Anda di halaman 1dari 7

KLIPING

HASIL HUTAN BUKAN KAYU


1. Ylang-ylang ( Cananga latifolia )

Tanaman ylang-ylang (C. odorata forma genuine) merupakan komoditas penghasil


minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. Ylang-ylang termasuk famili Anonaceae dan
berkeluarga dekat dengan tanaman kenanga (C. odorata forma macrophylla) yang diduga
berasal dari Maluku dan Filipina. Aroma minyak ylang-ylang yang diperoleh dari bunga
ylang-ylang lebih lembut dan wangi dari minyak kenanga karena kandungan ester dan
linalolnya lebih tinggi (Rusli dkk, 1987).

Tanaman ylang-ylang dapat tumbuh dengan tinggi sampai mencapai 15 m dengan


cabang menyudut ke bawah. Tajuk yang luas dan akar yang dalam membuat pohon ylang-
ylang mampu menahan erosi dan air sehingga menjadikan pilihan alternatif bagi tanaman
konservasi pada lahan-lahan kritis di Indonesia. Tata daun tanaman ylang-ylang
berbentuk alternate desticous, tunggal serta daun menumpuk terletak di luar ketiak daun.
Tangkai daun ramping, dengan panjang 1-2 cm, hamper beralur. Helai daun berbentuk
elips sampai ovate-oblong, berukuran 13-29 cm x 4-10 cm. Tulang daun tengah atau tepi
berwarna putih pada kedua sisi daun. Tulang daun sekunder terdiri dari 8-9 pasang jelas
terlihat dari kedua sisi daun, terkadang terdapat rambut halus (Yusuf dan Sinohin, 1999).

2. Mimba ( Azadirachta indica )

Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang
agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan
runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba
dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging
buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya
melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu
kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1987).

Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk
menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-
16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah laya.
Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung
anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak
daun 3-10,5 cm (Backer dan Van der Brink, 1965).

Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak
setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5
cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun
bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar
satu dengan lainnya.

3. Gadung ( Dioscorea hispida )


Gadung (Dioscorea hispida) merupakan tumbuhan perambat, berumur menahun
(perenial), panjang bisa mencapai 10 m. Batang berkayu, silindris, membelit, warna
hijau, bagian dalam solid, permukaan halus, berduri. Daun majemuk, bertangkai,
beranak daun tiga (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20 - 25 cm, lebar 1 - 12 cm,
helaian daun tipis lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal
tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan melengkung (dichotomous), permukaan kasap
(scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), muncul dari ketiak daun (axillaris).
Buah lonjong, panjang kira-kira 1 cm, akar serabut.

4. Suweg ( Metroxylon spp. )

Mempunyai tangkai yang  belang putih hijau, berbintil-bintil, tangkai daun tunggal
utama seringkali dianggap “batang” oleh awam, tumbuh tegak, lunak, dan berwarna
hijau (mulai dari muda hingga gelap) berbelang-belang putih panjangnya 60 – 150
cm. Bunga muncul apabila simpanan energi berupa tepung di umbi sudah mencukupi
untuk pembungaan. Sebelum bunga muncul, seluruh daun termasuk tangkainya akan
layu. Bunga tersusun majemuk berupa struktur khas talas-talasan, yaitu bunga-bunga
tumbuh pada tongkol yang dilindungi oleh seludang bunga. Kuntum bunga tidak
sempurna, berumah satu, berkumpul di sisi tongkol, dengan bunga jantan terletak di
bagian distal (lebih tinggi) daripada bunga betina.

5. Burahol
Pohon Burahol tegak dengan tinggi mencapai 25 m. Daunnya berwarna hijau gelap
berbentuk lanset (bulat telur), tidak berbulu, dan merotal tipis dengan panjang pangkal
daun mencapai 1,5 cm. Tajuk atau kanopinya berbentuk kubah meruncing (layaknya
pohon cemara). Cabang-cabangnya mendatar, sementara batangnya berwarna coklat
cenderung hitam dengan diameter berkisar 40 cm. Bunga yang muncul pada tonjolan-
tonjolan batang adalah bunga yang berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau
kemudian berubah menjadi keputih-putihan. Bunga jantan terletak di batang sebelah
atas dan di cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum dengan
diameter 1 cm. Sementara bunga betina kepel hanya berada di pangkal batang dengan
diameter mencapai 3 cm. Buah bergerombol antara 1-13 buah. Panjang tangkai buah
mencapai 8 cm. Buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-
coklatan, berdiameter 5-6 cm, dan berisi sari buah yang dapat dimakan. Bijinya
berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, dengan panjang sekitar 3 cm. Berat segar
buah antara 62-105 g, dengan bagian yang dapat dimakan sebanyak 49% sedangkan
bijinya 27% dari berat buah segar. Buah kepel dianggap matang saat digores kulit
buahnya terlihat berwarna kuning atau coklat muda (Mogea, 2001). Burahol
berbentuk bulat dan pangkalnya runcing (seperti buah buni) dengan warna coklat
keabu-abuan, tumbuh pada bagian batang, berasa manis, dan beraroma harum. Daging
buah berwarna kuning kecoklatan dengan biji berukuran besar dan berwarna coklat
tua kehitaman, biasanya dalam satu buah terdapat 3-4 biji (Mogea, 2001).
6. Kluwek ( Phytocelobium sp. )

Kluwek berhabitus pohon dengan tinggi mencapai 25 meter dengan diameter batang
berkisar antara 1 – 2,5 meter. Kluwek berakar tunggang dan berbanir.Batangberwarna
putih kecoklatan dengan diameter batang berkisar antara 1 – 2,5 meter. Daunini
tunggal, berkumpul pada ujung ranting dan bertangkai panjang. Helaian daunnya dari
pohon muda berlekuk tiga. Pada pohon Kluwak yang sudah tua helaian daun
berbentuk bulat seperti telur melebar di pangkal berbentuk jantung, dan ujung
daunnya Permukaan daun pada bagian atas licin berwarna hijau mengkilap,
sedangkan pada permukaan bawahnya berambut coklat dan tersusun rapat dengan
tulang daun menonjol.Bunga berwarna coklat kehijauan, tumbuh pada ketiak daun
atau hampir di setiap ujung ranting. Bunga jantan tersusun dalam malai, sedangkan
pada bunga betina umumnya muncul tunggal di ujung ranting. Buah buni berbentuk
bulat seperti telur atau lonjong, kulit buah yang telah tua berwarna coklat dengan
permukaan kasar. Daging buah berwarna kuning pucat, lunak dan dapat dimakan.
Tiap buah berisi sampai 18 biji atau lebih. Pada bagian kulit biji sangat tebal dan
keras.
7. Saga pohon ( Adenanthera pavonina )
Saga merupakan pohon yang memiliki biji kecil berwarna merah dengan batang
pohon yang tinggi, dan daun yang lebih kecil. Pohon Saga memiliki banyak fungsi,
kayunya digunakan untuk bahan kayu bakar, daunnya digunakan sebagai bahan pupuk
dan bijinya dapat dibuat menjadi bahan kerajinan tangan. Pohon Saga dapat hidup
dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara
langsung baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1 – 600
m di atas permukaan laut. Perawatan tanaman saga tidak terlalu sulit. Untuk
mendapatkan tanaman yang tumbuh dengan baik dan sehat, media tanam atau lahan
yang akan ditanami harus subur, gembur, dan drainase diatur dengan baik (Juniarti,
dkk, 2009).

8. Tengar ( Ceriops tagal )

Pohon kecil atau perdu, dengan tinggi 10 – 15 m atau kurang (C. tagal dapat
mencapai 25 m). Batang menggembung di bagian pangkal, sering dengan akar
tunjang yang kecil. Daun tunggal, bulat telur terbalik, dengan ujung tumpul atau
berlekuk, mengkilap seperti kulit, terletak berhadapan, maks 4 × 10 cm. Daun
penumpu kecil, 1,5 – 2,5 cm, lekas gugur, meninggalkan bekas serupa cincin. Bunga
duduk atau bertangkai pendek, dalam payung tambahan yang bertangkai, 2-4 kuntum
sekelompok (C. decandra) atau 5-10 (3-9) kuntum sekelompok pada C. tagal. Bunga
berbilangan 5, dengan kelopak kehijauan dan daun mahkota putih, kecoklatan bila
tua. Tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek (C. decandra) atau lebih
panjang dari kepala sari (C. tagal). Berbunga sepanjang tahun. Buah kecil, bentuk
telur hingga mengerucut, kecoklatan, s/d 2 cm. Taju kelopak buah melengkung ke
belakang. Hipokotil silindris, berkulit halus, berbintil, agak menggelembung di ujung,
sekitar 15 cm (C. decandra) dan dapat mencapai 25 cm (C. tagal).
Leher kotiledon berwarna merah tua (C. decandra) atau kuning (C. tagal) jika tua.
9. Kesumba ( Bixa orellana )
Kesumba keling adalah perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-8 m. Daunnya
tunggal, bertangkai panjang, dan agung. Helaian daunnya ada bangun bulat telur,
ujungnya runcing, dengan pangkal yang rata dan kadang ada bangun jantung. Tepi
daunnya rata, dengan pertulangan daun menyirip, ukuran daunnya: 8-20 cm × 5-12
cm, berwarna hijau berbintik merah.[1]Perbungaan tumbuhan ini majemuk, dengan
warna merah muda atau putih dengan diameter 4-6 cm. Buahnya seperti rambutan,
tertutup rambut seperti sikat, berwarna hijau sewaktu masih muda, dan merah tua
apabila sudah masak. Buahnya pipih, panjang 2-4 cm, dan mengandung banyak biji
kecil berwarna merah tua.

10. Saninten ( Castanopsis sp. )

Saninten atau Castanopsis argentea merupakan tanaman berkayu


dengan tinggi sampai 35 m dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m,
diameter dapat mecapai 120 cm, tidak berbanir, Kulit luar berwarna coklat
muda,kadang-kadang kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Pohon ini
dimanfaatkan untuk diambil kayu, pewarna dan biji yang dapat dimakan untuk
penggunaan lokal. Terutama dikumpulkan dari alam liar, pohon ini juga kadang-
kadang dibudidayakan, terutama di Jawa ,
Buah Saninten atau Castanopsis argentea sering disebut rambutan hutan. Buahnya
memang mirip rambutan .Susunan rambut pada buah Saninten yang masih muda
tersusun lebih lebat, lebih tebal dan lebih tajam daripada buah rambutan biasa.
Rambutnya tajam.Susunan buah bagian dalamnya pun mirip rambutan. 

11. Secang ( Caesalpinia sappan )

Pohon kecil atau perdu dengan tinggi 4-10 m. Secang berakar tunggang.Batang
dengan tonjolan-tonjolan serupa gigir dengan banyak duri, berwarna coklat keabu
abuan dan ranting dengan duri-duri yang melengkung ke bawah. Daun majemuk
menyirip ganda dengan daun penumpu 3-4 mm. Anak daun berjumlah 10-20 pasang
dengan duduk daun berhadapan berbentuk lonjong, tepi rata dan pangkal daun
melekuk ke dalam. Bunga dalam malai di ujung batang atau di ketiak atas. Panjang
malai berkisar 10 cm. Bunga berwarna kuning.

12.

Anda mungkin juga menyukai