Sitasi
Doxiadis, C.A. (1965). Ekistics, an introduction to the science of human settlements. Pp. 200-221.
New York: Oxford University Press.
Di chapter ini, Doxiadis merincikan perkembangan human settlements yang beriringan dengan
evolusi manusia. Dimulai dari fase non organised settlements, dimana manusia mulai memodifikasi
alam. Manusia yang awalnya berburu, kemudian mulai memasuki era agrikultur. Seiring dengan hal
tersebut, pola human settlement berubah, yang awalnya sementara menjadi permanen. Dengan
memodifikasi alam, manusia juga mengenal konsep shells (arsitektur) —yang pada saat itu baru
dianggap sebagai tempat untuk berlindung. Hal inilah yang menurut saya tidak kalah menarik, karena
selain berhubungan dengan teori evolusi manusia, ekistic juga dapat memberikan insight tambahan
mengenai perkembangan arsitektur yang berkaitan dengan human settlements secara kronologis.
Pada awalnya, manusia bermukim di alam dengan memanfaatkan hollows alami, seperti gua.
Barulah kemudian shells tempat manusia tinggal mulai berkembang secara drastis, yang dimulai dari
gubuk dengan denah melingkar. Setelahnya barulah terbentuk compound walls. Dari sini, primitive
networks terbentuk, yang menjadi penghubung antar settlements.
Pada fase organised settlements, manusia semakin berkembang dengan hidup di pemukiman yang
lebih padat. Mereka juga menyadari pola pemukiman sirkular yang kurang efektif karena menyisakan
ruang kosong. Oleh karenanya, pola sirkular berkembang menjadi hexagonal, yang kemudian
berkembang lagi menjadi rectilinear pada fase static urban settlements. Di fase yang lebih lanjut,
dynamic urban settlements, cara hidup manusia menjadi jauh lebih kompleks, yang juga ditandai
dengan era revolusi industri. Karakteristik utama dari fase ini adalah continuous growth, yang
kemudian juga menimbulkan continuous problem karena manusia telah ‘memodifikasi’ alam secara
berlebihan.
Fase awal dari dynamic urban settlements adalah dynapolis, yang berupa kota-kota kecil.
Kemudian metropolis, yang terdiri dari urban dan rural settlements yang ada di sekitarnya. Metropolis
ini sifatnya harus selalu berkembang, karena apabila memasuki keadaan static, maka kota tersebut
akan mati. Contohnya adalah kota roma kuno dan konstantinopel. Pada skala yang lebih besar,
metropolis disebut dynametropolis. Suatu area yang lebih besar lagi, yang terdiri dari lebih dari satu
metropolis dan beberapa urban settlements disebut megalopolis. Contoh kota yang sudah mulai
memasuki era ini adalah LA dan California. Di masa depan, diprediksikan yang akan terjadi adalah
ecumenopolis (a single city encompassing the whole world), dimana jumlah populasi manusia yang
bertambah akan mempengaruhi skala human settlements, sehingga akan meluas dan saling
terhubung satu sama lain.
Secara keseluruhan, teori Ekistic serta pemikiran lain yang digagas oleh Doxiadis tersampaikan
dengan sangat baik melalui buku ini. Penjelasan yang padat dan kompleks, diiringi dengan
penyampaian yang bertahap dan mendasar, untuk memastikan pembaca dapat mengikuti dan
memahami isi buku. Selain itu, buku ini juga menyertakan banyak kutipan referensi dari sumber lain
serta ilustrasi pendukung yang dapat memperkaya pengetahuan pembaca, sehingga buku ini sangat
saya rekomendasikan untuk dibaca.