Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRESEDEN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI

DOSEN PENGAMPU :

R. PUSPITO HARIMURTI, S.T., M.Sc.

REYNALDI ABDUL HALID, S.T., M.Sc

DIMAS CAHYO JATI (3202207030)

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

KOTA PONTIANAK

2023/2024

KISHO KUROKAWA

BIOGRAFI
Lahir : Nagoya, 1934
Tempat tinggal : Jepang
Pendidikan : – Graduated from Kyoto University, B. / Arch. Course, Department of
Architecture (1957), Tokyo University
– M. / Arch. Course, School of Architecture (1959) Tokyo University
– Dr. / Arch. Course, School of Architecture (1964)
Debut : – Tahun 1960 memelopori pendirian metabolisme Movement. Sejak itu
memiliki paradigma dari the Age of Machine Principle ke the Age of Life Principle
– Mempublikasikan “Urban Design”, “Homo Movens”, “Thesis on Architecture I and
II”, “ The Era of Nomad”, “ Philosophy of Symbiosis”, “Hanasuki”, “Poems of
Architecture” and “Kisho Kurokawa Note”. Bukunya yang berjudul Philosophy of
Symbiosis mendapatkan penghargaan dari The Japan Grand Prix Literature,
diterbitkan tahun 1987 dan direvisi 1991.
– Beberapa karyanya di Jepang yaitu: Hiroshima City Museum of Contemporary Art,
Wakayama, 1994, The National Ethnological Museum, Honjin Memorial Museum of
Art in Japan, The National Bunraku Theatre, Sony Tower, Osaka, 1972-1973, Nagoya
City Art Museum, Ehime Prefectural Museum of General Science, Osaka
International Centre (Grand Cube Osaka), Karuizawa House, Karuizawa, 1974, ,
Tateshina Planetarium, Hiroshima, 1976 dll
– Beberapa karyanya di luar jepang antara lain ; The Art Museum of Louvain-la-
Neuve di Belgia, German Centre of Berlin di Germany, Melbourne Central di
Australia, Pasific Tower di Paris, Perancis Astana International Airport di Kazakhtan,
the Chinese-Japanese Youth Centre di Beijing, China, , Republic Plaza, Singapore,
The Kuala Lumpur International Airport, Malaysia, dan New Wing of the Van Gogh
Museum, Amsterdam, dll
Penghargaan : – Japan Art Academy Award, 1992, for Nara City Museum of
Photography
– 1986 Gold Medal, Academy of Architecture, France
– Chairman, Board of Trustees, Advanced Research for Japanese Architectural
Studies, Columbia University
FILOSOFI PERANCANGAN
Kisho kurokawa mulai mencanangkan gagasan ‘metabolisme movement’
(pergerakan metabolisme) diawal tahun 1960, bersama Noboru Kawazoe, Masato
Otaka, Fumihiko Maki, Kiyofumi Kikutake, Kiyoshi Awazu, Kenji Eduan, Shomei
Tomatsu dan lainnya.
Ide awal dari filosofi ‘metabolisme movement’ adalah bila makhluk hidup tumbuh
dan mengalami perkembangan (metabolisme), maka begitu pula dengan kota dan
arsitektur.
Metabolisme movement mencakup segala aspek /bagian dan akan sulit bila
merangkum bagian/ aspek-aspek tersebut dalam satu pengertian. Namun dirasa
cukup adil bila mengatakan bahwa kejadian-kejadian perjalanan di masa lalu,
sekarang dan akan datang dari manusia dan teknologi berpusat padanya.
Inti dari metabolisme sebenarnya berdasar pada pemikiran timur. Awalnya Kisho
Kurokawa membaca buku milik Hijime Nakamura tentang cara orang-orang Timur
berpikir di mana Nakamura menelusuri perjalanan Philosophy Budha dari tempat
asalnya India ke Tibet, Thailand, China, Korea dan Jepang. Tujuan Nakamura adalah
untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana naskah Budhisme itu dipaparkan melalui
bermacam-macam bahasa dan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Asia.
Sejak saat itu Kisho Kurokawa lebih memperhatikan ragam budaya arsitektur di
Jepang. Buku ini sangat mempengaruhi pemikiran Kisho selain adanya pengaruh
dari pendidikan masa kecil di Kuil Tokai Gakuen di Nagoya. Kepala sekolahnya yaitu
Benkyo Shiio mengajarkan tentang Pondasi dari simbiosis (Zaidan Hojin Kyosei kai)
yang memperkenalkan lebih lanjut tentang Kyosei Hokku Shu (koleksi dari versi
religi dalam simbiosis) dan Kyosei Kyohon (simbiosis manual). Ajaran-ajaran ini
memaparkan bahwa kita mempunyai paham bahwa dalam kehidupan ada kebenaran
dan adanya usaha untuk masuk ke dalam Pure land (surga). Semua bagian dalam
kehidupan saling berhubungan, hanya tergantung bagaimana usaha kita
menciptakan dunia yang baik. Ini adalah kebenaran dari simbiosis di mana
hubungan memberi dan diberi dalam kehidupan adalah hubungan simbiosis.
Dari hasil pengajaran, pengalaman, dan pemikirannya Kisho melakukan penjabaran
dan penyatuan teori-teori arsitektur yang menghasilkan “Spirit of Age”. Pada abad
20 , di mana “age of Machine” mulai berpengaruh, kedudukan manusia dianggap
setara dengan Tuhan. Segala kerusakan hutan, polusi udara, sungai, laut,
pemusnahan hewan dan tanaman merupakan kejadian biasa yang tidak terelakkan
akibat dari perkembangan teknologi dan aktivitas ekonomi. Manusia secara tidak
sadar telah kalah dalam perjuangannya di masa modern dan sudah ditipu oleh
keberadaan mesin dalam kehidupan sehari-hari. Bila manusia seharusnya
mengendalikan mesin, maka keadaan ini sudah berbalik. Manusia tidak dapat lepas
dari mesin dalam kehidupan sehari-hari. Mesin sebagai teknologi berkembang
merupakan bentuk yang satu, benar-benar jelas batas pemisahan ruangnya, berbeda
dengan organisme yang merupakan sebuah sistem kehidupan. Pada organisme juga
terlihat pemisahan ruangnya namun tetap ada satu hal yang menghubungkan yaitu
sistem informasi. Kisho Kurokawa berusaha menciptakan simbiosis antara keduanya
dengan metabolisme dan metamorfosis sebagai kunci untuk mengekspresikan
prinsip kehidupan.

Konsep Metabolisme ada dua, yaitu:


1. Diachronicity of time = hubungan antar waktu
Arsitektur modern memaparkan bahwa waktu bagaikan sebuah piramid, yang terdiri
dari 3 lapis. Lapisan bawah adalah masa lalu di mana masa sekarang berdiam diri.
Lapisan di atasnya adalah masa sekarang dan yang paling atas adalah masa depan.
Dalam model ini masa lampau dan masa depan hanyalah akibat dari semua kejadian
di masa sekarang yang merupakan pusat dari piramid. Menurut Kisho Kurokawa
arsitektur merupakan evolusi dari masa lampau, masa sekarang dan masa depan,
suatu pematangan dan proses metabolisme. Waktu bukanlah suatu serial kejadian
atau mempunyai struktur hierarki dalam piramid/ pohon. Waktu merupakan
jaringan , “rhizome” seperti jaringan laba-laba, tidak ada hierarki yang jelas. Bila
masa lampau, sekarang dan masa depan diibaratkan sebagai suatu “rhizome” maka
kita bisa merasa dan menganggap diri kita berada dalam jarak yang sama di semua
waktu dan bebas berhubungan dengan apapun.

2. Synchronicity of space = hubungan antar ruang


Dalam strukturalisme budaya Barat, Amerika, Afrika, negara-negara Islam dan Asia
mempunyai kedudukan status yang sama dan tiap-tiap pihak tersebut memiliki jarak
yang sama, sehingga kita harus dapat merasakan keberadaan ‘nyawa’ dari
kebudayaan yang berbeda-beda.
Segala perbedaan waktu dan budaya itu nantinya harus disatukan dalam 1 hubungan
simbiosis dan menerapkannya pada proses kerja arsitektur.

Sesungguhnya komponen dasar dari filosofi simbiosis adalah simbiosis dari


kebudayaan yang heterogen, manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian
dan keseluruhan, sejarah dan masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu
pengetahuan arsitektur manusia dan alam. Di bawah ini akan dibahas beberapa
komponen dasar dari simbiosis di atas:

 Symbiosis of Interior and Eksterior


Dalam budaya Jepang terdapat Intermediary Space yaitu ruang antara. Sebenarnya
dalam budaya di luar Jepang juga terdapat intermediary space namun
keberadaannya tidak terlalu diperhatikan.
Konsep intermediary space adalah kunci penting dalam memahami Filosofi
Simbiosis. Dari barat, dua hal yang berlawanan dilebur jadi satu kesatuan, atau
ditolak sama sekali. Sebaliknya dalam filosofi simbiosis diciptakan sesuatu yang
menghubungkan dua elemen itu sementara perbedaannya tetap dipertahankan.
Hubungan yang diciptakan harus dinamis, selalu bergerak dan berubah. Untuk itu
agar lebih efektif, hubungan itu biasanya berupa zone netral. Oleh karena itu dalam
intermediarry space terdapat zona netral/transisi, atau bisa dikatakan juga zona abu-
abu (peralihan dari hitam ke putih).

 Symbiosis of History and Present


Turunan dari diachronicity yang merupakan symbiosis waktu (lampau sekarang dan
depan). Prinsip ini berusaha melihat masa lampau dengan sudut pandang filosofi
simbiosis. Sejarah digambarkan dalam suatu simbol/ lambang, elemen arsitektural
berupa nilai, ide, aesthetic, religions yang nantinya ditransformasikan pada masa
sekarang dalam bentuk dan juga makna baru.

 Symbiosis of Man and Technology


Manusia dan teknologi menurut dunia modern adalah dua hal yang berbeda.
Perbedaan inilah yang menjadi pemikiran dari dunia arsitektur modern. Dalam
pemikiran simbiosis perbedaan ini ditelusuri sampai pada intinya yaitu roh dan raga
pada manusia.

 Symbiosis of Man and Nature


Simbiosis yang terjadi antara manusia dan alam bukan hanya berupa hubungan
dengan pohon, burung, serangga dan lingkungan di mana manusia itu berada. Segala
benda buatan manusia seperti danau buatan, dermaga, hutan buatan, kota maupun
teknologi seiring dengan waktu juga menjadi bagian dari alam. Segala sesuatu
ciptaan Tuhan adalah alam sedangkan segala buatan manusia adalah artifisial yang
tidak tahan lama. Hal ini menggambarkan 2 hal yang berbeda adalah satu.

KONSEP PERANCANGAN
1. National Bunraku Theater
Karya arsitek yang dipilih sebagai pembahasan pertama adalah National Bunraku
Theatre yang terletak di Minami-ku, Kota Osaka. Desain dan konstruksinya
dilakukan pada tahun 1979-1983, menghasilkan sebuah teater dengan luas bangunan
3.924,874 m2 sedangkan luas lantai total 13.169,911 m2 yang terdiri atas 2 basement
dan 5 lantai atas. Teater ini menggunakan konstruksi baja dan teknis reinforced
concrete.
Dari bangunan ini dapat diketahui bahwa dari beberapa filosofi konsep simbiosis
yang ada, Kisho Kurokawa menggunakan 2 pendekatan konsep, yaitu 1) sysmbiosis
with nature dan 2) symbiosis of tradition and modern architecture.

1. Pendekatan kosep Symbiosis with nature merupakan bentuk dari sikap yang
diambil saat melihat site di mana bangunan ini berdiri. Memang bukan dalam artian
‘bagaimana bangunan ini dapat sesuai dengan kondisi alam sekitarnya’ namun lebih
kepada usaha menyesuaikan luas bangunan dengan kebutuhan manusianya. Hal ini
dikarenakan lokasi National Bunraku Theatre ini terletak pada area yang sangat
padat di pusat Osaka dengan luas lahan yang kecil. Sementara kebutuhan untuk
ruang dan fungsi yang ada sangat banyak, sehingga dapat diperkirakan lahannya
tidak memadai. Untuk itu, bangunan ini menggunakan sistim bangunan bertingkat.
2. Pendekatan kosep Symbiosis of tradition and modern architecture merupakan
bentuk keinginan dari Kisho Kurokawa untuk menggabungkan gaya Jepang yang
sudah menjadi tradisi dengan unsur modern saat ini. Unsur tradisional banyak
diterapkan pada interior , sedangkan unsur modern dapat dilihat dari penggunaan
bahan (beton) dan pada penggunaan teknologi canggih yang mendukung
pementasan teater. Kedua hal ini membuat pengunjung merasa berada dalam ruang
di masa lampau dengan melihat pertunjukkan dari masa depan.

DIAGRAM ALUR METODE DESAIN NATIONAL BUNRAKU THEATRE


OLEH KISHO KUROKAWA

METODE DAN PROSES PERANCANGAN

Konsep pendekatan Symbiosis of Tradition and modern architecture yang digunakan


pada bangunan di atas diturunkan lagi ke dalam metode Intermediarry space sebagai
penerapannya serta metode pattern, device and abstract symbol.

Metode Intermediarry Space


Intermediarry space merupakan suatu ruang antara yang ada dalam kebudayaan
Jepang. Ruang antara ini biasanya diterapkan dalam merancang sebuah rumah
dengan lingkungannya, meskipun tidak menutup kemungkinan diterapkan dalam
perancangan bangunan yang lain. Dengan berdasar dari prinsip ‘engawa’ yaitu
prinsip hubungan antara Shoin dengan Sukiya di mana terdapat veranda, engawa
yang berfungsi sebagai intermediarry space antara rumah atau taman. Bila
intermediarry space terletak di suatu ruang tertutup maka dia menjadi bagian dari
interior, sedangkan bila berada di ruang terbuka, maka menjadi bagian dari
eksterior. Contoh dari intermediarry space adalah teras (di ruang terbuka) sebagai
penghubung antar zona publik (jalan di luar rumah) dengan zona privat (ruang
dalam rumah).
Penerapan metode ini dapat dilihat pada ruang dalam teater. Untuk memaksimalkan
pemanfaatan area secara total, gedung tersebut dibuat berkantilever pada lantai
kedua, di mana area di bawahnya digunakan sebagai galery. Perlakuan ini
merupakan salah satu ciri dari metode tradisional Jepang, yaitu menciptakan
intermediate space di bawah atap di mana internal dan external space secara efektif
saling mempengaruhi satu sama lain.
Selain itu, pada dinding auditorium bagian bawah dicat dengan warna hitam,
sedangkan bagian atas menggunakan wheatherboard cladding pattern. Hal ini
menunjukkan adanya pergantian zone.

Metode Pattern, Device and Abstract Symbol


Menggunakan turunan dari symbiosis of tradition and modern architectur. Dalam
metode ini Kisho menggunakan desain pengembangan dari elemen-elemen
tradisional Jepang dan dipadukan dengan bentukan-bentukan yang dipakai di jaman
Edo yang diolah lagi menjadi simbol-simbol abstrak. Metode ini banyak diterapkan
pada interior teater Bunraku sebagai berikut:
 Lengkung tepian atap pada entrance menggunakan gaya Cina
 Pegangan pintu fusuma dari Istana Katsura digunakan untuk pintu dorong pada
pintu utama auditorium
 Furniturenya menggunakan pola-pola kimono (asymetris) untuk menghormati
seni rakyat Jepang.

KONSEP PERANCANGAN

2. Melbourne Central, Australia


Karya Kisho Kurokawa yang akan dibahas berikutnya adalah Melbourne Central
yang terletak di pusat wilayah bisnis di Melbourne, Australia. Kompleks ini
dirancang dan dikonstruksi pada tahun 1986-1991. Cukup menghabiskan banyak
waktu karena terdapat banyak bangunan dalam satu area/site. Kompleks ini
mempunyai area seluas 26,067.00 m2 dengan total area/lantai 263,435.00 m2 yang
meliputi
• The Tower seluas 106,131.00 m2 yang terdiri atas 4 basement, 53 stories.
Menggunakan struktur baja dan reinforced concrete.
• Shopping center (Atrium annex) seluas 92,096.00 m2 yang terdiri atas 4 basement,
6 stories dan 2 penthouse. Atrium menggunakan struktur baja dan reinforced
concrete.
• Shopping Center (lonsdale annex) seluas 45,208.00 m2 terdiri atas 4 basement, 3
stories dan 2 penthouse. Menggunakan struktrur baja untuk jembatan bagi
pedestrian dan reinforced concrete.
Kisho Kurokawa menerapkan beberapa pendekatan konsep dari keseluruhan dasar
filosofinya dalam mendesain Melbourne central ini. Konsep yang dipakai adalah : 1)
the Symbiosis of History and Present, 2) the Symbiosis of Various Function.
Pendekatan konsep yang pertama The Symbiosis of History and Present merupakan
cara Kisho Kurokawa dalam menciptakan suasana dua masa (lampau dan saat ini).
Area lokasi Melbourne Central merupakan area yang sudah dikenal oleh masyarakat
Melbourne pada khususnya dan masyarakat Australia pada umumnya. Selain itu di
area ini terdapat Shot Tower yang merupakan bangunan lama. Keberadaan Shot
Tower bukanlah suatu hal yang penting bila dilihat dari sudut pandang arsitektur.
Namun menjadi hal yang penting untuk ‘menyajikan’ bangunan lama di antara
bangunan-bangunan baru di masa sekarang secara bersama-sama.
Pendekatan yang kedua The Symbiosis of Various Function merupakan jalinan dasar
atas adanya bermacam-macam ‘fungsi’ berbeda yang ada dalam kompleks tersebut.
Dengan adanya konsep dasar maka fungsi yang berbeda itu dapat memiliki satu alur.

DIAGRAM ALUR METODE DESAIN MELBOURNE CENTRAL OLEH


KISHO KUROKAWA

METODE DAN PROSES PERANCANGAN


Melbourne Central terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, yaitu kantor, retail,
dan fasilitas entertainment serba guna. Selain itu di lokasi tersebut juga terdapat
bangunan Shot Tower yang merupakan bangunan lama. Keadaan ini menciptakan
tantangan bagi Kisho untuk merancang suatu kompleks bangunan yang menarik,
untuk itu digunakanlah metode-metode tertentu sebagai berikut:

Metode Historical Symbol


Shot Tower yang merupakan bangunan historikal adalah simbol dari masa lampau.
Kisho berusaha memadukannya dengan bangunan baru yang merupakan simbol
masa sekarang. Di dalam kompleks itu terdapat sebuah kerucut kaca yang besar,
membentuk sebuah atrium di pusat perbelanjaan dan di dalamnya terdapat The Shot
Tower, sehingga seakan-akan kerucut itu melindunginya (masa sekarang melindungi
masa lampau). Bisa dikatakan bila pengunjung memasuki kerucut itu maka mereka
akan berada di sebuah bangunan modern dan dapat melihat bangunan lama.
Keadaan ini bisa diartikan lagi menjadi bila kita sedang berada di masa sekarang,
maka kita juga dapat menengok lagi ke masa lampau. Metode ini merupakan
turunan dari Symbiosis of History and Present

Metode Abstract Form


Bentuk abstrak merupakan pengadaptasian dari seni modern dan arsitektur modern.
Selain itu abstract form dapat diekspresikan secara bebas, bebas dilihat dari sudut
pandang manapun tanpa takut akan mengubah makna atau esensinya. Keadaan ini
memudahkan Kisho dalam menerjemahkan suatu bentukan sebagai wadah dari
bermacam-macam fungsi yang dibutuhkan pada kompleks tersebut, dan hasilnya
pun memiliki berbagai makna yang berbeda. Bentukan-bentukan yang diterapkan
pada kompleks Melbourne Central ini antara lain kerucut, kerucut yang terpotong,
kubah dan persegi panjang. Metode abstract form merupakan turunan dari
Symbiosis of Various Function.

Metode Heterogen Material


Untuk mengimbangi bentukan-bentukan abstrak tersebut, maka digunakanlah
bermacam-macam material seperti batu, papan alumunium, kaca pantul, dan kaca
gelap. Semua ini dimaksudkan untuk menghindari kemonotonan. Perbedaan
material pada permukaan bangunan menciptakan suatu transisi, yaitu solid di
bagian bawah dan mulai berubah sedikit demi sedikit sampai pada puncaknya,
seakan-akan ‘menguap’ menuju angkasa.

Metode Intermediarry Space


Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa intermediarry space menghubungkan dua
zona yang berbeda. Dalam kompleks Melbourne Central ini terdapat banyak
bangunan yang terpisah, untuk menghubungkannya maka dibuatlah sebuah
jembatan bagi para pedestrian yang menggunakan struktur baja. Jembatan ini
merupakan bentuk terapan dari intermediarry space.

Kompleks Melbourne Central ini diharapkan bisa menjadi pusat kota yang memiliki
ciri khas mengingat ciri khas kota Melbourne sudah hilang karena terlalu banyak
‘fungsi’ yang ada.

KESIMPULAN

Kisho Kurokawa adalah seorang arsitek yang berdasarkan pada pengalaman dan
pengajaran selama studi mencanangkan sebuah gagasan / paham metabolisme. Dari
paham ini ditelusuri lebih dalam lagi menjadi sebuah paham simbiosis yang menjadi
filosofinya dalam berkarya. Ada dua hal penting yang menjadi inti dari filosofi
simbiosis yaitu ; Diachronicity of time dan Synchroncity of space. Sedangkan yang
menjadi komponen dasar dari filosofi ini adalah simbiosis dari kebudayaan yang
heterogen, manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian dan keseluruhan,
sejarah dan masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu pengetahuan arsitektur
manusia dan alam.
Dalam merancang National Bunraku Theatre, Kisho Kurokawa menggunakan dua
pendekatan konsep Filosofi simbiosis, yaitu Symbiosis with nature dan Symbiosis Of
Tradition and Modern Architecture, di mana merupakan tanggapan atas site dan
usaha membentuk perpaduan dari dua kebuadayaan. Dua konsep ini diturunkan
menjadi dua metode perancangan yaitu metode Intermediarry Space dan metode
Pattern, Device and Abstract Symbol. Sebuah bangunan (menurut kebudayaan
jepang) harus memiliki ruang antara, dalam hal ini berfungsi sebagai jembatan
penghubung antara internal dan external space, antara budaya tradisional dan
budaya modern. Unsur budaya tradisional banyak diterapkan pada elemen
arsitektural dalam interiornya, sedangkan unsur modern diterapkan pada utilitas
yang mendukung pertunjukan di teater tersebut.
Saat merancang Melbourne Central Kisho Kurokawa menggunakan dua pendekatan
kosep perancangan yaitu Symbiosis of History and Present, serta Symbiosis of
Various Function. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode Historical
Symbol, Abstract Form, Heterogen Material dan Intermediarry space. Di dalam site
dari kompleks tersebut terdapat sebuah bangunan lama (the Shot Tower) yang tetap
dipertahankan sementara menambah sejumlah bangunan baru. Keduanya
merupakan simbol dari masa depan dan masa lampau. Dalam perancangannya,
bangunan historical itu ditempatkan dalam sebuah bangunan baru sehingga tercipta
jalinan antara masa sekarang dan masa lampau (masa sekarang meliputi masa
lampau). Kompleks tersebut terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, agar sejalan
dengan keadaan ini maka bentukan-bentukan bangunan itu pun berbeda,
menggambarkan keadaan yang abstract. Selain itu digunakan pula berbagai macam
material untuk menghindari kesan monoton, namun tetap memiliki suatu alur yang
sama. Untuk menghubungkan ‘fungsi’ yang berbeda tersebut dibuatlah jembatan
penghubung bagi pejalan kaki yang merupakan penerapan dari metode
intermediarry space.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.greatbuildingonline.com
http://www.kisho.co.jp
http://www.project.us.com

KLASIFIKASI TEORI

1. What Architecture Is (Theory In Architecture) “the thought of metabolism is


theoretical and philosophical. we do not intend to create forms of styles, because
these are only the provisional manifestation of thoughts”,-Kisho Kurokawa.
Metabolisme ini merupakan hasil buah pikir yang berdasarkan filosofi simbiosis.
Dapat dikatakan disini bahwa arsitektur dilakukan pendekatan melalui symbiosis
analogy karena arsitektur dianggap sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri dan
memiliki banyak aspek dalam membangunnya. Hal ini berkaitan dengan ciri – ciri
dari sebuah teori apa itu arsitektur adalah menyebutkan apa unsur – unsur
pembangun arsitektur, seperti bagaimana syaratnya, kemudian bagaimana rajutan
diantara unsur – unsur pembangun tersebut. 2. What Architecture Should Do
(Theory About Architecture) “first, it reflects our feelings that human society must be
regarded as one part of a continuous natural entity that includes all animals and
plants. secondly, it expresses our belief that technology is an extension of
humanity”,-Kisho Kurokawa. General Goals Teori ini memiliki tujuan utama yang
sangat jelas, yaitu memanusiakan manusia dan menghapus era age of machine. Hal
ini dikarenakan pada masa arsitektur modern, arsitektur hanya dilihat sebagai
sebuah produk tanpa memperhatikan subjek pengguna dan membangun arsitektur
hanya sekadar bangunan yang tidak memiliki makna. Relation Between The Built
Environment And Other Phenomena Kata kunci nya adalah tentang simbiosis. Hal
ini berarti berkaitan bagaimana hubungan arsitektur dengan unsur – unsur lainnya.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, untuk mencapai arsitektur sebagai sebuah karya
bermakna kemudian dapat dikaji bagaimana hubungan manusia dengan alam
terlebih dahulu karena manusia adalah subjek utama bangunan dan alam adalah
objek utama sebagai tempat berdirinya sebuah arsitektur. Teori Kisho ini juga
diklasifikasikan ke dalam theory about architecture dikarenakan memiliki kaitan
dengan aspek non-arsitektural dan dikaji secara mendalam.

DAFTAR PUSTAKA Kurokawa, Kisho. The Philosophy Of Symbiosis Chapter 10 :


The Symbiosis Of Man And Nature, http://www.kisho.co.jp/page/307.html , diakses
pada tanggal 1 Mei 2015 Kurokawa, Kisho. The Philosophy Of Symbiosis Chapter 12 :
From Postmodernism To Symbiosis, http://www.kisho.co.jp/page/309.html ,
diakses pada tanggal 1 Mei 2015

Beberapa karya dari Kisho Kurokawa


1. Nakagin Capsule Tower
Lokasi : Ginza, Tokyo, Jepang

Desain / Konstruksi : 1970-1972

Luas Bangunan : 429.51m ²

Jumlah Total Luas Lantai : 3,091.23 m²

Nakagin Capsule Tower merupakan karya Kurokawa yang paling terkenal dan banyak
diapresiasi. Konsep Nakagin Capsule Tower sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Expo’70
Takara Beautilion, terdiri dari kumpulan unit-unit ruang prefabrikasi yang disusun menjadi
satu kesatuan bangunan. Kurokawa menyebutnya sebagai kapsul ruang atau Capsule Space.
Kapsul-kapsul ruang tersebut terdiri dari elemen-elemen yang biasa terdapat di rumah
tinggal, hanya saja dengan jenis, ukuran dan sirkulasi yang relatif lebih minim. Kapsul-kapsul
ruang ini diproduksi secara massal dengan melibatkan industri dan teknologi.
2. Expo’70 Takara Beautilion

Desain/Konstruksi : 1968 - 1970

Luas Tapak : 1,000m²

Luas Bangunan : 298m²

Jumlah Total Luas Lantai : 1,237.6m²

Rancangan Kisho Kurokawa yang dipamerkan dengan tajuk Expo’70 Takara Beautilion
menjanjikan konsep penyediaan rumah tinggal pada masa yang akan datang. Unit rumah
tinggal tinggal dibuat dan diperbanyak secara prefabrikasi (pada expo ini dibuat sebanyak
200 unit). Unit-unit tersebut dipasang dengan cara menggantungkannya pada stuktur rangka
yang juga prefabrikasi.

3. Floating City Kasumigaura

Lokasi Rencana : Ibaraki, Japan


Desain : 1961

Konsep filosofi metabolisme yang dijadikan dasar rancangan Floating City pada hakikatnya
diperuntukkan bagi pengadaan perumahan, namun bukan perumahan yang lazim pada
umumnya, melainkan perumahan yang dibangun di permukaan danau. Bentuk Floating City
secara gamblang mengadopsi bentukan jaringan dan DNA makhluk hidup, karena pada
makhluk hidup metabolisme dimulai dari tingkatan yang terkecil, yaitu sel.

4. Project for a Helix City

Lokasi :Tokyo, Japan

Design :1961

Helix City merupakan struktur perkotaan yang dikembangkan secara vertikal. Bentukan kota
ini mengadopsi dari bentuk DNA yang berpilin seperti spiral. Perkembangan vertikal ini
dilakukan dengan penggabungan dua bentuk helix yang dihubungkan satu sama lain,
sehingga akan membentuk suatu ruang yang saling bersinggungan. Dengan kata lain ruang
tersebut dibuat oleh dua buah bidang persegi panjang yang mengalami distorsi (dipelintir)
yang digabung menjadi satu.
5. Head Office of the Fukuoka Bank

Lokasi : Naka-ku, Fukuoka-City, Japan

Desain / Konstruksi :1971‐1975

Luas Bangunan :2,904.24m²

Jumlah Total Luas Lantai :30,812.36m²

Head Office of the Fukuoka Bank memiliki plaza besar di bawah overhang yang dibentuk
oleh lantai sembilan bangunan ini, yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka bagi
masyarakat kota.

Di plaza ini, masyarakat dapat bersantai sambil menikmati pohon besar "Horuto" dan sekitar
200 pohon lainnya, serta karya-karya patung kontemporer Jepang. Struktur bangunan
menggunakan baja dan beton, dan terdiri dari 12 lantai ditambah 4 basement.

Selain yang disebutkan di atas masih banyak karya arsitek Kisho Kurokawa yang berada di
beberapa tempat lainnya, yaitu:
Resort Center Yamagata Hawaii Dreamland (Yamagata, Japan)
TANU Headquarters Building and National Assembly Hall, (Tanzania)
Headquarters of the Japanese Red Cross Society (Jepang)

UAE Conference City Design Competition, (Abu Dhabi, Uni Emirat Arab)

The Cannery of Nitto Food Company, (Yamagata Jepang)

Nagoya City Art Museum (Jepang)


Chinese-Japanese Youth Center (Beijing, China)

Lane Crawford Place (Singapore)

Astana International Airport (Astana, Republic of Kazakhstan)

Kuala Lumpur Internatioal Airport (Selangor, Malaysia)

Artikel berdasarkan produk tugas Seminar

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

(sumber:http://www.kisho.co.jp/index.php)

Anda mungkin juga menyukai