NIM : 175020300111039
Kelas : Pengauditan CB
BAB 1
1. PENGAUDITAN DAN JASA ASURANS
Sejarah Perkembangan dan Fungsi Audit
a. Pengauditan Independen sebelum tahun 1990
Akuntan di perkenalkan di Amerikaoleh Inggris pada abad kesembilan belas, yang
kemudian para akuntan Amerika mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit yang
ada di Inggris.
Pada masa itu perusahaan-perusahaan di Inggris wajib di audit sesuai dengan undang
undang Companies Act. Disaat itu Amerika mengeskpor fungsi audit meskipun tidak
terikat undang-undang seperti di Inggris kecuali keharusan yang datang dari Securities
and Exchange Commission.
Dikarenakan tidak adanya peraturan audit atas laporan keuangan di serahkan kepada
pemegang saham sehingga menyebabkan audit pada masa tersebut beraneka ragam.
Laporan hasil audit yang dilakukan oleh auditor biasanya dialamatkan kepada intern
perusahaan dan merupakan penugasan dari manajemen. Pemberian laporan kepada
pemegang saham tidak biasa dilakukan dan hanya sebuah jaminan dari auditor bahwa
tidak ada kecurangan dan kekeluaran dalam pecatata.
a. Jasa Atesi
Jasa astesi adalah jenis jasa asurans yang dilakukan kantir akuntan publik dengan
menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang kenadalan
pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Bentu jasa ini antara lain :
Audit atas Laporan Keuangan Historis. Merupakan salah satu bentuk jasa
atestasu yang dilakukan auditor. Auditor menerbitkan laporan tertulis yang
berisi pernyataan pendapat pakah keuangan telah disusun sesai dengan kerangka
pelaporam keuangan yang berlaku. Jasa ini merupakan pemberian jasa asurans
yang sering dilakukan oleh kantor-kantor akuntan publik.
Review atas Laporan Keuangan Historis. Banyak perusahaan non-publik
menginginkan asurans dengan biaya yang lebih murah. Tidak seperti audit yang
menghaslkan asurans yang tinggi, review menghasilkan asurans yang moderat
aatas laporan keuangan dan bukti yang lebih sedikit.
Jasa Atestasi Lainnya. Kebanyakan jasa atesi merupakan perluasan dari audit
atas laporak keuangan, karena pemakai leporan membutuhkan asurans
independen. Seperti contohnya asurans tertulis bahwa debitur telah
melaksanakan ketentuan-ketentuan tertentu sebagaimana dalam akad kredit,
asurans tentang efektivitas pengendalian intern pelaporan keuangan pada
perusahaan kliennya.
b. Jasa Asuran Lainnya
Jasa asurans lain yang diberikan kantor akunttan publik tidak merupakan jasa atestasi.
Keduanya tetap mirip yaitu pada hal akuntan publik harus independen dan harus
memberikan jaminan atas infromasi yang akan dipakai para pengambil keputusan.
Perbedaannya, akuntan publik tidak meminta untuk menerbitkan laporan tertulis dan
asurans tidak mengenai pernyataan tertulis yang dibuat pihak lain dalam kaitannya
dengan suatu kriteria tertentu. Karakteristik umum jasa asurans dititikberatkan pada
perbaikan kualitas informasn yang digunakan para pengambil keputusan.
Proses sistematis. Audit menyangkut disiplin dan filosofi metoda ilmiah. Audit
menyangkut perumusan dan pengujian hipotesa dan menggunakan observasi,
induksi, dan deduksi. Namun auditor tak sepenuhnya menggunakan metode
ilmiah karena metode ini sangat terstruktur dan seringkali tidak diperlukan.
Sebagai gantinya, auditor menggunakan strategi audit dimana auditor
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan suatu ersi
tertentu yang seringkali juga menyangkut komponen-komponen laporan
keuangan yang berkaitan satu sama lain.
Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif. Kegiatan mendapatkan
dan mengevaluasi ukti merpakan hal yang paling utama. Bukti yang di dapat tiap
auditor bisa berbeda namun dalam audit laporan keuangan, bukti tentang tingkat
kepatuhan antara asersi dalam laporan keuangan dengan kerangka pelaporan
keuangan terdiri data akuntansi dan informasi pendukung. Bukti yang di dapatkan
garus diinterpretasikan dan dievaluasi agar auditro dapat membuat pertimbangan
akuntansi yang biasanya diperlukan sebelum sampai pada kesimpulan bahwa
asersi-asersi yelah sesai dengan kirteria obyektif. Pengertian obyekti dalam proses
sendiri berkaitan dengan kemampuan auditor untuk melaksanakan sifat tidak
memihak didalam memilih dan mengevaluasi bukti.
Asersi tentang tindakan-tindakan. Asersi atau pernyataan yang dibuat
manajemen perusahaan yang melekat pada sepertangkat laporan keuangan adalah
subyek dari audit atas laporan tersebut. Oleh karena itu, auditor harus memahami
asersi-asersi ang melekat pada setiap hal atau pos yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Biasanya asersi ini tersirat dalam laporan. Asersi ini dibuat oleh
manajemen perusahaan dan bukan dari auditor. Asersi dari auditor berada di
laporan auditor. Dikarenakan asersi merupakan subyek pengauditan maka asersi
ini harus dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diaudit.
Tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Tujuan utama dari pelaksanaan audit adalah merumuskan suatu pendapat auditor
mengenai asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
yang telah di audit. Opini auditir akan menunjukkan seberapa jauh asersi tersebut
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam aduit laporan keuangan,
kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan adalah kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
Mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Hasil akhir dari pengauditan adalah laporan yang berisi informan bagi para
pembacanya mengenai seberapa tingkat kepatuhan antara asersi yang dibuat oleh
klien dengan kriteria tertentu yang telah disepakati seagai dasar evaluasi. Definisi
pengauditan mencakup tahap pelaporan dari suatu audit. Dengan laporan tersebut,
auditor mengomunikasikan pendapatnya atau hasil evaluasinya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
b. Jenis-jenis Audit
Audit laporan keuangan. Audit yang dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan sebegai keseluruhan – yaitu informasi kuantitaif yang akan diperiksa –
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan biasanya
yang diaudit meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi komprehensif,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Dengan asumsi bahwa audit
pelaporan keuangan dilakukan dan akan digunakan oleh berbagai pihak dengan
berbagai tujuan, maka lebih efisien jika menggunakan satu auditor untuk melakukan
audit dan menarik kesimpulan yang bisa diandalkan.
Audit kepatuhan. Audit yang dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
berwenang. Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak
tertentu yang lebih tinggi yang ad adalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan
kepada pihak-pihak di luar perusahan. Oleh karena itu, audit ini biasanya dilakukan
oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi bersangkutan.
Audit operasional. Audit ii adalah pengkaji atas setiap bagian dari prosedur dan
metoda yang diterapkan suatu entitas dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas. Hasilnya berupa rekomendasi manajemen untuk memprebaiki operasi.
Dalam adit operasional, pengkajian tidak hanya terbatas pada akuntansi, tapi meliputi
struktur organisasi, operasi komputer, metoda produksi, pemasaran, dan bidang-
bidang lain asalkan auditor menguasai bidang tersebut.
4. AUDITOR DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
a. Jenis-jenis Auditor
Auditor Pemerintahan. Auditor yang bertuga melakukan audit atas keuangan
negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia audit ini dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK merupakan badan yang tidak tunduk
kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat melakukan audit secara
independen namun badan ini bukanlah badan yang berdiri di atas pemerintah.
Hasil audit disampaikan kepada DPR sebafai alat kontrol atas pelaksanaan
keuangan negara. Selain itu juga terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang merupakan auditor internal pemerintahan yang independen
terhadap jajaran organisasi pemerintahan. Layanan audit yan diberikan oleh
BPKP antara lain :
1. Audit khusus untuk mengungkap adanya indikasi praktik tindak pidana
korupsi atau penyimpangan lain.
2. Audit terhadap laporan keuangan dan kinerja BUMN/BUMD/Badan Usaha
lainnya.
3. Audit terhadap pemanfaatan pinjamna dan hibah lar negeri
4. Audit terhadap peningkatan penerimaan Negara, termasuk Peneriaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
5. Audit terhadap kegiatan yang dananya bersumber dari APBN
6. Audit dalam rangka memenuhi permintaan stakeholder tertentu
Auditor Internal. Merupakan auditor yang bekerja pada suatu entitas dan
berstatus senagai pegawai pada entitas tersebut. Tugas audit adalah untuk
membantu manajemen entitas diman atempatna bekerja. Tugasnya pun (audit
internal) beraneka ragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan. Agar dapat melakukan pekerjaan secara efektif, auditor internal
harus independen terhadap fungsi-fugsi lini dalam organisasi ia bekerja, namun ia
tidka bisa independen terhadap perusahaannya karena merupakan pegawai dari
perusahaan tersebut. Oleh karena kedudukannya yang tidak independen terhadap
perusahaannya inilah yang membuat pihak luar tidak bisa mengandalkan
hasilauditnya serta membedakannya dengan auditor eksternal.
Auditor Independen (Akuntan Publik). Bertanggung jawan untuk melakukan
fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan entitas. Orang awam
seringkali mengartikan auditor sama dengan akuntan publik, padahal terdapat
beberapa jenis auditor yang berbeda-beda fungsi dan pekerjaannya. Akuntan
publik sendiri (diatur dalam Undang-undang No 5 tahun 2011 tentang akuntan
publik) adalah akuntan yang telah memperoleh izi dari menteri keuangan untuk
memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Bidang jasa yang diberikan :
o Jasa atestasi yang meliputi :
a. Jasa audit umum atas laporan keuangan
b. Jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif
c. Jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma
d. Jasa review atas laporan keuangan
e. Jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam Standar Profeional
Akuntansi Publik (SPAP)
o Jasa non-atestasi, jasanya berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
manajeman, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan
kompetensi Akuntansi Publik dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Izin akuntan publik yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berlaku selama 5
ahun (dapat diperpanjang). Persyaratannyaantara lain :
o Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)
o Jika tanggal kelulusan USAP melebihi 2 tahun, menyertakan bukti
mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60
Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
o Berpengalaman prkatikr di bidang audit atas laporan keuangan paling
sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit500 jam
diantaranya memimpin dan/atau memsupervisi perikatan audit umum, yang
disahkan pemimpin.
o Berdomisili Indonesia dan membuktikannya degan menyerahkan KTP atau
bukti lainnya
o Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
o Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izi akuntan publik
o Tidak pernah dipidana yang diamcam dengan pidanan 5 tahun atau lebih.
o Menjaid anggota IAPI
o Tidak berada dalam pengampuan
Untuk memperoleh USAP, wajib mengikuti ujian nasional yang diselenggarakan
oleh IAPI yang dilakukan dua kali dalam setahun selam adua hari penuh dengan
mata ujian :
1) Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
2) Auditing & Asurans
3) Akuntansi Manajemen, Manajemen Keuangan, dan Sistem Informasi
4) Lingkungan Bisnis, Hukum Komersial, dan Perpajakan
Misi IFAC
Melayani kepenitingan umum dengan; memberi sumbangan untuk pengembangan,
pengapdosian, dna penerapan standar serta pedoman internasional bekualitas tinggi;
memberi sumbangan bagi pengembangan organisasi profesi akuntansi dan kantor
akuntan yang kuat; dan bagi praktik berkualitas tinggi oleh akuntan profesional;
mendorong nilai-nilai profesi akuntan seluruh dunia; menyuarakan persoalan-
persoalan kepentingan umum di mana kepakaran profesi akuntang sangat relevan.
Visi IFAC
Menjadikan profesi akuntan golbal diakui kepemimpinanya dalam pengembangan
organisasi, pasar uang dan modal, dan perekonomian yang kuatt dan
berkesinambungan.
d. Ketentuan
ISQC memuat 47 ketentuan yang terbagi dalam beberapa kategori :
o Penerapan, dan kepatuhan dengan ketentuan yang relevan
o Elemen sistem pengendalian mutu
o Tanggung jawa kepemimpinan untuk mutu dalam KAP
o Ketentuan etika yang relevan
o Penerimaan klien dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta penugasan
khusus
o Sumber daya manusia
o Pelaksanaan penugasan
o Dokumentasi siste pengendalian mutu
e. Elemen Sistem Pengendalian Mutu
KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang
mencakup kebijakan dan prosedur yang mengatur setiap elemen :
a) Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP
b) Ketentuan etika yang relevan
c) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta penugasan tertentu
d) Sumberdaya manusia
e) Pelaksanaan penugasan
f) Pemantauan
BAB 3
1 Prinsip Integritas
Praktisi wajib untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan profesional dan
bisnis.
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi atau informasi lainnya
yang didalamnya terdapat :
a) Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c) Penghilangan atau penyumbinyan yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan.
Praktisi dianggap tidak melanggar ketantuan diatas jika ia memberikan laporan
yang dimodifikasi.
2 Prinsip Objektivitas
Praktisi tidak bisa membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, dan
pengaruh dari pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional, atau
bisnisnya.
Setiap praktisi harus menghindari hubungan yang bersifat sibjektif atau yang
dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
3 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Praktisi dalam prinsip ini wajib untuk :
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau
pemberi kerja.
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai dengan
standar profesional dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan
jasa profesionalnya.
Kompetensi profesional dibagi menjadi dua tahap yang terpisah, yaitu :
a) Pencapaian kompetensi profesional
b) Pemeliharaan kompetensi profesional
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat
diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat
melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Praktisi harus bersikap dan bertindak hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu.
Praktisi harus menyediakan pelatihan dan penyeliaan bagi mereka yang bekerja
di bawah wewenangnya.
Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional
yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional
lainnya.
4 Prinsip Kerahasiaan
Praktisi dilarang melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a) Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh kepada pihak dilua KAP
atau Jaringan KAP tanpa wewenang khusus kecuali kewajiban
mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum
b) Menggunakan informasi rahasia unruk mendapaykan keuntungan pribadi.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh
calon klien atau pemberi kerja.
Setiap praktisi haru smempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi
terjaga dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan prosefur yang dianggap perlu untuk
memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan, baik oleh mereka yang bekerja
di bawah wewenang atau pihak lainnya.
Mematuhi prinsip rahasi terus berlanjut bahkan setelah berakhirnya hubungan
antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja.
Situasi yang mengharuskan mengngkapkan informasi yang bersifa rahasia,
antara lain :
a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau
pemberi kerja
b) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum (biasanya pengungkapan
dokuman dalam sidang atau lain sebagainya)
c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk
mengungkapkan, selama tidak dilaang oleh ketentuan hukum :
1) Dalam mematuhi pelaksanaan penalaahan mutu yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
2) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
3) Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang
pengadilan
4) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Pertimbangan untuk mengungkapkan infromasi rahasia antara lain :
a) Dirugikan tidaknya semua pihak.
b) Diketahu tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Praktisi wajib untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskredikan profesi.
Praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi saat memasarkan
pekerjaannya, dan menghindari hal-hal seperti :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh.
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang
tidka di dukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.
c. Benturan kepetingan
Praktisi harus mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan serta dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Praktisi harus mengevaluasi signifikan ancaman sebelum meneruksn
hubungan dengan klien dan mencakup pertimbangan mengenai ada
tidaknya keuntungan bisnis atau hubungan dengan klien atau pihak
ketiga, yang dapat menimbulkan ancaman.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Memberitahukan klien mengenai kepentingan atau kegiatan
bisnis KAP yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dan
memperoleh persetjuan oleh klien untuk melanjutkan perikatan
dengan syarat.
b) Memberitahukan pihak yang relevan mengenai pemberian jasa
profesional oleh praktisi kepada dua atau lebih klien yang
kepentingannya saling berbenturan dan memperoleh
persetujuan oleh klien untuk melanjutkan perikatan dengan
syarat.
c) Memberitahukan klien mengenai pemberian jasa profesional
oleh praktisi secara tidak eksklusif untuk satu klien dan
memperoleh persetujuan oleh klien untuk bertindak demikian.
Pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan :
a) Penggunaan tim perikatan yang terpisah dalam emberika jasa
profesional kepad aklien-klien yang kepentingannya saling
berbenturan.
b) Penetaan pedoman yang jelas bagi anggota tim perikatan
mengenai keamanan dan kerahasiaan data.
c) Penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh
setiap rekan dan staf KAP atau jaringan KAP
Jika ancaman tidka dapat dihilangkan dan mengamcam terhadap
prinsip dasar kode etik, praktisi harus menolak perikatan tersebut atau
bahkan mengundurkan diri dari perikatan yang berbeturan kepentingan
tersebut.
Jika klien menolak perihal praktisi memberikan jasa profesional kepada
pihak lain yang berbenturak kepentingannya, maka praktisi tidak boleh
melanjutkan pemberian jasa profesionalnya kepada salah satu dari
pihak-pihak tersebut.
3 Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pad aprinsip dasat etika dapat yerjadi
ketika praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai
penerapan akuntansi, auditing, pelaporan atau standar/prinsip lain untuk
keaadaan atau transaksi tertentu oleh atau untuk kepentingan, pihak-pihak
selain klien.
Pencegahan terhadap ancaman pendapa kedua, antara lain :
a) Meminta persetujuan dari klien untuk menghubungi praktisi yang
memberikan pendapat pertama.
b) Menjelaskan mengenai dan keterbatasan pendapat yang diberikan
kepada klien.
c) Memberikan salinan pendapat memberikan pendapat pertama
kepada praktisi yang memberikan pendapat pertama.
Jika perusahaan tidak memberikan persetujuan untuk melakukan
komunikasi dengan praktisi yang memberikan pendapat pertama, maka
praktisi kedua dapat menentukan tepat tidaknya pendapat kedua diberikan.
4 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
Praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang
dipandang sesuai yang mana bisa menjadi ancaman terhadap prinsip dasar
kode etik (mengingat bisa saja besar imbalan jasa per praktisi berbeda-
beda).
Pencegahan terhadap imbalan jasa yang diberikan, antara lain :
a) Membuat klien menyadari persyaratan dan kondisi perikatan,
terutama dasar penentuan besaran imbalan jasa profesional dan
jenis jasa yang diberikan.
b) Menalokasikan waktu yang memadai dan menggunakan staf yang
kompeten dalam perikatan tersebut.
Jasa profesional selain jasa assurance biasanya menggunakan imbalan
jasa yang bersifat kontijen. Namun hal ini dapat mengancam kepentingan
pribadi terhadap objektivitas. Signifikasi ancaman tersebut tergantung
pada :
a) Sifat perikatan
b) Rentang besaran imbalan jasa profesional yang dimungkinkan
c) Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional
d) Ada atau tidaknya penelaahan hasil pekerjaan oleh pihak ketiga
yang independen.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai
dasar penentuan imbalan jasa profesional
b) Pengungkapan kepad apihak pengguna hasil pekerjaan praktisi
mengenai dasar penentuan jasa profesional
c) Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
d) Penelaahan oleh pihak ketiga yang objektif terhadpa hasil
pekerjaan praktisi.
Praktisi dapan mendapat imbalan jasa profesional rujukan aau komisi
yang terkait dengan diterimanya perikatan (dapat pula berupa komisi atas
penjualan barang atau jasa dari pihak ketiga).
Praktisi dapat membayar jasa profesional rujukan untuk mendapatkan
kliean atau perikatan.
Praktisi tidak boleh menerima atau membayar imbalan jasa profesional
rujukan tidak menerapkan pencegahan berupa :
a) Mengungkapkan kepada klien mengenai perjanjian pembayaran
atau penerimaan imbalan jasa profesional rujukan kepada praktisi
lain atas suatu perikatan.
b) Memperoleh persetujuan di muka dari klien mengenai penerimaan
komisi dari pihak ketiga atas penjualan barang atau jasa kepada
klien.
Praktisi dapat membeli seluruh atau sebagian kepemilikan KAP dengan
membayar ke individu yang memiliki KAP tersebut atau ke ahli warid
atau walinya.
5 Pemasaran Jasa Profesional
Sebuah perikatan yang di sebabkan iklan atau bentuk pemasaran lainnya
bisa menjadi sebuah ancaman terhadpa kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi.
Praktisi tidak diperbolehkan melakukan hal-hal berikut :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional
yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman
yang telah diperoleh.
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau perbandingan yang
tidak ada bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.
6 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan Lainnya
Praktisi atau keluarga bisa saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramah-taahan oleh klien yang bisa menjadi ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Pemberia tersebut tidak mempengaruhi pengambilan keputusan jika pihak
ketiga menyimpulkan secara rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai informasi yang relevan sebagai pemberian yang tidak
signifikan. Maka pemberian ini termasuk ancaman yang tidak signifikan.
Sebaliknya, jika dianggap sebagai ancaman yang signifikan, maka
pencegahan harus dilakukan. Jika ancaman tersebut tidak dapat
dihilangkan, maka praktisi tidka diperbolehkan menerima pemberian
tersebut.
7 Penyimpanan Aset Milik Klien
Praktisi tidak boleh menyimpan aset milik klien kecuali jika
diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
Pencegahan yang dilakukan jika praktisi dipercaya untuk menyimpan aset
klien adalah :
a) Menyimpan aset tersebut secara terpisah dari aset KAP atau
Jaringan KAP atau aset pribadinya.
b) Menggunakan aset tersebut hanya untuk tujuan yang ditetapkan.
c) Setiap saat siap mempertanggungjawabkan semua aset kepada
individu yang berhak atas aset.
d) Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku
sehuungan dengan penyimpanan dan pertanggungjawaban aset
tersebut.
Praktisis harus selalu waspada terhadap ancaman atas kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi sehubungan dengan
keterkaitan praktisi dengan aset tersebut.
8 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
Praktisi yang memberikan jasa assurance haru bersikap independen dalam
pemikiran dan penampilan untuk bisa menyatakan pendapat atau tidak
bias dan bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh pihak lainnya.
Pencegahan yang bisa dilakukan praktisi, antara lain :
a) Mengundurkan diri dair perikatan
b) Menerapkan prosedur penyeliaan yang memadai
c) Menghentikan hubungan keuangan atau bisnis yang bisa
menimbulkan ancaman
d) Mendiskusikan ancaman tersebut dengan manajemen senior KAP
e) Mendiskusikan ancaman tersebut dengan pihak klien yang
bertanggungjawab atas tata kelola perusahaan.
9 Independensi
Praktisi diwajibkan bersikap sebagai berikut :
a) Independensi dalam pemikiran
Pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang mengganggu
pertibangan profesional, dan memungkinkan individu bertindak
objektiv serta menerapkan skeptimisisme profesional.
b) Independensi dalam penampilan
Sikap menghindari tindakan atau situasi yang mmebuat pihak
ketiga meragukan integritas, objektivitas, atau skeptimisme dari
praktisi.
Kata independen dapat menimbulkan salah tafsir sehingga pengamat
mengartikan jika praktisi harus bebas dari semua pengaruh dalam
mengambil keputusan. Namun pada kenyataannya praktisi tetap memiliki
satu hubungan dengan lainnya sehingga hubungan-hubungan ini harus
tetap di evaluasi apakah terdapat ancaman signifikan atau tidak.
1) Kepentingan bersama
Kepentingan keuangan pada klien assurance dapat menimbulkan
ancaman kepentingan pribadi. Oleh karena itu diperlukan evaluasi
encakup pihak yang memiliki kepentingan keuangan, serta materialitas
dan jenis kepentingan keuangan.
Kepentingan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi :
I. Kepentingan keuanan dari suatu pihak yang tidka meiliki
kendali atas medium investasi atau atas kepentingan keuangan
yang dimiliki
II. Kepentingan keuangan dari suatu pihak ang memilliki kendali
atas kepentingan keuangan atau memiliki kemampuan untuk
memengaruhi keputusan investasi.
Hal yang penting dalam mengevaluasi adalah pertimbangan mengenai
tingkat pengendalian atau pengaruh atas instrumen perantara,
kepentingan keuangan yang dimiliki, atau strategi investasi. Selain itu
kepentingan kuangan yang bersifat langsung jika terdapat kendali atas
hal hal tersebut diatas.