Anda di halaman 1dari 31

Nama : Anita Arumsari

NIM : 175020300111039
Kelas : Pengauditan CB
BAB 1
1. PENGAUDITAN DAN JASA ASURANS
Sejarah Perkembangan dan Fungsi Audit
a. Pengauditan Independen sebelum tahun 1990
Akuntan di perkenalkan di Amerikaoleh Inggris pada abad kesembilan belas, yang
kemudian para akuntan Amerika mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit yang
ada di Inggris.
Pada masa itu perusahaan-perusahaan di Inggris wajib di audit sesuai dengan undang
undang Companies Act. Disaat itu Amerika mengeskpor fungsi audit meskipun tidak
terikat undang-undang seperti di Inggris kecuali keharusan yang datang dari Securities
and Exchange Commission.
Dikarenakan tidak adanya peraturan audit atas laporan keuangan di serahkan kepada
pemegang saham sehingga menyebabkan audit pada masa tersebut beraneka ragam.
Laporan hasil audit yang dilakukan oleh auditor biasanya dialamatkan kepada intern
perusahaan dan merupakan penugasan dari manajemen. Pemberian laporan kepada
pemegang saham tidak biasa dilakukan dan hanya sebuah jaminan dari auditor bahwa
tidak ada kecurangan dan kekeluaran dalam pecatata.

b. Perkembangan di abad keduapuluh


Pada abad keduapuluh perusahaan semakin berkembang dan pemegang saham
semakin banyak. Kebanyakan pemegang saham yang baru tidak memahami makna
pekerja auditor dan kesalahpahaman melanda banyak pihak. Pada umunya banyak
beranggapan bahwa pendapat auditor adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.
Pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan Federal Reserve Buletin yang
memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh American Intituete of
Accountant (berubah menjadi America Intitute of Accountant atau AICPA pada tahun
1957) tentang himbauan tentang akuntansi yang seragam.
Pada awalnya akuntan publik menyusu laporan tanpa mengikuti pedoman, namun
AICPA mengembangkan readaksi laporan yang kamudian digunakan oleh akuntan
publik. Redaksi dan susunan laporang semakin diperbarui membuat laporan hasil
audit tidak lagi pekerjaan mengarang tapi merupakan proses pengambilan keputusan.
Pada mulanya standar akuntansi dan standar audit disusun oleh organisasi profesi,
namun diakibatkan skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik menyebabkan
berbagai badan lain turur ikut campur dalam penyusunan dan membuat peraturan
yang berpengaruh pada audit yang harus dilakukan akuntan publik.
c. Perkembangan Pengauditan di Indonesia
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat sedikit perusahaan milik Indonesia sehingga
profesi akuntan tidak begitu dikenal. Akuntansi baru dikenal di Indonesa setelah
tahun limapuluhan saat semkin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem
Amerika mulai dikenal, terutamamelalui pendidikan di perguruan tinggi.
Pada tahun 1973, IAI menetapkan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma
Pemeriksaan Akuntan. Hal ini dipicu oleh lahirnya pasar modal yang mengisyaratka
perusahaan yang ingin menjual sahamnya di pasar modal harus memiliki laporan
keuangan yang telah di audit. Ditambah dengan perkembangan di perbankan pada
tahun 1988 membuat perusahaan harus melakukan audit jika ingin mengajka
permohonan kredit ke bank. Pada tahun 1955 lahir Undang-undang PT yang
mewajibkan perseroan terbatas untuk menyusun laporan keuangan dan jika
merupakan perusahaan publik maka laporan keuangannya wajib di audit. Di tahun
yang sama juga lahin Undang-undang Pasa Modal yang semkin meningkatkan peran
akuntansi dan pengauditan.
Pada tahun 1994, IAI melakukan penyusunan ulang dan standar audit yang disebut
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yang tetap mengacu pada perkembangan yang terkjadi di Amerika Serikat dan profesi
akuntansi internasional. Pad atahun 2007, Kompartemen Akuntan Publik memisahkan
diri dari IAI dan membentuk Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai organisasi
mandiri.
Standar akuntansi keuangan di berbagai negara setahap demi setahap diselaraskan
dengan International Financial Reporting Standar (IFR) yang diterbitan oleh
International Accounting Standard Board (IASB). Indonesia juga telah meberlakukan
IFRS bagi perusahaan-perusahaan publik pada tahun 2012.

2. JASA ASURANS DAN PENGAUDITAN


Jasa Asurans adalah jasa profesional independen untu memperbaiki kualitas informasi
bagi pengambil keputusan. Jasa ini digunakan guna membantu memperbaiki keandalan
dan relevansi informasi yang dibuakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jasa
asuran memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak bias dengan
informasi yang diperiksanya. Jasa ini dapat diberikan oleh Kantor-kantor Akuntan Publik
(KAP) atau profesional-profesional lainnya.

a. Jasa Atesi
Jasa astesi adalah jenis jasa asurans yang dilakukan kantir akuntan publik dengan
menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang kenadalan
pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Bentu jasa ini antara lain :

 Audit atas Laporan Keuangan Historis. Merupakan salah satu bentuk jasa
atestasu yang dilakukan auditor. Auditor menerbitkan laporan tertulis yang
berisi pernyataan pendapat pakah keuangan telah disusun sesai dengan kerangka
pelaporam keuangan yang berlaku. Jasa ini merupakan pemberian jasa asurans
yang sering dilakukan oleh kantor-kantor akuntan publik.
 Review atas Laporan Keuangan Historis. Banyak perusahaan non-publik
menginginkan asurans dengan biaya yang lebih murah. Tidak seperti audit yang
menghaslkan asurans yang tinggi, review menghasilkan asurans yang moderat
aatas laporan keuangan dan bukti yang lebih sedikit.
 Jasa Atestasi Lainnya. Kebanyakan jasa atesi merupakan perluasan dari audit
atas laporak keuangan, karena pemakai leporan membutuhkan asurans
independen. Seperti contohnya asurans tertulis bahwa debitur telah
melaksanakan ketentuan-ketentuan tertentu sebagaimana dalam akad kredit,
asurans tentang efektivitas pengendalian intern pelaporan keuangan pada
perusahaan kliennya.
b. Jasa Asuran Lainnya
Jasa asurans lain yang diberikan kantor akunttan publik tidak merupakan jasa atestasi.
Keduanya tetap mirip yaitu pada hal akuntan publik harus independen dan harus
memberikan jaminan atas infromasi yang akan dipakai para pengambil keputusan.
Perbedaannya, akuntan publik tidak meminta untuk menerbitkan laporan tertulis dan
asurans tidak mengenai pernyataan tertulis yang dibuat pihak lain dalam kaitannya
dengan suatu kriteria tertentu. Karakteristik umum jasa asurans dititikberatkan pada
perbaikan kualitas informasn yang digunakan para pengambil keputusan.

c. Jasa Bukan Asurans


Jenis jasa lain yang diberikan oleh kantor akuntan publik pada umumnya tidak
merupakan jasa asurans. Contoh jenis jasa bukan asurans yang sering diberikan antara
lain : jasa akuntan dan pembukuan, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen.
3. DEFINISI DAN JENIS-JENIS PENGAUDITAN
a. Definisi Pengauditan
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

 Proses sistematis. Audit menyangkut disiplin dan filosofi metoda ilmiah. Audit
menyangkut perumusan dan pengujian hipotesa dan menggunakan observasi,
induksi, dan deduksi. Namun auditor tak sepenuhnya menggunakan metode
ilmiah karena metode ini sangat terstruktur dan seringkali tidak diperlukan.
Sebagai gantinya, auditor menggunakan strategi audit dimana auditor
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan suatu ersi
tertentu yang seringkali juga menyangkut komponen-komponen laporan
keuangan yang berkaitan satu sama lain.
 Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif. Kegiatan mendapatkan
dan mengevaluasi ukti merpakan hal yang paling utama. Bukti yang di dapat tiap
auditor bisa berbeda namun dalam audit laporan keuangan, bukti tentang tingkat
kepatuhan antara asersi dalam laporan keuangan dengan kerangka pelaporan
keuangan terdiri data akuntansi dan informasi pendukung. Bukti yang di dapatkan
garus diinterpretasikan dan dievaluasi agar auditro dapat membuat pertimbangan
akuntansi yang biasanya diperlukan sebelum sampai pada kesimpulan bahwa
asersi-asersi yelah sesai dengan kirteria obyektif. Pengertian obyekti dalam proses
sendiri berkaitan dengan kemampuan auditor untuk melaksanakan sifat tidak
memihak didalam memilih dan mengevaluasi bukti.
 Asersi tentang tindakan-tindakan. Asersi atau pernyataan yang dibuat
manajemen perusahaan yang melekat pada sepertangkat laporan keuangan adalah
subyek dari audit atas laporan tersebut. Oleh karena itu, auditor harus memahami
asersi-asersi ang melekat pada setiap hal atau pos yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Biasanya asersi ini tersirat dalam laporan. Asersi ini dibuat oleh
manajemen perusahaan dan bukan dari auditor. Asersi dari auditor berada di
laporan auditor. Dikarenakan asersi merupakan subyek pengauditan maka asersi
ini harus dinyatakan secara kuantitatif dan dapat diaudit.
 Tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Tujuan utama dari pelaksanaan audit adalah merumuskan suatu pendapat auditor
mengenai asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
yang telah di audit. Opini auditir akan menunjukkan seberapa jauh asersi tersebut
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam aduit laporan keuangan,
kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan adalah kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
 Mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Hasil akhir dari pengauditan adalah laporan yang berisi informan bagi para
pembacanya mengenai seberapa tingkat kepatuhan antara asersi yang dibuat oleh
klien dengan kriteria tertentu yang telah disepakati seagai dasar evaluasi. Definisi
pengauditan mencakup tahap pelaporan dari suatu audit. Dengan laporan tersebut,
auditor mengomunikasikan pendapatnya atau hasil evaluasinya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
b. Jenis-jenis Audit
Audit laporan keuangan. Audit yang dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan sebegai keseluruhan – yaitu informasi kuantitaif yang akan diperiksa –
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan biasanya
yang diaudit meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi komprehensif,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Dengan asumsi bahwa audit
pelaporan keuangan dilakukan dan akan digunakan oleh berbagai pihak dengan
berbagai tujuan, maka lebih efisien jika menggunakan satu auditor untuk melakukan
audit dan menarik kesimpulan yang bisa diandalkan.
Audit kepatuhan. Audit yang dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
berwenang. Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak
tertentu yang lebih tinggi yang ad adalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan
kepada pihak-pihak di luar perusahan. Oleh karena itu, audit ini biasanya dilakukan
oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi bersangkutan.
Audit operasional. Audit ii adalah pengkaji atas setiap bagian dari prosedur dan
metoda yang diterapkan suatu entitas dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas. Hasilnya berupa rekomendasi manajemen untuk memprebaiki operasi.
Dalam adit operasional, pengkajian tidak hanya terbatas pada akuntansi, tapi meliputi
struktur organisasi, operasi komputer, metoda produksi, pemasaran, dan bidang-
bidang lain asalkan auditor menguasai bidang tersebut.
4. AUDITOR DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
a. Jenis-jenis Auditor
 Auditor Pemerintahan. Auditor yang bertuga melakukan audit atas keuangan
negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia audit ini dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK merupakan badan yang tidak tunduk
kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat melakukan audit secara
independen namun badan ini bukanlah badan yang berdiri di atas pemerintah.
Hasil audit disampaikan kepada DPR sebafai alat kontrol atas pelaksanaan
keuangan negara. Selain itu juga terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang merupakan auditor internal pemerintahan yang independen
terhadap jajaran organisasi pemerintahan. Layanan audit yan diberikan oleh
BPKP antara lain :
1. Audit khusus untuk mengungkap adanya indikasi praktik tindak pidana
korupsi atau penyimpangan lain.
2. Audit terhadap laporan keuangan dan kinerja BUMN/BUMD/Badan Usaha
lainnya.
3. Audit terhadap pemanfaatan pinjamna dan hibah lar negeri
4. Audit terhadap peningkatan penerimaan Negara, termasuk Peneriaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
5. Audit terhadap kegiatan yang dananya bersumber dari APBN
6. Audit dalam rangka memenuhi permintaan stakeholder tertentu
 Auditor Internal. Merupakan auditor yang bekerja pada suatu entitas dan
berstatus senagai pegawai pada entitas tersebut. Tugas audit adalah untuk
membantu manajemen entitas diman atempatna bekerja. Tugasnya pun (audit
internal) beraneka ragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan. Agar dapat melakukan pekerjaan secara efektif, auditor internal
harus independen terhadap fungsi-fugsi lini dalam organisasi ia bekerja, namun ia
tidka bisa independen terhadap perusahaannya karena merupakan pegawai dari
perusahaan tersebut. Oleh karena kedudukannya yang tidak independen terhadap
perusahaannya inilah yang membuat pihak luar tidak bisa mengandalkan
hasilauditnya serta membedakannya dengan auditor eksternal.
 Auditor Independen (Akuntan Publik). Bertanggung jawan untuk melakukan
fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan entitas. Orang awam
seringkali mengartikan auditor sama dengan akuntan publik, padahal terdapat
beberapa jenis auditor yang berbeda-beda fungsi dan pekerjaannya. Akuntan
publik sendiri (diatur dalam Undang-undang No 5 tahun 2011 tentang akuntan
publik) adalah akuntan yang telah memperoleh izi dari menteri keuangan untuk
memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Bidang jasa yang diberikan :
o Jasa atestasi yang meliputi :
a. Jasa audit umum atas laporan keuangan
b. Jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif
c. Jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma
d. Jasa review atas laporan keuangan
e. Jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam Standar Profeional
Akuntansi Publik (SPAP)
o Jasa non-atestasi, jasanya berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
manajeman, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan
kompetensi Akuntansi Publik dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Izin akuntan publik yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berlaku selama 5
ahun (dapat diperpanjang). Persyaratannyaantara lain :
o Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)
o Jika tanggal kelulusan USAP melebihi 2 tahun, menyertakan bukti
mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60
Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
o Berpengalaman prkatikr di bidang audit atas laporan keuangan paling
sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit500 jam
diantaranya memimpin dan/atau memsupervisi perikatan audit umum, yang
disahkan pemimpin.
o Berdomisili Indonesia dan membuktikannya degan menyerahkan KTP atau
bukti lainnya
o Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
o Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izi akuntan publik
o Tidak pernah dipidana yang diamcam dengan pidanan 5 tahun atau lebih.
o Menjaid anggota IAPI
o Tidak berada dalam pengampuan
Untuk memperoleh USAP, wajib mengikuti ujian nasional yang diselenggarakan
oleh IAPI yang dilakukan dua kali dalam setahun selam adua hari penuh dengan
mata ujian :
1) Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
2) Auditing & Asurans
3) Akuntansi Manajemen, Manajemen Keuangan, dan Sistem Informasi
4) Lingkungan Bisnis, Hukum Komersial, dan Perpajakan

b. Kantor Akuntan Publik


Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-
undang Akuntan Publik. Menurut undang-undang, akuntan publik dalma memberikan
jasanya wajib memiliki kantor akuntan publik paling lambat 6 bulan sejak izin
akuntan publik diberikan. Bagi yang tidak memiliki dalma waktu yang ditentukan,
maka izi akuntan publiknya akan dicabut.
Di Amerika sendiri kantor akuntan publik (CPA Firms) sudah berkembang dan
digolongkan menjadi empat, yaitu : kantor akuntan besar Internasional, kantor
akuntan besar nasional, kantor akuntan besar regional dan lokal, kantor akuntan kecil
lokal.

c. Struktur Akuntan Publik


Bentuk usaha KAP diatur pada pasal 12 Undang-undang Akuntan Publik adalah :
1) Perseorangan
2) Persekutuan perdata
3) Firma
4) Bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yang
diatur dalam undang-undang.
Berdasarkan pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2018. Kantor
akuntan publik yang berbentuk badan usaha perseroangan hanya dapat mendirikan
dan dijalankan oleh seorang Akuntan Publik yang sekaligus bertindak sebagai
pemimpin. KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan adalah persekutuan perdata
atau persekutuan firma. KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan hanya dapa
didirikan oleh paling sedikit dua orang Akuntan Publik yang mana merupakan rekan
dan salah satu menjadi Pemimpin Rekan. KAP berbentuk badan usaha persekutuan
non Akuntan Publik, persekutuan dapat dijalankan apabila kurang dari 75% dari
seluruh sekutu adalah Akuntan Publik. Oleh karena itu hirarki organisasi pada
umumnya terdiri dari partner, manajer, supervisor, senior atau in-charge auditor dan
asisten.

d. Persyaratan Kantor Akuntan Publik di Indonesia


Perizinan untuk membuka Kantor Akuntan Publik sebagai berikut :
1) Untuk mendapat izin usaha KAP yang berbentuk badan usahar perseroangan,
Pemimpin KAP mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat dengan mmenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki ijin akuntan publik
b. Menjadi anggota IAPI
c. mempunyai paling sedikit 3 auditor tetap dengan tingkat pendidikan formal
bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara diploma III dan
paling sedikit satu diantaranya memiliki register negara untuk akuntan
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
e. Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang
memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik dan paling kurang
mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu;
f. Domisili KAP sama dengan domisili KAP
g. Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dna denah kantor yang
menunjukkan kantor terisolaso dari kegiatan lain
h. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Usaha
Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat permohonan bermaterai cuku
menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan benar
2) Untuk mendapatkan izin usaha KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan,
Pemimpin Rekan KAP mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memenuhi persyaratan sebagaimana yang berlaku bagi KAP perseorangan
b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) KAP
c. Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris yang paling
sedikit memuat :
1. Pihak-pihak yang melakukan persekutuan
2. Alamat persekutu
3. Bentuk badan usaha persekutuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01?2018
4. Nama dan domisili KAP
5. Hak dan kewajiban para sekutu
6. Sekutu yang berhak mengadakan perikatan, untuk dan atas nama KAP,
dengan pihak ketiga berkaitan dengan jasa uang diberikan
7. Penyelesaian sengketa dalam hal terjadi perselisihan
d. Memiliki surat izin Akuntan Publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang
Akuntan Publik
e. Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin
Rekan dan Rekan yang Akuntan Publik
f. Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan
salah satu Rekan menjadi Pemimpi Rekan
g. Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP

5. ORGANISASI PROFESI AKUNTAN DI INDONESIA


Pada awalnya Indonesia hanya terdapat satu organisasi akuntansi yaitu Ikatan Akunatansi
Indonesiao yag didirikan pada tanggal 23 Desember 1957. Organisasi ini beranggotakan
mereka yang bergelar akuntan dan memiliki nomor register akuntan sesuai dengan
Undang-undang No.34 tahun 194. Namun dengan berkembangnya perekonomian, makin
banyak jumlah akuntan dengan pekerjaan akuntan yang beragam. Hal ini menyebabkan
IAI membentuk empat kompartemen untuk menampung keberagaman tersebut, yaitu :
Kompartemen Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Manajemen, Kompartemen
Akuntan Pendidik, dan Kompartemen Akuntan Sektor Publik.
Tujuan utama dibentu Kompartemen Akuntan Publik adalah untuk membina para
anggotanya agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai akuntan publik
profesional dan selalu memutakhirkan pengetahuannya terutama di bidang akuntansi dan
pengauditan. Kompartemen ini bertugas untuk menyusu standar audit yang digunakan
oleh anggoatanya dan karena itulah dibentuk Dewan Standar Audit. Selain itu juga
membentuk Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik yang bertugas untuk mengadili
kasus-kasus pengaduan yang melibatkan para anggotanya.
Pada 24 Mei 2007 berdiri Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai organisasi akuntan
publik yang independen dan mandiri dengan berbadan hukum yang diputuskan melalui
Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI – Kompartemen Akuntan Publik. Hal ini
merupakan respon akibat dampak globalisasi dan telah diputuskan Kongres IAI X pada
tanggal 23 November 2006. Lalu pada tangg 4 Juni 2007, IAPI diterima sebagai anggota
asosiasi yang pertama oleh IAI dan tanggal 5 Februari 2008 diakui sebagai organisasi
profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik,
menyusun dan menerbitkan standar profesional dan etika akuntan, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di
Indonesia.

a. Akuntan Beregister Negara


Pada Undang-undang Nomor 34 tahun 1954 mengatur pemakaian gelar agar gelar
akuntan tidak digunakan oleh sembarang orang yang tidka memiliki pengetahuan
yang memenuhi syarat untuk menjalankan pekerjaan yang biasa dilakukan akuntan.
Selain itu akuntan berijazah wajib mendaftarkan namanya untuk dimuat dalam suatu
register negara yang diadakan oleh Kementrian Keuangan dan diberikan nomor
register akuntan.
Pada mulanya hanya empat fakultas ekonomi dan satu sekolah tinggi akuntansi negara
yang lulusannya secara otomatis diakui memenuhi syarat dan berhak menggunakan
gelar akuntan. Namun pada tahun 2004 terjadi perubahan sehingga ditetapkan bahwa
seseorang berhak meggunakan “sebutan akuntan” setelah bersangkutan lulus dari
suatu Pendidikan Tinggi Dept.P dan K yang daman dapat diikuti setelag lulus dari
Program Studi S1 Jurusan Akuntansi.
Dalam keanggotaan IAPI, tidak terdapat ketetuan bahwa anggotanya emiliki nomor
register akuntan. Begitu pula dalam Undang-undang Akuntan Publik No. 5 Tahun
2011, akuntan publik tidak diisyaratkan untuk memiliki nomor register akuntan.
Sedangkan IAI para anggotanya diwajibkan untuk memiliki nomor register akuntan.
Para akuntan anggota IAI melakukan pekerhaan di bidang akuntansi dan pelaporan
keuangan termasuk dalamnya pekerjaan sebagai auditor internal dalam suatu entitas.
Selain itu akuntan anggota IAI juga dapat melakukan pekerjaan bebas dengan
membuka Kantor Jasa Akuntan untuk memberikan jasa akuntansi seperti jasa
pembukaan, jasa kompilasi laporan keuangan, jasa manajemen, akuntansi manajemen,
konsultasi manajemen, jasa perpajakan jasa prosedur yang disepakati atas informasi
keuangan, dan jasa teknoogi informasi.

6. MENGENAL ORGANISASI UFAC


IAPI merupakan anggota dari International Federation of Accountants (IFAC) dan
memiliki komitmen untuk melaksanakan semua standar inter nasional yang ditetapkan
dem i kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia. IFAC sendiri didirian
pada tanggal 7 Oktoer 1977 di Munich, Jerman, saat berlangsungnya World Congress of
Accountants yang ke XI. Misi dan visi IFAC antara lain :

Misi IFAC
Melayani kepenitingan umum dengan; memberi sumbangan untuk pengembangan,
pengapdosian, dna penerapan standar serta pedoman internasional bekualitas tinggi;
memberi sumbangan bagi pengembangan organisasi profesi akuntansi dan kantor
akuntan yang kuat; dan bagi praktik berkualitas tinggi oleh akuntan profesional;
mendorong nilai-nilai profesi akuntan seluruh dunia; menyuarakan persoalan-
persoalan kepentingan umum di mana kepakaran profesi akuntang sangat relevan.

Visi IFAC
Menjadikan profesi akuntan golbal diakui kepemimpinanya dalam pengembangan
organisasi, pasar uang dan modal, dan perekonomian yang kuatt dan
berkesinambungan.

a. Badan-bada Pembuat Standar


 The International Auditng dan Assurance Standard Board (IAASB)
 The International Accounting Education Standards Board (IAESB)
 The International Ethics Standards Board of Accountants (IESBA)
 The International Public Sector Accounting Standards Boards (IPSASB)
Semua badan pembuat standar kekpunyai Consultative Advisory Groups yang
bertugas memberikan sudut pandang kepentingan umum, dna terdiri dari masyarakat
luas. Secara kolektif mereka juga dikenal sebagai Public Interest Activity Committees
dan diawasi oleh Public Interest Oversight.
7. STANDAR PROFESIONAL AKUNTANN PUBLIK (SPAP)
Pada awal tahap perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam IAI
yang diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan. Namun perubahan yang terjadi di awal
dekade tahun sembilan-puluhan membuat IAI mengambil dua keputusan penting yaitu
1) Mengubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik
2) Mengubah Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Standar Profesional Akuntan
Publik,
Sehingga pad atanggal 1 Agustus 1994 lahir Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
pertaa yang terdiri atas :
1 Standar Auditing (disebut Pernyataan Standar Auditing)
2 Standar Atestasi (disebut Pernyataan Standar Atestasi)
3 Standar Jasa Akuntansi Dan Review (disebut Pernyataan Standar Jasa Akuntansi
dan Review)
4 Pedoman Audit Industri Khusus
Kemudian IAPI memutuskan untuk mengimplementasikan ISA yang diterbitkan oleh
IAASB yang terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013, Indonesia resmi mengadopsi ISA.

a. Himpunan Pernyataan Internasional Auditing And Assurance Standards Board


Himpunan pernyataan yang diterbitkan oleh IAASB terdiri atas :
1 International Standards on Auditing (ISAs) yang diterapkan dalam audit atas
informasi keuangan historis.
2 International Standards on Review Engangements (ISREs) yang diterapkan
dalam review atas informasi keuangan historis.
3 International Standards on Assurance Engangements (ISAEs) yang diterapkan
dalam penugasan asurans selain dari audit atau review atas informasi keuangan
historis.
4 International Standards on Related Services (ISRSs) yang diterapkan dalam
penugasan kompilasi, penugasan yang menerapkan prosedur yang disepakati
atas informasi dan penugasan lain yang berkaitan yang ditetapkan IAASB.
5 International Standards on Quality Control (ISQCs) yang diterapkan untuk
semua jasa dalam lingkup Standar Pengasan IAASB.
Secara kolektif ISAs, ISREs, ISAEs, dan ISRSs disebut sebagai Standar Penugasan
IAASB) sedangkan kelima standar dihimpun dalam Handbook of International
Quality Control, Auditing Review, Other Assurance, and related Services
Pronouncements.

8. STANDAR PENGENDALIAN MUTU


IAASB menerbitkan Standard on Quality No. 1 yang berlau mulai dari 1 Januari 2009
yang secara garis besar strukturnya adalah sebagai berikut :

 Pendahuluan yang terdiri dari lingkup , otoritas, dan tanggal efektif


 Tujuan
 Definisi
 Ketentuan
 Penerapan dan penjelasan lain
a. Lingkup ISQC
 ISQC berhubungan dengan tanggungjawab KAP untuk siste pengendalian mutu
untuk audit dan review atas laporan keuangan, dan penugasan asurans sera jasa
lain yang bersangkutan.
 Pernyataan IAASB lain menetapkan standar dan pedoman lain mengenai
tanggungjawab personel KAP tentang prosedur pengendalian mutu tipe
penugasan spesifik.
 Sistem pengendalian mutu terdiri dari kebijakan yang dirancang untuk mencapai
tujuan serta prosedur yang diperlukan untuk mengimplementasikan dan
memantau kesesuaian dengan kebijakan tersebut.
b. Otoritas ISQC
 ISQC berlaku bagi semua KAP akuntan profesional dalam kaitannya dengan
audit dan review laporan keuangan, dan penugasan asurans dan jasa lain yang
berhubungan. Sifat dan luas kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh
seorang individu KAP agae sesuai dengan ISQC tergantung pad aberbagai faktor
yang dimiliki.
c. Tujuan
 Menetapkan dan memelihara suatu sistem penegendalian mutu adalah untuk
memberikan asurans yang layak bahwa :
a) KAP dan personalianya mematuhi standar profesional serta ketentuan
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku
b) Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya sudah tepat sesuai dengan
situasi yang dihadapi.

d. Ketentuan
ISQC memuat 47 ketentuan yang terbagi dalam beberapa kategori :
o Penerapan, dan kepatuhan dengan ketentuan yang relevan
o Elemen sistem pengendalian mutu
o Tanggung jawa kepemimpinan untuk mutu dalam KAP
o Ketentuan etika yang relevan
o Penerimaan klien dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta penugasan
khusus
o Sumber daya manusia
o Pelaksanaan penugasan
o Dokumentasi siste pengendalian mutu
e. Elemen Sistem Pengendalian Mutu
KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang
mencakup kebijakan dan prosedur yang mengatur setiap elemen :
a) Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP
b) Ketentuan etika yang relevan
c) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta penugasan tertentu
d) Sumberdaya manusia
e) Pelaksanaan penugasan
f) Pemantauan
BAB 3

KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


1. ETIKA UMUM DAN ETIKA PROFESIONAL
Etika berhubungan dengan pertanyaan bagaimana seseorang bertindak terhadap orang
lainnya.
a. Etika Umum
Terdapat kesulitan dalam mencapai kesepakatan di kalangan para ahli filsafat
tentang apa yang “baik” dan apa yang menjadi “kewajiban”, maka mereka dibagi
dua kelompok. Kelompok pertama disebut ethical abcolutists yang berpendapat
bahwa ada prinsip universal yang diterapkan pada setiap orang yang tidak
berubah sepanjang masa. Kelompok lain disebut ethical relativistsyang
berpendapat bahwa pertimbangan etis ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan
tradisi yang berlaku dalam masyarakat dimana mereka hidup.
Para ahli etika mengembangkan suatu kerangka pengambilan keputusan umum
yang meliputi enam langkah, antara lain :
 Dapatka fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan
 Identifikasi masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut.
 Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan bagaiamana
pengaruhnya.
 Identifikasi alternatif-alternatif pengambilan keputusan.
 Identifikasi konsekuensi dari setiap alternatif
 Tetapkan pilihan etika.
b. Etika Profesional
Etika profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral yang seyogyanya lebih
tinggi dari undang-undang tetapi di bawa ideal. Alasannya adalah untuk
memelihara kepercayaan masyarakat akan jasa yang diberikan profesi, siapapun
yang melaksanakannya. Dalam kaitannya dengan akuntan publik, kepercayaan
klien dan pemakaian laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa profesional
lainnya sangat penting.
Kode etik berpengaruh besar terhadap reputasi serta kepercayaan masyarakat
profesi yang bersangkutan dan karena itulah para praktisi harus menjaga agar
klien memandang akuntan publik sebagai orang atau orang-orang yang kompeten
dan tidak bias. Apabila pemakai jasa berpendapat bahwa akuntan publik tidak
melaksanakan jasa yang bermanfaat, maka nilai laporan audit dan laporan atestasi
lainnya akan menurun dan permintaan akan jasa-jasa tersebut dengan sendirinya
akan berkurang pula. Oleh karena itum enjadi tuntutan bagi kantor-kantor
akuntan publik untuk berperilaku dengan tingkat profesionalitas yang tinggi.

2. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Kode Etika Profesi Akuntan Publik berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Kode ini
disusun dengan mengacu pada Code of Ethics for Professional Accountants yang
diterbitkan oleh The International Ethics Standard Board for Accountants yang terdiri
dari 3 bagian masing-masing : bagian A—General Applicationof the Code, bagian
B—Professional Accountants in Public Practice, dan Bagian C—Professional
Accountants in Business. Namun IAPI hanya mengadopsi bagian A dan B karena
dianggap bagian C tidak relevan di Indonesia.
Kode etik bagian A ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Sedangkan kode etik bagian B
ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangkap konseptual tersebut pada
situasi tertentu. Bagi anggota IAPI yang tidka berada dalam KAP atau jaringan KAP
dan tidak memberikan jasa profesional tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian
A dari Kode Etik tersebut.

3. PRINSIP-PRINSIP DASA ETIKA PROFESI


a. Pendekatan Konseptual
Kode etik mengharuskan praktisi selal menerapkan Kerangka Konseptual untuk
mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar serta
menerapkan pencegahan. Identifikasi ancaman dan penerapan pencegahan harus
dilakukan praktisi dalam melakukan pekerjaan profesionalnya.
 Kerangka konseptual mengharuskan praktisi mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menangani setiap ancaman terhadap kepatuhan pada
prnsip dasar etika profesi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
publik, serta tidak hanya mematuhi seperangkat peraturan khusus yang
dapat bersifat subjektif.
 Jika ancaman tersebut termasuk dalam ancaman yang tidak signifikan,
maka pencegahan harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman atau mengurangi ancaman sampai ke tingkat
yang dapat diterima sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika
profesi tetap terjaga.
 Praktisi harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi ketika ia mengetahui adanya keadaan atau
hubungan yang dapat mengakibatka pelanggaran terhadap prinsip dasar
etika profesi.
 Jika praktisi tidak dapat menerapkan pencegahan yang tepat, maka ia
harus menolah untuk menerima perikatan atau menghentikan jasa
profesional yang diberikan atau mengundurkan diri dari perikatan
tersebut.
 Jika praktisi dengan tidak sengaja melanggar Kode Etik, maka tergantung
sifat dan signifikannya, pelanggaran tidak mengurangi kepatuhan jika
dapat dikoreksi sesegera mungkin ketika ditemukan dan pencegahan yang
telah ditetapkan.
b. Ancaman dan Pencegahan
Terdapat lima jenis ancaman terhadap prinsip dasar, yang terdiri dari :
1) Ancaman Kepentingan Pribadi
2) Ancaan Telaah Pribadi
3) Ancaman Advokasi
4) Ancaman Kedekatan
5) Ancaman Intimidasi
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasa etika profesi antara lain :
a) Ancaman kepentingan pribadi, merupakan akibat dari kepentingan
keuangan dan sebagainya dari praktisi maupun keluarga praktisi.
b) Ancaman telaah-pribadi, terjadi saat pertimbangan yang telah
diberikan harus dievaluasi kembali oleh praktisi yang bertanggung
jawab atasnya.
c) Ancaman Advokasi, terjadi saat praktisi menyatakan sikap atau
pendapat yang bisa mengurangi objektivitas praktisi.
d) Ancaman Kedekatan, terjadi jika praktisi bersimpati terhadap pihak
lain yang memiliki hubungan dekat.
e) Ancmaan intimidasi, terjadi ketika praktisi dihalangi untuk bersikap
objektif.
Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap ancaman antara lain :
a) Pencegahan yang dibuat oleh profrsi, perundang-undangan, atau
peraturan
b) Pencegahan dalam lingkungan kerja
Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan lain
mencakup :
a) Persyaratan, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki
profesi
b) Persyaratan, pengembangan dan pendidikan profesional
c) Peraturan tata kelola perusahaan
d) Standar profesi
e) Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau
regulator
f) Penelaah eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan
hukum atas laporan, komunikasi, atau infomrasi yang dihasilkan oleh
praktisi
Bagian B dari kode etik membahas pencegahan dalam lingkungan kerja yang
dapat dibuat oleh profesi, perundang-undangan, pertauran, atau pemberi kerja,
mencakup :
a) Sistem pengaduan yang efektif dan diketahui oleh umum sehingga
pemberi kerja, kolega, dan masyaraka bisa melaporkan praktisi yang
tidak profesional.
b) Membuat laporan tertulis dan eksplisit untuk melaporkan pelanggaran
etika profesi yang terjadi.
c. Ancaman Masalah yang Terkait dengan Etika Profesi
Praktisi harus menyelesaikan masalah dalam penerapan prinsip dasar etika
profesi yang mempertimbangkan hal-hal :
a) Fakta yang relevan
b) Masalah etika profesis yang terkait
c) Prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi
yang dihadapi
d) Prosedur internal yang berlaku
e) Tindakan alternatif
Praktisi kemudian harus menentukan tindakan yang sesuai dasar etika profesi
yang diidentifikasi dengan mempertimbangkan akibat dari tindakan yang
dilakukan. Jika tidak terselesaikan, praktisi harus berkonsultasi dengan pihat
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Jika melibatkan pihak lain, maka praktisi harus mempertimbangkan
berkonsultasi degan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan.
Dalam prosesnya, praktisi dianjurkan mendokumentasikan substansi
permasalahan dan rincian pembahasanyang dilakukan.
Jika masalah tidak dapat terpecahkan, maka praktisi dapat meminta nasihat
profesional dari organisasi profesi yang relevan atau penasihat huku untuk
memperoleh pedoman mengena penyelesaian masalah etika profesi yang
terjadi tanpa melanggar prinsip kerahasiaan.
Jika setelah mendalami semua kemungkinan yang relevan namun tetap tidka
ditemukan penyelesaian, praktisi harus menolak dengan hal yang dapat
menimbulkan masalah etika profesi.
Bagian B Kode Etik mencakup contoh-contoh penerapan kerangka konseptual
yang secara keseluruhan tidak lengkap. Oleh karena itu praktisi harus
menerapkan kerangka konseptual dalam berbagai situasi yang dihadapi.
4. PRINSIP DASAR
Terdapat 5 prinsip dasar pada Kode Etik bagian A, yaitu :
1 Integritas
2 Objektivitas
3 Kompetensi dan kehati-hatian profesional
4 Kerahasiaan
5 Perilaku profesional

1 Prinsip Integritas
 Praktisi wajib untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan profesional dan
bisnis.
 Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi atau informasi lainnya
yang didalamnya terdapat :
a) Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c) Penghilangan atau penyumbinyan yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan.
 Praktisi dianggap tidak melanggar ketantuan diatas jika ia memberikan laporan
yang dimodifikasi.
2 Prinsip Objektivitas
 Praktisi tidak bisa membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, dan
pengaruh dari pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional, atau
bisnisnya.
 Setiap praktisi harus menghindari hubungan yang bersifat sibjektif atau yang
dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
3 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
 Praktisi dalam prinsip ini wajib untuk :
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau
pemberi kerja.
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai dengan
standar profesional dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan
jasa profesionalnya.
 Kompetensi profesional dibagi menjadi dua tahap yang terpisah, yaitu :
a) Pencapaian kompetensi profesional
b) Pemeliharaan kompetensi profesional
 Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat
diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat
melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.
 Praktisi harus bersikap dan bertindak hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu.
 Praktisi harus menyediakan pelatihan dan penyeliaan bagi mereka yang bekerja
di bawah wewenangnya.
 Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional
yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional
lainnya.
4 Prinsip Kerahasiaan
 Praktisi dilarang melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a) Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh kepada pihak dilua KAP
atau Jaringan KAP tanpa wewenang khusus kecuali kewajiban
mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum
b) Menggunakan informasi rahasia unruk mendapaykan keuntungan pribadi.
 Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.
 Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh
calon klien atau pemberi kerja.
 Setiap praktisi haru smempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi
terjaga dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
 Setiap praktisi harus menerapkan prosefur yang dianggap perlu untuk
memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan, baik oleh mereka yang bekerja
di bawah wewenang atau pihak lainnya.
 Mematuhi prinsip rahasi terus berlanjut bahkan setelah berakhirnya hubungan
antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja.
 Situasi yang mengharuskan mengngkapkan informasi yang bersifa rahasia,
antara lain :
a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau
pemberi kerja
b) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum (biasanya pengungkapan
dokuman dalam sidang atau lain sebagainya)
c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk
mengungkapkan, selama tidak dilaang oleh ketentuan hukum :
1) Dalam mematuhi pelaksanaan penalaahan mutu yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
2) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
3) Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang
pengadilan
4) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
 Pertimbangan untuk mengungkapkan infromasi rahasia antara lain :
a) Dirugikan tidaknya semua pihak.
b) Diketahu tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju.
5. Prinsip Perilaku Profesional
 Praktisi wajib untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskredikan profesi.
 Praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi saat memasarkan
pekerjaannya, dan menghindari hal-hal seperti :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh.
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang
tidka di dukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.

6. ATURAN ETIKA PROFESI


Bagian B Kode Etik memberikan ilustrasitentang penerapan kerangka konseptual dna
contoh-xontoh pencegahan yang diperluka untuk engatasi ancaman tehadap kepatuhan
pada prinsip dasar. Namun dijelaskan pula bahwa contoh-contoh yang diberkan terssebut
bukan merupakan daftar lengkap terhadap situasi yang akan dihadapi praktisi yang dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan prinsip dasar. Terdapat sepuluh sesi dalam
bagian B Kode Etik.
1 Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
 Praktisi tidak boleh mengikuti segala aktivitas yang dapat mengurangi
integritas, objektivitas atau reputasi profesinya dan bertentangan dengan jasa
profesi yang diberikan.
 Ancaman yang mengamcam kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
diantaranya:
a) Ancaman kepentingan pribadi
b) Ancaman telaah pribadi
c) Ancaman advokasi
d) Ancaman kedekatan
e) Ancaman intimidasi
 Sifat dan signifikasi ancaman tergantung pada sifat dan jenis jasa profesional
yang diberikan pada pihak-pihak ini :
a) Klien audit laporan keuangan
b) Klien assurance selain klien audit laporan keuangan
c) Klien selain klien assurance
 Contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi :
a) Hubungan bisnis yang erat dengan suatu klien
b) Kekhawatiran atas kemungkinan kehilangan klien
c) Pleuang kerja yang potensial
 Contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman telaah pribadi :
a) Penemuan kesalahan yang signifikan ketika dilakukan pengevaluasian
kembali hasil pekerjaan praktisi.
b) Anggota time assurance sedang menjabat, atau belum lama ini pernah
menjabat, seagai direksi atau penjabat klien.
c) Pemberian jasa profesi kepada klien assurance yang dapat
memengaruhi hal pokokdari perikatan assurance.
 Contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman advokasi :
a) Mempromosikan saham sutau entitas yang efeknya tercata di bursa
yang merupakan klien audit laporan keuangan.
b) Memberikan nasihat hukum kepada klien assurance dalam litigasi
atau perselisihan dengan pihak ketiga.
 Contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kedekatan :
a) Anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga.dari direktur atau
pejabat klien
b) Anggot atim perikatan menerima hadiah atau perlakukan istimewa
dari klien kecuali nilainya secara jelas tidak signifikan.
c) Hubungan yang telah berlangsung lama antara pejabat senior KAP
atau Jaringan KAP dengan klien assurance.

 Contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman intimidasi :


a) Ancaman atas pemutusan perikatan atau pergantian tim perikatan
b) Ancaman atas ligitasi
c) Ancaman melalui penekanan atas pengurangana lingkup pekerjaan
dengan tujuan mengurangi imbalan jasa profesional.
 Praktisi harus berhati-hati terhadap ancaman khusus yang tidak
diklasifikasikan menurut ancaman yang tercantum pada paragraf 200.3 dari
kode etik.
 Pencegahan yang dapat dilakukan diklasifikasikan menjadi :
a) Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau
peraturan
b) Pencegahan dalam lingkungan kerja
 Pencegahan lingkungan kerja terdiri dari pencegahan pada tingkat institusi
dan pada tingkat perikatan yang juga harus mempertimbangka untuk
menentukan cara terbaik dalam menghadapi ancaman yang telah
diidentifikasikan serta mempertimbangkan dapat atau tidaknya
pertimbangan tersebut diterima oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pengetahuan
mengenai signifikansi ancaman dan pencegahan yang diterapkan.
Pertimbangan itu dapat dipengaruhi oleh signifikansi ancaman, sifat
perikatan, dan struktur KAP atau Jaringan KAP
 Pencegahan pada tingkat institusi mencakup :
a) Kepemimpinan KAP yang menekankan pentingnya kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi.
b) Kebijakan dan prosedur untuk menetapkan dan memantau
pengendalian mutu perikatan.
c) Kebijakan dan prosedur internal yang terdokumentasi yang
memastikan terjaganya kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
 Pencegahan pad atingkat perikatan dalam lingkungan kerja mencakup :
a) Melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan yang
telaah dilakukan atau untuk memberikan saran yang diperlukan.
b) Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pejabat kllien yang
bertanggung jawa atas tata kelola perusahaan.
c) Melibatkan KAP lain untuk melakukan atau merngerjakan kembali
suatu bagian dari perikatan.
 Praktisi dapat mengendalkan pencegahan yang diterapkan oleh klien tapi
tetap saja praktisi tidak dapat mengandalkan pencegahan tersebut untuk
mengurangi ancaman ke tingkat yang diterima.
 Pencegahan yang diterapkan oleh klien mecakup :
a) Pihak dalam prganisasi klien selain manajemen meratifikasi atau
menyutujui penunjukan KAP.
b) Klien memiliki karyawan yang kompeten dengan pengalaman yang
memadai untuk mengambil keputusan manajemen.
c) Klien telah menerapkan prosedur internal untuk memastikan
terciptanya proses pemilihan yang objektif atas perikatan selain
perikatanassurance.
2 Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
a. Penerimaan klien
 Praktisi harus mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap
kepatuhan pad aprinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh
diterimanya klien tersebut.
 Isu-isu yang dapat mengancam kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi mencakup keterlibatan klien dalam aktivitas ilegal, kcurangan,
atau pelaporan keuangan yang tidak lazim.
 Signifikan setiap ancaman harus dievaluasi. Jika ancaman tersebut
tidak signifikan, pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan
diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.
 Pencegahan yang tepat mencakup :
a. Memperoleh pemahaman tentang klien, pemilik, manajer serta
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan kegiatan bisnis
perusahaan.
b. Memastikan adanya komitmen dari klien untuk meningkatkan
praktik tata kelola perusahaan atau pengendalian internalnya.
 Praktisi harus menolak perikatan yang memiliki ancaman yang tidka
dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima.
 Keputusan untuk menerima perikatan yang berulang harus ditelaah
secara berkala.
b. Penerimaan perikatan
 Prakisi hany boleh memberikan jasa profesionalnya jika memiliki
kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Setiap praktisi
juga garus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi dari diterimanya
perikatan tersebut.
 Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman yang tidag signifikan, antara lain :
a) Memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai industri atau hal
pokok dari perikatan
b) Memiliki pengalaman mengenai peraturan atau persyaratan
pelaporan yang relevan
c) Menugaskan jumlah staf yang memadai dengan kompetensi yang
diperlukan.
d) Menggunakan tenaga ahli yang dibutuhkan. Meyetujui jangka
waktu perikatan yang realistis untuk melaksanakan perikatan.
 Praktisi mengevaluasi kendala atau saran pekerja tenaga ahli jika
menggunakan saran atau pekerjaan tersebut dalam melaksanankan
perikatannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti reputasi,
keahlian, sumbe daya yang tersedia, serta standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku.
 Praktisi tidak diperkenankan untuk menerima dan melaksanakan
perikatan assurance yang jenis, periode, dan jenis prinsip-akuntansi-
yang-berlaku-umum yang digunakannya sama dengan perikatan
assurance yang telah dilakukan oleh praktisi lain kecuali apabila
perikatan tersebut harus dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan
perundang-undangan, hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku,
baik dalam negeri maupun luar negeri yang dikeluarkan oleh pihak atau
lembaga berwenang.
 Praktisi yang ditunjuk untuk menggantikna praktisi lain harus
menentukan ada tidaknya alasan untuk tidak menerima perikatan
tersebut, yaitu adanya hal-hal yang dapat mengancam kepatuhan
terhadap prinsip dasar etikaprofesi.
 Praktisi pengganti dapat berkomunikasi langsung dengan praktisi
pendahulu untuk memperoleh pemahaman tentang latar belakang
penggantian praktisi tersebt sehingga praktisi pengganti dapat
memutuskan tepat atau tidaknya menerima perikatan tersebut.
 Praktisi pendahulu dapat mendiskusikan lingkup informasi dengan
praktisi baru ditentukan oleh sifat perikatan serta hal-hal seperti :
a) Persetjuan dari klien untuk melakukan komunikasi.
b) Ketentuan hukum, peraturan, atau kode etik profesi yang terkait
dengan komunikasi dan pengungkapan.
 Jika klien tidak menyetujui, praktisi pendahulu tidak boleh secara
sukarela memberikan informasi mengenai klien kepada praktisi
pengganti.
 Pencegahan yang bisa dilakukan praktisi pengganti, antara lain :
a) Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara
lengkap dan terbuka dengan klien terdahulu.
b) Sebelum praktisi pengganti menerima perikatan, praktisi ini
bisa meminta informasi mengenai klien kepada praktisi
pendahulu terutama yang relevan dengan praktisi pengganti.
c) Praktisi pengganti harus mencantumkan prasayarat
berkomunikasi dengan praktisi pendahulu untuk menanyakan
ada tidaknya alasan untuk tidak menerima perikatan.
 Praktisi dapat mencari informasi lain (jika informasi dari praktisi
pendahulu tidak di dapatkan) dengan cara wawancara dengan pihak
ketiga, atau melakukan penyelidikan latar belakang manajemen senior
atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan klien.
 Jika ancaman tidak dapat dihilangkan, praktisi harus menolak perikatan
kecuali praktisi memiliki keyakinan dapat memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengevaluasi ancaman dengan cara lain.
 Praktisi pengganti dapat diminta untuk melakukan pekerjaan yang
bersifat sebagai pelengkap atau merupakan pekerjaan tambahan dari
praktisi pendahulu.

c. Benturan kepetingan
 Praktisi harus mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan serta dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
 Praktisi harus mengevaluasi signifikan ancaman sebelum meneruksn
hubungan dengan klien dan mencakup pertimbangan mengenai ada
tidaknya keuntungan bisnis atau hubungan dengan klien atau pihak
ketiga, yang dapat menimbulkan ancaman.
 Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Memberitahukan klien mengenai kepentingan atau kegiatan
bisnis KAP yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dan
memperoleh persetjuan oleh klien untuk melanjutkan perikatan
dengan syarat.
b) Memberitahukan pihak yang relevan mengenai pemberian jasa
profesional oleh praktisi kepada dua atau lebih klien yang
kepentingannya saling berbenturan dan memperoleh
persetujuan oleh klien untuk melanjutkan perikatan dengan
syarat.
c) Memberitahukan klien mengenai pemberian jasa profesional
oleh praktisi secara tidak eksklusif untuk satu klien dan
memperoleh persetujuan oleh klien untuk bertindak demikian.
 Pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan :
a) Penggunaan tim perikatan yang terpisah dalam emberika jasa
profesional kepad aklien-klien yang kepentingannya saling
berbenturan.
b) Penetaan pedoman yang jelas bagi anggota tim perikatan
mengenai keamanan dan kerahasiaan data.
c) Penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh
setiap rekan dan staf KAP atau jaringan KAP
 Jika ancaman tidka dapat dihilangkan dan mengamcam terhadap
prinsip dasar kode etik, praktisi harus menolak perikatan tersebut atau
bahkan mengundurkan diri dari perikatan yang berbeturan kepentingan
tersebut.
 Jika klien menolak perihal praktisi memberikan jasa profesional kepada
pihak lain yang berbenturak kepentingannya, maka praktisi tidak boleh
melanjutkan pemberian jasa profesionalnya kepada salah satu dari
pihak-pihak tersebut.

3 Pendapat Kedua
 Ancaman terhadap kepatuhan pad aprinsip dasat etika dapat yerjadi
ketika praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai
penerapan akuntansi, auditing, pelaporan atau standar/prinsip lain untuk
keaadaan atau transaksi tertentu oleh atau untuk kepentingan, pihak-pihak
selain klien.
 Pencegahan terhadap ancaman pendapa kedua, antara lain :
a) Meminta persetujuan dari klien untuk menghubungi praktisi yang
memberikan pendapat pertama.
b) Menjelaskan mengenai dan keterbatasan pendapat yang diberikan
kepada klien.
c) Memberikan salinan pendapat memberikan pendapat pertama
kepada praktisi yang memberikan pendapat pertama.
 Jika perusahaan tidak memberikan persetujuan untuk melakukan
komunikasi dengan praktisi yang memberikan pendapat pertama, maka
praktisi kedua dapat menentukan tepat tidaknya pendapat kedua diberikan.
4 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
 Praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang
dipandang sesuai yang mana bisa menjadi ancaman terhadap prinsip dasar
kode etik (mengingat bisa saja besar imbalan jasa per praktisi berbeda-
beda).
 Pencegahan terhadap imbalan jasa yang diberikan, antara lain :
a) Membuat klien menyadari persyaratan dan kondisi perikatan,
terutama dasar penentuan besaran imbalan jasa profesional dan
jenis jasa yang diberikan.
b) Menalokasikan waktu yang memadai dan menggunakan staf yang
kompeten dalam perikatan tersebut.
 Jasa profesional selain jasa assurance biasanya menggunakan imbalan
jasa yang bersifat kontijen. Namun hal ini dapat mengancam kepentingan
pribadi terhadap objektivitas. Signifikasi ancaman tersebut tergantung
pada :
a) Sifat perikatan
b) Rentang besaran imbalan jasa profesional yang dimungkinkan
c) Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional
d) Ada atau tidaknya penelaahan hasil pekerjaan oleh pihak ketiga
yang independen.
 Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai
dasar penentuan imbalan jasa profesional
b) Pengungkapan kepad apihak pengguna hasil pekerjaan praktisi
mengenai dasar penentuan jasa profesional
c) Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
d) Penelaahan oleh pihak ketiga yang objektif terhadpa hasil
pekerjaan praktisi.
 Praktisi dapan mendapat imbalan jasa profesional rujukan aau komisi
yang terkait dengan diterimanya perikatan (dapat pula berupa komisi atas
penjualan barang atau jasa dari pihak ketiga).
 Praktisi dapat membayar jasa profesional rujukan untuk mendapatkan
kliean atau perikatan.
 Praktisi tidak boleh menerima atau membayar imbalan jasa profesional
rujukan tidak menerapkan pencegahan berupa :
a) Mengungkapkan kepada klien mengenai perjanjian pembayaran
atau penerimaan imbalan jasa profesional rujukan kepada praktisi
lain atas suatu perikatan.
b) Memperoleh persetujuan di muka dari klien mengenai penerimaan
komisi dari pihak ketiga atas penjualan barang atau jasa kepada
klien.
 Praktisi dapat membeli seluruh atau sebagian kepemilikan KAP dengan
membayar ke individu yang memiliki KAP tersebut atau ke ahli warid
atau walinya.
5 Pemasaran Jasa Profesional
 Sebuah perikatan yang di sebabkan iklan atau bentuk pemasaran lainnya
bisa menjadi sebuah ancaman terhadpa kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi.
 Praktisi tidak diperbolehkan melakukan hal-hal berikut :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional
yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman
yang telah diperoleh.
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau perbandingan yang
tidak ada bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.
6 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-tamahan Lainnya
 Praktisi atau keluarga bisa saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramah-taahan oleh klien yang bisa menjadi ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
 Pemberia tersebut tidak mempengaruhi pengambilan keputusan jika pihak
ketiga menyimpulkan secara rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai informasi yang relevan sebagai pemberian yang tidak
signifikan. Maka pemberian ini termasuk ancaman yang tidak signifikan.
 Sebaliknya, jika dianggap sebagai ancaman yang signifikan, maka
pencegahan harus dilakukan. Jika ancaman tersebut tidak dapat
dihilangkan, maka praktisi tidka diperbolehkan menerima pemberian
tersebut.
7 Penyimpanan Aset Milik Klien
 Praktisi tidak boleh menyimpan aset milik klien kecuali jika
diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
 Pencegahan yang dilakukan jika praktisi dipercaya untuk menyimpan aset
klien adalah :
a) Menyimpan aset tersebut secara terpisah dari aset KAP atau
Jaringan KAP atau aset pribadinya.
b) Menggunakan aset tersebut hanya untuk tujuan yang ditetapkan.
c) Setiap saat siap mempertanggungjawabkan semua aset kepada
individu yang berhak atas aset.
d) Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku
sehuungan dengan penyimpanan dan pertanggungjawaban aset
tersebut.
 Praktisis harus selalu waspada terhadap ancaman atas kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi sehubungan dengan
keterkaitan praktisi dengan aset tersebut.
8 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
 Praktisi yang memberikan jasa assurance haru bersikap independen dalam
pemikiran dan penampilan untuk bisa menyatakan pendapat atau tidak
bias dan bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh pihak lainnya.
 Pencegahan yang bisa dilakukan praktisi, antara lain :
a) Mengundurkan diri dair perikatan
b) Menerapkan prosedur penyeliaan yang memadai
c) Menghentikan hubungan keuangan atau bisnis yang bisa
menimbulkan ancaman
d) Mendiskusikan ancaman tersebut dengan manajemen senior KAP
e) Mendiskusikan ancaman tersebut dengan pihak klien yang
bertanggungjawab atas tata kelola perusahaan.
9 Independensi
 Praktisi diwajibkan bersikap sebagai berikut :
a) Independensi dalam pemikiran
Pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang mengganggu
pertibangan profesional, dan memungkinkan individu bertindak
objektiv serta menerapkan skeptimisisme profesional.
b) Independensi dalam penampilan
Sikap menghindari tindakan atau situasi yang mmebuat pihak
ketiga meragukan integritas, objektivitas, atau skeptimisme dari
praktisi.
 Kata independen dapat menimbulkan salah tafsir sehingga pengamat
mengartikan jika praktisi harus bebas dari semua pengaruh dalam
mengambil keputusan. Namun pada kenyataannya praktisi tetap memiliki
satu hubungan dengan lainnya sehingga hubungan-hubungan ini harus
tetap di evaluasi apakah terdapat ancaman signifikan atau tidak.

10 Pendekatan Konseptual atas Independensi


 Selain mengindentifikasi hubungan antara anggota KAP, pertimbangan
mengenai ada tidaknya ancaman terhadap independensi yang timbul dari
pihak pihak di luar KAP juga harus dievaluasi kembali.
 Anggota KAP harus menerapkan kerangka kerja konseptual dalam
berbagai sutuasi yang dihadapinya,serta tidak hanya mengacu pada
contoh-contoh yang diberikan.
 KAP juga harus mengevaluasi setiap situasi, perikatan, dan ancaman
terhadap independensi yang relevan untuk menemukan tepat tidaknya
menerima atau melanjutkan suatu perikatan, sifat pencegahan yang
dibutuhkan, dan terlibat tidaknya seseorang dalam tim assurance.
11 Ilusttrasi Ancaman-ancaman Terhadap Independensi dalam Perikatan
Assruance dan Pencegahannya
Ancaman independensi dalam perikatan assurance timbul ketika adanya :
1) Kepetingan keuangan
2) Pinjaman dan penjaminan yang diberikan oleh klien assurance, serta
simpanan yang ditempatkan pad aklien assurance
3) Hubungan bisnis yang dekat dengan klien assurance
4) Hubungan keluarga dan hubungan pribadi dengan kliean assurance
5) Personil KAP yang bergabung dengan klien assurance
6) Personil klien assurance yang bergabung dengan KAP
7) Rangkap jabatan personil KAP sebagai direktu atau pejabat klien
assurance
8) Keterkaitan yang cukup lama antara personil senior KAP dengan klien
assurance
9) Imbalan jasa profesional

1) Kepentingan bersama
 Kepentingan keuangan pada klien assurance dapat menimbulkan
ancaman kepentingan pribadi. Oleh karena itu diperlukan evaluasi
encakup pihak yang memiliki kepentingan keuangan, serta materialitas
dan jenis kepentingan keuangan.
 Kepentingan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi :
I. Kepentingan keuanan dari suatu pihak yang tidka meiliki
kendali atas medium investasi atau atas kepentingan keuangan
yang dimiliki
II. Kepentingan keuangan dari suatu pihak ang memilliki kendali
atas kepentingan keuangan atau memiliki kemampuan untuk
memengaruhi keputusan investasi.
Hal yang penting dalam mengevaluasi adalah pertimbangan mengenai
tingkat pengendalian atau pengaruh atas instrumen perantara,
kepentingan keuangan yang dimiliki, atau strategi investasi. Selain itu
kepentingan kuangan yang bersifat langsung jika terdapat kendali atas
hal hal tersebut diatas.

 Langkah pencegahan jika anggota tim assurance atau keluarganya


kepentingan uang pada klien assurance, antara lain :
a) Melepaskan kepentingan keuangan yang bersifat langsung
sebelum seorang individu menjadi anggota tim assurance
b) Melepaskan kepentingan keuangan yang bersifat tidka langsung
sebelum seorang individu menjadi anggota tim assurance yang
jumlah memadai hingga kepeningan keuangan yang tersisa tidak
menjadi lagi material.
c) Mengeluarkan personil tersebut dari tim assurance
 Pencegahan yang dapat dilakukan ketika anggota tim assurance atau
anggota keluarganya menerima hadiah yang material pada klien
assurance sebagai akibat penggabungan usaha, antata lain :
a) Melepaskan kepetingan keuangan sidini mungkin
b) Mengeluarkan anggota tim assurance dari perikatan assurance
Pencegahan tambahan, antara lain :
a) Mendiskusikan hal-hal terkait dengan ancaman dengan pihak
yang memiliki tanggung jawab atas tata kelola perusahaan.
b) Mellibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan
yang telah dilakukan atau memberikan saran
2) Pinjaman dan Penjaminan ang Diberikan oleh Klien Assurance, serta
Simpanan yang Ditempatkan pada Klien Assurance
 Pinjaman atau penjamin yang diberikan kepada KAP oleh klien
assurance tidka akan menimbulkan ancaman independensi jika
diberikan sesuai dengan prosedur, kondisi, dan persyaratan lazim
dengan jumlah pinjaman tersebut tidak material.
 Jika pinjaman atau penjamin yang diberikan oleh klien assurance
kepada anggota tim assurance atau keluarganya tidak akan
mengancam independensi asalahkan sesuai dengan prosedur, kondisi,
dan persyaratan lazim dengan jumplah pinjaman tersebut tidak
material.
 Begitu pula brokerage account milik anggota tim assurance atau KAP
(sama dengan yang diatas)
 Jika anggota tim assurance atau KAP memberikan pinjaman kepada
klien assurance akan dihitung sebagai ancaman kepentingan pribadi
yang signifikan sehingga untuk menghilangkan ancaman ini,
jumlahnya harus tidak material baik bagi tim assurance atau KAP
maupun klien assurance.
 Begitu pula jika anggota tim assurance atau KAP menerima
pinjaman dari, atau memiliki pinjaman yang dijamin oleh klien
assurance (sama dengan yang diatas)
3) Hubungan Bisinis yang Dekat dengan Klien Assurance
 Hubungan antara praktisi atau KAP dengan klien akan melibatkan
kepentingan keuangan yang bersifat komersial atau bersifat umum dan
menimbulkan ancaman kepentingan pribadi atau intimidasi.
Untuk klien udit laporan keuangan, tidak ada pencegahan kecuali
kepentingan keuangan yang terjadi tidak material dna hubungannya
tidak signifikan bagi semua pihak.
 Pencegahan yang dapat dilakukan KAP ahar tetap bisa melaksanakan
perikatanya antara lain :
a) Memutuskan hubungan bisnis dengan klien assurance
b) Mengurangi besaran hubungan bisnis sedemikian rupa sehingga
kepentingan keuangan setelahnya menjadi tidak lagi material
dan hubungan tersebut secara jelas menjadi tidka lagi signifikan
c) Menolak untuk menerima atau melanjutkan perikatan assurance
d) Mengeluarkan personil yang bersangkutan dari tim assurance
 Dalam perikatan audit laporan keuangan, suatu hubungan bisnis yang
terjadi tidak akan menimbulkan ancaman terhadap independensi
selama :
a) Hubungan tersebut secara jelas tidak signifikan, baik bagi KAP
atau Jaringan KAP maupun klien audit laporan keuangan
b) Kepentingan yang dimiliki tidak materian terhadap investor
atau kelompok investor
c) Kepentingan yang dimiliki tidak memungkinkan investor atau
kelompok investor untuk mengendalikan entitas selain emiten
tersebut.
 Pembelian barang atau jasa dari klien assurance oleh anggota tim
assurance atau KAP tidak menimbulkan ancaman independensi selama
transaksi tersebut dilakukan berdasarkan prosedur, kondisi, dan
persyaratan yang lazim. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mengurangai ancaman, antara lain :
a) Menghapus atau mengurangi besaran transaksi
b) Mengeluarkan personil yang bersangkutan dari tim assurance
c) Mendiskusikan hal-hal terkait dengan transaksi tersebut dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan.
4) Hubungan Keluarga dan Hubungan Pribadi dengan Klien Assurance
 Hubungan keluarg dan hubungan pribadi yang terjadi antara anggota
tim assurance dengan karyawan tertentu dapat menimbulkan ancaman
kepentingan pribadi, kedekatan, dan intimidasi. Signifikasi tiap
ancaman akan tergantung dari sejumlah faktor termasuk tanggung
jawab personil dalam perikatan assurance, kedekatan hubungan yang
terjadi, dan peran anggota keluarga atau personil lain dalam klien
assurance.
 Jika anggota keluar tim assurance adalah karyawan klien assurance
yang memiliki kedudukan yang berpengaruh langsung dan signifikan
atas informasi pokok dari perikatan assurance, maka satu-satunya
pencegahan adalah mengeluarkan personil tersebut dai perikatan
assurance.
Oleh karena itu, tiap anggota assurance bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi tiap individu kedekatan mereka dengan klien
assurance dan berkonsultasi sesuai dengan prosedur yang diterapkan
oleh KAP.
 Pelanggaran tidak sengaja terkait hubungan kelurga atau pribadi tidak
memengaruhi independensi anggota tim assurance atau KAP selama
KAP :
a) Menetapkan kebijakan atau prosedur dimana personil
melaporkan pelanggarak ke KAP jika anggota keluarganya atau
hubungan dekat lainnya berubah status kepegawaiannya dan
mengakibatkan ancaman terhadap independensi
b) Mengatur sehingga personil yang bersangkutan tidak ikut seta
dalam tanggung jawab dari personil klien assurance yang
memiliki hubungan pribadi dengannya atau langsung
mengeluarkannya dari tim assurance
c) Memberikan perhatian lebih dalam menelaah hasil pekerjaan
personil KAP yang bersangkutan.
 Penerapan pencegahan yang tepat atas kejadian di atas, adalah :
a) Melibatkan prakitisi lain yang tidak ikut serta dalam perikatan
untuk menelaah hasil pekerjaan personil KAP yang
bersangkutan dan memberikan saran.
b) Tidka melibatkan personil KAP yang bersangkutan dalam
pengambilan keputusan yang bersifat substantif yang berkaitan
dengan perikatan asssurance
5) Personil KAP yang Bergabung dengan Klien Assurance
 Independensi KAP dan tim assurance terancam jika karyawan klien
assurance yang memiliki pengaruh langsung atas informasi hal pokok
dari perikatan pernah menjadi anggota tim assurance atau rekan KAP.
 Ketika hal diatas terjadi, maka akan terjadi ancaman kepentingan
kepribadian, kedekatan, intimidasi yang tergantung dari faktor-faktor
berikut :
a) Kedudukan individu tersbut dalam klien assurance
b) Lingkup keterlibatan yang akan terjadi antara individu dengan
tim assurance
c) Lamanya jangka waktu yang telah berlalu sejak individu tidak
lagi menjadi bagian dari tim assurance
d) Posisi seblum dari individu dalam tim assurance atau KAP
Pencegahan yang dapay dilakukan :
a) Mempertimbangkan kelayakan atau kebutuhan untuk
memodifikasi rencana kerja perikatan assurance
b) Menugaskan tim assurance yang setidaknya memiliki
pengalaman yang setara dengan pengalaman individu tersebut
untuk perikatan assurance selanjutnya
c) Melibatkan praktisi lainnya yang tidka terlibat dalam perikatan
untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan personel
KAP yang bersangkutan dan memberikan saran
d) Menelaah pengendalian mutu perikatan assurance
Pencegahan di abwah ini untuk mengurangi ancaman terhadap
independensi ke tingkat yang dapat diterima :
a) Individu bersangkutan tidka berhak atas keuntungan KAP
kecuali atas suatu perjanjian di muka dan bersifat tetap.
b) Individu bersangkutan tidak boleh terlibat dalam kegiatan bisnis
atau kegiatan profesional KAP
6) Personil Klien Assurance yang Bergabung dengan KAP
 Ancaman kepentingan pribadi, telaah pribadi, dan kedekatan dapat
terjadi jika mantan karyawan klien assurance bergabung dengan KAP
dan menjadi bagian dari rim assurance.
 Jika hal di atas terjadi, dan orang tersebut memiliki pengaruh langsung
dan informasi hal pokok dari perikatan, maka satu-satunya pencegahan
adalah dengan mengeluarkan orang tersebut dai tim assurance
 Signifikan dari kondisi di atas tergantung dari beberapa faktor, antara
lain :
a) Kedudukan individu dalam klien assurance
b) Lamanya waktu yang telah berlalu sejak individu tidka lagi
menjadi bagian dari klien assurance
c) Peran individu tersebut dalam tim assurance
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Melibatkan praktisi lain yang tidka terlibat perikatan untuk
menilai hasil pekerjaan individu tersebut dan memberikan saran
yang diperlukan
b) Mendiskusikan ancaman tersebut dengan pihak yang
bertanggung jawab ata tata kelola peruahaan.
7) Rangkap Jabatan Personil KAP sebagai Direktur atau Pejabat Klien
Assurance
 Ketika personil Kap merupakan direktur atau pejabat klien assurance
maka ancaman kepentingan pribadi sangat signifikan sehingga satu-
satunya tindakan yang tepat bagi KAP adalah menolak untuk
menerima atau melanjutkan pelaksanaan atau bahkan mengundurkna
diri dari perikatan. Begitu pula yang terjadi dalam audit laporan
keuangan dengan direktu atau pejebat tinggi klien audit laporan
keuangan adalah personil KAP.
 Tugas sekretaris perusahaan adalah tugas administratif berupa
mengelola sumber daya manusia, aau memelihara catatan akuntansi
dan kewajiban lainnya seperti memastikan kepatuhan perusahaan pad
aketentuan hukum dan peraturan yang berlaku atau untuk memberikan
saran mengenai tata kelola perusahaan.
Ancaman telaah pribadi atau advokasi dapat terjadi jika perosin KAP
merangkap menjadi sekretaris perusahaan klien assurance. Hal tersebut
dapat mengesankan hubungan yang dekat antara KAP dengan klien
assurance.
 Jika hal demikian terjadi pada klien laporan keuangan, maka ancaman
telaah pribadi, advokasi juga telah terjadi dan tidak ada pencegahan
yang bisa dilakukan. Namun jika terdapat ketentuan hukum yang
memperbolehkan atau peraturan dan praktik profesi berlaku, maka
kewajiban dan fungsi sebagai sekretari harus terbatas pada administrasi
yang bersifat rutin dan formal.
8) Keterkaitan yang Cukup Lama antara Personil Senior KAP dengan Klien
Assurance
 Ancaman yang terjadi jika terdapat kedekatan cukup lama antara
personil senior KAP dengan klien assurance tergantung dari beberapa
faktor :
a) Lamanya personil tersebut sebagai anggota tim assurance
b) Peran personil tersebut dalam tim assurance
c) Struktur KAP
d) Sifat perikatan assurance
Pencengahan yang dapat dilakukan :
a) Merotasi personil dengan mengeluarkannya dari tim
b) Melibatkan praktisi lain yang bukan merupakan anggota tim
untuk menelaah hasil pekerjaan orang tersebut dan memberikan
saran
c) Melakukan penelaahan mutu internal secara independen.
 Terdapat ancaman kedekatan yang terjadi jika personil KAP yang
bersangkutan menjadi penanggung jawab atas mutu yang sama atas
perikatan audit laporan keuangan untuk periode yang lama. Pecegahan
yang dapat dilakukan adalah :
a) Merotasi rekan perikatan dan personil KAP yang bertanggung
jawab atas pengendalian mutu perikatan setelah menyelesaikan
perikatannaya selama satu perofe yang telah ditentukan
sebelumnya.
b) Tidak memperbolehkan personil tersebut untuk terlibat dalam
perikatan audit laporan keuangan tersebut sampai terlewati satu
periode sejak keterlibatannya yang terakhir.
 Rekan tersebut dapat melanjutkan fungsinya sebagai rekan perikatan
atau personil yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu
perikatan selama dua tahun berikutnya sebelum personill tersebut harus
dirotasi.
 Rekan perikatan dan personil yang bertanggung jawab atas
pengendalian mutu perikatan harus dirotasi setelah melakukan
perikatan selama satu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
 Pencegahan lain bilamana rotasi tidak efektif dilakukan, antara lain
melibatkan praktisi lainnya yang bukan merupakaan anggota tim untuk
menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan
saran yang diperlukan.
9) Imbalan Jasa Profesional
 Ancaman kepentingan dapat terjadi jika KAP memiliki satu klien
assurance yang memberikan jasa imbalan yang sangat besar
dibandingkan klien lain sehingga KAP bergantung pada satu klien
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan ancaman yang tergantung fakto-
faktor :
a) Struktur organisasi KAP atau jaringan KAP
b) Tingkat kemapanan KAP atau Jaringan KAP
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Mendikusikan besaran dan sifat imbalan jasa profesioal dengan
pihak klien assurance yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan
b) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengurangi ketergantungan KAP atau jaringan KAP pada suatu
klien assurance
c) Melakukan penelaaahan eksternal atas pengendalian mutu
d) Melakukan konsultasi dengan pihak ketiga, seperti badan
pengatur profesi atau praktisi lainnya.
 Ancaman lain terjadi saat salah satu rekan KAP mendapatkan imbalan
dari klien assurance begitu sginifikan dibandingkan jumlah
keseluruhan imbalan jasa profesional yang diterima oleh rekan KAP.
Maka pencegahan terhadap hal ini adalah :
a) Menetapkan kebijakan dan prosedur yang memantau dan
menerapkan penegandalian mutu dari perikatan assurance
b) Mengikutsertakan tenaga profesional lainnya yang tidka terlibat
dengan tim assurance untuk menelaah hasil pekerjaan yang
telah dilakukan atau memberikan saran yang diperlukan.
a. Imbalan jasa profesional yang telah lewat waktu
 Ancaman akan terjadi jika klien assurance belum membayar jasa
profesional KAP dalam jangka waktu lama. Pada umumnya,
pembayaran sudah dilunasi sebelum lapoan assurance diteribitkan.
Maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a) Mendiskusikan imbalan jasa profesional yang belum terlunasi
dengan pihak klien assurance yang bertanggung jawab ata tata
kelola perusahaan.
b) Melibatkan praktisi lainnya yang tidak terlibat dalam perikatan
untuk menelaah hasil kerja yang dilakukkan atau memberikan
saran.
b. Besaran imbalan jasa profesional
Ancama juga terjadi jika KAP menerima pembayaran lebih rendah
dibandingkan jumlah yang dikenakan oleh KAP atau yang ditawarkan. Maka
pencegahannya adalah:
a) KAP dapat memastikan terpenuhinya alokasi waktu yang memadai dan
tenaga profesional yang kompeten dalam perikatan tersebut.
b) KAP memastikan ditaatinya semua standar, pedoman, dan prosedur
pengendalian mutu assurance
c. Imbalan jasa profesional yang bersifat kontijen
 Imbalan jasa bersifat kontinjen merupakan imbalan jasa profesional
yang besarannya ditentukan berdasarkan suatu transaksi atau pekerjaan
yang dilakukan. Imbalan tidka bersifat kontinjen jika telah ditetapkan
oleh pengadilan atau otoritas publik lainnya.
 Imbalan jasa yang kontinjen bisa menyebabkan ancaman kepentingan
pribadi, dan advokasi sehingga tidak ada pencegahan yang bisa
dilakukan. Oleh karena itu KAP tidak diperolehkan menetapkan
imbalan jasa yang sifatnya kontinjen
 Ancaman yang terjadi jika dilakukan imbalan jasa kontinjen
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a) Kisaran jumlah imbalan jasa profesional yang dimungkinkan
b) Variabilitas imbalan jasa profesional
c) Dasar penentuan imbalan jasa profesional
d) Ada tidaknya penelaah jasil dari suatu transaksi oleh pihal
ketiga yang independen
e) Dampak dari suau kejadian atau transaksi terhadap perikatan
assurance.
 Pencegahan yang harus dilakukan :
a) Mengungkapkan besaran dan sifat imbalan jasa profesional
kepad apihak klien assurance yang bertanggung jawa atas tata
kelola perusahaan
b) Melibatkan pihak ketiga yang independen untuk menelaah atau
menentukan besaran jasa profesional
c) Menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu.

Anda mungkin juga menyukai