K-5
APOTEKER DAN PRAKTIK KEFARMASIAN
Dasar Hukum
Praktik Kefarmasian
Tenaga Kefarmasian
Sumpah/Janji Apoteker
Peraturan Perundang-undangan
Dasar Hukum
UU 36/2009 Kesehatan
Tenaga Kefarmasian
Sarjana Farmasi
Ahli Madya
Farmasi
TTK
Apoteker
TTK
UU Ahli Madya
UU PP Farmasi
36/2014
23/1992 51/2009
Tenaga Teknis
Kefarmasian Analis Farmasi Analis Farmasi
Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten
Apoteker
Asisten
Tenaga
Kefarmasian
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga
yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian
Asisten Tenaga Kesehatan PMK 80/2016
Asisten Perawat;
Asisten Tenaga Kesehatan
adalah setiap orang yang Asisten Tenaga Kefarmasian;
mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan Asisten Dental;
dan/atau keterampilan
melalui pendidikan bidang Asisten Teknisi Laboratorium Medik; &
kesehatan di bawah jenjang
Diploma Tiga.
Asisten Teknisi Pelayanan Darah.
Setiap Asisten Tenaga Kesehatan yang telah lulus
pendidikan wajib mengikuti uji kompetensi.
Asisten
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Asisten Tenaga
Tenaga
Kesehatan tidak memerlukan registrasi dan surat izin.
Kesehatan
FASILITAS PELAYANAN
Supervisi oleh tenaga kesehatan SEDIAAN FARMASI
dilakukan secara langsung.
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, Asisten Tenaga Kefarmasian
disupervisi oleh tenaga teknis kefarmasian dan apoteker.
Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh- Rahasia
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;
kefarmasian
Saya ikrarkan Sumpah/Janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
keinsyafan
KUHP
MEMBUKA RAHASIA.
Pasal 322.
(1)Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang maupun yang dulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
(2)Bila kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang, maka perbuatan
itu dapat dituntut hanya atas pengaduan orang itu.
• Ancaman pidana berupa denda sebesar Rp.9000,- yang terdapat dalam Pasal 322 KUHP ini telah disesuaikan
berdasarkan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP (“Perma 2/2012”)
• “Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal 303 ayat 1 dan ayat 2, 303 bis
ayat 1 dan ayat 2, dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu) kali.”
• Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pidana denda yang diatur dalam Pasal 322 KUHP menjadi paling banyak Rp.
9.000.000,-.
Pelimpahan Pekerjaan Kefarmasian UU 36/2014
TENAGA KESEHATAN
adalah setiap orang
yang mengabdikan diri PENGETAHUAN
dalam bidang (KNOWLEDGE)
kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui
pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk
jenis tertentu KETRAMPILAN SIKAP/ETIKA
memerlukan (SKILL) (ATTITUDE)
kewenangan untuk
melakukan upaya
kesehatan.
Profesi
Mereka yang membentuk
suatu profesi, disatukan juga Suatu kelompok yang
Suatu moral community karena latar belakang mempunyai kekuasaan
(masyarakat moral) yang pendidikan yang sama dan tersendiri dan karena itu
memiliki cita-cita dan nilai- bersama-sama memiliki mempunyai tanggung jawab
nilai bersama keahlian yang tertutup bagi khusus.
orang lain.
Dengan membuat
kode etik, profesi
sendiri akan
Kode etik harus menetapkan hitam
menjadi hasil self- atas putih niatnya
Kode etik itu dibuat
regulation untuk mewujudkan
oleh profesi itu sendiri
(pengaturan diri) dari nilai-nilai moral yang
profesi. dianggapnya hakiki,
hal itu tidak pernah
bisa dipaksakan dari
luar.
MUKADIMAH
• Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta
dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan
keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati
dan menga- malkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan padaumumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien
dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mema-tuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jaba- tan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN
LAINNYA
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau
perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi
yang menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Ditetapkan di :Jakarta
Pada tanggal:08 Desember 2009
APOTEKER
(IAI) KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
KOMUNITAS
KODE ETIK IPMG
(International Pharmaceutical Manufacturer Group)
Kode Etik Komunitas Farmasi
PMK
889/2011 Jo. PMK 83/2019
PMK 31/2016
STRA
KONSIL
KFN STRA KEFARMASIAN
STRTTK
KADINKES
STRTTK
PROVINSI Pasal 89
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia dan Komite Farmasi
Nasional sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya sampai terbentuknya Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia.
PMK 83/2019
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
SIP
Apoteker
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Kesehatan/penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu*) Kabupaten/Kota
…………...................... memberikan Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian Kesatu/Kedua/Ketiga **) kepada:
Nama Lengkap : ....................................................................................
Tempat, tanggal lahir : ....................................................................................
Alamat Rumah : ...................................................................................
No. STRTTK : ..................................................................................
Masa berlaku STRTTK sampai : ............................................(tanggal/bulan/tahun)
Untuk melakukan praktik di:
Nama Fasilitas Kefarmasian : ...................................................................................
Alamat : ...................................................................................
Waktu Praktik**) : Hari : .................... Jam : .................... s.d. ................
Masa berlaku SIPTTK : ............................................(tanggal/bulan/tahun)
(…………………………………..................)
NIP………………………………….............
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2. Ketua Komite Farmasi Nasional
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ……………………………
5. (jika Izin dikeluarkan oleh penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
6. 5. Organisasi Profesi
• penilaian keabsahan ijazah oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan;
• surat keterangan sehat flsik dan mental;
dan
• surat pernyataan untuk mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
Penilaian
Kelengkapan
STR
WNI [WNI]
Tenaga Administratif
Kesehatan
EVALUASI
KOMPETENSI
Lulusan Penilaian
Luar Negari Kemampuan STR
WNA untuk Sementara
melakukan [WNA]
Praktik
Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki
keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
Ketentuan Pidana UU 36/2014
Setiap Tenaga Kesehatan yarg dengan sengaja
menjalankan praktik tanpa memiliki STR sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). (Pasal 85 ayat 1)
Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan
sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR
Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 85 ayat 2)
Ketentuan Pidana UU 36/2014
KETUA
WAKIL KETUA
MERANGKAP
ANGGOTA
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan sebanyak I (satu) orang;
Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan tinggi sebanyak 1 (satu) orang;
UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Jenis Peraturan Perundang-undangan
selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
Ketetapan MPR
ditetapkan oleh:
MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri,
Kekuatan
Undang-Undang/Perppu Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat
hukum yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah atas perintah Undang-Undang,