Anda di halaman 1dari 17

RINGKASAN MATERI KULIAH

“Pengauditan, Jasa Asurans, dan Hubungannya dengan Akuntansi”

Dosen Pengampu:
Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA.

Disusun oleh :
1. Ni Putu Ayu Dinda Upadani (2207531158)
2. Ni Made Widya Anggraeni (2207531161)
3. Kadek Gita Prilya Udayani (2207531163)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
1. Sejarah Perkembangan Fungsi Pengauditan
Pengauditan telah mulai dilakukan sekitar awal abad ke-15, namun tahun kelahiran
pengauditan laporan keuangan tidak diketahui secara pasti. Walaupum pengauditan telah ada
sejak beberapa abad yang lalu, tetapi perkembangan yang pesat baru terjadi pada abad ini.
Salah satu momentum pemicu perkembangan fungsi pengauditan di Inggris adalah
diterapkannya undang-undang Companies Act. Undang-undang tersebut mengharuskan
seluruh perusahaan publik yang beroperasi di Inggris untuk melakukan audit. Hal inilah yang
kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat khususnya bagian utara mengenai bentuk pelaporan
dan prosedur pengauditan yang berlaku di Inggris serta profesi akuntansi yang diperkenalkan
sekitar abad 19. Namun bedanya di Amerika belum ada undang-undang yang mengikat seperti
di Inggris untuk melakukan kewajiban pengauditan pada perusahaan publik. Hal mengenai
kewajiban audit baru diatur oleh Securities and Exchange Commission (SEC), yaitu suatu
badan yang mengatur tentang pelakasanaan dan regulasi pasar modal dan juga kewajiban
melakukan audit yang dipicu dari pengakuan secara umum mengenai kebermanfaatan pendapat
auditor mengenai laporan keuangan.
Hal yang menarik juga pada perkembangan fungsi audit pada tahun sebelum 1900- an
adalah belum adanya kewajiban penyampain hasil audit kepada para stockholders khususnya
pemegang saham di suatu emiten atau perusahaan publik. Pada abad ke 20 seiring dengan
pesatnya pertumbuhan perusahaan sektor industri akibat implikasi dari adanya revolusi industri
jauh kurang lebih 50 tahun yang lalu mengakibatkan meningkatnya juga jumlah pemegang
saham dan secara perlahan sudah menerima laporan auditor. Namun secara umum diantara
stockholder yang terkait baik pemegang saham, bankir, maupun manajemen perusahaan terjadi
salah penafsiran atau gagal paham berkaitan dengan fungsi dari auditor. Beberapa beranggapan
bahwa pendapat auditor merupakan jaminan dari keakuratan suatu laporan keuangan.
Pada tahun 1917 muncul pernyataan teknis pertama yang dikeluarkan sebuah oleh
asosiasi profesi akuntansi di Amerika Serikat. Federal Reserve Board menerbitkan Federal
Reserve Bulletin yang memuat suatu dokumen berisi tentang kebutuhan akuntansi yang
seragam namun secara implisit lebih menjelaskan tentang bagaimana mengaudit neraca yang
disusun oleh American Institute of Certified Public Accountans. Hal tersebut menginisiasi
perkembangan dan pergeseran fokus pekerjaan pembuatan laporan hasil audit yang awalnya
mengarang kalimat pada laporan beralih fokus pada proses pengambilan keputusan. Karena
semenjak penerbitan buletin tadi, AICPA dan para akuntan publik menyadari perlu adanya
pedoman resmi dalam redaksi laporan yang mampu diterima secara umum.
Di Indonesia audit juga mengalami perkembangan. Pada masa penjajahan Belanda
mekanisme pembukuan dan hal-hal yang berkaitan dengan akuntansi masih mengikuti hal yang
diterapkan di Belanda. Namun akutansi sendiri mulai dikenal bangsa Indonesia pasca merdeka
sekitar tahun 1950-an ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan dan kemudian
disusul masuknya akuntansi sistem Amerika di pendidikan melalui perguruan tinggi.
Momentum penting perkembangan akuntansi di Indonesia berada pada tahun 1973 ketika
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan 2 hal penting yaitu Prinsip-Prinsip Akuntan
Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Secara umum baik prinsip akuntansi
maupun prosedur pengauditan hampir mengadopsi secara menyeluruh pedoman serupa yang
berlaku di Amerika Serikat. Penetapan prinsip dan norma pemeriksaan tersebut salah satunya
disebabkan oleh lahirnya pasar modal yang mewajibkan perusahaan yang ingin menjual
sahamnya untuk memiliki laporan keuangan yang telah diaudit. Kemudian di tahun-tahun
mendatang penyebab-penyebab hal yang mendukung perkembangan pengauditan terus
berlanjut seperti pada dunia perbankan tahun 1988 bagi perusahaan yang akan mengajukan
permohonan kredit ke bank diwajibkan laporan keuangannya di audit. Pada tahun 1995 lahir
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan
ditambah bagi perusahaan publik wajib melakukan audit atas laporan keuangannya kepada
akuntan publik. Masih ditahun yang sama lahirnya Undang-Undang Pasar Modal sekali lagi
menjadi penyebab yang tegas terhadap perkembangan akuntansi dan pengauditan terutama di
perusahaan yang sahamnya di jual di pasar modal.

2. Jasa Asurans dan Pengauditan


2.1 Jasa Asurans (assurance services)
Adalah jasa profesional independen untuk memperbaiki kualitas informasi bagi para
pengambil keputusan. Orang-orang yang bertanggungjawab untuk melakukan pengambilan
keputusan membutuhkan jasa asurans guna membantu memperbaiki keandalan dan
relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jasa asurans
memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak bias dengan informasi
yang diperiksanya. Jasa asurans dapat diberikan oleh Kantor-kantor Akuntan Publik (KAP)
atau profesional-profesional lainnya.
2.2 Jasa Atestasi
Salah satu jenis jasa asurans yang diberikan oleh kantor-kantor akuntan publik adalah
jasa atestasi. Jasa atestasi adalah jenis jasa asurans yang dilakukan kantor akuntan publik
dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan
pernyataan tertulis yang dibuat oleh pihak lain. Ada tiga bentuk jasa atestasi, yaitu: audit
atas laporan keuangan historis, review atas laporan keuangan historis, dan jasa atestasi
lainnya.
2.3 Audit atas Laporan Keuangan Historis
Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang
dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini auditor menerbitkan laporan tertulis yang
berisi pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Audit merupakan bentuk pemberian jasa asurans yang
paling banyak dilakukan oleh kantor-kantor akuntan publik dibandingkan dengan jasa
asurans lainnya. Pada saat klien menyajikan informasi dalam bentuk suatu laporan
keuangan, pada saat itu klien pada hakekatnya membuat berbagai asersi (pernyataan)
tentang keadaan keuangan dan hasil-hasil operasinya. Para pemakai laporan keuangan
eksternal yang mendasarkan pengambilan keputusan bisnisnya pada laporan keuangan
tersebut akan melihat pada laporan auditor untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan
keuangan bisa diandalkan. Mereka memandang laporan auditor memiliki nilai karena
auditor independen terhadap klien dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan
keuangan.
2.4 Review atas Laporan Keuangan Historis
Review atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari jasa atestasi yang diberikan
kantor-kantor akuntan publik. Banyak perusahaan non- publik menginginkan asurans atas
laporan keuangannya dengan biaya yang lebih murah. Audit sebagaimana diterangkan di
atas menghasilkan asurans yang tinggi, sedangkan review hanya menghasilkan asurans
yang moderat atas laporan keuangan, dan untuk mendapatkan asurans demikian dibutuhkan
bukti yang lebih sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah cukup memadai
dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya review yang lebih murah.
2.5 Jasa Atestasi Lainnya
Kantor-kantor akuntan publik dapat memberikan berbagai macam jasa atestasi.
Kebanyakan dari jasa atestasi tersebut merupakan perluasan dari audit atas laporan
keuangan, karena pemakai laporan membutuhkan asurans independen. Sebagai contoh,
bank sering minta kepada debiturnya (pengambil kredit) agar diperiksa tentang informasi
lainnya (selain informasi dalam laporan keuangan). Akuntan publik kadang-kadang
diminta untuk memberikan asurans tertulis bahwa debitur telah melaksanakan ketentuan-
ketentuan tertentu sebagaimana tercantum dalam akad kredit. Kantor akuntan publik dapat
juga memberi asurans tentang efektivitas pengendalian interen pelaporan keuangan pada
perusahaan kliennya. Informasi tentang pengendalian interen berkaitan erat dengan laporan
keuangan, tetapi pengendalian internal berpengaruh pula ke masa depan karena
pengendalian interen yang efektif akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan yang akan datang. Kantor akuntan publik dapat juga
melakukan atestasi atas laporan keuangan prospektif kliennya yang sering diperlukan
sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman.
2.6 Jasa Asurans Lainnya
Kebanyakan jasa asurans lain yang diberikan kantor-kantor akuntan publik tidak
merupakan jasa atestasi. Jasa-jasa tersebut mirip dengan jasa atestasi yaitu akuntan publik
harus independen dan harus memberikan jaminan atas informasi yang akan dipakai para
pengambil keputusan. Perbedaannya ialah bahwa akuntan publik tidak diminta untuk
menerbitkan laporan tertulis dan asurans tidak mengenai keandalan pernyataan tertulis
yang dibuat pihak lain dalam kaitannya dengan suatu kriteria tertentu. Dalam penugasan
jasa asurans semacam ini, jaminan diberikan atas keandalan dan relevansi informasi yang
dinyatakan atau tidak dinyatakan oleh pihak lain. Karakteristik umum jasa asurans,
termasuk audit dan jasa atestasi lainnya, dititikberatkan pada perbaikan kualitas informasi
yang digunakan para pengambil keputusan.
2.7 Jasa Bukan Asurans
Kantor akuntan publik juga memberikan berbagai jenis jasa lain yang pada umumnya
tidak merupakan jasa asurans. Tiga contoh jenis jasa bukan asurans yang sering diberikan
kantor-kantor akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, dan
jasa konsultasi manajemen. Antara jasa konsultasi manajemen dan jasa asurans seringkali
nampak tumpang-tindih. Tujuan utama penugasan konsultasi manajemen adalah
memberikan rekomendasi kepada manajemen, sedangkan tujuan utama suatu penugasan
jasa asurans adalah untuk memperbaiki kualitas informasi. Meskipun kualitas informasi
seringkali merupakan kriteria penting dalam penugasan konsultasi, namun sasaran ini tidak
merupakan tujuan utama.

3. Definisi Pengauditan
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
secara obyektif untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Definisi di atas mengandung arti yang luas dan berlaku untuk segala macam jenis
pengauditan yang memiliki tujuan berbeda-beda. Pembahasan tentang masing-masing anak
kalimat di bawah ini adalah dalam konteks audit atas laporan keuangan suatu entitas, karena
audit atas laporan keuangan sudah umum dikenal dalam masyarakat.
3.1 Proses sistematis
Kata "sistematis" mengandung implikasi yang berkaitan dengan berbagai hal, yaitu:
bahwa perencanaan audit dan perumusan strategi audit merupakan bagian penting dari
proses audit, bahwa perencanaan audit dan strategi audit harus berhubungan dengan
pemilihan dan penilaian bukti untuk tujuan audit tertentu, bahwa banyak tujuan audit
tertentu dan bukti untuk mencapai tujuan-tujuan audit tersebut saling berkaitan, dan bahwa
saling keterkaitan tersebut menuntut auditor untuk membuat banyak keputusan di dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit.
3.2 Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Kegiatan mendapatkan dan mengevaluasi bukti merupakan hal yang paling utama
dalam pengauditan. Jenis bukti yang diperoleh dan kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi bukti bisa berbeda-beda antara audit yang satu dengan audit lainnya, tetapi
semua audit berpusat pada proses memperoleh dan mengevaluasi bukti. Dalam audit
laporan keuangan, bukti tentang tingkat kepatuhan antara asersi dalam laporan keuangan
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku terdiri dari data akuntansi (seperti
jurnal dan buku besar) dan informasi pendukung (seperti faktur, check, dan informasi yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik atas aset, dan korespondensi
dengan pelanggan).
3.3 Asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
Asersi atau pernyataan yang dibuat manajemen perusahaan yang melekat pada
seperangkat laporan keuangan adalah subyek dari audit atas laporan tersebut. Oleh karena
itu apabila seorang auditor akan mengaudit suatu laporan keuangan, maka ia harus
memahami asersi-asersi yang melekat pada setiap hal atau pos yang dilaporkan dalam
laporan keuangan. Istilah "melekat" dalam hal ini berarti tersirat dalam laporan dan tidak
ditulis secara eksplisit, tetapi pembaca laporan dianggap mengerti mengenai asersi-asersi
yang tidak diungkapkan secara tertulis tersebut. Hal penting yang perlu dicatat adalah
bahwa asersi-asersi tersebut dibuat oleh penyusun laporan keuangan yaitu manajemen
perusahaan, untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada pemakai laporan keuangan; jadi
bukan merupakan asersi dari auditor. Asersi dari si auditor dituangkan dalam komunikasi
auditor dengan pembaca laporan dalam bentuk sebuah laporan auditor. Mengingat bahwa
subyek pengauditan adalah informasi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi, maka asersi-asersi haruslah bisa dinyatakan secara kuantitatif (quantifiable) dan
harus dapat diaudit (auditable).
3.4 Tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan
Segala sesuatu yang dilakukan selama audit dilaksanakan memiliki satu tujuan utama,
yaitu untuk merumuskan suatu pendapat auditor mengenai asersi-asersi tentang tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang telah diaudit. Pendapat atau opini auditor
akan menunjukkan seberapa jauh asersi-asersi tersebut sesuai dengan standar atau kriteria
yang telah ditetapkan. Sebagai contoh dalam hal audit atas persediaan, kriteria yang
digunakan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku untuk persediaan yang
mensyaratkan bahwa persediaan harus benar-benar ada dan benar-benar milik perusahaan,
dan apabila asersi-asersi lain yang melekat pada pos "persediaan.......Rp752.400.000,00"
juga sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, maka auditor akan
berkesimpulan bahwa telah terdapat kepatuhan sepenuhnya antara asersi-asersi dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Dalam audit laporan keuangan, kriteria yang digunakan
untuk mengukur tingkat kepatuhan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Walaupun sering terdapat alternatit kerangka pelaporan keuangan, namun dalam banyak
hal kriteria tersebut sudah dapat dirumuskan secara eksplisit dan tepat.
3.5 Mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
Hasil akhir dari segala macam audit adalah suatu laporan yang berisi informasi bagi
para pembacanya mengenai tingkat kepatuhan antara asersi yang dibuat oleh klien dengan
kriteria tertentu yang telah disepakati sebagai dasar evaluasi. Dalam hal audit laporan
keuangan, pengomunikasian disebut laporan auditor yang berisi kesimpulan yang dicapai
auditor mengenai sesuai tidaknya laporan keuangan dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku. Audit jenis lainnya juga mengharuskan auditor untuk menyampaikan laporan
hasil temuannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sebagai contoh, setelah selesai
melakukan audit kepatuhan atas pajak yang dibayar seseorang, auditor yang ditunjuk oleh
Kantor Pajak akan menyusun laporan yang berisi pernyataan tentang sejauh mana pajak
yang telah dibayar sesuai dengan undang-undang perpajakan dan peraturan yang berlaku.
Demikian pula auditor internal yang bekerja pada suatu perusahaan akan menyusun laporan
tentang hasil temuan berkenaan dengan audit kepatuhan mengenai efektifitas pemakaian
gudang yang telah dilakukannya. Jadi definisi pengauditan mencakup tahap pelaporan dari
suatu audit. Dengan laporan tersebut, auditor mengomunikasikan pendapatnya atau hasil
evaluasinya kepada pihak- pihak yang berkepentingan.
4. Jenis-Jenis Audit
Audit pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
4.1 Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan laporan keuangan sebagai
keseluruhan, yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa dan dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, meskipun lazim juga melakukan audit atas
laporan keuangan yang disusun berdasarkan dasar tunai (cash basis) atau dasar akuntansi
lain yang cocok untuk organisasi yang diaudit. Laporan keuangan yang diperiksa blasanya
meliputi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba-rugi komprehensif, laporan
perubahan ekultas, dan laporan arus kas, termasuk ringkasan kebijakan akuntansi signifikan
dan informasi penjelasan lain. Asumsi yang mendasari suatu audit laporan keuangan adalah
bahwa laporan-laporan tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai tujuan.
Oleh karena itu akan lebih efisien untuk menggunakan satu auditor untuk melakukan suatu
audit dan menarik kesimpulan yang bisa diandalkan oleh berbagai pihak daripada
mengharuskan tiap pemakai laporan melakukan audit secara sendiri- sendiri. Apabila
pemakai laporan keuangan berkeyakinan bahwa audit tidak cukup memberi informasi
sesuai dengan tujuan yang bersangkutan, maka pemakai bisa mencari informasi tambahan.
Sebagai contoh, suatu audit umum atas suatu perusahaan bisa memberi informasi keuangan
yang memadai bagi seorang bankir yang sedang mempertimbangan pemberian pinjaman
pada suatu perusahaan, tetapi suatu perusahaan yang sedang mempertimbangkan untuk
melakukan merger dengan perusahaan yang diaudit juga perlu mengetahui tentang harga
pengganti aset tetap dan informasi lain yang relevan untuk pengambilan keputusan.
Perusahaan tersebut bisa menggunakan auditornya sendiri untuk mendapatkan informasi
tambahan tersebut.
4.2 Audit Kepatuhan
Tujuan audit kepatuhan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit
kepatuhan untuk suatu perusahaan dapat berupa penentuan apakah karyawan-karyawan di
bidang akuntansi telah mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh kontroler
perusahaan, mengkaji ulang tarip upah untuk disesuaikan dengan tarip upah minimum yang
ditetapkan Pemerintah (UMR), atau memeriksa perjanjian yang dibuat dengan bankir atau
pemberi pinjaman lainnya untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi semua
persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian. Audit kepatuhan atas instansi pemerintah
lebih beranekaragam karena banyaknya peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang
harus dilaksanakan oleh instansi- instansi pemerintah.
Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak tertentu yang
lebih tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan kepada pihak-pihak
di luar perusahaan. Manajemen biasanya merupakan pihak yang paling berkepentingan atas
hasil audit kepatuhan, dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu sebagian
besar pekerjaan audit semacam ini biasanya dapat dilakukan oleh auditor yang bekerja pada
unit organisasi yang bersangkutan. Namun audit kepatuhan dapat juga dilakukan oleh
auditor yang ditunjuk yang berasal dari luar organisasi yang diaudit.
4.3 Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metoda yang
diterapkan suatu entitas dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil
akhir dari suatu audit operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen untuk
perbaikan operasi. Pada suatu organisasi, auditor mungkin diperlukan untuk mengevaluasi
relevansi dan kecukupan informasi yang digunakan manajemen untuk mengambil
keputusan apakah akan membeli aset tetap baru atau tidak, sedangkan dalam organisasi
yang lain auditor mungkin diperlukan untuk mengevaluasi efisiensi aliran dokumen dalam
memproses penjualan. Dalam audit operasional, pengkajian tidak hanya terbatas pada
akuntansi, tapi bisa meliputi juga struktur organisasi, operasi komputer, metoda produksi,
pemasaran, dan bidang-bidang yang lain asalkan auditor menguasai bidang yang diaudit.

5. Hubungan Audit Dengan Disiplin Ilmu Yang Lainnya


Auditing, suatu disiplin ilmu yang terkait tetapi terpisah dari akuntansi. Auditing adalah
suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi
untuk memberikan suatu pendapat atau opini, yang masuk akal tapi tidak dijamin
sepenuhnya mengenai kewajaran dan kesesuiannya dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum. Berdasarkan pernyataan mengenai definisi auditing, dapat kita
hubungkan antara akuntansi dan auditing. Dua ilmu ini saling terkait satu sama lain, Secara
umum hubungan antara auditing dan accounting dapat dijelaskan sebagai berikut,
Accounting adalah suatu proses menghasilkan data dan informasi dalam bentuk Financial
Statement.
Sedangkan Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi dan menghasilkan
kesimpulan (opini/rekomendasi) yang membandingkan antara fakta dan kriteria. Tahapan
dalam audit terjadi setelah tahapan akuntansi selesai dilaksanakan, karena dalam
melakukan audit di perlukan Laporan Keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi. Proses Akuntansi bersifat konstruktif, diawali dengan mengumpulkan bukti
pembukuan (bukti-bukti transaksi), bukti pembukuan dicatat dalam bentuk Special Journal
(Jurnal Penjualan, Jurnal Pembelian, Jurnal Penerimaan Kas, dan Jurnal Pengeluaran Kas).
Setelah semua transaksi dicatat pada masing-masing kolom Special Journal, Tiap-tiap
jurnal dicatat dalam General Ledger, dan dilakukan penyesuaian pada transaksi yang
memerlukan penyesuaian. Melalui transaksi yang telah disesuaikan dapat diperoleh Trial
Balance yang terdiri atas Aktiva dan Passiva dari suatu perusahaan. Tahap selanjutnya
adalah pembuatan Worksheet, kemudian diperoleh Financial Statement (Laporan
Keuangan) yang akan menjadi bahan bukti untuk melakukan audit. Financial Statement
yang dihasilkan dari proses akuntansi, akan mengalami tahap audit. Audit terhadap Laporan
Keuangan diperlukan karena, ada potensi konflik antara penyedia informasi dengan
pengguna informasi, informasi mempunyai konsekuensi ekonomi yang sangat penting bagi
business maker, keahlian sering menghendaki informasi disajikan dan diverifikasi,
pengguna sering tercegah mempunyai hubungan langsung dengan informasi. Dalam
melakukan audit harus sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan seperti
standar umum, kerja lapangan dan standar pelaporan.

6. Auditor Dan Kantor Akuntan Publik (Kap)


6.1 Jenis-Jenis Auditor
a. Auditor Pemerintah
Auditor Pemerintah adalah auditor yang berlugas melakukan audit atas
keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia audit ini
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dibentuk sebagai
perwujudan dari Pasal 23 ayat 5 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai
berikut “Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang pengaturannya ditetapkan dengan undang-
undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.”.
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk kepada
Pemerintah sehirigga diharapkan dapat melakukan audit secara independen, namun
demikian badan ini bukanlah badan yang berdiri di atas Pemerintah. Di Amerika
Serikat audit semacam ini dilakukan oleh The United States General Accounting
Office (GAO). Badan ini melaporkan tugasnya dan hanya hertangungjawab kepada
Congress. Tanggungiawab pokok para staf audit yang tergabung dalam GAO
adalah melakukan fungsi audit untuk kepentingan Congress. Selain BPK, di
Indonesia kita juga mengenal adanya Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang merupakan internal auditor pemerintah yang
independen terhadap jajaran organisasi pemerintahan. Upaya yang diperankan
internal auditor pemerintah merupakan dorongan bagi diterapkannya good
governance pada jenjang pemerintahan serta pengelola kekayaan Negara yang
dipisahkan.
Sesuai dengan latar belakang dan kompetensi mereka di bidang akuntansi dan
auditing, para auditor BPKP memberikan layanan antara lain:
1. Audit khusus (audit investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi
praktik tindak pidana korupsi dan penyimpangan lain.
2. Audit terhadap laporan keuangan dan kinerja BUMN/BUMD/Badan Usaha
lainnya.
3. Audit terhadap pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri.
4. Audit terhadap peningkatan penerimaan Negara, termasuk Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
5. Audit terhadap kegiatan yang dananya bersumber dari APBN.
6. Audit dalam rangka memenuhi permintaan stakeholder tertentu.
b. Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu entitas (perusahaan) dan
oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada entitas tersebut. Tugas audit yang
dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen entitas tempat
dimana ia bekerja, sama seperti halnya GAO melakukan tugasnya untuk Congress.
c. Auditor Independen (Akuntan Publik)
Tanggungawab utama audtor independen atau lebih umum disebut akuntan
publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang dierbitkan
entitas (perusahaan dan organisasi lainnya). Pengaudian ini diakukan pada
perusahaan-perusahaan terbuka (perusahaan yang menual sahamnya kepata
masyarakat memulai pasar modal), perusahaan-perusahaan besar, dan juga pada
perusahaan perusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Dewasa ini keberadaan akuntan public di Indonesia diatur dalan
Undang-undang No 5 tahun 2011 tentang akuntan pubik. Menurut undang-undang
tersebut, akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri
keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Bidang jasa akuntan
publik meliputi:
1. Jasa atestasi, yang meliputi:
 Jasa audit umum atas laporan keuangan
 Jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif,
 Jasa pemeriksaan atas pelaporan inormasi keuangan proforma
 Jasa review atas laporan keuangan;dan
 Jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP)
2. Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan denga akuntansi,
keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan
kompetensi Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku
selama 5 tahun (dapat diperpanjang). Akuntan yang mengajukan permohonan
untuk menjadi akuntan publik harus memenuhi persyaratan:
1. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)
yang sah yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
atau perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan
pendidikan profesi akuntan publik.
2. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib
menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan
(PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
3. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling
sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus)
jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum,
yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
4. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk(KTP) atau bukti lainnya.
5. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
7. Tidak pernah dipidana yang mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
8. Menjadi anggota IAPI.
9. Tidak berada dalam pengampuan.
Untuk memperoleh Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan
Publik (USAP), para calon akuntan publik wajib mengikuti ujian nasional yang
diselenggarakan oleh Institut Akuntan Publilk Indonesa (IAPI) Ujian ini
diselenggarakan dua kali dalam setahun dan berlangsung harl penuh yang
meliputi empat mata ujian, yaitu:
1. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
2. Auditing & Asurans
3. Akuntansi Manajemen, Manajemen Keuangan, dan Sistem Informasi
4. Lingkungan Bisnis, Hukum Komersial, dan Perpajakan
6.2 Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-undang
Akuntan Publik. Menurut undang-undang tersebut, akuntan publik dalam memberikan
jasanya wajib mempunyai kantor akuntan publik (KAP) paling lambat 6 bulan sejak izin
akuntan publik diberikan. Akuntan publik yang tidak mempunyai KAP dalam waktu lebih
dari 6 bulan akan dicabut izin akuntan publiknya.
6.3 Struktur Kantor Akuntan Publik
Mengingat pekerjaan audit atas laporan keuangan menuntut tanggung- jawab yang
besar, maka pekerjaan profesional kantor akuntan public menuntut tingkat independensi
dan kompetensi yang tinggi. Independensi memungkinkan auditor unluk menarik
kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang diauditnya. Kompetensi
memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara efisien dan efektif. Bentuk usaha
KAP sebagaimana diatur pada Pasal 12 Undang-undang
1. Perseorangan
2. Persekutuan perdata
3. Firma,atau
4. Bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi
6.4 Persyaratan Kantor Akuntan Publik Di Indonesia
Izin membuka Kantor Akuntan Publik diberikan oleh Menteri Keuangan. Pasal 18
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17JPMK.0 1/2008 mengatur perizinan untuk
membuka Kantor Akuntan Publik sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan izin usaha KAP yang berbentuk badan usaha perseorangan,
Pemimpin KAP mengajukan permohonan tertuils pada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki ijin akuntan publik;
b. menjadi anggota lAPI;
c. mempunyai paling sedikit 3 (tiga) orang auditor tetap dengan tigkat
pendidikan formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara
Diploma III dan paling sedikit 1 (satu) orang diantaranya memiliki regisster
negara untuk akuntan;
d. memiliki Nomor Pokok Najib Pajak (NPWP);
e. memilliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang
memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang
mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu;
f. domisil Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP;

7. Organisasi Profesi Akuntan Di Indonesia


7.1 Organisasi Profesi Akuntan di Indonesia, yaitu:
1. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah organisasi profesi yang menaungi seluruh
Akuntan Indonesia. Organisasi ini memiliki sejarah yang panjang, berdiri pada tahun
23 Desember 1957. Dari IAI lah lahir PSAK, kode etik profesi, dan hal-hal yang terkait
dengan profesi akuntan di Indonesia.
2. IAPI adalah Institut Akuntan Publik Indonesia yang merupakan Asosisasi Profesi
Akuntan Publik Indonesia. Organisasi ini dulu bagian dari IAI, namun karena semakin
maju dan berkembangnya dunia profesi akuntan di Indonesia, maka IAPI pun terbentuk
sebagai pecahan dari IAI karena dulu hanya salah satu kompartemennya, yaitu
kompartemen akuntan publik. IAPI berdiri pada tanggal 24 Mei 2007, kemudian pada
PMK 17/PMK.01/2008 disebutkan bahwa IAPI berwenang untuk menyelenggarakan
ujian profesi akuntan publik, penyusunan dan penetapan Standar profesional dan etika
akuntan publik, serta menyelenggarakan program Pendidikan berkelanjutan, sekaligus
peninjauan mutu akuntan publik.
7.2 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Sejarah awalnya pada tahun 1973 standar profesional akuntan publik ini disusun oleh
komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang disebut Norma Pemeriksaan
Akuntan. Perkembangan jaman yang pesat menuntut mereka meningkatkan saling terhadap
audit jasa audit, sehingga pada tanggal 1 Agustus 1994 lahirlah Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang diadopsi dari standar auditing Amerika Serikat yang
ditetapkan oleh The Auditing Standard Board (ASB). Standar tersebut terdiri dari:
1. Standar Akuntansi : Dirinci dalam bentuk pernyataan standar yang disebut Pernyataan
Standar Auditing (PSA No.1 s/d No.60)
2. Standar Atestasi: Dirinci dalam bentuk pernyataan standar yang disebut Pernyataan
Standar Atestasi (PSAT No.1 s/d No.5)
3. Standar Jasa Akuntansi dan Tinjauan: Dirinci dalam bentuk pernyataan standar yang
disebut Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR No.1)
4. Pedoman Audit Industri Khusus
Seiring berkembangnya era globalisasi, tepatnya mulai tanggal 1 Januari 2013
Indonesia secara resmi mengadopsi Internasional Standar pada Audit diterbitkan olehDewan
Standar Audit dan Jaminan Internasional (ISA) yang (IAASB), Standar ini menjadi standar
baru auditing di Indonesia dan telah diterjemahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). Pada standar ISA tersebut IAASB mengeluarkan 5 pernyataan terkait dengan standar
pengugasan akuntan profesional yakni:
1. International Standards on Auditing (ISAs)
2. Standar Internasional tentang Keterlibatan Tinjauan (ISRES)
3. International Standards on Assurance Engagement (ISAEs)
4. International Standards on Related Services (ISRs)
5. International Standards on Quality Control (ISQCs)
7.3 Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu ini ada untuk menjaga setiap prinsip-prinsip dalam standar
audit diikut dan KAP harus mengikuti prosedur pengendalian mutu untuk memenuhi
standar secara konsisten pada setiap penugasan. IAASB telah mengeluarkan International
Standards on Quality Control (ISQCS) No.1 yang dijadikan pedoman bagi akuntan publik
di Indonesia.
1. Lingkup ISQC
ISQC berhubungan dengan tanggungjawab KAP untuk sistem pengendalian
mutu untuk audit dan review atas laporan keuangan, dan penugasan asurans serta jasa
lain yang bersangkutan. ISQC harus dibaca kaitannya dengan ketentuan etik yang
relevan. Pernyataan IAASB lain menetapkan standar dan pedoman lain mengenai
tanggungjawab personel KAP tentang prosedur pengendalian mutu untuk tipe
penugasan spesifik. Sebegai contoh, ISA 220 mmnyangkut prosedur pengendalian
mutu untuk audit atas laporan keuangan. Sistem pengendalian mutu terdiri dari
kebijakan yang dirancang untuk mencapai tujuan serta prosedur yang diperlukan untuk
mengimplementasikan dan memantau kesesuaian dengan kebijakan tersebut.
2. Otoritas ISQC
ISQC berlaku bagi semua KAP akuntan professional dalam kaitannya dengan
audit dan review laporan keuangan, dan penugasan asurans dan jasa lain yang
berhubungan. Sifat dan luas kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh seorang
individu KAP agar sesuai dengan ISQC akan bergantung pada berbagai faktor, seperti
besarnya dan karakteristik operasi KAP, dan apakah KAP tersebut merupakan bagian
dari jaringan kantor akuntan.
3. Tujuan
Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu
adalah untuk memberikan asurans yang layak bahwa:
a. KAP dan personalianya mematuhi standar professional serta ketentuan perundang-
undangan dan peraturan yang berlaku
b. Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya sudah tepat sesuai dengansituasi
yang dihadapi.
4. Ketentuan
ISQC memuat 47 ketentuan (ISQC 1.13-ISQC 1.59) yang terbagi dalam
beberapa kategori sebagai berikut:
a. Penerapan dan kepatuhan dengan ketentuan yang relevan
b. Elemen sistem pengendalian mutu
c. tanggung jawab untuk bersama dalam KAP
d. Ketentuan etika yang relevan
e. Penerimaan klien dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta penugasan khusus
f. Sumberdaya manusia
g. Pelaksanaan penugasan
h. Dokumentasi sistem pengendalian mutu
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, AI. Haryono(2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN
Abdul Halim 2001. Auditing 1: dasar-dasar audit laporan keuangan. Ed.2, Upp-AMP
YKPN, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai