(Studi Kasus pada 14 Kantor Akuntan Publik di Riau dan Kepulauan Riau)
ABSTRAC
The research was conducted in Pekanbaru and Batam in October 2012. The
purpose of this study was to determine the factors that influence the auditor in performing
audit engagement acceptance by the client.
This study uses primary data and secondary data. Data analysis techniques used
in this study is multiple regression analysis (multiple regression) to analyze the effect of
the independent variables on the dependent variable using the tools SPSS Version 20.
Based on the research results, simultaneous regression test (F test) showed that
all the independent variables, such as the risk of the client, the independence, the audit
fee and auditor competence have a significant effect on auditor decision variables in
accepting an audit engagement, while the Partial Test (Test t) indicates that the auditor
competence variables most significantly influence the decision of acceptance by the
client.
. The magnitude of the effect caused by (R2) by the four dependent variables
simultaneously on the dependent variable of 77% while the remaining 23% are
influenced by variables - other variables not examined in this study.
Keywords: Clients Risk, independence, audit fee, auditor competence and auditor
Decision
PENDAHULUAN
(1)
Menyajikan (4)
Nga Menyajikan
Manajemen Perusahaan Laporan Keuangan
(2) LaporanKeuangan
Mengaudit Auditan
(Melakukan
atestasi) Laporan Audit
Auditor Indepeden
Profesi Akuntan
Publik
(3)
Menyusun
Resiko Klien
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien, auditor
mungkin saja menghadapi masalah karena adanya resiko klien yang tidak
diketahui auditor. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan resiko klien
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi resiko usaha
suatu KAP. Dewasa ini dalam ruang lingkup general audit akuntan publik sangat
dianjurkan untuk memfokuskan pada resiko apa saja yang ada pada klien dan
bagaimana kondisi pengendalian manajemen untuk menekan berbagai resiko
tersebut.
Resiko klien yang mungkin dihadapi auditor seperti berikut, misalnya :
a. Perusahaan sejak awal berdirinya (pembentukan perusahaan) mengandung
banyak kelemahan, misalnya kepemilikan perusahaan yang didominasi oleh
keluarga sehingga tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas dan
manajemen yang baik, keuangan yang dikelola sembarangan (Media
Akuntansi 2000:57)
b. Kondisi keuangan yang tidak sehat, sedang mengalami kerugian atau sedang
berada dalam posisi yang sulit untuk melunasi hutangnya (Mulyadi 2002:86)
c. Perusahaan yang sedang mengalami masalah klaim/tuntutan hukum dengan
klien, pengguna laporan hasil audit ataupun pada pihak ketiga lainnya.
d. Perusahaan yang sering melakukan pergantian auditor tanpa alasan yang
jelas, yang mungkin disebabkan adanya ketidakpuasan klien terhadap jasa
yang diberikan auditor sebelumnya, ataupun adanya perselisihan antara klien
dengan auditornya dalam penyajian laporan keuangan dan pengungkapannya
(Mulyadi Purwadireja 2002:86).
e. Tidak adanya system pengendalian internal yang baik, yang meliputi rencana
organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam
suatu perusahaan yang dapat memudahkan para pegawai/staff untuk
melakukan kecurangan.
Resiko yang mungkin dihadapi auditor terhadap masing-masing klien ini
pasti berbeda, walaupun klien mempunyai usaha yang sama. Oleh karena itu,
sebelum memutuskan untuk menerima penugasan audit dari klien auditor harus
memahami bisnis kliennya. Dengan memahami bisnis klien berarti dapat
memperkecil resiko audit (Media Akuntansi, 2000:40). Bila sebelumnya
memahami bisnis klien hanya merupakan syarat untuk menerima penugasan dan
taka da aturannya, sekarang diatur dengan standar tersendiri, yaitu dalam PSA 67
(Pemahaman Bisnis Klien).
Berdasarkan hal-hal diatas, kondisi perusahaan yang dapat mempengaruhi
auditor dalam menerima suatu penugasan audit :
Perusahaan yang kepemilikannya tidak didominasi oleh keluarga sehingga
mempunyai struktur organisasi yang jelas dan manajemen yang baik.
Kondisi keuangan yang sehat, tidak sedang mengalami kerugian yang
material atau tidak sedang berada dalam posisi yang sulit untuk melunasi
hutangnya.
Peneltian mengenai Risiko Audit ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Erid
Mutiar (2003) dalam penelitiannya mengenai risko klien (client risk)
mendapatkan kesimpulan, bahwa risiko klien menjadi pertimbangan auditor
dalam menerima suatu penugasan audit. Hal serupa juga di lakukan oleh Nancy
(2003) dan Yeyen (2009) dengan hasil yang sama pula. Konsisten terhadap
pendapat Erid (2003), Nancy (2003) dan Yeyen (2009), maka hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Independensi
Dalam Etika Profesi No.1 menjelaskan agar akuntan publik/auditor tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugas yang bertentangan
dengan prinsip objektivitas dan integritas. Independen berarti sikap mental yang
bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dalam merumuskan dan
menyatakan pendapat, dan tidak bergantung pada orang lain (Mulyadi dan
Purwadiredja 1998:48).
Independensi menjadi penting takala dihadapi pada situasi dan kondisi
adanya tarik menarik berbagai kepentingan pada satu atau lebih objek tertentu.
Karena KAP tidak hanya memberikan jasa atestasi, audit dan pemeriksaan
lainnya, namun juga memberikan konsultasi dan perpajakan.
Independensi auditor memiliki tiga aspek :
Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya. Aspek
ini disebut dengan Independensi dalam kenyataan (Independence in fact).
Independensi yang di tinjau dari sudut pandang pihak lain yang dengan diri
auditor. Aspek ini disebut dengan istilah Independensi dalam penampilan
(Independence in appearance).
Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat
mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai
audit atas fakta tersebut. Jika auditor tidak memiliki kecakapan professional
yang diperlukan untuk mengerjakan penugasan yang diterimanya, ia melanggar
pasal kode etik yang bersangkutan dengan Independensi (Pasal 1 Ayat 2 Kode
Etik Akuntan Indonesia).
Selain dapat digolongkan kedalam tiga aspek sebagaimana telah diuraikan diatas
menurut William C. Boynton (2002) Independensi dapat juga digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1. Independensi Praktisi (Practitioner Independence)
Yaitu Independensi pendekatan dan sikap yang harus dimiliki oleh setiap
orang professional jika orang tersebut melaksanakan pekerjaan professional
yang sesungguhnya. Independensi ini merupakan kombinasi kepercayaan diri
sendiri, bebas dari pengendalian klien, ahli dan mampu, dan
mempertimbangkan keputusannya atas dasar latihan dan pengalaman yang
tidak diperoleh oleh mereka yang bukan profesi.
2. Independensi Profesi (Profession Independence)
Yaitu dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai
keahlian pemeriksaan data tersebut. Seorang akuntan yang tidak menguasai
komputer, tidak dapat mempertimbangkan dengan objek yang tercantum di
dalam laporan keuangan yang diolah dengan menggunakan komputer.
Akuntan tidak memiliki independensi bukan karena tidak ada kejujuran
dalam dirinya, melainkan karena tidak adanya keahlian mengenai objek yang
diauditnya. Kompetensi auditor menentukan independen tidaknya akuntan
dalam mempertibangkan fakta yang diperiksanya.
Penelitian mengenai independensi ini pernah dilakukan oleh Pancawati
(2010) dan Sulaiman (2007), yang menyatakan bahwa independensi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan auditor dalam menerima suatu
penerimaan penugasan audit oleh klien.
Begitu pula halnya dengan pemikiran peneliti yang menyatakan bahwa
independensi seorang auditor dalam menerima suatu penugasan audit oleh klien
sangat di perhitungkan, hal ini didasarkan sesuai dengan peraturan mengenai
independensi yang diatur dalam etika profesi nomor 1 yang mengharuskan auditor
tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugas yang
bertentangan dengan prinsip objektivitas dan integritas serta tetap
mempertahankan independensinya sebagai auditor. Berdasarkan uraian tersebut
diatas maka dituangkan hipotesis kedua.
Audit Fee
Pengertian audit fee adalah imbalan berupa sejumlah uang tertentu yang
diperoleh akuntan publik dari kliennya atas jasa audit yang diberikan dengan
dasar pembebanannya, waktu dan biaya yang digunakan akuntan dalam
menjalankan keahliannya. Audit Fee juga bisa diartikan sebagai fungsi dari
jumlah kerja yang dilakukan oleh auditor dengan harga per jam (Al-Shammari et
al., 2008).
Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup
panjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya fee audit yaitu besar kecilnya klien, lokasi kantor
akuntan publik dan ukuran kantor akuntan publik. Selain faktor tersebut, dalam
menetapkan imbalan jasa atau fee audit, akuntan publik harus mempertimbangkan
hal hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan Klien
2. Tugas dan Tanggung Jawab menurut hukum (statutory duties)
3. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab
4. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
akuntan publik.
Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga
harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit dan tahap pelaporan.
Sebelum menerima penugasan auditor perlu memahami bisnis dan kondisi
perusahaan klien sehingga auditor dapat menetapkan fee atas jasa yang diberikan
(Media Akuntansi, 2000:40). Berdasarkan hal-hal diatas, kondisi yang dapat
mempengaruhi auditor dalam menerima suatu penugasan audit adalah fee yang
memadai dan sesuai antara sumber daya yang dimilki KAP auditor tersebut
dengan cost-benefitnya.
Penelitian mengenai Audit fee ini telah banyak dilakukan, beberapa
diantaranya yang pernah melakukan penelitian mengenai audit fee ini adalah
Ludovicus (2007) yang menyatakan bahwa audit fee tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pertimbangan auditor dalam melakukan penerimaan
penugasan audit. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kompetensi Auditor
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam
SPAP 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,
sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2011) menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due
professional care). Untuk memperoleh kompetensi tersebut dibutuhkan
pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal dengan nama pendidikan
profesional berkelanjutan (continuing professional education).
Ada beberapa komponen dari kompetensi auditor, yaitu :
1. Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu
personal yang baik, seperti :
Berpikiran terbuka (open-minded)
Berpikiran luas (broad-minded)
Mampu menangani ketidakpastian
Mampu bekerjasama dalam tim
Rasa ingin tahu (inquisitive)
Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
Menyadari bahwa beberapa temuan bersifat subyektif
Disamping itu, auditor juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang
baik, karena selama masa pemeriksaan banyak dilakukan wawancara dan
permintaan keterangan dari auditan untuk memperoleh data.
2. Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami
entitas yang akan diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini
meliputi kemampuan untuk melakukan reviu analisis (analytical review),
pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi, pengetahuan
auditing, dan pengetahuan tentang sector publik. Yang tidak boleh dilupakan
adalah pengetahuan akuntansi untuk memahami siklus entitas dan laporan
keuangan serta mengolah data dan angka yang diperiksa.
3. Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang dimiliki seorang auditor antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik, keterampilan
mengoperasikan komputer, serta kemampuan menulis dan mempresentasikan
laporan dengan baik.
Agar auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian
khusus yang memadai, maka diperlukan pelatihan bagi mereka. Dalam SPKN
dinyatakan bahwa auditor dalam dua tahun paling tidak 80 jam pendidikan secara
langsung meningkatkan kecakapan professional auditor untuk melaksanakan
audit.
Mengenai kompetensi auditor sendiri, Venica Serly (2010) menyatakan
bahwa pada hasil penelitiannya, kompetensi auditor memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan penugasan audit oleh klien, karena dalam
memulai suatu perikatan dengan klien, auditor harus benar-benar memiliki
kompetensi yang cukup agar mampu melaksanakan audit laporan keuangan
dengan baik. Berdasarkan penelitian tersebut maka hipotesis keempat yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
1. Uji Validitas
Validitas data ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu
instrumen pengukur yang dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur (Indriantoro, 2002: 181-182). Uji validitas data penelitian
ini adalah dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson (Indriantoro
dan Supomo, 2002). Dalam metode ini dibandingkan antara r hitung dengan r tabel.
Jika r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid, begitu juga sebaliknya jika r
hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, dengan melihat rtabel. Nilai rtabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji
2 sisi dan jumlah data (n) = 32, maka didapat rtabel sebesar 0,339. Nilai rtabel yang
diperoleh dibandingkan dengan nilai rhitung untuk menguji validitas dari data yang
diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Setelah dibandingkan didapat hasil
bahwa nilai rhitung pada setiap butir pertanyaan yang ada pada kuesioner lebih
besar dari rtabel, sehingga dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Untuk melihat reliabilitas dari instrumen-instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini, akan dihitung Cronbach Alpha masing-masing instrumen. Variabel
tersebut akan dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha-nya memiliki nilai lebih
besar dari 0,50. Sebaliknya jika koefisien alpha instrumen lebih rendah dari 0,50
maka instrumen tersebut tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian
Koefisien alpha tersebut dilihat pada setiap bagian instrumen yang mencakup
resiko klien, independesi, audit fee dan kompetensi audit. Dari hasil penelitian
data yang digunakan dalam penlitian ini adalah reliabel.
Variabel Jumlah Item Cronbach Alpha Keterangan
Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah variabel kontrol dan
dependen terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini digunakan plot peluang normal. Distribusi normal merupakan
distribusi teoritis dari variabel random yang continue.
Alat diagnostik yang digunakan untuk memeriksa data yang memiliki
distribusi normal adalah plot peluang normal (normal probability plot). Plot
peluang normal (normal probability plot) dilakukan dengan membandingkan nilai
observasi (observed normal) dengan nilai yang diharapkan dari distribusi normal
(expected normal).
Dari grafik di atas dilihat bahwa data tersebut disekitar garis lurus tersebut
(tidak terpencar jauh dari garis lurus). Maka dapat disimpulkan bahwa persyaratan
normalitas data adalah terpenuhi.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
adanya interkorelasi antara variabel independen yang terdapat dalam model
regresi penelitian ini. Model regresi yang bebas multikolinearitas apabila
mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 dan mempunyai angka
tolerance > 0,10. (Purwanto, 2004).
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Uji Autokorelasi
Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin Watson (DW test) (Purwanto 2004). Batas tidak terjadinya autokorelasi
adalah angka Durbin-Watson berada antara -2 sampai dengan +2.
b
Model Summary
Change Statistiks
Std. Error
R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin-
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
a
1 .880 .775 .741 .71044 .775 23.202 4 27 .000 1.894
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dapat diterima atau
tidak diketahui dengan membandingkan antara Fhitung dan Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dapat diterima.
Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel maka model regresi yang digunakan ditolak. Uji
kelayakan model regresi juga dapat dilihat dari koefisien signifikansi atau
probabilitas.
Dalam penelitian ini digunakan ∝ = 5% yang artinya kemungkinan kesalahan
hanya boleh lebih kecil atau sama dengan 5%. Jika probabilitas kecil dari 0,05
maka model diterima, sebaliknya jika probabilitas besar dari 0,05 maka model
ditolak.
Dari hasil pengujian H1 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,113 yang
menunjukkan adanya pengaruh positif antara resiko klien terhadap keputusan
auditor dalam penerimaan penugasan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh ludovicious Sensi Wondabio (2006), Karla (2000), Nancy
(2003), Pancawati (2003), Yeyen (2009). Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa resiko klien berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan penerimaan penugasan audit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis pertama yang artinya resiko klien berpengaruh signifikan terhadap
keputusan auditor dalam menerima penugasan audit oleh klien.
Nilai Signifikansi sebesar 0,271 menunjukkan adanya pengaruh positif antara
independensi terhadap keputusan auditor dalam melakukan penerimaan
penugasan audit oleh klien. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan penerimaan
penugasan audit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis yang kedua. Artinya independensi berpengaruh signifikan terhadap
keputusan penerimaan penugasan audit oleh klien.
Untuk variabel audit fee (X3) yang diproksikan mengenai besar kecilnya fee
yang diberikan oleh klien terhadap jasa yang telah diberikan audior memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0.346 satuan yang berarti bahwa audit fee yang diberikan
klien naik satu satuan maka akan mempengaruhi keputusan auditor dalam
melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien sebesar 0.346 satuan. Hasil
penelitian tersebut mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Arif Yusuf
Fuadillah (2005).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis ketiga. Artinya audit fee berpengaruh signifikan terhadap keputusan
auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien.
Nilai koefisien regresi sebesar 0.584 menunjukkan bahwa kompetensi
seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit akan mempengaruhi
keputusan auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien. Hasil
penelitian tersebut mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Venica Serly
(2010).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini mendukung
hipotesis keempat. Artinya kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap
keputusan auditor dalam melakukan penerimaan penugasan audit oleh klien.
Simpulan
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa
Resiko Klien, Independensi, Audit Fee dan Kompetensi Auditor memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan auditor dalam menerima suatu
penugasan audit oleh klien. Hal ini ditunjukkan oleh uji statistik dimana Fhitung
(39,14) yang menunjukkan signifikansi diantara keempat variabel tersebut dengan
keputusan auditor dalam menerima suatu penugasan audit lebih besar dari nilai
Ftabel (2,75).
Implikasi
Meskipun dalam porsi yang kecil, yaitu pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Pekanbaru dan Batam saja, namun hasil penelitian ini memberikan kontribusi
untuk memahami lebih komprehensif tentang bagaimana pengaruh resiko klien,
independensi, audit fee dan kompetensi auditor terhadap keputusan auditor dalam
menerima suatu penugsan audit oleh klien.
Berhasilnya beberapa hipotesis yang disusun bisa menjadi masukan bagi
KAP yang akan menerima penugasan audit untuk lebih selektif dalam menerima
klien. Dengan cara memperhatikan resiko klien, independensinya sehingga auditor
dapat memperoleh informasi apakah klien tersebut dapat diaudit atau tidak.
Karena seorang auditor hendaknya dalam melakukan penelitian terhadap klien
haruslah menyajikan informasi yang jujur dan tidak menyesatkan.
Selain itu diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih memperluas
sampel tidak terbatas hanya di KAP Pekanbaru dan Batam saja. Dan mencari
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan auditor dalam menerima
penugasan audit.
DAFTAR PUSTAKA
Arens,Alvin. A. Loebbecke James .K. 2002. Auditing (Pendekatan Terpadu).
Buku I. Edisi Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Boynton, & Willeiem C Jhonson, R, N. 2002. Modern Auditing 8th Edition.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Amin, Widjaja. 2010. Audting Ikhtisar Teori, Soal Jawab dan Kasus. Harvarindo
Holmes, W. Arthur. 1990. Auditing. Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Gunawan, Nancy, Christiani. 2003 . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Auditor dalam Menerima Penugasan Audit. Skripsi Magister
Ekonomi Universitas Kristen Petra: Surabaya
Guy, M. Dan & Winters. 2002. Auditing. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance,
dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Kajian
Akuntansi Pebruari Vol 2 No.1
Jhonstone, Karla. M. 2000. Risk, Experience and Client Acceptance Decision,
National Public Accounting Departemen of Accounting and Information
System at The School of Business. University of Wisconsin Madison.
Kosasih, Ruchjat. “Analisa Resiko Independensi Akuntan Publik Pada Penugasan
Keandalan”. Dalam Media Akuntansi, No. 13/Th/VIII/September 2000,
Jakarta.
Manggala, S Sulaiman. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi
Auditor dalam Pelaksanaan Audit Oleh Kantor Akuntan Publik di Palembang.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi Vol 1 No. 2, 2 Juli 2007.
Mayangsari, Sekar. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasa Eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, VI ( Januari 2003).
Mulyadi, 2002. Auditing, Buku 1. Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat
Mutiar, Erid. 2003. Pengaruh Tekanan Waktu, Risiko Audit, Risiko Klien, Risiko
Bisnis Auditor Terhadap Penerimaan Perikatan Audit Laporan Keuangan
pada KAP di Surabaya. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Airlangga
Media Akuntansi. Edisi 27 Juli – Agustus. Hal. 15 – 18
Media Akuntansi. No. 20/Th. VII. Juni 2000. Hal 27-57
Serly Vanica ,2010. Pengaruh Resiko Bisnis Klien, Independensi dan Kompetensi
Terhadap Penerimaan Penugasan Audit, Padang: Sarjana Ekonomi
Universitas Andalas.
Wondabio, Ludovicus Sensi. 2007. Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan
Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Accpetance
Decisions) Berdasarkan Pertimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk), Risko
Audit (Audit Risk) dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk).
Program Doktoral Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Wulandari,Yeyen. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Auditor
dalam Menerima Penugasan Audit, Pekanbaru: Skripsi Sarjana Ekonomi
Universitas Riau
Yusuf, Arif. 2005. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penerimaan
Perikatan Audit Atas Laporan Keuangan Klien pada Kantor Akuntan Publik
di Surabaya. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Airlangga