Anda di halaman 1dari 26

I.

Schroeder: Ch 1 The Development of Accounting Theory


Teori didefinisikan sebagai kepercayaan saja, tapi dalam pengertian yang lebih
berguna, teori harus memiliki penerimaan yang lebih luas. Webster mendefinisikan
teori sebagai:
“Pengetahuan yang diorganisasikan secara sistematis, dapat digunakan dalam
berbagai jenis keadaan yang lebih luas, sistem asumsi-asumsi, prinsip dan aturan
prosedur untuk menganalisa, prediksi atau penjelasan tentang sifat-sifat kejadian dalam
rangkaian terspesifikasi sebuah fenomena”.

Tujuan dari teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksikan. Maka dari itu,
tujuan dasar dari teori yang merupakan bagian dari keilmuan adalah untuk memiliki
pendefinisian yang baik atas pengetahuan tersebut yang diakumulasi secara sistematis,
diorganisasikan dan diverifikasi dengan cukup baik untuk menyediakan kerangka
referensi untuk tindakan di masa depan.

Teori dapat dideskripsikan dalam 2 kerangka, normatif dan positif. Teori normatif
didefinisikan sebagai apa yang seharusnya terjadi, sementara teori positif
mendifinisikan tentang apakah sesuatu itu. Idealnya, tidak seharusnya ada perbedaan
dalam mendefinisikan teori, karena pengembangan teori yang baik dan menyeluruh
meliputi kedua hal, yaitu tentang apa yang seharusnya terjadi dan apakah sesuatu itu.

Tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menyediakan satu set prinsip-prinsip dan
hubungan-hubungan yang mendefinisikan praktek-praktek yang telah diobservasi dan
memperkirakan praktek-praktek yang belum diobservasi. Jadi, teori akuntansi
seharusnya mampu mendefinisikan mengapa perusahaan memilih suatu metode
akuntansi daripada metode lainnya dan dapat memungkinkan pengguna untuk
memprediksikan atribut perusahaan dari berbagai macam metode akuntansi. Dan dalam
hal lain, teori akuntasi harus diverifikasi melalui penelitian akuntansi.

Pengembangan teori akuntasi secara umum sangat penting karena adanya aturan
main dalam akuntansi di lingkungan ekonomi kita. Kita hidup dalam lingkungan yang
kapitalis, dimana ditandai dengan pasar yang diatur sendiri ( self-regulated market )
yang dioperasikan melalui kekuatan penawaran dan permintaan. Barang dan jasa
tersedia untuk dibeli di pasar dan individu bebas keluar masuk pasar tersebut untuk
mengejar tujuan ekonomi mereka masing-masing. Semua lingkungan didesak oleh
kelangkaan sumber daya yang membatasi pencapaian tujuan ekonomi masing-masing
individu atau kelompok. Dalam lingkungan kita, aturan akuntasi adalah untuk
melaporkan bagaimana organisasi menyikapi kelangkaan sumber daya dan untuk
melaporkan status sumber daya dan klaim terhadap sumber daya tersebut.

Sejarah Awal Akuntansi

Catatan akuntasi ditemukan beberapa ratus tahun yang lalu di berbagai daerah di
belahan dunia ini. Catatan ini mengindikasikan bahwa di semua level jaman, manusia
membutuhkan informasi tentang usaha mereka dan penyelesaiannya. Contohnya, Zenon
Papyri, yang ditemukan pada 1915, berisi informasi tentang proyek konstruksi, aktifitas
pertanian dan operasi bisnis sebuah perusahaan privat Apollonious dalam satu periode
selama tiga puluh tahun pada abad ke-3 sebelum Masehi.

Berdasarkan Hain, “Penemuan Zenon Papyri memberikan bukti mengejutkan


tentang keberadaan sistem akuntansi yang rumit yang digunakan di Yunani sejak abad
ke-5 sebelum Masehi dan menjadi penanda kebangkitan era perdagangan di Yunani,
yang secara berangsur menyebar melalui Mediterania Timur dan Timur Tengah “.

Sistem akuntansi Zenon berisi ketentuan tanggung jawab akuntansi, penulisan


catatan seluruh transaksi, akun personal untuk pembayaran gaji karyawan dan catatan
atas akuisisi dan penghentian aset. Selain itu, sistem akuntansi ini juga memuat bukti
bahwa semua akun-akun tadi telah diaudit.

Pada 1949, seorang biarawan Italia, Fra Luca Pacioli, menulis sebuah buku
aritmatika yang terdiri dari deskripsi tata buku double-entry. Karya Paciaoli, Summa
de Arithmatica Geometria Proportioni et Proportionalita, tidak sepenuhnya
mendeskripsikan tentang tata buku double-entry, tapi lebih pada perumusan praktek-
praktek dan ide-ide yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Tata buku double-
entry memfungsikan bisnis organisasi untuk menjaga kelengkapan pencatatan atas
transaksi dan pada akhirnya menghasilkan kemampuan menyiapkan sebuah laporan
keuangan.

Laporan laba rugi dan laporan neraca muncul sekitar tahun 1600. Awalnya,
motif utama untuk memisahkan laporan keuangan adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai permodalan. Maka dari itu, data yang ada pada neraca ditekankan
dan disaring dalam berbagai cara, sementara data beban dan pendapatan diperlihatkan
sebagai pengeluaran yang tidak terlalu besar.
Karena bisnis organisasi yang berkelanjutan telah menggantikan usaha yang
terbatas, akhirnya menjadi penting untuk mengembangkan pencatatan akuntansi dan
pelaporan yang merefleksikan investasi modal berkelanjutan dalam berbagai cara dan
untuk secara periodik merangkum hasil-hasil aktifitas. Pada abad ke sembilan belas,
penggunaan tata buku semakin meluas dalam akuntansi dan konsep atas kontribusi
pemilik, penambahan atau pengurangan laba atau rugi, mengindikasikan nilai bersih
yang ada. Tetapi, laba mempertimbangkan kenaikan nilai dalam aset dari berbagai
sumber, karena konsep biaya dan pendapatan telah dikembangkan.

Faktor lain yang mempengaruhi pengembangan akuntansi selama abad ke


sembilan belas adalah evolusi yang terjadi di Inggris yaitu dari bentuk joint-venture
ke bentuk korporasi bisnis. Dalam bentuk korporasi bisnis, pemilik ( stockholders )
mungkin tidak diatur. Jadi, banyak individu, yang merupakan pihak eksternal bisnis
itu sendiri, membutuhkan informasi tentang kegiatan-kegiatan perusahaan. Apalagi,
pemilik dan calon pemilik ingin mengevaluasi apakah pemilik investasi dalam
perusahaan bisa mendapatkan pengembalian dari investasinya itu. Sebagai
konsekuensinya, munculnya eksistensi perusahaan menciptakan kebutuhan atas
pelaporan secara periodik sebaik kebutuhan untuk membedakan antara modal dan
pendapatan.

Tonggak-tonggak pembentukan perusahaan di Inggris pada 1845 menstimulasi


perkembangan standar akuntansi dan kemudian hukum didesain untuk mengamankan
pemegang saham dari aksi-aksi yang tidak layak oleh karyawan-karyawan
perusahaan. Deviden disyaratkan untuk dibayarkan dari keuntungan dan rekening
disyaratkan untuk dijaga dan diaudit oleh pihak diluar dewan direksi. Revolusi
industri dan suksesi Companies Acts di Inggris juga meningkatkan kebutuhan atas
standar profesional dan akuntansi.

Pada akhir abad ke sembilan belas, Revolusi Industri sampai ke Amerika


Serikat, membawa kebutuhan yang lebih atas prosedur dan standar akuntansi yang
formal. Penyelesaian dengan cepat menjadi pengaruh ekonomi yang utama.
Perusahaan-perusahaan ini menciptakan kebutuhan untuk mendukung industri,
dimana, dalam perubahannya, memimpin untuk meningkatkan pasar untuk sekuritas
perusahaan dan sebuah peningkatan membutuhkan akuntan terlatih sehingga
pembagian fungsi manajemen dan kepemilikan menjadi lebih jelas.
Pada awalnya setiap orang dapat menasbihkan diri sebagai akuntan, karena
tidak ada organisasi profesi atau standar kualifikasi dan akuntan terlatih melalui
sistem apprenticeship (masa magang). Belakangan, universitas swasta komersial
memulai untuk memprakarsai pelatihan dasar bagi akuntan. Institusi ini menekankan
pada kualitas nilai, tapi diskusi tentang sifat nilai dalam pendidikan akuntansi tidak
muncul ke permukaan hingga waktu yang lama. Pada akhir abad kesembilan belas,
spekulasi luas dalam pasar sekuritas, watered stock (saham campuran) dan monopoli
besar yang mengontrol bagian ekonomi Amerika Serikat menghasilkan pendirian
sebuah pergerakan yang progresif. Pada 1898, Komisi Industri dibentuk untuk
menginvestigasi pertanyaan yang terkait dengan imigrasi, buruh, agrikulutur,
manufaktur dan bisnis. Walaupun tidak ada akuntan dalam komisi ini atau digunakan
dalam komisi, laporan pendahuluan yang terbit pada 1900 menyarankan profesi
akuntan publik yang independen seharusnya didirikan dalam rangka membatasi
praktek penyalahgunaan korporasi.

Walaupun kebanyakan akuntan tidak perlu menganut hal-hal yang disukai


dalam perbaikan progesif, pergerakan progresif memberikan kewajiban sosial yang
spesifik bagi akuntan. Sebagai hasilnya, akuntan biasanya menjadi menerima tiga
level progresifitas umum, yaitu :

1. Keyakinan fundamental dalam demokrasi, konsentrasi pada moralitas dan


keadilan dan penerimaan umum akan efisiensi pendidikan sebagai alat dominan
dalam perbaikan sosial.

2. Peningkatan kepedulian pada kewajiban sosial pada semua segmen lingkungan


dan pengenalan ide akuntabilitas publik pada segmen bisnis dan politik.

3. Penerimaan akan pragmatisme sebagai filosofi operasi yang paling relevan


sekarang ini.

Akuntansi di Amerika Serikat Sejak 1930

Salah satu usaha awal untuk memperbaiki akuntasi yang mulai disegerakan
setelah terjadinya the Great Depression adalah dengan melakukan serangkaian
pertemuan antara representatif dari the New York Stock Exchange ( NYSE ) dan the
American Institute of Accountants ( AIA ). Tujuan dari pertemuan-pertemuan ini
adalah untuk mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan
investor, NYSE dan akuntansi dalam persiapan pelaporan keuangan untuk
kepentingan eksternal.

Mirip, pada tahun 1935 AAUIA mengganti namanya menjadi the American
Accounting Association (AAA) dan mengumumkan tujuan mereka untuk
mengembangkan aktivitas mereka dalam hal penelitian dan pengembangan prinsip
dan standar akuntansi. Hasil pertama dari pengembangan aktifitas mereka adalah
publikasi laporan singkat, yang secara hati-hati, diberi judul “ A Tentative Statement
of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements “, pada tahun
1936. Dokumen sepanjang empat setengah halaman itu merangkum tentang konsep-
konsep signifikan yang mendasari laporan keuangan saat ini.

Usaha kooperatif antara anggota NYSE dan AIA dapat diterima dengan baik.
Bagaimanapun, atmosfir paska Depression di Amerika Serikat digolongkan dengan
regulasi. Disini terdapat perundang-undangan yang memperkenalkan keharusan bagi
auditor untuk dilisensi oleh pemerintah federasi setelah lulus dari sebuah ujian servis
sipil.

Dua yang menjadi bagian paling penting dari perundang-undangan saat ini,
yaitu the Securities Act of 1933 dan the Securities Exchange Act of 1934, mendirikan
the Securities and Exchange Commision (SEC). SEC dibentuk untuk
mengadministrasikan berbagai undang-undang sekuritas. Dibawah kekuatan Kongres,
SEC diberi wewenang untuk menentukan prinsip-prinsip akuntansi dan melaporkan
praktek-praktek yang terjadi. Namun, karena SEC berperan sebagai pengawas dan
mengijinkan sektor swasta untuk mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi,
wewenang tersebut menjadi jarang digunakan. Bagaimanapun, SEC menggunakan
tekanan kepada profesi akuntan dan, terutama menjadi yang berkepentingan dalam
pembatasan area perbedaan dalam praktek akuntansi. ( Peran SEC akan didiskusikan
lebih detail dalam Bab 17 ).

Dari tahun 1936 sampai 1938, SEC digunakan dalam sebuah debat internal
yang membahas tentang apakah seharusnya standar akuntansi itu dikembangkan atau
tidak. Meskipun fakta bahwa kemudian, ketua SEC, dan kemudian Supreme Court
Justice, William O. Douglas tidak sependapat, pada tahun 1938 SEC memutuskan
dalam Accounting Series Release ( ASR ) No. 4 untuk mengijinkan prinsip-prinsip
akuntansi disusun oleh pihak swasta. ASR No. 4 mengindikasikan bahwa laporan
yang diberkaskan oleh SEC harus dipersiapkan dalam kesesuaian dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang memenuhi “substantial authoritative support”.

Accounting Principles Board

Pada tahun 1959, metode formulasi prinsip-prinsip akuntansi dianggap sebagai


perkembangan dari penelitian menjadi sebuah teori. CAP juga mengkritisi keputusan
dalam bagian-bagian kebiasaan dan penerbitan standar dimana dalam banyak kasus,
tidak konsisten. Kemudian, semua anggotanya adalah pekerja paruh waktu dan
hasilnya independensi mereka dipertanyakan. Akhirnya, fakta bahwa semua anggota
CAP diharuskan menjadi anggota AICPA mencegah pelaksana keuangan, investor
dan akademisi dari pelayanan dalam komite ini. Sebagai hasilnya, akuntan dan
pengguna laporan keuangan terpanggil untuk berperan serta lebih jauh dalam
pengembangan prinsip-prinsip akuntansi. AICPA merespon dugaan kelemahan CAP
dengan membentuk Accounting Principles Board ( APB ). Tujuan dari badan ini
adalah untuk mempercepat proses penulisan Generally Accepted Accounting
Principles ( GAAP ), untuk menandai area perbedaan praktek yang dapat diterima dan
untuk mendiskusikan isu-isu yang tidak jelas dan kontroversial. Akan tetapi, harapan
akan adanya perubahan dalam metode penetapan prinsip akuntansi menjadi pukulan
telak ketika pimpinan APB yang pertama, Weldon Powell, mengutarakan
keyakinannya bahwa penelitian akuntansi menjadi semakin dapat diaplikasikan dan
teoritis, dengan menjadikan kemanfaatan produk akhir sebagai perhatian utama.

Misi FASB

Misi FASB adalah untuk menetapkan dan memperbaiki standar akuntansi


keuangan dan pelaporannya, sebagai panduan dan pengetahuan bagi publik, termasuk
penerbit, auditor dan pengguna laporan keuangan.

Dalam rangka usaha menyempurnakan misi tersebut, FASB mencoba untuk :

1. Memperbaiki kegunaan pelaporan keuangan dengan fokus pada karakteristik


utama yaitu relevan dan keandalan dan pada kualitas komparibilitas dan
konsistensi ( didiskusikan di Bab 2 ).

2. Menjaga standar yang ada untuk merefleksikan perubahan dalam metode


pelaksanaan bisnis dan perubahan dalam lingkungan ekonomi.
3. Mempertimbangkan dengan segera semua area signifikan kekurangan pelaporan
keuangan yang mungkin diperbaiki dengan proses pengaturan standar.

4. Memperkenalkan komparabilitas standar akuntansi internasional, bersamaan


dengan perbaikan kualitas pelaporan akuntansi.

5. Memperbaiki pemahaman utama tentang sifat dan tujuan informasi yang


terkandung dalam laporan keuangan.

Standar Akuntansi Internasional

The International Accounting Standards Board ( IASB ) adalah sebuah badan


sektor privat independen yang dibentuk pada tahun 1973 untuk mencapai tujuannya.
Tujuannya tersebut adalah :

1. Untuk memformulasi dan mempublikasi standar akuntansi publik untuk


diobservasi dalam presentasi laporan keuangan dan untuk mempromosikan
penerimaan dan ketaatan secara luas.

2. Untuk bekerja memperbaiki dan menyelaraskan regulasi, standar akuntansi dan


prosedur terkait untuk presentasi laporan keuangan.

Tujuan ini dihasilkan dalam usaha mengkoordinasi dan menyelaraskan aktifitas di


berbagai negara dan agensi yang terikat dalam penyusunan standar akuntansi. Standar
IASB juga menyediakan titik awal yang bermanfaat untuk pengembangan negara
yang menginginkan penggunaan standar akuntasi.

IASB juga mengembangkan kerangka konseptual yang berjudul Framework for


the Preparation and Presentation of Financal Statements. Kesimpulan artikulasi
dalam terbitan ini hampir sama dengan apa yang terkandung di dalam FASB’s
Conceptual Framework Project. Yaitu, tujuan laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi yang berguna bagi cakupan luas penggunanya untuk tujuan
pengambilan keputusan. Informasi ini harus terdiri dari karakteristik kualitatif
relevansi, keandalan, komparabilitas dan dapat dimengerti.

Saat ini, IASB sudah mengeluarkan 41 pernyataan Statements of Accounting


Standards ( IAS ) dan 8 Statements of Financial Reporting Standards ( IFRS ), tapi
sejak tidak punya hak wewenang, IASB harus mengandalkan pada “ usaha terbaik “
dari para anggotanya. Tidak FASB maupun SEC merupakan anggota IASB, jadi
standar-standarnya tidak punya kewenangan di Amerika Serikat. Meskipun demikian,
munculnya perusahaan multinasional menghasilkan kebutuhan akan peningkatan
harmonisasi standar akuntansi yang berlaku mendunia

II. Rasyid, ER., Pelaporan Keuangan Semenjak Akhir 1800an Sebelum the Great
Depression ke Awal 2000an Setelah Krisis Global Ekonomi: Refleksi Integritas
Akuntan, Pidato Pengukuhan GB Akuntansi, Universitas Andalas, 2010.
Perkembangan akuntansi keuangan modern mencatat bahwa krisis ekonomi
the Great Depression pada awal abad ke 20 juga diikuti dengan krisis kredebilitas
pelaporan keuangan. Akuntansi dan pelaporan keuangan yang sebelumnya berbasis
pada kelaziman, kemudian menjadi praktik yang diregulasi dengan tujuan
mengembalikan kredibilitas.

Para akademisi akuntansi memandang praktik akuntansi double entry


(selanjutnya disebut sebagai akuntansi saja) sebagai suatu praktik yang berparadigma
modern. Modern karena dengan akuntansi, capital atau aset dapat dinilai dan
diverifikasi secara rasional. Praktik yang modern ini diyakini telah dimulai semenjak
akhir abad ke 14. Hanya saja barulah di abad ke 19 dan 20, dia mendapatkan tempat
yang penting yaitu ketika dimulainya praktik akuntansi biaya, pelaporan keuangan
serta berkembangnya akuntansi sebagai profesi. Literatur akuntansi memberikan
jawaban atas pertanyaan apakah sebabnya butuh waktu panjang untuk menjadi berarti.
Akuntansi diyakini baru menjadi penting setelah munculnya sistem ekonomi
kapitalisme. Dengan akuntansilah manajemen sebagai pengendali harian dapat
mengukur dan mempertanggung-jawabkan kinerjanya ke pemilik. Dengan akuntansi
economic rationality dapat dioperasionalkan dalam pengelolaan produksi.
Argumentasi ini dikenal dalam literatur sebagai Sombart’s thesis.

Fitur-fitur akuntansi yang menurut Sombart berkontribusi besar untuk


berkembangnya perekonomian adalah: (1) kemampuan akuntansi menyajikan data
keuangan secara kuantitatif yang kemudian mendorong mendorong ketertiban
pengelolaan bisnis, (2) kemampuan akuntansi untuk mengakumulasikan jumlah agar
informasi yang koheren dapat tersaji, sehingga yang tersaji tidak lagi berapa jumlah
benang ditambah dengan tepung sebagaimana sebelumnya dilakukan, (3) kemampuan
akuntansi untuk merasionalisasi bisnis kemudian mendorong kelahiran konsep-konsep
seperti konsep kapital, kapital tetap, kapital berputar dan biaya produksi yang
dengannya sistem ekonomi dapat dipahami. Menurut Sombart, akuntansi
berkontribusi bagi pemisahan antara organisasi bisnis dengan pemiliknya sehingga
bisnis dapat dikelola dengan otonom.

Revolusi Industri yang berawal di tahun 1750 itu merupakan perubahan sosial
dan ekonomi yang dikenal sebagai sebuah perpindahan kehidupan dari hidup dalam
suasana ’a green and pleasant land’ ke hidup dalam masa ’dark satanic mills’ yang
ditandai mulainya penggunaan mesin-mesin bertenaga, pembangunan pabrik-pabrik
serta industri dan aktivitas komersial berskala besar dan adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian. Konsep baru tentang produksi dikembangkan. Bila
sebelumnya produksi merupakan pekerjaan kerajinan tangan yang dilakukan dirumah-
rumah pekerja, sekarang pekerjaan dilakukan di fabrik yang dibangun khusus untuk
itu. Terkonsentrasinya pekerja dan bahan baku di fabrik yang dilengkapi dengan
mesin-mesin produksi bertenaga telah dapat menghasilkan produk yang cukup
terstandar dalam jumlah banyak.

Terjadinya kekacauan pasar modal yang kemudian diikuti dengan yang


dikenal sebagai the Great Depression memicu dilakukannya perubahan radikal. Yang
paling penting adalah dibentuknya the Securities and Exchange Commission sebagai
otoritas pengawas pasar modal mengikuti amanat undang-undang Securities Exchange
Act 1934. Tugas utama komisi ini adalah melindungi kepentingan investor melalui
penerbitan regulasi. SEC berkewajiban untuk memastikan semua investor telah
memperoleh informasi relevan tentang perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan
dan memperdagangkan sahamnya.

Suatu peristiwa penting lainnya di awal abad ke 20 yang juga memberikan


konteks pada perkembangan pelaporan keuangan melalui implikasinya atas praktik
akuntansi biaya (costing) yaitu Perang Dunia Pertama. Anne Loft yang melakukan
studi tentang akuntansi dan PD I menyampaikan bahwa PD I yang dimulai tahun 1914
telah menyebabkan barang-barang menjadi langka karena tersedot untuk memenuhi
kebutuhan militer. Harga-harga melambung tinggi. Dalam situasi demikian, negara
kemudian melakukan intervensi. Selama perang tersebut, hubungan warga dengan
negaranya menjadi berbeda. Kehidupan warga negara banyak diatur oleh perintah
negara. Kualitas produk yang harus dihasilkan dan kebebasan berpindah misalnya
diatur oleh negara. Hubungan negara dengan industri juga berubah. Bila sebelum
perang regulasi sangat minim, sekarang konsep yang dikembangkan adalah
produktivitas bangsa haruslah digunakan dengan cara-cara yang paling effisien.
Dalam pandangan yang demikian praktik akuntansi biaya mendapatkan
signifikansinya. Costing memampukan pemerintah untuk menyesuaikan praktik
manufaktur dengan tujuan pengendalian produksi untuk perang tanpa harus secara
langsung mengambil alih pengawasan di pabrik-pabrik. Akuntansi sebagaimana
diungkapkan Loft secara tidak langsung menjadi a tool of regulatory intervention
yang dengannya kompromi yang tidak mudah antara prinsip-prinsip pasar bebas
dengan pengendalian yang total oleh pemerintah dapat berlanjut.

Masa setelah kekacauan pasar modal di awal sampai dengan akhir abad ke 20
yang hampir 70 tahun tersebut, dapat dikatakan sebagai era dimana akademisi dan
praktisi akuntansi bekerja bersama untuk membangun apa yang kami akuntan
namakan sebagai conceptual framework for financial accounting and reporting.
Conceptual framework ini yang menjadi dasar teoritis dalam menyusun standar dan
regulasi akuntansi dan pelaporan keuangan. Profesi akuntan dibanyak negara baik
AS, Inggris, Australia, maupun Indonesia ingin memiliki sebuah rerangka konseptual
seperti itu.

Diakhir abad ke 20 dan diawal abad ke21 banyak perusahaan yang melaporkan
pertumbuhan pendapatan yang menakjubkan bagi investor. Tetapi kemudian ketika
pertumbuhan tersebut berganti dengan collapsed, terbuktilah bahwa pengakuan
pendapatan telah dilakukan secara amat prematur sehingga harus dilakukan koreksi
atas laporan keuangan. Banyak perusahaan yang harga sahamnya jatuh sangat
signifikan, bahkan ada yang harganya lebih rendah dari harga sebuah pisang goreng.

Praktik akuntansi manipulatif besar yang terungkap tidak saja kasus Enron,
tapi yang juga terkenal adalah kasus WorldCom yang juga perusahaan besar AS di
sektor telekomunikasi. Selama tahun 1999 sampai 2002 perusahaan melaporkan
pendapatan 11 juta AS dollar lebih besar dari yang sewajarnya. Yang dilakukan
adalah membukukan biaya perawatan jaringan sebagai penambahan asset, seharusnya
itu dibukukan sebagai beban (expense), dan juga mengurangi cadangan piutang tak
tertagih tanpa dasar yang dapat diterima. Tetapi akhirnya praktif manipulatif ini
terungkap, investor kehilangan kepercayaan dan akhirnya WorldCom pun meminta
untuk dinyatakan bangkrut di tahun 2002.
Kedua kasus besar ini beserta kasus-kasus lainnya terjadi sementara itu
laporan keuangan mereka dinyatakan sebagai telah disusun sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi berlaku umum. Ironisnya, ini terjadi di AS negara yang diyakini
sebagai tempat dimana praktek akuntansi dan audit telah dewasa dan ada dalam
pengendalian undang-undang yang kuat. Kepercayaan publik akan pelaporan
keuangan terguncang dengan hebat dan dapat dikatakan yang terjadi adalah global
shocking.

Setelah upaya menyusun rerangka konseptual/teori dan standar akuntansi


dilakukan selama hampir tujuh puluh tahun, terjadinya krisis ekonomi global diawal
dasawarsa 2000an membawa kesadaran bahwa standar akuntansi yang disusun
tersebut terlalu kompleks dan mengatur terlalu detil bagaimana sebuah transaksi harus
diakuntansikan dan dilaporkan. . Bila tidak ada celah yang bisa dieksploitasi, mereka
berinovasi menciptakan proses berbisnis baru yang perlakuan akuntansinya dapat
lolos dicelah-celah peraturan tersebut. Inilah pada dasarnya yang dilakukan oleh
Enron dan WorldCom.

Historical cost accounting saat ini mulai digerakkan ke fair value accounting
yang didefinisikan oleh IASB sebagai nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan
atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak-pihak yang memiliki informasi atau
pengetahuan yang sama dan sama-sama berkeinginan untuk melakukan transaksi.
Alasan utama untuk perubahan ini adalah guna menjadikan neraca lebih
merefleksikan realitas ekonomi yang ada ketika dia dipublikasikan. Lihatlah, akuntan
sekarang mulai lebih realistis bila selama masa yang panjang sebelumnya
mempertahankan alasan untuk selalu menggunakan basis biaya historis. Perubahan
ini bukanlah suatu yang biasa saja, tetapi ini adalah perubahan paradigma dan
menjadikan ”bisnis tidak lagi seperti biasanya.”Standar akuntansi yang semula
dikembangkan menggunakan prinsip biaya historis ini telah mulai direvisi baik
standar yang mengatur pelaporan aset lancar seperti persediaan, aset tetap, investasi
maupun kewajiban atau liabilitas (yang merupakan sisi lain dari aset).

Bila penilaian aset yang harus dilaporkan di neraca berubah, tentu juga
perhitungan laba dan rugi berubah pula. Selama ini perhitungan laba rugi
dikonseptualisasi sebagai selisih antara pendapatan (revenue) yang diperoleh selama
satu periode dikurangi dengan semua aset yang dikorbankan untuk memperoleh
pendapatan tersebut yang ukurannya dinamakan dengan beban (expenses). Bila ada
laba berarti operasi usaha selama periode tersebut telah menghasilkan income
sejumlah tersebut sebagai return atas capital yang digunakan dalam usaha tersebut.
Jumlah selisih inilah yang senantiasa menjadi perhatian investor dan karenanya juga
perhatian para manajemen. Informasi income ini disajikan pada baris terakhir di
laporan laba rugi, yang karenanya dikalangan pebisnis dikenal istilah the bottom line.
Setiap kali seorang manajer ataupun investor membaca laporan keuangan, matanya
pertama kali akan mengarah ke bottom line tersebut.

Sekarang untuk mengkonseptualisasi income mulai digunakan konsep yang


disebut dengan capital maintenance concept. Dalam pandangan konsep ini, seorang
investor baru dikatakan memperoleh income sebagai return atas investasinya bila
jumlah nilai aset bersihnya pada akhir periode melebihi jumlahnya pada awal periode;
atau bila kapasitas berproduksi aset usahanya pada akhir periode melebih dari
kapasitas berproduksinya di awal periode. Perhatikanlah, konsep ini pada dasarnya
sama dengan konsep yang digunakan para enteprenir diabad ke 19 dulu ketika mereka
ingin mengetahui berapa peningkatan kesejahteraannya setelah berusaha sekian lama.
Seperti dijelaskan pada bagian awal pidato ini, yang mereka lakukan adalah menyusun
daftar aset mereka yang ada sekarang, menjumlahkan nilainya dan kemudian
membandingkannya dengan nilai di daftar asset mereka yang sebelumnya.

Semenjak awal praktik akuntansi double-entry sampai kemudian menemukan


peran signifikannya di era revolusi industri dan berlanjut sampai dengan era the Great
Depression, akuntansi dan pelaporan keuangan dilaksanakan tanpa tuntunan standar
akuntansi. Sunder seorang akademisi akuntansi berwibawa dari Yale School of
Management mengatakan bahwa pada masa-masa ini pelaporan keuangan dituntun
oleh norma-norma sosial. Laporan keuangan diselesaikan dengan judgment yang
dituntun oleh norma-norma sosial. Manajemen dan akuntan bersama-sama
menentukan praktik seperti apa yang baik untuk dilakukan dan mencoba untuk
bereksperimen dengan berbagai alternatif akuntansi yang mungkin dilakukan.
Terbuka luas ruangan untuk bekerja berdasarkan judgment, pengetahuan dan keahlian.
Dengan cara seperti ini, tentu saja praktik akuntansi yang berbeda tergantung kepada
lingkungan ekonomi dan struktur bisnis mereka masing-masing merupakan suatu
kelaziman.

Kurang lebih 70 tahun kemudian bila dihitung semenjak era Revolusi Industri,
terjadinya the Great Depression mengarahkan munculnya suatu keyakinan bahwa
praktik pelaporan keuangan berkontribusi atas depresi ekonomi tersebut.
Diargumentasikan bahwa ternyata norma-norma sosial tidak bekerja dan tidak dapat
diharapkan untuk menuntun akuntan dan auditor dalam bekerja. Karenanya yang
dibutuhkan adalah regulasi yang menjadi standar dalam penyiapan keuangan dan
standar dalam pengauditan laporan keuangan. Bahkan kemudian standar ini menjadi
bagian dari regulasi yang mengatur pelaporan keuangan yang memiliki kekuatan
paksa untuk diikuti.

III. Memorandum of Understanding: Noorwalk Agreement

Pada tanggal 18 September 2002, Financial Dewan Standar Akuntansi (FASB)


dan Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) masing-masing mengakui
komitmen mereka terhadap pengembangan kualitas tinggi, standar akuntansi yang
kompatibel dan dapat digunakan baik untuk domestik maupun lintas negara laporan
keuangan. Pada pertemuan itu, baik FASB maupun IASB berjanji akan berusaha
semaksimal mungkin upaya untuk (a) secepatnya membuat standar pelaporan
keuangan yang ada sepenuhnya kompatibel dapat dipraktikkan dan (b)
mengoordinasikan program kerja mereka di masa depan untuk memastikan hal
tersebut tercapai, kompatibilitas tetap terjaga.

Untuk mencapai kompatibilitas, FASB dan IASB (bersama-sama disebut


“Dewan”) sepakat dalam hal ini prioritas tinggi, untuk: a) melakukan proyek jangka
pendek yang bertujuan untuk menghilangkan berbagai individu perbedaan antara US
GAAP dan Pelaporan Keuangan Internasional Standar (IFRS, yang mencakup
Standar Akuntansi Internasional, IAS); b) menghapus perbedaan lain antara IFRS
dan US GAAP yang akan tetap ada 1 Januari 2005 melalui koordinasi program kerja
masa depan; itu adalah, melalui pelaksanaan bersama proyek-proyek yang terpisah
dan substansial yang keduanya.

Dewan akan membahasnya secara bersamaan;

a) melanjutkan kemajuan proyek bersama yang sedang mereka lakukan; Dan,

b) mendorong badan penafsiran masing-masing untuk mengkoordinasikan kegiatan


mereka.

Dewan setuju untuk memberikan sumber daya yang diperlukan untuk


menyelesaikan jurusan tersebut usaha. Dewan setuju untuk segera memulai
pembahasan perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi untuk diselesaikan proyek
jangka pendek dengan tujuan mencapai kompatibilitas dengan mengidentifikasi
kesamaan, solusi berkualitas tinggi. Kedua Dewan juga sepakat untuk
menggunakan upaya terbaik mereka untuk menerbitkan draft paparan usulan
perubahan US GAAP atau IFRS yang mencerminkan kesamaan solusi untuk
beberapa, dan mungkin semua, perbedaan yang diidentifikasi untuk dimasukkan
dalam jangka pendek. proyek jangka panjang selama tahun 2003.

Sebagai bagian dari proses, IASB akan secara aktif berkonsultasi dan mencari
dukungan pihak lain pembuat standar nasional dan akan menyampaikan proposal
kepada pembuat standar dengan seorang pejabat hubungan penghubung dengan
IASB, sesegera mungkin.

Dewan mencatat bahwa tujuan penerapan IFRS IASB di beberapa yurisdiksi


pada atau sebelum tanggal 1 Januari 2005 mengharuskan perhatian diberikan pada
waktu efektifnya tanggal persyaratan pelaporan baru atau diubah. Strategi yang
diusulkan Dewan adalah: dilaksanakan dengan mempertimbangkan waktu tersebut.

IV. Suwarjono, 2005


Pengembangan Akuntansi
Akuntansi dipandang sebagai pelaksanaaan dan penerapan standar untuk
menyusun seperangkat laporan keuangan. Dari sudut profesi atau praktisi,
akuntansi berkepentingan dengan aspek ―bagaimana‖. Prinsip Akuntansi
Berterima Umum / PABU (Generally Accepted Accounting Principles/ GAAP)
merupakan pedoman yang lebih luas dari pada standar akuntansi karena tidak
semua perlakuan akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. PABU
berisi standar akuntansi ditambah dengan sumber – sumber acuan lain yang
didukung berlakunya.
Peran Riset Akuntansi
Praktik akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesat dan memuaskan
apabila terjadi interaksi antara tiga aspek yaitu : riset, pengajaran, dan praktik.
Adapun gagasan-gagasan baru yang muncul untuk pengembangan praktik
harus merupakan bahan penelitian dan pembahasan di tingkat akademik sehingga
dihasilkan praktik-praktik alternatif yang dapat menjadi solusi bila terjadi
masalah dalam praktik.
Perekayasaan Pelaporan Keuangan
Perekayasaan merupakan proses terencana dan sistematis yang melibatkan
pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori,
penngetahuan yang tersedia, konsep, metoda, teknik serta pendekatan untuk
menghasilkan suatu produk.
Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi memanfaatkan
pengetahuan dan sains dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan menjadi
kekuatan pengarah dalam merekayasa akuntansi karena tujuan tersebut akan
digunakan untuk mengevaluasi kebermanfaatan dan keefektifan produk yang
dihasilkan.
Teori Akuntansi Sebagai Sains
Teori akuntansi sering diartikan sebagai sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku dan harus dianut dalam lingkungan tertentu. Pengertian teori adalah
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan. Teori berisi
pernyataan-pernyataan asumsi dan hipotesis. Dan tujuan teori sendiri adalah
menjelaskan (menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta
seperti yang diamati) dan memprediksi (memberi keyakinan bahwa asumsi atau
syarat yaang diteorikan besar kemungkinan merupakan suatu fenomena atau
kejadian tertentu yang akan terjadi).
Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis
Teori akuntansi disebut sebagai penalaran logis karena dapat memberikan
penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut
akuntansi atau menurut traadisi) dan tentang struktur akuntansi yang berlaku
dalam suatu wilayah tertentu.
Teori Akuntansi Normatif
Penalaran marupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk
dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi
(assertion). Penalaran melibatkan proses penurunan konsekuensi logis dan proses
penarikan simpulan / konklusi dari serangkaian pernyataan atau asersi.
Unsur dan Strukur Penalaran
Struktur dan proses penalaran didasari atas tiga konsep penting, yaitu :
1. Asersi, suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu
(misalnya teori) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran
yaitu sebagai elemen pembentuk argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan
oleh penalaran (berupa kesimpulan).
2. Keyakinan, merupakan tingkat kebersediaan untuk menerima suatu pernyataan
atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial)
adalah benar.
3. Argumen, merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) daan
inferensi atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan.
Dalam hal ini argumen merupakan unsur yang paling penting karena digunakan
untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Jenis Asersi
Asersi dapat diklasifikasi menjadi :
1. Asumsi, merupakan asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat
mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan.
2. Hipotesis, merupakan asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui
tetapi diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Agar disebut
sebagai suatu hipotesis maka suatu asersi juga harus mengandung kemungkinan
salah, karena jika asersi adalah benar maka asersi akan menjadi pernyataan fakta.
3. Pernyataan fakta, merupaakan asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini
sangat kuat atau bahkan tidak dibantah.
Jenis Argumen
Argumen dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Argumen Deduktif, atau argumen logis merupakan argumen yang asersi
konklusinya tersirat atau dapat diturunkan dari asersi-asersi lain yang diajukan.
2. Argumen Induktif, argumen ini lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya.
Akan tetapi dalam argumen ini konklusi tidak selalu benar walaupun kedua
premis benar.
Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan
(judgement) untuk menetapkan kebenaran suatu pernyataan (to establish the
truth). Dalam hal teori akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan
relevansi atau keefektifan suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan
akuntansi. Keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau kelemahan
argument adalah terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini itu
benar
(true) atau salah (false). Dapat saja seseorang memegang kuat keyakinan terhadap
sesuatu yang salah atau sebaliknya, menolak suatu pernyataan yang benar (valid).
Perekayasaan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara saksama untuk
pengendalian alokasi sumber daya secara automatis melalui mekanisme sistem
ekonomik yang berlaku. Dalam pelaporan keuangan, pengendalian secara
automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu pedoman pelaporan keuangan yaitu
PABU / GAAP, termasuk didalamnya standar akuntansi.
Proses Perekayasaan
Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk
membangun suatu struktur dan mekanisma pelaporan keuangan dalam suatu
negara untuk menunjang tercapainya tujuan negara.
Alur cerita proses perekayasan pelaporan keuangan sebagai berikut :
1. Tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan keuangan, diharapkan
pencapaian tujuan akuntansi dapat membantu tercapainya tujuan negara.
2. Adapun pertanyaan – pertanyaan perekayasaan melibatkan pertimbangan dan
pemilihan berbagai gagasan tentang idoelogi, filosofi, paradigma, dan konsep
dasar untuk menjamin agar tujuan pelaporan tercapai. Gagasan yang dipilih
tentunya adalah gagasan yang cocok dengan lingkungan diterapkannya akuntansi
agar hasil perekayasaan menjadi efektif sebagai alat.
3. Konsep yang dijalannkan harus sesuai dengan standar akuntansi dan acuan
lainnya sehingga membentuk prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
4. Hasil dari perekayasaan pelaporan keuangan diberitakan melalui media
informasi, agar dapat dimengerti oleh para pemakai informasi laporan keuangan
tersebut.
Aspek Semantik Dalam Perekayasaan
Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menimbulkan objek fisis
kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek statement keuangan.
Konsep informasi akuntansi
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-
simbol (elemen-elemen) yang termuat dalam seperangkat statemen keuangan
sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap elemen di interpretasi sebagai
objek yang berdiri sendiri. Artinya, statemen keuangan berisii rangkaian elemen-
elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau bentuk, isi dan susunannya
diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati. Informasi
semantik ini harus ditangkap secara kontekstual melalui tiga komponen sebagai
satu kesatuan, yaitu elemen (objects), ukuran dalam unit moneter (size), dan
hubungan (relationship) antar elemen.
Rerangka konseptual
Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan
menjadi konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam dokumen resmi yang
disebut rerangka konseptual.
Tanpa adanya rerangka konseptual sebagai ―konstitusi‖ akan sangat sulit bagi
penyusun standar untuk mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi
tertentu lebih baik dalam menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai
bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih efektif dari pada perlakuan yang lain
dalam rangka mencapai tujuan sosial atau ekonomik.
Kam (1990) menguraikan manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:
1. memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggungjawab
dalam penyusnan atau penetapan standar akuntansi.
2. menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang di jumpai
dalam praktek yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik.
3. menentukan batas-batas pertimbangan (bounds of judgment) dalam penyusunan
statemen keuangan.
4. meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan. Pondasi
(berupa konsep-konsep) dan penalaran-penalaran yang melekat pada rerangka
konseptual itulah yang sebenarnya membentuk teori akuntansi sebagai penalaran
logis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi standar dan praktek yang
berjalan dan mengembangkan (memperbaiki) standar dan praktek di masa datang.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan
dicurahkan. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen
keuangan.
Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan suatu tujuan masyarakat atau organisasi secara
keseluruhan tanpa memperhatikan tujuan/ motivasi masing-masing individual di
dalamnya.
Tujuan Bersama
Tujuan bersama adalah satu atau beberapa tujuan individual yang sama dengan
tujuan individual lainnya. Tujuan fungsional disusun tanpa memperhatikan
tujuan-tujuan individual, sedangkan tujuan bersama ditentukan dengan
mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual selanjutnya memilih tujuan-
tujuan individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk dijadikan tujuan
kegiatan sosial.
Tujuan Kelompok Dominan
Dalam tujuan ini keputusan yang akan diambil adalah tujuan dari kelompok
yang dominan. Kelompok yang dominan adalah kelompok yang memiliki
pengaruh sangat kuat dalam pengambilan keputusan atau tindakan dari semua
anggota masyarakat. Sedangkan bagi kelompok yang non-dominan tujuannya
tidak menjadi relevan atau dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi kegiatan
sosial.
Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FSAB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat ditentukan secara
langsung dari lingkungan penerapan laporan keuangan. Maksudnya tujuan
pelaporan harus dikaitkan dengan tujuan sosial dan ekonomik Negara masing-
masing tempat dimana laporan keuangan tersebut dijalankan. Oleh karena itu
tujuan pelaporan harus dikembangkan atas dasar sifat kegiatan dan keputusan
ekonomik para pemakai yang terlibat di dalamnya.
Tujuan Utama Pelaporan Keuangan dalam rerangka Konseptual FSAB :
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para
investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam
membuat keputusan - keputusan investasi, kredit, dan semacamnya yang rasional.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para
investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam
menilai (assessing) jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian penerimaan kas
mendatang (prospective cash receipts) dari deviden atau bunga dan pemerolehan
kas (proceds) mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya
sekuritas atau pinjaman.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya
ekonomik suatu badan usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban
badan usaha untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan ekuitas
pemilik) dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah
sumber daya badan usaha dan klaim terhadap sumber daya tersebut.
V. Adams and Tower, Theories of Regulations on the Statutory Supervisions (1994)
Kontras antara pengawasan ketat terhadap perusahaan asuransi di Australia
dan hubungannya dengan pasar asuransi yang sangat tidak diatur di Selandia Baru.
Misalnya, di Australia, ketentuan undang-undang2 mengharuskan semua perusahaan
asuransi untuk:
(a) menyerahkan rencana bisnis kepada otoritas pengatur, Asuransi dan Dana Pensiun
Komisi (ISC);
(b) untuk mematuhi pembatasan hukum atas penggunaan akumulasi dana;
(c) mempertahankan tingkat solvabilitas minimum yang ditetapkan undang-undang;
(d) mengajukan pengembalian bisnis triwulanan, setengah tahunan dan tahunan ke
ISC, untuk pemantauan solvabilitas dan tujuan pengendalian. Sebaliknya, perusahaan
asuransi di Selandia Baru tidak tunduk pada hal tersebut persyaratan. Situasi ini
membuat para komentator berkomentar bahwa mereka berbasis di Selandia Baru
perusahaan asuransi beroperasi di pasar asuransi yang mungkin paling sedikit diatur di
dunia-dunia barat (Insurance Council of New Zealand, 1991, hal. 15). Perbedaan yang
mencolok dalam rezim peraturan antara sektor asuransi Australia dan Selandia Baru
juga tidak selaras. sejalan dengan sentimen perjanjian Closer Economic Relations
(CER) tahun 1983 yang berupaya untuk menyelaraskan hukum dan praktik bisnis
antara Australia dan Selandia Baru.
Amerika Serikat (AS), pasar asuransi terbesar dengan lebih dari enam ribu
perusahaan bertransaksi asuransi, ke Selandia Baru dan Irlandia, dengan sekitar tujuh
puluh jiwa dan perusahaan asuransi umum masing-masing. Namun, tampaknya
sebesar itu pasar asuransi itu sendiri bukan merupakan faktor yang menjelaskan
tingkat pengendalian peraturan dilaksanakan oleh pemerintah. Misalnya, Irlandia
memiliki industri asuransi yang sebanding ukurannya sama dengan Selandia Baru,
namun negara ini mempunyai peraturan yang jauh lebih ketat, dan sebagian besar
mengikuti model pada Inggris - dan pada tingkat tertentu, Komunitas Ekonomi Eropa
yang umumnya lebih ketat. Pasar asuransi Kanada memiliki peraturan yang mapan
rezim yang dipengaruhi oleh sistem peraturan Inggris dan AS. Namun, Kanada adalah
negara yang sama dilaporkan secara bertahap menerapkan langkah-langkah yang
bertujuan untuk deregulasi asuransi pasar dan memperluas kebebasan investasi dan
bisnis, khususnya dengan Amerika Serikat.
Selanjutnya pasar asuransi dalam negeri secara keseluruhan Negara-negara
Anglo-Amerika sudah mapan sejak pertengahan abad kesembilan belas (misalnya
Nobbs, 1983, hal. 463). Oleh karena itu, lamanya pasar asuransi berada yang didirikan
di suatu negara tampaknya tidak menjelaskan perbedaan dalam lingkungan peraturan.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mencari penjelasan mengapa beberapa orang
Anglo-Amerika pasar asuransi diatur lebih ketat dibandingkan pasar lainnya. Latihan
ini akan membantu memulihkan pemanah untuk lebih memahami sifat pasar asuransi
dan membantu mereka memprediksi kemungkinan, dan dampak potensial, dari
inisiatif undang-undang dan peraturan
Mitnick (1980, p. 5) mendefinisikan regulasi sebagai "pembatasan yang
disengaja terhadap subjek pilihan aktivitas oleh suatu entitas yang tidak secara
langsung menjadi pihak atau terlibat dalam aktivitas tersebut." Wilson (1974, P. 138)
menilai bahwa konsep regulasi berasal dari motivasi politik, misalnya sebagai
keinginan untuk mendistribusikan kembali kekayaan; atau karena alasan ekonomi,
seperti intervensi terhadap perusahaan. memperbaiki ketidaksempurnaan pasar,
seperti penyalahgunaan kekuasaan monopoli. Wilson menyarankan bahwa apa- Oleh
karena itu, baik secara politik maupun ekonomi, regulasi bisnis bukanlah suatu
peristiwa yang tidak bisa dihindari, melainkan proses yang berasal dari berbagai
penyebab prasyarat dan ada untuk beberapa tujuan eksplisit pose.
Teori pasar bebas berpendapat baik secara eksplisit maupun implisit bahwa
regulasi tidak diperlukan karena hal ini menghambat efisiensi operasi pasar.
Kumpulan teori ini didasarkan pada hipotesis pasar efisien [EMH] (Rahman, 1992,
hal. 91) dan menolak pandangan bahwa pemerintah intervensi pemerintah diperlukan
untuk memperbaiki ketidaksempurnaan pasar. EMH mendalilkan bahwa sebuah
tingkat informasi yang optimal diungkapkan kepada pembeli oleh pemasok melalui
interaksi antara keduanya mekanisme harga dan intervensi negara di pasar, oleh
karena itu, tidak diperlukan.
Para pendukung lingkungan yang tidak diatur mendukung pandangan bahwa
pasar bebas menyediakan mekanisme yang efisien untuk penentuan informasi optimal
yang mencerminkan fungsi biaya-manfaat untuk manajemen menghasilkan informasi
tersebut. Penganut pendekatan pasar bebas berpendapat bahwa regulasi perusahaan
asuransi, pilihan yang tersedia bagi pemegang polis dan (meningkatkan) biaya
asuransi tanpa menawarkan keuntungan kompensasi yang memadai" (Ford, 1974, hal.
55). Namun, menurut Menurut Rahman (1992), kelemahan utama model anti-regulasi
adalah kegagalannya jelaskan mengapa, dan oleh siapa, peraturan diupayakan di pasar
industri. Dia menyatakan bahwa, "...meskipun bukti dari studi EMH cenderung
meniadakan argumen kegagalan pasar.
Beaver (1981, hlm. 187-196) menawarkan tiga argumen utama yang
mendukung kasus bisnis peraturan kewajaran:
(a) adanya insentif yang tidak memadai bagi peserta untuk memberikan
keabsahan mengawinkan kelompok pengguna dengan informasi;
(b) kepemilikan informasi yang tidak setara di antara para partisipan kelompok
cipating di pasar; dan
(c) kecenderungan kelompok industri untuk secara sengaja mendukung
menekan produksi informasi yang tidak menguntungkan di lingkungan yang tidak
diatur. Mitnick (1980, hal. 290) berargumentasi bahwa ada insentif bagi peraturan
ketika intervensi negara dapat membantu untuk memperbaiki malfungsi pasar akibat
aktivitas yang tidak diinginkan secara sosial, seperti polusi industri.
Dalam menjelaskan motif di balik peraturan perundang-undangan perusahaan
asuransi, Meier (1991, p. 701) berpendapat bahwa regulator memiliki lima tujuan
utama sebagai berikut: untuk memperbaiki aktivitas yang disengaja yang: dinilai
diinginkan dalam situasi ideal namun tidak berfungsi dalam praktiknya; dinilai tidak
diinginkan sehubungan dengan kepentingan umum. Kumpulan tujuan antara dianggap
penting. Oleh karena itu, aturlah dimana:
1. persaingan tidak dapat bertahan
2. persaingan ada, tetapi karena ketidaksempurnaan, tidak timbul persaingan hasil
yang petitif.
Kehadiran eksternalitas di pasar dikemukakan sebagai kemungkinan penyebab
kegagalan pasar. Beaver (1981, p. 189) mendefinisikan eksternalitas sebagai
"...tindakan satu pihak yang berdampak pada pihak lain yang tidak dipungut (atau
diberi kompensasi) melalui mekanisme harga”. memantau solvabilitas perusahaan; (b)
untuk memastikan perdagangan yang adil; (c) mengatur akses masuk ke pasar; (d)
untuk meningkatkan stabilitas harga; dan (e) untuk memenuhi tujuan sosial.
Beberapa komentator (misalnya Ford, 1974, hal. 54) menyatakan bahwa pengendalian
solvabilitas tidak hanya bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi tidak
hanya mampu memenuhi kewajiban kontraknya, tetapi juga memenuhi “alasan-
harapan yang wajar" dari pemegang polis. Hal ini mencakup pertimbangan seperti
pencapaian keberhasilan negara, dan kebutuhan utama bagi generasi pemegang
kebijakan untuk diperlakukan setara dalam hal ini pembagian bonus.
Batten (1981) menegaskan bahwa pengendalian solvabilitas pada perusahaan
asuransi khususnya jiwa kantor, merupakan tujuan utama badan pengatur karena "...
seperti bank, kantor kehidupan beroperasi dengan tingkat kepercayaan publik yang
tinggi... menjual janji keamanan masa depan kepada banyak orang. Oleh karena itu,
kebangkrutan kantor kehidupan bisa menjadi isu politik yang menonjol dan dapat
menyebabkan negara menanggung biaya besar yang tidak dapat diantisipasi sebagai
biaya manajemen peradilan perusahaan yang bangkrut. Hal ini pada akhirnya juga
dapat mengarah pada pemberlakuan peraturan ketat terhadap industri asuransi oleh
pemerintah. Tujuan peraturan perdagangan yang adil berupaya untuk "... mencegah
asimetri informasi dari mendistorsi pasar hingga merugikan konsumen" (Meier, 1991,
hal. 702). Pada akhirnya, keadilan menjadi isu perlindungan konsumen yang
mencakup hak-hak konsumen, investasi undang-undang sekuritas dan promosi dan
penjualan produk perusahaan asuransi.
Misalnya, Inggris telah melembagakan undang-undang perdagangan yang adil
secara luas melalui sektor Keuangan Undang-Undang Pelayanan tahun 1986. Undang-
undang ini mengatur otorisasi, pemantauan dan pengendalian bisnis investasi dan
asuransi melalui organisasi pengaturan mandiri (SRO), secara langsung bertanggung
jawab kepada badan pemerintah, Dewan Investasi Sekuritas (SIB). Ruang lingkup
Pekerjaan SRO sangat luas dan mencakup isu-isu seperti periklanan dan promosi,
penyelenggaraan usaha penanaman modal, pembayaran dan pelaporan komisi
perantara, dan pelatihan dan pengawasan penasihat keuangan. Namun, pertimbangan
keadilan mungkin tidak hanya berkaitan dengan masalah konsumen.Misalnya,
Demsetz dan Lehn (1985, p. 1174) mengajukan hipotesis regulator-monitor yang
berpendapat bahwa peraturan eksternal dapat membantu memajukan kepentingan
pemilik perusahaan dengan bertindak sebagai pengganti kendali kepemilikan. Mereka
berpendapat bahwa peraturan membantu perusahaan untuk mengurangi biaya agensi
mereka,4 dan untuk melaporkan kinerja keuangan yang lebih baik.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di lingkungan yang diatur secara ketat
di Negara Bagian New York melaporkan biaya yang lebih rendah tingkat
dibandingkan kantor kehidupan lain di negara ini karena regulator dapat
menggantikan pemegang saham dalam memantau biaya agensi yang dikenakan
sebagai biaya operasional. Alasan lain yang mendukung perlunya regulasi adalah agar
regulator dapat meningkatkan akses ke pasar asuransi dengan memantau praktik
monopoli harga dan mendorong perusahaan petisi melalui penghapusan hambatan
masuk. Alternatifnya, akses pasar dapat dikendikendalikan oleh regulator melalui
penetapan prosedur perizinan. Prosedur perizinan juga memberikan pengendalian
terhadap risiko kebangkrutan dengan, misalnya, mewajibkan prospek pendatang yang
aktif untuk menyerahkan rencana bisnis dan memenuhi rasio solvabilitas yang
ditentukan sebelumnya otorisasi. Di AS, banyak regulator negara bagian yang
mencoba melindungi perusahaan asuransi lokal dengan cara melarang beroperasinya
perusahaan asuransi milik pemerintah asing. Di Australia, Oleh karena itu, perusahaan
asuransi milik asing harus menunjukkan perekonomian bersih yang besar manfaat
bagi perekonomian Australia sebelum izin untuk bertransaksi bisnis diberikan. Lebih
lanjut Barrow dan Ferguson (1984) berpendapat bahwa pertumbuhan perusahaan
asuransi gabungan yang bergerak dalam bisnis asuransi jiwa dan umum harus
melakukan hal ini.
Teori keagenan mendalilkan bahwa praktik bisnis, seperti pelaporan keuangan,
memberdayakan pemilik (prinsipal) suatu perusahaan untuk memantau perilaku
manajer (agen) yang ditugaskan untuk menggunakan sumber daya. Hubungan antara
prinsipal dan agen merupakan hubungan kontraktual yang menghasilkan “agensi”.
biaya" bagi kedua belah pihak. Misalnya, biaya yang terkait dengan persiapan dan
publikasi laporan keuangan laporan keuangan merupakan biaya pemantauan yang
ditanggung oleh pemilik (Watt dan Zimmerman, 1986).
Stabilitas harga, melalui pengendalian premi, merupakan tujuan penting
lainnya regulator perusahaan asuransi. Penelitian oleh Mayers dan Smith (1988) di
Amerika Utara sektor asuransi kecelakaan properti, menemukan bahwa strategi
penetapan harga yang berfluktuasi bisa saja terjadi tidak hanya sebagai respons
terhadap tren pasar, namun juga sebagai akibat dari biaya keagenan yang berbeda
antara perusahaan asuransi mutual dan proprietary. Mereka berpendapat bahwa dalam
perusahaan asuransi proprietary, perusahaan, pemegang saham"...memiliki insentif
untuk meningkatkan nilai klaim mereka dengan mengorbankan pemegang polis
setelah polis dijual, dan [oleh karena itu pemegang saham] dapat menjual asuransi
harga yang lebih tinggi" (hal. 356). Ini berarti bahwa regulasi harga dapat diterapkan
untuk membantu melindungi kepentingan konsumen dari strategi penetapan harga
yang tidak adil.
Regulator mungkin juga mencari tujuan sosial dan ekonomi. Misalnya,
asuransi perusahaan diwajibkan oleh peraturan untuk menginvestasikan dana mereka
sesuai keinginan mereka biasanya tidak dilakukan. Misalnya, hingga Februari 1985,
kantor kehidupan di Selandia Baru masih beroperasi diwajibkan berdasarkan
peraturan investasi wajib untuk menginvestasikan 31 persen dari modal mereka
investasi sektor publik. Persyaratan ini dihapus sebagai bagian dari inisiatif politik
dimulai pada tahun 1984 untuk menderegulasi pasar keuangan Selandia Baru. Namun,
kebijakan sebelumnya memang mencerminkan keinginan pemerintah saat itu untuk
mengarahkan investasi perusahaan asuransi ke sektor publik dalam perekonomian. Di
Inggris, regulator sudah puas dengan tidak mengadopsi kebijakan ini dan pendekatan
intervensionis sehubungan dengan hal-hal seperti meresepkan perusahaan asuransi
jiwa investasi apa pun, asalkan perusahaan asuransi jiwa bertindak dengan cara yang
bertanggung jawab secara sosial.
Posner (1974, hlm. 335-343) mengkaji tiga rangkaian teori regulasi yang
berupaya untuk jelaskan alasan intervensi pemerintah di pasar. Hal-hal tersebut
adalah: (a) kepentingan umum teori; (b) teori penangkapan; dan (e) teori regulasi
ekonomi.
Teori kepentingan publik mengadopsi pandangan bahwa peraturan dihasilkan
ketika pemerintah dipacu diwujudkan dalam tindakan baik karena keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial, atau karena peristiwa penting, misalnya sebagai
kegagalan perusahaan. Teori capture menyatakan bahwa badan pengatur cenderung
diambil alih oleh kelompok-kelompok yang awalnya dirancang untuk diatur oleh
intervensi pemerintah. Eko-teori regulasi ekonomi berasal dari Stigler (1971), dan
mencakup banyak fitur dari teori kepentingan publik dan teori penangkapan (Posner,
1974, hal. 343). Misalnya saja, menggabungkan beberapa ajaran penting ekonomi
neo-klasik, seperti rasional dan perilaku yang memotivasi diri sendiri oleh produsen
dan konsumen, dan memperlakukan regulasi sebagai sebuah produk, tunduk pada
kekuatan pasar dan demonstrasi pilihan publik. Masing-masing dari ini tiga varian
teori regulasi dirangkum dalam Tabel 3, dan diperiksa di bawah ini, dengan referensi
contoh yang diambil dari sektor asuransi di berbagai negara Anglo-Amerika.
Teori kepentingan publik
Teori kepentingan publik (atau kegagalan pasar) (PIT), mendalilkan peraturan
pemerintah pada dasarnya adalah perangkat kesejahteraan sosial yang didistribusi
ulang yang berupaya memperbaiki kesalahan alokasi Perusahaan mutual dimiliki oleh
pemegang polis, sedangkan perusahaan kepemilikan dimiliki oleh pemegang polis.
Fitur utama Regulator berfungsi sebagai netral penengah antara "produsen" dan
"konsumen". Badan legislatif adalah pengamat murni, Regulator dan legislatif adalah
“tertangkap” oleh kepentingan dominan kelompok-biasanya industri lobi. Kelompok
non-industri (misalnya konsumen) tunduk. Regulasi adalah pasar “baik” yang
disediakan ketika ada permintaan. Industri, sebagai kelompok dominan hanya akan
menuntut regulasi jika ada ancaman persaingan eksternal. Kartel meniadakan perlunya
pihak eksternal peraturan. Badan legislatif memandang regulasi sebagai suatu hal
yang tidak penting.
Ciri-ciri ekonomi neo klasik, dengan dominasi oleh kelompok-kelompok yang
efektif secara politik atau sumber daya yang berasal dari kegagalan pasar atau krisis
politik (Wilson, 1974, hal. 138). Misalnya, dalam kasus pasar asuransi Inggris,
keruntuhan Perusahaan Kendaraan dan Asuransi Umum pada tahun 1971 adalah
perusahaan yang bertanggung jawab atas memperketat undang-undang dan prosedur
peraturan perusahaan asuransi (Harte dan Macye, 1991, hal. 353). Para pendukung
PIT berargumentasi bahwa proses regulasi membantu mendorong kemajuan
persaingan harga dengan, misalnya, menghapus praktik perdagangan yang membatasi
yang biasanya dikaitkan dengan penyalahgunaan kekuasaan monopoli. Dalam bentuk
aslinya, PIT memandang regulator sebagai pihak yang arbiter yang bergantung dan
netral menanggapi tuntutan masyarakat untuk memperbaiki inefisiensi praktik pasar
yang efisien dan/atau tidak adil.

Anda mungkin juga menyukai