Oleh : Wirawulandini
NIM :
Manusia pada awalnya tidak mengenal konsep teknologi. Kehadiran manusia purba pada
masa pra sejarah, hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya dalam mencari makan, alat
bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Alat bantu yang mereka gunakan sangatlah
sederhana, terbuat dari bambu, kayu, batu, dan bahan sederhana lain yang mudah mereka jumpai
di alam bebas.
Pada awalnya teknologi berkembang secara lambat. Namun seiring dengan kemajuan
tingkat kebudayaan dan peradaban manusia perkembangan teknologi berkembang dengan cepat.
Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya karena teknologi merupakan
perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib, 2011).
Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam daripada peralatan.
Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non material suatu kelompok. Jika
teknologi suatu kelompok mengalami perubahan, maka cara berpikir manusia juga akan
mengalami perubahan.
Bagi Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan materialisme historis hanya
menunjuk pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Weber
mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu menurut
Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan
kedudukan agama dalam masyarakat (Martono, 2012).
Henslin menjelaskan bahwa istilah teknologi dapat mencakup dua hal. Pertama, teknologi
menunjuk pada peralatan, yaitu unsur yang digunakan untuk menyelesaikan tugas. Teknologi
merujuk pada peralatan sedemikian sederhana-seperti sisir-sampai yang sangat rumit-seperti
komputer. Kedua, keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan
menggunakan peralatan tersebut. Teknologi dalam kasus ini tidak hanya merujuk pada prosedur
yang diperlukan untuk membuat sisir dan komputer, akan tetapi juga meliputi prosedur untuk
memproduksi suatu tatanan rambut yang dapat diterima, atau untuk dapat memasuki jaringan
internet.
Menurut Kingsley Davis dalam Nanang (2012:4) bahwa perubahan sosial merupakan suatu
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurut Soemardjan,
perubahan sosial meliputi segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyrakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, yang termasuk di dalamnya
yaitu nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat. Perubahan
sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu
masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai
pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku
ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
Perubahan Sosial Budaya sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda, pertma
perubahan sosial yang dilihat dari kacamata sosiologi dan kedua perubahan kebudayaan yang
dilihat menggunakan kacamata antropologi. Namun secara singkat dapat diartikan bahwa
perubahan sosial budaya adalah perubahan yang mencakup hamper semua aspek. Kehidupan
sosial budaya dari suatu masyarakat atau komunitas. Pada hakikatnya, proses ini lebih cenderung
pada proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna
meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian perubahan sosial
budaya tidak terlepas dari penilaian tentang akibat positif dan negative dari sesponden yang
mengalami proses ini secara langsung.
Definisi Kebudayaan
Pengertian tentang kebudayaan memiliki banyak hal dan berikut yang bisa saya pinjam dari
pikiran Vanhoozer, Anderson, dan Sleasman,yaitu adalah sebagai berikut: Pertama, usaha roh
manusia untuk mengekspresikan diri dengan cara mewujudkan kepercayaan dan nilai-nilai dalam
bentuk nyata dalam kebebasannya. Misalnya bangunan katedral, candi borobudur, koloseum,
teater, museum, universitas, bank, dan lain sebagainya. Bandingkan dengan jaring laba-laba yang
memiliki kerumitan tersendiri, tetapi tidak memiliki makna yang bisa diinterpretasikan seperti
bentuk-bentuk yang di ekspresikan dalam kebudayaan manusia. Maka ini juga membawa pada
poin yang berikutnya.
Kedua,Kebudayaan adalah ekspresi manusia dalam dan atas alam ini, yaitu dengan
meninggalkan jejak-jejak yang bermakna. Misalnya prasasti, tugu atau monumen peringatan,
gedung ( dengan berbagai macam bentuk minimalis, style Bali, gaya eropah, dst.), film, dan
mode.
Ketiga,Kebudayaan adalah kumpulan tindakan bermakna dari suatu individu, kelompok atau
masyarakat; dengan demikian kebudayaan tidak mungkin bisa lepas dari manusia dan
permasalahannya, misalnya fashion atau cara berpakaian, cara memberikan salam, cara
menyambut seorang tamu, dan lain sebagainya. Area ini juga mencakup pada nilai seni, filsafat,
dan lain sebagainya.
Keempat, Kebudayaan adalah sistem yang diekspresikan dalam bentuk obyektif, dan hal-hal
yang diterima oleh masyarakat sebagai nilai-nilai yang mengarahkan dan menopang kebebasan
manusia, mis.: mitos, dongeng, legenda, cerita rakyat, dan lain sebagainya. Contohnya: tidak
boleh duduk di atas bantal, nanti akan bisulan; tidak boleh makan serut kelapa, nanti cacingan
kayak serut kelapa; seorang laki-laki jika makan harus yang bersih, nanti istrinya berewokan,
rumah tusuk sate, nomor 13dan lain sebagainya.
Kelima, Kebudayaan adalah drama sejarah yang berkesinambungan, dengan begitu mereka
menata kehidupan masyarakatnya, atau usaha untuk mempertahankan „roh‟ zaman itu. Misalnya
ajeg Bali, tari-tarian (barongsai, reog, barong), memperingati hari-hari tertentu (hari
kemerdekaan, peristiwa 11 September, bom Bali, aniversary, dan lain sebagainya).
Ketiganya saling berhubungan karena beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa teknologi, perubahan sosial dan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi
pada struktur, unsur sosial,kultur, fungsi dan lembaga dalam suatu masyarakat dan perubahan itu
terjadi karena adanya arus urbanisasi dan modernisasi. Sebuah sistem ide yang membangun ilmu
pengetahuan (science), filosofi, ekonomi, politik, teologi, sejarah, dan termasuk segala bentuk
ajaran-ajaran, pendidikan sekolah, universitas, keluarga, kepercayaan/agama, pemerintahan,
kebiasaan-kebiasaan, permainan, olah raga, hiburan, musik, literatur dan makanan.
Sebuah teknologi biasanya terdiri dari aspek hardware (perangkat keras) dan software
(perangkat lunak). Salah satu jenis teknologi adalah teknologi komunikasi, yaitu perangkat keras,
struktur-struktur organisasional, dan nilai-nilai sosial yang dikoleksi, diproses serta menjadi
pertukaran informasi individu dengan individu lainnya.
Sejarah teknologi komunikasi seiring sejalan dengan sejarah manusia, seperti ditemukannya
bahasa lisan dan bahasa tulisan dalam bentuk photographs yang ditulis pada dinding gua-gua.
Kompetensi insan komunikasi dalam teknologi komunikasi mencakup tiga hal berikut:
1. User (pengguna), dimana insan komunikasi sebagai ilmuwan sosial harus berbasis
teknologi komunikasi
3. Riset dampak sosial teknologi komunikasi. Kemampuan meneliti dampak sosial teknologi
komunikasi harus dimiliki oleh insan komunikasi, misalnya meneliti dampak sosial play station
terhadap perilaku belajar anak sekolah.
2. Menciptakan ketergantungan
Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi, maka masyarakat seolah
dimanjakan oleh ketersediaan segala kebutuhan hidupnya. Masyarakat pengguna
teknologi kian enggan untuk menggunakan alat-alat manual untuk alasan efektivitas dan
efisiensi.
Masyarakat semakin sulit melepaskan diri dari serba kecanggihan teknologi dan
hal ini akan terus berlangsung dalam waktu lama dan kian membawa masyarakat pda
ketergantungan pada pemanfaatan teknologi.
Sesuatu yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan perubahan kebudayaan
pada suatu masyarakat. Ketergantungan yang lain menyangkut pada gaya hidup dan
prestise seseorang. Jika tidak memanfaatkan teknologi, maka seseorang akan dianggap
kekurangan kualitas dalam kehidupan sosialnya. Misalnya adalah penggunaan jejaring
sosial ataupun situs pertemanan melalui media internet yang sering dijadikan tolak ukur
eksistensi seseorang.
3. Menciptakan kolonialisme
Kesenjangan akan selalu ada di muka bumi dan begitupun kesenjangan arus
informasi yang ada. Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari
negaramaju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini
menyebabkan masyarakat negara tertentu lebih banyak mengonsumsi informasi dari
negara yang rich informations (maju).
Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Kolonialisasi yang dimaksud di
sini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah
dan wilayah, melainkan berupa penjajahan melalui arus informasi.
Determinasi adalah suatu paham yangmenganut tentang seluruh kejadian yang adadi
masa lalu mempengaruhi apa yang adadimasa depan dan sering kali hal tersebut datangatau
mempengaruhi tanpa disadari olehmasyarakat (Definiton of Determinism).Sementara
Teknologi adalah segala sesuatuhal yang diciptakan oleh manusia denganmaksud dan
tujuannya untuk mengurangibeban hidup dan lebih membantu manusia itu sendiri untuk
menjalani kehidupannya. Teknologi dipengaruhi oleh manusia yang membuatnya dengan
adanya nilai-nilai yang masuk di dalam teknologi yang diciptakan,
Sehingga determinisme teknologi dapat diartikan sebagai sebuah hal yang terjadi di masa
depan karena perkembangan dari teknologi yang ada di zaman dahulu ke zaman yang lebih maju,
perkembangan tersebut memberikan dampak di kehidupan manusia dengan atau tanpa disadari
telah memberikan sebuah pengaruh, baik itu cara pemikiran, budaya maupun di kehidupan
masyarakat
Media dalam bentuk apa pun merupakan alat untuk memperluas dan memperkuat
pengaruhnya dalam pemikiran dan tindakan manusia. Dengan kata lain, masing-masing penemuan
teknologi media baru yang betulbetul dipertimbangkan untuk memperluas beberapa kemampuan
dan kecakapan manusia. Jika dikaitkan pemanfaatan teknologi bagi seni dan budaya dengan teori
determinisme ini, manusia belajar merasa dan berpikir terhadap apa yang akan dilakukan karena
pesan yang diterima teknologi menyediakan untuk itu.
McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi.
Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak Pertama, penemuan dalam teknologi
komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis
komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia.
Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk
berkomunikasi, dan akhirnya peralatanuntuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya
membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”. Kita belajar, merasa dan berpikir
terhadap apa yang akan kita lakukan karena pesan yang diterima teknologi komunikasi
menyediakan untuk itu. Artinya, teknologi komunikasi menyediakan pesan dan membentuk
perilaku kita sendiri. Radio menyediakan kepada manusia lewat indera pendengaran
(audio), sementara televise menyediakan tidak hanya pendengaran tetapi juga penglihatan
(audio visual). Apapun yang diterpa dari dua media itu masuk ke dalam perasaan manusia dan
mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Selanjutnya, kita ingin menggunakannya lagi dan
terus menerus. Bahkan McLuhan sampai pada kesimpulannya bahwa media adalah pesan itu
sendiri (the medium is the message).
Mengikuti teori ini, ada beberapaperubahan besar yang mengikuti perkembangan teknologi
dalam berkomunikasi. Masing-masing periode sama-sama memperluas perasaan, dan pikiran
manusia. McLuhan membaginya ke dalamempat periode. Di dalam masing-masing kasus
yang menyertai perubahan itu atau pergerakan dari era satu ke era yang lain membawa
bentuk baru komunikasi yang menyebabkan beberapa macam perubahan.
Faktor utama yang menentukan perubahan sosial dan kebudayaan sebagai berikut :
Pertama-tama adalah era kesukuan atau a Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era
purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran
dalam berkomunikasi. Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi,
cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing
is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam
komunikasi. Bagi masyarakat primitive di era kesukuan, pendengaran adalah hal yang
paling penting. Peran otak menjadi sangat penting sebagai wilayah yang mengontrol
pendengaran. Dengan pengenalan huruf lambat laun masyarakat berubah ke era tulisan. Era
ini mendudukkan kekuatan penglihatan sepenting pendengaran.
Kedua, era tulisan atau The Age of Literacy. Dengan memasuki era tulisan terjadi
perubahan yang penting dan perasaan serta pikiran manusia semakin diperluas. McLuhan
menyebutkan bahwa perubahan dengan penggunaan tulisan sebagai alat berkomunikasi
menjadi pendorong munculnya ilmu matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang lain.
Manusia telah menemukan alfabet atau huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan,
melainkan mengandalkan pada tulisan.
Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar segenap dari
implikasi kebudayaan. Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang dikandungnya.
Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan kongkret dari nilai budaya yang
bersifat abstrak.
Pada hakikatnya yaitu kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera
sedangkan nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan
yang ketiga yaitu berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini pada dasarnya
merupakan perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan
atau alat yang memberikan kemudahan berkehidupan.
Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi
kebudayaan masyarakat tesebut, dan juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi
berkembangnya kebudaayaan masyarakat. Sumbangan ilmu terhadap kebudayaan adalah
pada nilai yang terkandung dalam ilmu, yakni tentang etika, estetika dan logika. Ilmu
merupakan sumber nilai dan tata hidup, baik bagi perkembangn kepribadian secara
individual maupun pengembangan masyarakat secara kolektif.
Antara manusia dan masyarakat sertu kebudayaan ada hubungan yang erat.Tanpa
masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak. Tanpa manusia
tidak mungkin ada kebudayaan. Tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat. Wujud
kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani,
misalnya pakaian, artinya filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang terdalam maka filsafat
termasuk kebudayaan.
Selain ilmu merupakan unsure dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada
hubungan timbal balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan,
sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan
sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan,
ilmu dapat berkembang dengan subur. Di sini ilmu mempunyai peran ganda, yakni :
pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan; kedua,
ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
Pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan.
Dengan demikian, terdapat nilai-nilai ilmiah pada pengembangan kebudayaan nasional yang
didasarkan ke arah peningkatan peranan keilmuan.
Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam daripada peralatan.
Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non material suatu kelompok. Jika
teknologi suatu kelompok mengalami perubahan, maka cara berpikir manusia juga akan
mengalami perubahan. Hal ini juga berdampak pada cara mereka berhubungan dengan yang lain.
Bagi Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan materialisme historis hanya menunjuk
pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Weber
mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu menurut
Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan
kedudukan agama dalam masyarakat (Martono, 2012).
Era modern diidentikkan dengan era masyarakat digital. Setiap aktivitas manusia akan
digerakkan melalui serangkaian teknologi digital. Teknologi ini dioperasikan dengan menekan
beberapa digit (angka) yang di susun dengan berbagai urutan. Relasi yang terbangun di antara
individu adalah relasi pertukaran digital, setiap manusia hanya melakukan serangkaian transaksi
atau interaksi melalui simbol-simbol digital. Transaksi perdagangan, komunikasi, semuanya
digerakkan secara digital.
Setiap individu akan memiliki identitas digital yang mampu mengenali siapa dirinya, setiap
manusia sudah diberi nomor urut: melalui nomor identitas (e-KTP), nomor handphone, nomor
telepon, nomor rekening bank, nomor ATM, nomor rekening listrik, rekening telepon, rekening
air, PIN (Personal Identification Number) ATM, semuanya menggunakan sistem digital. Interaksi
antarmanusia digerakkan dengan teknologi serba digital: komputer, internet, mesin ATM, telepon,
handphone, dan sebagainya, semuanya digerakkan secara digital. Kita dapat membeli sesuatu
hanya dengan menggesek kartu ATM dan menekan beberapa nomor PIN, demikian halnya untuk
membayar tagihan kamar hotel, membeli tiket, dan sebagainya. Pengiriman uang dapat dilakukan
dalam hitungan detik hanya dengan menekan beberapa digit nilai uang yang akan dikirim dan
beberapa digit nomor rekening tujuan. Bukan uang yang dikirim, melainkan hanya sederet angka
yang berpindah dari rekening satu ke rekening yang lain (Martono, 2012).
Perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: struktural, kultural, dan interaksional.
Pertama, dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur
masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam
struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial.
Kedua, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat.
Perubahan ini meliputi;
(1) inovasi kebudayaan, merupakan komponen internal dalam suatu masyarakat. Inovasi
kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologi baru. Kebutuhan
masyarakat yang semakin kompleks memaksa individu untuk berpikir kreatif dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
(2) difusi, merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya
perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapatkan pengaruh dari budaya lain, kemudian memicu
perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang “menerima” unsur-unsur budaya tersebut.
(3) integrasi, merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih halus”. Hal ini
disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk
kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya
tersebut (Martono, 2012).
Ketiga, dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam
masyarakat. Dimensi ini meliputi (Martono, 2012):
a. Perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya
frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat
dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi. Seorang nasabah bank tidak perlu berulang kali
bertemu dengan petugas teller bank. Fungsi dan peran teller bank telah tergantikan oleh mesin
ATM (Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri) yang mampu melayani nasabah
selama 24 jam di mana saja, tanpa harus mengantri lama, atau menulis formulir tertentu.
b. Perubahan dalam jarak sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
menggeser fungsi “tatap muka” dalam proses interaksi. Individu tidak harus bertatap muka untuk
dapat melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung. Bahkan ketika dua individu berada di
tempat yang sangat jauh, mereka bisa tetap berkomunikasi meskipun dalam jarak ribuan
kilometer.
c. Perubahan perantara. Mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak
bersifat serba “online”, menyebabkan individu tidak banyak membutuhkan “orang lain” dalam
proses pengiriman informasi. Pada zaman dulu, seorang raja yang ingin menyampaikan berita
untuk kerajaan tetangga, menyuruh prajurit untuk menyampaikan surat ke kerajaan tetangga
tersebut. Namun, pada masa modern sekarang, informasi antar negara dapat langsung disampaikan
tanpa melalui orang lain sebagai perantara.
d. Perubahan dari aturan atau pola-pola. Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang
mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia
kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat dalam menyikapi “perempuan yang
pulang malam”. Bila sebelumnya perempuan yang sering keluar atau pulang malam sering
dikonotasikan sebagai “perempuan nakal”, namun sekarang masyarakat telah memandang hal
tersebut sebagai hal yang biasa karena pada saat sekarang banyak perempuan yang bekerja sampai
larut malam atau bahkan bekerja pada malam hari.
Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut:
1). Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang
menguntungkan bagi masyarakat. Jika perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu
kemajuan, masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat
menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran.
Kemajuan teknologi di satu sisi merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemajuan
karena mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sisi
lain kemajuan teknologi juga merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemunduran
karena manusia menjadi tergantung dengan teknologi (budak teknologi) bukan manusia yang
menguasai teknologi akan tetapi teknologi yang menguasai manusia.
KESIMPULAN
Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi setiap
aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola hubungan dan pola
interaksi antar manusia. Kehadiran teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Aktivitas manusia sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kehadiran teknologi.
Kemajuan teknologi dewasa ini ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat di bidang
informasi dan komunikasi, satelit, bioteknologi, pertanian, peralatan di bidang kesehatan, dan
rekayasa genetika. Muculnya masyarakat digital dalam berbagai bidang kehidupan merupakan
bukti dari kemajuan teknologi. Masyarakat dan negara-negara di dunia berlombalomba untuk
dapat menguasai teknologi tinggi (high tech) sebagai simbol kemajuan, kekuasaan, kekayaan dan
prestise.
Dalam masyarakat Postmodern berlaku hukum “barang siapa yang menguasai teknologi
maka ia akan menguasai dunia”. Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi berlangsung sangat
cepat sehingga kadangkala manusia tidak sempat untuk beradaptasi dengan kemajuan tersebut.
Akibatnya terjadi anomi dalam masyarakat karena mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang
jelas. Masyarakat yang tidak mampu menguasai teknologi akan mengalami cultural lag dan akan
terancam eksistensinya.
Kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang, di mana di satu sisi kemajuan teknologi
memberikan banyak manfaat positif bagi manusia untuk mempermudah manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun demikian disisi yang lain kemajuan teknologi menimbulkan efek
negatif yang kompleks melebihi manfaat dari teknologi itu sendiri terutama terkait pola hidup
manusia dalam dimensi sosial budaya. Teknologi mengancam kematian melalui berbagai
penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global, menciptakan ketegangan, memberikan
berbagai resiko, belenggu atas diri manusia melalui sistem kontrol yang tersembunyi, dan
dehumanisasi. Satu hal yang perlu kita ingat, teknologi selalu berwajah ganda, di satu saat ia
menjadi teman, di saat yang lain, ia juga bisa menjadi lawan. Upaya-upaya yang dapat kita
lakukan sebagai solusi untuk menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah
dengan menanamkan kesadaran kepada setiap individu tentang pentingnya memahami dampak
negatif kemajuan teknologi. Dengan analisa SWOT secara sederhana kita dapat menjadikan
tantangan dan dampak negatif dari teknologi menjadi peluang untuk memajukan suatu masyarakat
dan negara. Untuk itulah diperlukan peran serta aktif dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan
negara dalam mencegah, mengurangi, dan menanggulangi dampak negatif dari kemajuan
teknologi. Sebagai manusia modern sangat tidak bijaksana serta tidak mungkin jika kita
mengatakan say no to technology, namun yang harus kita lakukan yaitu mempertimbangkan
kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap
menggunakan etika, serta tidak terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan dan menjadi budak
teknologi. Kita harus menyadari bahwa teknologi bukan merupakan aspek kehidupan umat
manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia
di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup (perfection of existence). Namun teknologi
merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu
dalam aktivitas kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. (2011). Filsafat ilmu: onto-logi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu
pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bachtiar, Amsal. (2012). Filsafat ilmu edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Buhal. (2000). Visi Iptek memasuki milenium III. Jakarta: UI Press.
Dwiningrum, S. I. A. (2012). Ilmu sosial & budaya dasar. Yogyakarta: UNY Press.
Martono, Nanang. (2012). Sosiologi perubahan sosial: perspektif klasik, modern, postmodern, dan
postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Meinita, Hanna. (Diambil pada tanggal 1 Februari 2013). Mahasiswa tak bisa hidup tanpa
smartphone. http://kampus. okezone.com/read/2012/03/26/373/599 857/mahasiswa-tak-bisa-
hidup-tanpasmartphone.
Rini K. (Diambil pada tanggal 1 Februari 2013). Survei: tak bisa hidup tanpa internet.
http://www.tempo.co/read /news/ 2010/12/23/072301058/SurveiTak-Bisa-Hidup-Tanpa-Internet.
Soerjono Soekanto. (1990). Sosiologi suatu pengantar: edisi baru keempat. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukplang, Sukree. (Diambil pada tanggal 3 Februari 2013). 10 Negara terhebat di dunia.
http://top10newsworld.blogspot.com/20 12/11/10-negara-terhebat-didunia.html.
Zamroni. (2008). The socio-cultural aspects of technological diffusion a reader volume IV.
Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.