Anda di halaman 1dari 2

Ilmu kalām adalah disiplin filsafat mencari prinsip-prinsip teologi Islam melalui

dialektika. Dalam bahasa Arab perkataan ini secara harfiah bermakna "kata-kata". Seorang
cendekiawan kalam digelari sebagai seorang mutakalim. Ada juga yang megatakan lmu
Kalam adalah ilmu yang membahas mengenai Tuhan dan mendasarkan argumennya pada logika
atau rasio sebagai pembuktian terhadap argumen naqli atau teks.

Kata fisafat nersal dari kata philo yang berarti cinta dan shopos yang berarti suatu
kebijaksanaan atau shopia yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, kealian, pengalaman,
praktis, inelegensi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa filsafat adalah cinta akan
kebijaksanaan atau love wisdom dalam arti yang sedalam dalamnya. Dalam hubungan ini, Al-
Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan beruha mendapakanya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya. Ia juga mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusah
menautkan sebab akibat dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.

Kata tasawuf adalah misbah terhadap akar kata shuf’ (baju wol), sehingga memimiliki
arti memakaibaju wol. Tasawuf dapat diartikan sebagai jalan untuk memperoleh kecintaan dan
kesempurnaan rohani. Selain itu, dapat pula di artikan pepindahan dari kehidupan biasa menjadi
keidupan shufi ( yang disucikan) yang selalu tekun beibadah dan jernih, bersi jiwa dan hatinya
serta iklas karena Allah semata.

Titik perbedaan diantara ketiga pembahasan diatas, terletak pada metologinya. Ilmu
kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika, disamping argumentasi-argumentasi naqliyah
berfungsi untuk memperahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak apologinya. Pada
dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah) di kenal jua dengan istilah dialog
keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran
agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenara
rasional. Meode yang digunakan adalah metode rasional, filsafat menghampiri kebenaran dengan
cara menuangkan (mengembarakan aau mengelanakan) akala budi secara radikal (mengakar) dan
integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat olh ikatan apapun, kecuali
ikatan tanganya sendiri yang bernama logika. Peran filsafat sebagaimana dikatakan Socrates
adalah berbegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep konsep (the
gaining of conceptual clarity).
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh
sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai mana ilmu yang prosesnya diperoleh
dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan engalaman
seseorang, itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal
ini karena pegalaman rasa sanagat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan
lansung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaranya dan mudah digambarkan dengan bahasa
lambing, sehingga sangat interetable

Sejarah awal munculnya Ilmu Kalam adalah sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW,
yang kala itu muncullah persoalan di kalangan umat Islam mengenai siapa yang hendak menjadi
pengganti Nabi (Khalifatul Rasul). Hal tersebut kemudian diatasi dengan diangkatnya Abu Bakar
As-Shiddiq sebagai khalifah. Setelah Beliau wafat, kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin
Khattab yang pada kala itu umat Islam tampak tegar dalam mengalami ekspansi seperti
kejazirahan dari Arabian, Palestina, Syiria, sebagian wilayah Persia, hingga Romawi dan Mesir.
Adapun faktor internal munculnya airan ilmu kalam, yakni:
a. Keberadaan Al-Quran selain mengajak kaum-Nya untuk mempercayai kenabian dan hal-
hal yang berhubungan dengan hal tersebut, menyinggung pula adanya golongan-golongan
dan agama-agama yang ada di masa Nabi Muhammad SAW
b. Adanya nas-nas yang kelihatannya saling bertentangan, sehingga datanglah orang-orang
yang mengumpulkan ayat tersebut dan mem-filsafatnya.

dan faktor ekternal munculnya aliran ilmu kalam, yakni:


a. Banyak di antara pemeluk-pemeluk agama Islam, yang dulunya beragama Yahudi,
Masehi, dan lainnya. Setelah mereka “tenang” dari tekanan, mulailah mereka mengkaji
kembali akidah-akidah agama mereka dan mengembangannya ke dalam Islam.
b. Golongan Islam yang ada pada zaman dulu, terutama golongan Mu’tazilah memusatkan
perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan bahwa mereka memusuhi
Islam, dengan cara mengetahui secara sebaik-baiknya akidah-akidah mereka
c. Para Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya menggunakan filsafat,
sehingga mereka mempelajari logika dan filsafat.

Anda mungkin juga menyukai