Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)

Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

Menjaga Keandalan Sistem PLTS dengan Metode


Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Ardian Burhandono1*, Nazaruddin Sinaga2,
1,2
Magister Energi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro
Jln. Imam Bardjo SH No. 5 Semarang
1*ardianburhandono@students.undip.ac.id
2nsinaga19.undip@gmail.com

(Makalah: Diterima Desember 2021, direvisi Februari 2022, dipublikasikan Maret 2022)
Intisari— Pada 12 Desember 2015 telah dilaksanakan Confereence Of the Parties 21 (COP) di Paris tujuannya membatasi pemanasan
global sampai dengan dibawah 2oC dan lebih baik lagi jika bisa mencapai 1,5 oC. Saat ini pemanfaatan energi matahari menjadi energi
listrik sangat masif diterapkan dan perkembangan teknologinya juga meningkat pesat. Pemeliharaan yang rutin dan tepat sangat
menekan biaya produksi sehingga harga jual listrik menjadi murah. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan yang
banyak terjadi di sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan tindakan pencegahan kerusakan serta penanggulangannya.
Berdasarkan metode yang tepat akan dihasilkan suatu prioritas perbaikan yang tepat pula. Banyak industri khususnya pembangkit
listrik menggunakan metodologi yang disebut Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) yang didalamnya terdapat Risk Priority
Number (RPN). Didalam RPN berisi beberapa faktor antara lain tingkat keparahan (Severity), peringkat terjadinya kegagalan
(Occurrence) dan peringkat mendeteksi terjadinya kegagalan (Detectable). Dengan penyusunan FMEA pada sistem pembangkit listrik
tenaga surya akan meningkatkan kehandalan sisitem tersebut sehingga biaya operasional akan lebih murah dan harga jual listriknya
akan terjangkau masyarakat.
Kata kunci— Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Failure Mode Effect Analysis, Risk Priority Number

Abstract— On 12 December 2015 a Conference of the Parties 21 (COP) was held in Paris which aims to limit global warming to below
2 oC and even better if it can reach 1.5 oC. Currently the use of solar energy into electrical energy is very massively applied and
technological developments are also increasing rapidly. Routine and proper maintenance greatly reduces production costs so that the
selling price of electricity becomes cheap. This study aims to determine the damage that occurs in the Solar Power Generation system
(PLTS) and the prevention and control of damage. Based on the right method, an appropriate improvement priority will also be
generated.Many industries, especially power plants, use a methodology called Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) which
includes a Risk Priority Number (RPN). The RPN contains several factors including severity, occurrence of failure (Occurrence) and
rating of detecting failure (Detectable). With the preparation of FMEA on the solar power generation system, it will increase the
reliability of the system so that operational costs will be cheaper and the selling price of electricity will be affordable by the community.
Keywords— Solar Power Plant, Failure Mode Effect Analysis, Risk Priority Number

bergerak untuk menghasilkan energi listrik dan efisiensi


I. PENDAHULUAN konversi listrik yang relatif tinggi [2].
Pada 12 Desember 2015 telah dilaksanakan Confereence Of Saat ini pemanfaatan energi surya dari matahari menjadi
the Parties 21 (COP) di Paris oleh 196 negara dan menghasilkan energi listrik sangat masif diterapkan dan perkembangan
Perjanjian Paris. Perjanjian Paris mulai berlaku pada tanggal 4 teknologinya juga meningkat pesat. Hal tersebut dikarenakan
November 2016. Tujuan dari perjanjian Paris ini untuk beberapa faktor diantaranya harga panel sel surya semakin
membatasi pemanasan global sampai dengan dibawah 2oC dan murah. Sebagai contoh di negara China penggunaan energi
lebih baik lagi jika bisa mencapai 1,5oC. Untuk itu negara- matahari sebagai energi listrik mengalami peningkatan yang
negara didunia di tuntut turut ikut serta melaksanakan cukup pesat dari 2013 – 2018 [3].
perjanjian tersebut dengan mengurangi gas emisi rumah kaca. Pada jaman modern ini PV sel surya juga di terapkan untuk
Teknologi pemanfaatan energi surya mungkin merupakan pertanian seperti yang dilakukan di China [4]. Penggunaan lain
teknologi energi terbarukan yang paling berkelanjutan karena yaitu untuk pengolahan air minum di India dengan
radiasi matahari terdapat di seluruh dunia dan emisi gas rumah menggunakan PV sel surya [5]. Di Australia pemanfaatan
kacanya sangat sedikit [1]. Teknologi fotovoltaik saat ini energi surya juga secara masif yaitu pada atap bangunan,
banyak dipilih karena memiliki sifat bebas karbon dan dinding gedung, dan jendela dipasang PV sel surya [6]
energinya tidak ada habisnya disamping itu tidak menimbulkan Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang terletak
polusi kebisingan karena tidak adanya bagian mesin yang pada garis khatulistiwa sehingga sebagian besar wilayah
Indonesia mendapatkan radiasi matahari yang cukup dengan

30
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

rata-rata radiasi sekitar 4 kWh/m2/hari [7]. Untuk itu


pemanfaatan energi surya menjadi energi listrik di Indonesia
sangat potensial untuk dikembangkan.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah kumpulan
beberapa peralatan yang terdiri dari material utama berupa
panel sel surya dan beberapa komponen utama lainnya untuk
merubah energi matahari menjadi energi listrik. Proses
pemeliharaan memiliki peran yang sangat besar pada biaya
operasional peralatan industri. Beberapa studi menyimpulkan
bahwa energi dan pemeliharaan pada umumnya merupakan Gambar 1 Layout PLTS Distribusi (https://solarsuryaindotama.co.id)
faktor utama yang mempengaruhi biaya produksi. Oleh karena
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat adalah
itu, merupakan alasan utama bagi perusahaan produksi untuk
pusat PV sel surya array di suatu area dimana energi listrik yang
meminimalkan biaya perawatan dan mengoptimalkan proses
dihasilkan dipantau di rumah pembangkit (Power House)
produksi untuk menghasilkan produk yang maksimal [8].
kemudian dengan jalur distribusi listrik dialirkan menuju
Begitu juga dengan instalasi PLTS, biaya produksi listrik atau
konsumen seperti disajikan pada gambar 1. Instalasi diatas
harga jual energi listrik sangat bergantung dengan metode
biasanya dipasang di daerah-daerah terpencil, terjauh dan
pengoperasian dan pemeliharaan. Pemeliharaan yang rutin dan
terluar di beberapa pulau Indonesia yang belum mendapatkan
tepat sangat menekan biaya produksi sehingga harga jual listrik
pasokan listrik dari perusahaan listrik negara. Sebelumnya
menjadi murah.
daerah terpencil tersebut biasanya mendapatkan listrik dari
Dengan pertumbuhan kapasitas, ukuran, serta kompleksitas,
sumber energi listrik berupa mesin diesel berbahan bakar
pembangkit listrik tenaga surya ini juga tumbuh menjadi
minyak.
sebuah power plant. Terdapat lebih banyak kemungkinan
Banyak sekali skema rangkain PLTS yang terhubung ke
kesalahan dan kerusakan dalam sistem, ketika peralatannya
jaringan atau grid, salah satunya seperti yang disajikan pada
lebih kompleks. Pemeliharaan preventif merupakan deteksi
gambar 3. Pada gambar 3 dijelaskan bahwa skema sistem PV
dini kesalahan sebelum kegagalan atau kerusakan yang lebih
yang terhubung ke jaringan utilitas terdiri dari beberapa
parah terjadi. Pemantauan kondisi peralatan merupakan
komponen utama dari sistem PV adalah PV array , konverter
penerapan teknik diagnostik yang lebih baik untuk mengurangi
boost DC-DC, konverter sumber tegangan tiga fasa atau three
waktu henti akibat pemeliharaan korektif dan untuk
phase voltage source converter (VSC), sistem kontrol pencarian
meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem. Saat ini,
titik daya maksimum atau maximum power point tracking
sebagian besar industri pembangkit telah menerapkan teknik
(MPPT), kontrol vektor, sistem kontrol generator PWM dan
pemantauan kondisi peralatan sebagai bagian dari pendukung
filter RL (reactor line).
strategi pemeliharaan. Untuk mengurangi risiko kerusakan atau
kegagalan, banyak industri khususnya pembangkit listrik
menggunakan metodologi yang disebut Failure Mode and
Effects Analysis (FMEA) yang didalamnya terdapat Risk
Priority Number (RPN). Nomor RPN adalah produk dari
variabel skala ordinal, keparahan (S), kejadian (O) dan deteksi
(D). [9]
A. Instalasi PLTS
Menurut [10] tenaga surya merupakan salah satu energi
baru dan terbarukan yang bersih dan bebas emisi. Fenomena di
mana potensi listrik yang dikembangkan dari dua bahan
fotoresponsif setelah disinari dengan foton, pertama kali Gambar 2 Skema Rangkaian PLTS ke Grid [12]
ditunjukkan oleh fisikawan Prancis, Alexandre Edmond
Becquerel, pada tahun 1839 [11]. Photovoltaic adalah peralatan Dalam makalah ini akan membahas mengenai identifikasi
utama yang digunakan untuk merubah sinar matahari menjadi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada instalasi pembangkit
energi listrik [10]. listrik tenaga surya dan tindak lanjut berupa rekomendasi untuk
mengurangi resiko kerusakan sehingga kendalan PLTS terjaga
dengan metode FMEA. Pembangkit listrik tenaga surya yang
megirimkan energi listriknya ke jaringan perusahaan listrik
negara, menurut [13] PLTS mempunyai beberapa komponen
utama antara lain rangkaian PV sel surya, kotak penggabung /
combainer box, kabel, solar charger controller, panel distribusi,
baterei, inverter, panel distribusi AC, sistem pemantauan dan
pyranometer serta penangkal petir

31
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

B. Failure Mode Effect Analysis analisis di tentukan sebagai sistem atau peralatan-peralatan
Menurut [14] Pembangkit listrik tenaga surya terdiri dari yang ada pada PLTS. Tim FMEA terdiri dari beberapa orang
banyak komponen. Komponen-komponen tersebut dapat di engineering atau pemeliharaan yang selalu berkecimpung pada
kelompokan dalam kelompok besar, antara lain PV sel surya, sistem PLTS. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan data-data
inverter, stasiun transformator Tegangan Menengah (MV), kerusakan dan potensi yang akan terjadi, dampak, menentukan
elemen metering, sistem keamanan, sistem komunikasi, sistem penyebab serta menentukan kontrol setiap kegagalan atau
pemantauan, grid atau jaringan dan pekerjaan sipil. Dengan kerusakan pada sistem PLTS. Penentuan peringkat S,O,D
banyaknya komponen tersebut sehingga memerlukan sebuah berdasarkan standart yang sudah ada, dalam penelitian ini
perangkat analisis yang dapat memberikan rekomendasi mengacu pada Handbook FMEA Using Uncertainty Theories
prioritas pemeliharaan sehingga keandalan peralatan selalu and MCDM Methods (2016) [19]. Berdasarkan [19] semakin
terjaga. tinggi nilai RPN dari mode kegagalan, semakin besar risiko
Ilmu mengenai FMEA dikembangkan oleh Militer Amerika untuk keandalan produk/sistem tersebut. RPN harus selalu
Serikat yaitu Military Procedure MIL-P-1629, berjudul dihitung ulang setelah dilakukan koreksi pada peralatan yang
Procedures for Performing a Failure Mode, Effects and mempunyai resiko tinggi, untuk melihat apakah risiko telah
Criticality Analysis, pada tanggal 9 November 1949 [15]. turun dan untuk memeriksa efisiensi terhadap tindakan
Menurut [16] FMEA merupakan salah satu teknik terpenting pencegahan korektif untuk setiap mode kegagalan.
mengenai manajemen risiko dan keandalan yang digunakan
untuk mengevaluasi dan menghilangkan potensi kegagalan
pada suatu produk, proses, atau layanan. Penelitian yang lain
menyatakan bahwa FMEA banyak digunakan untuk
mendeteksi mode kegagalan suatu sistem untuk menghilangkan
faktor risiko dan untuk meningkatkan keandalan dan keamanan
produk [17]. Metode ini pada umumnya dipandang sebagai
teknik analisis sistematis yang diterapkan untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan potensi-potensi masalah,
kesalahan, dan kegagalan produk atau sistem yang diketahui
[18]. Dari beberapa keterangan di atas metode FMEA banyak
digunakan pada industri untuk mengumpulkan potensi-potensi
permasalahan dan kegagalan secara sistematis sehingga
menghasilkan suatu referensi sebagai dasar pengambilan
keputusan perbaikan terhadap peralatan sehingga mengurangi
kerusakan.
Tujuan utama penerapan FMEA adalah untuk membantu
pengambilan keputusan dengan mengumpulkan informasi
terkait produk atau sistem [18]. Pada metode FMEA terdapat
skala rangking untuk mengevaluasi resiko kerusakan atau
kegagalan. Pada umumnya metode FMEA saat ini
menggunakan nilai Risk Priority Number (RPN) atau angka
prioritas resiko untuk mengevaluasi risiko kegagalan [15].
Risiko mode kegagalan dalam metode FMEA diperkirakan
dengan menghitung RPN. RPN pada umumnya diartikan Gambar 3 Metode Penyusunan FMEA [19]
sebagai hasil perkalian dari parameter S ,O dan D , yaitu, = S × FMEA adalah dokumen dinamis yang mana selalu berubah
O × D , di mana S menunjukkan tingkat keparahan dan O seiring dengan perubahan sistem, desain, proses, produk, dan
menunjukkan probabilitas terjadinya kegagalan, D layanan dengan maksud selalu untuk membuat sistem, desain,
menunjukkan kesulitan mendeteksi kegagalan [18]. Metode proses, produk, dan layanan yang lebih baik. Beberapa kriteria
penyusunan FMEA disajikan seperti gambar 3. Ruang lingkup mengenai S,O,D disajikan pada tabel I.

TABEL I
PERINGKAT SEVERITY (S), OCCURANCE (O), DETECTION (D) [19]

Severity (S) Occurence (O) Detection (D) Ranking


Very hazardous (VH) Failure almost inevitable (FI) Absolute uncertainty (AU) 10
Hazardous (H) Very High (VH) Very remote (VM) 9
Extreme (E ) Repeated failures (RF) Remote (R) 8
Major (MA) High (H) Very low (VL) 7
Significant (S) Moderately high (MH) Low (L) 6

32
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

Moderate (M) Moderate (M) Moderate (M) 5


Low (L) Relatively low (RL) Moderately high (MH) 4
Minor (M) Low (L) High (H) 3
Very minor (VM) Remote (R) Very high (VH) 2
None (N) Nearly impossible (NI) Almost certain (AC) 1

C. Mode Kerusakan Pada PLTS grounding atau pentanahan seperti terlihat pada gambar 6(a)
dan 6(b).
Instalasi pembangkit listrik tenaga surya yang terhubung
dengan jaringan mempunyai instalasi yang rumit dan banyak
peralatan yang digunakan. Pada penulisan makalah ini dibatasi
pada permasalahan atau kerusakan yang terjadi pada peralatan
utama. Beberapa jenis kerusakan yang terjadi pada PV sel surya
telah diteliti oleh beberapa peneliti antara lain seperti terlihat
pada gambar 4.

(a) (b) (c)


Gambar 4. (a) Adanya Bayangan Sebagian [20], (b) Adanya Debu [20], (c)
PV Sel Surya Retak [21]

Dampak dari gambar 5(a) dan (b) akan menyebabkan


terjadinya hot spot pada PV sel surya sedangkan pada gambar
5(c) akibat pemasangan klem yang tidak benar akan
menyebabkan PV sel surya retak dan pecah. Pada gambar 6
menunjukkan kerusakan pada Junction Box yang berdampak (a)
pada potensi terjadinya kebakaran dan menurunnya unjuk kerja
PV sel surya.

(a) (b) (c)


Gambar 5. (a) Kondisi Junction Box terbuka (b) Pengkabelan Yang Kurang
Baik Pada Juction Box [22], (c) Korosi Pada Jucnction Box [20]

Sistem pentanahan atau biasa disebut grounding adalah


sistem hubungan penghantar yang menghubungkan antara
sistem, peralatan dan instalasi dengan bumi (Ground).
Sehingga dengan dipasangnya grounding dapat mengamankan
manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan instalasi
peralatan dari bahaya tegangan atau arus yang abnormal. Oleh
karena itu sistem pentanahan menjadi bagian penting dari (b)
sistem tenaga listrik. Pada instalasi PLTS juga memerlukan Gambar 6. (a) Rangkaian tanpa grounding (b) Rangkaian dengan Grounding
[23]
grounding untuk keamanan operator dan komponen yang lain.
Pada sistem grounding tersebut dimungkinkan terjadinya
kegagalan oleh karena itu untuk memberikan keamanan yang Arc Fault dalam sistem PV adalah fenomena di mana
memadai dan untuk menghindari kegagalan pada sistem PV sel muncul busur listrik yang dapat menyebabkan bahan yang
surya, dipasang proteksi ground fault [23]. Rangkaian sistem mudah terbakar dalam susunan PV atau sekitarnya menjadi

33
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

terbakar, sehingga berkontribusi terhadap bahaya kebakaran (a)


dan bahaya keselamatan operator dan peralatan [23]. Pada Arc
fault ini terdapat dua tipe antara lain series arc fault dan paralel
arc fault [23] seperti disajikan pada gambar 7(b). Line-line fault
atau gangguan line rangkaiaan PV timbul karena adanya
hubungan pendek antara dua titik dalam array PV yang
mempunyai beda potensial. Gangguan line-line pada PV array
jarang terjadi namun gangguan ini jika terjadi dampaknya
bersifat parah, sulit untuk dideteksi dan sulit untuk dibedakan
dengan gangguan lainnya [23].

(b)
Gambar 7 (a) Line-Line Fault (b) Arc Fault [23]

Gangguan pada rangkaian terdapat dua jenis line-line fault kegagalan pada peralatan PLTS, maka dapat di kelompokkan
yaitu intra string fault dan cross string fault seperti disajikan jenis kegagalan pada sistem PLTS seperti pada Gambar 8.
pada gambar 7(a) [23]. Dari beberapa literatur mengenai

Gambar 8. Kelompok Kerusakan PV Sel Surya

34
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

II. METODOLOGI PENELITIAN


Penulisan karya ilmiah ini berdasarkan studi literatur dari
jurnal-jurnal yang ada, baik dalam negeri maupun internasional
mengenai sistem pembangkit listrik tenaga surya dan beberapa
permasalahan yang terjadi saat operasi. Dari flow diagram pada
gambar 9 dapat dijelaskan bahwa penelitian dimulai dengan
studi literatur dari berbagai jurnal. Studi literatur tersebut
mengenai sistem pembakit listrik tenaga surya dan kerusakan-
kerusakan yang terjadi pada sistem tersebut. Dari data-data
yang ada kemudian dibuat daftar mengenai frekuensi kerusakan
(O), tingkat keparahan kerusakan (S) dan kemudahan
kerusakan itu terdeteksi (D). Peringkat S,O,D ditentukan
bedasarkan peringkat yang ada pada handbook FMEA Using
Uncertainty Theories and MCDM Methods (2016) [19]. Nilai
S,O,D di tentukan berdasarkan literatur dari jurnal dan diskusi
dengan praktisi PLTS. Kemudian dilakukan penghitungan
perkalian S,O,D tersebut untuk mengetahui Risk Priority
Number (RPN). Penghitungan RPN menghasilkan
rekomendasi terhadap peralatan yang berpotensi terjadi
kerusakan sehingga keandalan PLTS tetap terjaga.
Gambar 9. Metode Penelitian
Rekomendasi yang dihasilkan kemudian disusun dalam bentuk
dokumen Failure Mode Effect Analysis (FMEA).

sering terjadi pada sistem PLTS berdasarkan dari beberapa


III. HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian. Hasil pengumpulan data-data kerusakan pada
Sesuai dengan alur diagram pembuatan FMEA untuk sistem pembangkit listrik tenaga surya disajikan pada tabel II. Dari
PLTS seperti yang disajikan pada gambar 1, maka dilakukan hasil penelitian beberapa peneliti kerusakan yang terdapat pada
pengumpulan beberapa jenis kerusakan atau kegagalan yang tabel II merupakan yang sering terjadi.

TABEL II
KUMPULAN KERUSAKAN, PENYEBAB, DAN DAMPAK PADA SISTEM PLTS
Jenis Fault Penyebab Dampak Referensi
[24], [20], [25],
Hot spot Debu, kotoran burung, bayangan, salju, kelembaban tinggi Overheating
[22], [26]
Sel surya retak / Karena benturan saat instalasi, atau proses pengiriman yang
Performance turun [22], [27], [14], [21]
crack bermasalah, Pemasangan klem yang bermasalah
Banyak Debu Akses cleaning sulit Performance turun, efisiensi turun [22]
Akumulasi garam, kontaminasi, faktor kelembaban atau
Delaminasi Power loss / kehilangan daya [22]
faktor eksternal
Dioda rusak
Kerusakan Diode Sebagaian PV sel surya tekena bayangan, Overheating [20], [28], [26], [29]
Junction box atau
Pemasangan yang buruk, seal rusak sehingga lembab, Potensi kebakaran
combainer box [22], [30], [20]
pengkabelan yang buruk Mengurangi efisiensi dan realibility
rusak
Short circuit Isolasi yang buruk antara PV sel surya dan dan inverter Potensi kebakaran [22]
Isolasi kabel kurang baik. Hubungan pendek antara
Graound Fault
konduktor dan ground. Hubungan pendek di dalam kotak Resiko terbakar [22]
(GF)
penggabung PV.
Arc Fault Adanya busur listrik yang dapat membakar material Kebakaran [22], [23]

Line-line Fault Ketidakseragaman irradiasi pada PV sel surya Produksi listrik terganggu [23]
Inverter gagal
Kerusakan kontak, pemanasan berlebihan pada kontaktor Tidak ada output energi [31]
mentransfer
IGBT rusak Kerusakan pada solder, kerusakan pada kawat emittor Produksi listrik terganggu [22]

35
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

DC bus capacitor
Overvoltage, overheating Produksi listrik terganggu [22]
rusak
Cooling fan rusak Overheating Produksi listrik terganggu [22]

Tabel II menunjukkan kumpulan kerusakan beserta Arc Fault Resiko terbakar 9 6 6 324
penyebab dan dampaknya. Dari beberapa kerusakan yang ada Line-line fault Produksi listrik
7 4 8 224
kemudian ditentukan peringkat S,O,D nya berdasarkan literatur terganggu
dan diskusi dengan praktisi PLTS, dan hasil peringkatnya Inverter gagal Tidak ada
mentransfer output energi
5 7 1 35
disajikan pada tabel III.
IGBT rusak Inverter rusak,
Produksi listrik 7 5 2 70
TABEL III terganggu
RISK PRIORITY NUMBER KERUSAKAN PERALATAN PLTS DC bus Inverter rusak,
capacitor Produksi listrik 7 5 1 35
Failur mode Dampak (S) (O) (D) (RPN) rusak terganggu
Cooling fan Inverter rusak,
Hot Spot Kerusakan PV rusak Produksi listrik 7 6 1 42
sel surya, terganggu
Terjadi short
8 7 3 168
circuit
Sel surya retak Performance
5 5 2 50 Informasi mengenai tingkat keparahan (severity),
/ crack turun banyaknya kejadian (occurance) dan bagaimana suatu metode
Banyak Debu Performance
turun, Efisiensi 8 7 1 56 dapat mendeteksi kesalahan (detection) pada sistem
turun pembangkit listrik tenaga surya didapatkan dari beberapa
Delaminasi Power loss 7 7 3 147 literatur penelitian sebelumnya dan diskusi dengan praktisi
Kerusakan Dioda rusak PLTS. Nilai S, D, O kemudian dikalikan untuk mendapatkan
Diode
8 6 2 96 hasil Risk Priority Number (RPN) dan hasilnya seperti
Junction box Potensi disajikan pada tabel III.
atau kebakaran Dari tabel III dapat di petakan seperti disajikan gambar 10
combainer box Mengurangi 6 7 2 84
rusak efisiensi dan yang menunjkukkan kegagalan apa yang mempunyai RPN
realibility besar. Dari pemetaan tersebut kita dapat mengambil tindakan
Short circuit Resiko
7 9 4 252 selanjutnya untuk mengatasi kegagalan pada sistem
kebakaran pembangkit listrik tenaga surya.
Graound Fault Resiko terbakar
(GF)
7 8 3 168

36
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

Gambar 10 Risk Priority Number

Gambar 11 menunjukkan peringkat jenis kerusakan pada sedangkan DC bus capacitor rusak menduduki peringkat paling
pembangkit listrik tenaga surya berdasarkan RPN. Dimana rendah resikonya.
kerusakan karena Arc Fault menduduki peringkat teratas

Gambar 11. Peringkat RPN Failure Mode PLTS

Hasil pemetaan kegagalan sistem PLTS dari hasil pemeliharaan maupun operator untuk melaksanakan
penghitungan RPN, kemudian di susun rekomendasi terhadap rekomendasi tersebut yang bertujuan untuk menjaga keandalan
setiap permasalahan seperti disajikan pada tabel IV. sistem pembangkit tenaga surya.
Rekomendasi tersebut sebagai dasar tim engineering atau

TABEL IV
REKOMENDASI MENGATASI KEGAGALAN

37
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)

Failure Mode RPN Rekomendasi Refferensi


Arc Fault 324 Dilengkapi dengan Arc Fault Circuit Interuppter (AFCI) [23]
Pemasangan sensor ampre dan rutin memeriksa sensor dengan metode [12]
Pendekatan diagnosis kesalahan sensor didasarkan pada teori deteksi dan
Short circuit 252
identifikasi kesalahan sensor berbasis Sliding Mode Observer (SMO), yang
mampu akurat memperkirakan kesalahan dalam pengukuran sensor
Line-line fault 224 Dilengkapi dengan Over Current Protection Device (OCPD) [23]
Menggunakan Thermal Camera untuk monitoring hot spot dan dilakukan [32]
Hot spot 168
secara periodik atau online monitoring
Rutin dilakukan weekly cleaning. Metode cleaning bisa secara manual, [25]
Banyak Debu 168
automatis, preventive.
Ground fault (GF) 168 Dilengkapi dengan Fuse Ground Fault Detection and Interuption (GFDI) [23]

Delaminasi 147 Sistem dilengkapi dengan Thermal imaging dan melakukan Aging test [28]

Inverter gagal mentrasnfer 126 Periodik melakukan pemeriksaan kondisi inverter -

Kerusakan diode 84 Rutin pemeriksaan I-V Characteristic test, utin pemeriksaan suhu diode [22]

Junction box fault 84 Periodik pemeriksaan kondisi junction box


Insulated Gate Bipolat [33]
Rutin melakukan pemeriksaan IGBT dengan metode pendekatan Priciple
Transistot (IGBT) inverter 70
Component Analysis dan Support Vektor Machine (PCA – SVM)
rusak
Sel surya retak 50 Periodik melakukan pemeriksaan kondisi sel surya -

Cooling fan inverter rusak 42 Periodik pemeriksaan cooling fan inverter -


DC bus capacitor inverter Periodik pemeriksaan kondisi inverter, melakukan penggantian jika DC bus -
35
rusak capacitor rusak

[5] M. Vivar, M. Fuentes, N. Pichel, A. López-Vargas, M. J. Rodrigo, and


IV. KESIMPULAN K. Srithar, “Photovoltaic and solar disinfection technology meeting the
needs of water and electricity of a typical household in developing
Penyusunan Failure Mode Effect Analysis merupakan cara countries: From a Solar Home System to a full-functional hybrid system,”
yang efektif untuk mengetahui peringkat resiko timbulnya Sci. Total Environ., vol. 747, July, p. 141082, 2020.
kegagalan pada suatu sistem. Berdasarkan histori kerusakan [6] M. Panagiotidou, M. C. Brito, K. Hamza, J. J. Jasieniak, and J. Zhou,
“Prospects of photovoltaic rooftops , walls and windows at a city to
suata peralatan yang mengalami kerusakan didasarkan pada building scale,” Sol. Energy, vol. 230, October, pp. 675–687, 2021.
tingkat keparahan, frekuensi kerusakan itu dan mudah tidaknya [7] N. A. Handayani and D. Ariyanti, “Potency of solar energy applications
kerusakan tersebut di deteksi, kemudian dimasukkan dalam in Indonesia,” Int. J. Renew. Energy Dev., vol. 1, no. 2, pp. 33–38, 2012
FMEA dengan menghitung Risk Priority Number (RPN) [8] H. B. Xie, W. J. Wu, and Y. F. Wang, “Life-time reliability based
optimization of bridge maintenance strategy considering LCA and LCC,”
masing-masing kegagalan maka akan dapat diketahui peralatan J. Clean. Prod., vol. 176, pp. 36–45, 2018.
apa saja yang mempunyai resiko tinggi sehingga mengganggu [9] U. K. M. Pushparenu Bhattacharjee, Vidyut Dey, “Risk assessment by
proses produksi. Dengan konsistem mengumpulkan histori failure mode and effects analysis (FMEA) using an interval number
kerusakan dan selalu melakukan pembaharuan metode based logistic regression model,” Saf. Sci., vol. 132, 2020.
[10] A. Khaligh and O. C. Onar, Energy harvesting: Solar, wind, and ocean
pendeteksi kerusakan maka peralatan pada suatu sistem akan energy conversion systems. 2017.
terjaga keandalannya sehingga biaya produksi listrik dan harga [11] S. Ghosh and R. Yadav, “Future of photovoltaic technologies: A
jual listrik ke masyarakat menjadi murah. comprehensive review,” Sustain. Energy Technol. Assessments, vol. 47,
June, p. 101410, 2021.
[12] S. Saha et al., “Diagnosis and mitigation of voltage and current sensors
malfunctioning in a grid connected PV system,” Int. J. Electr. Power
REFERENSI Energy Syst., vol. 115, April 2018, p. 105381, 2020.
[1] C. Ogbonnaya, C. Abeykoon, A. Nasser, C. S. Ume, U. M. Damo, and [13] B. Ramadhani, “Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya,” no. 31
A. Turan, “Engineering risk assessment of photovoltaic-thermal-fuel Agustus 2018, Deutsche Gesellschaft für Internationale
cell system using classical failure modes, effects and criticality analyses,” Zusammenarbeit (GIZ) GmbH,Energising Development (EnDev)
Clean. Environ. Syst., vol. 2, January, p. 100021, 2021. Indonesia, 2018.
[2] T. Lajnef, S. Abid, and A. Ammous, “Modeling, control, and simulation [14] L. Hernández-Callejo, S. Gallardo-Saavedra, and V. Alonso-Gómez, “A
of a solar hydrogen/fuel cell hybrid energy system for grid-connected review of photovoltaic systems: Design, operation and maintenance,”
applications,” Adv. Power Electron., vol. 2013, 2013. Sol. Energy, vol. 188, March, pp. 426–440, 2019.
[3] Q. Tu, J. Mo, R. Betz, L. Cui, Y. Fan, and Y. Liu, “Achieving grid parity [15] K. D. Sharma and S. Srivastava, “Failure Mode and Effect Analysis
of solar PV power in China- The role of Tradable Green Certificate,” (FMEA) Implementation: A Literature Review,” Copyr. J. Adv. Res.
Energy Policy, vol. 144, July, p. 111681, 2020. Aeronaut. Sp. Sci. J Adv Res Aero SpaceSci, vol. 5, pp. 2454–8669, 2018.
[4] J. Xue, “Photovoltaic agriculture - New opportunity for photovoltaic [16] A. Y. Yu, H. C. Liu, L. Zhang, and Y. Chen, “A new data envelopment
applications in China,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 73, January, analysis-based model for failure mode and effect analysis with
pp. 1–9, 2017.

38
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 12 No. 1 ISSN 1411-6340 (Print)
heterogeneous information,” Comput. Ind. Eng., vol. 157, June 2020. review of dust accumulation and cleaning methods for solar photovoltaic
[17] H. W. Lo, J. J. H. Liou, C. N. Huang, and Y. C. Chuang, “A novel failure systems,” J. Clean. Prod., vol. 276, p. 123187, 2020.
mode and effect analysis model for machine tool risk analysis,” Reliab. [26] M. Cubukcu and A. Akanalci, “Real-time inspection and determination
Eng. Syst. Saf., vol. 183, June, pp. 173–183, 2019. methods of faults on photovoltaic power systems by thermal imaging in
[18] J.-H. Zhu, Z.-S. Chen, B. Shuai, W. Pedrycz, K.-S. Chin, and L. Turkey,” Renew. Energy, vol. 147, pp. 1231–1238, 2020.
Martínez, “Failure mode and effect analysis: A three-way decision [27] B. Li, C. Delpha, D. Diallo, and A. Migan-Dubois, “Application of
approach,” Eng. Appl. Artif. Intell., vol. 106, August, p. 104505, 2021. Artificial Neural Networks to photovoltaic fault detection and diagnosis:
[19] H. C. Liu, FMEA using uncertainty theories and MCDM methods, A review,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 138, October 2020.
February. 2016. [28] J. A. Dhanraj et al., “An Effective Evaluation on Fault Detection in Solar
[20] A. Mellit, G. M. Tina, and S. A. Kalogirou, “Fault detection and Panels,” pp. 1–14, 2021.
diagnosis methods for photovoltaic systems: A review,” Renew. Sustain. [29] C. G. Lee et al., “Analysis of electrical and thermal characteristics of PV
Energy Rev., vol. 91, February, pp. 1–17, 2018. array under mismatching conditions caused by partial shading and short
[21] M. Köntges et al., Performance and reliability of photovoltaic systems circuit failure of bypass diodes,” Energy, vol. 218, p. 119480, 2021.
subtask 3.2: Review of failures of photovoltaic modules: IEA PVPS task [30] A. Haque, K. V. S. Bharath, M. A. Khan, I. Khan, and Z. A. Jaffery,
13: external final report IEA-PVPS. 2014. “Fault diagnosis of Photovoltaic Modules,” Energy Sci. Eng., vol. 7, no.
[22] A. Triki-Lahiani, A. Bennani-Ben Abdelghani, and I. Slama-Belkhodja, 3, pp. 622–644, 2019.
“Fault detection and monitoring systems for photovoltaic installations: [31] V. Satya, B. Kurukuru, F. Blaabjerg, M. A. Khan, and A. Haque, “A
A review,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 82, July 2017, pp. 2680– Novel Fault Classification Approach for Photovoltaic Systems,” 2020.
2692, 2018. [32] A. Dhoke, R. Sharma, and T. K. Saha, “PV module degradation analysis
[23] D. S. Pillai and N. Rajasekar, “A comprehensive review on protection and impact on settings of overcurrent protection devices,” Sol. Energy,
challenges and fault diagnosis in PV systems,” Renew. Sustain. Energy vol. 160, June 2017, pp. 360–367.
Rev., vol. 91, July 2017, pp. 18–40, 2018. [33] W. Yuan, T. Wang, and D. Diallo, “A Secondary Classification Fault
[24] M. H. Hwang, Y. G. Kim, H. S. Lee, Y. D. Kim, and H. R. Cha, “A study Diagnosis Strategy Based on PCA-SVM for Cascaded Photovoltaic
on the improvement of efficiency by detection solar module faults in Grid-connected Inverter,” IECON Proc. (Industrial Electron. Conf., vol.
deteriorated photovoltaic power plants,” Appl. Sci., vol. 11, pp. 1–16, 2019-Octob, pp. 5986–5991, 2019.
2021.
[25] H. A. Kazem, M. T. Chaichan, A. H. A. Al-Waeli, and K. Sopian, “A

39

Anda mungkin juga menyukai