pada rumah mereka. Narasumber yang dipilih merupakan

pemilik rumah yang dijadikan sampel dan penduduk setempat yang telah tinggal di

Universitas Sumatera Utara


54

Pidie lebih dari 50 tahun yang memiliki pemahan dan pengetahuan mengenai rumoh

Aceh dan budaya-budaya yang ada pada rumoh Aceh.

3.6 Kawasan Penelitian

Setelah menentukan kriteria populasi dan sample untuk penelitian ini, maka

lokasi kawasan penelitian ditetapkan pada kawasan di Desa Blang Baroh Kecamatan

Glumpang Baro Kabupaten Pidie. Lokasi ini dipilih karena pada lokasi ini masih

banyak terdapat rumoh Aceh dan masih dapat dijumpai rumoh Aceh baik yang asli

maupun yang sudah dimodifikasi karena kebutuhan pemiliknya.

3.7 Metoda Analisa Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisa kualitatif dengan

metoda deskriptif-komparatif, yang memberikan deskripsi terhadap perubahan yang

terjadi dan apa saja faktor-faktor perubahan tata nilai dan perubahan bentuk fisik

rumoh Aceh di Pidie. Sebanyak 10 rumah dari desa Blang Baroh diambil sebagai

sampel yang ditetapkan berdasarkan kesesuaian dengan kriteria serta pemiliknya

adalah orang bersuku Bangsa Aceh dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai

rumoh Aceh. Perubahan nilai-nilai dan bentuk yang terjadi pada ke-10 sampel rumah

diteliti kemudian dibandingkan dengan arsitektur rumoh Aceh. Hasil yang diperoleh

dari data observasi lapangan dan studi literatur dibandingkan dengan arah

perbandingan kepada indikator yang ditetapkan sebagai variabel penelitian.

Pembandingan ini diarahkan kepada penemuan nilai-nilai sosiokultural, tipologi

rumah, konfigurasi spasial dan fungsi yang memperlihatkan kesamaan maupun

Universitas Sumatera Utara


55

perbedaan dengan rumoh Aceh yang dijadikan sebagai pedoman.

Kesimpulan kondisi perubahan nilai-nilai sosiokultural, tipologi ruang,

konfigurasi spasial dan fungsi ruang pada masing-masing periode perkembangan

akan disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan perubahan dan faktor-faktor

pembeda dengan rumoh Aceh yang dijadikan sebagai pedoman. Kemudian dari

kesimpulan tersebut dapat ditarik kesimpulan terkait;

1. Kondisi perubahan nilai-nilai dan bentuk pada rumoh Aceh dari 1900

hingga saat ini yang disajikan dalam bentuk tabel.

2. Komponen pembanding seperti nilai-nilai sosiokultural, tipologi ruang,

konfigurasi spasial dan fungsi ruang yang menunjukan perubahan dari

periode 1940 hingga sekarang juga disajikan dalam bentuk tabel.

Untuk menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor terjadinya perubahan

pada rumoh Aceh, hasil dari wawancara dengan narasumber juga digunakan sebagai

informasi tambahan yang dapat digunakan dalam menganalisa perubahan. Hasil dari

wawancara terebut dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pidie

Kabupaten Pidie berada pada sisi ujung barat pulau Sumatera Indonesia

terletak antara 04,30°–04,60° Lintang Utara; 95,75°–96,20° Bujur Timur dengan rata-

rata ketinggian 0.80 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Pidie mempunyai

sebuah ibu kota kecamatan yang dikenal dengan nama Kota Sigli. Kabupaten Pidie

memiliki batas wilayah Sebelah Utara dengan Selat Malaka, Sebelah Selatan dengan

Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya, Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya,

Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Besar (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Pidie


(wikipedia, 2016)

56

Universitas Sumatera Utara


57

Kabupaten Pidie terdiri dari 23 Kecamatan, 94 Kemukiman dan 730 Desa.

Kecamatan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Pidie adalah Batee, Delima,

Geumpang, Glumpang Tiga, Indra Jaya, Kembang Tanjong, Kota Sigli, Mila, Muara

Tiga, Mutiara, Padang Tiji, Peukan Baro, Pidie, Sakti, Simpang Tiga, Tangse,

Tiro/Truseb, Keumala, Mutiara Timur, Grong-Grong, Mane, Glumpang Baro dan

Titeue.

Jumlah penduduk di Kabupaten Pidie adalah 443.718 jiwa 117.592 KK,

dengan 220.917 jumlah jiwa penduduk laki-laki (49,78 %) dan 222.801 jiwa

perempuan (50,22 %). Jumlah penduduk tersebut terbasebar dalam 23 kecamatan

dengan penyebarannya sebagai berikut; Batee 20.405 Jiwa, Delima 22.986 jiwa,

Geumpang 6.657 jiwa, Glumpang Tiga 19.542 jiwa, Indra Jaya 24.987 jiwa,

Kembang Tanjong 22.561 jiwa, Kota Sigli 22.311 jiwa, Mila 10.221 jiwa, Muara

Tiga 19.367 jiwa, Mutiara 21.267 jiwa, Padang Tiji 23.575 jiwa, Peukan Baro 20.314

jiwa, Pidie 45.630 jiwa, Sakti 21.752 jiwa, Simpang Tiga 24.180 jiwa, Tangse 27.720

jiwa, Tiro/Truseb 8.298 jiwa, Keumala 10.468 jiwa, Mutiara Timur 36.451 jiwa,

Grong-Grong 7.018 jiwa, Mane 9.391 jiwa, Glumpang Baro 11.439 jiwa dan Titeue

7.178 jiwa.

Universitas Sumatera Utara


58

Luasan wilayah di Kabupaten Pidie ± 3.562,14 Km². Luasan tersebut terbagi

dalam beberapa peruntukan lahan seperti; Sawah 29.391 Ha, Pekarangan 9.175 Ha,

Tegalan/Kebun 26.857 Ha, Ladang/Huma 19.772 Ha, Padang Penggembalaan 16.194

Ha, Hutan Rakyat 23.782 Ha, Hutan Negara 81.448 Ha, Perkebunan 21.212 Ha,

Rawa-Rawa 2.128 Ha, Tambak 2.890 Ha, Tebat/Empang 162 Ha, Pemukiman 30.714

Ha, dan wilayah yang belum diupayakan 78.093 Ha.

4.2 Gambaran Umum Desa Blang Baro

Desa Blang Baro terletak pada 37 25’ 19.1 Lintang Utara, 122 05’ 06’ Bujur

Barat di Kabupaten Pidie tepatnya di Kecamatan Glumpang Baro, Kemukiman

Glumpang Payong. Desa Blang Baro dapat diakses dari jalan Negara Banda Aceh–

Medan dengan jarak sekitar 3 km dari simpang Glumpang Minyeuk. Desa Blang

Baroh memiliki karakter desa dengan kontur permukaan tanah datar. Hal ini

dikarenakan sebagian besar luas desa adalah persawahan dan lokasi desa lebih kearah

pesisir.

Desa Blang Baroh memiliki luas wilayah ± 88 Ha, Gampong Blang Baroh

termasuk dalam wilayah kemukiman Glumpang Payong, Kecamatan Glumpang Baro,

Kabupaten Pidie. Secara administrasi dan geografis gampong terbagi menjadi dusun

yaitu: Dusun Cut, Dusun Blang dan Dusun Balee.

Universitas Sumatera Utara


59

Gambar 4.2 Peta Batas Desa Blang Baroh


(googleearth, 2016)

Adapun batas-batas wilayah dari Desa Blang Baroh, Kemukiman Glumpang

Payong, Kecamatan Glumpang Baro, Kabupaten Pidie adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Unoe;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Sangget;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Meunasah Sagoe;

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Sukun Paku.

Universitas Sumatera Utara


60

Jumlah penduduk Desa Blang Baro saat ini berjumlah 532 jiwa dengan jumlah

kepala keluarga 139 KK. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani, sebahagian kecil berdagang dan sebagai pegawai negeri dikantor

pemerintahan. Desa Blang Baroh memiliki 3 Mushalla desa, 1 TPA (Taman

Pengajian Al-Qur’an) dan 5 WC umum.

4.2.1 Karakteristik kehidupan masyarakat

Adapun karakteristik kehidupan dari masyarakat di Gampong Blang Baroh

Kecamanata Glumpang Baro Pidie dijelaskan sebagai berikut;

a. Ekonomi

Mata pencaharian penduduk di Desa Blang Baroh yang paling dominan

adalah sebagai buruh tani sebanyak 78 orang. Selain itu masyarakat desa

juga beprofesi sebagai petani sebanyak 35 orang, buruh kasar 36 orang,

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang, dan pedagang 8 orang (Tabel 4.1).

Desa Blang baro ini tergolong dalam salah satu desa miskin dengan

swadaya masyarakat rendah.

Tabel 4.1 Penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2016

No Mata Pencaharian Jumlah


1 Buruh tani 78
2 Petani 35
3 Buruh Kasar 36
4 PNS 15
5 Pedagang 8

Universitas Sumatera Utara


61

b. Penduduk menurut komposisi jenis kelamin

Jumlah rumah tangga yang terdapat di Desa Blang Baro pada tahun 2016

adalah 139 rumah tangga. Desa Blang Baro memiliki jumlah penduduk 532

jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 226 jiwa atau 42% dan

jumlah penduduk perempuan 306 jiwa atau 58% dari jumlah penduduk

desa (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Penduduk berdasarkan komposisi jenis kelamin tahun 2016

No Penduduk Jumlah
1 Jumlah KK 139
2 Jumlah Penduduk 532
3 Laki-laki 226
4 Perempuan 306

c. Penduduk menurut Agama yang dianut

Mayoritas penduduk di desa Blang Baro menganut agama Islam yaitu

sebanyak 532 jiwa (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Jumlah persentase penduduk menurut agama tahun 2016

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Islam 532 100

Universitas Sumatera Utara


62

Sarana peribadatan yang terdapat di desa berupa 3 meunasah (mushalla)

yang terdapat di tiap-tiap dusun. Sedangkan Masjid hanya terdapat di

lokasi kecamatan Glumpang Baro. Sehingga untuk acara kegiatan

kegamaan yang sifatnya lebih besar diadakan di Mesjid kecamatan.

d. Penduduk menurut pendidikan

Kualitas sumber daya di desa Blang baro sangat beragam. Tingkat

pendidikan yang dimiliki penduduk desa mulai dari Sekolah Dasar (SD)

sampai tingkat Sarjana Starata Satu (S1). Tingkat pendidikan dominan

adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) 115 orang, Sekolah Menengah Atas 107

orang, Sekolah Menengah Pertama 35 orang, Diploma Dua (D2) 11 orang,

Diploma Tiga (D3) 15 Orang, Sarjana (S1) 20 orang dan pengangguran 43

orang (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2016

No Penduduk Jumlah
1 Sarjana (S1) 20
2 D3 (Diploma) 15
3 D2 (Diploma) 11
4 SMA/Sederajat 107
5 SMP/Sederajat 35
6 SD/Sederajat 115
7 Pengangguran 43

Universitas Sumatera Utara


63

e. Aspek Fisik Bangunan (Hunian)

Jumlah Rumah di desa Blang Baroh pada tahun 2016 sebanyak 75 rumah.

Jumlah tersebut terbagi dalam 25 unit rumah permanen, 40 unit rumah

semi permanen (beton/kayu) dan 10 unit rumah dari tepas bambu.

f. Lokasi Objek Penelitian

Lokasi penelitian pada Desa Blang baro terdapat pada ketiga dusun yang

ada di desa tersebut, yaitu Dusun Blang, Dusun Cut dan Dusun Balee.

Jumlah objek kajian tersebar dalam tiga dusun tersebut. Jumlah objek

kajian terdiri dari 10 objek rumoh Aceh yang sudah mengalami perubahan.

Adapun letak posisi dari objek kajian dapat dilihat dalam peta desa

(Gambar 4.3)

R7

R2
R1
R9 R8
R5
R3 R6

R4 R10

Gambar 4.3 Peta lokasi sampel


(Googlemaps, 2016)

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN DAN HASIL

5.1 Karakteristik Rumoh Aceh di Pidie

Karakteristik rumoh Aceh yang berkembang di Pidie khususnya Desa Blang

Baro mulai dari tahun 1940 hingga 2016 terbagi dalam tiga kategori. Perkembangan

rumoh Aceh terbagi sebagai berikut;

1. Tipe pertama (1940an)

Tipe modifikasi rumoh Aceh dengan susunan asli namun sudah menagalami

perubahan pada susunan ruang.

2. Tipe kedua (1990an)

Tipe modifikasi rumoh Aceh dengan susunan asli namun sudah mengalami

perubahan dengan penambahan ruang.

3. Tipe ketiga (2000an)

Tipe modifikasi rumoh Aceh yang susunan aslinya sudah mengalami perubahan

total.

Berikut adalah rumoh-rumoh Aceh yang terdapat didesa blang baroh yang

dijadikan sampel pada penelitian ini menurut periode perkembangannya (Tabel 5.1).

56

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 5.1 Rumoh Aceh sebagai Sampel


Deskripsi
Kondisi Rumah Keterangan
(Periode)
R1

Modifikasi Tipe 1 (Rohani)

R1 dan R2

Rumah Aceh dengan


susunan bentuk asli
namun sudah mengalami
modifikasi. Bentuk ini
merupakan model
modifikasi yg terjadi
pertama kali pada bentuk R2
rumoh Aceh.
(Karmiah)
Model rumah ini mulai
berkembang tahun
1940an.

Modifikasi Tipe 2

(R3, R4, R5, R6, R7,


R3
dan R8).
Razali

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Deskripsi
Kondisi Rumah Keterangan
(Periode)
R4
Rumah Aceh dengan
Isnaini
susunan bentuk asli
namun sudah mengalami
modifikasi dengan
penambahan ruang pada
bagian bawah dan
belakang rumah. kolong
rumah sebagian besar
sudah dimanfaatkan R5
sebagai ruang tambahan.
Kamariah
Model rumah ini mulai
berkembang tahun
1990an.

R6

Hj. Nuriah

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Deskripsi
Kondisi Rumah Keterangan
(Periode)

R7

Ilyas

R8

Yusuf

Abdullah

Modifikasi Tipe 3
R9
(R09 dan R10).
Arrahman
Rumah Aceh dengan bentuk
dan susunan yang sudah
berubah. Penambahan ruang
terjadi pada seluruh bagian R10
rumah. sebagian besar kolong
Amriani
rumah sudah tidak terlihat.
Model rumah ini mulai
berkembang tahun 2000an.

Universitas Sumatera Utara


60

5.2 Rumoh Aceh Tipe 1

Rumoh Aceh tipe 1 merupakan rumoh Aceh dengan bentuk dan susunan ruang

mengikuti rumoh Aceh asli. Bentuk rumoh Aceh masih terlihat dengan jelas. Menurut

ibu karmiah sang pemilik rumah tipe 1 ini, rumah tipe ini mulai berkembang sekitar

tahun 1940an (Gambar 5.1, dan 5.2). Rumoh Aceh tipe 1 ini masih menerapkan

susunan ruang asli seperti yang terdapat pada rumoh Aceh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu karmiah yang merupakan pewaris

pertama dari rumoh Aceh tersebut menyatakan bahwa, “pada masa itu masyarakat

cenderung membangun rumah seperti itu dan melakukan perubahan hanya

penambahan ruang pada susunan intinya saja”. Perubahan yang terjadi pada model

rumoh Aceh tipe 1 ini masih memperlihatkan konsep rumoh Aceh dengan jelas.

Elemen-elemen pada rumoh Aceh masih dapat dijumpai dengan mudah, salah satunya

konsep susunan ruang dan kolong rumah yang masih dipertahankan.

Model perubahan pada rumoh Aceh tipe 1 ini masih sangat sederhana.

Perubahan yang terjadi hanya pada penambahan ruang pada bagian dalam rumoh

Aceh. Material yang digunakan cenderung menggunakan material alami seperti kayu,

dikarenakan pada masa ini material kayu masih sangat mudah didapat. Selain itu,

penggunaan material alami dikarenakan juga pada masa ini perkembangan material

fabrikasi belum begitu dikenal oleh masyarakat Pidie pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara


61

Gambar 5.1 Rumoh Aceh R1 (Ibu Rohani)

Gambar 5.2 Rumoh Aceh R2 (Ibu Karmiah)


5.2.1 Nilai-nilai sosiokultural

Nilai–nilai sosiokultural yang terkadung pada rumoh Aceh tipe 1 ini masih

terjaga dengan baik. Menurut ibu karmiah, “pada masa ini (1900-1940an) ketentuan

adat dan norma Agama masih sangat ketat dijalankan oleh masyarakat”. Rumoh

Aceh R1 dan R2 yang berkembang cenderung masih menerapkan budaya-budaya

lama seperti:

Universitas Sumatera Utara


62

a. Upacara membangun dan mendiami rumah

Menurut ibu karmiah, rumah R1 dan R2 dibangun pada tahun 1900-

1940an. Pada saat proses membangun, upacara adat yang dilakukan adalah

sebagai berikut; upacara pengambilan bahan dan upacara mendirikan

rumah. Sementara saat bangunan telah selesai dan siap untuk ditempati

upacara yang dilakukan adalah upacara menempati rumah baru.

b. Kepemilikan rumah

Untuk kepemilikan rumah, berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik

rumah R1 dan R2, rumah R1 dan R2 masih mengikuti adat lama yaitu

rumah menjadi milik istri dan anak-anak perempuan.

Berdasarkan hasil kajian dilapangan dan didukung hasil wawancara dengan

pemilik didapati nilai-nilai sosiokultural yang masih diterapkan dan nilai-nilai

sosiokultural yang berubah (Tabel 5.2 ).

Tabel 5.2 penerapan nilai-nilai lama dan perubahan nilai-nilai pada rumah R1 dan R2
Nilai-nilai Sosiokultural yang masih
diterapkan
Nilai –nilai Sosiokultural
Objek Upacara adat
yang mengalami
Kajian membangun dan Kepemilikan
perubahan
menempati rumah
rumah
Rumah a. Upacara Kepemilikan Pada rumah R1 Belum ada
R1 pengambilan rumah masih milik Nilai-nilai lama yang
bahan istri dan anak berubah. Dikarenakan
perempuan sesuai penerapan nilai-nilai lama
dengan hokum adat masih terjaga dengan baik.
yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


63

Tabel 5.2 (Lanjutan)

Nilai-nilai Sosiokultural yang masih


diterapkan
Nilai –nilai Sosiokultural
Objek Upacara adat
yang mengalami
Kajian membangun dan Kepemilikan
perubahan
menempati rumah
rumah
b. Upacara saat
mendirikan
bangunan

c. Upacara
menempati rumah
baru
Rumah a. Upacara Kepemilikan Pada rumah R2 Juga belum
R2 pengambilan rumah masih milik ada Nilai-nilai lama yang
bahan istri dan anak berubah.
perempuan.
b. Upacara saat
mendirikan
bangunan

c. Upacara
menempati rumah
baru

5.2.2 Tipologi ruang

Bentukan ruang pada rumah R1 dan R2 tidak banyak mengalami perubahan.

Perubahan yang terjadi hanya penambahan ruang yang terdapat pada bagian

seuramoe likoet (belakang) (Gambar 5.3, dan 5.4).

Universitas Sumatera Utara


64

Gambar 5.3 3D Visual Rumoh Aceh R1

Gambar 5.4 3D Visual Rumoh Aceh R2

Pada rumah R1 dan R2 penerapan nilai-nilai lama masih diterapkan dalam

hal tata letak rumah, orientasi rumah masih mengikuti orientasi utara selatan dan

membujur timur barat seperti rumoh Aceh yang asli. Namun orientasi terhadap jalan

Universitas Sumatera Utara


65

yang membedakannya. Rumah R1 berada disisi barat jalan dan R2 berada disisi timur

jalan (Gambar 5.5, dan 5.6).

jalan

Gambar 5.5 Orientasi Rumoh Aceh R1 terhadap jalan

jalan

Gambar 5.6 Orientasi Rumoh Aceh R2 terhadap jalan

Pada rumah R1 panambahan ruang hanya untuk kamar anak perempuan.

Menurut hasil wawancara dengan ibu Rohani, penambahan ruang kamar khusus

untuk anak perempuannya dikarenakan anak perempuannya sudah berumur dewasa.

Universitas Sumatera Utara


66

Sehingga mereka membutuhkan kamar sendiri sebagai ruang privasi mereka.

Sedangkan pada rumah R2 penambahan ruang juga terjadi pada bagian seuramoe

likoet (belakang). Namun penambahan ruang hanya berupa ruang untuk penyimpanan

barang (gudang). Menurut ibu karmiah, penambahan ruang penyimpanan barang

(gudang) dimaksudkan untuk menyimpan alat-alat dapur dan peralatan berkebun.

Sehingga ruang seuramoe likoet (belakang) dapat lebih teratur dan dapat

dimanfaatkan sebagai ruang makan. Selain orientasi rumah, nilai-nilai lama yang

masih terjaga pada rumah R1 dan R2 adalah tidak adanya kamar tidur untuk anak

laki-laki didalam rumah serta peletakan toilet yang tidak menyatu dengan rumah. Hal

tersebut dapat dilihat dari bentuk denah rumah R1 dan R2 (Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Perubahan bentuk denah rumoh Aceh tipe 1

Denah eksisting Penambahan ruang Faktor Perubahan


Rumah R1

Penambahan ruang kamar


dikarenakan kebutuhan akan
ruang privasi bagi anak
perempuan.

Rumah R2
Penambahan ruang
penyimpanan (gudang) untuk
menyimpan alat2 dapur dan
peralatan perkebunan lainnya.
Sehingga ruang seuramoe
likoet lebih tertata dan rapi.

Universitas Sumatera Utara


67

5.2.3 Konfigurasi spasial

Rumoh Aceh tipe 1 masih menerapkan nilai-nilai konsfigurasi spasial seperti

pada rumoh Aceh asli. Nilai-nilai dari konsep suci pada rumoh aceh asli dengan

terdapat pemisahan antara kamar mandi/toilet dengan rumah induk masih diterapkan.

Pada rumah R1 dan R2, Kamar mandi/toilet masih ditempatkan pada bagian luar

rumah dan terpisah dari rumoh Aceh. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga

kesucian dari rumoh Aceh tersebut.

Penambahan ruang yang terjadi tidak merubah susunan ruang asli. Pembedaan

ruang antara ruang publik dan ruang privat masih sangat jelas terlihat pada

pembagian ruang-ruang rumah R1 dan R2. Ruang-ruang dibagi dalam tiga zona

besar, yaitu zona publik pada seuramoe keu (depan), zona suci pada seuramoe

teungoh (tengah) dan zona privat pada seuramoe likoet (belakang) (Gambar 5.7).

Gambar 5.7 Konfigurasi Spasial Ruang pada rumah Aceh tipe 1

Pada rumah R1 dan R2 batasan kegiatan antara kaum laki-laki dan kaum

perempuan masih terjaga dengan baik. Selain itu pada rumah R1 dan R2 letak kamar

tidur baik kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak perempuan masih ditempatkan

pada posisi lebih tinggi dari level lantai seuramoe keu dan seuramoe likoet. Hal

Universitas Sumatera Utara


68

tersebut dimaksudkan untuk menjaga nilai-nilai lama yang menempatkan posisi

kamar pada level yang lebih tinggi dari seuramoe keu dan seuramoe likoet.

5.2.4 Fungsi ruang

Untuk fungsi ruang pada rumah tipe 1 ini tidak banyak terjadi perubahan.

Nilai-nilai lama yang berkaitan dengan fungsi ruang seperti pada bagian seuramoe

reunyeun (tangga) masih terjaga. Pada bagian yup moh (kolong) pada rumah R1 dan

R2, posisi tangga masih berfungsi sebagai batasan kontrol sosial bagi tamu yang

bukan muhrim atau bukan keluarga dekat yang ingin berkunjung.

Pada rumah R1 dan R2 perubahan fungsi ruang hanya terjadi pada bagian

penambahan ruang yaitu pada seuramoe likoet. Sedangkan pada rumah R2 perubahan

fungsi ruang terjadi karena adanya penambahan ruang penyimpanan. Perubahan

ruang tersebut disebabkan karena adanya kebutuhan ruang privasi (rumah R1) dan

adanya perubahan aktivitas (rumah R2). Pada rumoh Aceh bagian seuramoe likoet

merupakan zona kegiatan kaum perempuan, sehingga penambahan kamar anak

perempuan dan ruang penyimpanan diletakkan pada bagian seuramoe likoet dari

rumoh Aceh (Tabel 5.4).

Table 5.4 Perubahan fungsi ruang pada rumah Aceh tipe 1

Penambahan Ruang Perubahan Fungsi ruang Sifat Ruang


1. Kamar tidur anak
Pada seuramoe likoet Ruang Privat
perempuan
2. Ruang penyimpanan Pada seuramoe likoet Servis

Universitas Sumatera Utara


69

Dari hasil analisa terhadap perubahan nilai-nilai sosiokultural, tipologi ruang,

konfigurasi ruang dan fungsi ruang pada rumah aceh tipe 1 maka diperoleh data

perubahan pada rumoh Aceh tipe 1 (Tabel 5.5).

Table 5.5 Kesimpulan perubahan nilai dan bentuk pada rumoh Aceh tipe 1

Aspek Perubahan Faktor


Sosiokultural Tidak terjadi perubahan Ketentuan Adat dan norma
Agama masih ketat. Sehingga
nilai-nilai budaya lama masih
terjaga.
Tipologi ruang Penambahan ruang: Kamar tidur (kebutuhan ruang
Kamar tidur privasi)
Ruang penyimpanan Gudang (keamanan dan
terlindungi)
Konfigurasi ruang Tidak terjadi perubahan Masih menerapkan pola
konfigurasi ruang pada rumoh
Aceh asli.
Fungsi ruang Perubahan fungsi ruang Dikarenakan Seuramoe likoet
seuramoe likoet: sebagai diperuntukkan sebagai ruang
kamar tidur (rumah R1) dan kegiatan kaum perempuan
ruang penyimpanan (rumah pada rumoh Aceh.
R2)

5.3 Rumoh Aceh Tipe 2

Rumoh Aceh tipe 2 merupakan rumoh Aceh dengan bentuk dan susunan ruang

yang sudah mengalami perubahan pada sebagian bangunan (Gambar 5.8-5.13).

Bentukan rumoh Aceh masih dapat terlihat. Modifikasi terjadi pada sebagian rumah,

baik itu susunan ruang dan bentuk dari rumah itu sendiri. Perubahan yang dilakukan

dengan penambahan ruang pada bagian bawah dari seurmoe likoet dan pada bagian

belakang dari rumah. Menurut pak Razali, sang pemilik dari rumah tersebut, model

seperti ini mulai berkembang ditahun 1990-an. Perubahan yang terjadi masih

Universitas Sumatera Utara


70

menggunakan material kayu dan ada juga yang sudah menggunakan penggunaan

material fabrikasi. Pada masa ini masyarakat baru mulai mengenal material fabrikasi

sebagai alternatif penggati material alam. Namun dikarenakan material alam yang

masih mudah dijumpai, masyarakat masih banyak yang mengggunakan material

alami.

Gambar 5.8 Rumoh Aceh R3 (Razali)

Gambar 5.9 Rumoh Aceh R4 (Kamariah)

Universitas Sumatera Utara


71

Gambar 5.10 Rumoh Aceh R5 (Isnaini)

Gambar 5.11 Rumoh Aceh R6 (Hj. Nuriah)

Universitas Sumatera Utara


72

Gambar 5.12 Rumoh Aceh R7 (Ilyas)

Gambar 5.13 Rumoh Aceh R8 (Yusuf)

5.3.1 Nilai-nilai sosiokultural

Nilai-nilai sosiokultural yang terkandung pada pada rumah R3, R4, R5, R6,

R7 dan R8 mulai mengalami perubahan. Menurut pak Razali, rumah tipe 2 ini mulai

berkembang pada tahun 1990an. Perkembangan yang terjadi pada masa ini sudah

mulai dipengaruhi oleh unsur-unsur modernisme namun masih menerapkan pola

hidup yang lama. Ketentuan akan nilai adat istiadat sudah mulai tidak terlalu ketat

Universitas Sumatera Utara


73

diterapkan dimasyarakat. Namun nilai-nilai lama masih diterapkan pada rumoh Aceh

R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 seperti berikut:

a. Upacara membangun dan mendiami rumah

Rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 berkembang pada tahun 1990an. Pada

saat proses membangun, upacara adat yang dilakukan hanya upacara pada

saat mendirikan rumah dan pada saat bangunan telah selesai dan siap

untuk ditempati upacara yang dilakukan adalah upacara menempati rumah

baru. Sementara upacara mengambil bahan dihutan pada rumah tipe 2 ini

sudah tidak dilakukan lagi. Hal tersebut dikarenakan material yang

digunakan pada saat membangun tidak lagi diambil dihutan melainkan

dibeli.

b. Kepemilikan rumah

Untuk rumoh aceh dengan perubahan tipe 2 ini yang berkembang pada

tahun 1990an, kepemilikan rumah masih mengikuti adat lama, dimana

rumah dan perkarangannya akan menjadi hak istri dan anak

perempuannya. Hal ini dikarenakan dalam adat istiadat masyarakat aceh

rumah tidak boleh di faraidhkan (hukum waris).

Berdasarkan hasil kajian dilapangan dan didukung hasil wawancara dengan

pemilik didapati nilai-nilai sosiokultural yang masih diterapkan dan nilai-nilai

sosiokultural yang berubah pada rumoh Aceh R4, R5, R6, R7 dan R8 seperti berikut

(Tabel 5.6).

Universitas Sumatera Utara


74

Tabel 5.6 Penerapan nilai-nilai lama dan perubahan nilai-nilai


pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8

Nilai-nilai Sosiokultural yang masih


diterapkan
Objek Upacara adat Nilai–nilai Sosiokultural yang
Kajian membangun dan Kepemilikan mengalami perubahan
menempati rumah
rumah
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan Pada rumah R3 Nilai-nilai lama
R3 mendirikan rumah masih milik mulai ada yang berubah.
bangunan istri dan anak perubahan terlihat dengan mulai
b. Upacara perempuan sesuai menghilangkan upacara adat
menaiki rumah dengan hukum adat saat pengambilan bahan dihutan
baru yang berlaku. juga sudah tidak dilaksanakan.
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan Pada rumah R4 Upacara
R4 mendirikan rumah masih milik pengambilan bahan dihutan
bangunan istri dan anak sudah tidak dilaksanakan.
b. Upacara perempuan.
menaiki rumah
baru
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan Pada rumah R5 Upacara
R5 mendirikan rumah masih milik pengambilan bahan dihutan
bangunan istri dan anak sudah tidak dilaksanakan.
b. Upacara perempuan.
menaiki rumah
baru
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan Pada rumah R6 Upacara
R6 mendirikan rumah masih milik pengambilan bahan dihutan
bangunan istri dan anak sudah tidak dilaksanakan.
b. Upacara perempuan.
menaiki rumah
baru
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan Pada rumah R7 Upacara
R7 mendirikan rumah masih milik pengambilan bahan dihutan
bangunan istri dan anak sudah tidak dilaksanakan.
b. Upacara perempuan.
menaiki rumah
baru

Universitas Sumatera Utara


75

Tabel 5.6 (Lanjutan)

Nilai-nilai Sosiokultural yang masih


diterapkan
Objek Upacara adat Nilai–nilai Sosiokultural yang
Kajian membangun dan Kepemilikan mengalami perubahan
menempati rumah
rumah
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan Pada rumah R8 Upacara
R8 mendirikan rumah masih milik pengambilan bahan dihutan
bangunan istri dan anak sudah tidak dilaksanakan.
perempuan.
b. Upacara
menaiki rumah
baru

5.3.2 Tipologi ruang

Penerapan nilai-nilai lama dalam kaitan dengan tipologi rumoh Aceh seperti

Orientasi pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 masih mengikuti orientasi utara

selatan dan membujur timur barat seperti pada rumoh Aceh yang asli. Namun

orientasi rumah terhadap jalan yang menunjukan adanya perbedaan. Hal ini

dikarenakan orientasi rumoh Aceh tidak berpedoman pada jalan namun berorietasi

pada arah kiblat. Rumah R3 berada disisi utara jalan, R4 berada disisi barat jalan, R5

berada disisi utara, R6 berada disisi barat, R7 berada disisi barat jalan dan R8 berada

disisi utara jalan. (Gambar 5.14-5.19).

Universitas Sumatera Utara


76

j
a
l
a
n

Gambar 5.14 Orientasi Rumoh Aceh R3 terhadap jalan

jalan

Gambar 5.15 Orientasi Rumoh Aceh R4 terhadap jalan

j
a
l
a
n

Gambar 5.16 Orientasi Rumoh Aceh R5 terhadap jalan

Universitas Sumatera Utara


77

jalan

Gambar 5.17 Orientasi Rumoh Aceh R6 terhadap jalan

jalan

Gambar 5.18 Orientasi Rumoh Aceh R7 terhadap jalan

j
a
l
a
n

Gambar 5.19 Orientasi Rumoh Aceh R8 terhadap jalan


Bentukan ruang pada rumoh Aceh tipe 2 ini mengalami perubahan yang tidak

terlalu signifikan, perubahan yang terjadi pada rumoh Aceh tipe 2 ini masih

sederhana dan tidak merubah konsep dari rumoh Aceh secara keseluruhan. Perubahan

Universitas Sumatera Utara


78

terjadi pada sebagian ruang-ruang pada rumah. Penambahan ruang yang terjadi

dengan menambahkan ruang seperti: kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang

kerja, dapur, ruang makan, gudang, kamar mandi/wc (Gambar 5.20-5.25). Hal

tersebut mulai menghilangkan konsep kolong dari rumah Aceh. Selain itu,

penambahan kamar tidur untuk anak laki-laki (R3, R4, R5, R6, R7 dan R8) juga

memperlihatkan adanya budaya lama pada rumoh Aceh yang mulai berubah.

Gambar 5.20 3D Visual Rumoh Aceh R3

Gambar 5.21 3D Visual Rumoh Aceh R4

Universitas Sumatera Utara


79

Gambar 5.22 3D Visual Rumoh Aceh R5

Gambar 5.23 3D Visual Rumoh Aceh R6

Universitas Sumatera Utara


80

Gambar 5.24 3D Visual Rumoh Aceh R7

Gambar 5.25 3D Visual Rumoh Aceh R8

Universitas Sumatera Utara


81

Menurut hasil wawancara dengan pak Ilyas, penambahan kamar tidur (R3,

R4, R5. R6, R7 dan R8) baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki

merupakan hal yang banyak dilakukan pada rumah aceh tipe 2. Selain karena jumlah

kamar yang ada tidak mencukupi untuk anggota keluarga, faktor kebutuhan akan

ruang pribadi juga menjadi faktor penambahan ruang kamar tidur. Sementara itu,

untuk penambahan ruang tamu dan ruang keluarga (R3 dan R5) menurut ibu Isnaini,

penambahan ruang tersebut dilakukan sebagai ruang untuk silaturrahmi dengan

tetangga dan saudara, selain itu dapat digunakan juga sebagai ruang komunikasi

keluarga dan digunkanan juga pada saat acara-acara keluarga.

Penambahan ruang kerja (R3) yang ditempatkan pada bagian seuramoe

teungoh, menurut pak razali, penambahan ruang kerja pada rumahnya harus ia

lakukan dikarenankan tuntutan pekerjaan beliau sebagai kepala desa di Desa Blang

Baroh. Sehingga warga bisa kapan saja menjumpai beliau jika berhubungan dengan

pemerintahan desa tanpa harus ke kantor desa. Penambahan ruang makan dan dapur

(R3, R4, R5. R6, R7 dan R8) menurut ibu kamariah, penambahan ruang makan dan

dapur dikarenakan adanya penyesuaian terhadap alat masak yang digunakan.

Pada tahun 1990an masyarakat sudah mulai menggunakan alat masak

menggunakan minyak (kompor) dan mulai meninggalkan kayu. Selain itu faktor

perabotan dan penggunaan alat-alat dapur lainnya juga menuntut pemilik ingin

dapurnya kelihatan bersih dan rapi. Oleh karena itu, penambahan ruang dapur dan

ruang makan dilakukan pada seuramoe likoet didalam rumoh Aceh. Berikutnya

penambahan kamar mandi/wc (R3, R4, R5. R6, R7 dan R8), menurut ibu Hj.

Universitas Sumatera Utara


82

Nuriah, penambahan kamar mandi/wc didalam rumah sangat membantu baginya

yang sudah berumur lanjut untuk mengakses kamar mandi sewaktu-waktu. Kamar

mandi/wc yang dibuat didalam rumah lebih aman dan terlindungi. Hal ini tentunya

berbeda dengan konsep rumoh Aceh asli yang menempatkan kamar mandi/wc diluar

rumah. Selain itu penambahan gudang (R4) menurut ibu kamariah, dikarenakan

aktivitas beliau sebagai petani sehingga banyak alat-alat pertanian yang

membutuhkan tempat untuk penyimpanan (Tabel 5.7).

Tabel 5.7 Perubahan bentuk denah rumoh Aceh tipe 2

Denah eksisting Penambahan ruang Faktor Perubahan

Rumah R3 (Razali) R.Tamu (ruang publik/


silaturahmi dengan kerabat dan
saudara ).
R.Keluarga (ruang berkumpul
dan acara-acara keluarga).
Kamar tidur (kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur dan
ruang makan (agar lebih
higienis). Km/Wc (kemudahan
akses).
Ruang kerja (aktivitas pemilik
sebagai seorang kepala desa)

Rumah R4 (Kamariah)
Kamar tidur (kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
R.Keluarga (ruang berkumpul
dan acara-acara keluarga).

Universitas Sumatera Utara


83

Tabel 5.7 (Lanjutan)

Denah eksisting Penambahan ruang Faktor Perubahan

Rumah R3 (Razali) R.Tamu (ruang publik/


silaturahmi dengan kerabat dan
saudara ).
R.Keluarga (ruang berkumpul
dan acara-acara keluarga).
Kamar tidur (kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur dan
ruang makan (agar lebih
higienis). Km/Wc (kemudahan
akses).
Ruang kerja (aktivitas pemilik
sebagai seorang kepala desa)

Rumah R6 (Hj.Nuriah)
Kamar tidur (kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
R.Keluarga (ruang berkumpul
dan acara-acara keluarga).

Rumah R7 (Ilyas) Kamar tidur (kebutuhan akan


ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan akses).

Universitas Sumatera Utara


84

Tabel 5.7 (Lanjutan)

Denah eksisting Penambahan ruang Faktor Perubahan

Rumah R8 (Yusuf)
Kamar tidur ( kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan akses).

5.3.3 Konfigurasi spasial

Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 2 ini mulai merubah penerapkan

sistem konfigurasi ruang pada rumoh Aceh asli. Pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan

R8 masih terlihat adanya perbedaan zona seuramoe keu (publik), seuramoe teungoh

(privat) dan seuramoe likoet (privat). Perubahan terjadi pada bagian bawah dari

seurmaoe likoet dan pada bagian belakang. Konsep kolong rumoh Aceh masih

terlihat pada rumah tipe 2 ini (Gambar 5.26).

Gambar 5.26 Konfigurasi ruang pada rumah Aceh Tipe 2

Universitas Sumatera Utara


85

Selain itu, perubahan nilai-nilai pada konfigurasi ruang terdapat pada

berubahnya nilai-nilai konsep suci pada rumoh aceh tipe 2 ini dengan menempatkan

kamar mandi/toilet kedalam rumah dan menyatu dengan rumah. Pada rumah R3, R4,

R5, R6, R7 dan R8 keseluruhannya sudah menempatkan kamar mandi/toilet dalam

rumah (Tabel 5.7). Hal ini tentu menjadi berbeda dengan konsep nilai pada rumoh

Aceh yang asli. Hal ini menjadi bahagian dari New Elemen (elemen baru) (Rapopor,

1990), yang terdapat pada perkembangan rumoh Aceh tipe 2 ini yang sudah

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Aceh saat itu.

5.3.4 Fungsi ruang

Untuk fungsi ruang pada rumah tipe 2 ini banyak terjadi perubahan. Nilai-

nilai lama yang berkaitan dengan fungsi ruang bawah seperti fungsi tangga pada-

bagian yup moh sudah tidak berfungsi sebagai kontrol sosial bagi tamu yang bukan

muhrim atau bukan keluarga dekat yang ingin bertamu. Fungsi tangga sebagai ruang

batasan kontrol sosial sudah berganti dengan adanya penambahan ruang tamu pada

bagian bawah dari seuramoe likoet.

Perubahan fungsi ruang pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 terjadi pada

seuramoe likoet. Pada seuramoe likoet perubahan terjadi dengan adanya tambahan

ruang sebagai kamar anak perempuan dan anak laki-laki, dapur dan kamar mandi/wc,

ruang tamu, ruang keluarga dan ruang penyimpanan. Perubahan fungsi ruang dari

seuramoe likoet ini dikarenakan seuramoe likoet dari rumoh Aceh lebih mudah jika

dilakukan perubahan atau penambahan ruang. Dengan demikian konsep kolong

rumah masih dapat dipertahankan (Tabel 5.8).

Universitas Sumatera Utara


86

Table 5.8 Perubahan fungsi ruang pada rumah Aceh tipe 2

Perubahan Fungsi Sifat Ruang


Penambahan Ruang
ruang
Kamar tidur anak Pada seuramoe likoet Ruang privat
perempuan
Kamar tidur anak laki-laki Pada seuramoe likoet Ruang privat
Ruang makan Pada seuramoe likoet Ruang privat
dapur Pada seuramoe likoet Servis
Kamar mandi/wc Pada seuramoe likoet Servis
Ruang penyimpanan Pada seuramoe likoet Servis
Ruang tamu Pada seuramoe likoet Ruang publik
Ruang keluarga Pada seuramoe likoet Ruang publik
Ruang kerja Pada seuramoe likoet Ruang publik

Dari hasil analisa terhadap perubahan nilai-nilai sosiokultural, tipologi ruang,

konfigurasi ruang dan fungsi ruang pada rumah Aceh tipe 2 maka diperoleh data

perubahan pada rumoh Aceh tipe 2 (Tabel 5.9).

Table 5.9 Kesimpulan perubahan nilai dan bentuk pada rumoh Aceh tipe 2

Aspek Perubahan Faktor Perubahan


Sosio Adanya perubahan nilai-nilai lama Nilai-nilai lama mulai ada yang
kultural seperti; ditinggalkan.
upacara adat saat pengambilan Masyarakat mulai menerapkan
bahan dihutan tidak diterapkan lagi. gaya hidup modern.

Tipologi Penambahan ruang: R.Tamu dan ruang keluarga (ruang


ruang Ruang tamu dan ruang keluarga, publik/silaturahmi dengan kerabat
kamar tidur, dapur dan ruang dan saudara serta sebagai ruang
makan, kamar mandi/wc berkumpul acara-acara keluarga).

Universitas Sumatera Utara


87

Tabel 5.9 (Lanjutan)

Aspek Perubahan Faktor Perubahan

Kamar tidur (kebutuhan


akan ruang privasi). Dapur
dan ruang makan (agar lebih
higienis). Km/Wc
(kemudahan akses dan
keamanan). Gudang
(kebutuhan akan ruang
penyimpanan agar lebih
aman)

Konfigurasi ruang Terjadi perubahan Perubahan terjadi pada


Letak toilet disatukan bagian seuramoe likoet dan
dengan rumah bagian bawah. Namun
masih menerapkan pola
konfigurasi ruang pada
rumoh Aceh.

Fungsi ruang Fungsi tanga sebagai Seuramoe likoet menjadi


kontrol sosial sudah bagian yang dimanfaatkan
berganti dengan sebagai ruang tambahan
penambahan ruang tamu. dikarenakan bagian dari
seuramoe likoet lebih
Perubahan fungsi ruang mudah dilakukan
seuramoe likoet: kamar perubahan. Selain itu sifat
tidur, ruang makan, dapur, ruang seuramoe likoet
kamar mandi dan gudang. sebagai ruang privat juga
dimaanaatkan sebagai ruang
Sedangkan pada bagian kegiatan kaum perempuan.
bawah dari seuramoe
teungoh (tengah) rumah
sebagai ruang tamu dan
ruang keluarga

Universitas Sumatera Utara


88

5.4 Rumoh Aceh Tipe 3

Rumoh Aceh tipe 3 merupakan rumoh Aceh dengan bentuk dan susunan ruang

yang sudah mengalami perubahan pada keseluruhan bangunan (Gambar 5.19, dan

5.20). Bentuk rumoh Aceh sudah tidak terlihat dengan jelas. Modifikasi terjadi

diseluruh bagian rumah, baik itu susunan ruang dan bentuk dari rumah itu sendiri.

Perubahan yang dilakukan dengan penambahan ruang pada bagian bawah dari

seuramoe keu, seurmoe likoet dan pada bagian belakang dari rumah. Menurut pak

Abdurrahman (pemilik rumah), model seperti ini mulai berkembang ditahun 2000-an.

Perubahan yang terjadi didominasi oleh penggunaan material fabrikasi. Hal tersebut

dikarenakan pada tahun 2000-an material fabrikasi sudah sangat mudah dijumpai di

Pidie dan sebaliknya dengan material kayu yang sudah sangat sulit dijumpai

keberadaanya.

Gambar 5.27 Rumoh Aceh R09 (A.Rahman)

Universitas Sumatera Utara


89

Gambar 5.28 Rumoh Aceh R10 (Amriani)

5.4.1 Nilai-nilai sosiokultural

Nilai-nilai sosiokultural yang terkandung pada rumoh Aceh tipe 3 ini sudah

banyak mengalami perubahan. Menurut pak A. Rahman, rumah R09 dan R10 yang

berkembang pada tahun 2000an sudah banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur

kehidupan modern. Saat ini masyarakat Desa Blang baroh mulai mengadopsi gaya

hidup modern. Pada zaman yang serba modern, masyarakat menginginkan segala

sesuatunya yang serba instan dan efisien. Hal ini berdampak pada hunian masyarakat

Aceh yang ada di Desa Blang Baroh. Kondisi tersebut diperparah lagi oleh mahalnya

harga kayu dan sulitnya mendapatkan kayu pilihan untuk membangun dan

merenovasi rumoh Aceh. Sehingga perubahan yang terjadi pada elemen-elemen

rumoh Aceh sudah menggunakan material fabrikasi. Perubahan yang terjadi pada

rumoh Aceh mulai menghilangkan nilai-nilai yang terdapat pada rumoh Aceh itu

Universitas Sumatera Utara


90

sendiri. Selain itu nilai-nilai yang ada pada rumoh Aceh tersebut ikut berubah, nilai-

nilai tersebut adalah sebagai berikut;

a. Upacara membangun dan mendiami rumah

Rumah R9 dan R10 berkembang pada tahun 2000an. Pada saat proses

membangun, upacara adat yang dilakukan hanya upacara pada saat

mendirikan rumah dan pada saat bangunan telah selesai dan siap untuk

ditempati upacara yang dilakukan adalah upacara menempati rumah baru.

Sementara upacara adat saat mengambil bahan dihutan pada rumah tipe 3

ini sudah tidak dilakukan lagi. Hal tersebut dikarenakan material yang

digunakan pada saat membangun tidak lagi diambil dihutan melainkan

dibeli. Selain itu material fabrikasi juga mulai mendominasi pada rumoh

Aceh tipe 3 ini.

b. Kepemilikan rumah

Untuk rumoh Aceh dengan perubahan tipe 3 ini yang berkembang pada

tahun 2000an, kepemilikan rumah sudah tidak mengikuti adat lama,

dimana rumah dan perkarangannya akan menjadi hak istri dan anak

perempuannya. Sejak diberlakukannya hukum Syariat Islam tahun 2001 di

Aceh, maka hukum waris mengikuti hukum Syariat yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


91

Berdasarkan hasil kajian dilapangan dan didukung hasil wawancara dengan

pemilik didapati nilai-nilai sosiokultural yang masih diterapkan dan nilai-nilai

sosiokultural yang berubah pada rumoh Aceh tipe 3 (Tabel 5.10).

Tabel 5.10 Penerapan nilai-nilai lama dan perubahan nilai pada rumah R9 dan R10

Nilai-nilai Sosiokultural yang masih


diterapkan Nilai–nilai
Objek
Upacara adat Sosiokultural yang
Kajian
membangun dan Kepemilikan rumah mengalami perubahan
menempati rumah
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan rumah Upacara pengambilan
R9 mendirikan tidak lagi mengikuti bahan dihutan sudah
bangunan hukum Adat. Namun tidak dilaksanakan.
saat ini sudah
b. Upacara menaiki mengikuti hukum Letak toilet disatukan
rumah baru Syariat Islam yang dengan rumah
berlaku di Aceh
Adanya penambahan
kamar bagi anak laki-laki

Pengguanaan material
fabrikasi yang sangat
mendominasi
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan rumah Upacara pengambilan
R10 mendirikan tidak lagi mengikuti bahan dihutan sudah
bangunan huukum Adat. Namun tidak dilaksanakan.
saat ini sudah
b. Upacara menaiki mengikuti hukum Letak toilet disatukan
rumah baru Syariat Islam yang dengan rumah
berlaku di Aceh
Adanya penambahan
kamar bagi anak laki-laki

Pengguanaan material
fabrikasi yang sangat
mendominasi

Universitas Sumatera Utara


92

5.4.2 Tipologi ruang

Bentukan ruang pada rumoh Aceh tipe 3 ini mengalami perubahan yang

sangat signifikan. Perubahan terjadi pada keseluruhan ruang-ruang pada rumah

(Gambar 5.29, dan 5.30).

Gambar 5.29 3D Visual Rumoh Aceh R9

Gambar 5.30 3D Visual Rumoh Aceh R10

Universitas Sumatera Utara


93

Orientasi rumah R9 dan R10 masih mengikuti orientasi utara selatan dan

membujur timur barat seperti rumoh Aceh pada umumnya yaitu berorietasi pada arah

kiblat. Namun orientasi terhadap jalan, Rumah R9 dan R10 berada disisi barat jalan

(Gambar 5.31, dan 5.32).

j
a
l
a
n

Gambar 5.31 Oreintasi Rumoh Aceh R10 terhadap jalan

j
a
l
a
n

Gambar 5.32 Oreintasi Rumoh Aceh R10 terhadap jalan

Dari sisi bentuk hunian, perubahan yang terjadi pada rumoh Aceh tipe 3 ini

mulai merubah konsep dari rumoh Aceh. Perubahan tersebut dapat dilihat dengan

mulai adanya penambahan ruang langsung di atas tanah pada bagian bawah dan

seuramoe likoet. Penyatuan toilet kedalam rumah dan penambahan ruang tidur anak

Universitas Sumatera Utara


94

laki-laki menjadi hal berbeda dengan nilai-nilai pada rumoh Aceh asli yang menjadi

acuan.

Pada rumah R09 perubahan terjadi dengan adanya penambahan ruang seperti

ruang keluarga, kamar tidur, ruang tamu, dapur, gudang dan kamar mandi/wc.

Menurut pak Arrahman, penambahan ruang keluarga dan ruang tamu dimaksudkan

untuk ruang berkumpul keluarga dan ruang untuk menerima tamu. Penambahan

kamar tidur anak laki-laki dimaksudkan sebagai ruang privasi mereka. Serta

penambahan dapur, gudang dan kamar mandi/wc yang ditempatkan didalam rumah

disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor keamanan dan efisien. Sedangkan pada

rumah R10 perubahan yang terjadi adanya penambahan ruang seperti ruang keluarga,

kamar tidur, carport, dapur dan kamar mandi/wc.

Menurut ibu Amriani, penambahan ruang-ruang tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan keluarga. Tidak jauh berbeda dengan pendapat ibu isnaini, penambahan

kamar tidur anak laki-laki juga dimaksudkan sebagai ruang privasi mereka karena

anak laki-laki pak ilyas sudah berumur remaja. Penambahan dapur dan ruang makan

didalam rumah dimaksudkan agar dapur telihat lebih bersih dan rapi, sementara

kamar mandi/wc agar mudah diakses. Penambahan carport yang diletakkan dibagian

depan sebagai ruang penyimpanan untuk kendaraan bermotor dari pemilik agar lebih

aman (Tabel 5.11).

Universitas Sumatera Utara


95

Tabel 5.11 Perubahan bentuk denah rumoh Aceh tipe 3

Denah eksisting Penambahan ruang Faktor Perubahan

Rumah R9
(A. Rahman) R.tamu (ruang publik/
silaturahmi dengan
kerabat dan saudara).
Kamar tidur (kebutuhan
akan ruang privasi).
Dapur dan ruang makan
(agar lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan
akses).
Carport (ruang
penyimpanan kendaraan
bermotor)

Rumah R10
(Amriani) R.Tamu (ruang publik/
silaturahmi dengan
kerabat dan saudara ).
R.Keluarga (ruang
berkumpul dan acara-
acara keluarga).
Kamar tidur (kebutuhan
akan ruang privasi).
Dapur dan ruang makan
(agar lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan
akses).
Gudang (kebutuhan akan
ruang penyimpanan agar
lebih aman)

Universitas Sumatera Utara


96

5.4.3 Konfigurasi spasial

Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 3 ini sudah tidak menerapkan lagi

sistem nilai-nilai konfigurasi ruang pada rumoh Aceh asli. Pada rumah R09 dan R10

sudah tidak terlihat lagi adanya perbedaan ruang untuk zona kegiatan laki-laki dan

perempuan seperti zona seuramoe keu (publik), seuramoe teungoh (suci) dan

seuramoe likoet (privat) seperti yang terdapat pada susunan rumoh Aceh asli.

Penambahan ruang dilakukan pada keseluruhan bangunan (Gambar 5.33). Bangunan

tambahan dibangun langsung di atas permukaan tanah. Sehingga menghilangkan

kesan kolong yang menjadi salah satu ciri khas rumoh Aceh. Hal tersebut dipengaruhi

juga oleh penggunaan material fabrikasi yang secara pengaplikasiannya lebih mudah

dari material kayu.

Gambar 5.33 Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 3

Penambahan kamar tidur yang dilakukan pada bagian bawah rumah dan

didirikan langsung diatas tanah mulai menghilangkan kesan kamar sebagai ruang

paling suci dalam rumoh Aceh sebagaimana pada rumoh Aceh yang asli. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara


97

penambahan kamar mandi/toilet juga menunjukan adanya perbedaan dengan rumoh

Aceh asli yang memisahkan kamar mandi/toilet untuk menjaga kesan suci pada

rumoh Aceh. Hal ini juga menjadi elemen baru pada rumoh Aceh tipe 3 ini.

5.4.4 Fungsi ruang

Perubahan nilai-nilai pada kaitannya dengan fungsi ruang sudah terlihat

dengan adanya penambahan ruang tamu pada bagian yup moh (kolong). Penambahan

ruang tamu menghilangkan fungsi tangga sebagai kontrol sosial bagi tamu yang

bukan muhrim atau bukan kerabat dekat yang ingin berkunjung. Penambahan ruang

yang dilakuka pada bagian kolong rumah juga menghilangkan konsep rumah

panggung pada rumoh Aceh yang sudah menjadi cirri khas dari rumoh Aceh tersebut.

Untuk fungsi ruang pada rumah tipe 3 ini banyak terjadi perubahan.

Perubahan fungsi ruang terjadi pada bagian penambahan ruang yaitu pada seuramoe

keu, seuramoe teungoh dan seuramoe likoet. Pada rumah R09 seuramoe keu terdapat

perubahan ruang sebagai carport, seuramoe teungoh terdapat ruang tamu dan

seuramoe likoet perubahan terjadi dengan adanya tambahan ruang sebagai kamar

anak perempuan dan anak laki-laki, dapur dan kamar mandi/wc. Sedangkan pada

rumah R10 perubahan fungsi ruang terjadi karena adanya penambahan ruang tamu,

ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi/wc dan ruang

penyimpanan. Perubahan ruang tersebut disebabkan karena adanya penambahan

jumlah anggota keluarga dan adanya perubahan aktivitas (Tabel 5.12).

Universitas Sumatera Utara


98

Tabel 5.12 Perubahan fungsi ruang pada rumoh Aceh tipe 3

Penambahan Ruang Perubahan Fungsi ruang Sifat Ruang

Kamar tidur anak


Seuramoe likoet Ruang privat
perempuan
Kamar tidur anak laki-laki Seuramoe likoet Ruang privat
Ruang tamu Seuramoe keu Ruang publik
Ruang keluarga Seuramoe keu Ruang publik
Ruang makan Seuramoe likoet Ruang publik
dapur Seuramoe likoet servis
Kamar mandi/wc Seuramoe likoet servis
Ruang penyimpanan Seuramoe likoet servis
carport Seuramoe keu servis

Dari hasil analisa terhadap perubahan nilai-nilai sosiokultural, tipologi ruang,

konfigurasi ruang dan fungsi ruang maka diperoleh data dari perubahan-perubahan

pada rumoh aceh tipe 3 (Tabel 5.13).

Table 5.13 Kesimpulan perubahan nilai dan bentuk pada rumoh Aceh tipe 3
Aspek Perubahan Faktor
Sosiokultural Mengalami perubahan Dipengaruhi oleh gaya hidup
modern.
Tipologi ruang Penambahan ruang : Kebutuhan akan ruang
Ruang tamu,ruang keluarga, privasi, Ruang berkumpul,
kamar tidur, ruang makan, Kebersihan dan higienis,
dapur, kamar mandi/wc, kemudahan akses dan ruang
gudang dan carport. penyimpanan.

Konfigurasi Terjadi perubahan dengan Kemudahan pengaplikasian


ruang Penambahan ruang pada dari material fabrikasi dan
bagian bawah rumah sulitnya mendapatkan
material kayu yang
berkualitas.

Universitas Sumatera Utara


99

Tabel 5.13 (Lanjutan)

Aspek Perubahan Faktor


Fungsi ruang Perubahan fungsi ruang Menyesuaikan dengan
seuramoe keu: sebagai ruang kebutuhan dan peningkatan
tamu,ruang keluarga dan car aktivitas pemilik dan adanya
port seuramoe likoet: sebagai peningkatan faktor finansial
kamar tidur, ruang makan, pemilik.
dapur, kamar mandi dan
gudang dan ruang
penyimpanan.

5.5 Perubahan Tata Nilai dan Bentuk Rumoh Aceh Hingga Saat Ini

5.5.1 Analisa faktor perubahan

Berikut adalah analisa faktor perubahan yang terjadi pada rumoh Aceh hingga

saat ini berdasarkan komponen yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Analisa

didasarkan pada hasil wawancara kepada beberapa narasumber, yaitu pemilik rumah

dan masyarakat yang sudah menetap dilokasi penelitian lebih dari 50 tahun

(Lampiran 2). Hal tersebut bertujuan untuk mengumpulkan segala bentuk informasi

terkait alasan dan kondisi yang melandasi perkembangan elemen-elemen yang

mengalami perubahan. Hasil dari wawancara tersebut akan didukung oleh kondisi

budaya masyarakat Aceh saat ini yang didapati dari hasil observasi lapangan dan

peneliti sendiri sebagai penduduk lokal yang lahir dan tinggal di Aceh serta kondisi

budaya masyarakat Aceh massa lalu yang didapati dari studi literatur.

Universitas Sumatera Utara


100

5.5.1.1 Nilai-nilai sosiokultural

Perubahan nilai-nilai sosiokultural yang terjadi pada rumoh Aceh mulai tahun

1940an hingga saat ini memperlihatkan bahwa adanya pergeseran budaya dalam

masyarakat Aceh. Nilai-nilai tradisional mulai hilang dan munculnya nilai-nilai baru

yang dipengaruhi oleh keinginan akan gaya hidup modern (Tabel 5.14).

Table 5.14 Perubahan nilai-nilai sosiokultural dari1940 hingga saat ini

Nilai- Rumah tipe 1 Rumah tipe 2 Rumah tipe 3


Nilai (1940an) (1990an) (2000an)
Belum terjadi Mulai terjadi Terjadi perubahan,
perubahan, penerapan perubahan, penerapan Dipengaruhi oleh gaya
nilai-nilai adat istiadat adat istiadat mulai hidup modern.
dan norma agama longgar. Perubahan tersebut
masih ketat. Pada Perubahan tersebut terlihat pada upacara
rumah tipe 1, upacara terlihat pada upacara adat mengambil bahan
adat saat mendirikan adat mengambil bahan banguan dihutan
dan mendiami banguan dihutan sudah sudah tidak
bangunan masih tidak dilaksanakan lagi dilaksanakan lagi
diterapkan. Tangga dikarenakan material dikarenakan material
Nilai-
masih menjadi kontrol yang digunakan dibeli. yang digunakan dibeli
nilai
sosial terhadap tamu Letak posisi toilet dan banyak
Sosiokul
yang datang. Letak sudah menyatu dengan menggunakan material
tural
posisi toilet masih rumah. fabrikasi.
terpisah dan pada Kamar anak laki-laki Letak posisi toilet
rumah tipe 1 tidak sudah tersedia dalam sudah menyatu dengan
terdapat kamar untu rumah sebagai ruang rumah.
anak laki-laki. privasi mereka. Kamar anak laki-laki
sudah tersedia dalam
rumah sebagai ruang
privasi mereka.

Universitas Sumatera Utara


101

Tabel 5.14 (Lanjutan)

Nilai- Rumah tipe 1 Rumah tipe 2 Rumah tipe 3


Nilai (1940an) (1990an) (2000an)
Tangga tidak lagi
menjadi batas sebagai
kontrol sosial bagi
tamu yang datang.
Banyak terjadi
penambahan ruang-
ruang baru yang
disesuaikan dengan
aktivitas.

Dari hasil penelitian terkait aspek nilai-nilai sosiokultural, ditemukan bahwa

nilai-nilai lama seperti upacara pengambilan bahan dihutan sudah tidak dilaksanakan

lagi. Pemisahan antara toilet dan rumah juga menjadi kendala pada kehidupan saat

ini. Sehingga saat ini toilet dibangun menyatu dengan rumah. Selain itu, ditemukan

juga ruang yang dikhususkan untuk menerima tamu, untuk keluarga sehingga fungsi

tangga pada rumoh Aceh sebagai batas atau sebagai kontrol sosial bagi tamu yang

bukan muhrim sudah tidak berlaku lagi.

Keberadaan kamar tidur anak perempuan masih ada pada perkembangan-

perkembangan rumoh Aceh di desa Blang Baroh Pidie saat ini. Persoalan perubahan

terhadap budaya dan lingkungan, ada kategori yang disebut dengan istilah core

elemen (Rapoport, 1990). Core element (Elemen inti), sulit atau lambat berubah dan

Universitas Sumatera Utara


102

menjadi identitas pemilik arsitektur. Biasanya Core elemen yang sulit berubah

memiliki kaitannya dengan budaya kehidupan masyarakat. Hal ini cukup dapat

menjelaskan mengapa orientasi rumoh Aceh dalam perkembangannya tetap

mengikuti orientasi pada rumoh Aceh asli yaitu menghadap utara selatan dan

membujur timur barat. Konsep kolong yang masih didapati pada rumah Aceh di Desa

Blang baroh juga menjadi sesuatu yang hal yang masih dipertahankan. Selain itu

ruang khusus untuk tamu, keluarga dan anak perempuan masih ada pada

perkembangannya rumoh Aceh di desa Bang Baro. Disisi lain yang menjadi hal baru

adalah adanya penambahan kamar anak laki-laki dan kamar mandi/toilet dalam

rumah. Penambahan tersebut tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan syariat

yang berlaku pada saat ini. Hal tersebut dikategorikan dalam New elemen (elemen

yang diadaptasi oleh pemilik kebudayaan dan menjadi bagian baru pada arsitektur)

(Rapoport, 1990).

5.5.1.2 Tipologi ruang

Bentukan ruang yang didapati dari hasil analisa pada rumoh Aceh mengalami

perubahan yang sangat signifikan. Perubahan terjadi pada mulai dari sebagian ruang

hingga keseluruhan ruang-ruang pada rumah. Dari hasil penelitian kecenderungan

perubahan kearah belakang dari rumoh Aceh atau bagian seuramoe likoet. Perubahan

terjadi dengan adanya penambahan ruang seperti ruang keluarga, kamar tidur, ruang

tamu, dapur, gudang dan kamar mandi/wc serta carport. Perubahan yang terjadi

dikarenakan adanya nilai-nilai dalam masyarakat Aceh yang mulai berubah

Universitas Sumatera Utara


103

menyesuaikan dengan kebutuhan mereka saat ini. Oleh karena itu banyak ruang-rang

baru yang hadir dalam perkembangan rumoh Aceh saat ini. Ruang-ruang tersebut

hadir untuk memenuhi kebutuhan dari penghuni rumoh Aceh dengan kompleksitas

aktivitas mereka saat ini (Tabel 5.15).

Table 5.15 Perubahan Tipologi ruang dari 1940 hingga saat ini

Bentuk Tipologi perubahan

Perubahan hanya terjadi pada

susunan asli yaitu seuramoe

likoet.

Tipologi rumah
tipe 1 (1940)

Perubahan dengan penambahan

pada bagian seuramoe likoet dan

bagian belakang rumah.

Tipologi rumah
tipe 2 (1990)

Universitas Sumatera Utara


104

Tabel 5.15 (Lanjutan)

Bentuk Tipologi perubahan

Perubahan terjadi pada

keseluruhan bangunan rumoh

Aceh yaitu pada seuramoe keu,

seuramoe teungoh dan seuramoe

likoet
Tipologi rumah
tipe 3 (2000an)

5.5.1.3 Konfigurasi spasial

Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 1 dan tipe 2 masih menerapkan

sistem konfigurasi ruang pada rumoh Aceh. Namun pada tipe 3 sudah tidak

menerapkan lagi konfigurasi ruang seperti pada rumoh Aceh. Pada rumah tipe 3

sudah tidak terlihat lagi adanya perbedaan zona seuramoe keu (publik), seuramoe

teungoh (suci) dan seuramoe likoet (privat) (Tabel 5.16).

Universitas Sumatera Utara


105

Table 5.16 Perubahan Konfigurasi ruang dari tahun 1940 hingga saat ini

Bentuk Tipologi perubahan


Masih menerpakan susunan asli,

namun penambahan ruang terjadi

pada bagian seuramoe likoet

Konigurasi rumah
tipe 1 (1940)

Susunan mulai berubah.

Penambahan ruang langsung pada

bagian seuramoe likoet dan bagian

belakang rumah. Penambahan

ruang langsung diatas permukaan


Konigurasi rumah tanah. Konsep kolong rumah
tipe 2 (1990)
masih dapat dijumpai.

Perubahan terjadi pada

keseluruhan seuramoe keu,

seuramoe teungoh dan seuramoe

likoet. Penambahan ruang juga

terjadi langsung diatas permukaan


Konigurasi rumah rumah. Konsep kolong ruamh
tipe 3 (2000an)
sudah sulit terlihat.

Universitas Sumatera Utara


106

5.5.1.4 Fungsi ruang

Fungsi ruang pada rumah Aceh sejak tahun 1940 hingga saat ini mengalami

banyak perubahan. Pada rumoh Aceh tipe 2 dan tipe 3 perubahan fungsi yang

merubah nilai-nilai lama adalah berubahnya fungsi tangga pada yup moh (kolong)

bagian seuramoe keu (serambi depan) yang dulunya berungsi sebagai ruang batasan

kontrol sosial bagi tamu yang bukan muhrim atau bukan saudara dekat yang ingin

berkunjung kini fungsinya tergantikan dengan adanya ruang tamu. Selain itu

perubahan fungsi yup moh (kolong) yang berganti dengan ruang-ruang tambahan

baru, mulai menghilangkan konsep rumah panggung pada rumoh Aceh yang telah

menjadi karakteristik dari rumoh Aceh itu sendiri.

Perubahan fungsi ruang terjadi pada bagian penambahan ruang yaitu pada

seuramoe keu, seuramoe teungoh dan seuramoe likoet (Tabel 5.17). Pada rumah R09

seuramoe keu terdapat perubahan ruang sebagai carport, seuramoe teungoh terdapat

ruang tamu dan seuramoe likoet perubahan terjadi dengan adanya tambahan ruang

sebagai kamar anak perempuan dan anak laki-laki, dapur dan kamar mandi/wc.

Sedangkan pada rumah R10 perubahan fungsi ruang terjadi karena adanya

penambahan ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar

mandi/wc dan ruang penyimpanan. Perubahan ruang tersebut disebabkan karena

adanya penambahan jumlah anggota keluarga dan adanya perubahan aktivitas.

Universitas Sumatera Utara


107

Table 5.17 Perubahan Fungsi ruang dari tahun 1940 hingga saat ini

Rumah Seuramoe keu Seuramoe Seuramoe likoet


teungoh
Rumah tipe 1 Tidak berubah Tidak berubah Kamar tidur
Ruang penyimpanan
Rumah tipe 2 Tidak berubah Tidak berubah Kamar tidur, ruang tamu,
ruang keluarga, ruang
kerja, kamar mandi/wc,
dapur, ruang makan,
gudang
Rumah tipe 3 Carport, ruang Ruang keluarga Kamar tidur, ruang makan,
tamu, ruang kamar tidur dapur, kamar mandi/wc
keluarga

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan bahwa karakteristik rumoh Aceh yang terdapat pada lokasi

penelitian yaitu, Gampong Blang Baroh Pidie dapat dijelaskan seperti pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Karakteristik rumoh Aceh di Pidie


Karakteristik Gambar

Rumoh Aceh sudah mengalami


perubahan. Perubahan dengan
penambahan ruang hingga
membangun bangunan baru.

Seuramoe keu, seuramoe


teungoh, seuramoe likoet masih
dapat dijumpai. Namun dengan seuramoe keu,
adanya tambahan ruang pada
seuramoe likoet, batas seuramoe teungoh,
pemisahan ruangan khusus
untuk laki dan perempuan sudah seuramoe likoet
mulai menghilang

108

Universitas Sumatera Utara


109

Tabel 6.1 (Lanjutan)

Karakteristik Gambar

lantai bagian teungah (juree)


Posisi juree lebih
masih lebih tinggi (dianggap
tinggi dari
sebagai bagian paling suci
seuramoe keu dan
dalam rumoh aceh).
seuramoe likoet

Kamar tidur orang tua (rumoh


Inong) dan anak perempuan
(Anjong) masih dipertahankan.

Terdapat penambahan kamar


tidur anak laki-laki dan kamar
mandi/wc sudah menyatu
dengan rumoh Aceh (di dalam
rumah).

Kebanyakan rumoh Aceh di


Pidie (studi kasus: gampong
Blang Baroh) kolong berjumlah
16 dan 20 tiang

Universitas Sumatera Utara


110

Tabel 6.1 (Lanjutan)

Karakteristik Gambar

Berdiri sendiri (tidak sambung


menyambung) namun menyatu
dengan bangunan tambahan (baru).

Menggunankan material alam


(dinding,lantai dan tiang dari kayu,
atap rumbia diganti seng dan tali
rotan/ijuk masih digunkan sebagai
pengikat sambungan). Namun
sebagian besar rumoh Aceh sudah
menggunakan material pabrikasi.

Selain menyimpulkan karakteristik dari rumoh Aceh yang terdapat pada

lokasi penelitian, hasil penelitian juga menunjukan beberapa hal baru pada rumoh

Aceh yang berkembang di Gampong Blang Baroh Pidie yang dapat ditarik sebagai

kesimpulan adalah sebagai berikut;

1. Berdasarkan dari variabel-variabel yang diteliti, perubahan/modifikasi

yang terjadi pada rumoh Aceh di Pidie menunjukan tingkat perubahan

yang berbeda-beda.

2. Perubahan yang terjadi pada rumoh aceh mulai tahun 1940-2016

mengalami perubahan seperti adanya penambahan ruang-ruang baru

Universitas Sumatera Utara


111

(kamar tidur anak laki-laki, ruang makan, dapur, kamar mandi/wc,

gudang, ruang tamu dan garasi/carport).

3. Selain itu perubahan dari nilai-nilai sosikultural juga terjadi pada rumoh

Aceh seperti; mulai hilangnya batasan kegiatan antara kegiatan kaum laki-

laki dan kaum perempuan dan mulai adanya kamar mandi/wc dalam

rumoh Aceh.

4. Arsitektural rumoh Aceh yang masih dapat terlihat dari dulu hingga

sekarang adalah:

a. Nilai-nilai sosiokultural

Masih adanya kamar khusus untuk anak perempuan (rumoh anjong) dan kamar

khusus orang tua (rumoh inoeng), serta seuramoe keu dalam bentuk

ruang tamu dan ruang keluarga. Selain itu, upacara adat saat

mendirikan dan mendiami rumah juga masih dijalankan oleh

masyarakat.

b. Tipologi ruang

Keberadaan seuramoe keu (depan), seuramoe teungoh (tengah) dan seuramoe

likoet (belakang) masih dapat terlihat pada rumoh Aceh. Hal lain yang

masih dapat dijumpai hingga saat ini adalah orientasi rumoh Aceh

yang menghadap utara-selatan dan membujur timur-barat.

c. Konfigurasi ruang spasial

Konfigurasi penempatan ruang antara ruang publik dan ruang privat masih

dapat dijumpai pada rumoh Aceh saat ini. Hal itu terlihat dengan

Universitas Sumatera Utara


112

adanya perbedaan kegiatan ruang publik dan ruang privat. Selain itu,

keberadaan kolong juga masih dapat dijumpai pada rumoh Aceh saat

ini.

d. Fungsi ruang

Fungsi ruang merupakan salah satu elemen yang ikut berubah, namun

demikian fungsi seuramoe keu sebagai ruang publik masih terlihat

dengan adanya ruang tamu dan ruang keluarga, pada seuramoe

teungoh juga masih difungsikan sebagai area kamar tidur orang tua

dan anak perempuan (ruang privat). Serta area dapur pada seurmoe

likoet.

5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada rumoh Aceh adalah

adanya pergeseran budaya dari masyarakat Aceh. Masyarakat beralih ke

unsur-unsur modern dan mulai meninggalkan unsur lokalitas.

6. Selain itu, kebutuhan akan ruang yang semakin kompleks yang

diakibatkan oleh aktivitas masyarakat Aceh saat ini yang semakin

beragam juga turut mempengaruhi perubahan.

7. Faktor berikutnya adalah masalah kemampuan ekonomi. Kemampuan

ekonomi yang baik, mampu mendorong pemilik dari rumoh Aceh untuk

melakukan penambahan atau perubahan pada rumoh Aceh. Hal tersebut

terlihat pada rumoh Aceh modifikasi tipe 2 dan tipe 3 (1940-2016).

8. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak selalu didasarkan oleh kearifan

lokal dari masayarakat Aceh itu sendiri. Sehingga perubahan yang terjadi

Universitas Sumatera Utara


113

menyebabkan penurunan kualitas dari nilai-nilai kearifan lokal yang

positif pada rumoh Aceh menjadi terabaikan bahkan hilang.

6.2 Saran

Kelestarian dari rumoh Aceh diharapkan masih dapat dinikmati dalam jangka

waktu yang lebih lama. Oleh karenanya beberapa saran yang dapat dipertimbangkan

dalam menjaga eksistensi dari rumoh Aceh tersebut yaitu:

a. Menanamkan kesadaran dan membangun persepsi masyarakat akan

pentingnya melestarikan kearifan lokal Aceh. Salah satunya dengan

melestarikan rumoh Aceh itu sendiri, agar dapat dinikmati lebih lama oleh

generasi-generiasi beikutnya.

b. Keterlibatan pemerintah juga diharapkan dalam menjaga kearifan lokal

dari rumoh Aceh dan mengarahkan perubahan-perubahan yang terjadi

pada rumoh Aceh agar nilai-nilai yang terkadung dalam rumoh Aceh tidak

hilang begitu saja. Sehingga dengan adanya rugulasi dari pemerintah,

masyarakat tidak hanya mengerti arti pentingnya menjaga kelestarian

rumoh Aceh, namun juga mengerti hal-hal apa saja yang boleh dan tidak

dalam melakukan perubahan dan penambahan pada rumoh Aceh yang

mereka miliki saat ini.

Universitas Sumatera Utara


114

Selain itu, berdasarkan dari hasil penelitian, penulis juga mencoba

memberikan rekomendasi desain yang sifatnya tidak mengikat. Rekomendasi desain

untuk perubahan dan penambahan ruang yang akan dilakukan kedepannya pada

rumoh Aceh sebaiknya tetap mempertahankan nilai-nilai dan elemen yang ada pada

rumoh Aceh, mengikuti perubahan ataupun penambahan ruang seperti pada rumoh

Aceh tipe 1 dan tipe 2 yang terdapat pada lokasi penelitian. Hal tersebut dikarenakan

konsep rumoh Aceh masih dapat terlihat dan mudah dikenali pada rumoh Aceh tipe 1

dan tipe 2. Adapun rekomendasi perubahan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penerapan nilai-nilai islami dalam rumoh Aceh. Seperti tetap

mempertahankan konsep konfigurasi spasial pada rumoh Aceh dengan

adanya perbedaan sifat ruang untuk kaum laki-laki dan perempuan dan

ruang untuk kegiatan publik dan privat (Gambar 6.1).

Ruang paling
suci,ditempatkan rumoh Ruang
Ruang publik, anjoeng dan rumoh private,digunak
digunakan sebagai inoeng an sebagai
ruang kegiatan kaum ruang kegiatan
laki-laki. kaum wanita.

Gambar 6.1 Mempertahankan konsep konfigurasi spasial pada rumoh Aceh

Universitas Sumatera Utara


115

2. Selain itu, perubahan pada rumoh Aceh dapat dilakukan dengan tetap

mempertahankan konsep kolong (seuramoe miyup) yang ada pada rumoh

Aceh. Hal ini dikarenakan, kolong (seuramoe miyup) merupakan salah

satu bagian yang menjadi ciri khas dari rumoh Aceh tersebut (Gambar

6.2).

Mempertahankan konsep
kolong rumoh Aceh.

Kolong dapat dimanfaatkan


sebagai ruang publik

Gambar 6.2 Mempertahankan Konsep kolong sebagai ruang publik

Universitas Sumatera Utara


116

3. Arah perubahan dan penambahan ruang dapat dilakukan pada bagian

belakang (seuramoe likoet). Pada opsi pertama, ruang tambahan

diletakkan pada bagian bawah dari seuraoe likoet (Gambar 6.3).

Gambar 6.3 Opsi Penambahan ruang tipe 1

Pada opsi kedua, arah dari perubahan dan penambahan ruang juga dapat

dilakukan pada bagian belakang dari seuramoe likoet. Hal ini dapat

dilakukan pada kebutuhan ruang dalam jumlah aktivitas yang lebih

beragam (Gambar 6.4).

Universitas Sumatera Utara


117

Gambar 6.4 Opsi penambahan ruang tipe 2

Penelitian yang sudah dilakukan ini hanya berfokus pada desa Blang Baroh

Kecamatan Glumpang Baro Pidie, diharapkan adanya penelitian-penelitian

berikutnya yang lebih mendalam tentang bentuk dan perubahan nilai-nilai pada

rumoh Aceh. Penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan

sebagai pedoman bagi pemilik rumoh Aceh yang masih asli dalam melakukan

perubahan dimasa mendatang. Sehingga dapat menyempurnakan penelitian-penelitian

yang sudah pernah ada.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai