Anda di halaman 1dari 5

KLIPING

PENELITIAN BIOPSIKOLOGI PADA KASUS DISLEKSIA ANAK YANG

DILAHIRKAN OLEH IBU YANG MENGALAMI STRES PSIKIS BERAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biopsikologi

DOSEN PENGAMPU :
Lucia Trisni Widhianingtanti, S.Psi., M.Si.
dr. Meliana

DISUSUN OLEH :
Stephanie Maura Elva Santoso
22.E1.0056

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2023
PEMBAHASAN
Berdasarkan studi kasus yang tertera di atas mengenai “Tinjauan Biopsikologi
Pada Kasus Disleksia Anak Yang Dilahirkan Oleh Ibu Yang Mengalami Stres
Psikis Berat”, menurut saya kasus ini termasuk ke dalam divisi psikofisiologi,
karena saya lebih berfokus menyoroti permasalahan sang ibu yang mengalami stres
psikis berat. Gangguan psikofisiologi disebabkan oleh faktor-faktor psikologis
terutama stres, dan dari beberapa penelitian terbukti bahwa stres dapat berperan
dalam timbulnya suatu penyakit.
Penelitian menyebutkan bahwa depresi dan stres karena peristiwa kehidupan
yang berat berhubungan dengan munculnya gangguan-gangguan fungsi ketahanan
tubuh, dan hal itu berdampak gangguan psikofisiologis (psikosomatis) yang
mengacu pada gejala fisik atau penyakit yang muncul karena hubungan yang saling
mempengaruhi antara proses psikososial dan fisiologis.
Di dalam kasus tersebut, disebutkan bahwa disleksia pada anaknya terjadi
disebabkan karena kegagalan sang ibu dalam mengelola stres berat yang
dialaminya, pada masa kehamilan ketika usia kandungannya tiga bulan, ia menjadi
korban perampokan dan penyekapan di rumahnya. Pada ibu hamil, kecemasan
dapat terjadi akibat pengalaman buruk, apalagi ketika mengandung biasanya
seorang ibu mengalami perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi
keadaannya salah satunya adalah merasakan kecemasan yang berlebihan dan emosi.
Emosi sangatlah berpengaruh pada perkembangan janin yang dikandung dan jika
emosi yang dirasakan berkepanjangan maka akan berdampak pada perkembangan
anak baik sebelum ataupun sesudah kelahiran (di dalam rahim hingga lahir dan
dewasa).
Stres berat yang dialami ibu “E” menyebabkan dirinya kesulitan tidur selama
beberapa bulan berikutnya, sering bermimpi buruk, tidak berselera makan, tidak
mau sendiri di rumah, dan bahkan berusaha menghindari orang-orang yang tidak
dikenalnya. Selama masa kehamilannya, ibu “E” mengaku sering pusing, lemas,
dan terlihat pucat akibat trauma yang dia miliki.
Hal tersebut berdampak pada kurangnya nutrisi untuk bayi di kandungannya
dan kurangnya kuantitas serta kualitas istirahat sang ibu sehingga melalui
mekanisme peningkatan CRH, epinefrin, dan norepinefrin menyebabkan persalinan
prenatal (lahir dalam usia kelahiran dini atau prematur) di usia kandungan 8 bulan
dan BBLR (berat badan lahir rendah) sekitar 2,2 kg yang beresiko tinggi dapat
menyebabkan penyakit atau bahkan kematian bagi bayi.
Kelahiran prematur dan BBLR menyebabkan bayi ibu “E” kekurangan oksigen
dan kerusakan pada otak di pusat bicara, sehingga kemudian mengalami hambatan
dalam perkembangan bicaranya, karena perkembangan otak pada janin biasanya
berkembang sangat pesat di usia kehamilan 3 hingga 9 bulan. Hasil pemeriksaan
dokter mengatakan bahwa sang anak mengalami disleksia (kelainan perkembangan
anak), yaitu gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan dalam
menguasai 4M yaitu membaca, menulis, mengeja, dan mengira.

Anda mungkin juga menyukai