Bab Iii: Universitas Sumatera Utara
Bab Iii: Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
mendeskripsikan perubahan nilai-nilai dan perubahan bentuk yang ada pada rumoh
Aceh. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
(Nazir, 2014).
atau faktor dan melihat hubungan antar satu faktor dengan faktor lainnya (Nazir,
2014). Oleh karena itu penelitian deskriptif ini juga disebut studi kasus. Berdasarkan
pendapat pakar di atas, maka dalam penelitian ini akan mendeskripsikan perubahan
tata nilai dan perubahan bentuk fisik rumah tradisional Aceh dan menjelaskan
48
nilai budaya. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
1. nilai-nilai sosiokultural
2. tipologi/pola ruang
3. konfigurasi spasial
4. fungsi ruang
3.3.1 Populasi
penelitiannya.
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang
telah ditetapkan. Sebuah populasi dengan individu tertentu dinamakan populasi finit,
sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap,
ataupun jumlahnya tidak terhingga disebut populasi infinit (Nasution, 2003). Dalam
penelitian ini populasinya adalah rumah tradisional Aceh yang terdapat di Desa Blang
Baroh Kecamatan Glumpang Baro Kabupaten Pidie. Pada penelitian ini, jenis
populasinya dapat dikatakan sebagai populasi finit dikarenakan jumlah rumah pada
desa Blang Baro yang akan diteliti mempunyai jumlah yang pasti.
3.3.2 Sampel
sampling) artinya sampel tidak harus mewakili populasi atau tidak merumuskan
karakteristik populasi, tetapi harus bisa mewakili informasi yang mendalam dan
Adapun kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
melakukan aktivitas.
beberapa elemen.
e. Rumah yang diteliti masih menerapkan konsep pola ruang bangunan rumoh
Glumpang Baro Kabupaten Pidie, terdapat sekitar 10 rumah tradisional Aceh yang
sudah mengalami perubahan. Dengan tehnik sampling yang dipilih adalah purposive
sampling, maka dari itu peneliti memutuskan jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 10 rumah.
Alat paling utama dalam penelitian ini adalah interpretasi dari peneliti itu
sendiri, dimana data yang terkumpul diolah dan diproses dengan pengetahuan dan
latar belakang yang dimiliki oleh penulis. Selain itu peneliti juga perlu menyiapkan
wawancara seperti;
1. Kamera digital
Aceh, baik yang masih asli atau yang sudah mengalami perubahan.
2. Alat pencatat/perekam
3. Alat ukur
terjadi pada rumoh Aceh, maka peneliti harus mendata dan menggambar kembali
rumoh Aceh yang menjadi sampel pada penelitian ini yang sudah mengalami
penambahan ruang dan perubahan pada bentuk fisiknya. Adapun hal-hal yang perlu
peneliti dapat melihat kondisi perubahan dari sampel secara langsung. Selain itu,
persepsi dan pandangan pemilik rumah yang dijadikan sampel mengenai indikator-
perubahan yang terjadi pada rumah mereka. Narasumber yang dipilih merupakan
pemilik rumah yang dijadikan sampel dan penduduk setempat yang telah tinggal di
Pidie lebih dari 50 tahun yang memiliki pemahan dan pengetahuan mengenai rumoh
Setelah menentukan kriteria populasi dan sample untuk penelitian ini, maka
lokasi kawasan penelitian ditetapkan pada kawasan di Desa Blang Baroh Kecamatan
Glumpang Baro Kabupaten Pidie. Lokasi ini dipilih karena pada lokasi ini masih
banyak terdapat rumoh Aceh dan masih dapat dijumpai rumoh Aceh baik yang asli
terjadi dan apa saja faktor-faktor perubahan tata nilai dan perubahan bentuk fisik
rumoh Aceh di Pidie. Sebanyak 10 rumah dari desa Blang Baroh diambil sebagai
adalah orang bersuku Bangsa Aceh dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai
rumoh Aceh. Perubahan nilai-nilai dan bentuk yang terjadi pada ke-10 sampel rumah
diteliti kemudian dibandingkan dengan arsitektur rumoh Aceh. Hasil yang diperoleh
dari data observasi lapangan dan studi literatur dibandingkan dengan arah
akan disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan perubahan dan faktor-faktor
pembeda dengan rumoh Aceh yang dijadikan sebagai pedoman. Kemudian dari
1. Kondisi perubahan nilai-nilai dan bentuk pada rumoh Aceh dari 1900
pada rumoh Aceh, hasil dari wawancara dengan narasumber juga digunakan sebagai
informasi tambahan yang dapat digunakan dalam menganalisa perubahan. Hasil dari
wawancara terebut dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Kabupaten Pidie berada pada sisi ujung barat pulau Sumatera Indonesia
terletak antara 04,30°–04,60° Lintang Utara; 95,75°–96,20° Bujur Timur dengan rata-
rata ketinggian 0.80 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Pidie mempunyai
sebuah ibu kota kecamatan yang dikenal dengan nama Kota Sigli. Kabupaten Pidie
memiliki batas wilayah Sebelah Utara dengan Selat Malaka, Sebelah Selatan dengan
Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya, Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya,
56
Kecamatan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Pidie adalah Batee, Delima,
Geumpang, Glumpang Tiga, Indra Jaya, Kembang Tanjong, Kota Sigli, Mila, Muara
Tiga, Mutiara, Padang Tiji, Peukan Baro, Pidie, Sakti, Simpang Tiga, Tangse,
Titeue.
dengan 220.917 jumlah jiwa penduduk laki-laki (49,78 %) dan 222.801 jiwa
dengan penyebarannya sebagai berikut; Batee 20.405 Jiwa, Delima 22.986 jiwa,
Geumpang 6.657 jiwa, Glumpang Tiga 19.542 jiwa, Indra Jaya 24.987 jiwa,
Kembang Tanjong 22.561 jiwa, Kota Sigli 22.311 jiwa, Mila 10.221 jiwa, Muara
Tiga 19.367 jiwa, Mutiara 21.267 jiwa, Padang Tiji 23.575 jiwa, Peukan Baro 20.314
jiwa, Pidie 45.630 jiwa, Sakti 21.752 jiwa, Simpang Tiga 24.180 jiwa, Tangse 27.720
jiwa, Tiro/Truseb 8.298 jiwa, Keumala 10.468 jiwa, Mutiara Timur 36.451 jiwa,
Grong-Grong 7.018 jiwa, Mane 9.391 jiwa, Glumpang Baro 11.439 jiwa dan Titeue
7.178 jiwa.
dalam beberapa peruntukan lahan seperti; Sawah 29.391 Ha, Pekarangan 9.175 Ha,
Ha, Hutan Rakyat 23.782 Ha, Hutan Negara 81.448 Ha, Perkebunan 21.212 Ha,
Rawa-Rawa 2.128 Ha, Tambak 2.890 Ha, Tebat/Empang 162 Ha, Pemukiman 30.714
Desa Blang Baro terletak pada 37 25’ 19.1 Lintang Utara, 122 05’ 06’ Bujur
Glumpang Payong. Desa Blang Baro dapat diakses dari jalan Negara Banda Aceh–
Medan dengan jarak sekitar 3 km dari simpang Glumpang Minyeuk. Desa Blang
Baroh memiliki karakter desa dengan kontur permukaan tanah datar. Hal ini
dikarenakan sebagian besar luas desa adalah persawahan dan lokasi desa lebih kearah
pesisir.
Desa Blang Baroh memiliki luas wilayah ± 88 Ha, Gampong Blang Baroh
Kabupaten Pidie. Secara administrasi dan geografis gampong terbagi menjadi dusun
Jumlah penduduk Desa Blang Baro saat ini berjumlah 532 jiwa dengan jumlah
a. Ekonomi
adalah sebagai buruh tani sebanyak 78 orang. Selain itu masyarakat desa
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang, dan pedagang 8 orang (Tabel 4.1).
Desa Blang baro ini tergolong dalam salah satu desa miskin dengan
Jumlah rumah tangga yang terdapat di Desa Blang Baro pada tahun 2016
adalah 139 rumah tangga. Desa Blang Baro memiliki jumlah penduduk 532
jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 226 jiwa atau 42% dan
jumlah penduduk perempuan 306 jiwa atau 58% dari jumlah penduduk
No Penduduk Jumlah
1 Jumlah KK 139
2 Jumlah Penduduk 532
3 Laki-laki 226
4 Perempuan 306
pendidikan yang dimiliki penduduk desa mulai dari Sekolah Dasar (SD)
adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) 115 orang, Sekolah Menengah Atas 107
No Penduduk Jumlah
1 Sarjana (S1) 20
2 D3 (Diploma) 15
3 D2 (Diploma) 11
4 SMA/Sederajat 107
5 SMP/Sederajat 35
6 SD/Sederajat 115
7 Pengangguran 43
Jumlah Rumah di desa Blang Baroh pada tahun 2016 sebanyak 75 rumah.
Lokasi penelitian pada Desa Blang baro terdapat pada ketiga dusun yang
ada di desa tersebut, yaitu Dusun Blang, Dusun Cut dan Dusun Balee.
Jumlah objek kajian tersebar dalam tiga dusun tersebut. Jumlah objek
kajian terdiri dari 10 objek rumoh Aceh yang sudah mengalami perubahan.
Adapun letak posisi dari objek kajian dapat dilihat dalam peta desa
(Gambar 4.3)
R7
R2
R1
R9 R8
R5
R3 R6
R4 R10
Baro mulai dari tahun 1940 hingga 2016 terbagi dalam tiga kategori. Perkembangan
Tipe modifikasi rumoh Aceh dengan susunan asli namun sudah menagalami
Tipe modifikasi rumoh Aceh dengan susunan asli namun sudah mengalami
Tipe modifikasi rumoh Aceh yang susunan aslinya sudah mengalami perubahan
total.
Berikut adalah rumoh-rumoh Aceh yang terdapat didesa blang baroh yang
dijadikan sampel pada penelitian ini menurut periode perkembangannya (Tabel 5.1).
56
R1 dan R2
Modifikasi Tipe 2
Deskripsi
Kondisi Rumah Keterangan
(Periode)
R4
Rumah Aceh dengan
Isnaini
susunan bentuk asli
namun sudah mengalami
modifikasi dengan
penambahan ruang pada
bagian bawah dan
belakang rumah. kolong
rumah sebagian besar
sudah dimanfaatkan R5
sebagai ruang tambahan.
Kamariah
Model rumah ini mulai
berkembang tahun
1990an.
R6
Hj. Nuriah
Deskripsi
Kondisi Rumah Keterangan
(Periode)
R7
Ilyas
R8
Yusuf
Abdullah
Modifikasi Tipe 3
R9
(R09 dan R10).
Arrahman
Rumah Aceh dengan bentuk
dan susunan yang sudah
berubah. Penambahan ruang
terjadi pada seluruh bagian R10
rumah. sebagian besar kolong
Amriani
rumah sudah tidak terlihat.
Model rumah ini mulai
berkembang tahun 2000an.
Rumoh Aceh tipe 1 merupakan rumoh Aceh dengan bentuk dan susunan ruang
mengikuti rumoh Aceh asli. Bentuk rumoh Aceh masih terlihat dengan jelas. Menurut
ibu karmiah sang pemilik rumah tipe 1 ini, rumah tipe ini mulai berkembang sekitar
tahun 1940an (Gambar 5.1, dan 5.2). Rumoh Aceh tipe 1 ini masih menerapkan
pertama dari rumoh Aceh tersebut menyatakan bahwa, “pada masa itu masyarakat
penambahan ruang pada susunan intinya saja”. Perubahan yang terjadi pada model
rumoh Aceh tipe 1 ini masih memperlihatkan konsep rumoh Aceh dengan jelas.
Elemen-elemen pada rumoh Aceh masih dapat dijumpai dengan mudah, salah satunya
Model perubahan pada rumoh Aceh tipe 1 ini masih sangat sederhana.
Perubahan yang terjadi hanya pada penambahan ruang pada bagian dalam rumoh
Aceh. Material yang digunakan cenderung menggunakan material alami seperti kayu,
dikarenakan pada masa ini material kayu masih sangat mudah didapat. Selain itu,
penggunaan material alami dikarenakan juga pada masa ini perkembangan material
Nilai–nilai sosiokultural yang terkadung pada rumoh Aceh tipe 1 ini masih
terjaga dengan baik. Menurut ibu karmiah, “pada masa ini (1900-1940an) ketentuan
adat dan norma Agama masih sangat ketat dijalankan oleh masyarakat”. Rumoh
lama seperti:
1940an. Pada saat proses membangun, upacara adat yang dilakukan adalah
rumah. Sementara saat bangunan telah selesai dan siap untuk ditempati
b. Kepemilikan rumah
rumah R1 dan R2, rumah R1 dan R2 masih mengikuti adat lama yaitu
Tabel 5.2 penerapan nilai-nilai lama dan perubahan nilai-nilai pada rumah R1 dan R2
Nilai-nilai Sosiokultural yang masih
diterapkan
Nilai –nilai Sosiokultural
Objek Upacara adat
yang mengalami
Kajian membangun dan Kepemilikan
perubahan
menempati rumah
rumah
Rumah a. Upacara Kepemilikan Pada rumah R1 Belum ada
R1 pengambilan rumah masih milik Nilai-nilai lama yang
bahan istri dan anak berubah. Dikarenakan
perempuan sesuai penerapan nilai-nilai lama
dengan hokum adat masih terjaga dengan baik.
yang berlaku.
c. Upacara
menempati rumah
baru
Rumah a. Upacara Kepemilikan Pada rumah R2 Juga belum
R2 pengambilan rumah masih milik ada Nilai-nilai lama yang
bahan istri dan anak berubah.
perempuan.
b. Upacara saat
mendirikan
bangunan
c. Upacara
menempati rumah
baru
Perubahan yang terjadi hanya penambahan ruang yang terdapat pada bagian
hal tata letak rumah, orientasi rumah masih mengikuti orientasi utara selatan dan
membujur timur barat seperti rumoh Aceh yang asli. Namun orientasi terhadap jalan
yang membedakannya. Rumah R1 berada disisi barat jalan dan R2 berada disisi timur
jalan
jalan
Menurut hasil wawancara dengan ibu Rohani, penambahan ruang kamar khusus
Sedangkan pada rumah R2 penambahan ruang juga terjadi pada bagian seuramoe
likoet (belakang). Namun penambahan ruang hanya berupa ruang untuk penyimpanan
Sehingga ruang seuramoe likoet (belakang) dapat lebih teratur dan dapat
dimanfaatkan sebagai ruang makan. Selain orientasi rumah, nilai-nilai lama yang
masih terjaga pada rumah R1 dan R2 adalah tidak adanya kamar tidur untuk anak
laki-laki didalam rumah serta peletakan toilet yang tidak menyatu dengan rumah. Hal
tersebut dapat dilihat dari bentuk denah rumah R1 dan R2 (Tabel 5.3).
Rumah R2
Penambahan ruang
penyimpanan (gudang) untuk
menyimpan alat2 dapur dan
peralatan perkebunan lainnya.
Sehingga ruang seuramoe
likoet lebih tertata dan rapi.
pada rumoh Aceh asli. Nilai-nilai dari konsep suci pada rumoh aceh asli dengan
terdapat pemisahan antara kamar mandi/toilet dengan rumah induk masih diterapkan.
Pada rumah R1 dan R2, Kamar mandi/toilet masih ditempatkan pada bagian luar
rumah dan terpisah dari rumoh Aceh. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga
Penambahan ruang yang terjadi tidak merubah susunan ruang asli. Pembedaan
ruang antara ruang publik dan ruang privat masih sangat jelas terlihat pada
pembagian ruang-ruang rumah R1 dan R2. Ruang-ruang dibagi dalam tiga zona
besar, yaitu zona publik pada seuramoe keu (depan), zona suci pada seuramoe
teungoh (tengah) dan zona privat pada seuramoe likoet (belakang) (Gambar 5.7).
Pada rumah R1 dan R2 batasan kegiatan antara kaum laki-laki dan kaum
perempuan masih terjaga dengan baik. Selain itu pada rumah R1 dan R2 letak kamar
tidur baik kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak perempuan masih ditempatkan
pada posisi lebih tinggi dari level lantai seuramoe keu dan seuramoe likoet. Hal
kamar pada level yang lebih tinggi dari seuramoe keu dan seuramoe likoet.
Untuk fungsi ruang pada rumah tipe 1 ini tidak banyak terjadi perubahan.
Nilai-nilai lama yang berkaitan dengan fungsi ruang seperti pada bagian seuramoe
reunyeun (tangga) masih terjaga. Pada bagian yup moh (kolong) pada rumah R1 dan
R2, posisi tangga masih berfungsi sebagai batasan kontrol sosial bagi tamu yang
Pada rumah R1 dan R2 perubahan fungsi ruang hanya terjadi pada bagian
penambahan ruang yaitu pada seuramoe likoet. Sedangkan pada rumah R2 perubahan
ruang tersebut disebabkan karena adanya kebutuhan ruang privasi (rumah R1) dan
adanya perubahan aktivitas (rumah R2). Pada rumoh Aceh bagian seuramoe likoet
perempuan dan ruang penyimpanan diletakkan pada bagian seuramoe likoet dari
konfigurasi ruang dan fungsi ruang pada rumah aceh tipe 1 maka diperoleh data
Table 5.5 Kesimpulan perubahan nilai dan bentuk pada rumoh Aceh tipe 1
Rumoh Aceh tipe 2 merupakan rumoh Aceh dengan bentuk dan susunan ruang
Bentukan rumoh Aceh masih dapat terlihat. Modifikasi terjadi pada sebagian rumah,
baik itu susunan ruang dan bentuk dari rumah itu sendiri. Perubahan yang dilakukan
dengan penambahan ruang pada bagian bawah dari seurmoe likoet dan pada bagian
belakang dari rumah. Menurut pak Razali, sang pemilik dari rumah tersebut, model
seperti ini mulai berkembang ditahun 1990-an. Perubahan yang terjadi masih
menggunakan material kayu dan ada juga yang sudah menggunakan penggunaan
material fabrikasi. Pada masa ini masyarakat baru mulai mengenal material fabrikasi
sebagai alternatif penggati material alam. Namun dikarenakan material alam yang
alami.
Nilai-nilai sosiokultural yang terkandung pada pada rumah R3, R4, R5, R6,
R7 dan R8 mulai mengalami perubahan. Menurut pak Razali, rumah tipe 2 ini mulai
berkembang pada tahun 1990an. Perkembangan yang terjadi pada masa ini sudah
hidup yang lama. Ketentuan akan nilai adat istiadat sudah mulai tidak terlalu ketat
diterapkan dimasyarakat. Namun nilai-nilai lama masih diterapkan pada rumoh Aceh
Rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 berkembang pada tahun 1990an. Pada
saat proses membangun, upacara adat yang dilakukan hanya upacara pada
saat mendirikan rumah dan pada saat bangunan telah selesai dan siap
baru. Sementara upacara mengambil bahan dihutan pada rumah tipe 2 ini
dibeli.
b. Kepemilikan rumah
Untuk rumoh aceh dengan perubahan tipe 2 ini yang berkembang pada
sosiokultural yang berubah pada rumoh Aceh R4, R5, R6, R7 dan R8 seperti berikut
(Tabel 5.6).
Penerapan nilai-nilai lama dalam kaitan dengan tipologi rumoh Aceh seperti
Orientasi pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 masih mengikuti orientasi utara
selatan dan membujur timur barat seperti pada rumoh Aceh yang asli. Namun
orientasi rumah terhadap jalan yang menunjukan adanya perbedaan. Hal ini
dikarenakan orientasi rumoh Aceh tidak berpedoman pada jalan namun berorietasi
pada arah kiblat. Rumah R3 berada disisi utara jalan, R4 berada disisi barat jalan, R5
berada disisi utara, R6 berada disisi barat, R7 berada disisi barat jalan dan R8 berada
j
a
l
a
n
jalan
j
a
l
a
n
jalan
jalan
j
a
l
a
n
terlalu signifikan, perubahan yang terjadi pada rumoh Aceh tipe 2 ini masih
sederhana dan tidak merubah konsep dari rumoh Aceh secara keseluruhan. Perubahan
terjadi pada sebagian ruang-ruang pada rumah. Penambahan ruang yang terjadi
dengan menambahkan ruang seperti: kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang
kerja, dapur, ruang makan, gudang, kamar mandi/wc (Gambar 5.20-5.25). Hal
tersebut mulai menghilangkan konsep kolong dari rumah Aceh. Selain itu,
penambahan kamar tidur untuk anak laki-laki (R3, R4, R5, R6, R7 dan R8) juga
memperlihatkan adanya budaya lama pada rumoh Aceh yang mulai berubah.
Menurut hasil wawancara dengan pak Ilyas, penambahan kamar tidur (R3,
R4, R5. R6, R7 dan R8) baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki
merupakan hal yang banyak dilakukan pada rumah aceh tipe 2. Selain karena jumlah
kamar yang ada tidak mencukupi untuk anggota keluarga, faktor kebutuhan akan
ruang pribadi juga menjadi faktor penambahan ruang kamar tidur. Sementara itu,
untuk penambahan ruang tamu dan ruang keluarga (R3 dan R5) menurut ibu Isnaini,
tetangga dan saudara, selain itu dapat digunakan juga sebagai ruang komunikasi
teungoh, menurut pak razali, penambahan ruang kerja pada rumahnya harus ia
lakukan dikarenankan tuntutan pekerjaan beliau sebagai kepala desa di Desa Blang
Baroh. Sehingga warga bisa kapan saja menjumpai beliau jika berhubungan dengan
pemerintahan desa tanpa harus ke kantor desa. Penambahan ruang makan dan dapur
(R3, R4, R5. R6, R7 dan R8) menurut ibu kamariah, penambahan ruang makan dan
menggunakan minyak (kompor) dan mulai meninggalkan kayu. Selain itu faktor
perabotan dan penggunaan alat-alat dapur lainnya juga menuntut pemilik ingin
dapurnya kelihatan bersih dan rapi. Oleh karena itu, penambahan ruang dapur dan
ruang makan dilakukan pada seuramoe likoet didalam rumoh Aceh. Berikutnya
penambahan kamar mandi/wc (R3, R4, R5. R6, R7 dan R8), menurut ibu Hj.
yang sudah berumur lanjut untuk mengakses kamar mandi sewaktu-waktu. Kamar
mandi/wc yang dibuat didalam rumah lebih aman dan terlindungi. Hal ini tentunya
berbeda dengan konsep rumoh Aceh asli yang menempatkan kamar mandi/wc diluar
rumah. Selain itu penambahan gudang (R4) menurut ibu kamariah, dikarenakan
Rumah R4 (Kamariah)
Kamar tidur (kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
R.Keluarga (ruang berkumpul
dan acara-acara keluarga).
Rumah R6 (Hj.Nuriah)
Kamar tidur (kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
R.Keluarga (ruang berkumpul
dan acara-acara keluarga).
Rumah R8 (Yusuf)
Kamar tidur ( kebutuhan akan
ruang privasi). Dapur (agar
lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan akses).
Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 2 ini mulai merubah penerapkan
sistem konfigurasi ruang pada rumoh Aceh asli. Pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan
R8 masih terlihat adanya perbedaan zona seuramoe keu (publik), seuramoe teungoh
(privat) dan seuramoe likoet (privat). Perubahan terjadi pada bagian bawah dari
seurmaoe likoet dan pada bagian belakang. Konsep kolong rumoh Aceh masih
berubahnya nilai-nilai konsep suci pada rumoh aceh tipe 2 ini dengan menempatkan
kamar mandi/toilet kedalam rumah dan menyatu dengan rumah. Pada rumah R3, R4,
rumah (Tabel 5.7). Hal ini tentu menjadi berbeda dengan konsep nilai pada rumoh
Aceh yang asli. Hal ini menjadi bahagian dari New Elemen (elemen baru) (Rapopor,
1990), yang terdapat pada perkembangan rumoh Aceh tipe 2 ini yang sudah
Untuk fungsi ruang pada rumah tipe 2 ini banyak terjadi perubahan. Nilai-
nilai lama yang berkaitan dengan fungsi ruang bawah seperti fungsi tangga pada-
bagian yup moh sudah tidak berfungsi sebagai kontrol sosial bagi tamu yang bukan
muhrim atau bukan keluarga dekat yang ingin bertamu. Fungsi tangga sebagai ruang
batasan kontrol sosial sudah berganti dengan adanya penambahan ruang tamu pada
Perubahan fungsi ruang pada rumah R3, R4, R5, R6, R7 dan R8 terjadi pada
seuramoe likoet. Pada seuramoe likoet perubahan terjadi dengan adanya tambahan
ruang sebagai kamar anak perempuan dan anak laki-laki, dapur dan kamar mandi/wc,
ruang tamu, ruang keluarga dan ruang penyimpanan. Perubahan fungsi ruang dari
seuramoe likoet ini dikarenakan seuramoe likoet dari rumoh Aceh lebih mudah jika
konfigurasi ruang dan fungsi ruang pada rumah Aceh tipe 2 maka diperoleh data
Table 5.9 Kesimpulan perubahan nilai dan bentuk pada rumoh Aceh tipe 2
Rumoh Aceh tipe 3 merupakan rumoh Aceh dengan bentuk dan susunan ruang
yang sudah mengalami perubahan pada keseluruhan bangunan (Gambar 5.19, dan
5.20). Bentuk rumoh Aceh sudah tidak terlihat dengan jelas. Modifikasi terjadi
diseluruh bagian rumah, baik itu susunan ruang dan bentuk dari rumah itu sendiri.
Perubahan yang dilakukan dengan penambahan ruang pada bagian bawah dari
seuramoe keu, seurmoe likoet dan pada bagian belakang dari rumah. Menurut pak
Abdurrahman (pemilik rumah), model seperti ini mulai berkembang ditahun 2000-an.
Perubahan yang terjadi didominasi oleh penggunaan material fabrikasi. Hal tersebut
dikarenakan pada tahun 2000-an material fabrikasi sudah sangat mudah dijumpai di
Pidie dan sebaliknya dengan material kayu yang sudah sangat sulit dijumpai
keberadaanya.
Nilai-nilai sosiokultural yang terkandung pada rumoh Aceh tipe 3 ini sudah
banyak mengalami perubahan. Menurut pak A. Rahman, rumah R09 dan R10 yang
kehidupan modern. Saat ini masyarakat Desa Blang baroh mulai mengadopsi gaya
hidup modern. Pada zaman yang serba modern, masyarakat menginginkan segala
sesuatunya yang serba instan dan efisien. Hal ini berdampak pada hunian masyarakat
Aceh yang ada di Desa Blang Baroh. Kondisi tersebut diperparah lagi oleh mahalnya
harga kayu dan sulitnya mendapatkan kayu pilihan untuk membangun dan
rumoh Aceh sudah menggunakan material fabrikasi. Perubahan yang terjadi pada
rumoh Aceh mulai menghilangkan nilai-nilai yang terdapat pada rumoh Aceh itu
sendiri. Selain itu nilai-nilai yang ada pada rumoh Aceh tersebut ikut berubah, nilai-
Rumah R9 dan R10 berkembang pada tahun 2000an. Pada saat proses
mendirikan rumah dan pada saat bangunan telah selesai dan siap untuk
Sementara upacara adat saat mengambil bahan dihutan pada rumah tipe 3
ini sudah tidak dilakukan lagi. Hal tersebut dikarenakan material yang
dibeli. Selain itu material fabrikasi juga mulai mendominasi pada rumoh
b. Kepemilikan rumah
Untuk rumoh Aceh dengan perubahan tipe 3 ini yang berkembang pada
dimana rumah dan perkarangannya akan menjadi hak istri dan anak
Tabel 5.10 Penerapan nilai-nilai lama dan perubahan nilai pada rumah R9 dan R10
Pengguanaan material
fabrikasi yang sangat
mendominasi
Rumah a. Upacara saat Kepemilikan rumah Upacara pengambilan
R10 mendirikan tidak lagi mengikuti bahan dihutan sudah
bangunan huukum Adat. Namun tidak dilaksanakan.
saat ini sudah
b. Upacara menaiki mengikuti hukum Letak toilet disatukan
rumah baru Syariat Islam yang dengan rumah
berlaku di Aceh
Adanya penambahan
kamar bagi anak laki-laki
Pengguanaan material
fabrikasi yang sangat
mendominasi
Bentukan ruang pada rumoh Aceh tipe 3 ini mengalami perubahan yang
Orientasi rumah R9 dan R10 masih mengikuti orientasi utara selatan dan
membujur timur barat seperti rumoh Aceh pada umumnya yaitu berorietasi pada arah
kiblat. Namun orientasi terhadap jalan, Rumah R9 dan R10 berada disisi barat jalan
j
a
l
a
n
j
a
l
a
n
Dari sisi bentuk hunian, perubahan yang terjadi pada rumoh Aceh tipe 3 ini
mulai merubah konsep dari rumoh Aceh. Perubahan tersebut dapat dilihat dengan
mulai adanya penambahan ruang langsung di atas tanah pada bagian bawah dan
seuramoe likoet. Penyatuan toilet kedalam rumah dan penambahan ruang tidur anak
laki-laki menjadi hal berbeda dengan nilai-nilai pada rumoh Aceh asli yang menjadi
acuan.
Pada rumah R09 perubahan terjadi dengan adanya penambahan ruang seperti
ruang keluarga, kamar tidur, ruang tamu, dapur, gudang dan kamar mandi/wc.
Menurut pak Arrahman, penambahan ruang keluarga dan ruang tamu dimaksudkan
untuk ruang berkumpul keluarga dan ruang untuk menerima tamu. Penambahan
kamar tidur anak laki-laki dimaksudkan sebagai ruang privasi mereka. Serta
penambahan dapur, gudang dan kamar mandi/wc yang ditempatkan didalam rumah
disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor keamanan dan efisien. Sedangkan pada
rumah R10 perubahan yang terjadi adanya penambahan ruang seperti ruang keluarga,
kebutuhan keluarga. Tidak jauh berbeda dengan pendapat ibu isnaini, penambahan
kamar tidur anak laki-laki juga dimaksudkan sebagai ruang privasi mereka karena
anak laki-laki pak ilyas sudah berumur remaja. Penambahan dapur dan ruang makan
didalam rumah dimaksudkan agar dapur telihat lebih bersih dan rapi, sementara
kamar mandi/wc agar mudah diakses. Penambahan carport yang diletakkan dibagian
depan sebagai ruang penyimpanan untuk kendaraan bermotor dari pemilik agar lebih
Rumah R9
(A. Rahman) R.tamu (ruang publik/
silaturahmi dengan
kerabat dan saudara).
Kamar tidur (kebutuhan
akan ruang privasi).
Dapur dan ruang makan
(agar lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan
akses).
Carport (ruang
penyimpanan kendaraan
bermotor)
Rumah R10
(Amriani) R.Tamu (ruang publik/
silaturahmi dengan
kerabat dan saudara ).
R.Keluarga (ruang
berkumpul dan acara-
acara keluarga).
Kamar tidur (kebutuhan
akan ruang privasi).
Dapur dan ruang makan
(agar lebih higienis).
Km/Wc (kemudahan
akses).
Gudang (kebutuhan akan
ruang penyimpanan agar
lebih aman)
Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 3 ini sudah tidak menerapkan lagi
sistem nilai-nilai konfigurasi ruang pada rumoh Aceh asli. Pada rumah R09 dan R10
sudah tidak terlihat lagi adanya perbedaan ruang untuk zona kegiatan laki-laki dan
perempuan seperti zona seuramoe keu (publik), seuramoe teungoh (suci) dan
seuramoe likoet (privat) seperti yang terdapat pada susunan rumoh Aceh asli.
kesan kolong yang menjadi salah satu ciri khas rumoh Aceh. Hal tersebut dipengaruhi
juga oleh penggunaan material fabrikasi yang secara pengaplikasiannya lebih mudah
Penambahan kamar tidur yang dilakukan pada bagian bawah rumah dan
didirikan langsung diatas tanah mulai menghilangkan kesan kamar sebagai ruang
paling suci dalam rumoh Aceh sebagaimana pada rumoh Aceh yang asli. Selain itu,
Aceh asli yang memisahkan kamar mandi/toilet untuk menjaga kesan suci pada
rumoh Aceh. Hal ini juga menjadi elemen baru pada rumoh Aceh tipe 3 ini.
dengan adanya penambahan ruang tamu pada bagian yup moh (kolong). Penambahan
ruang tamu menghilangkan fungsi tangga sebagai kontrol sosial bagi tamu yang
bukan muhrim atau bukan kerabat dekat yang ingin berkunjung. Penambahan ruang
yang dilakuka pada bagian kolong rumah juga menghilangkan konsep rumah
panggung pada rumoh Aceh yang sudah menjadi cirri khas dari rumoh Aceh tersebut.
Untuk fungsi ruang pada rumah tipe 3 ini banyak terjadi perubahan.
Perubahan fungsi ruang terjadi pada bagian penambahan ruang yaitu pada seuramoe
keu, seuramoe teungoh dan seuramoe likoet. Pada rumah R09 seuramoe keu terdapat
perubahan ruang sebagai carport, seuramoe teungoh terdapat ruang tamu dan
seuramoe likoet perubahan terjadi dengan adanya tambahan ruang sebagai kamar
anak perempuan dan anak laki-laki, dapur dan kamar mandi/wc. Sedangkan pada
rumah R10 perubahan fungsi ruang terjadi karena adanya penambahan ruang tamu,
ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi/wc dan ruang
konfigurasi ruang dan fungsi ruang maka diperoleh data dari perubahan-perubahan
Table 5.13 Kesimpulan perubahan nilai dan bentuk pada rumoh Aceh tipe 3
Aspek Perubahan Faktor
Sosiokultural Mengalami perubahan Dipengaruhi oleh gaya hidup
modern.
Tipologi ruang Penambahan ruang : Kebutuhan akan ruang
Ruang tamu,ruang keluarga, privasi, Ruang berkumpul,
kamar tidur, ruang makan, Kebersihan dan higienis,
dapur, kamar mandi/wc, kemudahan akses dan ruang
gudang dan carport. penyimpanan.
5.5 Perubahan Tata Nilai dan Bentuk Rumoh Aceh Hingga Saat Ini
Berikut adalah analisa faktor perubahan yang terjadi pada rumoh Aceh hingga
saat ini berdasarkan komponen yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Analisa
didasarkan pada hasil wawancara kepada beberapa narasumber, yaitu pemilik rumah
dan masyarakat yang sudah menetap dilokasi penelitian lebih dari 50 tahun
(Lampiran 2). Hal tersebut bertujuan untuk mengumpulkan segala bentuk informasi
mengalami perubahan. Hasil dari wawancara tersebut akan didukung oleh kondisi
budaya masyarakat Aceh saat ini yang didapati dari hasil observasi lapangan dan
peneliti sendiri sebagai penduduk lokal yang lahir dan tinggal di Aceh serta kondisi
budaya masyarakat Aceh massa lalu yang didapati dari studi literatur.
Perubahan nilai-nilai sosiokultural yang terjadi pada rumoh Aceh mulai tahun
1940an hingga saat ini memperlihatkan bahwa adanya pergeseran budaya dalam
masyarakat Aceh. Nilai-nilai tradisional mulai hilang dan munculnya nilai-nilai baru
yang dipengaruhi oleh keinginan akan gaya hidup modern (Tabel 5.14).
nilai-nilai lama seperti upacara pengambilan bahan dihutan sudah tidak dilaksanakan
lagi. Pemisahan antara toilet dan rumah juga menjadi kendala pada kehidupan saat
ini. Sehingga saat ini toilet dibangun menyatu dengan rumah. Selain itu, ditemukan
juga ruang yang dikhususkan untuk menerima tamu, untuk keluarga sehingga fungsi
tangga pada rumoh Aceh sebagai batas atau sebagai kontrol sosial bagi tamu yang
perkembangan rumoh Aceh di desa Blang Baroh Pidie saat ini. Persoalan perubahan
terhadap budaya dan lingkungan, ada kategori yang disebut dengan istilah core
elemen (Rapoport, 1990). Core element (Elemen inti), sulit atau lambat berubah dan
menjadi identitas pemilik arsitektur. Biasanya Core elemen yang sulit berubah
memiliki kaitannya dengan budaya kehidupan masyarakat. Hal ini cukup dapat
mengikuti orientasi pada rumoh Aceh asli yaitu menghadap utara selatan dan
membujur timur barat. Konsep kolong yang masih didapati pada rumah Aceh di Desa
Blang baroh juga menjadi sesuatu yang hal yang masih dipertahankan. Selain itu
ruang khusus untuk tamu, keluarga dan anak perempuan masih ada pada
perkembangannya rumoh Aceh di desa Bang Baro. Disisi lain yang menjadi hal baru
adalah adanya penambahan kamar anak laki-laki dan kamar mandi/toilet dalam
yang berlaku pada saat ini. Hal tersebut dikategorikan dalam New elemen (elemen
yang diadaptasi oleh pemilik kebudayaan dan menjadi bagian baru pada arsitektur)
(Rapoport, 1990).
Bentukan ruang yang didapati dari hasil analisa pada rumoh Aceh mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Perubahan terjadi pada mulai dari sebagian ruang
perubahan kearah belakang dari rumoh Aceh atau bagian seuramoe likoet. Perubahan
terjadi dengan adanya penambahan ruang seperti ruang keluarga, kamar tidur, ruang
tamu, dapur, gudang dan kamar mandi/wc serta carport. Perubahan yang terjadi
menyesuaikan dengan kebutuhan mereka saat ini. Oleh karena itu banyak ruang-rang
baru yang hadir dalam perkembangan rumoh Aceh saat ini. Ruang-ruang tersebut
hadir untuk memenuhi kebutuhan dari penghuni rumoh Aceh dengan kompleksitas
Table 5.15 Perubahan Tipologi ruang dari 1940 hingga saat ini
likoet.
Tipologi rumah
tipe 1 (1940)
Tipologi rumah
tipe 2 (1990)
likoet
Tipologi rumah
tipe 3 (2000an)
Konfigurasi ruang pada rumoh Aceh tipe 1 dan tipe 2 masih menerapkan
sistem konfigurasi ruang pada rumoh Aceh. Namun pada tipe 3 sudah tidak
menerapkan lagi konfigurasi ruang seperti pada rumoh Aceh. Pada rumah tipe 3
sudah tidak terlihat lagi adanya perbedaan zona seuramoe keu (publik), seuramoe
Table 5.16 Perubahan Konfigurasi ruang dari tahun 1940 hingga saat ini
Konigurasi rumah
tipe 1 (1940)
Fungsi ruang pada rumah Aceh sejak tahun 1940 hingga saat ini mengalami
banyak perubahan. Pada rumoh Aceh tipe 2 dan tipe 3 perubahan fungsi yang
merubah nilai-nilai lama adalah berubahnya fungsi tangga pada yup moh (kolong)
bagian seuramoe keu (serambi depan) yang dulunya berungsi sebagai ruang batasan
kontrol sosial bagi tamu yang bukan muhrim atau bukan saudara dekat yang ingin
berkunjung kini fungsinya tergantikan dengan adanya ruang tamu. Selain itu
perubahan fungsi yup moh (kolong) yang berganti dengan ruang-ruang tambahan
baru, mulai menghilangkan konsep rumah panggung pada rumoh Aceh yang telah
Perubahan fungsi ruang terjadi pada bagian penambahan ruang yaitu pada
seuramoe keu, seuramoe teungoh dan seuramoe likoet (Tabel 5.17). Pada rumah R09
seuramoe keu terdapat perubahan ruang sebagai carport, seuramoe teungoh terdapat
ruang tamu dan seuramoe likoet perubahan terjadi dengan adanya tambahan ruang
sebagai kamar anak perempuan dan anak laki-laki, dapur dan kamar mandi/wc.
Sedangkan pada rumah R10 perubahan fungsi ruang terjadi karena adanya
penambahan ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar
Table 5.17 Perubahan Fungsi ruang dari tahun 1940 hingga saat ini
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan bahwa karakteristik rumoh Aceh yang terdapat pada lokasi
penelitian yaitu, Gampong Blang Baroh Pidie dapat dijelaskan seperti pada Tabel 6.1.
108
Karakteristik Gambar
Karakteristik Gambar
lokasi penelitian, hasil penelitian juga menunjukan beberapa hal baru pada rumoh
Aceh yang berkembang di Gampong Blang Baroh Pidie yang dapat ditarik sebagai
yang berbeda-beda.
3. Selain itu perubahan dari nilai-nilai sosikultural juga terjadi pada rumoh
Aceh seperti; mulai hilangnya batasan kegiatan antara kegiatan kaum laki-
laki dan kaum perempuan dan mulai adanya kamar mandi/wc dalam
rumoh Aceh.
4. Arsitektural rumoh Aceh yang masih dapat terlihat dari dulu hingga
sekarang adalah:
a. Nilai-nilai sosiokultural
Masih adanya kamar khusus untuk anak perempuan (rumoh anjong) dan kamar
khusus orang tua (rumoh inoeng), serta seuramoe keu dalam bentuk
ruang tamu dan ruang keluarga. Selain itu, upacara adat saat
masyarakat.
b. Tipologi ruang
likoet (belakang) masih dapat terlihat pada rumoh Aceh. Hal lain yang
masih dapat dijumpai hingga saat ini adalah orientasi rumoh Aceh
Konfigurasi penempatan ruang antara ruang publik dan ruang privat masih
dapat dijumpai pada rumoh Aceh saat ini. Hal itu terlihat dengan
adanya perbedaan kegiatan ruang publik dan ruang privat. Selain itu,
keberadaan kolong juga masih dapat dijumpai pada rumoh Aceh saat
ini.
d. Fungsi ruang
Fungsi ruang merupakan salah satu elemen yang ikut berubah, namun
teungoh juga masih difungsikan sebagai area kamar tidur orang tua
dan anak perempuan (ruang privat). Serta area dapur pada seurmoe
likoet.
ekonomi yang baik, mampu mendorong pemilik dari rumoh Aceh untuk
lokal dari masayarakat Aceh itu sendiri. Sehingga perubahan yang terjadi
6.2 Saran
Kelestarian dari rumoh Aceh diharapkan masih dapat dinikmati dalam jangka
waktu yang lebih lama. Oleh karenanya beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
melestarikan rumoh Aceh itu sendiri, agar dapat dinikmati lebih lama oleh
generasi-generiasi beikutnya.
pada rumoh Aceh agar nilai-nilai yang terkadung dalam rumoh Aceh tidak
rumoh Aceh, namun juga mengerti hal-hal apa saja yang boleh dan tidak
untuk perubahan dan penambahan ruang yang akan dilakukan kedepannya pada
rumoh Aceh sebaiknya tetap mempertahankan nilai-nilai dan elemen yang ada pada
rumoh Aceh, mengikuti perubahan ataupun penambahan ruang seperti pada rumoh
Aceh tipe 1 dan tipe 2 yang terdapat pada lokasi penelitian. Hal tersebut dikarenakan
konsep rumoh Aceh masih dapat terlihat dan mudah dikenali pada rumoh Aceh tipe 1
adanya perbedaan sifat ruang untuk kaum laki-laki dan perempuan dan
Ruang paling
suci,ditempatkan rumoh Ruang
Ruang publik, anjoeng dan rumoh private,digunak
digunakan sebagai inoeng an sebagai
ruang kegiatan kaum ruang kegiatan
laki-laki. kaum wanita.
2. Selain itu, perubahan pada rumoh Aceh dapat dilakukan dengan tetap
satu bagian yang menjadi ciri khas dari rumoh Aceh tersebut (Gambar
6.2).
Mempertahankan konsep
kolong rumoh Aceh.
Pada opsi kedua, arah dari perubahan dan penambahan ruang juga dapat
dilakukan pada bagian belakang dari seuramoe likoet. Hal ini dapat
Penelitian yang sudah dilakukan ini hanya berfokus pada desa Blang Baroh
berikutnya yang lebih mendalam tentang bentuk dan perubahan nilai-nilai pada
rumoh Aceh. Penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai pedoman bagi pemilik rumoh Aceh yang masih asli dalam melakukan