Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini bersifat empiris, artinya pembahasannya

berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di lokasi obyek penelitian,

yaitu: Polda DIY Jalan Padjajaran Condongcatur, Depok, Sleman Daerah

Istimewa Yogyakarta.

A. Peranan Tes DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) Sebagai Alat Bukti Pada

Tingkat Penyidikan Dalam Menentukan Tersangka Pada Perkara

Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak ( Studi Kasus Laporan Polisi

Nomor : LP / B / 0472 / VI / 2021 / SPKT / POLDA D.I.Yogyakarta,

Tanggal 15 Juni 2021)

Dalam penanganan atau pengungkapan suatu tindak pidana, proses

penyidikan merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam suatu

Sistem Peradilan Pidana dalam menciptakan tujuan untuk menegakan hukum,

terhadap suatu tindak pidana yang diawali melalui proses penyidikan, maka

dalam adanya proses ini akan dapat menentukan suatu peristiwa yang diduga

merupakan tindakan kejahatan atau tindakan yang melanggar hukum dan

dapat menentukan siapa tersangka dalam tindak pidana yang terjadi untuk

selanjutnya dapat dituntut dan di adili berdasarkan hukum yang berlaku dan

diberikan hukuman atau sanksi pidana sesuai dengan apa yang ia perbuat.

Terhadap proses Penyidikan Tindak Pidana Pencabulan Anak yang

dilakukan di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, penulis berhasil

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tugas-tugas dan wewenang

74
75

kepolisian dalam rangka mewujudkan suatu keadilan dan penegakan hukum.

Dapat ditinjau dari aspek fungsional yang dilakukan oleh Unit Perempuan

dan Anak (UPPA) ini menganut kepada atau berlandaskan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang

berkaitan dengan tindak pidana pencabulan terhadap anak terdapat pada Pasal

76D dan 76E yang menyatakan :

Pasal 76D

“Setiap orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman kekerasan


memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”
Pasal 76E

“Setiap orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,


memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan,
atau membujuk Anak melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul.”
Proses awal yang dilakukan oleh penyidik dalam pengungkapan

tindak pidana terhadap bentuk pencabulan anak di bawah umur melakukan

tindakan penyidikan, penindakan, pemeriksaan, dan penyelesaian serta

penyerahan berkas perkara. Dalam proses penyidikan ini ditetapkan

berdasarkan Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

tentu Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak harus melaksanakan

tugas, fungsi dan status sebagai seorang penyidik yang menganut kepada

KUHAP.

Analisis Pembahasan dari penelitian tentang kasus Tindak Pidana

Asusila Dalam Bentuk Pencabulan Pada Anak ini yaitu berdasarkan hasil

yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian yang di lakukan di Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pencabulan Anak

di bawah umur di Wilayah Hukum Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika


76

di tinjau dari pelaksanaannya terkait dengan tugas pokok kepolisian yaitu

merupakan pelaksana penegakan hukum dalam mengatasi dan menyelesaikan

suatu permasalahan tindak pidana atau Standar Operasional dalam kepolisian

itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014

Tentang Perlindungan anak.

Dalam adanya suatu pembuktian terhadap penyelesaian penyidikan

Tindak Pidana Pencabulan ini, bahwa prosesnya mengacu pada Perkap dan

pelaksanaannya terdapat pada Undang-Undang No 12 tahun 2011 Tentang

Perlindungan Anak. Unit PPA Polda Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan

proses penyidikan terhadap kasus pencabulan pada anak di bawah umur

sesuai dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh Kapolri yaitu Peraturan

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 10 tahun 2007 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Di

Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anatra lain Unit PPA

Polda Daerah Istimewa Yogyakarta banyak melakukan beberapa prosedur

diantaranya :

1. Interview terhadap orang-orang yang bersangkutan

2. Melihat langsung Tempat Kejadian Perkara (TKP)

3. Mencari Barang Bukti

4. Menindak lanjuti perkara apabila diketahui adanya suatu tindak

pidana dalam proses gelar perkara

5. Melakukan penyidikan, dan

6. Melakukan Administrasi Penyidikan.

Pelaksananan penyidikan dilakukan dengan melibakan beberapa

lembaga dan instansi lainnya dalam berkoordinasi diantaranya :


77

1. Dinas Sosial

2. Dinas Pendidikan

3. Dinas Kesehatan

4. P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

Anak)

5. Psikolog

Hasil dari wawancara dengan AKBP Budi Suarnano, S.H., M.AP

sebagai Kepala Sub Direktorat IV Renakta Kriminal Umum Polda Daerah

Istimewa Yogyakarta mengatakan bahwa pada Petugas Penyidik dan dalam

proses penyidikannya untuk menyelesaikan masalah tindak pidana Kekerasan

Asusila dalam Bentuk pencabulan anak di bawah umur adalah sebagai berikut :

Proses penyidikan mengacu pada perkap, dimana penyidik melakukan


penyidikan yang dimulai dari adanya Laporan Polisi, meminta
keterangan dari pelapor, dan dilakaukannya penyidikan seperti
wawancara (Interview yang lebih banyak dilakukan) hal ini dilakukan
terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. Setelah itu penyidikan
dilanjutkan ke tahap Olah TKP, Barang Bukti, Gelar Perkara,
Memperlengkap administrasi, upaya Paksa, setelah semua terpenuhi
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur penyidikan (SOP) baru
kasus tersebut naik ke pengadilan.43
Adapun tahapan penyidik melakukan tindakan dalam pengungkapan

atau pembuktian terhadap penyelesaian proses Penyidikan Kasus Pencabulan

dalam bentuk pencabulan pada anak di bawah Umur meliputi beberapa aspek

tindakan antara lain :

1. Penyidikan

Dalam proses Penyidikan Tindak Pidana Kejahatan Asusila

dalam Bentuk Pencabulan Pada Anak di Bawah Umur, penyidik yang

di beri wewenang untuk melakukan proses penyidikan diawali dengan

43
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Suarnano S.H.M.AP Penyidik Polda D.I.Yogyakarta di Kantor Polda DIY Jalan
Padjajaran Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 20 Juni 2022.
78

adanya SPDP (Surat Perintah Dimulainya Penyidikan) Pengertian dari

penyidikan itu sendiri merupakan tindakan yang dilakukan penyidik

Pengertian dari penyidikan itu sendiri merupakan tindakan yang

dilakukan penyidik dalam rangka mencari keterangan-keterangan atau alat

bukti pada suatu peristiwa tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik

atau pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mempunyai

tugas dan wewenang dalam hal itu.

Penyidikan ini dilakukan berdasarkan adanya pengaduan dan

Laporan Polisi. Berdasarkan hasil wawancara dengan AKBP Budi

Suarnano, Kepala Sub Direktorat IV Renakta Kriminal Umum Polda

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Penyidikan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam


mencari suatu pembuktian bahwa perkara tersebut yang terjadi
merupakan tindak pidana atau bukan, dan yang menjadi sasaran dari
penyidikan ini adalah orang, barang dan tempat. Tujuan lain yaitu
untuk memperjelas suatu perkara agar dapat di proses sebagai
mestinya.

Dalam proses penyidikan tersebut, menjadi tolak ukur sebagai

seorang penyidik agar dituntut mampu dan menguasai segala macam

teknik yang diperlukan secara menyeluruh dan mampu bekerja dengan

baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari

hasil penyidikan tersebut, agar dapat diolah maka dapat dituangkan

kedalam suatu tulisan atau berbentuk laporan sesuai dengan fakta yang

telah terjadi.

Pada saat proses penyidikan itu berlangsung penyidik dapat

menyesuaikan antara tindak pidana yang terjadi dengan pasal yang harus

dikenakan dengan tidak melenceng dan tetap memperhatikan poin-poin


79

penting, tujuannya adalah untuk proses penyidikan tersebut dapat

dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Selain itu, dapat pula diadakan

koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dan tentu dapat diadakannya

pertimbangan-pertimbangan terhadap apa yang telah di sepakati namun

tidak keluar dari peraturan-peraturan yang telah dibuat.

2. Penangkapan

Penangkapan pelaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh

penyidik atau Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia Yang diberi

tugas dan wewenang dalam menangkap pelaku tindak pidana seperti

menangkap pelaku tindak pidana Asusila dalam bentuk Pencabulan Anak

di bawah umur. Penangkapan itu sendiri diatur dalam pasal 1 Ayat 20

KUHAP yang menyatakan :

Pasal 1 Ayat 20 KUHAP

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan


sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat
cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau
peradilan dalam hal serta menuntut cara yang diatur dalam undang-
undang ini.

Adapun wewenang terhadap penangkapan atau penahanan seseorang

yang diduga melakukan tindak pidana pencabulan mengikuti ketentuan-

ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP). Tujuan dari pada penangkapan ini adalah untuk kepentingan

penyidikan, namun dalam penangkapan tersebut seorang penyidik yang

bertugas harus memperhatikan prosedur pelaksanaannya yang sesuai

dengan ketetapan seperti menangkap seseorang dengan manusiawi tanpa

adanya suatu penindasan, kekerasan dan harus memperhatikan kebutuhan

seorang yang ditangkap sesuai dengan batasan umurnya.


80

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan AKBP Budi

Suarnano, Kepala Sub Direktorat IV Renakta Kriminal Umum Polda

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Pelaksanaan penangkapan pelaku tindak pidana dilakukan


berdasarkan dari hasil penyidikan yang dilakukan oleh penyidik
dilapangan, namun juga dalam penangkapan harus diperhatikan
suatu peraturan atau prosedurnya yang sesuai dengan sebagaimana
mestinya. kita tidak boleh menangkap seseorang tanpa adanya suatu
kejelasan bahwa orang tersebut memang benar bersalah dan harus
diperhatikan hak-haknya.44
Terhadap wewenang penangkapan pelaku tindak pidana ini pun

harus diperhatikan asas-asas dalam hukum pidana, antara lain asas yang

bersangkutan dengan hukum pidana terhadap penangkapan pelaku tindak

pidana adalah Asas Presumsion Of Innocence (Asas Praduga Tidak

Bersalah). Jadi jika seseorang dirasa tidak bersalah berdasarkan dari hasil

penyidikan yang tidak ditemukannya bukti yang sah maka seseorang

tersebut berhak untuk di bebaskan.

Mekanisme penangkapan itu sendiri sesuai dengan Standar

Operasional Proseder (SOP) yang dilakukan berdasarkan pasal 184

KUHAP. Apabila pada saat dilakukannya penagkapan harus berdasarkan

alat bukti yang cukup maka seseorang yang telah diduga sebagai Pelaku

tindak pidana tesebut dapat dilakukan penangkapan dan penahanan

namun sesuai dengan prosedur yakni untuk penangkapan tindak pidana

seseorang dapat ditangkap selama 1x24 jam.

Adapun mekanisme penangkapan pelaku yang pertama dilakukan

adalah :

1. Mencari pelaku

44
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Suarnano S.H.M.AP Penyidik Polda D.I.Yogyakarta di Kantor Polda DIY Jalan
Padjajaran Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 20 Juni 2022.
81

2. Mencari keterangan-keterangan dari masyarakat

3. Mengecek atau melacak keberadaan pelaku

4. Cek Pos

Tujuan dari diadakannya penangkapan ini adalah unuk

memperlancar proses penyidikan terhadap suatu kasus agar kasus

tersebut dapat terselesaikan dengan diadakannya proses meminta

keterangan pelaku. Untuk menegakan hukum, untuk menciptakan

keadilan, membuat efek jera bagi pelaku, dan mengurangi angka

kejahatan.

Terkait dengan kasus Pencabulan pada Anak di bawah umur

pelaku kejahatan memang tidak memandang usia ataupun status sosial

seseorang.

Hal ini sesuai dengan informasi yang di dapatkan berdasarkan

hasil wawancara dengan AKBP Budi Suarnano, Kepala Sub Direktorat

IV Renakta Kriminal Umum Polda Daerah Istimewa Yogyakarta adalah

sebagai berikut :

“bahwa pada tindakan asusila dalam bentuk pencabulan, maupun

perbuatan-perbuatan seksual dan perbuatan lain yang dianggap

melanggar hukum, para pelaku ini usianya tentatif ada yang dari

kalangan orang tua, dewasa remaja bahkan sampai anak di bawah umur.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa tindak pidana

atau kasus pencabulan ini dapat dikatakan begitu memprihatinkan dan

sudah selayaknya kasus-kasus seperti ini mendapatkan perhatian khusus

dari berbagai pihak terlebih pihak Kepolisian yang mana tugasnya adalah

menegakan hukum.
82

3. Pemeriksaan

Dalam pemeriksaan Tindak Pidana pencabulan anak di bawah umur

yang dilakukan oleh Penyidik dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

(PPA) Polda Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan apa yang seharusnya

menjadi objek dari suatu permasalahan tersebut untuk dapat menjadi suatu

keterangan dalam mengungkap suatu kasus tindak pidana.

Sebagaimana pemeriksaan itu merupakan giat untuk

mendapatkan keterangan-keterangan baik itu dari pelaku, korban dan

saksi-saksi yang terkait dengan kejahatan atau tindak pidana termasuk

dalam tindak pidana asusila dalam bentuk pencabulan anak di bawah

umur. pada umumnya pemeriksaan ini dilakukan oleh penyidik terhadap :

1. Pelapor yang melaporkan suatu tindak pidana untuk dimintai

keterangan terkait dengan apa yang dilaporkan.

2. Korban atau saksi yang melihat, mendengar dan merasakan untuk

dimintai keterangannya.

3. Terhadap pelaku.

Penyidik Polda Daerah Istimewa Yogyakarta pada Unit

Perlindungan Prempuan dan Anak (UPPA) dalam proses pemeriksaan

terhadap korban pencabulan yang mayoritas merupakan anak di bawah

umur, maka dilakukan penyesuaian terhadap korban apabila korban

masih dalam keadaan trauma dan enggan dimintai keterangan seputar

tindak pidana yang terjadi, maka penyidik harus bersedia menunggu

korban tersebut pulih kembali dan setelah itu dapat dilanjutkan ke proses

pemeriksaan lagi. Selain itu, terhadap seorang anak apabila akan

dilakukan pemeriksaan tidak harus selalu dilakukan di Kantor Polisi


83

melainkan bisa di periksa di tempat-tempat tertentu seperti tempat

rehabilitasi yang sudah di sediakan dan pada saat pemeriksaaan korban

tersebut diperbolehkan untuk didampingi oleh pendampingnya seperti

orang tua, keluarga atau yang ditunjuk untuk menjadi pendampingnya.

Namun, terkait dengan pemeriksaan suatu tindak pidana di Polda

Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri belum mempunyai ruangan

khusus untuk memeriksa apabila yang diperiksa adalah anak yang masih

rentan terhadap ganguan psikis yang akan terjadi.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan AKBP Budi

Suarnano, Kepala Sub Direktorat IV Renakta Kriminal Umum Polda

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Di Polda ini sendiri khususnya di

Dit Krim Um Renakta ini belum mempunyai ruangan khusus untuk

pemeriksaan terhadap korban atau saksi yang masih di bawah umur.

Karena keterbatasan dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta

maka dalam hal pemeriksaan apabila terdapat pemeriksaan terhadap

seorang anak di bawah umur dilakukan di ruangan pemeriksaan sama

seperti pemeriksaan terhadap orang dewasa. Namun dampak dari itu

tekadang anak yang diperiksa merasa takut dan enggan memberikan

keteranagan terkait dengan kasus yang sedang ia alami.45

4. Penindakan

Penindakan merupakan suatu upaya paksa yang dilakukan oleh

penyidik dalam proses pembuktian suatu tindak pidana termasuk dalam

Tindak Pidana Asusila Dalam Bentuk Pencabulan Anak di Bawah Umur.

45
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Suarnano S.H.M.AP Penyidik Polda D.I.Yogyakarta di Kantor Polda DIY Jalan
Padjajaran Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 20 Juni 2022.
84

Penindakan itu dapat dilakukan oleh petugas penyidik yang diberi

wewenang khusus untuk dapat menindak suatu perkara baik itu terhadap

pelaku kejahatan dan penindakan terhadap korban atau saksi-saksi dalam

perkara pidana.

Dalam upaya paksa penindakan terhadap pelaku kejahatan asusila

meliputi kegiatan-kegiatan seperti :

1. Pemanggilan

2. Penangkapan pelaku berdasarkan alat bukti yang sah

3. Penahanan pelaku yang sudah terbukti bersalah

4. Penggeledahan barang bukti yang dijadikan sebagai alat untuk

kejahatan

5. Penyitaan terhadap hasil-hasil dari kejahatan

5. Penahanan

Penahanan ini dilakukan oleh seorang penyidik terhadap pelaku

tindak pidana yang sudah terbukti bersalah berdasarkan keputuasn

hakim, proses penahanan itu sendiri mengacu kepada KUHAP dan sesuai

prosedur pada penangkapan itu sendiri.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan AKBP Budi Suarnano,

Kepala Sub Direktorat IV Renakta Kriminal Umum Polda Daerah

Istimewa Yogyakarta, pada hari Jum’at, 08 Juli 2022 adalah penahanan

terhadap pelaku yang dilakukan oleh anggota kepolisian terkait tindak

pidana kejahatan asusila pencabulan terhadap anak dilakukan

berdasarkan ketentuan yang sudah diatur, menyesuaikan dengan tindak

pidana apa yang telah ia perbuat.


85

Berdasarkan wawancara dengan narasumber Briptu Berti

Kurniawati, SE selaku penyidik yang menangani langsung perkara kasus

pencabulan terhadap anak yaitu adanya laporan dari masyarakat yang

dituangkan dalam Laporan Polisi Nomor : LP / B / 0472 / VI / 2021 /

SPKT / POLDA D.I.YOGYAKARTA, tanggal 15 Juni 2021, atas nama

pelapor MAT PONGKOR.

Bahwa benar pada tanggal 25 April 2021 atau setidak-tidaknya

pada suatu hari lainnya pada tahun 2021 bertempat di Kost Exclusive

Izzi, Jl. Tantular No. 316, Cepit Baru, Soropadan, Condongcatur, Depok,

Sleman yang beralamat di Jl. Cindelaras Raya No. 40, Maguwoharjo,

Depok, Sleman, Yogyakarta atau setidak-tidaknya di wilayah hukum

Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta telah terjadi tindak pidana

“Setiap orang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, melakukan

serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan

dengannya atau dengan orang lain” yang dilakukan oleh Tersangka M.

ALIMUHROJI.46

Bahwa terhadap Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun

2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang No. 1 tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang

No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak “Setiap orang dengan

sengaja melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan,

atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan

orang lain” yang dilakukan oleh Tersangka M. ALI MUHROJI terhadap

korban ISMAWATI.

46
Hasil Wawancara dengan Ibu Berti Kurniawati, SE Penyidik Polda D.I.Yogyakarta di Kantor Polda DIY Jalan
Padjajaran Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 20 Juni 2022.
86

Bahwa menurut keterangan Tersangka membenarkan pada awal

tahun 2021 Tersangka berkenalan dengan Korban melalui aplikasi

TANTAN dan berlanjut berkomunikasi melalui chat whatsapp hingga

merasa cocok dan menjalin hubungan dekat atau pacaran. Pada tanggal

lupa di bulan April 2021 sekitar pukul 18.30 wib, Tersangka menjemput

korban ISMAWATI di gang dekat rumahnya, kemudian Tersangka

membawa korban ke Kost Exclusive Izzi, Jl. Cindelaras Raya No. 40,

Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta tempat Tersangka tinggal

dan bekerja sebagai driver dari pemilik Kost tersebut, saat itu Tersangka

memasukkan Korban melalui pintu belakang Kost. Tersangka

menerangkan setelah sampai di Kost Exclusive Izzi, Jl. Cindelaras Raya

No. 40, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Tersangka

membawa Korban ke kamar kostnya dan secara spontanitas melakukan

hubungan seksual dengan korban dengan cara Tersangka memeluk

Korban, mencium Korban dan menidurkan Korban kemudian Tersangka

naik ke atas badan Korban dan melepas celana Korban hingga Tersangka

memasukkan penisnya ke dalam vagina Korban dan hingga Tersangka

mengeluarkan cairan sperma ke dalam vagina Korban. Menurut

keterangan Korban, sebelum melakukan hubungan seksual Tersangka

menjanjikan kepada Korban akan serius menjalani hubungan dan Korban

akan dinikahi, sehingga saat Tersangka mengajak berhubungan Seks,

Korban mau diajak untuk berhubungan seks dengan Tersangka.

Pada tanggal 10 Juni 2021, korban dirawat di RS. LUDIRA

HUSADA TAMA dengan hasil pemeriksaan menyatakan Korban

mengalami infeksi saluran kencing dan positif hamil keterangan tersebut


87

dibenarkan oleh dr. IMAM BUSTAN ERDIANSYAH GAMA

SAPUTRA, selaku dokter yang menangani Korban pada saat itu.

Menurut keterangan Korban, semenjak mengetahui hamil kemudian

Korban memberikan kabar kepada Tersangka namun setelah Tersangka

mengetahui Korban hamil, Tersangka menonaktifkan handphone

miliknya dan kemudian pergi tanpa pamit dari Kost Exclusive Izzi

tempat Ia bekerja dan tinggal, keterangan tersebut dibenarkan oleh

Tersangka dengan alasan Tersangka takut dan kebingungan, kemudian Ia

pergi tanpa pamit dan kembali kerumahnya di Niten Rt. 008/Rw. 004,

Lampar, Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah.

Bahwa sesuai Akta Nikah Nomor : 621/98/XI/2011 pada hari

Rabu tanggal pada tanggal 11 November 2011, menyatakan Tersangka

telah menikah dengan Sdri. SUSI SUSANTI dan mempunyai 2 (dua)

orang anak perempuan bernama CHUSNA MAULIDA umur 9

(sembilan) tahun dan FAYYOLA KHAIRA NADIFA umur 2 (dua)

tahun. Bahwa menurut keterangan Tersangka, saat menjalani hubungan

dekat atau pacaran dengan Korban sejak awal tahun 2021 Tersangka

tidak memberitahu kepada Korban bahwa Ia sudah berkeluarga

(mempunyai Istri dan anak) dengan alasan ingin menutupi status dari

Korban.

Berdasarkan dari keterangan Saksi-Saksi dan atas segala tindakan

Tersangka M. ALI MUHROJI telah memenuhi unsur tindak pidana

“Setiap orang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, melakukan

serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan

dengannya atau dengan orang lain” yang mana bunyi pasal 76D adalah
88

“Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2016 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun

2016 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak.

Berdasarkan analisa kasus diatas penyidik Briptu Berti

Kurniawati, SE langkah-langkah dalam tahap proses penyidikan yaitu

sebagai berikut:

1. Proses Melakukan Pemeriksaan Terhadap Korban Tindak

Pidana Yang Berkaitan Dengan Persetubuhan Dan Pencabulan.

Berdasarkan Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik

yang menangani pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik Polda

Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap korban tindak pidana

persetubuhan dan pencabulan mempunyai tujuan untuk mendapatkan

keterangan atas tindak pidana yang telah menimpa korban yang akan

membantu penyidik di dalam proses pemeriksaan terhadap pelaku

tindak pidana pencabulan. Dalam hal ini akan lebih membuat jelas

atau terang kejadian yang sebenarnya telah terjadi untuk

memudahkan aparat penyidik Polda Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam mengungkap tindak pidana pencabulan tersebut.

2. Proses Pemeriksaan Saksi-Saksi Oleh Polda Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Pemeriksaan saksi bertujuan untuk memberikan keterangan

dalam rangka penyidikan suatu perkara tindak pidana yang ia dengar

sendiri, ia dengar sendiri dan ia lihat sendiri. Keterangan saksi akan

memuat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai bukti


89

bahwa telah memberikan keterangan dalam tindak pidana yang

berkaitan dengan persetubuhan dan pencabulan.

Tata cara pemeriksaan saksi oleh penyidik Polda Daerah

Istimewa Yogyakarta yang berkaitan dengan tindak pidana

persetubuhan dan pencabulan adalah

a. Saksi diperiksa sendiri, tetapi dalam hal tertentu dapat

dipertemukan satu dengan lainnya dalam hal Saksi masih

dibawah umur perlu didampingi oleh pekerja sosial.

b. Saksi diperiksan tanpa tekanan dari siapapun dan dalam bentuk

apapun dan saksi berkewajiban untuk memberikan keterangan

dengan sebenar-benarnya.

c. Keterangan saksi dicatat di dalam Berita Acara Pemriksaan

(BAP) yang di tanda tangani oleh penyidik setelah saksi

menyetujui isinya. Apabila saksi tidak setuju untuk

menandatangani maka penyidik akan mencatat di dalam berita

acara pemeriksaan serta dengan menyebutkan alasan kenapa

saksi tidak mau menandatangani.

Jika penyidik memerlukan adanya keterangan seorang saksi

ahli untuk dimintai keterangan maka ia dapat meminta pendapat dari

seorang ahli yang mempunyai keahlian khusus.

Berdasarkan Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik

yang menangani adapun Saksi-saksi yang telah dilakukan

pemeriksaan dalam kasus Laporan Polisi Nomor : LP / B / 0472 /

VI / 2021 / SPKT / POLDA D.I.YOGYAKARTA, tanggal 15 Juni

2021, atas nama pelapor MAT PONGKOR yaitu :


90

a. MAT PONGKAR (Pelapor)

Saksi menerangkan bahwa awal mula pada tanggal 10

Juni 2021, anak kandungnya ISMAWATI mengalami sakit

mual, muntah dan demam sehingga harus dirawat di RS.

LUDIRA HUSADA TAMA, setekah dilakukan pemeriksaan

diketahui ISMAWATI mengalami infeksi saluran kencing dan

positif hamil. Setelah kejadian tesebut ISMAWATI mengaku

kepadanya bahwa pada tanggal 25 April 2021, Ia dijemput dan

diajak ke Kost Excvlusive Izzi bersama MUHAMMAD ALI

TOPAN Als. M. ALI dan pada saat itu ISMAWATI diajak

untuk berhubungan seks dengan sebelumnya dijanjikan akan

dinikahi.

b. MUHAMMAD SAMSUL ARIFIN (kakak korban)

Saksi menerangkan bahwa saksi dan keluarga tidak

mengenal dengan Tersangka dan membenarkan bahwa pada

tanggal 10 Juni 2021, adik kandungnya yang bernama

ISMAWATI mengalami mual, muntah, dan demam sehingga

harus dirawat di RS. LUDIRA HUSADA TAMA kemudian

setelah dilakukan pemeriksaan ISMAWATI mengalami infeksi

saluran kencing dan positif hamil. Kemudian saat itu juga

ISMAWATI memberikan kabar kepada Tersangka, namun

setelah itu Tersangka menonaktifkan nomor handphonenya dan

tidak diketahui keberadaannya.

c. ISMAWATI (korban)
91

Saksi menerangkan bahwa benar dirinya menjadi

Korban persetubuhan terhadap anak yang dilakukan oleh

Tersangka pada tanggal 25 April 2021 di Kost Exclusive Izzi.

Awal mula Korban dan Tersangka berkenalan di alun-alun kidul

sejak awal tahun 2021 kemudian berlanjut menjalin hubungan

dekat atau pacaran. Pada tanggal 25 April 2021, Korban diajak

Tersangka ke Kost Exclusive Izzi tempat Tersangka tinggal,

dengan cara dijemput di gang dekat rumahnya. Kemudian

Korban dibawa ke Kost melalui pintu belakang Kost,

sasampainya di Kost tersebut Korban diajak masuk ke dalam

kamar Tersangka, kemudian Korban dijanjikan oleh Tersangka

akan menjalin hubungan serius dan akan dinikahi. Setelah itu

Tersangka mengajak Korban melakukan hubungan seks, dan

kemudian Korban mengiyakan. Korban dipeluk, dicium, dan

badan Tersangka dinaikkan ketubuh korban, hingga celana

Korban di lepas oleh Tersangka dan penis Tersangka

dimasukkan kedalam vagina Korban hingga Tersangka

mengeluarkan sperma di vagina korban. Pada tanggal 10 Juni

2021, Korban dirawat di RS. LUDIRA HUSADA TAMA

dengan hasil pemeriksaan Korban mengalami infeksi saluran

kencing dan positif hamil. Saat itu juga Korban memberi kabar

kepada Tersangka namun setelah mengetahui hal tersebut

Tersangka menonaktifkan nomor handphonenya dan tidak

diketahui keberadaannya.

d. BUDI HARYANTO (penjaga kost exclusive izzi)


92

Saksi menerangkan bahwa, saksi merupakan karyawan

di Kost Exclusive Izzi. Bahwa benar ada seseorang bernama M.

ALI MUHROJI (Tersangka), yang mana sebelumnya bekerja

menjadi driver pemilik kost Exclusive Izzi, saksi membenarkan

bahwa ALI tinggal di Kost tersebut. Pada tanggal lupa di bulan

April 2021, ALI pergi tanpa pamit dan tidak diketahui

alasannya. saksi menerangkan, bahwa CCTV tidak terpasang di

jalan akses pintu belakang, dan kendaraan yang digunakan M.

ALI MUHROJI yaitu honda beat warna hitam adalah

merupakan milik inventaris kantor namun sejak awal Januari

2022 motor tersebut telah dijual dengan tujuan peremajaan.

e. KHOIRURROZAK (petugas kebersihan kost exclusive izzi)

Saksi menerangkan, mengenal ALI sejak tahun 2020

sejak ia bekerja sebagai office Boy di Kost Exclusive Izzi. saksi

membenarkan bahwa pada tanggal 25 April 2021 malam hari,

saksi diminta tolong oleh Tersangka untuk membelikan

martabak. Bahwa pada saat itu Tersangka membawa seorang

wanita bertubuh kecil dan pendek memakai kerudung yang saksi

tidak kenal. Kemudian yang saksi ketahui, ALI sudah

mempunyai keluarga (istri dan anak) dan tinggal di Niten,

Lampar, Boyolali, Jawa Tengah. Pada tanggal lupa di bulan

April, ALI pergi tanpa pamit dan sudah tidak bekerja lagi

menjadi driver di Kost Exclusive Izzi.


93

f. Dr. IMAM BUSTAN ERDIANSYAH GAMA SAPUTRA

( dokter yang memeriksa korban pada saat periksa di Rumah

Sakit Ludira Husada Tama Yogyakarta)

Saksi menerangkan bahwa saksi adalah Dokter Umum

dengan NPA ID Nomor : 172890, SIP nomor :

503/0085/dr.U/II/2019 dan menjabat sebagai Kepala Divisi

Layanan di RS. LUDIRA HUSADA TAMA. Berrdasarkan data

Rekam Medis dengan No. RM : 200157 yang ada di rumah sakit

LUDIRA HUSADA TAMA, bahwa pada tanggal 10 Juni 2021.

Bahwa yang dikeluhkan pasien atasnama Sdr. ISMAWATI;

Perempuan; Usia 17 tahun adalah mual, muntah berulang dan

sudah telat menstruasi selama 3 (tiga) bulan. Dokter

menerangkan bahwa pada tanggal 10 Juni 2021, diagnosa awal

pasien atasnama ISMAWATI adalah hiperemesis gravidarum

(muntah berulang karena kehamilan) dengan usia kandungan 12

minggu kemudian diagnosa kedua adalah pasien mengalami

infeksi saluran kencing dan tindakan Dokter pada saat itu adalah

melakukan rawat inap selama 1 (satu hari) pada tanggal 10 Juni

2021 s/d 11 Juni 2021 dan memberikan obat-obatan.

g. Dr. G. WIDIARTANA, S.H.,M.Hum (saksi ahli pidana)

Saksi menerangkan bahwa pada Pasal 81 ayat (2) UU

No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti UU No. 1 tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas

UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tidak

menyebutkan akibat dari persetubuhan, yaitu “kehamilan”


94

atau “lahirnya anak” sebagai unsur delik. Dengan demikian,

Tersangka tetap dapat dikenai sanksi pidana sesuai dengan

Pasal 81 ayat (2) UU No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 tahun 2016 tentang

Perubahan kedua atas UU No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak meskipun TORIAH AROFAH adalah

bukan anak biologis dari Tersangka.

h. SUSI SUSANTI (istri terlapor)

Saksi menerangkan benar sesuai dengan Akta Nikah

Nomor : 621/98/XI/2011, tanggal 16 November 2011 saksi

adalah istri Sah dari MUHAMMAD ALI MUHROJI dan telah

mempunyai dua orang anak perempuan (CHUSNA MAULIDA

dan FAYYOLA CHAYRA NADHIFA) saksi menerangkan,

bahwa benar MUHAMMAD ALI MUHROJI bekerja sebagai

driver di Kost Exclusive Izzi. saksi menerangkan bahwa saksi

tidak mengenal dengan MAT PONGKOR (Pelapor) dan

ISMAWATI (korban). saksi menerangkan bahwa saat itu suami

saksi mengatakan bahwa Ia sedang libur bekerja, namun setelah

pihak kepolisian mendatangi rumah Saksi, ALI baru

mengatakan bahwa Ia sedang ada masalah besar. saksi

menerangkan saksi siap untuk di madu untuk

mempertanggungjawabkan perbuatan suaminya.

3. Proses Pemeriksaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Pencabulan Oleh Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.


95

Tujuan dari pemeriksaan terhadap pemeriksaan pelaku

tindak pidana yang berkaitan dengan persetubuhan dan pencabulan

untuk memastikan benar atau tidaknya perbuatan yang dilakukan

tersangka bahwa perbuatan yang telah dilakukan tersangka

memiliki unsur-unsur tindak pidana, maka sejak diterima laporan

tersebut dapat dilakukan pemeriksaan sesuai dengan hukum acara

pidana.Kemudian penyidik akan mencatat keterangan yang di

berikan oleh pelaku tindak pidana yang berkaitan dengan

persetubuhan dan pencabulan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) dengan serinci-rincinya, sesuai dengan apa yang telah

dikatakan oleh tersangka.

Berdasarkan Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik

yang menangani adapun tersangka yang telah dilakukan

pemeriksaan dalam kasus Laporan Polisi Nomor : LP / B / 0472 /

VI / 2021 / SPKT / POLDA D.I.YOGYAKARTA, tanggal 15 Juni

2021, atas nama pelapor MAT PONGKOR yaitu M. ALI

MUHROJI bin EKHSAN SUBANDI, Dilahirkan di Boyolali, 03

April 1983, jenis kelamin Laki-laki, umur : 38 tahun, agama Islam,

pendidikan terakhir : SMP; pekerjaan Wiraswasta, kebangsaan

Indonesia, alamat sesuai dengan No. NIK : 3309040204830004

adalah Niten Rt. 008/Rw. 004, Lampar, Tamansari, Boyolali, Jawa

Tengah.

Berdasarkan dari hasil berita acara pemeriksaan tersangka

menerangkan bahwa Tersangka mengakui melakukan hubungan

seks dengan Ismawati (korban) sebanyak 1 (satu) kali di kamar kost


96

exclusive izzi dengan cara memasukan alat kelaminya ke dalam

alat kelaminnya Ismawati sampai keluar spermanya.

4. Proses Mendapat Visum Et Repertum

Pada pembuatan Visum Et Repertum korban hidup, perlu

diperhatikan bahwa korban bukan hanya merupakan objek visum

tetapi juga adalah pasien sehingga penanganan pasien harus

diutamakan oleh dokter. Pada umumnya pemeriksaan pada korban

hidup mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang

sebagaimana pada umumnya, namun dokter harus lebih

memperhatikan ada tidaknya tanda-tanda kekerasan yang

merupakan hasil suatu tindak pidana. Hal ini dapat ditentukan

dengan mengklarifikasi kondisi bekas luka yang diderita korban.

5. Proses Pembuatan Berita Acara Penyidikan Oleh Penyidik.

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik yang

menangani setelah melalui proses-proses pemeriksaan korban

maupun saksi-saksi dan terlapor tahapan berikutnya yaitu

melakukan penyitaan barang bukti yang berkaitan dengan perkara

tersebut yaitu:

1. 1 (satu) lembar Fotokopi KTP atasnama MAT PONGKOR,


NIK : 3471050302790002 dengan cap resmi pengesahan
dari Disdukcapil Kota Yogyakarta.
2. 1 (satu) lembar Fotokopi KTP atasnama ISMAWATI, NIK :
3471055503040001 dengan cap resmi pengesahan dari
Disdukcapil Kota Yogyakarta.
3. 1 (satu) lembar Fotokopi Kartu Keluarga (KK) No.
3471051807070173 atasnama Kepala Keluarga MAT
PONGKOR, dengan alamat Notoyudan GT. II/957, Rt.
074/Rw. 022, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta
dengan cap resmi pengesahan dari Disdukcapil Kota
Yogyakarta.
97

4. 1 (satu) lembar Akta kelahiran atasnama ISMAWATI


dengan No. 1707/DSP/XII/2009.
5. 3 (tiga) lembar Kwitansi dari RS. LUDIRA HUSADA
TAMA guna pembayaran kesehatan rawat inap an.
ISMAWATI (17 tahun) sebesar Rp 2.079.738,- (dua juta
tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus tiga puluh delapan
rupiah) tanggal 11 Juni 2021.
6. 2 (dua) lembar Surat keterangan keluar dari RS. LUDIRA
HUSADA TAMA tanggal 11 Juni 2021 an. Pasien
ISMAWATI.
7. 6 (enam) lembar Laporan medis dan hasil pemeriksaan
radiologi dengan No. RM : 200157 RS. LUDIRA
HUSADA TAMA, dengan nama pasien ISMAWATI; umur
17 tahun.
8. 2 (dua) lembar Kwitansi pemeriksaan di Rumah Bersalin
SARBINI DEWI, an. Pasien Ny. ISMAWATI, umur 17
tahun tanggal 5 Agustus 2021 sebesar Rp 30.000,- (tiga
puluh ribu rupiah).

6. Proses Pelaksanaan Gelar Perkara

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik yang

menangani setelah melalui tahap-tahapan proses penyidikan mulai

dari pemeriksaan korban, saksi dan terlapor maka selanjutnya

dilaksanakan gelar perkara untuk penetapan tersangka yang dalam

hal telah didapatkan minimal 2 (dua) alat bukti, sehingga pada hari

Kamis tanggal 13 Januari 2022 dilaksanakan gelar perkara

penetapan tersangka.

7. Proses Penetapan Tersangka Pencabulan Oleh Polda Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang

No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menyebutkan

bahwa tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau

keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai


98

pelaku tindak pidana. Pada tahapan ini seseorang ditetapkan

sebagai tersangka hanya berdasarkan bukti permulaan yang didapat

dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian.

Berdasarkan bukti permulaan ini kemudian kemudian seseorang

patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Ketentuan ini

menimbulkan multi tafsir, karena untuk menentukan suatu sebagai

barang bukti permulaan itu sangat tergantung kepada kualitas dan

siapa yang memberikan pengertian tersebut, antara penyidik

dengan tersangka atau kuasa hukumnya sangat mungkin berbeda.

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik yang

menangani mengatakan bahwa pada hari Senin tanggal 24 Januari

2022 telah dilakukan pemeriksaan terhadap M. ALI MUHROJI bin

EKHSAN SUBANDI sebagai tersangka dengan persangkaan Pasal

81 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 2016

tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman pidana

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima

miliar rupiah).

8. Penahanan Terhadap Tersangka Pencabulan.

Penahanan adalah penempatan tersangka di tempat tertentu

oleh penyidik, penuntut umum atau hakim menurut cara yang

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP). Penahanan diperbolehkan untuk kepentingan


99

penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

Penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau

terdakwa yang diduga melakukan tindak pidana yang diancam

dengan penjara lima tahun atau lebih. Menurut KUHAP, penahanan

dilakukan karena kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa

akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti,

atau mengulangi tindak pidana.

Berdasarkan prosedur, penahanan dilakukan penyidik atau

penuntut umum dengan memberikan surat perintah penahanan atau

penetapan hakim yang mencantumkan identitas tersangka atau

terdakwa dan menyebutkan alasan penahanan. Dalam surat perintah

penahanan tersebut juga tercantum penjelasan singkat perkara

kejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan serta tempat ia

akan ditahan. Tembusan surat perintah penahanan ini harus

diberikan kepada kepada keluarga tersangka atau terdakwa.

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik yang

menangani bahwa tersangka M. ALI MUHROJI bin EKHSAN

SUBANDI dilakukan penahanan dengan Surat Perintah Penahanan

Nomor : SP.Han/02/II/2022/Ditreskrimum, tanggal 03 Februari

2022 telah dilakukan Penahanan terhadap Tersangka M. ALI

MUHROJI pada hari Kamis, tanggal 03 Februari 2022 sekitar

pukul 16.00 Wib.

9. Pemberkasan dan Pengiriman Berkas Perkara ke Kejaksaan.

Bahwa setelah dilaksanakan pemeriksaan tersangka dan

dilakukan penahanan tahapan selanjutnya yaitu pengiriman berkas


100

perkara ke Kejaksaan untuk dilakukan penelitian oleh jaksa

penuntut terhadap kelengkapan berkas tersebut dalam waktu 14

(empat belas) hari dan apabila menurut pendapat jaksa penuntut

berkas perkara tersebut belum dinyatakan lengkap maka berkas

tersebut dikembalikan lagi ke penyidik untuk dilengkapi.

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik yang

menangani terhadap kasus yang ditangani bahwa berkas oleh jaksa

penuntut dikembalikan lagi karena dinyatakan belum lengkap ada

beberapa yang harus dilengkapi dalam berkas tersebut antara lain

yang salah satunya yaitu untuk dilakukan Tes DNA terhadap

korban, anak dan tersangka karena dalam kasus ini korban hamil

dan sudah melahirkan.

Bahwa selanjutnya berdasarkan atas petunjuk jaksa

penuntut pada tanggal 24 Februari 2022 penyidik mengajukan

permohonan pemeriksaan sampel DNA kepada Pusdokes Polri

yang berkedudukan dijakarta untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan kekerabatan antara anak korban dengan tersangka yang

dalam tes DNA ini sampel yang dikirim berupa:

1. 2 (dua) buah Buccal Swab atas nama Ismawati (korban).

2. 2 (dua) buah Buccal Swab atas nama Toriah Arofah (anak

korban).

3. 2 (dua) buah Buccal Swab atas nama M. Ali Muhroji

(tersangka)

Berdasarkan dari sampel DNA yang dikirim oleh penyidik

pada tanggal 23 Maret 2022 didapatkan hasil dari tes DNA tersebut
101

dengan hasil bahwa terhadap seluruh profil DNA dari sampel

barang bukti dapat dibuktikan secara ilmiah dan tidak terbantahkan

secara genetik bahwa anak atas nama Toriah Arofah adalah anak

biologis Ismawati dan Toriah Arofah bukan anak biologis M. Ali

Muhroji.

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik yang

menangani perkara tersebut sejak awal mengatakan memang tidak

melakukan pemeriksaan tes DNA terhadap korban dan tersangka

karena sudah yakin bahwa perbuatan pencabulan persetubuhan

yang dilakukan oleh tersangka M. Ali Muhroji terhadap korban

Ismawati karena perbuatan yang telah dilakukan oleh Tersangka

telah sesuai atau memenuhi unsur-unsur delik sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 81 ayat (2) UU No. 17 tahun 2016 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 tahun 2016

tentang Perubahan kedua atas UU No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak hal tersebut juga dikuatkan oleh ahli pidana Dr.

G. Widiartana, S.H.,M.Hum.

Briptu Berti Kurniawati, SE selaku penyidik mengatakan

bahwa Pemanfaatan tes DNA dalam mengungkap pelaku tindak

pidana pencabulan yang dalam hal ini korban sampai mengalami

kehamilan merupakan langkah strategis yang mungkin dilakukan

saat ini mengingat keotentikan alat bukti tes DNA itu sendiri,

Kedudukan alat bukti tes DNA sebagai alat bukti petunjuk dalam

penyelesaian suatu kejahatan bukan sebagai alat bukti primer, tetapi

sebagai alat bukti sekunder yang berfungsi menguatkan. Walau


102

demikian tes DNA tidak bisa diabaikan begitu saja, karena tanpa

didukung dengan tes DNA terkadang alat bukti primer tersebut

tidak bisa optimal dalam memberikan bukti. Sehingga antara tes

DNA dan alat bukti yang telah ada (diakui) harus saling

melengkapi agar tercipta sebuah keadilan disamping itu bahwa Tes

DNA sangat krusial demi terungkapnya kebenaran materil pada

kasus tersebut selain dari pada keterangan saksi,keterangan

terdakwa, dll. Tes DNA dapat memberi petunjuk pada Hakim untuk

menetapkan Putusan.

B. Upaya Mengatasi Hambatan-Hambatan Penyidikan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Terhadap Anak.

Berdasarkan wawancara dengan Briptu Berti Kurniawati, SE selaku

penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Daerah Istimewa

Yogyakarta menyebutkan upaya dalam mengatasi hambatan dalam proses

penyidikan terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak. Adapun

upaya yanng diambil dan dipakai oleh aparat penyidik yaitu :

1. Mengatasi permasalahan pemeriksaan kepada korban yaitu dengan cara

memberikan kepercayaan kepada anak yang menjadi korban tindak

pidana pencabulan bahwa jika ia menceritakan kejadian yang telah di

alamiya kepada pihak kepolisian akan tidak terjadi apa-apa kepada

dirinya. Maka dari itu seluruh pihak yang terkait memberikan

perlindungan dan rasa percaya kepada anak yang menjadi korban demi

kepentingan penyidikan.

2. Mengatasi permasalahan korban masih anak-anak penyidik di Polda

Daerah Istimewa Yogyakarta mengajukan dan meminta bantuan untuk


103

mendampingi korban pencabulan dan persetubuhan ini kepada ahli terapi

yang bisa mengatasi permasalahan psikologi anak. Keterangan dari

seorang anak akan sangat sulit didapat jika mereka tidak bisa

meyakinkan si anak tersebut bahwa mereka merasa aman jika

menceritakan kejadiannya kepada pihak yang berwajib.

3. Tersangka tidak mengaku menjadi kendala yang sangat besar berat bagi

penyidik. Untuk mengungkap perkara ini, maka penyidik melakukan

gelar perkara, memproses barang bukti dan memperbanyak

menghadirkan saksi dan untuk memberikan keterangan.

4. Dokter forensik sangatlah berperan penting untuk mengetahui hasil

visum. Jadi penyidik tetap menunggu hasil dari dokter forensik ini.

Karena hal ini dilakukan, sebab tersangka tidak mengakui perbuatanya

Anda mungkin juga menyukai