Anda di halaman 1dari 57

TUGAS AKHIR AUDITING 1

MEMBUAT RANGKUMAN MATERI AUDITING 1 MULYADI


BAB 1- BAB 8

Dosen Pembimbing :

Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:

EVI MARIA SIBUEA (170503016)

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2019
BAB 1
PROFESI AKUNTAN PUBLIK
A. TIMBUL DAN BERKEMBANGNYA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi
pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu
negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan yang berkembang dalam suatu
negara masih berskala kecil dan masih menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk
membelanjai usahanya, jasa audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik belum
diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Di Indonesia, timbulnya perusahaan-perusahaan berbentuk perseroan terbatas di masa


lalu tidak banyak memberikan dorongan kepada perkembangan profesi akuntan publik karena
sebagian besar perseroan terbatas Indonesia, merupakan PT tertutup yang sahamnya hanya
dimiliki oleh kalangan keluarga atau kalangan terbatas saja. Profesi akuntan publik Indonesia
mengalami perkembangan signifikan sejak awal tahun tujuh puluhan, dengan adanya
perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan. Bank-bank ini mewajibkan nasabah
yang menerima kredit dalam jumlah tertentu untuk menyerahkan secara periodik laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Umumnya perusahaan-perusahaan swasta
Indonesia baru memerlukan jasa audit profesi akuntan publik, jika kreditur mewajibkan
mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.

Perkembangan profesi akuntan publik pernah mendapat dorongan dari pemerintah


dalam tahun 1979 sampai dengan 1983, dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 108/KMK 07/1979 tentang Penggunaan Laporan Pemeriksaan Akuntan
Publik untuk Memperoleh Keringanan dalam Penentuan Pajak Perseroan. Dalam peraturan
ini, instansi pajak menetapkan pajak pendapatan atau pajak perseroan atas dasar laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Keputusan Menteri Keuangan tersebut
menjadi tidak berlaku pada awal tahun 1984, dengan berlakunya Undang-undang Pajak
Penghasilan 1984. Pada awal tahun 1992, kembali profesi akuntan publik diberi kepercayaan
dari pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak), untuk melakukan verifikasi
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
yang dilakukan oleh para Pengusaha Kena Pajak (PKP). Perkembangan pasar modal
Indonesia diwarnai dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual sahamnya di
pasar modal. Perkembangan pasar modal Indonesia merupakan pendorong berkembangnya
profesi akuntan publik Indonesia.

B. BERBAGAI JASA YANG DIHASILKAN OLEH PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat, yang dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok jasa yaitu assurance, atestasi, dan non-assurance.

1. Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal
dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, mereka mencari
jasa assurance untuk meningkatkan mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis
keputusan yang akan mereka lakukan. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi
lain adalah jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi konsumen, jasa pemeringkatan
televisi (television rating), dan jasa pemeringkatan radio (radio rating).

2. Jasa Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang
independen dan kompeten, tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang
material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh
satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga).
Jasa atestasi profesi akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi empat jenis sebagai
berikut:

a. Jasa Auditing
Jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan
keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas
tersebut. Akuntan publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Dalam
menghasilkan jasa auditing ini, auditor memberikan keyakinan positif atas asersi yang dibuat
oleh manajemen dalam laporan keuangan historis..

b. Jasa pemeriksaan (examination)


Istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh profesi akuntan
publik yang berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak
lain dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam menghasilkan jasa pemeriksaan, akuntan
publik memberikan keyakinan positif atas asersi yang dibuat oleh manajemen.

c. Jasa review
Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap
informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas
asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah
tingkatnya dibandingkan dengan keyakinan positif yang diberikan oleh akuntan publik dalam
jasa audit dan jasa pemeriksaan.

d. Jasa prosedur yang disepakati


Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan publik
berdasarkan prosedur yang disepakati, antara klien dengan akuntan publik. Lingkup
pekerjaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik dalam menghasilkan jasa atestasi dengan
prosedur yang disepakati, lebih sempit dibandingkan dengan audit dan pemeriksaan.

3. Jasa Nonassurance
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya
ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain
keyakinan. Jenis jasa nonassurance yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi. Dalam jasa kompilasi, akuntan publik
melaksanakan berbagai jasa akuntansi kliennya, seperti pencatatan (baik dengan manual
maupun dengan komputer) transaksi akuntansi bagi kliennya sampai dengan penyusunan
laporan keuangan. Jasa perpajakan meliputi bantuan yang diberikan oleh akuntan publik
kepada kliennya dalam pengisian surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak
penghasilan, perencanaan pajak. Jasa konsultasi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini:

a. Konsultasi (consultations), untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan
konsultasi atau saran profesional (professional advice) yang memerlukan respons segera,
berdasarkan pada pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi
klien, dan tujuan bersama berbagai pihak.

b. Jasa pemberian saran profesional, untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah
mengembangkan temuan, simpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan
oleh klien.

c. Jasa implementasi ,untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana
kegiatan menjadi kenyataan.
d. Jasa transaksi, untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang
berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga.

e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya, untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi
adalah menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan
kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien.

f. Jasa produk , untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien
suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau
pemeliharaan produk tertentu..

C. DEFINISI AUDITING
1. Definisi Umum Auditing
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.

Definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting berikut ini.

a. Suatu proses sistematik , Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu
rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka, dan terorganisasi.

b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, Proses sistematik tersebut
ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau
badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-
bukti tersebut.

c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi , Yang dimaksud dengan


pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi di sini adalah hasil proses akuntansi.
Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan
yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok, yaitu neraca, laporan laba-rugi,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

d.Menetapkan tingkat kesesuaian, Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi


terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

e. Kriteria yang telah ditetapkan, Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk
menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa: peraturan yang
ditetapkan oleh suatu badan legislatif; anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan
oleh manajemen; prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (generally accepted
accounting principles).
f. Penyampaian hasil, Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi
(attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit
(audit report). Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan
tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang
diaudit.

g. Pemakai yang berkepentingan, Dalam dunia bisnis, pemakai yang berkepentingan


terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, seperti pemegang saham,
manajemen, dan kreditur.

2. Auditing Ditinjau dari Sudut Profesi Akuntan Publik


Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination)
secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Auditing bukan merupakan cabang akuntansi, tetapi merupakan suatu disiplin bebas, yang
mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan data kegiatan yang lain..

3. Peran Profesi Akuntan Publik dalam Suatu Negara

Agar mesin perekonomian suatu negara dapat menyalurkan dana masyarakat ke dalam
usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien maka dalam perekonomian perlu
disediakan informasi keuangan yang andal yang memungkinkan para investor memutuskan
ke usaha-usaha apa dana mereka akan diinvestasikan. Jika manajemen suatu perusahaan
dengan sengaja mengelabui masyarakat dengan menyajikan laporan keuangan yang seolah-
olah menggambarkan hasil usaha perusahaan yang tinggi dan posisi keuangan yang seolah-
olah sehat, maka dana para investor akan mengalir secara salah ke perusahaan tersebut.

D. LAPORAN AUDIT
Laporan audit adalah alat yang digunakan oleh auditor independen untuk
mengkomunikasikan hasil proses audit yang telah dilaksanakan. Dengan menganalisis isi
laporan audit, pembelajar diharapkan dapat memperoleh gambaran apa yang dikerjakan
oleh auditor dalam proses auditnya. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu
paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan
paragraf pendapat (opinion paragraph).
ANALISIS TERHADAP LAPORAN AUDIT

Dalam laporan tersebut terdapat enam unsur penting, yaitu (1) pihak yang dituju, (2)
paragraf pengantar, (3) paragraf lingkup, (4) paragraf pendapat, (5) nama auditor, (6) nomor
izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik, dan tanda tangan, serta tanggal
laporan audit. Berikut ini dijelaskan isi tiga unsur dari enam unsur penting laporan audit
baku yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat.
a. Paragraf Pengantar
Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar, (1) tipe
jasayang diberikan oleh auditor, (2) objek yang diaudit,(3) pengungkapan tanggung jawab
manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan
atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
b. Paragraf Lingkup
Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik dan beberapa
penjelasan tambahan tentang standar auditing tersebut, serta suatu pernyataan keyakinan
bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang
memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
disajikan berikut ini:
 Standar Umum (General Standards)
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
 Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Fieldwork)
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
 Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal, nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Paragraf Pendapat (Opinion Paragraph)
Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang digunakan oleh
auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang disebutkannya
dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material yang didasarkan atas
kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Ada empat tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor sebagai berikut:
1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan
dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan
penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan,
konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan.
2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
(Unqualified Opinion Report with Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan
tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor
dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut maka ia memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian dalam laporan audit.
 Lingkup audit dibatasi oleh klien.
 Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun
auditor.
 Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
 Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan
audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang
menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah berikut ini.
 Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
 Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya
E. TIPE AUDIT DAN AUDITOR
1. TIPE AUDIT
Auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan yaitu; audit laporan keuangan, audit
kepatuhan, dan audit operasional.
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap
laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan kepatuhan entitas yang
diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan
kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
c. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau
bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional
adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
2. TIPE AUDITOR
Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern.
a. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh
kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai
informasi keuangan, seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi
pemerintah (terutama instansi pajak).
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
serta instansi pajak.
c. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara
maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas
prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi.
BAB 2
ETIKA PROFESIONAL PROFESI AKUNTAN PUBLIK
A. PERLUNYA ETIKA PROFESIONAL BAGI ORGANISASI PROFESI
Dasar pikiran yang melandasi penyusunan etika profesional setiap profesi adalah
kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang
diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa tersebut. Setiap
profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang dilayaninya. Umumnya masyarakat sangat awam mengenai pekerjaan yang
dilakukan oleh suatu profesi karena kompleksnya pekerjaan yang dilaksanakan oleh profesi.
Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya.

B. KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku
anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika profesional bagi
praktik akuntan di Indonesia, disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia, sebagai organisasi profesi akuntan. Sebelum membahas isi Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia, perlu diketahui lebih dahulu bahwa Ikatan Akuntan Indonesia
adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan di Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor


independen dan auditor intern), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidik,
serta akuntan sektor publik. Dengan demikian, etika profesional yang dikeluarkan oleh IAI
tidak hanya mengatur anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur
perilaku semua anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor dan profesi
akuntan lain. Organisasi IAI dibagi menjadi empat kompartemen, yaitu sebagai berikut.

1. Kompartemen Akuntan Publik.


2. Kompartemen Akuntan Manajemen.
3. Kompartemen Akuntan Pendidik.
4. Kompartemen Akuntan Sektor Publik.

Sebelum tahun 1986, etika profesional yang dikeluarkan oleh IAI diberi nama Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1986, nama tersebut diubah
menjadi Kode Etik Akuntan Indonesia. Pasal-pasal dalam Kode Etik Akuntan dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu (1) pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan anggota
IAI, dan (2) pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan yang berpraktik dalam
profesi akuntan publik.

Mulai tahun 1998 sampai sekarang, nama tersebut diubah kembali ke Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia (Kode Etik IAI). Tidak hanya perubahan nama yang terjadi,
namun juga terjadi perubahan struktur etika profesional yang dipakai oleh IAI. Dalam Kode
Etik IAI yang berlaku sejak tahun 1998, organisasi IAI menetapkan delapan Prinsip Etika
yang berlaku bagi seluruh anggota IAI, baik yang berada dalam Kompartemen Akuntan
Publik, Kompartemen Akuntan Manajemen, Kompartemen Akuntan Pendidik, maupun
Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Kemudian setiap kompartemen menjabarkan delapan
Prinsip Etika tersebut ke dalam Aturan Etika yang berlaku secara khusus bagi anggota IAI
yang bergabung dalam masing-masing kompartemen.

C. AKUNTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN


Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik
bagi masyarakat. Kantor akuntan publik menyediakan berbagai jasa bagi masyarakat
berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik. Berdasarkan standar tersebut, kantor
akuntan publik dapat menyediakan (1) jasa audit atas laporan keuangan historis, (2) jasa
atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi selain yang dicantumkan dalam laporan
keuangan historis, (3) jasa akuntansi dan review, dan (4) jasa konsultansi (consulting
services). Karena akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik dapat mengerjakan berbagai
penugasan dalam berbagai jenis jasa tersebut, maka perlu diadakan pembedaan istilah, yaitu
akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik
dalam kantor akuntan publik yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultasi).
Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan
keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum
dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

D. RERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan
Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Prinsip Etika memberikan
rerangka dasar bagi Aturan Etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh
anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI,
sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan hanya mengikat
anggota Kompartemen yang bersangkutan. Interpretasi Etika merupakan interpretasi yang
dikeluarkan oleh Pengurus Kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai panduan penerapan Aturan Etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Dalam Kompartemen Akuntan
Publik, Tanya dan Jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.

E. ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK


Aturan Etika ini secara khusus ditujukan untuk mengatur perilaku profesional yang
menjadi anggota Kompartemen Akuntan Publik. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
ini berlaku efektif tanggal 5 Mei 2000. Dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik ini
digunakan singkatan KAP dengan dua makna, yaitu (1) Kompartemen Akuntan Publik, dan
(2) Kantor Akuntan Publik. KAP yang bermakna Kompartemen Akuntan Publik selalu ditulis
IAI-KAP, yang berarti Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. KAP yang
bermakna Kantor Akuntan Publik ditulis tanpa didahului dengan IAI.

F. ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK


1. Keterterapan (Applicability)
Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP
maupun yang bukan anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik
(KAP). Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika oleh anggota
KAP.

2. Definisi /Pengertian
Klien adalah pembuat perikatan (orang atau badan), yang membuat perikatan dengan
seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat Anggota bekerja untuk
melaksanakan jasa profesional. Istilah pembuat perikatan untuk tujuan ini tidak termasuk
orang atau badan yang mempekerjakan Anggota.

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah. Ikatan Akuntan
Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi para akuntan
Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan
publik.

Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau
pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. Praktik akuntan
publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP
yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan,
perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

3. 100 Independensi, Integritas, dan Objektivitas


101 Independensi, Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen di dalam. memberikan jasa profesional
sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap
mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance).

102 Integritas dan objektivitas, Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus
mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict
of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangan-nya kepada pihak
lain.

4. 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi


201 Standar umum. Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta
interpretasi yang terkait, yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI,
yaitu sebagai berikut.

a. Kompetensi profesional, Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional
yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional, Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa
profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
c.Perencanaan dan supervisi, Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara
memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d.Data relevan yang memadai, Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan
pelaksanaan jasa profesionalnya.

202 Kepatuhan terhadap standar. Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa
auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultansi manajemen, perpajakan, atau jasa
profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar
yang ditetapkan oleh IAI.

203 Prinsip-prinsip akuntansi. Anggota KAP tidak diperkenankan pada hal-hal


berikut.
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus


dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan IAI..

5. 300 Tanggung Jawab kepada Klien


301 Informasi klien yang rahasia. Anggota KAP tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini
tidak dimaksudkan untuk:
a. membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi;
b. mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apa pun untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku, seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau
melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku;
c. melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAI;
d. menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin Anggota.
6. 302 Fee Profesional
a. Besaran fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya.

b. Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional
tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu di mana
jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut..

7. 400 Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi


401 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Anggota wajib memelihara citra
profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan
seprofesi.

402 Komunikasi antarakuntan publik. Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan


akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan
akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain
dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.

403 Perikatan atestasi. Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan


atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh
akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan
untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.

8. 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain


501 Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan. Anggota tidak diperkenankan
melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.

502 Man, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan
praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan Man, melakukan
promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra
profesi.
9. 503 Komisi dan Fee Referal
a. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi
apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.

b. Fee referal (rujukan)


Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi
sesama profesi.

10. 504 Bentuk Organisasi dan KAP


Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan
dan merendahkan citra profesi.
BAB 3
BUKTI AUDIT

A. TUJUAN AUDIT
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi
yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.

B. ASERSI MANAJEMEN DALAM LAPORAN KEUANGAN


SA seksi 326 paragraf 03 menyebutkan berbagai asersi yang terkandung dalam
laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajamen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit. Asersi
manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklarifikasi berdasarkan
penggolongan besar berikut ini :

1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurence)


Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.

2. Kelengkapan (completeness)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.

3. Hak dan kewajiban (right and obligation)


Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Penilaian (valuation) atau alokasi


Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya.

5. Penyajian dan pengungkapan (presentation dan disclosure)


Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-
komponen tertentu lapotan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya.
C. ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi diterima umum. Karena kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan
integritas berbagai asersai manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka
hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat dilukiskan :

Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit


Aktiva dan kewajiban entitas ada pada
Keberadaan atau keterjadian tanggal tertentu, dan transaksi pendapatan
dan biaya terjadi dalam periode tertentu
Semua transaksi dan akun yang seharusnya
Kelengkapan
telah disajikan dalkam laporan keuangan
Aktiva adalah hak entitas dan utang adalah
Hak dan kewajiban
kewajiban entitas pada tanggal tertentu
Komponen aktiva, kewajiban, pendapatan,
Penilaian atau alokasi dan biaya telah disajikan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya
Komponen tertentu laporan keuangan telah
Penyajian dan pengungkapan digolongkan, digambarkan dan
diungkapankan secara semestinya

Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga


“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan auditan.”
Bukti audit didasarkan atas standar pekerjaan lapangan ketiga. Ada empat kata penting
dalam standar tersebut, yaitu:
1.    Bukti Audit
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari: data akuntansi dan
semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman
akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (work
sheet)  yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan
merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Informasi penguat meliputi segala
dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis
dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi, dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik
kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
2.    Kesesuaian dan Kecukupan Bukti
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan
oleh auditor. Pertimbangan profesional auditor memegang peranan yang penting. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menetukan cukup atau
tidaknya bukti audit:
 Materialitas dan Resiko
Akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Untuk akun
yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah
bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan
akun yang memilliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan.
Rendahnya risiko audit berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai
ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk
menghimpun bukti yang lebih banyak.
 Faktor Ekonomi
Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor: waktu
dan biaya. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan
yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, aditor memilih untuk
memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi: biaya dan
manfaat (cost and benefit).
 Ukuran dan Karakteristik Populasi
Dalam pemeriksaan atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali
menggunakan sampling audit. Dalam sampilng audit, auditor memilih secara acak sebagian
anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya, semakin besar populasi,
semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor. Karakteristik populasi
berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item individual yang menjadi anggota
populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel atau informasi yang lebih kuat atau
mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. 
3.    Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan
akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Pada umumnya,
kecukupan bukti diukur dengan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Kompetensi
informasi penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Relevansi, bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
 Sumber,bukti audit yang berasal  dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
 Ketepatan waktu,berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh auditor.
 Objektivitas, bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat
subjektif.
4.    Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
      Pertimbangan professional, merupakan salah satu faktor yang menentukan keseragaman
penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.
      Integritas manajemen, auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat keraguan
terhadap integritas manajemen.
      Kepemilkikan publik versus terbatas, auditor memerlukan tingkat keyakinan yang
lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik dibandingkan
dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh dikalangan
terbatas.
      Kondisi keuangan, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan
auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan sekalipun jika perusahaan yang
telah diaudit mengalami kesulitan keuangan ataupun kebangkrutan.
D. TIPE BUKTI AUDIT
a. Tipe Data Akuntansi
Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa
klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan
usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan
informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
  Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai
pengolahan transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

b. Tipe Informasi Penguat


 Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan
aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk
mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu
usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut.
 Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka
atau symbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
o Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung
kepada auditor.
o Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
o Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
   Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
o Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
o Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
o Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif
depressiasi yang digunakan oleh klien.
o Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang
beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
  Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara lisan
dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan
tersebut merupakan tipe bukti lisan.
   Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
   Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan
oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien.
E. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi :
1. Inspeksi, merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik
tertentu.
2. Pengamatan (observation), merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk
melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Permintaan keterangan (enquiry), merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan
meminta keterangan secara lisan.
4. Konfirmasi (Confirmation), merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
5. Penelusuran (tracing), dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan
penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali di dalam
dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching), prosedur ini meliputi :

 Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data


keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
 Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
7. Perhitungan (Counting), prosedur audit ini meliputi :
a. Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau persediaan ditangan.
b. Pertanggung jawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
8. Scanning, merupakan penelaahan secara cepat tehadap dokumen, catatan, dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih
mendalam.
9 Pelasanaan ulang (reforming), merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh
klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah
dilakukan oleh klien.
10 .Computer-assisted audit techniques, bilamana catatan akuntansi klien digunakan dalam
media elektronik auditor perlu menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam
menggunakan berbagai prosedur audit.
F. SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RESIKO BESAR
Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan penyajian dalam akun dan dalam laporan
keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa.
1. Pengendalian Intern yang lemah
2. Kondisi keuangan yang tidak sehat
3. Manajemen yang tidak dapat dipercaya
4. Pengantian auditor
5. Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba
6. Usaha yang bersifat spekulatif
7. Transaksi perusahaan yang kompleks
G. KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN
DENGAN BUKTI AUDIT

Dalam proses pengumpulan bukti, auditor melakukan empat pengambilan keputusan


yang saling berkaitan, yaitu :
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi
4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit ters
BAB 4
KERTAS KERJA

A. KONSEP KERTAS KERJA


1. Definisi Kertas Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragrap 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut:
“kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.”

2. Isi Kertas Kerja


Kertas Kerja biasanya berisi dokumentasi yang memperlihatkan:

a.Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah


direncanakan dan disupervisi dengan baik.

b. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

c. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh,
prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.

3. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:

a. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.


Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.

b. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.


Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika
di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau
pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.

c. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.


Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang
dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Pengkordinasian dan
pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas
kerja.

d. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.


Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode
akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien.

B. KEPEMILIKAN KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI DALAM


KERTAS KERJA

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragrap 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik
kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas
kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur
dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk meghindarkan
penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.

Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur
bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja
dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika
301 berbunyi sebagai berikut: Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH AUDITOR DALAM


PEMBUATAN KERTAS KERJA YANG BAIK

Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan


tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang
mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada yang harus
diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:

1.Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti: Berisi semua informasi yang pokok, tidak
memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
2. Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas
dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan
tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang
tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data
4. Jelas. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian
informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi. Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam me-
review hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi dari
kertas kerja tersebut.

D. TIPE KERTAS KERJA

Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor
dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.

2. Working Trial Balance


Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar
pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk
adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah
koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial
statements).

3. Ringkasan Jurnal Adjusment


Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan
keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor
membuat draft jurnal adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien.

4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini
digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis.

5. Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam
laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang
menguatkan informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya

E. PEMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA AUDIT

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai
berikut :

1. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.

2. Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :


a. Indeks silang dari skedul utama.
b. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c. Indeks silang antarskedul pendukung.
d. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
e. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas
kerja.
3. Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi
indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

F. METODE PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA AUDIT

Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :

1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka,
sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul
utama yang berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode
huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

G. SUSUNAN KERTAS KERJA

Tujuan disusun secara sismatik dan dalam urutan logis adalah untuk memudahkan review
atas kertas kerja yang dihasilkan oleh asistant atau staff auditor. Urutannya sebagai berikut :

1. Draft Laporan Audit (Audit Report)


2. Laporan Keuangan Auditan
3. Ringkasan Informasi bagi reviewer
4. Program Audit
5. Laporan Keuangan/Lembar Kerja (Work sheet) yang dibuat clien
6. Ringkasan Jurnal Adjustment
7. Working Trial Balance
8. Skedul Utama
9. Skedul Pendukung
BAB 5
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

TAHAP-TAHAT AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN


Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini :
1. Penerimaan perikatan audit
2. Perencanaan audit
3. Pelaksanaan pengujian audit
4. Pelaporan audit
A. PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu
ikatan perjanjian dengan auditor.
Tahap-tahap penerimaan perikatan audit
1. Mengevaluasi Integritas Manajemen
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen
adalah :
 Melakukan komunikasi dengan auditor terdahulu
 Meminta keterangan pada pihak ketiga
 Melakukan review terhadap pengalaman auditor dimasa lalu dalam berhubungan dengan
klien yang bersangkutan
2. Mengidentifikasi Keadaan Khusus Dari Risiko Luar Biasa
Berbagai fator yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko
luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien
dapat diketahui dengan cara : mengidentifikasi pemakaian laporan audit dan, mendapatkan
informasi tentang stabilitas keuangan dan legal dimasa depan.
3. Menentukan Kompetensi Untuk Melaksanakan Audit
Mengidentifikasi tim audit. Tim audit terdiri dari: seorang patner yang akan
bertanggungjawab terhadap penyelesaian keseluruhan perikatan audit, satu atau lebih manajer
yang akan mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan program audit, staff asisten, yang
melaksanakan berbagai prosedur audit yang diperlukan dalam pelaksanaan program audit.
4. Menilai Independensi
Sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap
professional yang menjadi anggota tim  auditnya diragukan.
5. Menentukan Kemampuan Untuk Menggunakan Kemehiran Profesionalnya Dengan
Kecermatan Dan Keseksamaan.
Kecermatan dan keseksamaan pengguanaan kemahiran professional auditorditentukan oleh
ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit
 Penentuan waktu pelaksanaan
 Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan
 Pemanfaatan personel klien
 Pemanfaatan hasil pekerjaan audit intern akan berdampak terhadap: prosedur untuk
memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, pengujian pengendalian, pengujian
substantive.
6. Membuat Surat Perikatan Audit
Isi pokok urat perikatan audit
 Tujuan audit atas laporan keuangan
 Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
 Lingkup audit
 Bentuk laporan atau bentuk komuninikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan hasil perikatan
 Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan kecurangan
materi tidak akan terdeteksi
 pengaruh reproduksi laporan keuangan auditan
 kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan
dalam pengendalian intern yang ditemukan auditor dalam auditnya
 akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam
kaitannya dengan audit
 dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan
penagihannya
B. PERENCANAAN AUDIT
Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam menjalankan auditnya:
1. Memahami Bisnis Dan Industri Klien
Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu, ia
perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha seerta kekhususan bisnis klien.
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor
untuk memahami bisnis dan industri klien :
 Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industry
 Dikusi dengan orang dalam entitas
 Diskusi dengan personel dari fungsi audit interndan reviw terhadap laporan auditor intern
2. Melaksanakan Prosedur Analitik
 Konsep prosedur analitik
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang dicatat atau rasio yang dihitung
dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh
auditor.
 Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan analitik
Prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk:
 Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa yang
terjadi sejak tanggal audit terakhir,dan
 Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit.
3. Mempertimbangkan Tingkat Materialitas Awal
Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada tingkat
laporan keuangan dan Tingkat saldo akun.
4. Mempertimbangkan Risiko Bawaan
Pada tahap perencanaan audit auditor harus mempertimbangkan risiko bawaan yaitu suatu
risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun atau aersi tentang saldo akun.
5. Mempertimbangkan Beberapa Factor Yang Berpengaruh Terhadap Aldo Awal, Jika
Perikatan Dengan Klien Berupa Audit Tahun Pertama
Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hail usaha tahun berjalan,
namun juga mencerminkan dampak: Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa
ketahun berikutnya dari tahun-tahun sebelumnya dan Kebijakan akuntansi yang diterapkan
dalam tahun-tahun berikutnya.
6. Mengembangkan Strategi Audit Awalterhadap Asersi Signifikan
Ada dua strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor: Primarily substantive approach dan
Lower assessed level of  control risk approach.
7. Memahami Pengendalian Intern Klien
Salah satu tipe bukti yang di kumpulkan oleh auditor adalah pengandalian intern. Langkah
pertama dalam memehami pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari unsur-unsur
pengendalian intern yang berlaku.
C. PENGUJIAN AUDIT
Dalam audit, auditor melakukan berbagai macampengujian (test),yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi 3 golongan berikut ini:
1. Pengujian Analitik (Analytical Tests)
Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor
untuk memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih
insentif.
2. Pengujian Pengendalian (Tests Of Control)
Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai :
Frekwensi pelaksanaan efektivitas pengendalian  yang ditetapkan, Mutu pelaksanaan aktivitas
pengendalian tersebut, Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut
3. Pengujian Substantif (Substantif Tests)
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian
laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan kemungkonan terjadi karena kesalahan:
 Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
 Tidak diterapkannya prinsip akuntasi berterima umum di Indonesia.
 Ketidak konsistensian dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
 Ketidak tepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi
 Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian)
 Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
 Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsure tertentu dalam laporan keuangan
BAB 6
MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, dan STRATEGI AUDIT AWAL
A. KONSEP MATERIALITAS
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

B. PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATAS LAPORAN


KEUANGAN

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah
akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi. Oleh karena itu,
dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai
berikut:

1.Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.

2.Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
3.Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi,
dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan
secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.

C. PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan dengan


hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan kualitatif yang
berkaitan dengan penyebab salah saji.. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan
kualitatif yang dilakukan oleh auditor dalam mempertimbangan materialitas

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :

a) Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.

b) Total aktiva dalam neraca.

c) Total aktiva lancar dalam neraca.

d) Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.


2. Faktor kualitatif, seperti :

a) Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.

b) Kemungkinan terjadinya ketidakberesan.

c) Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang mengharuskan
klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.

d) Adanya gangguan dalam trend laba.

e) Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

D. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi


pertimbangan auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat generalisasi
hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo
akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar
jumlah bukti yang diperlukan. Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun,
semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan.

E. RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko
yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.

F. RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT


SALDO AKUN

Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1.Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.

2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.

3. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)

4. Risiko Audit Individual


G. UNSUR RISIKO AUDIT

1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang terkait.

2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.

3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.

H. PENGGUNAAN INFORMASI RISIKO AUDIT

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor
untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran
penyajian saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif
dalam menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit.

I. HUBUNGAN ANTAR UNSUR RISIKO

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima.

J. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

3.Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini :

a) Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b) Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.

c) Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.

K. STRATEGI AUDIT AWAL

Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).

1. Unsur Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan
empat unsur berikut ini :

a) Tingkat risiko pengendalian intern yang direncanakan.

b) Luasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harus diperoleh.

c) Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.

d) Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
yang cukup rendah.

2. Pendekatan Terutama Substantif

Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit
dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau
tidak mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran
risiko pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum.

3. Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif.
BAB 7
PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN
A. DEFINISI PENGENDALIAN INTERN

SA Seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan
paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris,manajemen, dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini:

 Keandalan pelaporan keuangan


 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
 Efektivitas dan efisiensi operasi
Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini:

1. Pengendalian intern merupakan proses, Artinya suatu rangkaian tindakan yang bersifat
pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan,bukan hanya sebagai tambahan, dari
infrastruktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang, Artinya bukan hanya terdiri dari pedoman
kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personal lain.
3. Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan;pelaporan
keuangan, kepatuhan, dan operasi.

B. TUJUAN PENGENDALIAN INTERN

Seperti telah disebutkan di atas, tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan
keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan.

(1) keandalan informasi keuanagn,

(2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,

(3) efektivitas dan efisiensi operasi.

Oleh karena itu tidak semua tujuan pengendalian intern tersebut relevan dengan audit atas
laporan keuangan, tanggung jawab auditor dalam mematuhi standar pekerjaan lapangan
kedua sebagaimana disajikan di atas, hanya di batasi pada golongan tujuan pertama
keandalan pelaporan keuangan.Oleh karena itu,auditor berkewajiban untuk memahami
pengendalian intern yang ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
C. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN SUATU ENTITAS

Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern sebagai berikut:

1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali, manajemen dan personal lain dapat salah
dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas
rutin karena tidak memadainya informasi,kertebatasan waktu atau tekanan lain.
2. Gangguan. Personal secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena
kelalaian,tidak adanya perhatian atau kelelahan,perubahan yang bersifat sementara dalam
personal atau dalam sistem dan prosedur.
3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan yang dapat
mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk kekayaan entitas dan
tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksi kecurangan oleh pengendalian intern
yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur
yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
manajer,penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern
tidak boleh melebihi manfaat yangdiharapkan dari pengendalian intern tersebut.

D. PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENGENDALIAN INTERN


SUATU ENTITAS

Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern beserta perannya sbb:

1. Manajemen. Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan secara


efektif pengendalian intern organisasinya.

2. Dewan komisaris dan komite audit. Bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggaran
pengendalian intern.

3. Auditor intern. Bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau
tidaknya pengendalian intern entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya.

4. Personal lain entitas. Peran dan tanggung jawab semua personal lain yang menyediakan
informasi atau menngunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian intern harus
ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.

5. Auditor independen. Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan,
auditor dpat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya,sehingga ia dapat
mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen,komite audit,atau dewan
komisaris.

6. Pihak luar lain. Bertanggung jawab atas pengendalian intern entitas adalah badan
pengatur, seperti Bank Indonesia dan Bapepam.
E. KOMPONEN PENGENDALIAN INTERN

Laporan COSO, mengidentifikasi lima komponen pengendalian intern yang saling


berhubungan, yaitu :

• Lingkungan pengendalian menetapkan suasana suatu organisasi, yang mempengaruhi


kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya .
• Penafsiran resiko merupakan pengidentifikasin dan analisis entitas mengenai resiko yang
relevan.
• Informasi dan komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu
melaksanakan tanggung jawabnya.
• Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.
• Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada
suatu waktu.

F. PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DAN PENGUJIAN


PENGENDALIAN

a) Mengapa Auditor Perlu Memperoleh Pemahaman tentang Pengendalian Intern


Kliennya?
Secara umum,auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern kliennya
untuk perencanaan auditnya.Secara khusus,pemahaman auditor tentang pengendalian intern
yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan berikut ini:

• Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan.


• Salah saji material yang potensial dapat terjadi.
• Risiko deteksi.
• Perancangan pengujian substantif.

b) Pemahaman atas Pengendalian Intern


Dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian intern,auditor menggunakan 3 macam
prosedur audit berikut:
• Mewawancarai karyawan perusahaan yang berkaitan dengan unsur pengendalian.
• Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan.
• Melakukan pengamatan atas kegiatan perusahaan
c) Pemahaman atas Lingkungan Pengendalian

Informasi tentang lingkungan pengendalian umumnya dikumpulkan oleh auditor


dengan cara: permintaan keterangan dari manajer yang bertanggung jawab atas unsur
pengendalian intern,inspeksi dokumen dan catatan,dan pengamatan atas kegiatan perusahaan.

d) Pemahaman atas penaksiran Risiko

Auditor harus mengumpulkan informasi tentang bagaimana manajemen


mengidentifikasi risiko yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan secara wajar dan
kepedulian manajemen terhadap risiko tersebut,serta bagaimana manajemen merancang
aktivitas pengendalian untuk mengatasi risiko tersebut.

e) Pemahaman atas Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi entitas sangat menentukan risiko salah saji dalam laporan
keuangan.Sistem akuntansi yang didesain dengan baik dan diimplementasikan denagn baik
akan menghasilkan informasi yang andal.

f) Pemahaman atas Aktivitas Pengendalian

Informasi tentang aktivitas pengendalian umumya diperoleh auditor bersamaan


dengan pengumpulan informasi mengenai lingkungan pengendalian dan aktivitas
pengendalian.

g) Pemahaman atas Pemantauan

Auditor harus memahami jenis aktivitas yang digunakan oleh klien untuk memantau
efektivitas pengendalian intern untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal.

G. PENGUJIAN PENGENDALIAN

1. Pengujian Adanya Kepatuhan

Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang dikumpulkan oleh auditor
benar-benar ada,auditor melakukan dua macam pengujian:

a. Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu

b. Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.

2. Pengujian Tingkat Kepatuhan

Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalain intern,auditor tidak hanya


berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian intern,namun auditor juga
berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian intern.
H. DOKUMENTASI INFORMASI TENTANG PENGENDALIAN INTERN YANG
BERLAKU

Ada tiga cara yang biasanya digunakan oleh auditor untuk mendokumentasikan informasi
mengenai pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan:

1. Kuesioner pengendalian intern baku


Kuesioner merupakan cara yang banyak dipakai oleh auditor dalam mendokumentasikan
informasi pengendalian intern kliennya.

2. Uraian tertulis
Ini biasanya berisi identitas karyawan yang melaksanakan suatu fungsi dan uraian terinci cara
pelaksanaan fungsinya.Penggunaan uraian tertulis hanya praktis diterpkan pada audit atas
laporan keuangan perusahhan yang kecil saja.

3. Bagan alir sistem


Cara ini suatu sistem yang digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu.Simbol-simbol yang dapat digunakan oleh auditor untuk membuat deskripsi
pengendalian intern kliennya.

I. SUMBER INFORMASI UNTUK MEMPEROLEH GAMBARAN PENGENDALIAN


INTERN YANG BERLAKU

Sumber informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan audit terhadap
pengendalian intern kliennya adalah:

• Bagan organisasi dan deskripsi jabatan

• Buku pedoman akun

• Buku pedoman sistem akuntansi

• Permintaan Keterangan kepada karyawan inti

• Permintaan keterangan kepada karyawan pelaksana

• Laporan,kertas kerja,dan program audit auditor intern

• Pemeriksaan terhadap catatan akuntansi,dokumen,perlatan mekanis,dan media lain yang


digunakan untuk mencatat transaksi

• Laporan mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan laporan auditor tahun
sebelumnya yang telah diterbitkan.
J. HASIL PEMAHAMAN TERHADAP PENGENDALIAN INTERN

Hasil pemahaman auditor atas pengendalian intern dicantumkan dalam suatu kertas
kerja,yang berisi kelemahan dan kekuatan pengendalian intern klien,pengaruh kelemahan dan
kekuatan pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan dilaksanakan
dan rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki bagian-bagian yang lemah
dalam pengendalian intern.

K. AUDIT INTERN (INTERNAL AUDITING)

Untuk mencapai tujuan tersebut auditor intern melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:

a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dan mendorong


penggunaan pengendalian intern yang efektif dengan biaya yang minimum.

b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak di patuhi

c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan


dilindungi dari segala macam kerugian.

d. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam perusahaan.

e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan.


BAB 8
PENAKSIRAN RISIKO DAN DESAIN PENGUJIAN

A. PENAKSIRAN RISIKO PENGENDALIAN


Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau
pendeteksian salah saji material di dalam laporan keuangan. Adapun tahap tahapnya sebagai
berikut:
1. Pertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas struktur
pengendalian intern.
2. Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas.
3. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi
salah saji.
4. Lakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk
menentukan efektivitas desain dan operasi struktur pengenalian intern.
5. Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko pengendalian.

B. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektivitas desain dan operasi pengendalian intern. Pengujian pengendalian oleh auditor
berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur telah didesain secara memadahi untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan.
Pengujian pengendalian dapat diterapkan dalam kedua strategi audit, yaitu:
1. Pengujian Pengendalian Bersama
Pengujian pengendalian bersama dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya dengan
usaha pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini dilakukan oleh
auditor, baik dalam strategi pendekatan utama substantif maupun dalam pendekatan resiko
pengendalian rendah.
2. Pengujian Pengendalian tambahan atau Pengujian Pengendalian yang Direncanakan
Pengujian pengendalian ini dilaksanakan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan.
Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan
dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit.
C. PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
1. Jenis Pengujian Pengendalian
 Jenis-jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan
pengujian adalah sebagai berikut:
1.Permintaan keterangan
2.Pengamatan
3.Inspeksi
4. Pelaksanaan kembali
2. Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Hal ini berkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagianperiode
akuntansi mana prosedur tersebut berhubungan.pengujian pengendalian inihanya memberikan
bukti efektivitas pengendalian intern dalam periode sejak tanggalawal tahun yang diaudit
sampai tanggal pengujian
3. Lingkup Pengujian Pengendalian
Semakin luas lingkup pengujian pengendalian, akan dikumpulkan bukti lebihbanyak
mengenai efektivitas pengendalian intern. Lingkup pengujian intern secara langsung
dipengaruhi oleh taksiran tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
D. PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN
Program audit adalah daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
E. KERJASAMA DENGAN AUDITOR INTERN DALAM PENGUJIAN
PENGENDALIAN
Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang
memiliki fungsi audit intern, maka auditor independen dapat:
1. Melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern
2. Menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langung dalam audit
F. PENGUJIAN DENGAN TUJUAN GANDA
Mayoritas dalam audit, pengujian pengendalian tambahan dilaksanakn olehauditor
terutama dalam pekerjaan interim, sedangkan pengujian substantif dilaksanakan terutama
pada akhir tahun yang diadit. Tetapi, standar audit yang ditetapkan audit IAI mengijinkan
auditor untuk melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rici dalam periode interim,
untuk mendeteksi kemungkinan kekeliruan moneter dalam akun.

G. PENENTUAN RESIKO DETEKSI


Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada
tahap auditor mendesain pengujian substantif.

Resiko deteksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


risiko audit individual
Risiko deteksi=
risiko bawaan× risiko pengendalian
Hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang direncanakan dan tingkat pengujian
substantif yang direncanakan secara ringkas digambarkan sebagai berikut:
Strategi Audit Awal Risiko deteksi yang Tingkat pengujian
direncanakan substantive yang
direncanakan
Pendekatan terutama Rendah atau sangat Tingkat tinggi
substantive rendah
Pendekatan taksiran Moderat atau tinggi Tingkat rendah
resiko pengendalian
rendah

H. DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi laporan
keuangan signifikan. Desain pengujian substantif mencakup:
1. Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang dilakukan
oleh auditor. Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, auditor harus
menggunakan prosedut audit yang lebih efektif dan biasanya memerlukan biaya yang lebih
tinggi dan sebaliknya.
2. Saat Pengujian
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berdampak terhadap saat pelaksanaan
pengujian substantif. Jika risiko deteksi adalah tinggi, pengujian substantif dapat
dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit.
3. Lingkup Pengujian
Lingkup pengujian substantif menunjukkan jumlah pos atau besarnya sampel yang diuji.
I. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
Kerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah
sebagai berikut ini:
1.Tentukan prosedur awal audit 
Prosedur awal audit awal ditujukan oleh auditor untuk memperoleh keyakinan bahwa
asersi dalam laporan keuangan didukung oleh catatan akuntansi yang andal.
2. Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio. Ratio yang telah dihitung
tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor.
3.Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci
Pengujian ini untuk membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan,
hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, penyajian dan pengungkapan transaksi atau
golongan tertentu.
4.Tentukan pengujian terhadap akun rinci.
Auditor menemukan berbagai prosedur audit untuk membuktikan asersi keberadaan
atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, penyajian dan
pengungkapan akun tertentu.
J. PERBANDINGAN ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian Pengujian Substantif
Pengendalian
Jenis 1. Bersamaan 1. Prosedur analitik
2. Tambahan 2. Pengujian terhadap
transaksi rinci
3. Pengujian terhadap
akun rinci
Tujuan Penentuan efektivitas Penentuan kewajaran
desaindan operasi asersi laporan keuangan
pengendalian intern signifikan
Sifat pengukuran Frekuensi penyimpangan Kekeliruan rupiah dalam
pengujian dari pengendalian intern transaksi dan saldo akun
Prosedur audit yang Permintaan Sama dengan pengujian
dapat diterapkan keterangan,inspeksi, pengendalian ditambah
pelaksanaan kembali, dengan prosedur
dan teknik audit bantuan analitik,perhitungan,
computer konfirmasi,pengusutan,
dan pemeriksaanbukti
Saat pelaksanaan Terutama pada Terutama pada atau
pekerjaan interim mendekati tanggal
neraca
Kompnen risiko audit Resiko pengendalian Resiko deteksi
Standar pekerjaan Kedua Ketiga
lapangan pokok
Diharuskan oleh strandar Tidak Ya
auditing

BAB 9
ATTRIBUTE SAMPLING UNTUK PENGUJIAN
PENGENDALIAN
A. Statistical Sampling Models
Statistical sampling dibagi menjadi dua :
1. Attribute sampling atau disebut pula roportional sampling digunakan untuk menguji
efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian).
2. Variable sampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum
dalam akun (dalam pegnujian substantif).
B. Attribute sampling models
1. Fixed sample size attribute sampling
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan
dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan
persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi.
2. Stop or go sampling
Model pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute
sampling. Model ini dapat men cegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu
banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini
digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi
sangat kecil.
3. Discovery sampling
Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingakt kesalahan yang
diperkirakana dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam model ini audiotr
menginginkan kemungkinkan tertentu untuk menemukan paling tidak satu kesalahan,
jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya lebih besar dari yang diharapkan.
Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk menemukan kecurangnan,
pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern, dan ketidakberesan yang lain.
C. Fixed sample size attribute sampling
Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern
2. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya
3. Penentuan besarnya sampel
4. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi
5. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian
intern
6. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel
D. Stop or go sampling
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan ia akan
terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengna menggunakan model attribute
sampling yang lain, yaitu stop or go sampling. Dalam stop or go sampling, jika auditor tidak
menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang
telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya, prosedur yang harus
ditempuh oleh auditor dalam menggungkana stop or go sampling adalah sebagai berikut :
1. Tentukan desired upper precision limit dan tingakt keandalan
2. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna
menentukan sampel pertama yang harus diambil
3. Buatlah tabel stop or go decision
4. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel
E. Discovery sampling
Umumnya, kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery sampling
adalah :
1. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau
mendekati nol persen
2. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan,
merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau kesalahan yang
serius dalam laporan keuangan.
Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika
tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak
potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan tersebut.
Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah seabgai berikut :
1. Tentukan attribute yang akan diperiksa
2. Tentukan populasi dan bear populasi yang akan diambil sampelnya
3. Tentukan tingkat keandalan
4. Tentukan desired upper precision limit
5. Tentukan besarnya sampel
6. Periksa attribute sample
7. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sample

BAB 10
VARIABEL SAMPLING UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
A. VARIABEL SAMPLING

Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah saldo untuk mengestimasi jumlah rupiah satu saldo akun atau
entitas yang lain. Dalam pengujian substantif auditor dapat menghadapi dua keputusan :
(1) melakukan estimasi suatu jumlah (2) menguji kewajaran suatu jumlah. Variabel
sampling untuk memperkirakan salo akun digunakan oleh auditor dalam kondisi :
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dianggap benar
2. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling
B. VARIABLE SAMPLING UNTUK UJI HIPOTESIS

Baik dengan non statistic mupun dengan cara statistic, pengambilan sample dalam
pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap ini yaitu :
1. Penentuan tujuan pengambilan sampel
a. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk menentukan jumlah saldo akun yan
dianggap benar oleh auditor dengan teknik tertentu
b. Untuk menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah
yang ditaksir dengan jumlah dalam buku secara material
2. Menentukan populasi

Dalam penentuan populasi harus mempertimbangkan tiga kondisi berikut ini :


a. Jika tujuan pengujian substantive diarahkan untuk mendeteksi kelengkapan unsure
yang dicatat maka populasi yang akan diperiksa oleh auditor bukan unsure terkait
b. Saldo debit dan saldo kredit dapat digolongkan secara terpisah untuk tujuan
pengambilan sampel.
c. Wujud fisik suatu populasi mungkin tidak mencakup semua unsur dalam populasi
tersebut.
3. Penentuan sampling unit

Sampling unit adalah unsur – unsur secara individual yang terdapat dalam populasi
yang dapat berupa (1) saldo akun (2) suatu transaksi yang berupa suatu saldo akun(3)
suatu dokumen yang menjadi bukti transaksi.
4. Penentuan Besarnya Sampel

Besarnya kekeliruan sampel, baik dalam metode non statistikcal sampling maupun
statistical sampling ditentukan oleh auditor dengan mempertimbangkan 4 faktor yaitu :
(a) besarnya deviasi standar (b) tingkat resiko yang ditanggung auditor (c) besar
kekeliliruan yang diterima oleh auditor (d) kekeliruan rupiah yang diperkirakan akan
dijumpai dalam populasi.
5. Penentuan metode pemilihhan sampel

Seperti halnya dalam pengujian kepatuhan sampel dalam pengujian substantive harus
dipilih oleh auditor dengan cara sehingga mewakili anggota populasi.
6. Pemeriksaan sampel

Prosedur pemeriksaan sampel yang digunakan untuk memeriksa anggota sampel


adalah sama tidak dipengaruhi oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh
auditor.
7. Evaluasi hasil Sampel

Evaluasi atas hasil pemeriksaan terhadap sampel ditentukan oleh teknik pengambilan
sampel yang digunakan oleh auditor. Jika auditor menggunakan nonstatistical
sampling maka hasil evaluasi pemeriksaan secara kuantitatif dan jika dengan statistical
samping berarti dengan kualitatif.
C. VARIABEL SAMPLING UNTUK ESTIMASI

Pengujian substantive dapat dilakukan diantara 3 pengambilan sampel (1) non


statistical sampling (2) classical statistical sampling (3) probability proportional to size
statistical sampling. Dalam non statistical samping auditor memilih sampel dan
mengevaluasi hasil pemeriksaan berdasarkan pertimbangan pribadinya sehingga hasil
pengujiannya sangat dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan pribadi auditor.
Classical statistical sampling dapat digunakan oleh auditor dalam pengujian jika
populasi yang dihadapi berisi banyak perbedaan antara jumlah yang dicatat dalam buku
dengan jumlah menurut pemeriksaan auditor. Probability proportional to size statistical
sampling digunakan untuk pengujian substantive jika populasi sedikit jumlah
overstatement yang menyngkut nilai rupiah yang kecil auditor dapat menggunakan
classical statistical sampling. Model statistic yang digunakan oleh auditor dalam
memperkirakan suatu jumlah terdiri dari (1) unstratified mean perunit (2) staratified mean
perunit (3) difference estimation (4) ratio estimasi.
BAB 11
AUDIT DALAM LINGKUNGAN SISTEM INFORMASI
KOMPUTER

A. PERKEMBANGAN PEMANFAATAN KOMPUTER DALAM BISNIS


1. Era Pengolahan Data Elektronik
Komputer dalam era ini lebih banyak difokuskan sebagai alat untuk pengolahan data
transaksi untuk menghasilkan laporan keuangan. Pengolahan data dalam jumlah besar
merupakan pemanfaatan utama komputer.

DATA INFORMATION
PROCESSING ERA TECHNOLOGY NETWORK ERA
ERA
Peran utama Pengolahan transaksi Pengolahan informasi
Distribusi pengetahuan
teknologi (Transaction (Information
(Knowledge Distribution)
informasi processing) processing)
Nilai yang
dihasilkan oleh
Data Informasi Pengetahuan (Knowledge)
teknologi
informasi

2. Era Teknologi Informasi


Komputer dikombinasikan dengan telekomunikasi dan peralatan kantor elektronik
digunakan dalam bisnis tidak sekedar untuk mengolah data, namun digunakan untuk
menghasilkan informasi yang dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan. Teknologi
informasi dimanfaatkan lebih jauh, tidak hanya untuk pengolahan data transaksi namun
dimanfaatkan untuk analisis secagai basis untuk pengambilan keputusan.

3. Era Jejaring
Perusahaan-perusahaan membangun jejaring organisasi dalam menghasilkan produk
dan jasa bagi customer. Karena kebutuhan customer sangat kompleks dan karena lingkungan
bisnis yang dihadapi oleh perusahaan sangat komptetitif, perusahaan harus membangun
kemitraan usaha dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan tertentu customer.
B. BEDA AKUNTANSI DENGAN MANUAL SYSTEM DENGAN AKUNTANSI
DENGAN SISTEM INFORMASI KOMPUTER

1. Karakteristik Akuntansi dengan Manual System


Akuntansi yang diselenggarakan dengna manual system memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Sistem informasi akuntansi dengan manual system berfungsi sebagai filter
2. Pemakai informasi akuntansi hanya dapat memanfaatkan informasi akuntansi setelah
fungsi akuntansi menyajikan laporan keuangan kepada pemakai laporan
3. Laporan keuangan yang dihasilkan dengan manual system hanya berdimensi tunggal
4. Dalam manual system, data akuntansi dicatat dalam buku besar dan buku pembantu
dan buku catatan ini dijaga dengan ketat disatu tempat, biasanya dibawah penjagaan
fungsi akuntansi.
5. Manual sysrem meningggalkan jejak audit yang mudah diperiksa kembali
6. Dalam manual system, proses pengolahan data akuntansi banyak melibatkan manusia
7. Dalam manual system, pengendalian terhadap personel dilaksanakan melalui
permberlakuan banyak aturan dan penggunaan jejang organisasi
2. Karakterisik akuntansi dengan sistem informasi akuntansi
Akuntansi yang diselenggarakan dengan sistem informasi komputer memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Akuntansi dengan sistem informasi komputer menghasilkan buku besar yang
berfungsi sebagai gudang data
b. Pemakai informasi akuntansi dapat memanfaatkan informasi akuntansi dengan akses
secara langsung ke sharedholder
c. Sistem informasi komputer dapat menghasilkan informasi dan laporan keuangan
multidimensi
d. Dalam sistem informasi komputer, data akuntansi dicatat dalam buku besar dan buku
pembantu yang diselenggarakana secara elektronik dalam bentuk shared database
e. Sistem informasi komputer sangat mengandalkan pada berfungsinya kapabilitas
perangkar keras dan perangkat lunak
f. Jejak audit dalam sistem informasi komputer menjadi tidak terlihat
g. Sistem informasi komputer mengurangi keterlibatan manusia
h. Sistem informasi komputer mengubah kekeliruan yang bersifat acak ke keliruan yang
bersistem
i. Sistem informasi komputer rentan terhadap akses tanpa izin
j. Sistem informasi komputer menimbulkan resiko kehilangan data
k. Sistem informasi komputer menuntut pengintegrasian fungsi
l. Sistem informasi komputer menghilangkan sistem otorisasi tradisional
m. Sistem informasi komputer menuntut pekerja pengetahuan untuk menjalankannya
C. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PEKERJAAN, TIPE
PEKERJA, ORGANSIASI, DAN CARA PENGELOLAAN ORGANISASI
Pemanfaatan teknologi informasi mengakibatkan pergeseran jenis pekerjaan dari
pekerjaan yang lebih mengandalkan pada tenaga kerja atau otot ke pekerjaan yang menuntut
pengetahuan atau pekerjaan otak. Teknologi komputer dan telekomunikasi hanya akan
produktif ditangan pekerja yang mengandalkan pada pengetahuan, sehingga dimasa depan,
pekerja yang akan dominan dalam perusahaan adalah pekerja pengetahuan- pekerja yang
menggunakan pengetahuannya dalam menghasilkan produk dan jasa bagi customer.

D. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN BISNIS


Zaman teknologi informasi menjadikan lingkungan bisnis sangat kompetitif. Dalam
lingkungan seperti itu, perusahaan yang berhasil dalam bisnis adalah perusahaan yang
mampu menyediakan produk dan jasa unggul bagi customer melalui kompetisi intinya. Tanpa
kemampuan untuk menghasilkan produk dan jasa unggul bagi costumer, produk dan jasa
perusahaan tidak akan dipilih oleh costumer, dan tanpa kompetisi inti, perusahaan akan
mudah sekali dikalahkan dalam persaingan. Berikut ini di uraikan perkembangan pendekatan
dalam pembangunan hubungan bisnis :

1. Pendekatan Keluarga
Pendekatan keluarga dalam mengembangkan hubungan bisnis memiliki segi positif.
Pendekatan keluarga dilandasi oleh kepercayaan, dan hubungan bisnis sangat memerlukan
dasar tersebut agar transaksi bisnis dapat berjalan secara lancer dan efektif.

2. Pendekatan Bisnis
Pendekatan bisnis digunakan sebagai dasar pembangungan hubungan bisnis antara
perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnisnya dan antara manajer dengan karyawan, dan
antarfungsi dalam perusahaan.
3. Kemitraan usaha untuk mendobrak mitos tentang hubungan bisnis
Pendekatan kemitraan usaha menitikberatkan pada trust building dan core
competency di dalam membangun hubungan kemitraan, baik di dalam organisasi perusahaan
(antara manajer dengan karyawan dan antarfungsi dalam organisasi) maupun di antara
perusahaan dengan para pemasok dan mitra bisnisnya.

E. TIPE KONFIGURASI SISTEM INFORMASI KOMPUTER


Dalam perikatan audit, auditor kemungkinan akan menjumpai satu dari tiga tipe lingkungan
sistem informasi komputer audit berikut ini :

1. Lingkungan sistem informasi komputer - Stand-alone micro computer


Komputer mikro dikenala dengan nama komputer pribadi, umumnya digunakan oleh
perusahan kecil sebagai stand alone workstation yang dioperasikan oleh satu atau beberapa
pemakai pada waktu yang berbeda. Karakteristik komputer mikro : Relatif murah, mudah
dipindahkan dan segera dapat dioperasikan begitu dipasang.

Pengendalian intern dalam lingkungan komputer mikro


a. Oleh karena karakteristik fisiknya, komputer mikro mudah dicuri, mudah mengalami
kerusakan fisik, dan mudah diakses atau digunakan tanpa izin
b. Program dan data yang digunakan dalam komputer mikro dapat disimpan dalam media
penyimpanan yang dapat diambil atau media penyimpanan yang tidak dapat diambil
c. Integritas data dapat ditingkatkan dengan memasukkan prosedur pengendalian intern
seperti penggunaan format check, range check dan cross check terhadap hasil
d. Back-up adalah rencana yang dibuar oleh entitas untuk melakukan akses ke perangkat
keras, perangkat lunak, dan data yang setara dalam hal terjadi kegagalan, kehilangan
e. Bilamana komputer mikro dapat diakses oleh banyak pemakai, terdapat risiko bahwa
program dan data dapat diubah tanpa ijin
f. Tingkat kecermatan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan oleh komputer
mikro akan tergantung pada pengendalian intern yang ditetapkan oleh manajemen dan
digunakan oleh pemakai, begitu pula dengan pengendalian yang dimasukkan dalam
program aplikasi
Dampak lingkungan komputer mikro terhadap prosedur audit
Setelah memperoleh pemahaman atas lingkungan pengendalian dan arus transaksi,
auditor tidak perlu melakukan review terhadap pengendalian umum sistem informasi
komputer atau pengendalian aplikasi sistem informasi komputer, namun lebih memusatkan
usaha audit ke pengujian substantif pada atau mendekati akhir tahun. Dengan demikian
prosedur audit yang digunakan oleh auditor lebih berfokus kepada: Pemeriksaan fisik dan
konfirmasi aktiva, Pengujian rinci, Ukuran sampel yang lebih besar, dan Penggunaan lebih
banyak teknik audit berbantuan komputer (jika diperlukan).

2. Lingkungan sistem informasi komputer – On line computer system


Sistem komputer online adalah sistem komputer yang memungkinkan pemakai
melakukan akses ke data dan programs ecara langsung melalui peralatan terminal. Dengan
sistem online pemakai dapat melaksanakan berbagai fungsi secara langsung. Fungsi-fungsi
tersebut mencakup: melakukan entri transaksi, melakukan permintaan keterangan, meminta
laporan, melakukan updating terhadap master file.

Tipe system computer On-line


System computer online digolongkan sebagai berikut :
a. On-line/real time processing
b. On-line/batch processing
c. On-line/memo update (pengolahan selanjutnya)
d. On-line/inquiry
e. On-line downloading/uploading processing
Karakteristik online system

a. Entri data dan validasi secara online


b. Akses secara online ke dalam sistem oleh pemakai
c. Kemungkinan tidak adanya jejak transaksi
d. Adanya kemungkinan akses pemrograman ke dalam sistem

Pengendalian intern dalam sistem komputer online


1. Pengendalian umum
Pengendalian sistem informasi komputer umum tertentu sangat penting dalam pengolahan
online system. Pengendalian ini mencakup:
a. Pengendalian akses prosedur yang didesain untuk membatasi akses ke dalam program
dan data
b. Pengendalian terhadap apssword-prosedur untuk pemberian dan pemeliharaan
password untuk memebatasi akses hanya kepada pemakai yang sah
c. Pengendalian atas pengembangan dan emeliharaan sistem prosedur tambahan untuk
menjamin bahwa pengendalian yang sangat penting terhadap aplikasi online, seperti
password, pengendalian akses, validasi dan prosedur pemulihan dara secara online
d. Pengendalian pemograman –prosedur yang didesai untuk mencegah atau mendeteksi
perubahan yang tidak semestinya terhadap program komputer yang diakses melalui
peralatan terimal online
e. Transaction log- laporan yang didesain untuk membuat jejak audit untuk setiap
transaski online
2. Pengendalian aplikasi

a. Otorisasi sebelum pengolahan


b. Pengeditan melalui terminal
c. Prosedur pisah batas
d. Pengendalian file
e. Pengendalian master file

Dampak sistem komputer online terhadap prosedur audit


Dalam menghadapi sistem komputer online, auditor dapat melakukan review terhadap
aplikasi akuntansi secara online sebelum suatu aplikasi diimplementasikan, bukan review
terhadap aplikasi setelah sistem komputer online tersebut dipasang, review sebelum
implementasi dapat memberikan kesempatan bagi auditor untuk meminta fungsi tambahan,
seperti pembuatan daftar rincian transaksi rinci atau pengendalian di dalam desain aplikasi.
Hal ini juga memberikan waktu yang cukup bagi auditor untuk mengembangkan prosedur
pengujian jauh sebelum prosedur tersebut digunakan.

Anda mungkin juga menyukai