Anda di halaman 1dari 50

PERUNDANG-UNDANGAN & ETIKA FARMASI

K-5
APOTEKER DAN PRAKTIK KEFARMASIAN

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Dr. FAIQ BAHFEN, SH


BUDI DJANU PURWANTO, SH, MH

Semester Gasal 2021/2022


Agenda

Dasar Hukum

Praktik Kefarmasian

Tenaga Kefarmasian

Sumpah/Janji Apoteker

Profesional dan Kode Etik Profesi

Peraturan Perundang-undangan
Dasar Hukum

UU 36/2009 Kesehatan

UU 12/2012 Pendidikan Tinggi

UU 36/2014 Tenaga Kesehatan

PP 20/1962 Lafal Sumpah/Janji Apoteker

PP 10/1966 Wajib Simpan Rahasia Kedokteran

PP 51/2009 Pekerjaan Kefarmasian


TENAGA PSIKOLOGI
KLINIS
Penjelasan
Pasal 108 ayat (1) Pasal 108 ayat (1)
UU 36/2009 TENAGA KEPERAWATAN UU 36/2009

PRAKTIK KEFARMASIAN UU 36/2014 Yang dimaksud


TENAGA KEBIDANAN
yang meliputi dengan “tenaga
TENAGA
pembuatan termasuk kesehatan” dalam
KESEHATAN
pengendalian mutu TENAGA KEFARMASIAN ketentuan ini adalah
sediaan farmasi, Setiap orang yang tenaga kefarmasian
pengamanan, mengabdikan diri sesuai dengan
dalam bidang TENAGA KESEHATAN
pengadaan, MASYARAKAT keahlian dan
penyimpanan dan kesehatan serta kewenangannya.
pendistribusian obat, memiliki
pengetahuan
TENAGA KESEHATAN Dalam hal tidak ada
pelayanan obat atas LINGKUNGAN
dan/atau tenaga kefarmasian,
resep dokter, pelayanan
keterampilan tenaga kesehatan
informasi obat serta
melalui pendidikan
TENAGA GIZI tertentu dapat
pengembangan obat,
di bidang melakukan praktik
bahan obat dan obat
kesehatan yang TENAGA KETERAPIAN kefarmasian secara
tradisional harus
untuk jenis tertentu
FISIK terbatas, misalnya
dilakukan oleh tenaga
memerlukan antara lain dokter
kesehatan yang
kewenangan untuk
TENAGA KETEKNISIAN dan/atau dokter gigi,
mempunyai keahlian dan MEDIS
melakukan upaya bidan, dan perawat,
kewenangan sesuai
kesehatan. yang dilaksanakan
dengan ketentuan TENAGA TEKNIK
BIOMEDIKA sesuai dengan
peraturan perundang-
peraturan perundang-
undangan.
TENAGA KESEHATAN undangan.
TRADISIONAL
TENAGA
KEFARMASIAN
1. Apoteker
2. Tenaga Teknis
Kefarmasian
• Sarjana Farmasi
• Ahli Madya
Farmasi
• Analis Farmasi
PRAKTIK
KEFARMASIAN FASILITAS SEDIAAN
KEFARMASIAN FARMASI
1. Obat
1. Produksi
2. Bahan Obat
2. Distribusi
3. Obat Tradisional
3. Pelayanan
4. Kosmetik
5. Suplemen Kesehatan
6. Obat Kuasi
Tenaga Kefarmasian
Sarjana Farmasi
yang telah lulus
sebagai Apoteker
dan telah
mengucapkan
sumpah jabatan
Apoteker. Sarjana Farmasi

Tenaga Kefarmasian
Sarjana Farmasi
Ahli Madya
Farmasi

TTK
Apoteker

TTK
UU Ahli Madya
UU PP Farmasi
36/2014
23/1992 51/2009
Tenaga Teknis
Kefarmasian Analis Farmasi Analis Farmasi

Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten
Apoteker
Asisten
Tenaga
Kefarmasian
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga
yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian
Asisten Tenaga Kesehatan PMK 80/2016

Asisten Perawat;
Asisten Tenaga Kesehatan
adalah setiap orang yang Asisten Tenaga Kefarmasian;
mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan Asisten Dental;
dan/atau keterampilan
melalui pendidikan bidang Asisten Teknisi Laboratorium Medik; &
kesehatan di bawah jenjang
Diploma Tiga.
Asisten Teknisi Pelayanan Darah.
Setiap Asisten Tenaga Kesehatan yang telah lulus
pendidikan wajib mengikuti uji kompetensi.

Asisten
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Asisten Tenaga
Tenaga
Kesehatan tidak memerlukan registrasi dan surat izin.
Kesehatan

Asisten Tenaga Kesehatan hanya dapat melakukan


pekerjaannya di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Asisten Tenaga Kefarmasian

Asisten Tenaga Kefarmasian dapat


juga menjalankan pekerjaannya pada FASILITAS PRODUKSI
fasilitas produksi dan/atau distribusi
sediaan farmasi, perbekalan
SEDIAAN FARMASI
kesehatan dan alat kesehatan.

Asisten Asisten Tenaga Kesehatan


hanya dapat melakukan
FASILITAS DISTRIBUSI
Tenaga pekerjaannya di bawah SEDIAAN FARMASI
Kefarmasian Supervisi tenaga kesehatan.

FASILITAS PELAYANAN
Supervisi oleh tenaga kesehatan SEDIAAN FARMASI
dilakukan secara langsung.
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, Asisten Tenaga Kefarmasian
disupervisi oleh tenaga teknis kefarmasian dan apoteker.

Asisten Dalam hal di Pusat Kesehatan Masyarakat, tenaga teknis kefarmasian


Tenaga dan apoteker tidak ada, Supervisi dapat dilaksanakan oleh Kepala Pusat
Kefarmasian Kesehatan Masyarakat.

Ketiadaan tenaga teknis kefarmasian dan apoteker, ditetapkan oleh dinas


kesehatan kabupaten/kota.
SUMPAH/JANJI APOTEKER

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan


terutama dalam bidang Kesehatan;

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena


pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker;
Rahasia
Kedokteran
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
PP perikemanusiaan;

Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan


20/1962 martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian;

Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh- Rahasia
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;
kefarmasian
Saya ikrarkan Sumpah/Janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
keinsyafan
KUHP
MEMBUKA RAHASIA.
Pasal 322.
(1)Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang maupun yang dulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
(2)Bila kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang, maka perbuatan
itu dapat dituntut hanya atas pengaduan orang itu.

• Ancaman pidana berupa denda sebesar Rp.9000,- yang terdapat dalam Pasal 322 KUHP ini telah disesuaikan
berdasarkan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP (“Perma 2/2012”)
• “Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal 303 ayat 1 dan ayat 2, 303 bis
ayat 1 dan ayat 2, dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu) kali.”
• Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pidana denda yang diatur dalam Pasal 322 KUHP menjadi paling banyak Rp.
9.000.000,-.
Pelimpahan Pekerjaan Kefarmasian UU 36/2014

 tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam


Dalam melakukan kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki
pekerjaan oleh penerima pelimpahan.
kefarmasian, TTK  pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di
dapat menerima bawah pengawasan pemberi pelimpahan.
pelimpahan
pekerjaan  pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas
kefarmasian dari tindakan yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan
tenaga apoteker. tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.
 tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk
[Ps 65]
pengambilan keputusan sebagai dasar pelaksanaan
tindakan.
ORGANISASI PROFESIUU 36/2014

Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi


sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
martabat, dan etika profesi Tenaga Kesehatan.
Organisasi
Profesi adalah
wadah untuk
Setiap jenis Tenaga Kesehatan hanya dapat membentuk berhimpun
1 (satu) Organisasi Profesi. tenaga
kesehatan
yang
seprofesi.

Pembentukan Organisasi Profesi dilaksanakan sesuai


.
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
PROFESIONAL & KODE ETIK PROFESI

TENAGA KESEHATAN
adalah setiap orang
yang mengabdikan diri PENGETAHUAN
dalam bidang (KNOWLEDGE)
kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui
pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk
jenis tertentu KETRAMPILAN SIKAP/ETIKA
memerlukan (SKILL) (ATTITUDE)
kewenangan untuk
melakukan upaya
kesehatan.
Profesi
Mereka yang membentuk
suatu profesi, disatukan juga Suatu kelompok yang
Suatu moral community karena latar belakang mempunyai kekuasaan
(masyarakat moral) yang pendidikan yang sama dan tersendiri dan karena itu
memiliki cita-cita dan nilai- bersama-sama memiliki mempunyai tanggung jawab
nilai bersama keahlian yang tertutup bagi khusus.
orang lain.

KODE ETIK Bagi klien yang Karena memiliki monopoli atas


DAPAT mempergunakan jasa profesi suatu keahlian tertentu, selalu
tertentu, keadaan seperti itu ada bahaya, profesi menutup
MENGIMBANGI dapat mengakibatkan diri bagi orang dari luar dan
SEGI NEGATIF kecurigaan jangan-jangan ia menjadi suatu kalangan yang
PROFESI INI. dipermainkan. sukar ditembus.

K. Bertens, Etika, Gramedia


Syarat Mutlak Kode Etik Profesi
Supaya Dapat Berfungsi Dengan Semestinya

Dengan membuat
kode etik, profesi
sendiri akan
Kode etik harus menetapkan hitam
menjadi hasil self- atas putih niatnya
Kode etik itu dibuat
regulation untuk mewujudkan
oleh profesi itu sendiri
(pengaturan diri) dari nilai-nilai moral yang
profesi. dianggapnya hakiki,
hal itu tidak pernah
bisa dipaksakan dari
luar.

K. Bertens, Etika, Gramedia


Syarat Mutlak Kode Etik Profesi
Supaya Dapat Berfungsi Dengan Semestinya

Kode etik mengandung Karena tujuannya


sanksi-sanksi yang adalah mencegah
dikenakan pada terjadinya perilaku yang
pelanggar kode etik, tidak etis, seringkali
Pelaksanaannya kasus-kasus kode etik berisikan juga
pelanggaran akan ketentuan bahwa
diawasi terus-
dinilai oleh suatu profesional
menerus “Dewan Kehormatan” berkewajiban melapor,
atau “Komisi” yang bila ketahuan teman
dibentuk khusus untuk sejawat melanggar
itu kode etik.

K. Bertens, Etika, Gramedia


Kode Etik Apoteker Indonesia

MUKADIMAH
• Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta
dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan
keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.

• Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu


berpe-gang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

• Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman


padasatu ikatan moral yaitu:

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA


BAB I
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati
dan menga- malkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan padaumumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien
dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mema-tuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jaba- tan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN
LAINNYA

Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.

Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau
perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP

Pasal 15

Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik


Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi
yang menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Ditetapkan di :Jakarta
Pada tanggal:08 Desember 2009
APOTEKER
(IAI) KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

TENAGA TEKNIS KODE ETIK AHLI FARMASI


KEFARMASIAN INDONESIA
(PAFI)
TENAGA
KEFARMASIAN

KODE ETIK GPFI


(Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia)

KOMUNITAS
KODE ETIK IPMG
(International Pharmaceutical Manufacturer Group)
Kode Etik Komunitas Farmasi

KODE ETIK USAHA FARMASI INDONESIA


Disahkan dalam Rapat Pleno 1 Dewan Penasehat, Majelis Pembina Kode Etik dan
Pengurus Pusat GP Farmasi Indonesia Tanggal 19 Desember 2016 di Jakarta
KODE ETIK PEMASARAN USAHA FARMASI INDONESIA

IPMG CODE OF ETHICS, SEPTEMBER 2019 REVISION


REGISTRASI TENAGA KESEHATAN UU 36/2014

memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan


• Setiap Tenaga
Kesehatan yang
Ps. 44
menjalankan praktik memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat
ayat (1)
wajib memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR). Profesi

memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental

• STR diberikan oleh


konsil masing-masing memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
Ps. 44
ayat (2)
Tenaga Kesehatan sumpah/janji profesi
setelah memenuhi
persyaratan.
membuat pernyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi
berlaku selama 5 (lima) tahun sejak
tanggal dikeluarkan dan berakhir
STR pada tanggal lahir Tenaga
Kesehatan yang bersangkutan

berlaku selama 1 (satu) tahun dan


STR
KTKI STR SEMENTARA
dapat diperpanjang untuk 1 (satu)
tahun berikutnya.

diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga


STR Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan warga
negara asing sebagai peserta program
BERSYARAT pendidikan spesialis untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan formal di Indonesia.
REGISTRASI
PP 51/2009 TENAGA UU 36/2014
KEFARMASIAN

PMK
889/2011 Jo. PMK 83/2019
PMK 31/2016

STRA
KONSIL
KFN STRA KEFARMASIAN
STRTTK
KADINKES
STRTTK
PROVINSI Pasal 89
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia dan Komite Farmasi
Nasional sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya sampai terbentuknya Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia.
PMK 83/2019

KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18

a. Penyelenggaraan Registrasi Tenaga Kesehatan tetap dilaksanakan oleh Komite


Farmasi Nasional dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia sampai dengan
diangkatnya anggota konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan dapat
melaksanakan tugas.
b. Penyelenggaraan Registrasi Tenaga Kefarmasian mengikuti prosedur
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 322) sampai
dengan diangkatnya anggota konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan
dapat melaksanakan tugas.
c. Tenaga kesehatan yang belum memiliki STR sebelum diberlakukannya uji
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
kepadanya diberikan STR berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Setiap Tenaga Kesehatan hanya dapat memiliki STR pada
1 (satu) jenis Tenaga Kesehatan.

memiliki STR lama;


perpanjangan masa
memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi; berlaku STR

memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;


REGISTRASI peralihan jenis profesi
ULANG membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan Tenaga Kesehatan
ketentuan etika profesi.
telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau
vokasi di bidangnya; dan peningkatan level
memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, kompetensi
pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah
lainnya.
Perizinan Tenaga Kesehatan UU 36/2014

•Setiap Tenaga Kesehatan yang


Ps. 46 menjalankan praktik di bidang
ayat (1) pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin. • SIP berlaku
Ps. 46
ayat (5) hanya untuk 1
(satu) tempat.
Ps. 46 • Izin diberikan dalam bentuk
ayat (2) SIP. SIPA bagi

SIP
Apoteker

•SIP diberikan oleh pemerintah daerah


kabupaten/ kota atas rekomendasi pejabat
SIPTTK bagi TTK
Ps. 46 •SIP masih berlaku
kesehatan yang berwenang di
ayat (3) kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
sepanjang:
menjalankan praktiknya. •STR masih berlaku;
Ps. 46 dan
•Untuk mendapatkan, Tenaga Kesehatan
ayat (6) •tempat praktik
Ps. 46 harus memiliki; masih sesuai dengan
•STR yang masih berlaku; yang tercantum
ayat (4) •Rekomendasi dari Organisasi Profesi;
•tempat praktik. dalam SIP.
Pasal 74 UU 36/2014
Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dilarang mengizinkan
Tenaga Kesehatan yang tidak
memiliki STR dan izin untuk
menjalankan praktik di Fasilitas
pelayanan Kesehatan.
SE Menkes HK.02.02/Menkes/24/2017
tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011
Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

Fasilitas PRODUKSI • 1 SIPA

Fasilitas DISTRIBUSI • 1 SIPA

Fasilitas PELAYANAN • 3 SIPA


Formulir 13
SURAT IZIN PRAKTIK TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (SIPTTK) KESATU/KEDUA/KETIGA **)
NOMOR .................................................................................

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Kesehatan/penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu*) Kabupaten/Kota
…………...................... memberikan Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian Kesatu/Kedua/Ketiga **) kepada:
Nama Lengkap : ....................................................................................
Tempat, tanggal lahir : ....................................................................................
Alamat Rumah : ...................................................................................
No. STRTTK : ..................................................................................
Masa berlaku STRTTK sampai : ............................................(tanggal/bulan/tahun)
Untuk melakukan praktik di:
Nama Fasilitas Kefarmasian : ...................................................................................
Alamat : ...................................................................................
Waktu Praktik**) : Hari : .................... Jam : .................... s.d. ................
Masa berlaku SIPTTK : ............................................(tanggal/bulan/tahun)

Dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas kefarmasian harus mengikuti standar dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundangundangan.
2. SIPTTK ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 di atas dan pekerjaan/praktik kefarmasian dilakukan tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam SIPTTK.

Dikeluarkan di: ………………………………


Pada tanggal : ………………………………
Kepala Dinas Kesehatan/penyelenggara
Pas Foto Pelayanan Terpadu Satu Pintu*)
4x6 Kabupaten / Kota ……………………………

(…………………………………..................)
NIP………………………………….............
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2. Ketua Komite Farmasi Nasional
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ……………………………
5. (jika Izin dikeluarkan oleh penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
6. 5. Organisasi Profesi
• penilaian keabsahan ijazah oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan;
• surat keterangan sehat flsik dan mental;
dan
• surat pernyataan untuk mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.

Penilaian
Kelengkapan
STR
WNI [WNI]
Tenaga Administratif
Kesehatan
EVALUASI
KOMPETENSI
Lulusan Penilaian
Luar Negari Kemampuan STR
WNA untuk Sementara
melakukan [WNA]
Praktik

uji kompetensi sesuai dengan


ketentuan Peraturan Perundang-
undangan
Ketentuan Pidana UU 36/2009

Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki
keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
Ketentuan Pidana UU 36/2014
 Setiap Tenaga Kesehatan yarg dengan sengaja
menjalankan praktik tanpa memiliki STR sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). (Pasal 85 ayat 1)
 Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan
sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR
Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 85 ayat 2)
Ketentuan Pidana UU 36/2014

 Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa


memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1) dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000,000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 86 ayat 1)
 Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang
dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa
memiliki SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat
(1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 86 ayat 2)
Ketentuan Pidana UU 36/2014

 Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-


olah sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun. (Pasal 83)

 Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang


mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun. (Pasal 84 ayat 1)

 Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun. (Pasal 84 ayat 2)
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia UU 36/2014

Untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta untuk


memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Tenaga
Kesehatan dan masyarakat, dibentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

Keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia merupakan


pimpinan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.

Keanggotaan Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan terdiri atas unsur:


• Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan;
• Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;
• Organisasi Profesi;
• Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan;
• Asosiasi institusi pendidikan Tenaga Kesehatan;
• Asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan; dan
• Tokoh masyarakat.

KETUA

WAKIL KETUA
MERANGKAP
ANGGOTA

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan sebanyak I (satu) orang;
Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan tinggi sebanyak 1 (satu) orang;

Organisasi profesi sebanyak 2 (dua) orang;


Anggota
Konsil Kolegium sebanyak 2 (dua) orang;

Kefarmasian Asosiasi institusi pendidikan sebanyak I (satu) orang;

Asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 1(satu) orang;


dan

Tokoh masyarakat sebanyak 1 (satu) orang.


Anggota Komite
Farmasi Nasional
dan Majelis Tenaga
Kesehatan
Indonesia tetap
melaksanakan
tugasnya sampai
dengan  Komite Farmasi Nasional, yang
diangkatnya selanjutnya disingkat KFN adalah
anggota konsil lembaga yang dibentuk oleh Menteri
masing-masing Kesehatan yang berfungsi untuk
tenaga kesehatan. meningkatkan mutu APOTEKER dan
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN dalam
Pasal 89 UU 36/2014 melakukan pekerjaan kefarmasian
pada fasilitas kefarmasian.
PELINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KESEHATANUU 36/2014

Pasal 57 huruf a Standar Profesi,


Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik
berhak memperoleh
pelindungan hukum
sepanjang melaksanakan Standar Pelayanan Profesi,
tugas sesuai dengan
standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan
standar prosedur
operasional Standar Prosedur Operasional.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

 Peraturan tertulis yang memuat norma


hukum yang mengikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan.

(UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 1 angka 2 )


JENIS & HIRARKI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 8 ayat (1)

UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Jenis Peraturan Perundang-undangan
selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
Ketetapan MPR
ditetapkan oleh:
 MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri,
Kekuatan
Undang-Undang/Perppu  Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat
hukum yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah atas perintah Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah Perundang  DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD


Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
-undangan Desa atau yang setingkat.
sesuai
Peraturan Presiden  Peraturan Perundang-undangan
dengan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hirarkinya. diakui keberadaannya dan mempunyai
Perda Provinsi kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.
Perda Kabupaten/Kota
Lanjutan…

 Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan


Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota, atau keputusan pejabat
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya
mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini
berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang ini. (UU 12/2011, Pasal
100)
 Pengundangan adalah penempatan Peraturan Perundang-
undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara
Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah,
atau Berita Daerah.
Asas-asas Pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan
(Stufenbau Theory, Hans Nawiasky, Hans Kelsen)

lex supperior Peraturan yang lebih tinggi tingkatannya


derogat legi mengenyampingkan Peraturan yang
inferior lebih rendah.

lex specialis Peraturan yang bersifat khusus


derogat legi mengenyampingkan Peraturan yang bersifat
generale umum.

Peraturan yang lahir kemudian


lex posterior mengenyampingkan Peraturan yang
derogat legi priori terdahulu, jika materi muatan peraturan
tersebut sama.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai