Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
TAHUN 2019
BAB 1
PROFESI AKUNTAN PUBLIK
A. TIMBUL DAN BERKEMBANGNYA PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi
pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu
negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan yang berkembang dalam suatu
negara masih berskala kecil dan masih menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk
membelanjai usahanya, jasa audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik belum
diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat, yang dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok jasa yaitu assurance, atestasi, dan non-assurance.
1. Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal
dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, mereka mencari
jasa assurance untuk meningkatkan mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis
keputusan yang akan mereka lakukan. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi
lain adalah jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi konsumen, jasa pemeringkatan
televisi (television rating), dan jasa pemeringkatan radio (radio rating).
2. Jasa Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang
independen dan kompeten, tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang
material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh
satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga).
Jasa atestasi profesi akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi empat jenis sebagai
berikut:
a. Jasa Auditing
Jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan
keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas
tersebut. Akuntan publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Dalam
menghasilkan jasa auditing ini, auditor memberikan keyakinan positif atas asersi yang dibuat
oleh manajemen dalam laporan keuangan historis..
c. Jasa review
Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap
informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas
asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah
tingkatnya dibandingkan dengan keyakinan positif yang diberikan oleh akuntan publik dalam
jasa audit dan jasa pemeriksaan.
3. Jasa Nonassurance
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya
ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain
keyakinan. Jenis jasa nonassurance yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi. Dalam jasa kompilasi, akuntan publik
melaksanakan berbagai jasa akuntansi kliennya, seperti pencatatan (baik dengan manual
maupun dengan komputer) transaksi akuntansi bagi kliennya sampai dengan penyusunan
laporan keuangan. Jasa perpajakan meliputi bantuan yang diberikan oleh akuntan publik
kepada kliennya dalam pengisian surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak
penghasilan, perencanaan pajak. Jasa konsultasi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini:
a. Konsultasi (consultations), untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan
konsultasi atau saran profesional (professional advice) yang memerlukan respons segera,
berdasarkan pada pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi
klien, dan tujuan bersama berbagai pihak.
b. Jasa pemberian saran profesional, untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah
mengembangkan temuan, simpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan
oleh klien.
c. Jasa implementasi ,untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana
kegiatan menjadi kenyataan.
d. Jasa transaksi, untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang
berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya, untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi
adalah menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan
kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien.
f. Jasa produk , untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien
suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau
pemeliharaan produk tertentu..
C. DEFINISI AUDITING
1. Definisi Umum Auditing
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.
Definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting berikut ini.
a. Suatu proses sistematik , Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu
rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka, dan terorganisasi.
b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, Proses sistematik tersebut
ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau
badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-
bukti tersebut.
e. Kriteria yang telah ditetapkan, Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk
menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa: peraturan yang
ditetapkan oleh suatu badan legislatif; anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan
oleh manajemen; prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (generally accepted
accounting principles).
f. Penyampaian hasil, Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi
(attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit
(audit report). Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan
tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang
diaudit.
Agar mesin perekonomian suatu negara dapat menyalurkan dana masyarakat ke dalam
usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien maka dalam perekonomian perlu
disediakan informasi keuangan yang andal yang memungkinkan para investor memutuskan
ke usaha-usaha apa dana mereka akan diinvestasikan. Jika manajemen suatu perusahaan
dengan sengaja mengelabui masyarakat dengan menyajikan laporan keuangan yang seolah-
olah menggambarkan hasil usaha perusahaan yang tinggi dan posisi keuangan yang seolah-
olah sehat, maka dana para investor akan mengalir secara salah ke perusahaan tersebut.
D. LAPORAN AUDIT
Laporan audit adalah alat yang digunakan oleh auditor independen untuk
mengkomunikasikan hasil proses audit yang telah dilaksanakan. Dengan menganalisis isi
laporan audit, pembelajar diharapkan dapat memperoleh gambaran apa yang dikerjakan
oleh auditor dalam proses auditnya. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu
paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan
paragraf pendapat (opinion paragraph).
ANALISIS TERHADAP LAPORAN AUDIT
Dalam laporan tersebut terdapat enam unsur penting, yaitu (1) pihak yang dituju, (2)
paragraf pengantar, (3) paragraf lingkup, (4) paragraf pendapat, (5) nama auditor, (6) nomor
izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik, dan tanda tangan, serta tanggal
laporan audit. Berikut ini dijelaskan isi tiga unsur dari enam unsur penting laporan audit
baku yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat.
a. Paragraf Pengantar
Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar, (1) tipe
jasayang diberikan oleh auditor, (2) objek yang diaudit,(3) pengungkapan tanggung jawab
manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan
atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
b. Paragraf Lingkup
Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik dan beberapa
penjelasan tambahan tentang standar auditing tersebut, serta suatu pernyataan keyakinan
bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang
memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
disajikan berikut ini:
Standar Umum (General Standards)
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Fieldwork)
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal, nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Paragraf Pendapat (Opinion Paragraph)
Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang digunakan oleh
auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang disebutkannya
dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material yang didasarkan atas
kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Ada empat tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor sebagai berikut:
1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan
dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan
penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan,
konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan.
2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
(Unqualified Opinion Report with Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan
tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor
dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut maka ia memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian dalam laporan audit.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun
auditor.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan
audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang
menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah berikut ini.
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya
E. TIPE AUDIT DAN AUDITOR
1. TIPE AUDIT
Auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan yaitu; audit laporan keuangan, audit
kepatuhan, dan audit operasional.
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap
laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan kepatuhan entitas yang
diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan
kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
c. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau
bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional
adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
2. TIPE AUDITOR
Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern.
a. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh
kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai
informasi keuangan, seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi
pemerintah (terutama instansi pajak).
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
serta instansi pajak.
c. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara
maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas
prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi.
BAB 2
ETIKA PROFESIONAL PROFESI AKUNTAN PUBLIK
A. PERLUNYA ETIKA PROFESIONAL BAGI ORGANISASI PROFESI
Dasar pikiran yang melandasi penyusunan etika profesional setiap profesi adalah
kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang
diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa tersebut. Setiap
profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang dilayaninya. Umumnya masyarakat sangat awam mengenai pekerjaan yang
dilakukan oleh suatu profesi karena kompleksnya pekerjaan yang dilaksanakan oleh profesi.
Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya.
Sebelum tahun 1986, etika profesional yang dikeluarkan oleh IAI diberi nama Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1986, nama tersebut diubah
menjadi Kode Etik Akuntan Indonesia. Pasal-pasal dalam Kode Etik Akuntan dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu (1) pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan anggota
IAI, dan (2) pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan yang berpraktik dalam
profesi akuntan publik.
Mulai tahun 1998 sampai sekarang, nama tersebut diubah kembali ke Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia (Kode Etik IAI). Tidak hanya perubahan nama yang terjadi,
namun juga terjadi perubahan struktur etika profesional yang dipakai oleh IAI. Dalam Kode
Etik IAI yang berlaku sejak tahun 1998, organisasi IAI menetapkan delapan Prinsip Etika
yang berlaku bagi seluruh anggota IAI, baik yang berada dalam Kompartemen Akuntan
Publik, Kompartemen Akuntan Manajemen, Kompartemen Akuntan Pendidik, maupun
Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Kemudian setiap kompartemen menjabarkan delapan
Prinsip Etika tersebut ke dalam Aturan Etika yang berlaku secara khusus bagi anggota IAI
yang bergabung dalam masing-masing kompartemen.
2. Definisi /Pengertian
Klien adalah pembuat perikatan (orang atau badan), yang membuat perikatan dengan
seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat Anggota bekerja untuk
melaksanakan jasa profesional. Istilah pembuat perikatan untuk tujuan ini tidak termasuk
orang atau badan yang mempekerjakan Anggota.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah. Ikatan Akuntan
Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi para akuntan
Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan
publik.
Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau
pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. Praktik akuntan
publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP
yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan,
perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
102 Integritas dan objektivitas, Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus
mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict
of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangan-nya kepada pihak
lain.
a. Kompetensi profesional, Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional
yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional, Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa
profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
c.Perencanaan dan supervisi, Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara
memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d.Data relevan yang memadai, Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan
pelaksanaan jasa profesionalnya.
202 Kepatuhan terhadap standar. Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa
auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultansi manajemen, perpajakan, atau jasa
profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar
yang ditetapkan oleh IAI.
b. Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional
tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu di mana
jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut..
502 Man, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan
praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan Man, melakukan
promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra
profesi.
9. 503 Komisi dan Fee Referal
a. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi
apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
A. TUJUAN AUDIT
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi
yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
2. Kelengkapan (completeness)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi diterima umum. Karena kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan
integritas berbagai asersai manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka
hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat dilukiskan :
b. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
c. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh,
prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragrap 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik
kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas
kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur
dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk meghindarkan
penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur
bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja
dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika
301 berbunyi sebagai berikut: Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.
1.Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti: Berisi semua informasi yang pokok, tidak
memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
2. Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas
dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan
tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang
tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data
4. Jelas. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian
informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi. Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam me-
review hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi dari
kertas kerja tersebut.
Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor
dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini
digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis.
5. Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam
laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang
menguatkan informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai
berikut :
1. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka,
sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul
utama yang berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode
huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.
Tujuan disusun secara sismatik dan dalam urutan logis adalah untuk memudahkan review
atas kertas kerja yang dihasilkan oleh asistant atau staff auditor. Urutannya sebagai berikut :
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah
akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi. Oleh karena itu,
dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai
berikut:
1.Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2.Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
3.Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi,
dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan
secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :
c) Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang mengharuskan
klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.
E. RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko
yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.
1.Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang terkait.
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor
untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran
penyajian saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif
dalam menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3.Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini :
a) Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b) Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c) Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan
empat unsur berikut ini :
d) Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
yang cukup rendah.
Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit
dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau
tidak mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran
risiko pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum.
Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif.
BAB 7
PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN
A. DEFINISI PENGENDALIAN INTERN
SA Seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan
paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris,manajemen, dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini:
1. Pengendalian intern merupakan proses, Artinya suatu rangkaian tindakan yang bersifat
pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan,bukan hanya sebagai tambahan, dari
infrastruktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang, Artinya bukan hanya terdiri dari pedoman
kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personal lain.
3. Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan;pelaporan
keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Seperti telah disebutkan di atas, tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan
keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan.
Oleh karena itu tidak semua tujuan pengendalian intern tersebut relevan dengan audit atas
laporan keuangan, tanggung jawab auditor dalam mematuhi standar pekerjaan lapangan
kedua sebagaimana disajikan di atas, hanya di batasi pada golongan tujuan pertama
keandalan pelaporan keuangan.Oleh karena itu,auditor berkewajiban untuk memahami
pengendalian intern yang ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
C. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN SUATU ENTITAS
Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern sebagai berikut:
1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali, manajemen dan personal lain dapat salah
dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas
rutin karena tidak memadainya informasi,kertebatasan waktu atau tekanan lain.
2. Gangguan. Personal secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena
kelalaian,tidak adanya perhatian atau kelelahan,perubahan yang bersifat sementara dalam
personal atau dalam sistem dan prosedur.
3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan yang dapat
mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk kekayaan entitas dan
tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksi kecurangan oleh pengendalian intern
yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur
yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
manajer,penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern
tidak boleh melebihi manfaat yangdiharapkan dari pengendalian intern tersebut.
Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern beserta perannya sbb:
2. Dewan komisaris dan komite audit. Bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggaran
pengendalian intern.
3. Auditor intern. Bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau
tidaknya pengendalian intern entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya.
4. Personal lain entitas. Peran dan tanggung jawab semua personal lain yang menyediakan
informasi atau menngunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian intern harus
ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.
5. Auditor independen. Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan,
auditor dpat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya,sehingga ia dapat
mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen,komite audit,atau dewan
komisaris.
6. Pihak luar lain. Bertanggung jawab atas pengendalian intern entitas adalah badan
pengatur, seperti Bank Indonesia dan Bapepam.
E. KOMPONEN PENGENDALIAN INTERN
Sistem informasi entitas sangat menentukan risiko salah saji dalam laporan
keuangan.Sistem akuntansi yang didesain dengan baik dan diimplementasikan denagn baik
akan menghasilkan informasi yang andal.
Auditor harus memahami jenis aktivitas yang digunakan oleh klien untuk memantau
efektivitas pengendalian intern untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal.
G. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang dikumpulkan oleh auditor
benar-benar ada,auditor melakukan dua macam pengujian:
b. Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.
Ada tiga cara yang biasanya digunakan oleh auditor untuk mendokumentasikan informasi
mengenai pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan:
2. Uraian tertulis
Ini biasanya berisi identitas karyawan yang melaksanakan suatu fungsi dan uraian terinci cara
pelaksanaan fungsinya.Penggunaan uraian tertulis hanya praktis diterpkan pada audit atas
laporan keuangan perusahhan yang kecil saja.
Sumber informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan audit terhadap
pengendalian intern kliennya adalah:
• Laporan mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan laporan auditor tahun
sebelumnya yang telah diterbitkan.
J. HASIL PEMAHAMAN TERHADAP PENGENDALIAN INTERN
Hasil pemahaman auditor atas pengendalian intern dicantumkan dalam suatu kertas
kerja,yang berisi kelemahan dan kekuatan pengendalian intern klien,pengaruh kelemahan dan
kekuatan pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan dilaksanakan
dan rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki bagian-bagian yang lemah
dalam pengendalian intern.
Untuk mencapai tujuan tersebut auditor intern melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:
d. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam perusahaan.
B. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektivitas desain dan operasi pengendalian intern. Pengujian pengendalian oleh auditor
berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur telah didesain secara memadahi untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan.
Pengujian pengendalian dapat diterapkan dalam kedua strategi audit, yaitu:
1. Pengujian Pengendalian Bersama
Pengujian pengendalian bersama dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya dengan
usaha pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini dilakukan oleh
auditor, baik dalam strategi pendekatan utama substantif maupun dalam pendekatan resiko
pengendalian rendah.
2. Pengujian Pengendalian tambahan atau Pengujian Pengendalian yang Direncanakan
Pengujian pengendalian ini dilaksanakan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan.
Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan
dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit.
C. PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
1. Jenis Pengujian Pengendalian
Jenis-jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan
pengujian adalah sebagai berikut:
1.Permintaan keterangan
2.Pengamatan
3.Inspeksi
4. Pelaksanaan kembali
2. Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Hal ini berkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagianperiode
akuntansi mana prosedur tersebut berhubungan.pengujian pengendalian inihanya memberikan
bukti efektivitas pengendalian intern dalam periode sejak tanggalawal tahun yang diaudit
sampai tanggal pengujian
3. Lingkup Pengujian Pengendalian
Semakin luas lingkup pengujian pengendalian, akan dikumpulkan bukti lebihbanyak
mengenai efektivitas pengendalian intern. Lingkup pengujian intern secara langsung
dipengaruhi oleh taksiran tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
D. PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN
Program audit adalah daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
E. KERJASAMA DENGAN AUDITOR INTERN DALAM PENGUJIAN
PENGENDALIAN
Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang
memiliki fungsi audit intern, maka auditor independen dapat:
1. Melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern
2. Menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langung dalam audit
F. PENGUJIAN DENGAN TUJUAN GANDA
Mayoritas dalam audit, pengujian pengendalian tambahan dilaksanakn olehauditor
terutama dalam pekerjaan interim, sedangkan pengujian substantif dilaksanakan terutama
pada akhir tahun yang diadit. Tetapi, standar audit yang ditetapkan audit IAI mengijinkan
auditor untuk melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rici dalam periode interim,
untuk mendeteksi kemungkinan kekeliruan moneter dalam akun.
BAB 9
ATTRIBUTE SAMPLING UNTUK PENGUJIAN
PENGENDALIAN
A. Statistical Sampling Models
Statistical sampling dibagi menjadi dua :
1. Attribute sampling atau disebut pula roportional sampling digunakan untuk menguji
efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian).
2. Variable sampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum
dalam akun (dalam pegnujian substantif).
B. Attribute sampling models
1. Fixed sample size attribute sampling
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan
dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan
persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi.
2. Stop or go sampling
Model pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute
sampling. Model ini dapat men cegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu
banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini
digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi
sangat kecil.
3. Discovery sampling
Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingakt kesalahan yang
diperkirakana dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam model ini audiotr
menginginkan kemungkinkan tertentu untuk menemukan paling tidak satu kesalahan,
jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya lebih besar dari yang diharapkan.
Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk menemukan kecurangnan,
pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern, dan ketidakberesan yang lain.
C. Fixed sample size attribute sampling
Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern
2. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya
3. Penentuan besarnya sampel
4. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi
5. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian
intern
6. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel
D. Stop or go sampling
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan ia akan
terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengna menggunakan model attribute
sampling yang lain, yaitu stop or go sampling. Dalam stop or go sampling, jika auditor tidak
menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang
telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya, prosedur yang harus
ditempuh oleh auditor dalam menggungkana stop or go sampling adalah sebagai berikut :
1. Tentukan desired upper precision limit dan tingakt keandalan
2. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna
menentukan sampel pertama yang harus diambil
3. Buatlah tabel stop or go decision
4. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel
E. Discovery sampling
Umumnya, kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery sampling
adalah :
1. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau
mendekati nol persen
2. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan,
merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau kesalahan yang
serius dalam laporan keuangan.
Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika
tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak
potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan tersebut.
Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah seabgai berikut :
1. Tentukan attribute yang akan diperiksa
2. Tentukan populasi dan bear populasi yang akan diambil sampelnya
3. Tentukan tingkat keandalan
4. Tentukan desired upper precision limit
5. Tentukan besarnya sampel
6. Periksa attribute sample
7. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sample
BAB 10
VARIABEL SAMPLING UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
A. VARIABEL SAMPLING
Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah saldo untuk mengestimasi jumlah rupiah satu saldo akun atau
entitas yang lain. Dalam pengujian substantif auditor dapat menghadapi dua keputusan :
(1) melakukan estimasi suatu jumlah (2) menguji kewajaran suatu jumlah. Variabel
sampling untuk memperkirakan salo akun digunakan oleh auditor dalam kondisi :
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dianggap benar
2. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling
B. VARIABLE SAMPLING UNTUK UJI HIPOTESIS
Baik dengan non statistic mupun dengan cara statistic, pengambilan sample dalam
pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap ini yaitu :
1. Penentuan tujuan pengambilan sampel
a. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk menentukan jumlah saldo akun yan
dianggap benar oleh auditor dengan teknik tertentu
b. Untuk menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah
yang ditaksir dengan jumlah dalam buku secara material
2. Menentukan populasi
Sampling unit adalah unsur – unsur secara individual yang terdapat dalam populasi
yang dapat berupa (1) saldo akun (2) suatu transaksi yang berupa suatu saldo akun(3)
suatu dokumen yang menjadi bukti transaksi.
4. Penentuan Besarnya Sampel
Besarnya kekeliruan sampel, baik dalam metode non statistikcal sampling maupun
statistical sampling ditentukan oleh auditor dengan mempertimbangkan 4 faktor yaitu :
(a) besarnya deviasi standar (b) tingkat resiko yang ditanggung auditor (c) besar
kekeliliruan yang diterima oleh auditor (d) kekeliruan rupiah yang diperkirakan akan
dijumpai dalam populasi.
5. Penentuan metode pemilihhan sampel
Seperti halnya dalam pengujian kepatuhan sampel dalam pengujian substantive harus
dipilih oleh auditor dengan cara sehingga mewakili anggota populasi.
6. Pemeriksaan sampel
Evaluasi atas hasil pemeriksaan terhadap sampel ditentukan oleh teknik pengambilan
sampel yang digunakan oleh auditor. Jika auditor menggunakan nonstatistical
sampling maka hasil evaluasi pemeriksaan secara kuantitatif dan jika dengan statistical
samping berarti dengan kualitatif.
C. VARIABEL SAMPLING UNTUK ESTIMASI
DATA INFORMATION
PROCESSING ERA TECHNOLOGY NETWORK ERA
ERA
Peran utama Pengolahan transaksi Pengolahan informasi
Distribusi pengetahuan
teknologi (Transaction (Information
(Knowledge Distribution)
informasi processing) processing)
Nilai yang
dihasilkan oleh
Data Informasi Pengetahuan (Knowledge)
teknologi
informasi
3. Era Jejaring
Perusahaan-perusahaan membangun jejaring organisasi dalam menghasilkan produk
dan jasa bagi customer. Karena kebutuhan customer sangat kompleks dan karena lingkungan
bisnis yang dihadapi oleh perusahaan sangat komptetitif, perusahaan harus membangun
kemitraan usaha dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan tertentu customer.
B. BEDA AKUNTANSI DENGAN MANUAL SYSTEM DENGAN AKUNTANSI
DENGAN SISTEM INFORMASI KOMPUTER
1. Pendekatan Keluarga
Pendekatan keluarga dalam mengembangkan hubungan bisnis memiliki segi positif.
Pendekatan keluarga dilandasi oleh kepercayaan, dan hubungan bisnis sangat memerlukan
dasar tersebut agar transaksi bisnis dapat berjalan secara lancer dan efektif.
2. Pendekatan Bisnis
Pendekatan bisnis digunakan sebagai dasar pembangungan hubungan bisnis antara
perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnisnya dan antara manajer dengan karyawan, dan
antarfungsi dalam perusahaan.
3. Kemitraan usaha untuk mendobrak mitos tentang hubungan bisnis
Pendekatan kemitraan usaha menitikberatkan pada trust building dan core
competency di dalam membangun hubungan kemitraan, baik di dalam organisasi perusahaan
(antara manajer dengan karyawan dan antarfungsi dalam organisasi) maupun di antara
perusahaan dengan para pemasok dan mitra bisnisnya.