Dosen Pengampu:
Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA.
Disusun oleh :
1. Ni Putu Ayu Dinda Upadani (2207531158)
2. Ni Made Widya Anggraeni (2207531161)
3. Kadek Gita Prilya Udayani (2207531163)
3. Definisi Pengauditan
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
secara obyektif untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Definisi di atas mengandung arti yang luas dan berlaku untuk segala macam jenis
pengauditan yang memiliki tujuan berbeda-beda. Pembahasan tentang masing-masing anak
kalimat di bawah ini adalah dalam konteks audit atas laporan keuangan suatu entitas, karena
audit atas laporan keuangan sudah umum dikenal dalam masyarakat.
3.1 Proses sistematis
Kata "sistematis" mengandung implikasi yang berkaitan dengan berbagai hal, yaitu:
bahwa perencanaan audit dan perumusan strategi audit merupakan bagian penting dari
proses audit, bahwa perencanaan audit dan strategi audit harus berhubungan dengan
pemilihan dan penilaian bukti untuk tujuan audit tertentu, bahwa banyak tujuan audit
tertentu dan bukti untuk mencapai tujuan-tujuan audit tersebut saling berkaitan, dan bahwa
saling keterkaitan tersebut menuntut auditor untuk membuat banyak keputusan di dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit.
3.2 Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Kegiatan mendapatkan dan mengevaluasi bukti merupakan hal yang paling utama
dalam pengauditan. Jenis bukti yang diperoleh dan kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi bukti bisa berbeda-beda antara audit yang satu dengan audit lainnya, tetapi
semua audit berpusat pada proses memperoleh dan mengevaluasi bukti. Dalam audit
laporan keuangan, bukti tentang tingkat kepatuhan antara asersi dalam laporan keuangan
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku terdiri dari data akuntansi (seperti
jurnal dan buku besar) dan informasi pendukung (seperti faktur, check, dan informasi yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik atas aset, dan korespondensi
dengan pelanggan).
3.3 Asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
Asersi atau pernyataan yang dibuat manajemen perusahaan yang melekat pada
seperangkat laporan keuangan adalah subyek dari audit atas laporan tersebut. Oleh karena
itu apabila seorang auditor akan mengaudit suatu laporan keuangan, maka ia harus
memahami asersi-asersi yang melekat pada setiap hal atau pos yang dilaporkan dalam
laporan keuangan. Istilah "melekat" dalam hal ini berarti tersirat dalam laporan dan tidak
ditulis secara eksplisit, tetapi pembaca laporan dianggap mengerti mengenai asersi-asersi
yang tidak diungkapkan secara tertulis tersebut. Hal penting yang perlu dicatat adalah
bahwa asersi-asersi tersebut dibuat oleh penyusun laporan keuangan yaitu manajemen
perusahaan, untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada pemakai laporan keuangan; jadi
bukan merupakan asersi dari auditor. Asersi dari si auditor dituangkan dalam komunikasi
auditor dengan pembaca laporan dalam bentuk sebuah laporan auditor. Mengingat bahwa
subyek pengauditan adalah informasi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi, maka asersi-asersi haruslah bisa dinyatakan secara kuantitatif (quantifiable) dan
harus dapat diaudit (auditable).
3.4 Tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan
Segala sesuatu yang dilakukan selama audit dilaksanakan memiliki satu tujuan utama,
yaitu untuk merumuskan suatu pendapat auditor mengenai asersi-asersi tentang tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang telah diaudit. Pendapat atau opini auditor
akan menunjukkan seberapa jauh asersi-asersi tersebut sesuai dengan standar atau kriteria
yang telah ditetapkan. Sebagai contoh dalam hal audit atas persediaan, kriteria yang
digunakan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku untuk persediaan yang
mensyaratkan bahwa persediaan harus benar-benar ada dan benar-benar milik perusahaan,
dan apabila asersi-asersi lain yang melekat pada pos "persediaan.......Rp752.400.000,00"
juga sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, maka auditor akan
berkesimpulan bahwa telah terdapat kepatuhan sepenuhnya antara asersi-asersi dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Dalam audit laporan keuangan, kriteria yang digunakan
untuk mengukur tingkat kepatuhan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Walaupun sering terdapat alternatit kerangka pelaporan keuangan, namun dalam banyak
hal kriteria tersebut sudah dapat dirumuskan secara eksplisit dan tepat.
3.5 Mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
Hasil akhir dari segala macam audit adalah suatu laporan yang berisi informasi bagi
para pembacanya mengenai tingkat kepatuhan antara asersi yang dibuat oleh klien dengan
kriteria tertentu yang telah disepakati sebagai dasar evaluasi. Dalam hal audit laporan
keuangan, pengomunikasian disebut laporan auditor yang berisi kesimpulan yang dicapai
auditor mengenai sesuai tidaknya laporan keuangan dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku. Audit jenis lainnya juga mengharuskan auditor untuk menyampaikan laporan
hasil temuannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sebagai contoh, setelah selesai
melakukan audit kepatuhan atas pajak yang dibayar seseorang, auditor yang ditunjuk oleh
Kantor Pajak akan menyusun laporan yang berisi pernyataan tentang sejauh mana pajak
yang telah dibayar sesuai dengan undang-undang perpajakan dan peraturan yang berlaku.
Demikian pula auditor internal yang bekerja pada suatu perusahaan akan menyusun laporan
tentang hasil temuan berkenaan dengan audit kepatuhan mengenai efektifitas pemakaian
gudang yang telah dilakukannya. Jadi definisi pengauditan mencakup tahap pelaporan dari
suatu audit. Dengan laporan tersebut, auditor mengomunikasikan pendapatnya atau hasil
evaluasinya kepada pihak- pihak yang berkepentingan.
4. Jenis-Jenis Audit
Audit pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
4.1 Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan laporan keuangan sebagai
keseluruhan, yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa dan dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, meskipun lazim juga melakukan audit atas
laporan keuangan yang disusun berdasarkan dasar tunai (cash basis) atau dasar akuntansi
lain yang cocok untuk organisasi yang diaudit. Laporan keuangan yang diperiksa blasanya
meliputi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba-rugi komprehensif, laporan
perubahan ekultas, dan laporan arus kas, termasuk ringkasan kebijakan akuntansi signifikan
dan informasi penjelasan lain. Asumsi yang mendasari suatu audit laporan keuangan adalah
bahwa laporan-laporan tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai tujuan.
Oleh karena itu akan lebih efisien untuk menggunakan satu auditor untuk melakukan suatu
audit dan menarik kesimpulan yang bisa diandalkan oleh berbagai pihak daripada
mengharuskan tiap pemakai laporan melakukan audit secara sendiri- sendiri. Apabila
pemakai laporan keuangan berkeyakinan bahwa audit tidak cukup memberi informasi
sesuai dengan tujuan yang bersangkutan, maka pemakai bisa mencari informasi tambahan.
Sebagai contoh, suatu audit umum atas suatu perusahaan bisa memberi informasi keuangan
yang memadai bagi seorang bankir yang sedang mempertimbangan pemberian pinjaman
pada suatu perusahaan, tetapi suatu perusahaan yang sedang mempertimbangkan untuk
melakukan merger dengan perusahaan yang diaudit juga perlu mengetahui tentang harga
pengganti aset tetap dan informasi lain yang relevan untuk pengambilan keputusan.
Perusahaan tersebut bisa menggunakan auditornya sendiri untuk mendapatkan informasi
tambahan tersebut.
4.2 Audit Kepatuhan
Tujuan audit kepatuhan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit
kepatuhan untuk suatu perusahaan dapat berupa penentuan apakah karyawan-karyawan di
bidang akuntansi telah mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh kontroler
perusahaan, mengkaji ulang tarip upah untuk disesuaikan dengan tarip upah minimum yang
ditetapkan Pemerintah (UMR), atau memeriksa perjanjian yang dibuat dengan bankir atau
pemberi pinjaman lainnya untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi semua
persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian. Audit kepatuhan atas instansi pemerintah
lebih beranekaragam karena banyaknya peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang
harus dilaksanakan oleh instansi- instansi pemerintah.
Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak tertentu yang
lebih tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan kepada pihak-pihak
di luar perusahaan. Manajemen biasanya merupakan pihak yang paling berkepentingan atas
hasil audit kepatuhan, dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu sebagian
besar pekerjaan audit semacam ini biasanya dapat dilakukan oleh auditor yang bekerja pada
unit organisasi yang bersangkutan. Namun audit kepatuhan dapat juga dilakukan oleh
auditor yang ditunjuk yang berasal dari luar organisasi yang diaudit.
4.3 Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metoda yang
diterapkan suatu entitas dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil
akhir dari suatu audit operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen untuk
perbaikan operasi. Pada suatu organisasi, auditor mungkin diperlukan untuk mengevaluasi
relevansi dan kecukupan informasi yang digunakan manajemen untuk mengambil
keputusan apakah akan membeli aset tetap baru atau tidak, sedangkan dalam organisasi
yang lain auditor mungkin diperlukan untuk mengevaluasi efisiensi aliran dokumen dalam
memproses penjualan. Dalam audit operasional, pengkajian tidak hanya terbatas pada
akuntansi, tapi bisa meliputi juga struktur organisasi, operasi komputer, metoda produksi,
pemasaran, dan bidang-bidang yang lain asalkan auditor menguasai bidang yang diaudit.
Jusup, AI. Haryono(2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN
Abdul Halim 2001. Auditing 1: dasar-dasar audit laporan keuangan. Ed.2, Upp-AMP
YKPN, Yogyakarta