Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PERENCANAAN RUN WAY DAN TAXI WAY BANDARA INTERNATIONAL

MINANGKABAU

Riko Usman 1), Helga Yermadona 2), Ishak 2)


1
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat1
email: rikousman21@gmail.com1
2
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat2
email: helga.umsb@gmail.com2
2
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat2
email: ishakumsb@gmail.com2

Abstrak: Bandar Udara Internasional Minangkabau (Minangkabau International Airport), (IATA:


PDG, ICAO: WIPT) atau biasa disingkat BIM adalah bandar udara bertaraf internasional yang utama
yang ada di provinsi Sumatra Barat yang sedianya diperuntukan untuk melayani penerbangan bagi
warga Sumatra Barat. BIM dengan pusat Kota Padang hanya berjarak kira-kira 23 km yang termasuk
dalam wilayah Ketaping, Kec. Batang Anai, Kab. Padang Pariaman. Mulai pembangunan bandara
Minangkabau tahun 2001 dengan biaya yang cukup besar Rp. 97.000.000.000,- (sembilan puluh tujuh
milyar) atau sekitar 9,4 milyar yen yang didapat dari pinjaman Japan Bank International
Coorporation (JICB) sebesar 10 % dari uang 97 milyar. Sedangkan pihak kontraktornya dari Jepang
yakni Shimizu dan Marubeni Corp dan dari Indonesia kontraktornya PT. Adhi Karya. Tujuannya dari
penelitian ini adalah memperoleh kebutuhan panjang runway dan taxiway dan apron yang sebenarnya
sesuai kebutuhan pesawat yang akan dilayani di Bandar Udaran Minangkabau. Hasil yang didapat
dari penelitian ini adalah Dimensi panjang runway sebenarnya dengan menggunakan suhu maupun
elevasi dari ketinggian bandara udara Minangkabau didapat panjang runway rencana sebesar 3400 m,
sedangkan taxiway didapatkan hasil dari panjang taxiway sebesar 30 m dan lebar taxiway sebesar 103
m, dan apron sebesar 224 m dan panjang apron sebesar 142 m.

Kata Kunci: Runway, Taxiway, Apron

Abstract: Minangkabau International Airport (IATA: PDG, ICAO: WIPT) or commonly abbreviated
as BIM is the main international airport in West Sumatra province that was originally intended to
serve flights for west Sumatrans. BIM with the center of Padang City is only about 23 km which is
included in the area of Ketaping, Kec. Batang Anai, Kab. Padang Pariaman. Starting the construction
of Minangkabau airport in 2001 at a considerable cost of Rp. 97,000,000,000,- (ninety-seven billion)
or about 9.4 billion yen obtained from the Loan of Japan Bank International Coorporation (JICB)
amounting to 10% of the money of 97 billion. While the contractors from Japan are Shimizu and
Marubeni Corp. and from Indonesia the contractors are. Adhi Karya. The purpose of this research is
to obtain the needs of runway and taxiway length and apron that actually suits the needs of aircraft to
be served at Minangkabau Airport. The results obtained from this study are the dimensions of the
actual runway length using temperature and elevation from the height of Minangkabau airport
obtained the runway length of the plan of 3400 m, while the taxiway obtained the result of the length
of the taxiway of 30 m and the width of the taxiway by 103 m, and the apron by 224 m and the apron
length of 142 m.

Key Words: Runway, Taxiway, Apron

Page 1
PENDAHULUAN untuk mendarat (landing) atau lepas landas
(take off). Menurut (Horonjeff,1998) system
PENDAHULUAN runway di suatu Bandara terdiri dari
Bandar Udara Internasional perkerasan struktur, bahu
Minangkabau (Minangkabau International landasan(shoulder), bantal hembusan (blast
Airport), (IATA: PDG, ICAO: WIPT) atau pad) dan daerah aman runway(runway and
biasa disingkat BIM adalah bandar udara safety area).
bertaraf internasional yang utama yang ada
1) Perkerasan struktur mendukung
di provinsi Sumatra Barat yang sedianya
pesawat sehubungan dengan
diperuntukan untuk melayani penerbangan beban struktur, kemampuan
bagi warga Sumatra Barat. BIM dengan manuver, kendali, stabilitas dan
pusat Kota Padang hanya berjarak kira-kira criteria dimensi dan operasi
23 km yang termasuk dalam wilayah lainnya.
Ketaping, Kec. Batang Anai, Kab. Padang
2) Bahu landasan (shoulder) yang
Pariaman. Bandar Udara Internasional
terletak berdekatan dengan
Minangkabau dimulai pembangunan
pinggir perkerasan struktur
bandaranya yang merupakan pindahan dari
menahan erosi hembusan jet dan
bandara Tabing tahun 2002 dan mulai
menampung peralatan untuk
difungsikan operasional penerbangan pada
pemeliharaan dan keadaan
tanggal 22 Juli 2005 menggantikan Bandar
darurat.
Udara Tabing. BIM diambil dari nama etnis
suku Minang dan merupakan nama bandara 3) Bantal hembusan (blast pad)
yang cukup unik karena menggunakan adalah suatu daerah yang
nama etnis. dirancang untuk mencegah erosi
Menurut (Heru Basuki,1996) permukaan yang berdekatan
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dengan ujung-ujung runway yang
dan atau perairan dengan batas- batas menerima hembusan jet yang
tertentu yang digunakan sebagai tempat terus-menerus atau yang
pesawat udara mendarat dan lepas landas, berulang. ICAO menetapkan
naik turun penumpang, bongkar muat panjang bantal hembusan 100
barang, dan tempat perpindahan antar moda feet (30 m), namun dari
transportasi, yang dilengkapi dengan pengalaman untuk pesawat-
fasilitas keselamatan dan keamanan pesawat transportasi sebaiknya
penerbangan, serta fasilitas pokok dan 200 feet (60 m), kecuali untuk
fasilitas penunjang lainnya. pesawat berbadan lebar panjang
Suatu Bandar Udara mencakup bantal hembusan yang
suatu kumpulan kegiatan yang luas yang dibutuhkan 400 feet (120 m).
mempunyai kebutuhan–kebutuhan yang Lebar bantal hembusan harus
berbeda dan terkadang saling bertentangan mencakup baik lebar runway
antara satu kegiatan dengan kegiatan maupun bahu landasan.
lainnya. Misalnya kegiatan keamanan 4) Daerah aman runway (runway
membatasi sedikit mungkin hubungan ( safety area) adalah daerah yang
pintu – pintu ) antara sisi darat (land side) bersih tanpa benda-benda yang
dan sisi udara (air side) sedangkan kegiatan mengganggu, diberi drainase,
pelayanan memerlukan sebanyak mungkin rata dan mencakup perkerasan
pintu terbuka dari sisi darat kesisi udara struktur, bahu landasan, bantal
agar pelayanan berjalan lancar. Kegiatan – hembusan dan daerah perhentian,
kegiatan itu saling tergantung satu sama apabila disediakan. Daerah ini
lainnya sehingga suatu kegiatan tunggal selain harus mampu untuk
dapat membatasi kapasitas dari keseluruhan mendukung peralatan
kegiatan. pemeliharaan dan dalam keadaan
Runway adalah jalur perkerasan darurat juga harus mampu
yang dipergunakan oleh pesawat terbang mendukung pesawat seandainya

Page
pesawat karena sesuatu hal Kemiringan keatas memerlukan
keluar dari landasan. landasan yang lebih panjang jika dibanding
Pemilihan panjang runway rencana terhadap landasan yang datar atau yang
merupakan salah satu keputusan yang menurun. Kriteria perencanaan lapangan
paling penting untuk seorang prencana terbang membatasi kemiringan landasan
bandar udara. Panjang runway menentukan sebesar 1,5 %.
ukuran dan biaya bandar udara, serta
𝐹𝑆 = 1 + (0,1 × 𝑆) … … … … … … … (2.3)
mempengaruhi penentuan tipe pesawat dimana,
yang akan dapat dilayani. Selain itu, Fs = Faktor koreksi elevasi
panjang runway juga dapat menentukan S = Kemiringan landasan (%)
batasan payload yang dapat dibawa oleh d. Kondisi Permukaan Landas Pacu
pesawat rencana. Runway harus cukup Di permukaan landas pacu terdapat
panjang sehingga pesawat dapat take off genangan tipis air (standing water) sangat
dan landing secara aman dengan dihindari karena membahayakan operasi
ketersediaan alat-alat bantu yang ada, untuk pesawat. Standing water menghasilkan
saat ini dan dimasa yang akan datang. permukaan yang sangat licin bagi roda
Runway harus mengakomodasi berbagai pesawat membuat daya pengereman sangat
tipe pesawat, persyaratan operasi dan jelek. Itulah sebabnya drainase lapangan
kemampuan pilot. terbang harus baik untuk membuang air
Lingkungan lapangan terbang yang permukaan landasan.
berpengaruh terhadap panjang landasan Bila landas pacu permukaan yang
yaitu : basah atau licin, panjang landasan harus
a. Temperatur ditambah dengan 4,5 % sampai 9,5 %,
Pada temperatur yang lebih tinggi, sebagaimana tercantum dalam FAA AC
dibutuhkan landasan yang lebih panjang, 150/5325-4.
sebab pada temperatur yang tinggi tingkat e. Menghitung ARFL
density udara akan rendah, dengan ARFL (Aeroplane Reference Field
menghasilkan output daya dorong pesawat Length) menurut ICAO adalah landas pacu
terbang yang rendah. Sebagai standar minimum yang dibutuhkan untuk lepas
temperatur dipilih temperatur di atas muka landas, pada maximum sertifikated take off
laut sebesar 59˚ F = 15˚ C, dengan weight, elevasi muka air laut, kondisi
perhitungan sebagai berikut : standart atmosfir, keadaan tanpa ada angin
𝐹𝑡 = 1 + 0,01 × [𝑇 − (15 − 0,0 × ℎ)]. bertiup, dan landas pacu tanpa kemiringan.
(2.1) Setiap pesawat mempunyai ARFL berlainan
dimana, yang dikeluarkan pabrik pembuatnya.
Ft = Faktor koreksi temperatur Untuk mengetahui panjang landas pacu bila
T = Aerodrome reference pesawat take off di ARFL, dipergunakan
temperatur (°C) rumus :
h = Ketinggian (m) 𝐴𝑅𝐹𝐿
b. Ketinggian Altitude 𝑃𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑑𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑐𝑢 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
Rekomendasi dari ICAO, (2.4)
𝐹𝑒 × ×
= 𝐹𝑒 𝐹𝑠
menyatakan bahwa harga ARFL bertambah dimana,
sebesar 7 % setiap kenaikan 300 m (1.000 Fe = Ketinggian Altitude (m)
ft) dihitung dari ketinggian muka air laut, Ft = Faktor Koreksi Temperatur
dengan perhitungan : Fs = Faktor Koreksi Kemiringan
𝐹𝑒 = 1 + 0,07 × ℎ f. Aerodrome Reference Code
…..…………
300 Reference code dipakai oleh ICAO, untuk
dimana, (2.2)
mempermudah membaca antar beberapa
Fe = Faktor koreksi elevasi spesifikasi pesawat, dengan berbagai
h = Ketinggian (m) karakteristik fisik lapangan terbang. Code
c. Kemiringan landasan (Runway bisa dibaca untuk elemen yang
Gradient) berhubungan dengan karakteristik

Page
kemampuan pesawat terbang dan ukuran- Apron adalah bagian dari lapangan
ukuran pesawat terbang. gerak darat suatu bandara yang berfungsi
Klasifikasi landasan pacu didasarkan pada untuk menaikkan dan menurunkan
amandemen ke-36 ICAO hasil konferensi penumpang dan muatan, pengisian bahan
ke IX yang mulai efektif berlaku sejak 23 bakar, parkir, dan persiapan pesawat
Maret 1983 (ICAO, 1990), maka dibuat terbang sebelum melanjutkan penerbangan.
tabel Aerodrome Reference Code untuk Apron terdiri dari tempat parkir pesawat
menentukan kelas landasan pacu seperti (aircraft gates, aircraft stands, atau ramps)
pada Tabel 1 berikut : dan jalur khusus sirkulasi pesawat
memasuki/keluar tempat parkir (taxilane).
Ukuran apron terdiri dari beberapa
faktor yang meliputi:
1. Jumlah aircraft gate
2. Ukuran gate
3. Sistem dan tipe parkir
pesawat
Taxiway adalah suatu jalan pada
METODE PENELITIAN
suatu bandar udara yang terpilih atau
Lokasi penelitian dilaksanakan di Bandara
disiapkan untuk digunakan suatu pesawat International Minangkabau Sumatera Barat.
terbang yang sedang berjalan (taxiway). Analisis data merupakan kajian dari data
Jadi fungsi utama adalah untuk jalan keluar yang ada yakni data primer dan sekunder
masuk pesawat dari landas pacu ke yang berupa analisis kebutuhan akan
bangunan terminal atau landas pacu ke peningkatan kapasitas runway,taxiway dan
hanggar pemeliharaan. Di bandar udara apron pada jam puncak kedatangan
pesawat, dengan memakai pesawat paling
yang sibuk dimana lalu lintas pesawat
besar yang akan melayani Bandara Udara
taxiway diperkirakan bergerak sama banyak Minangkabau yakni pesawat B. 747-400:
dari dua arah, harus dibuat pararel taxiway 1. Analisis dari dimensi runway
terhadap landasan, untuk taxi satu arah, sebenarnya, dan bagaimana tinjauan
rutenya dipilih jarak yang terpendek dari perencanaan dari runway yang
bangunan terminal menuju ujung landasan sebenarnya dapat melayani pesawat
yang dipakai awal lepas landas. Hindarkan yang direncanakan.
sejauh mungkin membuat taxiway dengan
2. Analisis dari dimensi taxiway
sebenarnya, dan bagaimana tinjauan
rute melintas landasan (Sartono.W, 2017). perencanaan dari taxiway yang
Kebanyakan taxiway dibuat siku - sebenarnya dapat melayani pesawat
siku dengan landasan, maka pesawat yang yang direncanakan.
akan mendarat harus diperlambat sampai 3. Analisis dari dimensi apron sebenarnya,
kecepatan yang sangat rendah sebelum dan bagaimana tinjauan perencanaan
belok masuk taxiway, bila direncanakan dari runway yang sebenarnya dapat
penggunaannya bagi pesawat yang harus melayani pesawat yang direncanakan.
cepat keluar maka taxiway mempunyai HASIL DAN PEMBAHASAN
sudut 30° terhadap landasan. Pesawat Perhitungan runway
terbang yang bergerak diatas taxiway Panjang runway rencana dapat
kecepatannya relatif lebih kecil dihitung dengan menggunakan persamaan
dibandingkan dengan pada waktu pesawat dibawah ini sebagai berikut. Koreksi
bergerak diatas runway, maka lebar di terhadap faktor elevasi lapangan terbang di
taxiway dapat lebih kecil dibandingkan atas muka air laut 𝐹𝑒 = 1 + 0,07 × ℎ
dengan lebar runway. 5 3
Menurut (Sartono.W, 2017) . 𝐹𝑒 = 1 + 0,07 ×
300
𝐹𝑒 = 1,0012

Page
a. Koreksi untuk faktor pada Perhitungan Apron
temperatur a. lebar apron lapangan terbang
𝑇 =𝑇
+ 1 (𝑇 − 𝑇 ) Minangkabau: 1
𝑟 𝑎
3 𝑚 𝑎 𝐵 = 𝐶 + 𝐹 + 15 𝑚 + W
𝑇𝑟 = 31 + 1 (33 − 31) 1
2
+ 𝑎𝑝𝑟𝑜𝑛 𝑡𝑎𝑥i𝑤𝑎𝑦
3 2
= 31,67 0C
𝐹𝑡 = 1 + 0,01 × [𝑇𝑟 − (15 − 0,0065 × ℎ)] 𝐵 = 141,4 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐹𝑡 = 1 + 0,01[31,67 𝑑i𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛j𝑎𝑑i 142 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
− (15 − 0,0065 × 5)] - jadi lebar apron lapangan
𝐹𝑡 = 1 + 0,01(31,67 − 14,9675) terbang Minangkabau = 142
𝐹𝑡 = 1,167 meter
b. Koreksi terhadap kemiringan b. panjang apron:
(kelandaian) - kebutuhan parkir pada saat jam puncak
- kemiringan maksimum runway untuk pesawat rencana Boeing 747-400
= + 3,75 m 𝑇i
𝑆=∑[ ×𝑁]+
- kemiringan minimum runway
= + 1,5 m 𝛼
i
60
60
- 𝐺= 𝑆 = ∑ [ × 3] + 1
𝐾𝑒𝑚i𝑟i𝑛g𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑘𝑠−𝐾𝑒𝑚i𝑟i𝑛g𝑎𝑛 𝑀i𝑛
𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛g 𝑟𝑢𝑛w𝑎𝑦 × - panjang60 apron = A = S x W +
100% (S + 1) x C
= 3 x 64,40 x (3 + 1) x 7,5
3,75 − 1,5 = 223,2 m
dibulatkan 224 meter
𝐺= × 100%
2890 Perbandingan Runway, Taxiway dan
𝐹g = 1 + 0,1 × 𝐺 Apron
𝐹g = 1 + 0,1 × Dari hasil perhitungan diatas dapat
0,07
𝐹g = 1, 007 dijelaskan hasil yang didapat dengan
keadaan sebenarnya dimensi dari runway,
c. Panjang landasan pacu rencana taxiway dan apron yang dijelaskan dengan
(runway) tabel 1. sebagai berikut:
𝐿𝑎 = 𝐴𝑅𝐹𝐿 × 𝐹𝑒 × 𝐹𝑡 × 𝐹g
𝐿𝑎 = 2890 × 1,0012 × 1,167 × 1,007
𝐿𝑎 = 3400 meter
jadi landasan pacu (runway) rencana adalah
sepanjang 3.400 meter.
Perhitungan taxiway PENUTUP
Dari hasil perhitungan pada penelitian
- lebar taxiway = 30 m yang didapat ini maka, dapat diambil
- panjang taxiway adalah kesimpulan:
sebagai berikut:
1 1 1. Dimensi panjang runway
𝑇 = (2𝑟𝑢𝑛𝑤𝑎𝑦 𝑠𝑡𝑟i𝑝 − 2𝑟𝑢𝑛𝑤𝑎𝑦)
sebenarnya dengan menggunakan
+ (7 × 𝐻 suhu maupun elevasi dari
− (𝐶 + W + 15 𝑚)) ketinggian bandara udara
𝑇 = (12 × 150 − 12 × 45) + (7 × 19,59 − Minangkabau didapat panjang
runway rencana sebesar 3250 m.
(7,5 + 64,4 + 15)) lapangan terbang
T = 101,47 (dibulatkan 102 meter) Minangkabau
- jadi panjang taxiway pada = 102 meter
Page
Runway ini lebih panjang dibandingkan
dengan runway kondisi existing sebesar
2750 m.

Page
2. Sedangkan taxiway didapatkan “Peraturan Direktorat Jenderal
hasil dari panjang taxiway sebesar Perhubungan Udara” Nomor :
30 m dan lebar taxiway sebesar 103 SKEP/77/VI/2005, Tentang
m. Persyaratan Teknis pengoperasian
3. Untuk apron yang dipergunakan Fasilitas Teknik Bandar Udara
sebagai parkir kendaraan didapat Sartono. W. (2017). Bandar Udara
lebar apron sebesar 224 m dan Pengenalan dan Perancangan
panjang apron sebesar 142 m. Runway, Taxiway, dan Apron.
DAFTAR PUSTAKA Gadjah Mada University Press.
Basuki Heru,“ Merancang Dan Yogyakarta
Merencanakan Lapangan
Terbang” Bandung 1986
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.4, Maret 2013
(270-275) ISSN “Studi
Pengembangan Sisi Udara Bandar
Udara Mali Kabupaten Alor
Untuk Jenis Pesawat Boeing 737-
200
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No. 3, Maret 2014
(155- 163)ISSN : 2337 – 6732
“Perencanaan Pengembangan
Bandar Udara Kuabang Kao
Kabupaten Halmahera Utara
Provinsi Maluku Utara”
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.4, Maret 2013
(270-275) ISSN:2337-6732
Perencanaan Pengembangan
Bandar Udara(Studi Kasus :
Bandar Udara Sepinggan Balik
Papan)
Jurnal Sipil Statik Vol.4No.1Januari
2016(1-12) ISSN: 2337-6732
Perencanaan Pengembangan
Bandar Udara Melonguane
Kabupaten Kepulauan Talaud
Provinsi Sulawesi Utara
Jurnal Teknik Sipil Vol. IV, No. 2,
September 2015 “Studi
Pengembangan Sisi Udara Bandar
Udara Mali Kabupaten Alor
Untuk Jenis Pesawat Boeing 737-
200
Jurnal rekayasa sipil / volume 4, no.1– 2010
issn 1978 – 5658 Studi Alternatif
Perencanaan Fasilitas Sisi Udara
Bandar Udara Blimbingsari Di
Kabupaten Banyuwangi
PeraturanMenteri Perhubungan
Nomor : KM 24
Tahun
2009,Tentang“Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil “

Page
Page

Anda mungkin juga menyukai