Anda di halaman 1dari 19

1.

Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel, atau pengambilan sempel
secara random atau acak.
Contoh :
Misalkndpoumhiwayngterds60o(N=).Akandimblspeyk10orang(-)secitm.Unuk,JadspeltrihNo.Absn:2,8140635,.
Contoh 2: Ditetapkan interval = 20
Secara acak terpilih : Anggota populasi ke-7 sebagai anggota ke-1 sampel maka :
Anggota populasi ke-27 menjadi anggota ke-2 sampel
Anggota populasi ke-47 menjadi anggota ke-3 sampel, dst.
Teknik dan alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data antara lain :
a. Teknik Observasi (Pengamatan )
Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap
subyek penelitian. Berdasarkan pelaksanaannya, teknik pengamatan ini dibedakan menjadi :
a. Teknik pengamatan langsung
b. Teknik pengamatan tak langsung
c. Teknik pengamatan partisipasi
b. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi digunakan untuk mendapatkan data primer maupun sekunder. Dalam hal
ini, peneliti mengadakan hubungan (komunikasi) dengan subjek penelitian. Ada dua jenis
teknik komunikasi : yaitu teknik komunikasi langsung dan teknik komunikasi tidak langsung.
2. Dalam pembahasan hasil penelitian (diskusi) disajikan hal-hal sebagai berikut:
Metodologi adalah menguraikan paradigma/pendekatan/metode yang akan dipergunakan
pada penelitian.
a. Paradigma penelitian, berupa penjelasan tentang cara peneliti memandang realitas/fenomena
(aspek ontologism dan epistemologis).
b. Penelitian sumber data yang berisi buraian tentang cara menentukan sumber data atau
informasi, lokasi, waktu penelitian dsb.
c. Tata cara atau teknik pengumpulan data misalnya, wawancara, observasi, telaah dokuen dsb.
d. Prosedur pengambilan/pemilihan sampel dan penentuan unit analisis.
e. Sumber dan teknik pengumpulan data serta termasuk (uji) validitas data yang sesuai dengan
rancangan penelitian yang diusulkan.
Tujuan penelitian
Pada penelitian deduktif hipotikal, tujuan lazimnya adalah untuk menjelaskan/mengukur
hubungan (asosiasi atau kausalitas) antar variabel yang menjadi perhatian dalam studi.
Manfaat penelitian
Mengungkapkan secara spesifik kegunaan yang hendak dicapai:
a. Aspek teoritis(keilmuan) dengan menyebutkan kegunaan teoritis apa yang dapat dicapai dari
masalah yang diteliti.
b. Aspek praktis(guna laksana) dengan menyebutkan kegunaan apa yang dapat dicapai dari
penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian tersebut.
Arti pentingnya suatu diskusi;
a. Untuk memecahkan kesulitan-kesulitan dalam proses penelitian, kejanggalan dalam proses
penelitian, dan agar men getahui kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ada dalam proses
penelitian.
b. Mendapatkan suatu hasil yang falid dalam penelitian.
Untuk perbandingan atara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain.
Namun Menurut Suharsimi (1990: 626) mengemukakan bahwa hasil penelitian (diskusi)
merupakan pengajuan pembahasan secukupnya yang disebabkan karena penemuan dari
penelitian tersebut tidak sesuai dengan hipotesis atau harapan yang dikemukakan, sehingga
peneliti mengungkapkan tentang kemungkinan kekurangan-kekurangan, kekhilafan atau
kekeliruan yang ia perbuat dalam penelitiannya. Dengan kekeliruan tersebut, peneliti
biasanya mengajukan saran-saran kepada calon peneliti yang akan datang, agar kekeliruan
yang telah ia perbuat tidak terulang lagi oleh peneliti lain. Lebih lanjut (Suharsimi, 1990:
626) dikatakan bahwa jika kesimpulan tidak sesuai dengan harapan atau hipotesis maka
diskusi perlu di buat, dengan isi peneliti mengajukan kemungkinan-kemungkinan penyebab
adanya ketidaksesuaian kesimpulan dengan harapan dan atau hipotesis yang telah di ajukan,
penyebab tersebut dapat bersumber dari banyak faktor antara lain :
a. Kurangnya teori pendukung yang digunakan untuk landasan hipotesis sehingga hipotesis
yang dirumuskan menjadi salah.
b. Teknik pengambilan sampel yang kurang tepat atau besarnya sampel tidak sesuai dengan
seharusnya. Kesalahan yang bersumber dari faktor sampel ini dikenal dengan istilah
“sampling error”.
c. Peneliti salah dalam menentukan teknik dan istrumen pengumpulan data sehingga mungkin
saja data yang terkumpul merupakan data palsu bagi problematika yang harus di cari
jawabannya atau hipotesisnya yang akan dibuktikan.
d. Peneliti melakukan kesalahan dalam menentukan metode untuk menganalisis data
penelitiannya. Mungkin saja data yang terkumpul berupa data ordinal tetapi keliru dipandang
sebagai data interval. Teknik analisis yang mestinya regresi yang membiarkan datanya
interval telah diubah menjadi data diskrit kemudian di analisis dengan anava. Materi diskusi
dapat diambil dari literatur, bahan bacaan atau sumber lain. Suharsimi (1990: 627)
menyarankan dalam menyusun hasil penelitian/ diskusi, jika pada pada waktu menyusun
landasan hipotesis kita mencari materi-materi yang dapat dijadikan pendukung kebenaran
yang dikandung dalam hipotesis, maka pada waktu menyusun diskusi kita mencari materi-
materi yang memperlemah kebenaran yang diajukan. Dengan demikian penolakan terhadap
hipotesis tersebut sesuai dengan materi yang berhasil di kumpulkan.
3. Ciri khas penelitian kualitatif adalah :
a. Berpijak pada konsep positivistik
b. Kenyataan berdimensi tunggal, fragmental terbatas, fixed
c. Hubungan antara peneliti dengan objek lepas, penelitian dari luar dengan istrumen standar
yang objektif
d. Seting penelitian buatan dari tempat dan waktu
e. Analisis kuantitatif, statistik, objektif
f. Hasil penelitian berupa inferensi, generalisasi dan prediksi
Sedangkan ciri khas penelitian kuantitatif adalah :
a. Berpijak pada konsep naturalistic
b. Kenyataan berdimensi jamak, kesatuan utuh terbuka, berubah
c. Hubungan peneliti dengan objek berinteraksi, penelitian dari luar & dalam, peneliti sebagai
instrument, bersifat subjektif, judgment
d. Seting penelitian alamiah, terkait tempat dan waktu
e. Analisis subjektif, intuitif, rasional
f. Hasil penelitian berupa deskripsi, interprestasi, tentative-situasional (Sukmadinata, 2005)
4. Dalam penelitian ada 3 macam jenis pertanyaan penelitian
1) Deskriptif
Bagaimana persediaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah
Apakah beberapa kabupaten atau daerah memiliki alat peraga matematika yang lebih
memadai atau tidak ada sama sekali
2) Koreasional
Apakah dalam pelajaran matematika siswa yang memiliki alat peraga secara lengkap
memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan kelas yang kurang kelengkapannya atau
bahkan tidak ada
3) Kausal
Apakah alat peraga dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang benar-benar
menyebabkan nilai siswa dalam materi itu lebih baik.
5. a. Peneliti disebut sebagai instrumen kunci?
Peneliti disebut sebagai instrumen kunci karena kedudukan peneliti adalah kunci
(menentukan) dalam penjaringan data. Peneliti itu sendiri merupakan instrumen pokok. Ia
menyatu secara integratif di dalam proses observasi dan wawancara (participative approach).
Makna dari “instrumen kunci” dimaknai bahwa kejujuran dan perilaku peneliti sangat
berpengaruh dan menentukan keabsahan data dan hasil penelitian yang dilakukannya.
b. Setting penelitiannya alami?
Setting penelitiannya alami, karena penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu
keutuhan. Menurut Bogdan dan Biklen (1990:33) riset kualitatif mempunyai latar alami
karena yang merupakan alat adalah sumber data langsung dan perisetnya. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti
pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu
interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali
sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang
diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak
lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung.
c. Tidak mengenal sampel dan generalisasi terhadap populasi?
Penelitian kualitatif tidak mengenal sampel dan generalisasi terhadap populasi, karena dalam
penelitian kualitatif yang diteliti bukanlah sampel melainkan subyek penelitian dan penelitian
kualitatif bersifat deskriptif. Selain itu hasil penelitian kualitatif memang hanya terbatas pada
tempat dan waktu penelitian sehingga tidak bisa digeneralisasikan karena memang tidak
mengenal sampel. Penelitian kualitatif biasanya menggunakan purposive sampling, dan
hampir tak pernah menggunakan probabilistic sampling.
6. Perbedaan perbedaan antara penelitian eksperimen dan penelitian tindakan (kelas)
a. Latar belakang, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilatarbelakangi suatu masalah di dalam
kelas yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Misalnya, hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD Simfony diketahui sangat rendah. Penelitian
eksperimen lebih atraktif, dimana latar belakang penelitian bukan didasari suatu masalah saja,
akan tetapi teori mendasar dari ahli berkaitan suatu model mutakhir dsb yang memiliki
sejumlah kelebihan dan manfaat dalam pembelajaran. Misalnya, seorang ahli menyebutkan
bahwa Model Team Games Tournament dinilai sebagai model yang mampu meningkatkan
kerja sama dan motivasi belajar siswa, teori lain menyebutkan bahwa partisipasi belajar
siswa yang disertai kerja sama kelompok dan motivasi yang tinggi berpengaruh pada hasil
belajar siswa yang lebih baik.
b. Tujuan, berkaitan dengan latar belakang, maka tujuan dari PTK ialah memecahkan temuan
permasalahan dalam pembelajaran (contoh: meningkatkan hasil belajar). Pemecahan masalah
dalam PTK berupa, digunakannnya suatu model pada mata pelajaran yang dianggap memiliki
masalah. Sedangkan penelitian eksperimen tujuannya ialah mengujicobakan atau menilai
keefektifan suatu model pada variabel tertentu.
c. Pelaksanaan, PTK minimal dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus ialah satu kali pertemuan,
sehingga diharapkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan minimal dua kali
pertemuan, dengan menerapkan model pembelajaran yang sama. Hal ini dilakukan hingga
variabel yang hendak diukur mengalami peningkatan yang diharapkan. Di dalam eksperimen
harus ada kelas eksperimen (kelas yang mendapat perlakuan) dan kelas kontrol sebagai
pembanding. Masing-masing mendapatkan pembelajaran minimal dua kali pertemuan. Perlu
diingat bahwa kelas eksperimen dan kontrol mendapatkan materi, media penunjang dan soal
evaluasi yang sama juga pelaksanaan yang sebisa mungkin di waktu yang sama, perbedaan
hanya terletak pada model pembelajaran yang akan diujicobakan. Kelas eksperimen
mendapatkan pembelajaran dengan model yang akan diujicobakan sedangkan kelas kontrol
mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional.
d. Teknik analisis, apabila dalam PTK analisis berupa deskripsi peningkatan variabel, maka
teknik analisis dalam eksperimen berupa analisis statistik. Diawali dari uji coba instrumen
yang harus memenuhi prasyarat, meliputi validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukaran, hingga uji prasyarat analisis yang mengharuskan data berdistribusi normal,
homogen dan memiliki kesamaan rata-rata sebagai prasyarat pemilihan populasi. Pada
analisis akhir atau uji hipotesis, dilakukan uji perbedaan dan uji pihak kanan yang seluruh
prosesnya menggunakan kaidah statistik. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan software
statistik, seperti SPSS.
7. a. Ciri permasalahannya: Karakteristik pertama dari penelitian tindakan adalah bahwa
kegiatan tersebut dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas
sehari-sehari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai jajaran
staf pengajar di suatu sekolah. Penelitian tindakan memusatkan perhatian pada permasalahan
yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel. Ciri
lain permasalahan penelitian tindakan kelas adalah adanya masalah yang benar-benar riil
yang dihadapi guru dan penting untuk diteliti dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
siswa dari suatu kelas tertentu. Selain itu masalah tersebut menarik perhatian dan mampu
ditangani serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
b. Berapa siklus kegiatan diperlukan ?
4 Siklus Dalama Penelitian Tindakan Kelas
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun
tes hasil belajar Ulangan Harian (UH), Pekerjaan Rumah (PR), dan membuat lembar
pengamatan aktivitas guru dan siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS)
dengan menerapkan pembelajaran Quantum Teaching.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi dan kemajuan belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Pengamatan bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar
tindakan yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Refleksi
Kegiatan refleksi yaitu mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan, kelemahan, dan kekurangan dari proses pembelajaran yang dilakukan
diperbaiki dengan rencana selanjutnya.
c. Mengapa bersifat kolaboratif dan situasional?
1) Bersifat Kolaboratif
Karena peneliti tidak memiliki akses langsung, maka penelitian tindakan diselenggarakan
secara kolaboratif dengan guru yang kelasnya dijadikan kancah penelitian. Hal ini dilakukan,
karena yang “memiliki” kancah itu adalah guru yang bersangkutan, sehingga para peneliti
yang berminat melakukan penelitian, yang seyogyanya merasakan kebutuhan untuk
melakukan penelitian tindakan, tidak memiliki akses kepada kancah dalam peran sebagai
praktisi. Oleh karena itu sifat kolaboratif ini harus secara konsisten tertampilkan sebagai kerja
sama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan penyelenggaraan penelitian tindakan, mulai
dari identifikasi permasalahan serta diagnosis keadaan, perancangan tindakan perbaikan,
sampai dengan pengumpulan serta analisis data dan refleksi mengenai temuan di samping
dalam penyusunan laporan.
2) Bersifat situsional
Bersifat situasional karena penelitian tindakan kelas dilaksanakan didalam situasi nyata yang
sedang berlangsung dan kegiatan penelitian ini tidak boleh mengganggu atau menghambat
kegiatan utama.

Contoh Soal dan jawaban Metodologi Penelitian

1. Buatlah suatu contoh penelitian eksperimen dengan rancangan postest only controlled
group, terutama sebutkan masalah, hipotesis, variabel, yang terdapat di dalam
permasalahan/hipotesis tersebut, dan model analisis datanya. Jika hasil analisis data
menolak hipotesis nihil, apa kesimpulan Saudara?

Jawab:

Rancangan postest only controlled group adalah :

Kelompok Perlakuan Postes


A X Y1
B - Y2

Ø Contoh Masalah:

1. Apakah pembelajaran Koperatif Tipe STAD di kelas VI SMP efektif dalam


mengajarkan Pokok Bahasan Aritmetika Sosial ?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran Koperatif
Tipe STAD dan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional ?

Ø Rumusan Hipotesisnya :
1. Pembelajaran Koperatif Tipe STAD efektif dalam pembelajaran matematika untuk mengajarkan Pokok Bahasan Artimetika Sosial
2. Hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran Koperatif Tipe STAD lebih baik dibanding dengan hasil belajar siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional

Ø Variabelnya terdiri dari :

1. Variabel bebas yaitu Pembelajaran Koperatif Tipe STAD

a. Variabel perlakuan adalah pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran Koperatif Tipe


STAD untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran matematika konvensional untuk
kelompok kontrol

b. Variabel terkontrol yaitu


1. Guru. Guru yang mengajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama
atau setara, yaitu guru bidang studi matematika dengan kualifikasi ijazah yang sama
2. Materi Pembelajaran. Materi Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sama, yaitu materi Aritmetika Sosial berdasarkan Kurikulum Matematika
2004 SMP/MTs.
3. Waktu. Jumlah waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sama

c. Variabel tak terkontrol yaitu :

Keadaan ekonomi orangtua, pendidikan orangtua, budaya siswa, cara belajar siswa, keadaan
tempat tinggal siswa, tingkat IQ siswa

2. Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan, hasil belajar siswa
adalah skor yang diperoleh dari hasil posttes.

Ø Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini selanjutnya di analisis melalui analisis statistik deskriptif dan
analisis inferensial.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat berbentuk tabel frekuensi, tabel silang dan beberapa statistik dasar
seperti rata-rata, median, modus dan varians. Sehubungan dengan itu analisis statistik
deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan
menggunakan tabel frekuensi, rata-rata, varians dan persentase

Data penelitian yang menggunakan analisis statistik deskriptif adalah :

 Data tes hasil belajar siswa.


 Data aktivitas siswa selama pembelajaran.
 Data Keterampilan guru mengelola pembelajaran
 Data respon siswa terhadap pembelajaran.

b. Analisis Statistik Inferensial

analisis statistik inferensial bertujuan untuk melaksanakan suatu generalisasi yang meliputi
estimasi dan pengujian hipotesis berdasarkan suatu data statistik inferensial mencakup
analisis kovarian (ANAKOVA), statistik-t dan korelasi. Analisis statistik inferensial
berfungsi untuk menggeneralisasi hasil penelitian yang dilakukan pada sampel.

Hipotesis nihil, disingkat Ho, merupakan hipotesis statistik (statistical hypothesis) yang
berkaitan dengan tidak ada hubungan, pengaruh, atau perbedaan. Yang dimaksud dengan
tidak ada bukan mutlak berarti 0 (kosong), karena dalam statistik dikaitkan dengan
kebermaknaan hubungan atau perbedaan, sehingga pernyataan tidak ada hubungan (dalam
korelasi) artinya hubungan antara variabel-variabel itu tidak bermakna, begitupula makna
tidak ada pengaruh dimaksudkan bahwa pengaruh itu tidak bermakna. Berarti bilamana
hipotesis nihil (H0) di tolak dalam penelitian tersebut maka kesimpulan yang diambil adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan Pembelajaran Koperatif Tipe STAD dan yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di kelas VII SMP

Rancangan postest only controlled group

2. Terangkan perbedaan antara penelitian eksperimen dan penelitian tindakan (kelas)!

Jawab:

Metode eksperimen memiliki ciri khusus, yaitu:

1) Pemberian perlakuan (treatment variable) kepada subjek penelitian,

2) Pengamatan terhadap gejala yang muncul pada variabel respon sebagai akibat pemberian
perlakuan,

3) Pengendalian variabel lain yang bersama variabel perlakuan ikut berpengaruh terhadap
variabel respon atau variabel tergantung.

Penelitian tindakan dilaksanakan di dalam situasi nyata (riil) dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi (kelembagaan), kelompok, atau program tertentu. Mills (2000: 6)
mengatakan bahwa action research adalah setiap inkuiri yang dilakukan oleh guru-guru
peneliti, kepala sekolah, pembimbing sekolah atau pihak-pihak lain yang terlibat di dalam
situasi pembelajaran, untuk mengumpulkan informasi (data) tentang cara-cara khusus yang
mereka lakukan, bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa mereka belajar.

Tujuan penelitian tidakan bukanlah menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan
secara meluas (generalizable), penelitian tindakan kelas memusatkan perhatian pada
permasalahan yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan
kerepresentatifan sampel.

Penelitian tindakan menerapkan metodologi yang bersifat lebih “longgar” dalam arti tidak
terlalu memperhatikan pembakuan instrumentasi. Namun di pihak lain, sebagai kajian yang
taat kaidah, pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan obyektivitas, sedangkan
imparsialitas dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpretasi data. Penelitian
tindakan dilancarkan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri (self-justification),
melainkan untuk mengungkapkan kebenaran, meskipun jangkauan keterterapannya (range of
generalizability) lebih terbatas.

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik PTK dengan Penelitian biasa

No. Dimensi Penelitian Tindakan Penelitian formal


1 Motivation Action Truth
2 Source of Diagnosis of status Induction-deduction
problem
3 Purpose Improve practice,here & Verify & discover
now generalizable
knowledge
4 Researcher By actor/s from within By disenterested
involvement outsider/s
5 Sample Specific case Representative sample
6 Methodology “Loose” but strive for Standardized, with
objectivity-impartiality built-in objectivity &
impartiality
7 Interpretation of To understand practice To describe, abstract &
findings through reflection- infer theory building by
theorizing by practitioners scientists
8 Ultimate result Better student learning Tested knowledge,
(processes & products) procedures and
materials

3. Penelitian tindakan kelas, jelaskan dengan singkat:

a. Bagaimana ciri permasalahannya?

b. Berapa siklus kegiatan diperlukan?

c. Mengapa bersifat kolaboratif dan situasional?

Jawab:

a. Ciri permasalahannya: Karakteristik pertama dari penelitian tindakan adalah bahwa


kegiatan tersebut dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas
sehari-sehari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai jajaran
staf pengajar di suatu sekolah. Penelitian tindakan memusatkan perhatian pada permasalahan
yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel. Ciri
lain permasalahan penelitian tindakan kelas adalah adanya masalah yang benar-benar riil
yang dihadapi guru dan penting untuk diteliti dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
siswa dari suatu kelas tertentu. Selain itu masalah tersebut menarik perhatian dan mampu
ditangani serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

b. Berapa siklus kegiatan diperlukan?


Konsep pokok dalam penelitian tindakan menurut Kurt Lewin dalam Suharsimi (2002: 83)
adalah bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga
menunjukkan langkah, yaitu :

1) Perencanaan atau planning

2) Tindakan atau acting

3) Pengamatan atau observing dan

4) Refleksi atau reflecting.

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan
berkelanjutan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari
penelitian tindakan yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus,
bukan hanya satu kali intervensi saja. Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi maka
model Kurt Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut ini.

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut dikembangkan oleh Kemmis
dan Mc Taggart yang memandang komponen sebagai langkah dalam siklus. Kedua ahli ini
menyatukan komponen kedua dan ketiga yaitu tindakan dan pengamatan sebagai satu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya,
yaitu refleksi dan mencermati apa yang sudah terjadi. Dari terselesaikannya refleksi lalu
disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan
pengamatan lagi, begitu seterusnya. Jangka waktu untuk suatu siklus sangat tergantung
konteks dan setting permasalahan, bisa jadi dalam bilangan hari atau minggu, tetapi dapat
juga dalam hitungan semester atau tahun.

c. Mengapa bersifat kolaboratif dan situasional?

Ø Bersifat Kolaboratif

Karena peneliti tidak memiliki akses langsung, maka penelitian tindakan diselenggarakan
secara kolaboratif dengan guru yang kelasnya dijadikan kancah penelitian. Hal ini dilakukan,
karena yang “memiliki” kancah itu adalah guru yang bersangkutan, sehingga para peneliti
yang berminat melakukan penelitian, yang seyogyanya merasakan kebutuhan untuk
melakukan penelitian tindakan, tidak memiliki akses kepada kancah dalam peran sebagai
praktisi. Oleh karena itu sifat kolaboratif ini harus secara konsisten tertampilkan sebagai kerja
sama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan penyelenggaraan penelitian tindakan, mulai
dari identifikasi permasalahan serta diagnosis keadaan, perancangan tindakan perbaikan,
sampai dengan pengumpulan serta analisis data dan refleksi mengenai temuan di samping
dalam penyusunan laporan.

Ø Bersifat situsional

Bersifat situasional karena penelitian tindakan kelas dilaksanakan didalam situasi nyata yang
sedang berlangsung dan kegiatan penelitian ini tidak boleh mengganggu atau menghambat
kegiatan utama.

4) Tuliskan suatu contoh akar permasalahan di bidang pendidikan matematika dan


jabarkan akar permasalahan tersebut menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian!

Jawab:

Berdasarkan temuan dari studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science
Study) tahun 2003, rata-rata skor matematika siswa tingkat 7 (kelas VI SMP) di Indonesia
berada di bawah rata-rata skor internasional dan berada pada ranking 34 dari 45 negara.
Kenyataan ini mungkin disebabkan karena selama ini siswa hanya cenderung diajar untuk
menghafal konsep atau prinsip matematika, tanpa disertai pemahaman yang baik.

Kondisi yang seperti ini harus diupayakan untuk diperbaiki. Upaya tersebut dapat dilakukan
diantaranya melalui perbaikan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang berpusat
pada guru sudah saatnya diganti menjadi berpusat pada siswa. Suparno (1997) menyatakan
bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sudah saatnya untuk
meninggalkan atau mengurangi proses pembelajaran dengan metode ceramah, dimana guru
mendominasi bahan yang disampaikan kepada anak didiknya sedangkan anak didik hanya
terpaksa dan dipaksa untuk duduk, mendengarkan, dan mencatat.

Konstruktivisme menempatkan siswa pada peranan utama dalam proses belajar (student
centered). Peranan guru lebih bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu berinovasi
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Inovasi guru tersebut misalnya dalam hal
pemilihan pendekatan pembelajaran.

Salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis ialah


pembelajaran kooperatif. Menurut Davidson & Kroll (1991 : 262) dalam pembelajaran
kooperatif siswa tidak hanya dituntut untuk secara individual berupaya mencapai sukses atau
berusaha mengalahkan rekan mereka, melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai
hasil bersama, aspek sosial sangat menonjol dan siswa dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap keberhasilan kelompoknya.

Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD (Student Team Achievement
Division). Pemilihan tipe STAD dalam tulisan ini karena pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan pembelajaran kooperatif yamg paling sederhana, sehingga cocok digunakan bagi
guru-guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran tipe
STAD dalam pelaksanaannya meliputi empat komponen pokok yaitu : (1) presentasi kelas,
(2) kerja kelompok, (3) kuis atau tes, dan (4) penilaian kelompok. Menurut Slavin (1997:124)
pembelajaran kooperatif tipe STAD bercirikan materi pelajaran yang disampaikan adalah
sederhana dan tugas utama siswa adalah menyelesaikan lembar kerja secara berkelompok.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk menerapkan pembelajaran


kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Aritmetika Sosiall di SMP kelas VII.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran kooperatif


tipe STAD yang baik untuk pokok bahasan Aritmetika Sosial di SMP kelas VII?

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam mengajarkan pokok
bahasan Aritmetika Sosial ?
2. Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional untuk pokok bahasan Aritmetika
Sosial.

5) Dalam penelitian kualitatif, mengapa!

a. Peneliti disebut sebagai instrumen kunci?

Jawab :

Peneliti disebut sebagai instrumen kunci karena kedudukan peneliti adalah kunci
(menentukan) dalam penjaringan data. Peneliti itu sendiri merupakan instrumen pokok. Ia
menyatu secara integratif di dalam proses observasi dan wawancara (participative approach).
Makna dari “instrumen kunci” dimaknai bahwa kejujuran dan perilaku peneliti sangat
berpengaruh dan menentukan keabsahan data dan hasil penelitian yang dilakukannya.

b. Setting penelitiannya alami?

Jawab :

Setting penelitiannya alami: Menurut Bogdan dan Biklen (1990:33) riset kualitatif
mempunyai latar alami karena yang merupakan alat adalah sumber data langsung dan
perisetnya.

c. Tidak mengenal sampel dan generalisasi terhadap populasi?

Jawab :

Penelitian kualitatif tidak mengenal sampel dan generalisasi terhadap populasi, karena dalam
penelitian kualitatif yang diteliti bukanlah sampel melainkan subyek penelitian dan penelitian
kualitatif bersifat deskriptif. Selain itu hasil penelitian kualitatif memang hanya terbatas pada
tempat dan waktu penelitian sehingga tidak bisa digeneralisasikan karena memang tidak
mengenal sampel. Penelitian kualitatif biasanya menggunakan purposive sampling, dan
hampir tak pernah menggunakan probabilistic sampling.

d. Lebih menekankan proses daripada hasil?

Jawab:

Lebih menekankan proses daripada hasil, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bogdan dan
Biklen (1982) bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik, sebagai berikut: qualitative
researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products, proses
menjadi titik perhatian penelitian kualitatif, untuk memberi jaminan makna (pemaknaan)
gejala sosial agar dapat terhindar dari pembenaran yang bersifat common sense.

6. Dalam penelitian yang menggunakan analisis statistik inferensial disyaratkan sampel


yang probabilistik? Apa arti sampel probabilistik itu dan berikan contohnya!

Jawab:

Dalam penelitian kuantitatif data yang dikumpulkan adalah data sampel, kemudian hasil
analisis data itu digeneralisasikan atau diberlakukan pada populasi. Teknik analisis
kuantitatif, khususnya statistik inferensial mensyaratkan sampel random, yakni sampel yang
diambil dengan cara random, karena masalah sampling ini didasari oleh teori peluang
(probability theory). Penetapan taraf signifikansi berkaitan dengan probabilitas kesalahan (p)
dalam menerima atau menolak hipotesis nihil (Ho) atau a. Huruf p menunjukkan probabilitas
kesalahan yang terjadi, sedang a menunjukkan batas toleransi kesalahan yang ditetapkan
sebagai batas penolakan Ho

Cara Penentuan Sampel

Penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan, bahwa karakteristik sampel tiap starata
akan mewakili seluruh populasi. Setiap strata (tingkat) memiliki karakteristik yang agak
berbeda, sesuai dengan pengalaman studi mereka. Dengan menggunakan rumus Cochran
besarnya sampel adalah :

a. Menentukan besarnya sampel total

b. Menentukan besarnya sampel pada tiap strata (tingkat) dengan menggunakan rumus

dengan
N = Keseluruhan sumber data populasi

Nh = Sumber data populasi pada setiap strata/tingkat

n = Ukuran sampel keseluruhan

nh = Ukuran sampel setiap strata

= Simpangan baku skor pada setiap strata

= Varians skor pada setiap strata

V = Varians rata-rata hitung taksiran yang bernilai sama dengan (d/t)2

d = toleransi galat (bias)

t = nilai t atau z pada taraf kepercayaan tertentu

7. Apa yang perlu disajikan dalam pembahasan hasil penelitian (diskusi), dan
terangkan arti pentingnya diskusi tersebut dalam suatu penelitian?

Jawab:

Dalam pembahasan hasil penelitian (diskusi) disajikan hal-hal sebagai berikut:

 Kaidah-kaidah dasar, hubungan kausal atau generalisasi yang diperlukan oleh hasil
penelitian.
 Bukti-bukti yang ditunjukan oleh data untuk tiap kesimpulan utama
 Pengecualian dan teori-teori yang bertolak belakang serta penjelasan-penjelasan
mengenai pengecualian tersebut
 Perbandingan antara hasil penemuan dan penafsiran dengan penemuan peneliti-penliti
lain.
 Pembuatan generalisasi dari penemuan
 Penarikan kesimpulan
 Pemberian saran-saran dan implikasi kebijakan serta rekomendasi

Namun Menurut Suharsimi (1990: 626) mengemukakan bahwa hasil penelitian (diskusi)
merupakan pengajuan pembahasan secukupnya yang disebabkan karena penemuan dari
penelitian tersebut tidak sesuai dengan hipotesis atau harapan yang dikemukakan, sehingga
peneliti mengungkapkan tentang kemungkinan kekurangan-kekurangan, kekhilafan atau
kekeliruan yang ia perbuat dalam penelitiannya. Dengan kekeliruan tersebut, peneliti
biasanya mengajukan saran-saran kepada calon peneliti yang akan datang, agar kekeliruan
yang telah ia perbuat tidak terulang lagi oleh peneliti lain.
Lebih lanjut (Suharsimi, 1990: 626) dikatakan bahwa jika kesimpulan tidak sesuai dengan
harapan atau hipotesis maka diskusi perlu di buat, dengan isi peneliti mengajukan
kemungkinan-kemungkinan penyebab adanya ketidaksesuaian kesimpulan dengan harapan
dan atau hipotesis yang telah di ajukan, penyebab tersebut dapat bersumber dari banyak
faktor antara lain :

a. Kurangnya teori pendukung yang digunakan untuk landasan hipotesis sehingga hipotesis
yang dirumuskan menjadi salah.

b. Teknik pengambilan sampel yang kurang tepat atau besarnya sampel tidak sesuai dengan
seharusnya. Kesalahan yang bersumber dari faktor sampel ini dikenal dengan istilah
“sampling error”.

c. Peneliti salah dalam menentukan teknik dan istrumen pengumpulan data sehingga mungkin
saja data yang terkumpul merupakan data palsu bagi problematika yang harus di cari
jawabannya atau hipotesisnya yang akan dibuktikan.

d. Peneliti melakukan kesalahan dalam menentukan metode untuk menganalisis data


penelitiannya. Mungkin saja data yang terkumpul berupa data ordinal tetapi keliru dipandang
sebagai data interval. Teknik analisis yang mestinya regresi yang membiarkan datanya
interval telah diubah menjadi data diskrit kemudian di analisis dengan anava.

Materi diskusi dapat diambil dari literatur, bahan bacaan atau sumber lain. Suharsimi (1990:
627) menyarankan dalam menyusun hasil penelitian/ diskusi, jika pada pada waktu menyusun
landasan hipotesis kita mencari materi-materi yang dapat dijadikan pendukung kebenaran
yang dikandung dalam hipotesis, maka pada waktu menyusun diskusi kita mencari materi-
materi yang memperlemah kebenaran yang diajukan. Dengan demikian penolakan terhadap
hipotesis tersebut sesuai dengan materi yang berhasil di kumpulkan.

8. Tunjukkan ciri khas penelitian kualitatif yang membedakan dengan penelitian


kuantitatif!

Jawab:

Ciri khas penelitian kualitatif adalah :

 Berpijak pada konsep positivstik


 Kenyataan berdimensi tunggal, fragmental terbatas, fixed
 Hubungan antara peneliti dengan objek lepas, penelitian dari luar dengan istrumen
standar yang objektif
 Seting penelitian buatan dari tempat dan waktu
 Analisis kuantitatif, statistik, objektif
 Hasil penelitian berupa inferensi, generalisasi dan prediksi

Sedangkan ciri khas penelitian kuantitatif adalah :


 Berpijak pada konsep naturalistic
 Kenyataan berdimensi jamak, kesatuan utuh terbuka, berubah
 Hubungan peneliti dengan objek berinteraksi, penelitian dari luar & dalam, peneliti
sebagai instrument, bersifat subjektif, judgment
 Seting penelitian alamiah, terkait tempat dan waktu
 Analisis subjektif, intuitif, rasional
 Hasil penelitian berupa deskripsi, interprestasi, tentative-situasional (Sukmadinata,
2005)

Ciri khas menurut Bogdan dan Biklen, 1982 adalah sebagai berikut :

a. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researchers is
the key instrument

Data pokok dalam penelitian kualitatif diperoleh dalam setting alami. Peneliti berusaha
memahami gejala yang terjadi secara alami dalam kehhidupan sehari-hari. Kedudukan
penelitian adalah kunci (menentukan) dalam penjaringan data. Peneliti itu sendiri merupakan
instrumen pokok. Ia menyatu secara integratif di dalam proses observasi dan wawancara
(participative approach).

b. Qualitative research is descriptive

Hampir semua penelitian kualitatif bersifat deskriptif dalam rangka memahami dan
menggambarkan (memerikan) semua gejala yang diteliti.

c. Qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or
product

Proses menjadi tiitk perhatian penelitian kualitatif, untuk memberi jaminan makna
(pemaknaan) gejala sosial agar dapat terhindar dari pembenaran yang bersifat common sense.

d. Qualitative researchers tend to analyze their data inductively

Analisis data dalam penelitian kualitatif banyak bersifat induktif, terutama pada periode awal
penelitian

e. Meaning is of essential concern to the qualitative approach

Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak saja memperhatikan bagaimana subjek yang diteliti
berinteraksi, tetapi juga memperhatikan arti dan makna perilaku dalam setiap situasi (setting).

Disamping menurut pendapat Bogdan dan Biklen diatas sifat-sifat lain dari penelitian
kaulitatif antara lain :

a. Penelitian kaulitatif mengutamakan data primer, dengan maksud agar peneliti mampu
mendalami gejala yang menjadi pusat perhatian (focus) berkaitan dengan konteks dimana
gejala itu.
b. Dalam penelitian kualitatif diperlukan “extensive triangulation” atau “cross cheking”
dengan wawancara, observasi dan dokumen atau waktu berbagai sumber data, seperti
informan dalam situasi atau waktu yang berbeda.

c. Individu yang sedang diteliti biasanya disebut partisipan atau teman yang dapat diajak
kerjasama dalam proses penelitian (khususnya pengumpulan data) atau lebih berfungsi
sebagai informan dariapada responden

d. Dalam penelitian kualitatif, permasalahan penting dilihat dari kacamata pihak yang diteliti
dan bukan dari kacamata peneliti.

e. Penelitian kualitatif yang menggunakan purposive sampling dan hamper tidak pernah
menggunakan probabilistic sampling

f. Penelitian kualitatif tidak terbatas hanya menggunakan data kualitatif, tetapi juga data
kuantitatif.

Secara definitif data kualitatif diartikan sebagai data yang berbentuk kata-kata dan bukan
angka dan bukan kata yang bermakna numerikal. Oleh karena itu proses pengumpulan data
yang paling lazim dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara, studi
dokumen, perekaman. Data yang berhasil dikumpulkan biasanya “diproses” atau dianalisis
langsung tanpa menunggu data itu diedit, diketik dan/atau diuraikan lebih lanjut, sepanjang
data tersebut tetap berbentuk ungkapan-ungkapan (kata-kata) yang dapat diorganisasi ke
dalam bentuk naskah naratif.

Penelitian kuantitatif mendasarkan pada paham positivistik atau paradigma positivisme. Atas
dasar paham ini sifat penelitian kuantitatif adalah hipotetiko-deduktif-verifikatif,
partikularistik objektif serta berorientasi pada hasil ilmu alamiah. Sebaliknya paradigma
penelitian kualitatif adalah fenomenologis yang bersifat induktif, holistik, dan subjektif serta
berorientasi pada proses. Jika dibandingkan kedua jenis pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif, dapat disajikan dalam tabel berikut.

Paradigma fenomenologik Paradigma positivistik


Mendukung penggunaan metode Mendukung penggunaan metode
kualitatif kuantitatif
Memahami perilaku Positif, logis: mencari fakta sosial
manusia/organisasi menurut keadaan tanpa banyak memperhatikan latar
yang diamati belakang
Observasi alamiah yang bebas tidak Pengukuran yang menonjol dan
dikendalikan terkendali
Subjektif Objektif
Dekat dengan data Terpisah dengan data
Berbaur, berorientasi pada temuan, Tidak berbaur, berorientasi pada
deskriptif, induktif verifikasi, konvirmatif
reduksionistik, inferensial, hipotetik
deduktif
Orientasi pada proses Orientasi pada hasil
Data valid: nyata, kaya, dan mendalam Data handal, mantap, dapat diulang
Hasil tak harus digeneralisasikan, utuh, Hasil dapat digeneralisasi, studi
alamih, dan kasuistik banyak kasus
Berasumsi realitas, dinamis. Berasumsi realitas statis
Holistik Partikularistik

Anda mungkin juga menyukai