Anda di halaman 1dari 2

Eksistensi Bahasa Gaul sebagai Perwujudan Krisis Identitas

Nasional
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari (Rachman, et al., 2021). Namun seiring berjalannya waktu, adanya
perkembangan teknologi informasi memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan perubahan
suatu bahasa. Perubahan tersebut menyebabkan timbulnya masalah terkait keberadaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Masalah yang dimaksud adalah munculnya
bahasa gaul di kalangan masyarakat.

Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang berasal dari hasil modifikasi suatu bahasa
tertentu. Terbentuknya bahasa gaul dapat berasal dari bahasa Indonesia saja maupun dari
penggabungan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Struktur kebahasaan dari bahasa
gaul tidaklah pasti. Mayoritas dari bahasa gaul merupakan sebuah singkatan, terjemahan,
ataupun pelesetan dari bahasa aslinya.

Contoh penggunaan bahasa gaul yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari
masyarakat Indonesia yaitu santuy, mantul, nongki, dan masih banyak lagi.

Penyebab maraknya penggunaan bahasa gaul di masyarakat disebabkan oleh rasa bangga dan
cinta masyarakat yang kurang terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (Rahayu, 2015: 15).
Seiring berkembangnya zaman, eksistensi bahasa gaul semakin memberikan pengaruh yang kurang
baik, sebab menimbulkan masalah terkait bahasa Indonesia sebagai identitas nasional.

Terbiasanya masyarakat Indonesia menggunakan bahasa gaul tidak mencerminkan


sikap yang menjaga dan menjunjung tinggi bahasa nasional. Tidak hanya dari kalangan
remaja, berbagai kalangan seperti anak-anak turut terbiasa menggunakan bahasa gaul di
kehidupan sehari-hari. Padahal, perilaku tersebut semakin membuat prihatin bangsa ini.

Berdasarkan pendapat Rahayu (2015: 5), adapun dampak yang timbul dari
peningkatan eksistensi bahasa gaul adalah turunnya derajat bahasa Indonesia. Keberadaan
bahasa Indonesia semakin tergerus hingga dianggap kuno oleh masyarakat. Karena tidak
ingin dianggap demikian, mereka akhirnya membiasakan diri berinteraksi menggunakan
bahasa gaul daripada bahasa Indonesia. Sedangkan menurut pendapat Sari (2015: 5), terbiasa
menggunakan bahasa gaul akan menghambat komunikasi dengan pihak lain, terutama di
pertemuan formal yang sangat diperhatikan etika berbicara dan berbahasa Indonesia yang
baik dan benar.

Adanya pembinaan dan pembiasaan diri menggunakan bahasa Indonesia sejak dini
diharapkan dapat mengatasi fenomena tersebut. Perlu diingat bahwa niat untuk membimbing dan
mengajak masyarakat menjadi lebih baik harus diawali dari diri sendiri. Perlu disadari sejak dini
betapa pentingnya mencintai dan menghargai bahasa nasional, sehingga keberadaannya akan terus
abadi di tengah-tengah bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai