Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang secara sistematik,
mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Setidaknya ilmu dan profesi audit internal telah
dimulai pada 3.500 Sebelum Maschi. Catatan sejarah mengenai peradaban Mesopotamia
menunjukkan adanya tanda- tanda kecil yang dibuat di samping angka-angka transaksi-transaksi
keuangan. Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda "" yang ada pada saat itu merupakan
potret dari sistem verifikasi yang telah dijalankan. Seseorang menyiapkan laporan transaksi; orang
lain akan memverifikasi (memeriksa) laporan tersebut. Kontrol internal, sistem verifikasi, dan konsep
pembagian tugas kemungkinan telah dilakukan pada masa-masa itu
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan Yahudi pada abad-abad permulaan
juga menerapkan sistem yang sama. Orang-orang Mesir, misalnya, mensyaratkan adanya saksi dalam
transaksi penyerahan padi ke lumbung desa dan mensyaratkan adanya dokumen yang sah untuk
transaksi tersebut.
Kerajaan Romawi kuno menerapkan “sistem dengar laporan.” Seorang karyawan akan
membandingkan catatannya dengan catatan karyawan lain. Verifikasi secara ilsan ini dirancang
untuk menghalangi para karyawan yang bertanggung jawab terhadap dana untuk melakukan
kecurangan. Dalam perkembangannya, tugas mendengarkan ini memunculkan istilah “audit yang
berasal dan bahasa Latin auditus (“mendengarkan”). Salah satu contoh penerapannya di Kerajaan
Romawi adalah quaestors (“pihak penanya”) akan memeriksa laporan gubernur untuk mendeteksi
kecurangan dan penyalahgunaan dana.
Ketika Kerajaan Romawi jatuh, sistem moneter dan kontrol internal pun ikut hancur Baru pada akhir
abad pertengahan para penguasa meminta bukti penerimaan yang menjadi hak mereka. Para raja
dan hakim menerapkan audit awal, yang kemudian diikuti oleh abdi negara yang ditunjuk
selanjutnya.
Perdagangan Italia yang ekspansif pada abad ke-13 membutuhkan pencatatan yang lebih rumit
sehingga lahirlah sistem pembukuan berpasangan (double-entry), yakni setiap transaksi dicatat baik
pada sist debit maupun kredit. Sistem ini membantu para pengusaha mengontrol transaksi dengan
para pelanggan dan pemasok serta juga membantu mereka mengawasi pekerjaan karyawannya.
Audit dilakukan dengan serius. Bahkan, seorang auditor yang mewakili Ratu Isabella ikut menemani
Columbus menjelajah dunia.
Audit sebagaimana yang dikenal sekarang, dimulai ketika terjadi revolusi industri di Inggris.
Perusahaan-perusahaan mempekerjakan akuntan untuk memeriksa catatan keuangannya. Lebih dari
sekadar mendengarkan,” verifikasi audit kemudian berkembang menjadi verifikasi catatan tertulis
dan perbandingan angka-angka yang tertera pada jurnal dengan bahan bukti dokumennya.
Audit, bersamaan dengan investasi yang dilakukan orang-orang Inggris, melintasi lautan menuju
Amerika Serikat pada abad ke-19. Orang-orang Inggris yang kaya raya menginvestasikan dana yang
cukup besar di perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, dan mereka menginginkan adanya verifikasi
independen atas investasi mereka. Auditor-auditor Inggris membawa metode dan prosedur audit
yang kemudian diadaptasi Kolonial Inggris demi kepentingan mereka sendiri.
Setelah Perang Dunia I, perekonomian Amerika Serikat mengalami peningkatan. Banyak perusahaan
memublikasikan laporan keuangan yang diaudit meskipun tidak disyaratkan. Namun pada umumnya
audit lebih ditujukan untuk kepentingan para bankir yang mencurigai pelaporan di neraca yang
kelihatannya terlalu optimis, sehingga memerlukan verifikasi yang independen dan dapat dipercaya
Perusahaan kereta api merupakan salah satu jenis perusahaan yang mengadopsi program audit
internal yang berjangkauan luas. Para eksekutif perusahaan kereta api membutuhkan keyakinan
bahwa para kepala stasiun mengelola penerimaan dana penjualan karcis dengan semestinya, Audit
eksternal terbukti tidak memadai untuk memeriksa aspek-aspek operasional.
Perkembangan audit internal selanjutnya bisa dikatakan bersumber dari meningkatnya kompleksitas
operasi perusahaan dan pemerintahan. Pertumbuhan perusahaan membatasi kemampuan manajer
untuk mengawasi masalah operasional sehingga menjadikan audit internal sebuah fungsi yang
semakin penting.
Selama beberapa tahun, auditor eksternal terus memberikan pengaruh terhadap perkembangan
audit internal. Audit internal modern mulai muncul pada tahun 1941 ketika Ikatan Auditor Internal-
Institute of Internal Auditors (IIA)-dibentuk. Sejak saat itu para auditor internal memperluas ruang
lingkup audit untuk menilai semua aspek yang berkaitan dengan operasional perusahaan Sejak saat
itu profesi auditor internal menjadi setara dengan auditor eksternal.
Istilah auditor internal (internal auditor) dan audit internal (internal auditing) menimbulkan
perdebatan konotasi pada sebagian pendiri IIA. Mereka mencari istilah atau frase yang bisa lebih
baik menjelaskan peranan auditor internal, namun tak satu pun istilah yang muncul. John B.
Thurston, salah seorang pendiri IIA tahun 1941 menyatakan:
Anda akan mengakui betapa tidak memadainya frase “auditor internal” Beberapa tahun yang lalu
mungkin istilah tersebut sudah cukup untuk mendeskripsikan pendahulu-pendahulu kita di dalam
profesi ini. Tetapi saat ini, audit, dalam arti yang sebenarnya, hanyalah satu fungsi saja yang
diemban auditor internal. Anggota-anggota komite organisasi kita telah memikirkan kemungkinan
digunakannya beberapa frase atau istilah yang lain dan akhirnya menyimpulkan bahwa kita harus
tunduk pada keputusan terdahulu.
Para pendiri IIA berharap bahwa tindakan nyata akan lebih bermanfaat bagi profesi auditor internal
dalam mencapai jati dirinya ketimbang mencari istilah yang mendeskripsikan profesi tersebut. Tahun
1941 dapat dikatakan tidak melahirkan profesi yang sama sekali baru seperti kelahiran kota Athena
yang dibangun oleh Zeus, namun memunculkan harapan bagi para pendiri yang memimpikan audit
internal sebagai sebuah profesi yang menyediakan penelaahan independen atas semua aktivitas
perusahaan, tidak hanya berkenaan dengan verifikasi aspek-aspek keuangan saja.
Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan. Tujuan auditor eksternal adalah menentukan kewajaran penyajian posisi keuangan
perusahaan dan hasil-hasil usaha untuk periode tersebut. Juga, mereka harus meyakinkan dirinya
sendiri bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (generally accepted -accounting principles-GAAP); dan diterapkan secara konsisten dengan
tahun sebelumnya, dan bahwa aktiva telah diamankan dengan semestinya.
Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung
jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah
operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan
efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal
yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha.
Banyak jabatan yang mencari identifikasi profesional. Identifikasi tersebut berlaku untuk dokter,
pengacara, dan praktisi-praktisi serupa lainnya; namun juga digunakan untuk mengidentifikasi orang-
orang pada karier yang lain yang menerima dana atas kontribusinya. Jadi berlaku juga untuk atlet,
penjahit, juru masak, atau seorang pengawas gedung. Tetapi dalam mengevaluasi disiplin ilmu yang
sedang dipelajari, kita mesti menerapkan kriteria lain yang berbeda.
Katalog kriteria berikut ini sering digunakan untuk menilai kualitas profesional suatu jabatan:
Akan tetapi akhir-akhir ini terdapat sedikit perubahan. Beberapa organisasi audit internal
mengharuskan semua anggota memiliki sertifikat atau bekerja untuk memperoleh sertifikat.
Undang-undang audit yang seragam disusun untuk negara oleh U.S. General Accounting Office (GAO)
mensyaratkan auditor pemerintah memiliki gelar CPA atau CIA.
Jadi, banyak kriteria sebuah profesi yang melekat pada audit internal: memiliki dasar ilmu yang jelas,
program sertifikasi, program pengembangan profesional berkelanjutan, adanya kode etik,
pernyataan tanggung jawab, seperangkat standar, jurnal profesi, dan jumlah literatur yang semakin
meningkat.
KODE ETIK
Kode etik profesional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus antara anggota profesi dan
klien mereka. Praktisi profesional tidak menjauhi orang-orang yang mereka layani. Prinsip bisnis
“hati- hatilah kepada pembeli tidak berlaku ketika para profesional memberi jasa ke’orang awam.
Klien harus memercayai para profesional berdasarkan perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan
meningkat bila para profesional diminta untuk bersumpah melayani publik dengan jujur dan rajin
dan untuk bertindak berdasarkan aturan kefat dan perilaku yang etis. Kepercayaan juga akan
meningkat jika organisasi yang membutuhkan jasa profesional yakin bahwa para profesional yang
melanggar kode etik mereka akan dikenakan sanksi oleh rekannya. Jadi, pada setiap profesi apa pun,
kode etik, yang ditetapkan oleh lembaga profesional akan menambah nilai bagi profesi tersebut.
Kode Etik IIA yang pertama yang diterapkan pada 13 Desember 1968, memengaruhi semua anggota
IIA. Ketika program CIA diterapkan, kode etik sendiri untuk CIA dirancang Namun, CIA yang bukan
anggota IIA udak dapat dipaksa untuk mematuhi kode etik tersebut sehingga Kode Etik CIA memiliki
keterbatasan. Juga, pendahuluan dan kata pengantar kode etik CIA berbeda dari kode etik IIA. Satu
perbedaan utama adalah bahwa pelanggaran atas kode etik CIA bisa mengakibatkan pencabutan
gelar CIA. Perbedaan antara kedua kode etik ini kemudian dihapuskan pada tahun 1988, ketika Kode
Etik yang baru disusun. Kode etik yang baru ini berlaku baik untuk CIA maupun non-CIA.
1. Kode etik tersebut berlaku bagi semua auditor internal, tidak hanya anggota IIA dan CIA. Hal
ini dilakukan untuk menerapkan kode etik ke semua individu dan organisasi yang melakukan
audit internal, tanpa memerhatikan lokasi atau kedekatan hubungannya dengan organisasi.
2. Kode etik tersebut dibagi dalam tiga bagian utama:
Pendahuluan
Prinsip-prinsip Dasar
Aturan Etika
Pada dua bagian terakhir, Kode Etik dibagi dalam lima bagian
Integritas
Objektivitas
Profesionalisme
Kerahasiaan
Kompetensi
Umumnya hanya sedikit perubahan yang terjadi dibandingkan kode etik yang lama.
Semua auditor internal dibatasi oleh Kode Etik, dan pelanggaran atasnya akan dikenakan sanksi
pencabutan keanggotaan dan gelar CIA. Kode etik berperan penting bagi auditor internal karena
merupakan pernyataan alasan utama adanya profesi auditor internal. Manajemen harus yakin bisa
memercayai auditor internainya secara implisit. Manajemen mesti merasa aman bahwa jika auditor
internal melaporkan sesuatu, maka pastilah sesuatu yang benar, absah, dan objektif. Benar-benar
dilakukan tanpa bias
Kriteria-kriteria yang harus dimiliki seorang auditor internal tidak boleh dikompromikan. Auditor
internal juga harus menjaga reputasinya agar tetap objektif dan bebas dari bias, tidak hanya dalam
kenyataan, tetapi juga dalam persepsi. Contohnya, auditor internal tidak boleh terlibat dalam
pekerjaan karyawan atau manajer; tidak boleh berhubungan dengan pemasok atau perusahaan
pesaing: tidak boleh memanfaatkan informasi tentang perusahaan demi kepentingan pribadi; dan
tidak boleh menerima hadiah atau benda berharga dari karyawan. Masih banyak larangan yang ada
dan tidak mungkin semuanya disajikan, tetapi auditor internal harus menghindari sekecil apa pun
kemungkinan pelanggaran terhadap objektivitas. Kadang kala anggapan sama pentingnya dengan
kenyataan. Juga, auditor internal harus menunjukkan loyalitas kepada pemberi kerja. Mereka
merupakan anggota tim manajemen dan harus bertingkah laku sebagaimana seharusnya seorang
manajer senior. Mereka juga tidak boleh terlibat dalam aktivitas ilegal. Jika tetap dilakukan, maka
harus dilaporkan ke pihak yang berwenang dalam perusahaan. Berdasarkan Kode Etik auditor
internal tidak bertanggung jawab untuk melaporkan kepada pihak di luar perusahaan kecuali secara
khusus diperbolehkan oleh aturan hukum.