dalam
Praktik Kefarmasian
Budi Djanu Purwanto, SH, MH
Praktik Kefarmasian, Tenaga Kefarmasian, Organisasi Profesi, dan Kode Etik Profesi
Ketentuan Pidana
PRAKTIK KEFARMASIAN TENAGA PSIKOLOGI KLINIS
TENAGA KEPERAWATAN
TENAGA
UU 36/2014
KEBIDANAN
APOTEKER
JENIS TENAGA Sarjana Farmasi
TENAGA KESEHATAN TENAGA KEFARMASIAN KEFARMASIAN
TENAGA
EKNIK BIOMEDIKA PMK 80/2016
TENAGA
ASISTEN TENAGA KEFARMASIAN
KESEHATAN TRADISIONAL
ORGANISASI PROFESI
EKSTERNAL
Pembentukan Tenaga Teknis
ORGANISASI PROFESI Organisasi Profesi Kefarmasian
adalah wadah dilaksanakan sesuai (PAFI)
untuk berhimpun dengan ketentuan 13 Februari 1946
tenaga kesehatan Peraturan PERATURAN
yang seprofesi. Perundang- PERUNDANG-
undangan. UNDANGAN
KODE ETIK PROFESI
PRAKTIK
KEFARMASIAN
FASILITAS KEFARMASIAN
FASILITAS PRODUKSI
SEDIAAN FARMASI
Tenaga yang MEMBANTU
FASILITAS DISTRIBUSI
Apoteker dalam menjalani SEDIAAN FARMASI
Pekerjaan Kefarmasian FASILITAS PELAYANAN
SEDIAAN FARMASI
Penanggung Jawab
KEWENANGAN UKOT
Penanggung Jawab
Toko Obat
STR-TTK
Pasal 44 (1)
Pasal 44 (2)
Setiap Tenaga Kesehatan STR diberikan oleh konsil
yang menjalankan praktik masing-masing Tenaga
wajib memiliki Surat Tanda Kesehatan setelah
Registrasi (STR). memenuhi persyaratan.
Memenuhi Persyaratan
STR-TTK
(Berlaku selama 5 tahun}
Persyaratan
Registrasi & Registrasi Ulang
SERTIFIKAT KOMPETENSI
Surat Tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat
menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji Kompetensi.
SIP-TTK
Pasal 46 (2)
yang menjalankan praktik SIP diberikan oleh pemerintah
di bidang pelayanan daerah kabupaten/ kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan
kesehatan wajib memiliki yang berwenang di kabupaten/kota
izin. tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
• Untuk mendapatkan, Tenaga Kesehatan harus memiliki;
• STR yang masih berlaku;
• Rekomendasi Dari Organisasi Profesi;
• Tempat praktik.
SIP-TTK
Pasal 74 UU 36/2014
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
DILARANG mengizinkan Tenaga
Kesehatan yang tidak memiliki STR dan
izin untuk menjalankan praktik di
Fasilitas pelayanan Kesehatan.
FASILITAS
KEFARMASIAN
Fasilitas Kefarmasian PP 51/2009
[Ps. 7 (2); Ps. 14 (2); Ps. 20 (2)] [Ps. 11 (1); Ps 16 (1); Ps 21 (1)]
Dalam melakukan
pekerjaan
pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
kefarmasian, TTK
pengawasan pemberi pelimpahan.
dapat menerima
pelimpahan
pekerjaan pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
kefarmasian dari dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
tenaga apoteker. pelimpahan yang diberikan.
[Ps 65 UU 36/2014]
FASILITAS
FASILITAS PRODUKSI
PRODUKSI Industri Farmasi Obat
SEDIAAN
FARMASI Industri Bahan Baku
adalah sarana Obat GMP
yang digunakan
untuk
memproduksi Industri Obat
obat, bahan Tradisional SPO
baku obat, obat
tradisional, dan Pabrik Kosmetik
kosmetika.
Fasilitas Distribusi Sediaan Farmasi PP 51/2009
APOTEK
PELAYANAN
KEFARMASIAN
STANDAR
adalah suatu PELAYANAN IFRS
FASILITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN pelayanan langsung KEFARMASIAN
sarana dan bertanggung GPP
yang digunakan untuk jawab kepada pasien
menyelenggarakan yang berkaitan PUSKESMAS
pelayanan kefarmasian dengan Sediaan Tolok ukur yang
Farmasi dengan dipergunakan sebagai SPO
maksud mencapai pedoman bagi Tenaga
hasil yang pasti untuk Kefarmasian dalam
menyelenggarakan
KLINIK
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
kehidupan pasien.
TOKO OBAT
SEDIAAN FARMASI
Narkotika
Psikotropika
Obat
Prekursor
Farmasi
Bahan Obat
UNTUK MENJAMIN Non-NPP
ASPEK KEAMANAN,
Safety/Keamanan
KHASIAT/ MANFAAT,
Jamu Obyektif
DAN MUTU,
SEDIAAN FARMASI SEDIAAN
Obat Obat Herbal
HANYA DAPAT FARMASI Tradisional Terstandar REGISTRASI Efficacy/Khasiat
Penandaan
& Lengkap
IZIN
DIEDARKAN SETELAH Informasi EDAR
MENDAPAT Obat Kuasi Fitofarmaka
Tidak
IZIN EDAR menyesatkan
Suplemen Quality/Mutu
Kesehatan
Golongan A
Kosmetika
Golongan B
PELINDUNGAN HUKUM
Pelindungan Hukum Bagi Tenaga Kesehatan UU 36/2014
Standar Profesi
Pasal 57 huruf a
Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik Standar Pelayanan Profesi
berhak memperoleh
pelindungan hukum
Standar Prosedur Operasional
KETENTUAN PIDANA
KETENTUAN PIDANA UU 36/2009
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
Pasal dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan
196 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan
Pasal
praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan
198 pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
KETENTUAN PIDANA UU 36/2014
Terima Kasih