Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR

DALAM MELAKUKAN PENERIMAAN PENUGASAN AUDIT OLEH


KLIEN

(Studi Kasus pada 14 Kantor Akuntan Publik di Riau dan Kepulauan Riau)

Ida Sayyeda Nafessa


H. Hardi
Hj.Yusralaini

Program Studi Akuntansi Universitas Riau


E-mail : capgirlz@yahoo.co.id

ABSTRAC

The research was conducted in Pekanbaru and Batam in October 2012. The
purpose of this study was to determine the factors that influence the auditor in performing
audit engagement acceptance by the client.
This study uses primary data and secondary data. Data analysis techniques used
in this study is multiple regression analysis (multiple regression) to analyze the effect of
the independent variables on the dependent variable using the tools SPSS Version 20.
Based on the research results, simultaneous regression test (F test) showed that
all the independent variables, such as the risk of the client, the independence, the audit
fee and auditor competence have a significant effect on auditor decision variables in
accepting an audit engagement, while the Partial Test (Test t) indicates that the auditor
competence variables most significantly influence the decision of acceptance by the
client.
. The magnitude of the effect caused by (R2) by the four dependent variables
simultaneously on the dependent variable of 77% while the remaining 23% are
influenced by variables - other variables not examined in this study.

Keywords: Clients Risk, independence, audit fee, auditor competence and auditor
Decision

PENDAHULUAN

Perusahaan-perusahaan go publik dan non go publik di Indonesia akhir -


akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini
mengakibatkan permintaan akan jasa akuntan publik terhadap laporan audit
keuangan juga semakin meningkat. Apabila perusahaan - perusahaan yang
berkembang dalam suatu Negara masih berskala kecil dan masih menggunakan
modal pemiliknya sendiri untuk menjalankan usahanya, maka jasa audit yang
dihasilkan oleh akuntan publik mungkin belum diperlukan bagi perusahaan-
perusahaan tersebut, karena dalam perusahaan kecil yang berbentuk perusahaan
perorangan, laporan keuangan disajikan hanya untuk memenuhi kebutuhan
pemilik perusahaan yang digunakan oleh pemilik untuk mengetahui hasil usaha
dan posisi keuangan perusahaannya .
Pentingnya audit laporan keuangan ini dilakukan dikarenakan pihak –
pihak yang berkepentingan baik di dalam maupun di luar perusahaan
menginginkan transparansi mengenai laporan keuangan perusahaan yang mereka
miliki, sehingga nantinya dapat menjadi informasi yang berguna dan menjadi
dasar keputusan - keputusan yang akan diambil.
Pihak-pihak berkepentingan yang berada diluar perusahaan, seperti calon
investor dan calon kreditor memerlukan informasi mengenai laporan keuangan
perusahaan yang akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan yang akan
ditetapkan. Keputusan - keputusan tersebut akan menjadi pertimbangan baik pihak
investor maupun kreditor untuk mengetahui apakah para investor dan para
kreditor tersebut akan menginvestasikan uang atau memberikan pinjaman dana
kepada perusahaan. Pada umumnya, pertimbangan yang mereka buat diambil
berdasarkan informasi – informasi yang telah disajikan oleh pihak manajemen
dalam laporan keuangan perusahaan.
Dengan kondisi tersebut, manajemen ingin agar kinerjanya terlihat selalu
baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik (prinsipal). Akan tetapi
disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya auditor melaporkan dengan
sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya.
Dilihat dari masalah yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa
adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai laporan
keuangan. Di satu sisi, pihak manajemen perusahaan ingin menyampaikan
informasi mengenai pertanggung jawaban dana yang telah diinvestasikan. Adanya
dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul dan
berkembangnya profesi akuntan publik (Mulyadi dan Puradiredja, 2002:2).
Gambar 1.1 melukiskan struktur hubungan antara manajemen perusahaan, profesi
akuntan publik, dan pihak luar perusahaan yang terdiri dari investor, kreditur dan
pihak luar lain.

Pemakai Informasi Kreditur, Investor


Pembuat Asersi Keuangan dan Pihak Luar
Lain

(1)
Menyajikan (4)
Nga Menyajikan
Manajemen Perusahaan Laporan Keuangan

(2) LaporanKeuangan
Mengaudit Auditan
(Melakukan
atestasi) Laporan Audit

Auditor Indepeden
Profesi Akuntan
Publik
(3)
Menyusun

Sumber : Mulyadi, Auditing (2002:3) Edisi 6


Gambar 1 Struktur Hubungan antara Akuntan Publik dengan Manajemen Perusahaan, Kreditur, Investor dan Pihak Luar Lain

Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggung


jawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan
pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh
keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan dapat
dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang akan mereka tetapkan.
Baik manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang
berkepentingan terhadap perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang dapat
dipercaya. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan
tidak akan mampu meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan
yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya.
Profesi akuntan publik ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang
bebas, tidak memihak terhadap informasi yang telah disajikan oleh manajemen
perusahaan dalam laporan keuangannya. Penilaian yang bebas dan tidak memihak
(independen) merupakan salah satu hal yang harus di pertimbangan auditor
sebelum menerima suatu penugasan audit. Selain Independensi, profesi akuntan
publik juga bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang
andal sebagai dasar pengambilan keputusan.
Mulyadi (2002:64) mengatakan bahwa Independensi dalam perikatan audit
diwajibkan oleh peraturan 101 dari Aturan Etika Kompartemen Akuntan Pubik
yang menyatakan bahwa anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam
standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Apabila seorang
auditor tidak dapat mempertahankan independensinya sebagai audior maka hal
tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat dan reputasinya sebagai auditor
akan terancam.
Maka dari itu, sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor
perlu mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak penugasan audit
dari calon kliennya. Dalam menerima suatu perikatan, seorang auditor memilki
tanggung jawab profesinoal terhadap masyarakat, klien dan anggota profesi
akuntan publik lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
profesi akuntan dengan mempertahankan independensi, integritas, dan
objektivitas. Selain itu, kepentingan klien harus dipenuhi dengan kompetensi dan
perhatian profesional.
Kompetensi seorang auditor sangat diperlukan dalam melakukan suatu
penugasan audit. Hal ini juga menjadi pertimbangan auditor dalam menerima
maupun menolak suatu penugasan audit tersebut, karena dalam melakukan suatu
penugasan seorang auditor dtuntut untuk memiliki keahlian yang cukup agar
mampu melakukan penugasan audit tersebut dengan baik. Penugasan audit yang
memerlukan keahlian khusus yang melampau tingkat kompetensi auditor itu
sendiri tidak boleh diterima karena dengan menerima penugasan semacam itu
telah melanggar kaidah 201 Kode Etika Profesi Akuntan Publik.
Meskipun sebagian besar auditor ingin mendapatkan klien baru dan
mempertahankan klien lama, namun sikap hati-hati harus diterapkan sebelum
menerima dan mempertahankannya sebagai klien. Kantor akuntan tidak
diperkenankan untuk menerima setiap calon klien begitu saja. Auditor harus
mengevaluasi terlebih dahulu apakah penerimaan atau melanjutkannya sebagai
klien akan menambah resiko bisnis auditor maupun merusak reputasi dan citra
kantor akuntan (Guy et al., 2002: 456).
Pertimbangan auditor mengenai resiko audit menyeluruh yang sangat
berhubungan dengan penugasan mempunyai bobot yang sangat menentukan
terhadap keputusan untuk menolak atau menerima penugasan tersebut. Apabila
resiko audit menyeluruh lebih besar daripada yang dianggap wajar oleh auditor,
maka penugasan itu sebaiknya tidak diterima karena hal tersebut dapat merusak
reputasi auditor tersebut. Maka dari itu, sebelum auditor menerima suatu
penugasan audit, hendaknya auditor melakukan pendeteksian resiko sejak dini,
sehingga tidak akan terjadi hal – hal yang dapat mengganggu reputasi serta
citranya sebagai auditor yang profesional.
Pertimbangan mengenai waktu dan honorium juga tak luput dari
pertimbangan auditor dalam melakukan penerimaan klien, hal ini dikarenakan
tidak sedikit waktu, biaya dan tenaga yang akan dikorbankan auditor dalam
melakukan suatu penugasan tersebut. Maka dari itu, kerja keras auditor dalam
melakukan tugasnya harus seimbang dengan honorium yang akan diterimanya.
Honorium yang pantas dan memadai adalah honorium yang bisa memberikan
taraf hidup seorang profesional lain didalam masyarakat. Jadi tingkat kemampuan
calon klien untuk membayar honorium biasanya menjadi salah satu faktor penentu
apakah akan menerima penugasan atau tidak (Holmes, 1990:206).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
Independensi, Resiko Klien, Audit fee dan Kompetensi Auditor dalam melakukan
penerimaan penugasan audit oleh klien .

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Resiko Klien
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien, auditor
mungkin saja menghadapi masalah karena adanya resiko klien yang tidak
diketahui auditor. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan resiko klien
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi resiko usaha
suatu KAP. Dewasa ini dalam ruang lingkup general audit akuntan publik sangat
dianjurkan untuk memfokuskan pada resiko apa saja yang ada pada klien dan
bagaimana kondisi pengendalian manajemen untuk menekan berbagai resiko
tersebut.
Resiko klien yang mungkin dihadapi auditor seperti berikut, misalnya :
a. Perusahaan sejak awal berdirinya (pembentukan perusahaan) mengandung
banyak kelemahan, misalnya kepemilikan perusahaan yang didominasi oleh
keluarga sehingga tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas dan
manajemen yang baik, keuangan yang dikelola sembarangan (Media
Akuntansi 2000:57)
b. Kondisi keuangan yang tidak sehat, sedang mengalami kerugian atau sedang
berada dalam posisi yang sulit untuk melunasi hutangnya (Mulyadi 2002:86)
c. Perusahaan yang sedang mengalami masalah klaim/tuntutan hukum dengan
klien, pengguna laporan hasil audit ataupun pada pihak ketiga lainnya.
d. Perusahaan yang sering melakukan pergantian auditor tanpa alasan yang
jelas, yang mungkin disebabkan adanya ketidakpuasan klien terhadap jasa
yang diberikan auditor sebelumnya, ataupun adanya perselisihan antara klien
dengan auditornya dalam penyajian laporan keuangan dan pengungkapannya
(Mulyadi Purwadireja 2002:86).
e. Tidak adanya system pengendalian internal yang baik, yang meliputi rencana
organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam
suatu perusahaan yang dapat memudahkan para pegawai/staff untuk
melakukan kecurangan.
Resiko yang mungkin dihadapi auditor terhadap masing-masing klien ini
pasti berbeda, walaupun klien mempunyai usaha yang sama. Oleh karena itu,
sebelum memutuskan untuk menerima penugasan audit dari klien auditor harus
memahami bisnis kliennya. Dengan memahami bisnis klien berarti dapat
memperkecil resiko audit (Media Akuntansi, 2000:40). Bila sebelumnya
memahami bisnis klien hanya merupakan syarat untuk menerima penugasan dan
taka da aturannya, sekarang diatur dengan standar tersendiri, yaitu dalam PSA 67
(Pemahaman Bisnis Klien).
Berdasarkan hal-hal diatas, kondisi perusahaan yang dapat mempengaruhi
auditor dalam menerima suatu penugasan audit :
Perusahaan yang kepemilikannya tidak didominasi oleh keluarga sehingga
mempunyai struktur organisasi yang jelas dan manajemen yang baik.
Kondisi keuangan yang sehat, tidak sedang mengalami kerugian yang
material atau tidak sedang berada dalam posisi yang sulit untuk melunasi
hutangnya.
Peneltian mengenai Risiko Audit ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Erid
Mutiar (2003) dalam penelitiannya mengenai risko klien (client risk)
mendapatkan kesimpulan, bahwa risiko klien menjadi pertimbangan auditor
dalam menerima suatu penugasan audit. Hal serupa juga di lakukan oleh Nancy
(2003) dan Yeyen (2009) dengan hasil yang sama pula. Konsisten terhadap
pendapat Erid (2003), Nancy (2003) dan Yeyen (2009), maka hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 = Risiko Klien merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan


auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien

Independensi
Dalam Etika Profesi No.1 menjelaskan agar akuntan publik/auditor tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugas yang bertentangan
dengan prinsip objektivitas dan integritas. Independen berarti sikap mental yang
bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dalam merumuskan dan
menyatakan pendapat, dan tidak bergantung pada orang lain (Mulyadi dan
Purwadiredja 1998:48).
Independensi menjadi penting takala dihadapi pada situasi dan kondisi
adanya tarik menarik berbagai kepentingan pada satu atau lebih objek tertentu.
Karena KAP tidak hanya memberikan jasa atestasi, audit dan pemeriksaan
lainnya, namun juga memberikan konsultasi dan perpajakan.
Independensi auditor memiliki tiga aspek :
Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya. Aspek
ini disebut dengan Independensi dalam kenyataan (Independence in fact).
Independensi yang di tinjau dari sudut pandang pihak lain yang dengan diri
auditor. Aspek ini disebut dengan istilah Independensi dalam penampilan
(Independence in appearance).
Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat
mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai
audit atas fakta tersebut. Jika auditor tidak memiliki kecakapan professional
yang diperlukan untuk mengerjakan penugasan yang diterimanya, ia melanggar
pasal kode etik yang bersangkutan dengan Independensi (Pasal 1 Ayat 2 Kode
Etik Akuntan Indonesia).
Selain dapat digolongkan kedalam tiga aspek sebagaimana telah diuraikan diatas
menurut William C. Boynton (2002) Independensi dapat juga digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1. Independensi Praktisi (Practitioner Independence)
Yaitu Independensi pendekatan dan sikap yang harus dimiliki oleh setiap
orang professional jika orang tersebut melaksanakan pekerjaan professional
yang sesungguhnya. Independensi ini merupakan kombinasi kepercayaan diri
sendiri, bebas dari pengendalian klien, ahli dan mampu, dan
mempertimbangkan keputusannya atas dasar latihan dan pengalaman yang
tidak diperoleh oleh mereka yang bukan profesi.
2. Independensi Profesi (Profession Independence)
Yaitu dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai
keahlian pemeriksaan data tersebut. Seorang akuntan yang tidak menguasai
komputer, tidak dapat mempertimbangkan dengan objek yang tercantum di
dalam laporan keuangan yang diolah dengan menggunakan komputer.
Akuntan tidak memiliki independensi bukan karena tidak ada kejujuran
dalam dirinya, melainkan karena tidak adanya keahlian mengenai objek yang
diauditnya. Kompetensi auditor menentukan independen tidaknya akuntan
dalam mempertibangkan fakta yang diperiksanya.
Penelitian mengenai independensi ini pernah dilakukan oleh Pancawati
(2010) dan Sulaiman (2007), yang menyatakan bahwa independensi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan auditor dalam menerima suatu
penerimaan penugasan audit oleh klien.
Begitu pula halnya dengan pemikiran peneliti yang menyatakan bahwa
independensi seorang auditor dalam menerima suatu penugasan audit oleh klien
sangat di perhitungkan, hal ini didasarkan sesuai dengan peraturan mengenai
independensi yang diatur dalam etika profesi nomor 1 yang mengharuskan auditor
tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugas yang
bertentangan dengan prinsip objektivitas dan integritas serta tetap
mempertahankan independensinya sebagai auditor. Berdasarkan uraian tersebut
diatas maka dituangkan hipotesis kedua.

H2 = Independensi merupakan salah satu pertimbangan auditor dalam


melakukan penerimaan penugasan audit

Audit Fee
Pengertian audit fee adalah imbalan berupa sejumlah uang tertentu yang
diperoleh akuntan publik dari kliennya atas jasa audit yang diberikan dengan
dasar pembebanannya, waktu dan biaya yang digunakan akuntan dalam
menjalankan keahliannya. Audit Fee juga bisa diartikan sebagai fungsi dari
jumlah kerja yang dilakukan oleh auditor dengan harga per jam (Al-Shammari et
al., 2008).
Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup
panjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya fee audit yaitu besar kecilnya klien, lokasi kantor
akuntan publik dan ukuran kantor akuntan publik. Selain faktor tersebut, dalam
menetapkan imbalan jasa atau fee audit, akuntan publik harus mempertimbangkan
hal hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan Klien
2. Tugas dan Tanggung Jawab menurut hukum (statutory duties)
3. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab
4. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
akuntan publik.
Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga
harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit dan tahap pelaporan.
Sebelum menerima penugasan auditor perlu memahami bisnis dan kondisi
perusahaan klien sehingga auditor dapat menetapkan fee atas jasa yang diberikan
(Media Akuntansi, 2000:40). Berdasarkan hal-hal diatas, kondisi yang dapat
mempengaruhi auditor dalam menerima suatu penugasan audit adalah fee yang
memadai dan sesuai antara sumber daya yang dimilki KAP auditor tersebut
dengan cost-benefitnya.
Penelitian mengenai Audit fee ini telah banyak dilakukan, beberapa
diantaranya yang pernah melakukan penelitian mengenai audit fee ini adalah
Ludovicus (2007) yang menyatakan bahwa audit fee tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pertimbangan auditor dalam melakukan penerimaan
penugasan audit. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 = Audit Fee merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi auditor


dalam melakukan penerimaan penugasan audit

Kompetensi Auditor
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam
SPAP 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,
sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2011) menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due
professional care). Untuk memperoleh kompetensi tersebut dibutuhkan
pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal dengan nama pendidikan
profesional berkelanjutan (continuing professional education).
Ada beberapa komponen dari kompetensi auditor, yaitu :
1. Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu
personal yang baik, seperti :
Berpikiran terbuka (open-minded)
Berpikiran luas (broad-minded)
Mampu menangani ketidakpastian
Mampu bekerjasama dalam tim
Rasa ingin tahu (inquisitive)
Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
Menyadari bahwa beberapa temuan bersifat subyektif
Disamping itu, auditor juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang
baik, karena selama masa pemeriksaan banyak dilakukan wawancara dan
permintaan keterangan dari auditan untuk memperoleh data.
2. Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami
entitas yang akan diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini
meliputi kemampuan untuk melakukan reviu analisis (analytical review),
pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi, pengetahuan
auditing, dan pengetahuan tentang sector publik. Yang tidak boleh dilupakan
adalah pengetahuan akuntansi untuk memahami siklus entitas dan laporan
keuangan serta mengolah data dan angka yang diperiksa.
3. Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang dimiliki seorang auditor antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik, keterampilan
mengoperasikan komputer, serta kemampuan menulis dan mempresentasikan
laporan dengan baik.
Agar auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian
khusus yang memadai, maka diperlukan pelatihan bagi mereka. Dalam SPKN
dinyatakan bahwa auditor dalam dua tahun paling tidak 80 jam pendidikan secara
langsung meningkatkan kecakapan professional auditor untuk melaksanakan
audit.
Mengenai kompetensi auditor sendiri, Venica Serly (2010) menyatakan
bahwa pada hasil penelitiannya, kompetensi auditor memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan penugasan audit oleh klien, karena dalam
memulai suatu perikatan dengan klien, auditor harus benar-benar memiliki
kompetensi yang cukup agar mampu melaksanakan audit laporan keuangan
dengan baik. Berdasarkan penelitian tersebut maka hipotesis keempat yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :

H4 = Kompetensi Auditor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor independen pada
Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Riau dan Kepulauan Riau.
Sedangkan Sampel yang akan digunakan adalah auditor yang ada pada masing-
masing Kantor Akuntan Publik yang menjabat sebagai Staff Junior, Senior, dan
Manajer. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai adalah dengan
menggunakan metode Sensus dimana seluruh populasi dijadikan sampel
(Arikuntoro, 1998:115).
Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data primer digunakan karena data yang diperoleh merupakan data
mentah yang perlu diolah kembali, yang diambil langsung dari objek penelitian,
dalam hal ini data tersebut diperoleh langsung dari responden atau sumber asli
dalam bentuk kuisioner. Sedangkan data sekunder ini dimaksudkan untuk
memperoleh landasan teoritis yang mendukung penulisan skripsi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data yang
penulis peroleh langsung dari responden atau sumber asli dalam bentuk kuisioner
kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi subjek penelitian
(responden).

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah
Metode Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak
yang terkait selanjutnya diklarifikasi berdasarkan bentuk tanggapan atas
pertanyaan tersebut dengan mengajukan kuisioner kepada subjek penelitian
(responden).
Selain itu, penulisan ini juga menggunakan metode kepustakaan, yaitu
dengan mengumpulkan data mengenai pertimbangan auditor dalam melakukan
penerimaan maupun penolakan penugasan audit oleh klien.

Teknik Analisa Data


Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi
berganda (Multiple regression) dengan menganalisis pengaruh variabel-variabel
independen terhadap varaibel dependen. Kemudian dilakukan pengecekan dengan
menggunakan plot data untuk melihat adanya data linear atau tidak linear.

PEMBAHASAN

Uji Kualitas Data


Ketepatan pengujian suatu hipotesis sangat tergantung dari kualitas data
yang dipakai dalam pengujian tersebut. Data penelitian tidak akan berguna bila
instrumen yang digunakan untuk penelitian tidak memiliki validitas dan
reliabilitas yang tinggi. Artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan
yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid. Sedangkan kualitas data
penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Indriantoro, 2002). Uji kualitas data meliputi pengujian
validitas dan pengujian reliabilitas.

1. Uji Validitas
Validitas data ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu
instrumen pengukur yang dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur (Indriantoro, 2002: 181-182). Uji validitas data penelitian
ini adalah dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson (Indriantoro
dan Supomo, 2002). Dalam metode ini dibandingkan antara r hitung dengan r tabel.
Jika r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid, begitu juga sebaliknya jika r
hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, dengan melihat rtabel. Nilai rtabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji
2 sisi dan jumlah data (n) = 32, maka didapat rtabel sebesar 0,339. Nilai rtabel yang
diperoleh dibandingkan dengan nilai rhitung untuk menguji validitas dari data yang
diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Setelah dibandingkan didapat hasil
bahwa nilai rhitung pada setiap butir pertanyaan yang ada pada kuesioner lebih
besar dari rtabel, sehingga dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas
Untuk melihat reliabilitas dari instrumen-instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini, akan dihitung Cronbach Alpha masing-masing instrumen. Variabel
tersebut akan dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha-nya memiliki nilai lebih
besar dari 0,50. Sebaliknya jika koefisien alpha instrumen lebih rendah dari 0,50
maka instrumen tersebut tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian
Koefisien alpha tersebut dilihat pada setiap bagian instrumen yang mencakup
resiko klien, independesi, audit fee dan kompetensi audit. Dari hasil penelitian
data yang digunakan dalam penlitian ini adalah reliabel.
Variabel Jumlah Item Cronbach Alpha Keterangan

Resiko Klien 5 0.871 Reliabel

Independensi 3 0.615 Reliabel

Audit Fee 2 0.699 Reliabel

Kompetensi Audit 2 0.681 Reliabel

Keputusan Auditor 4 0.737 Reliabel

Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah variabel kontrol dan
dependen terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini digunakan plot peluang normal. Distribusi normal merupakan
distribusi teoritis dari variabel random yang continue.
Alat diagnostik yang digunakan untuk memeriksa data yang memiliki
distribusi normal adalah plot peluang normal (normal probability plot). Plot
peluang normal (normal probability plot) dilakukan dengan membandingkan nilai
observasi (observed normal) dengan nilai yang diharapkan dari distribusi normal
(expected normal).
Dari grafik di atas dilihat bahwa data tersebut disekitar garis lurus tersebut
(tidak terpencar jauh dari garis lurus). Maka dapat disimpulkan bahwa persyaratan
normalitas data adalah terpenuhi.

Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
adanya interkorelasi antara variabel independen yang terdapat dalam model
regresi penelitian ini. Model regresi yang bebas multikolinearitas apabila
mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 dan mempunyai angka
tolerance > 0,10. (Purwanto, 2004).
Variabel Tolerance VIF Keterangan

Resiko Klien 0.493 2.026 Bebas Multikolinearitas

Independensi 0.435 2.297 Bebas Multikolinearitas

Audit Fee 0.629 1.590 Bebas Multikolinearitas

Kompetensi Auditor 0.580 1.723 Bebas Multikolinearitas

Sumber: Pengolahan data hasil penelitian

Berdasarkan Tabel diatas, dari keempat variabel independen tersebut


semua nilai tolerance berada di atas atau > 0,10 dan nilai VIF dibawah atau < 10.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan bebas dari pengaruh
multikolinearitas

Uji Autokorelasi
Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin Watson (DW test) (Purwanto 2004). Batas tidak terjadinya autokorelasi
adalah angka Durbin-Watson berada antara -2 sampai dengan +2.
b
Model Summary

Change Statistiks
Std. Error
R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin-
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson

a
1 .880 .775 .741 .71044 .775 23.202 4 27 .000 1.894

a. Predictors: (Constant), Kompetensi, Resikio klien, Audit fee, Independensi

b. Dependent Variabel: Keputusan auditor

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah


autokorelasi karena nilai dw masih berada di antara -2 sampai dengan +2.
Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas. Jika variance berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat
scatterplots. Jika membentuk pola tertentu, maka terdapat heteroskedastisitas
(Purwanto, 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapat kesimpulan
dimana diagram pencar yang ada tidak membentuk pola atau acak, maka regresi
pada penelitian ini tidak mengalami gangguan heteroskedasitas.

Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dapat diterima atau
tidak diketahui dengan membandingkan antara Fhitung dan Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dapat diterima.
Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel maka model regresi yang digunakan ditolak. Uji
kelayakan model regresi juga dapat dilihat dari koefisien signifikansi atau
probabilitas.
Dalam penelitian ini digunakan ∝ = 5% yang artinya kemungkinan kesalahan
hanya boleh lebih kecil atau sama dengan 5%. Jika probabilitas kecil dari 0,05
maka model diterima, sebaliknya jika probabilitas besar dari 0,05 maka model
ditolak.
Dari hasil pengujian H1 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,113 yang
menunjukkan adanya pengaruh positif antara resiko klien terhadap keputusan
auditor dalam penerimaan penugasan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh ludovicious Sensi Wondabio (2006), Karla (2000), Nancy
(2003), Pancawati (2003), Yeyen (2009). Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa resiko klien berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan penerimaan penugasan audit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis pertama yang artinya resiko klien berpengaruh signifikan terhadap
keputusan auditor dalam menerima penugasan audit oleh klien.
Nilai Signifikansi sebesar 0,271 menunjukkan adanya pengaruh positif antara
independensi terhadap keputusan auditor dalam melakukan penerimaan
penugasan audit oleh klien. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan penerimaan
penugasan audit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis yang kedua. Artinya independensi berpengaruh signifikan terhadap
keputusan penerimaan penugasan audit oleh klien.
Untuk variabel audit fee (X3) yang diproksikan mengenai besar kecilnya fee
yang diberikan oleh klien terhadap jasa yang telah diberikan audior memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0.346 satuan yang berarti bahwa audit fee yang diberikan
klien naik satu satuan maka akan mempengaruhi keputusan auditor dalam
melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien sebesar 0.346 satuan. Hasil
penelitian tersebut mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Arif Yusuf
Fuadillah (2005).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis ketiga. Artinya audit fee berpengaruh signifikan terhadap keputusan
auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien.
Nilai koefisien regresi sebesar 0.584 menunjukkan bahwa kompetensi
seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit akan mempengaruhi
keputusan auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien. Hasil
penelitian tersebut mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Venica Serly
(2010).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis keempat. Artinya kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap
keputusan auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Simpulan
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa
Resiko Klien, Independensi, Audit Fee dan Kompetensi Auditor memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor dalam menerima suatu
penugasan audit oleh klien. Hal ini ditunjukkan oleh uji statistik dimana Fhitung
(39,14) yang menunjukkan signifikansi diantara keempat variabel tersebut dengan
keputusan auditor dalam menerima suatu penugasan audit lebih besar dari nilai
Ftabel (2,75).

Implikasi
Meskipun dalam porsi yang kecil, yaitu pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Pekanbaru dan Batam saja, namun hasil penelitian ini memberikan kontribusi
untuk memahami lebih komprehensif tentang bagaimana pengaruh resiko klien,
independensi, audit fee dan kompetensi auditor terhadap keputusan auditor dalam
menerima suatu penugsan audit oleh klien.
Berhasilnya beberapa hipotesis yang disusun bisa menjadi masukan bagi
KAP yang akan menerima penugasan audit untuk lebih selektif dalam menerima
klien. Dengan cara memperhatikan resiko klien, independensinya sehingga auditor
dapat memperoleh informasi apakah klien tersebut dapat diaudit atau tidak.
Karena seorang auditor hendaknya dalam melakukan penelitian terhadap klien
haruslah menyajikan informasi yang jujur dan tidak menyesatkan.
Selain itu diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih memperluas
sampel tidak terbatas hanya di KAP Pekanbaru dan Batam saja. Dan mencari
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan auditor dalam menerima
penugasan audit.

DAFTAR PUSTAKA
Arens,Alvin. A. Loebbecke James .K. 2002. Auditing (Pendekatan Terpadu).
Buku I. Edisi Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Boynton, & Willeiem C Jhonson, R, N. 2002. Modern Auditing 8th Edition.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Amin, Widjaja. 2010. Audting Ikhtisar Teori, Soal Jawab dan Kasus. Harvarindo
Holmes, W. Arthur. 1990. Auditing. Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Gunawan, Nancy, Christiani. 2003 . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Auditor dalam Menerima Penugasan Audit. Skripsi Magister
Ekonomi Universitas Kristen Petra: Surabaya
Guy, M. Dan & Winters. 2002. Auditing. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance,
dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Kajian
Akuntansi Pebruari Vol 2 No.1
Jhonstone, Karla. M. 2000. Risk, Experience and Client Acceptance Decision,
National Public Accounting Departemen of Accounting and Information
System at The School of Business. University of Wisconsin Madison.
Kosasih, Ruchjat. “Analisa Resiko Independensi Akuntan Publik Pada Penugasan
Keandalan”. Dalam Media Akuntansi, No. 13/Th/VIII/September 2000,
Jakarta.
Manggala, S Sulaiman. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi
Auditor dalam Pelaksanaan Audit Oleh Kantor Akuntan Publik di Palembang.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi Vol 1 No. 2, 2 Juli 2007.
Mayangsari, Sekar. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasa Eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, VI ( Januari 2003).
Mulyadi, 2002. Auditing, Buku 1. Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat
Mutiar, Erid. 2003. Pengaruh Tekanan Waktu, Risiko Audit, Risiko Klien, Risiko
Bisnis Auditor Terhadap Penerimaan Perikatan Audit Laporan Keuangan
pada KAP di Surabaya. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Airlangga
Media Akuntansi. Edisi 27 Juli – Agustus. Hal. 15 – 18
Media Akuntansi. No. 20/Th. VII. Juni 2000. Hal 27-57
Serly Vanica ,2010. Pengaruh Resiko Bisnis Klien, Independensi dan Kompetensi
Terhadap Penerimaan Penugasan Audit, Padang: Sarjana Ekonomi
Universitas Andalas.
Wondabio, Ludovicus Sensi. 2007. Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan
Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Accpetance
Decisions) Berdasarkan Pertimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk), Risko
Audit (Audit Risk) dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk).
Program Doktoral Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Wulandari,Yeyen. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Auditor
dalam Menerima Penugasan Audit, Pekanbaru: Skripsi Sarjana Ekonomi
Universitas Riau
Yusuf, Arif. 2005. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penerimaan
Perikatan Audit Atas Laporan Keuangan Klien pada Kantor Akuntan Publik
di Surabaya. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai