Anda di halaman 1dari 44

Aspek Hukum Tenaga Teknis Kefarmasian

dalam
Praktik Kefarmasian
Budi Djanu Purwanto, SH, MH

Workshop Peningkatan Kompetensi


PD PAFI Provinsi Gorontalo
22 Desember 2022

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG


Curriculum Vitae
• BUDI DJANU PURWANTO, SH, MH
• Jakarta, 8 Januari 1956
• (1963-1968) SD Negeri Slipi Pagi II, Jakarta Barat
• (1969-1971) SMP Negeri 88 Slipi, Jakarta Barat
• (1972-1974) SMF Negeri Depkes Jakarta
• (1979-1984) Fakultas Hukum – Universitas Indonesia.
• (2003-2005) Fakultas Hukum – Universitas Indonesia, Pascasarjana
• RIWAYAT JABATAN
• (1978-1980) Staf Urusan POM Dinas Kesehatan DKI Jakarta
• (1980-2000) Staf Sub Seksi Narkoba, Balai POM DKI Jakarta
• (2000-2001) Kepala Sub Bagian Hukum, Ditjen POM Depkes
• (2001-2008) Kepala Bagian Bantuan Hukum, Badan POM
• (2008-2010) Kepala Bidang Informasi Obat, Badan POM
• (2010-2011) Kepala Bagian Peraturan Perundang-undangan, Badan POM
• (2011-2012) Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif, Badan POM
• (2012-2016) Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Badan POM
• (2016-2017) Staf Khusus Kepala Badan POM
• LAIN-LAIN
• (2006-sekarang) Dosen Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
• (2014) Satyalancana Karya Satya 30 tahun (Pemerintah)
• (2016-2022) Ketua 1 PP-PAFI
• (2022) Ketua Umum PP-PAFI
Agenda

Praktik Kefarmasian, Tenaga Kefarmasian, Organisasi Profesi, dan Kode Etik Profesi

Registrasi, Perizinan, dan Standar Prosedur Operasional dalam Praktik Kefarmasian

Pelindungan Hukum Tenaga Teknis Kefarmasian

Ketentuan Pidana
PRAKTIK KEFARMASIAN TENAGA PSIKOLOGI KLINIS

TENAGA KEPERAWATAN

Pasal 108 ayat (1) Penjelasan


UU 36/2009 TENAGA KEBIDANAN Pasal 108 ayat (1)
UU 36/2014 UU 36/2009
PRAKTIK KEFARMASIAN TENAGA KESEHATAN TENAGA KEFARMASIAN Yang dimaksud dengan
yang meliputi pembuatan “tenaga kesehatan” dalam
termasuk pengendalian mutu Setiap orang yang
mengabdikan diri TENAGA KESEHATAN ketentuan ini adalah
sediaan farmasi,
dalam bidang
MASYARAKAT TENAGA KEFARMASIAN
pengamanan, pengadaan,
kesehatan serta sesuai dengan keahlian dan
penyimpanan dan TENAGA KESEHATAN
memiliki pengetahuan kewenangannya.
pendistribusian obat, LINGKUNGAN
pelayanan obat atas resep dan/atau keterampilan Dalam hal tidak ada tenaga
dokter, pelayanan informasi melalui pendidikan di kefarmasian, tenaga
TENAGA GIZI
obat serta pengembangan bidang kesehatan yang kesehatan tertentu dapat
obat, bahan obat dan obat untuk jenis tertentu melakukan praktik
tradisional harus dilakukan memerlukan TENAGA KETERAPIAN FISIK kefarmasian secara
oleh tenaga kesehatan yang kewenangan untuk terbatas, misalnya antara
mempunyai keahlian dan melakukan upaya TENAGA KETEKNISIAN lain dokter dan/atau dokter
kewenangan sesuai dengan kesehatan. MEDIS gigi, bidan, dan perawat,
ketentuan peraturan yang dilaksanakan sesuai
perundang-undangan. TENAGA TEKNIK dengan peraturan
BIOMEDIKA perundang-undangan.
TENAGA KESEHATAN
TRADISIONAL
TENAGA KEFARMASIAN Sarjana Farmasi yang telah lulus
sebagai Apoteker dan telah
TENAGA
PSIKOLOGI KLINIS mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker.
(PP 51/2009)
TENAGA
KEPERAWATAN

TENAGA

UU 36/2014
KEBIDANAN
APOTEKER
JENIS TENAGA Sarjana Farmasi
TENAGA KESEHATAN TENAGA KEFARMASIAN KEFARMASIAN

Setiap orang yang TENAGA TEKNIS


Ahli Madya Farmasi
mengabdikan diri TENAGA KESEHATAN KEFARMASIAN
MASYARAKAT
dalam bidang Analis Farmasi
kesehatan serta KELOMPOK TENAGA KESEHATAN
memiliki pengetahuan TENAGA
LINGKUNGAN
KESEHATAN
dan/atau keterampilan Tenaga yang membantu
melalui pendidikan di TENAGA GIZI Apoteker dalam menjalani
bidang kesehatan yang Pekerjaan Kefarmasian, yang
untuk jenis tertentu terdiri atas Sarjana Farmasi,
memerlukan TENAGA Ahli Madya Farmasi, Analis
KETERAPIAN FISIK Farmasi, dan Tenaga
kewenangan untuk
Menengah Farmasi/ Asisten
melakukan upaya TENAGA Apoteker.
kesehatan. KETEKNISIAN MEDIS (PP 51/2009)

TENAGA
EKNIK BIOMEDIKA PMK 80/2016
TENAGA
ASISTEN TENAGA KEFARMASIAN
KESEHATAN TRADISIONAL
ORGANISASI PROFESI

Tenaga Kesehatan harus


membentuk Setiap jenis KODE ETIK
ORGANISASI PROFESI Tenaga Kesehatan
sebagai wadah untuk PROFESI
meningkatkan dan/atau hanya dapat Apoteker
mengembangkan membentuk 1 (IAI)
pengetahuan dan
keterampilan, martabat, (satu) Organisasi
18 Juni 1955
dan etika profesi Tenaga Profesi.
Kesehatan.
INTERNAL

EKSTERNAL
Pembentukan Tenaga Teknis
ORGANISASI PROFESI Organisasi Profesi Kefarmasian
adalah wadah dilaksanakan sesuai (PAFI)
untuk berhimpun dengan ketentuan 13 Februari 1946
tenaga kesehatan Peraturan PERATURAN
yang seprofesi. Perundang- PERUNDANG-
undangan. UNDANGAN
KODE ETIK PROFESI

Kode Etik Ahli Farmasi Indonesia


Mukadimah

• Ahli Farmasi Indonesia Dalam melakukan Praktik Kefarmasian harus dilandasi


atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosiai, dan ras serta
tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.
• Anggota Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) yang melaksanakan profesi
kefarmasian mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki
kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan
pelayanan kefarmasian, pendidikan farmasi, pengembangan ilmu dan teknologi
farmasi serta ilmu-ilmu terkait.
Lanjutan …

• Anggota PAFI dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada


Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi
oleh falsafah-falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
PAFI, dan Kode Etik Ahli Farmasi Indonesia.
• Bahwa Sumpah/Janji anggota PAFI menjadi pegangan hidup dalam
menjalankan tugas pengabdian kepada nusa dan bangsa. Oleh karena itu
seorang Ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya mempunyai
ikatan moral yang tertuang dalam Kode etik Ahli Farmasi Indonesia yang harus
diamalkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota PAFI.
Kode Etik Ahli Farmasi Indonesia

Kewajiban Terhadap Profesi

Kewajiban Terhadap Teman Sejawat


Landasan moral
Kewajiban Terhadap Pasien / Pemakai Jasa
profesi yang harus
diamalkan dan
dilaksanakan oleh Kewajiban Terhadap Masyarakat
seluruh Ahli Farmasi
Indonesia Kewajiban Terhadap Profesi Kesehatan Lainnya

Kewajiban Terhadap Lingkungan

Kewajiban Terhadap Komoditi


Kewajiban Terhadap Profesi
1. Anggota PAFI harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah/Janji profesi.
2. Anggota PAFI harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode
Etik Ahli Farmasi Indonesia.
3. Anggota PAFI harus menjujung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan profesi,
menjaga intregritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
4. Anggota PAFI berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai
dengan perkembangan teknologi dan peraturan Perundang-undangan di bidang Kesehatan
khususnya bidang Kefarmasian.
5. Anggota PAFI harus senantiasa melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan kode etik profesi.
6. Anggota PAFI harus menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi.
7. Anggota PAFI harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
8. Dalam menjalankan tugasnya setiap Anggota PAFI harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur tenaga
kefarmasian.
Kewajiban Terhadap Teman Sejawat

1. Anggota PAFI memandang teman sejawat sebagaimana


dirinya dalam memberikan penghargaan.
2. Anggota PAFI senantiasa menghindari perbuatan yang
merugikan teman sejawat secara material maupun moral.
3. Anggota PAFI senantiasa meningkatkan kerjasama dan
memupuk kebutuhan martabat tenaga kefarmasian,
mempertebal rasa saling percaya dalam menunaikan tugas.
Kewajiban Terhadap Pasien / Pemakai Jasa
1. Anggota PAFI harus bertanggung jawab dan memelihara
kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada
pasien/pemakai jasa secara profesional.
2. Anggota PAFI harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia
kefarmasian, serta hanya memberikan rahasia kedokteran dan
rahasia kefarmasian kepada pihak yang berhak sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Anggota PAFI dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat
atau teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil yang
akurat atau baik.
Kewajiban Terhadap Masyarakat
1. Anggota PAFI harus mampu sebagai suri tauladan ditengah-tengah
masyarakat.
2. Anggota PAFI dalam pengabdian profesinya memberikan semaksimal
mungkin pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Anggota PAFI harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan khususnya di bidang
kefarmasian.
4. Anggota PAFI selalu melibatkan diri dalam usaha-usaha pembangunan
nasional khususnya di bidang kesehatan.
5. Anggota PAFI harus menghindarkan diri dari usaha-usaha yang
mementingkan diri sendiri serta bertentangan dengan praktik
kefarmasian.
Kewajiban Terhadap Profesi Kesehatan Lainnya
1. Anggota PAFI harus senantiasa menjalin kerjasama yang baik,
saling percaya, menghargai, dan menghormati terhadap profesi
kesehatan lainnya.
2. Anggota PAFI harus mampu menghindarkan diri terhadap
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan, menghilangkan
kepercayaan, penghargaan masyarakat terhadap profesi
kesehatanya.
Kewajiban Terhadap Lingkungan
1. Anggota PAFI harus menjamin pemenuhan dan perlindungan hak
atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia.
2. Anggota PAFI harus menjamin terpenuhinya keadilan generasi
masa kini dan generasi masa depan.
3. Anggota PAFI harus melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
4. Anggota PAFI harus mengendalikan pemanfaatan sumber daya
alam secara bijaksana, dan mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Kewajiban Terhadap Komoditi
1. Anggota PAFI wajib meningkatkan mutu Praktik Kefarmasian
dalam melaksanakan pekerjaan di fasilitas produksi, fasilitas
distribusi, dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi.
2. Anggota PAFI wajib menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian.
3. Anggota PAFI wajib melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety), dan penggunaan yang salah serta
penyalahgunaan obat.
Pelanggaran Kode Etik
1. Pelanggaran terhadap kode etik sebagaimana diatur dalam Kode
Etik Ahli Farmasi Indonesia diperiksa dan diputuskan oleh MAJELIS
ETIK AHLI FARMASI INDONESIA yang merupakan bagian integral
dari Pengurus Pusat PAFI, Pengurus Daerah PAFI, dan/atau
Pengurus Cabang PAFI.
2. Majelis Etik Ahli Farmasi Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat ad hoc dan ditetapkan oleh Pengurus Pusat PAFI,
Pengurus Daerah PAFI, dan/atau Pengurus Cabang PAFI sesuai
dengan kedudukan anggota PAFI yang melakukan pelanggaran.
Penutup
1. Kode Etik Ahli Farmasi Indonesia ini disusun sebagai Kode Etik Profesi
bagi anggota PAFI dalam melaksanakan praktik kefarmasian dan
kegiatan lain yang terkait, yang dilakukan untuk dan atas nama PAFI.
2. Kode Etik Profesi ini disusun dengan format yang disepakati oleh
organisasi profesi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia pada Rapat Kerja
Nasional di Batam, tanggal 3-5 Nopember 2016.
3. Agar setiap anggota PAFI mengetahuinya, memerintahkan kepada
Sekretariat Jenderal untuk menyebarluaskan Kode Etik Profesi ini
kepada seluruh Pengurus Daerah untuk diketahui dan diteruskan
kepada seluruh Pengurus Cabang PAFI.
PRAKTIK
KEFARMASIAN
UU 23/1992
KESEHATAN

1. PEKERJAAN KEFARMASIAN adalah pembuatan


termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep PP 51/2009
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan PEKERJAAN KEFARMASIAN
obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2. Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan dalam rangka


menjaga mutu sediaan farmasi yang beredar.

3. Pekerjaan kefarmasiaan dalam pengadaan, produksi,


distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
PRAKTIK KEFARMASIAN
keahlian dan kewenangan untuk itu.

4. Ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan


kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
UU 36/2009
KESEHATAN
TENAGA
KEFARMASIAN

PRAKTIK
KEFARMASIAN

Pasal 108 (1) FASILITAS SEDIAAN


UU 36/2009 KEFARMASIAN FARMASI
TENAGA KEFARMASIAN
KEWENANGAN TTK

FASILITAS KEFARMASIAN
FASILITAS PRODUKSI
SEDIAAN FARMASI
Tenaga yang MEMBANTU
FASILITAS DISTRIBUSI
Apoteker dalam menjalani SEDIAAN FARMASI
Pekerjaan Kefarmasian FASILITAS PELAYANAN
SEDIAAN FARMASI

TTK Penanggung Jawab


Industri Kosmetika Gol. B

Penanggung Jawab
KEWENANGAN UKOT

MANDIRI Penanggung Jawab


UMOT

Penanggung Jawab
Toko Obat
STR-TTK

Pasal 44 (1)

Pasal 44 (2)
Setiap Tenaga Kesehatan STR diberikan oleh konsil
yang menjalankan praktik masing-masing Tenaga
wajib memiliki Surat Tanda Kesehatan setelah
Registrasi (STR). memenuhi persyaratan.

SURAT TANDA REGISTRASI (STR)


Bukti tertulis yang diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi.

Memenuhi Persyaratan

STR-TTK
(Berlaku selama 5 tahun}
Persyaratan
Registrasi & Registrasi Ulang

• memiliki STR lama;


• memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan • memiliki SERTIFIKAT KOMPETENSI atau
Sertifikat Profesi;
• memiliki SERTIFIKAT KOMPETENSI atau
Sertifikat Profesi • memiliki surat keterangan sehat fisik dan
mental;
• memiliki surat
mental
keterangan sehat fisik dan
5 • membuat pernyataan mematuhi dan
TAHU melaksanakan ketentuan etika profesi.
• memiliki surat pernyataan telah mengucapkan N
• telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi
SUMPAH/JANJI PROFESI
atau vokasi di bidangnya; dan
• membuat pernyataan mematuhi dan
• memenuhi kecukupan dalam kegiatan
melaksanakan ketentuan etika profesi
pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau
kegiatan ilmiah lainnya.

SERTIFIKAT KOMPETENSI
Surat Tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat
menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji Kompetensi.
SIP-TTK

Perizinan Tenaga Kesehatan


Izin diberikan dalam bentuk Surat
Pasal 46 (1)
Setiap Tenaga Kesehatan Izin Praktik (SIP),

Pasal 46 (2)
yang menjalankan praktik SIP diberikan oleh pemerintah
di bidang pelayanan daerah kabupaten/ kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan
kesehatan wajib memiliki yang berwenang di kabupaten/kota
izin. tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
• Untuk mendapatkan, Tenaga Kesehatan harus memiliki;
• STR yang masih berlaku;
• Rekomendasi Dari Organisasi Profesi;
• Tempat praktik.

SIP-TTK
Pasal 74 UU 36/2014
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
DILARANG mengizinkan Tenaga
Kesehatan yang tidak memiliki STR dan
izin untuk menjalankan praktik di
Fasilitas pelayanan Kesehatan.
FASILITAS
KEFARMASIAN
Fasilitas Kefarmasian PP 51/2009

FASILITAS PRODUKSI SEDIAAN FARMASI STANDAR


KEFARMASIAN adalah
FASILITAS KEFARMASIAN pedoman untuk
adalah sarana yang melakukan Pekerjaan
digunakan untuk FASILITAS DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI Kefarmasian pada
melakukan Pekerjaan fasilitas produksi,
distribusi atau
Kefarmasian.
penyaluran, dan
FASILITAS PELAYANAN SEDIAAN FARMASI pelayanan kefarmasian.
Standar Prosedur Operasional
Di Fasilitas Kefarmasian
[PP 51/2009]

Dalam menjalankan Pekerjaan Dalam melakukan Pekerjaan


kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian, Apoteker
Kefarmasian, Apoteker dapat sebagaimana dimaksud dalam
dibantu oleh Apoteker Pasal 7 (2), Pasal 14 (2), dan
pendamping dan/ atau Tenaga Pasal 20 (2) harus menetapkan
Teknis Kefarmasian. Standar Prosedur Operasional

[Ps. 7 (2); Ps. 14 (2); Ps. 20 (2)] [Ps. 11 (1); Ps 16 (1); Ps 21 (1)]

Prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang


Pekerjaan Kefarmasian.
Pelimpahan Pekerjaan Kefarmasian

tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan


keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan.

Dalam melakukan
pekerjaan
pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
kefarmasian, TTK
pengawasan pemberi pelimpahan.
dapat menerima
pelimpahan
pekerjaan pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
kefarmasian dari dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
tenaga apoteker. pelimpahan yang diberikan.
[Ps 65 UU 36/2014]

tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan


sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi PP 51/2009

FASILITAS

FASILITAS PRODUKSI
PRODUKSI Industri Farmasi Obat
SEDIAAN
FARMASI Industri Bahan Baku
adalah sarana Obat GMP
yang digunakan
untuk
memproduksi Industri Obat
obat, bahan Tradisional SPO
baku obat, obat
tradisional, dan Pabrik Kosmetik
kosmetika.
Fasilitas Distribusi Sediaan Farmasi PP 51/2009

FASILITAS DISTRIBUSI atau


Penyaluran Sediaan
Farmasi adalah sarana PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF)
yang digunakan untuk GDP
mendistribusikan atau
menyalurkan Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang INSTALASI SEDIAAN FARMASI SPO
Besar Farmasi dan
Instalasi Sediaan Farmasi.
Fasilitas Pelayanan Sediaan Farmasi PP 51/2009

APOTEK
PELAYANAN
KEFARMASIAN
STANDAR
adalah suatu PELAYANAN IFRS
FASILITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN pelayanan langsung KEFARMASIAN
sarana dan bertanggung GPP
yang digunakan untuk jawab kepada pasien
menyelenggarakan yang berkaitan PUSKESMAS
pelayanan kefarmasian dengan Sediaan Tolok ukur yang
Farmasi dengan dipergunakan sebagai SPO
maksud mencapai pedoman bagi Tenaga
hasil yang pasti untuk Kefarmasian dalam
menyelenggarakan
KLINIK
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
kehidupan pasien.

TOKO OBAT
SEDIAAN FARMASI
Narkotika

Psikotropika
Obat
Prekursor
Farmasi
Bahan Obat
UNTUK MENJAMIN Non-NPP
ASPEK KEAMANAN,
Safety/Keamanan
KHASIAT/ MANFAAT,
Jamu Obyektif
DAN MUTU,
SEDIAAN FARMASI SEDIAAN
Obat Obat Herbal
HANYA DAPAT FARMASI Tradisional Terstandar REGISTRASI Efficacy/Khasiat
Penandaan
& Lengkap
IZIN
DIEDARKAN SETELAH Informasi EDAR
MENDAPAT Obat Kuasi Fitofarmaka
Tidak
IZIN EDAR menyesatkan
Suplemen Quality/Mutu
Kesehatan
Golongan A
Kosmetika
Golongan B
PELINDUNGAN HUKUM
Pelindungan Hukum Bagi Tenaga Kesehatan UU 36/2014

Standar Profesi
Pasal 57 huruf a
Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik Standar Pelayanan Profesi
berhak memperoleh
pelindungan hukum
Standar Prosedur Operasional
KETENTUAN PIDANA
KETENTUAN PIDANA UU 36/2009

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
Pasal dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan
196 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan
Pasal
praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan
198 pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
KETENTUAN PIDANA UU 36/2014

Setiap Tenaga Kesehatan yarg dengan sengaja menjalankan praktik


Pasal 85 tanpa memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)
ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki


Pasal 86
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan
ayat (1)
pidana denda paling banyak Rp100.000,000,00 (seratus juta rupiah).
KETENTUAN PIDANA UU 36/2014

Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang


Pasal 84
mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana
ayat (1)
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.

Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


Pasal 84
mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan
ayat (2)
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
JANGAN LENGAH, PANDEMI BELUM BERAKHIR,
Tetap Terapkan Protokol Kesehatan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai