Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

Oleh : Wirawulandini

NIM :

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Definisi Teknologi

Manusia pada awalnya tidak mengenal konsep teknologi. Kehadiran manusia purba pada
masa pra sejarah, hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya dalam mencari makan, alat
bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Alat bantu yang mereka gunakan sangatlah
sederhana, terbuat dari bambu, kayu, batu, dan bahan sederhana lain yang mudah mereka jumpai
di alam bebas.

Pada awalnya teknologi berkembang secara lambat. Namun seiring dengan kemajuan
tingkat kebudayaan dan peradaban manusia perkembangan teknologi berkembang dengan cepat.
Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya karena teknologi merupakan
perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib, 2011).

Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam daripada peralatan.
Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non material suatu kelompok. Jika
teknologi suatu kelompok mengalami perubahan, maka cara berpikir manusia juga akan
mengalami perubahan.

Bagi Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan materialisme historis hanya
menunjuk pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Weber
mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu menurut
Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan
kedudukan agama dalam masyarakat (Martono, 2012).

Henslin menjelaskan bahwa istilah teknologi dapat mencakup dua hal. Pertama, teknologi
menunjuk pada peralatan, yaitu unsur yang digunakan untuk menyelesaikan tugas. Teknologi
merujuk pada peralatan sedemikian sederhana-seperti sisir-sampai yang sangat rumit-seperti
komputer. Kedua, keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan
menggunakan peralatan tersebut. Teknologi dalam kasus ini tidak hanya merujuk pada prosedur
yang diperlukan untuk membuat sisir dan komputer, akan tetapi juga meliputi prosedur untuk
memproduksi suatu tatanan rambut yang dapat diterima, atau untuk dapat memasuki jaringan
internet.

Definisi Perubahan Sosial


Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang perubahan sosial budaya kita berangkat dari
pemikir Aguste Comte.Pemikiran komte dikenal dengan aliran positivistic, memandang bahwa
masyarakat harus menjalani berbagai tahap evolusi yang masing-masing tahap tersebut
dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap
kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dengan
pemikiran yang bersifat profresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi
perkembangan makhluk hidup, comte menyatakan bahwa dengn adanya pembagian kerja
masyarakat akan menjadi semakin kompleks, terdeferensiasai dan terspesialisasi.

Menurut Kingsley Davis dalam Nanang (2012:4) bahwa perubahan sosial merupakan suatu
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurut Soemardjan,
perubahan sosial meliputi segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyrakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, yang termasuk di dalamnya
yaitu nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat. Perubahan
sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu
masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai
pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku
ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam


suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-
sikap dan pola-pola perkelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.Definisi ini
menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya mempengaruhi segi-segi lain struktur
masyarakat. Lembaga sosial ialah unsur yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata
tertip melalui norma.

Perubahan Sosial Budaya sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda, pertma
perubahan sosial yang dilihat dari kacamata sosiologi dan kedua perubahan kebudayaan yang
dilihat menggunakan kacamata antropologi. Namun secara singkat dapat diartikan bahwa
perubahan sosial budaya adalah perubahan yang mencakup hamper semua aspek. Kehidupan
sosial budaya dari suatu masyarakat atau komunitas. Pada hakikatnya, proses ini lebih cenderung
pada proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna
meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian perubahan sosial
budaya tidak terlepas dari penilaian tentang akibat positif dan negative dari sesponden yang
mengalami proses ini secara langsung.

Definisi Kebudayaan

Pengertian tentang kebudayaan memiliki banyak hal dan berikut yang bisa saya pinjam dari
pikiran Vanhoozer, Anderson, dan Sleasman,yaitu adalah sebagai berikut: Pertama, usaha roh
manusia untuk mengekspresikan diri dengan cara mewujudkan kepercayaan dan nilai-nilai dalam
bentuk nyata dalam kebebasannya. Misalnya bangunan katedral, candi borobudur, koloseum,
teater, museum, universitas, bank, dan lain sebagainya. Bandingkan dengan jaring laba-laba yang
memiliki kerumitan tersendiri, tetapi tidak memiliki makna yang bisa diinterpretasikan seperti
bentuk-bentuk yang di ekspresikan dalam kebudayaan manusia. Maka ini juga membawa pada
poin yang berikutnya.

Kedua,Kebudayaan adalah ekspresi manusia dalam dan atas alam ini, yaitu dengan
meninggalkan jejak-jejak yang bermakna. Misalnya prasasti, tugu atau monumen peringatan,
gedung ( dengan berbagai macam bentuk minimalis, style Bali, gaya eropah, dst.), film, dan
mode.

Ketiga,Kebudayaan adalah kumpulan tindakan bermakna dari suatu individu, kelompok atau
masyarakat; dengan demikian kebudayaan tidak mungkin bisa lepas dari manusia dan
permasalahannya, misalnya fashion atau cara berpakaian, cara memberikan salam, cara
menyambut seorang tamu, dan lain sebagainya. Area ini juga mencakup pada nilai seni, filsafat,
dan lain sebagainya.

Keempat, Kebudayaan adalah sistem yang diekspresikan dalam bentuk obyektif, dan hal-hal
yang diterima oleh masyarakat sebagai nilai-nilai yang mengarahkan dan menopang kebebasan
manusia, mis.: mitos, dongeng, legenda, cerita rakyat, dan lain sebagainya. Contohnya: tidak
boleh duduk di atas bantal, nanti akan bisulan; tidak boleh makan serut kelapa, nanti cacingan
kayak serut kelapa; seorang laki-laki jika makan harus yang bersih, nanti istrinya berewokan,
rumah tusuk sate, nomor 13dan lain sebagainya.

Kelima, Kebudayaan adalah drama sejarah yang berkesinambungan, dengan begitu mereka
menata kehidupan masyarakatnya, atau usaha untuk mempertahankan „roh‟ zaman itu. Misalnya
ajeg Bali, tari-tarian (barongsai, reog, barong), memperingati hari-hari tertentu (hari
kemerdekaan, peristiwa 11 September, bom Bali, aniversary, dan lain sebagainya).
Ketiganya saling berhubungan karena beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa teknologi, perubahan sosial dan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi
pada struktur, unsur sosial,kultur, fungsi dan lembaga dalam suatu masyarakat dan perubahan itu
terjadi karena adanya arus urbanisasi dan modernisasi. Sebuah sistem ide yang membangun ilmu
pengetahuan (science), filosofi, ekonomi, politik, teologi, sejarah, dan termasuk segala bentuk
ajaran-ajaran, pendidikan sekolah, universitas, keluarga, kepercayaan/agama, pemerintahan,
kebiasaan-kebiasaan, permainan, olah raga, hiburan, musik, literatur dan makanan.

Sejarah Perkembangan Teknologi dan Dampaknya pada Perubahan Sosial dan


Kebudayaan

Sebuah teknologi biasanya terdiri dari aspek hardware (perangkat keras) dan software
(perangkat lunak). Salah satu jenis teknologi adalah teknologi komunikasi, yaitu perangkat keras,
struktur-struktur organisasional, dan nilai-nilai sosial yang dikoleksi, diproses serta menjadi
pertukaran informasi individu dengan individu lainnya.

Sejarah teknologi komunikasi seiring sejalan dengan sejarah manusia, seperti ditemukannya
bahasa lisan dan bahasa tulisan dalam bentuk photographs yang ditulis pada dinding gua-gua.
Kompetensi insan komunikasi dalam teknologi komunikasi mencakup tiga hal berikut:

1. User (pengguna), dimana insan komunikasi sebagai ilmuwan sosial harus berbasis
teknologi komunikasi

2. Content of technology, misalnya teknologi komunikasi berbentuk televisi atau media


online, maka yang mengisinya adalah insan komunikasi.

3. Riset dampak sosial teknologi komunikasi. Kemampuan meneliti dampak sosial teknologi
komunikasi harus dimiliki oleh insan komunikasi, misalnya meneliti dampak sosial play station
terhadap perilaku belajar anak sekolah.

Perkembangan teknologi memiliki sekian macam dampak terhadap aspek-aspek kehidupan


manusia, baik aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya, termasuk pula teknologinya.
Teknologi sebagai jawaban atas pemikiran manusia menjadi alat untuk membantu
memecahkan persoalan yang ada. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan dan perkembangan teknologi akan berdampak
pada kehidupan sosial yang ada hingga mempengaruhi aspek yang lebih besar lagi yakni
kebudayaan. Beberapa dampak nyata dari keberadaan serta perkembangan teknologi komunikasi
antara lain sebagai berikut :

1. Perubahan sistem nilai dan norma


Perubahan tidak dapat luput dari dua sifatnya, konstruktif dan destruktif. Seiring
dengan berkembangnya teknologi serta pemanfaatannya, perubahan sistem dan norma
pun tidak dapat dielakan.
Perubahan konstruktif terjadi apabila pemanfaatan teknologi digunakan untuk hal
baik, bersifat profesional dan berintegritas. Artinya, bahwa penggunaan teknologi telah
membawa kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik dan membangun.
Namun cukup disayangkan bahwa kondisi seperti ini sebagian besar hanya terjadi di
negara maju dengan tingkat pemahaman dan pendidikan yang cukup tinggi.
Perubahan destruktif terjadi apabila pemanfaatan teknologi yang memberikan
segala kemudahan telah sampai pada penyalahgunaannya. Hal ini sering terjadi di
negara berkembang dengan tingkat pemahaman dan pendidikan masyarakat yang rendah
pula.

2. Menciptakan ketergantungan
Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi, maka masyarakat seolah
dimanjakan oleh ketersediaan segala kebutuhan hidupnya. Masyarakat pengguna
teknologi kian enggan untuk menggunakan alat-alat manual untuk alasan efektivitas dan
efisiensi.
Masyarakat semakin sulit melepaskan diri dari serba kecanggihan teknologi dan
hal ini akan terus berlangsung dalam waktu lama dan kian membawa masyarakat pda
ketergantungan pada pemanfaatan teknologi.
Sesuatu yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan perubahan kebudayaan
pada suatu masyarakat. Ketergantungan yang lain menyangkut pada gaya hidup dan
prestise seseorang. Jika tidak memanfaatkan teknologi, maka seseorang akan dianggap
kekurangan kualitas dalam kehidupan sosialnya. Misalnya adalah penggunaan jejaring
sosial ataupun situs pertemanan melalui media internet yang sering dijadikan tolak ukur
eksistensi seseorang.

3. Menciptakan kolonialisme
Kesenjangan akan selalu ada di muka bumi dan begitupun kesenjangan arus
informasi yang ada. Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari
negaramaju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini
menyebabkan masyarakat negara tertentu lebih banyak mengonsumsi informasi dari
negara yang rich informations (maju).
Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Kolonialisasi yang dimaksud di
sini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah
dan wilayah, melainkan berupa penjajahan melalui arus informasi.

Teori Determinisme Teknologi


Segala tindakan dan kejadian yang dilakukan manusia akibat pengaruh perkembangan
teknologi itu merupakan determinasi teknologi yang sebenarnya karena tanpa disadari manusia
sudah terpengaruh segala sesuatu yang dibawa oleh teknologi. Perkembangan teknologi tersebut
sering kali membuat manusia melakukan tindakan luar kendali. Pada awalnya teknologi diciptakan
oleh manusia untuk memudahkan pekerjaan dan komunikasi. Akan tetapi, lambat laun justru
teknologi memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia.
Marshall McLuhan untuk pertama kali mengenalkan Teori Determinasi pada tahun 1962
dalam tulisannya yang berjudul “The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man”.
Pokok gagasan dari teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi dalam berbagai macam cara
berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk
individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya
mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain
(McLuhan, 1994:108).

Determinasi adalah suatu paham yangmenganut tentang seluruh kejadian yang adadi
masa lalu mempengaruhi apa yang adadimasa depan dan sering kali hal tersebut datangatau
mempengaruhi tanpa disadari olehmasyarakat (Definiton of Determinism).Sementara
Teknologi adalah segala sesuatuhal yang diciptakan oleh manusia denganmaksud dan
tujuannya untuk mengurangibeban hidup dan lebih membantu manusia itu sendiri untuk
menjalani kehidupannya. Teknologi dipengaruhi oleh manusia yang membuatnya dengan
adanya nilai-nilai yang masuk di dalam teknologi yang diciptakan,
Sehingga determinisme teknologi dapat diartikan sebagai sebuah hal yang terjadi di masa
depan karena perkembangan dari teknologi yang ada di zaman dahulu ke zaman yang lebih maju,
perkembangan tersebut memberikan dampak di kehidupan manusia dengan atau tanpa disadari
telah memberikan sebuah pengaruh, baik itu cara pemikiran, budaya maupun di kehidupan
masyarakat
Media dalam bentuk apa pun merupakan alat untuk memperluas dan memperkuat
pengaruhnya dalam pemikiran dan tindakan manusia. Dengan kata lain, masing-masing penemuan
teknologi media baru yang betulbetul dipertimbangkan untuk memperluas beberapa kemampuan
dan kecakapan manusia. Jika dikaitkan pemanfaatan teknologi bagi seni dan budaya dengan teori
determinisme ini, manusia belajar merasa dan berpikir terhadap apa yang akan dilakukan karena
pesan yang diterima teknologi menyediakan untuk itu.
McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi.
Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak Pertama, penemuan dalam teknologi
komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis
komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia.
Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk
berkomunikasi, dan akhirnya peralatanuntuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya
membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”. Kita belajar, merasa dan berpikir
terhadap apa yang akan kita lakukan karena pesan yang diterima teknologi komunikasi
menyediakan untuk itu. Artinya, teknologi komunikasi menyediakan pesan dan membentuk
perilaku kita sendiri. Radio menyediakan kepada manusia lewat indera pendengaran
(audio), sementara televise menyediakan tidak hanya pendengaran tetapi juga penglihatan
(audio visual). Apapun yang diterpa dari dua media itu masuk ke dalam perasaan manusia dan
mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Selanjutnya, kita ingin menggunakannya lagi dan
terus menerus. Bahkan McLuhan sampai pada kesimpulannya bahwa media adalah pesan itu
sendiri (the medium is the message).
Mengikuti teori ini, ada beberapaperubahan besar yang mengikuti perkembangan teknologi
dalam berkomunikasi. Masing-masing periode sama-sama memperluas perasaan, dan pikiran
manusia. McLuhan membaginya ke dalamempat periode. Di dalam masing-masing kasus
yang menyertai perubahan itu atau pergerakan dari era satu ke era yang lain membawa
bentuk baru komunikasi yang menyebabkan beberapa macam perubahan.
Faktor utama yang menentukan perubahan sosial dan kebudayaan sebagai berikut :

Pertama-tama adalah era kesukuan atau a Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era
purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran
dalam berkomunikasi. Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi,
cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing
is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam
komunikasi. Bagi masyarakat primitive di era kesukuan, pendengaran adalah hal yang
paling penting. Peran otak menjadi sangat penting sebagai wilayah yang mengontrol
pendengaran. Dengan pengenalan huruf lambat laun masyarakat berubah ke era tulisan. Era
ini mendudukkan kekuatan penglihatan sepenting pendengaran.

Kedua, era tulisan atau The Age of Literacy. Dengan memasuki era tulisan terjadi
perubahan yang penting dan perasaan serta pikiran manusia semakin diperluas. McLuhan
menyebutkan bahwa perubahan dengan penggunaan tulisan sebagai alat berkomunikasi
menjadi pendorong munculnya ilmu matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang lain.
Manusia telah menemukan alfabet atau huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan,
melainkan mengandalkan pada tulisan.

Ketiga,era cetak atauThe Print Age.Masih ada kesinambungan dengan alfabet,


namun lebih meluas manfaatnya karena telah ditemukan mesin cetak.
Keempat, era elektronik atau The Electronic Age. Contoh dari teknologi komunikasi
yaitu telepon, radio,telegram, film, televisi, komputer, dan internet sehingga manusia seperti
hidup dalam global village. Teknologi yang digunakan dalam media massa tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia atau menurut Em Griffin (2003 : 344) disebut nothing
remains untouched by communication technology.
Dalam perspektif McLuhan, bukan isi yang penting dari suatu media, melainkan media
itu sendiri yang lebih penting atau medium is the message. Contoh yang dapat ditemui
dalam realita yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba
ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia
membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan.
Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya
melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki
sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga
dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak
memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu.
Solusi agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka harus disertai
dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan informasi yang diperoleh dapat
diolah oleh pikiran yang jernih sehingga menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang
humanis.
McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari
inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita
terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien.
Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita.
Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting daripada isi pesan yang
disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja, mungkin isi tayangan di televisi memang
penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut
menjadi jauh lebih penting lagi.
Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting, bukan lagi tentang isi
pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia, lebih
dari apa isi pesan yang mereka sampaikan.
Melihat betapa besar peran media massa dalam memengaruhi pemikiran khalayaknya,
tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada masa akan datang tidak mungkin
bisa terbendung lagi. Globalisasi media massa merupakan proses yang terjadi secara natural.
Globalisasi membuat perbedaan yang ada antarnegara dalam dimensi ruang, waktu, dan
kebudayaan semakin berkurang.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
keanekaragaman sosial dan kebudayaan, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya.
Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan juga dalam berbagai ekspresi.
Dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia bisa dan mampu
mengembangkan sosial dan kebudayaan yang sangat khas. Sosial dan kebudayaan yang
dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan,
kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai banyak hal. Atau
kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide,
kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat, 2002:11), di mana hal-hal tersebut terwujud
dalam kesenian tradisional Indonesia. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang
memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu
bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Dengan adanya teknologi dalam sosial dan kebudayaan, tidak bisa dielakkan lagi
perkembangan budaya semakin cepat. Teknologi telah menimbulkan percepatan dan
kemudahan dalam memperoleh akses berkomunikasi dan mendapatkan informasi apa pun.
Kenyataannya bahwa memang benar hingga saat ini perkembangan ilmu pengertahuan lebih
didominasi oleh negara-negara maju dan bukan negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Negara-negara maju lebih memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi
internasional. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia mengalami
kekhawatiran besar dengan adanya arus globalisasi dalam berbagai bidang seperti ekonomi,
sosial, politik, budaya, termasuk kesenian. Bukan hanya itu, kemajuan teknologi informasi
pada masa sekarang ini telah dengan cepat mengubah kebudayaan Indonesia menjadi kian
merosot. Dengan demikian, hal ini menimbulkan berbagai opini yang tidak jelas, yang
nantinya akan melahirkan sebuah kebingungan di tengah-tengah berbagai perubahan yang
berlangsung begitu rumit dan menimbulkan kebingungan-kebingungan bagi masyarakatnya
sendiri.
Sosial dan kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah pada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Tindakan saling
memengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antarmasyarakat. Melalui interaksi
dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok
masyarakat yang mendiami Indonesia telah mengalami proses dipengaruhi dan
memengaruhi. Kemampuan untuk berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan
manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
senantiasa berubah dan pada hakikatnya bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain
berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh dari negara luar.

Teori Sosial Konstruksi Teknologi


Teori Konstruksi Sosial Teknologi (Social Construction of Technology) atau biasa
disingkat SCOT, pertama kali diperkenalkan oleh Wiebe E. Bijker dan Trevor J. Pinch, pada
tahun 1984 dalam sebuah artikel berjudul “The Social Construction of Facts and Artefacts: Or
How the Sociology of Science and the Sociology of Technology might Benefit Each Other”.
SCOT memandang bahwa perkembangan teknologi sebagai proses interaksi atau diskursus antar
teknolog dan keterkaitannya dengan kelompok sosial (social groups). Jadi, betul adanya,
teknologi tidak hadir begitu saja dari ruang hampa, melainkan ada diskusi, negosiasi antara
ilmuwan/teknolog (pencipta teknologi) dengan masyarakat, agar suatu teknologi dapat berhasil
diterima dengan baik.
Bijker dan Pinch berpendapat bahwa keadaan teknologi itu seperti ilmu pengetahuan,
yakni sebagai konstruksi sosial, lintasannya tergantung kepada banyak faktor sosial dan
hubungan antar kelompok sosial. Menurut Bijker, belakangan ini teknologi dan ilmu
pengetahuan seolah dipisahkan. Padahal, keduanya tidak dapat dipisahkan, saling berkait-
kelindan; teknologi dan ilmu pengetahuan berkaitan dan saling memberi keuntungan satu sama
lain.
Dengan teknologi, menurut Bijker, varian lama yang mati digantikan dengan varian baru,
atau melanjutkan fungsi yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, teknologi telepon genggam
dahulu hanya sebatas untuk menelepon dan mengirimkan pesan (SMS), namun kini muncul
telepon yang tidak hanya untuk telepon dan SMS, lebih dari itu untuk berselancar di internet,
bermain game, telepon video, dan sebagainya. Varian baru telepon genggam itu dinamakan
smartphone (ponsel cerdas) dengan penggunaan dan fungsinya yang menyerupai komputer.
Konstruksi sosial dalam teknologi muncul ditengarai ketika menjamurnya penggunaan
internet. Evolusi penggunaan internet dari sarana komunikasi antar komputer menjadi media
demokratisasi dapat dipahami dalam kerangka konstruksi sosial teknologi (social construction of
technology) di mana perkembangan teknologi tidaklah bersifat linier (Bijker: 1987).
Perkembangan teknologi berjalan beriringan dengan permintaan/kebutuhan masyarakat sendiri
terkait teknologi; bahwa teknologi adalah hasil konstruksi sosial yang dibentuk oleh masyarakat.
Teknologi mengalami penyesuaian dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti
ketika masyarakat membutuhkan aksesibiltas internet tidak hanya dengan menggunakan
komputer karena salah satunya atas dasar fleksibiltas, maka kemudahan mengakses internet kini
hadir dalam genggaman smartphone yang bekerja dengan software dan menggunakan sistem
operasi (operating system) yang menyediakan hubungan standar bagi pengembang aplikasi, yang
akhirnya pengguna (user) bisa berselancar di internet, mengirim dan menerima surat elektronik
(email), dilengkap pula dengan fitur papan ketik (qwerty keypad). Smartphone dianggap sebagai
komputer mini dengan kemampuan untuk menelepon.

Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar segenap dari
implikasi kebudayaan. Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang dikandungnya.
Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan kongkret dari nilai budaya yang
bersifat abstrak.
Pada hakikatnya yaitu kegiatan manusia dapat ditangkap oleh pancaindera
sedangkan nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan
yang ketiga yaitu berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini pada dasarnya
merupakan perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan
atau alat yang memberikan kemudahan berkehidupan.
Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi
kebudayaan masyarakat tesebut, dan juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi
berkembangnya kebudaayaan masyarakat. Sumbangan ilmu terhadap kebudayaan adalah
pada nilai yang terkandung dalam ilmu, yakni tentang etika, estetika dan logika. Ilmu
merupakan sumber nilai dan tata hidup, baik bagi perkembangn kepribadian secara
individual maupun pengembangan masyarakat secara kolektif.
Antara manusia dan masyarakat sertu kebudayaan ada hubungan yang erat.Tanpa
masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak. Tanpa manusia
tidak mungkin ada kebudayaan. Tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat. Wujud
kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani,
misalnya pakaian, artinya filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang terdalam maka filsafat
termasuk kebudayaan.
Selain ilmu merupakan unsure dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada
hubungan timbal balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan,
sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan
sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan,
ilmu dapat berkembang dengan subur. Di sini ilmu mempunyai peran ganda, yakni :
pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan; kedua,
ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
Pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan.
Dengan demikian, terdapat nilai-nilai ilmiah pada pengembangan kebudayaan nasional yang
didasarkan ke arah peningkatan peranan keilmuan.

Dampak Teknologi Perubahan Sosial Dan Kebudayaan


Manusia pada awalnya tidak mengenal konsep teknologi. Kehadiran manusia purba pada
masa pra sejarah, hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya dalam mencari makan, alat
bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Alat bantu yang mereka gunakan sangatlah
sederhana, terbuat dari bambu, kayu, batu, dan bahan sederhana lain yang mudah mereka jumpai
di alam bebas. Misalnya untuk membuat perapian, ia memanfaatkan bebatuan yang dapat
memunculkan percikan api.
Pada awalnya teknologi berkembang secara lambat. Namun seiring dengan kemajuan
tingkat kebudayaan dan peradaban manusia perkembangan teknologi berkembang dengan cepat.
Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya karena teknologi merupakan
perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib, 2011).
Para sosiolog dan antropolog mempunyai pendapat yang berbeda mengenai perubahan
sosial diantaranya (Soekanto, 1990):
1) Gillin dan Gillin, mengartikan perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan
baru dalam masyarakat
2) Larson dan Rogers, mengemukakan pengertian tentang perubahan sosial yang dikaitan
dengan adopsi teknologi yaitu perubahan sosial merupakan suatu proses yang berkesinambungan
dalam suatu bentangan waktu tertentu. Pemakaian teknologi tertentu oleh suatu warga
masyarakat akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat perilaku
anggota masyarakat yang bersangkutan.
Gejala-gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain
(Martono, 2012):
1) Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami
perubahan baik lambat maupun cepat.
2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan
perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3) Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang
bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4) Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya
memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
Beberapa bentuk perubahan perilaku sosial budaya akibat teknologi antara lain sebagai
berikut:
1) Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini
semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam
dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah
perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol.
2) Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia
melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah
meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin
kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsabangsa Asia.
3) Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.
Meskipun teknologi memberikan banyak manfaat bagi manusia, namun di sisi lain
kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek sosial budaya:
a. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai ke-inginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi kaya
dalam materi tetapi miskin dalam rohani.
b. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin
lemahnya kewibawaan tradisitradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-
menolong telah melemahkan kekuatan kekuatan sentripetal yang berperan pen-ting dalam
menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak
menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya,
seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan
c. Pola interaksi antarmanusia yang berubah. Kehadiran komputer pada kebanyakan
rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang
disambungkan dengan telepon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan
dengan dunia luar. Program Internet Relay Chatting (IRC), internet, dan email telah membuat
orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet
(warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran
internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak
orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program Internet Relay
Chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja (Siti
Irene, 2012).
Dampak Positifnya, dahulu para petani di lingkungan tempat tinggal saya masih
menggunakan bantuan tenaga hewan dalam mengerjakan/- membajak sawahnya dan juga dibantu
oleh tetangga dalam menanam padi atau tanaman lainnya. Namun saat ini, dengan
berkembangnya teknologi, para petani telah menggunakan traktor dalam membajak sawah dan
juga sudah menggunakan mesin perontok padi untuk mengolah hasil panenannya. Selain
teknologi dalam bidang pertanian, teknologi yang berkaitan dengan komunikasi pun berkembang
pesat. Dahulu, apabila ingin berkomunikasi jarak jauh memerlukan waktu yang lama. Akan
tetapi, alat komunikasi saat ini sudah canggih. Misalnya melalui telepon seluler yang saat ini satu
orang tidak hanya memiliki satu alat komunikasi tersebut. Bahkan, sekarang anak usia remaja
bahkan yang masih anak-anak sekalipun telah mengenal apa itu facebook, email, twitter, dan lain
sebagainya. Itulah contoh-contoh perubahan pola hidup manusia akibat kemajuan teknologi. Pola
hidup manusia selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang
semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan individu
satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. Bagi sebagian orang gaya hidup
merupakan suatu hal yang penting karena dianggap sebagai sebuah bentuk ekspresi diri. Pola
hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain,
yang berfungsi dalam interaksi dengan caracara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh orang
yang tidak hidup dalam masyarakat modern.
Pola hidup manusia selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman.
Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang
membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. Bagi sebagian
orang gaya hidup merupakan suatu hal yang penting karena dianggap sebagai sebuah bentuk
ekspresi diri.
Pola hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan
orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan caracara yang mungkin tidak dapat dipahami
oleh orang yang tidak hidup dalam masyarakat modern.
Menurut Talcott Parson (Dwiningrum, 2012), masyarakat modern digambarkan dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak
memperhatikan orang lain atau lingkungan.
b. Orientasi diri, yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.
c. Universalisme, yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif
d. Prestasi, yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi.
e. Spesifitas, yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.

Peran Teknologi dalam Globalisasi dan Perubahan Budaya Global


Globalisasi budaya merupakan “serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia
relatif terlepas dari wilayah geografis”. Hal tersebut memunculkan jalinan situasi yang integratif
antara akal dan budi manusia di suatu belahan bumi dengan yang lainnya. Dari pemahaman
tersebut tidak menutup kemungkinan muncul budaya pop yang mengglobal atau disebut dengan
global pop culture, yakni budaya tren dalam suatu wilayah yang kemudian dipopulerkan dan
diterima hingga ke taraf dunia atau lingkup global.
Hal tersebut sesuai pendapat kaum hiperglobalis bahwa globalisasi budaya adalah
homogezination of the world under the auspices of American popular culture of western
consumerism in general . ( I.Made Gede Arimbawa, 2011), bahwa globalisasi budaya adalah
proses homogenisasi dunia dengan mengusung kemasan budaya populer Amerika.
Kondisi tersebut jelas dapat dilihat dan dinilai dari penekanan konsumsi terhadap budaya
Barat pada umumnya, sehingga muncul istilah Westernisasi yang digunakan sebagai simbol
terhadap sifat konsumerisme. Dalam konteks tersebut dapat diartikan bahwa ‘ budaya Barat”
adalah budaya yang diperjual belikan sementara masyarakat dunia pada umumnya adalah
konsumen atau penikmat.
Ada anggapan bahwa globalisasi mengancam dan dapat merusak tatanan kehidupan
heterogenitas budaya lokal dengan mengabaikan keragaman dan kearifan lokal untuk menuju
pada universalitas. Kedua paham tersebut merupakan situasi yang dikotomi dan dilematis serta
tarik menarik. Yasraf Amir Piliang (2005), bila homogenisasi daya tariknya lebih kuat, maka
budaya lokal akan terseret ke dalam arus globalisasi, sehingga merupakan ancaman terhadap
kesinabungan, eksistensi dan kehilangan identitas.
Sedangkan bagi budaya lokal jika tidak mengadakan pengembangan, maka peluang
penciptaan keunggulan budaya lokal tidak dilakukan, maka budaya etnik Nusantara justru
dimanfaatkan oleh pihak luar yang berkepentingan, berupa “pencurian” kemudian dimodifikasi
disesuaikan dengan kepentingan ekonomi kapitalis global.
Globalisasi membawa pengaruh pada perubahan dalam diri masyarakat dan lingkungan
hidupnya serentak dengan laju perkembangan dunia, sehingga terjadi pula dinamika masyarakat.
Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Sehingga terjadilah
pergeseran system nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi
manusia di dalam masyarakat.
Dampak globalisasi dan kemajuan dibidang tekknologi komunikasi yang masuk secara
tidak disadari membawa dampak terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan
kebudayaan dari luar. Khususnya dengan kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan saja
intensitasnya menjadi besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas
jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadangkadang menimbulkan dampak
terhadap tata nilai masyarakat.
Budaya lokal yang hidup di tengah masyarakat biasanya lahir dari dorongan spritual
masyarakat dan ritus-ritus lokal yang secara rohani dan material sangat penting bagi kehidupan
sosial suatu lingkungan masyarakat desa. Budaya lokal memiliki hubungan yang sangat erat
dngan masyarakat di suatu lingkungan dengan seluruh kondisi alam di lingkungan tersebut. Ia
ditampilkan dalam berbagai upacara adat suatu desa, bersih desa, misalnya dilakukan untuk
menghormati roh nenek moyang sebagai penunggu desa. Maksud upacara agar desa dilimpahi
kesejahteraan oleh penunggu tersebut.
Terlepas dari kepercayaan tersebut, upacara yang dilakukan dengan cara membersihkan
desa menghasilkan dampak lingkungan yang baik. Apabila desa bersih dari limbah apapun maka
alirannya yang berfungsi mengaliri persawahan akan lancar. Lingkungan desa akan menjadi
bersih dan sehat sehingga panen menjadi baik.
Budaya lokal yang ditampilkan dalam upacara adat tersebut mempunyai fungsi yang
sangat penting. Memberi dorongan solidaritas kepada masyarakat dalam rangka mempersatukan
niat, kemauan dan perasaan mereka dalam menjalankan upacara tersebut.
Budaya lokal sebagaimana seni yang lain secara historis selalu memiliki suasana
kontekstual, dimana seni tidak bisa dilihat tanpa fungsi tertentu bagi sebagian masyarakat
masingmasing budaya. Rupanya upacara adat dan budaya lokal yang menjadi kesatuan budaya
lingkungan tersebut di samping merupakan ekspresi spritualitas, di dalamnya terkandung suatu
budaya dalam rangka mengarahkan masyarakat pada kepedulian, pemeliharaan dan pelestarian
alam lingkungan. Justru sangat besar kemungkinan landasan spritual yang ditanamkan nenek
moyang tersebut memang dimaksudkan sebagai upaya pelestarian alam lingkungan yang akan
menjaga kestabilan, kesehatan, lingkungan, dan memberi dorongan perilaku manusia dalam
menyikapi kehidupan dan lingkungannya.
Sikap budaya ini menjadi utuh ketika upaya peningkatan kualitas hidup dalam sistem
ekonomi dan teknologi tidak mengganggu harmoni antara hidup manusia dan kehidupan alam
semesta.
Globalisasi tanpa disadari telah membawa perubahan tata nilai di masyarakat. Perubahan
itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya serta sikap dan pandangan yang telah
berubah terhadap nilai-nilai budaya. Pengaruh global tanpa disadari telah menimbulkan mobilitas
sosial, yang diikuti ol eh hubungan tata nilai budaya yang bergeser dalam kehidupan masyarakat.
Dampak globalisasi dan kemajuan di bidang teknologi yang masuk secara tidak disadari
membawa dampakterhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari
luar. Khususnya dengan kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan saja intensitasnya
menjadi besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya.
Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadangkadang menimbulkan dampak
terhadap tata nilai masyarakat. Menghadapi era globalisasi, maka kita dituntut mampu
mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan budaya yang memiliki (kearifan-kearifan lokal/
lokal genius). Oleh karena itu pentingnya memahami budaya-budaya daerah yang dimiliki
bangsa ini serta mengembangkan karya-karya seni melalui pendekatan filsafat Nusantara yang
dikenal sebagai Filsafat Mistika (2012).

Tantangan dan Masalah yang Terkait dengan Perkembangan Teknologi


Teknologi berkembang sendiri danmakin terpisah, serta jauh meninggalkan agama dan
etika, hukum, ilmu pengetahuan sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk
menyeimbangkan pendidikan teknologi. Pengetahuan tentang alam dan kehidupan tidak utuh
tanpa disertai pengetahuan tentang mengapa sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, bagaimana
perkembangan selanjutnya serta bagaimana sebaiknya dan seharusnya. Teknologi keras tidak
utuh tanpa teknologi lunak.(Jacob, 1988)
Pada hakekatnya manusia selalu ingin mengadakan perubahan. Manusia, sebagai
makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial, mau tidak mau akan selalu mengalami
proses perubahan baik secara langsung maupun tidak. Perubahan sosial menyangkut hasrat hidup
manusia dapat berupa bentuk-bentuk model prilaku organisasi, tata nilai masyarakat, lembaga
kemasyarakatan dalam hal susunannya maupun lapisan atau tingkatan masyarakatnya,
kekuasaan/wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Menurut pendapat Paul B. Horton
(1987:208)[16] yang mengatakan bahwa secara mendasar konsep perubahan sosial dan
perubahan budaya itu tidak terpisahkan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya
meskipun mempunyai perbedaan. Perubahan sosial meliputi perubahan struktur dan relasi
sosialnya, sedangkan apabila budaya masyarakatnya saja yang berubah ini dinamakan perubahan
budaya. Kebudayan yang ada di masyarakat cepat atau lambat pasti akan mengalami perubahan.
Adanya perubahan budaya dipicu oleh kedinamisan sifat budaya sebagaimana pendapat Ki Hajar
Dewantara (1994:74-75) (dalam H. Sulasman, 2013:151)[12] bahwa budaya itu mengalami
perubahan, yaitu ada waktunya lahir, tumbuh, maju, berkembang, berbuah, menjadi tua dan mati,
seperti hidup manusia.
Banyak faktor penyebab perubahan sosial, diantara salah satu pendorongnya adalah
teknologi sebagaimana dikatakan oleh Oghburn dalam buku karangan Soerdjono Soekanto,
mengemukakan bahwa teknologi merupakan faktor yang mempengaruhi adanya perubahan
sosial (H. Sulasman (2013:151)[12] Penggunaan teknologi sosial media telah menjadi mayoritas
di Indonesia, Google trends terbanyak membicarakan budaya terdapat di Jawa Tengah, dan Nusa
Tenggara Barat. Stereotype dalam suatu kelompok dapat menjadi suatu label pada kelompok
tersebut mulai dari persepsi, pencitraan tentang suatu hal. Lalu stereotype ini terjadi pada
Indonesia dimana teknologi menjadi isu yang lebih dikemukakan dibandingkan budaya.
Dalam fenomena ini teknologi berperan sebagai stimulus bagi masyarakat dan apapun
yang ditampilkan oleh para milenial ini adalah wujud respon terhadap teknologi. Bukannya
menghindari teknologi namun masyarakat kini dapat lebih memanfaatkan teknologi dalam
penggunaannya. Sebagai seorang yang sangat sadar akan perkembangan teknologi, contoh
adanya "Big Data" sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam
mengembangkan potensi budayanya. Sebagai contoh banyak sekali ke-khas-an dari budaya khas
daerah yang dapat dieksplorasi untuk dipelajari melalui bantuan big data.
Perkembangan teknologi di zaman milineal seperti sekarang memang memiliki banyak
sekali manfaat, khususnya pada bidang sosial dan kebudayaan. Oleh sebab itu, banyak sekali
orang yang ingin menguasai dan memanfaatkan perkembangan teknologi. Namun, tidak bisa
dipungkiri pemanfaatan teknologi di dalam bidang sosial dan kebudayaan memiliki beberapa
kendala, di antaranya:
a. Kurangnya pengadaan infrastruktur TIK. Hal ini disebabkan sulit dijangkaunya
beberapa daerah tertentu di Indonesia, sehingga penyebarannya tidak merata. Masih
banyak daerah yang sulit dijangkau oleh alat transportasi. Untuk mencapai daerah
yang dituju, hanya dapat ditempuh dapat dengan jalan kaki. Sedangkan dengan
berjalan kaki, tidak memungkinkan untuk membawa berbagai peralatan multimedia.
b. Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga yang terdapat di
daerah pedesaan. Perangkat multimedia bekas ini tentunya masih menggunakan
spesifikasi yang sudah tertinggal zamannya, sehingga penggunaannya tidak mampu
bersaing dengan laju perkembangan teknologi yang begitu pesat.
c. Kurangnya infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukum yang mengaturnya.
Sebab, Cyber Law belum diterapkan di dunia hukum Indonesia.
d. Mahalnya biaya pengadaan dan penggunaan fasilitas teknologi. Hal ini dikembalikan
lagi kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah masih sedikit mengalokasikan
dana untuk pengadaan fasilitas teknologi yang dapat menunjang untuk Indonesia.
Sebagai contoh, pengadaan fasilitas di daerah pedesaan masih sangat minim.
Sementara di kota sudah hampir merata, terutama di lembaga-lembaga pendidikan
unggulan.

Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam daripada peralatan.
Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non material suatu kelompok. Jika
teknologi suatu kelompok mengalami perubahan, maka cara berpikir manusia juga akan
mengalami perubahan. Hal ini juga berdampak pada cara mereka berhubungan dengan yang lain.
Bagi Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan materialisme historis hanya menunjuk
pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Weber
mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu menurut
Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan
kedudukan agama dalam masyarakat (Martono, 2012).
Era modern diidentikkan dengan era masyarakat digital. Setiap aktivitas manusia akan
digerakkan melalui serangkaian teknologi digital. Teknologi ini dioperasikan dengan menekan
beberapa digit (angka) yang di susun dengan berbagai urutan. Relasi yang terbangun di antara
individu adalah relasi pertukaran digital, setiap manusia hanya melakukan serangkaian transaksi
atau interaksi melalui simbol-simbol digital. Transaksi perdagangan, komunikasi, semuanya
digerakkan secara digital.
Setiap individu akan memiliki identitas digital yang mampu mengenali siapa dirinya, setiap
manusia sudah diberi nomor urut: melalui nomor identitas (e-KTP), nomor handphone, nomor
telepon, nomor rekening bank, nomor ATM, nomor rekening listrik, rekening telepon, rekening
air, PIN (Personal Identification Number) ATM, semuanya menggunakan sistem digital. Interaksi
antarmanusia digerakkan dengan teknologi serba digital: komputer, internet, mesin ATM, telepon,
handphone, dan sebagainya, semuanya digerakkan secara digital. Kita dapat membeli sesuatu
hanya dengan menggesek kartu ATM dan menekan beberapa nomor PIN, demikian halnya untuk
membayar tagihan kamar hotel, membeli tiket, dan sebagainya. Pengiriman uang dapat dilakukan
dalam hitungan detik hanya dengan menekan beberapa digit nilai uang yang akan dikirim dan
beberapa digit nomor rekening tujuan. Bukan uang yang dikirim, melainkan hanya sederet angka
yang berpindah dari rekening satu ke rekening yang lain (Martono, 2012).
Perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: struktural, kultural, dan interaksional.
Pertama, dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur
masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam
struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial.
Kedua, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat.
Perubahan ini meliputi;
(1) inovasi kebudayaan, merupakan komponen internal dalam suatu masyarakat. Inovasi
kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologi baru. Kebutuhan
masyarakat yang semakin kompleks memaksa individu untuk berpikir kreatif dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
(2) difusi, merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya
perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapatkan pengaruh dari budaya lain, kemudian memicu
perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang “menerima” unsur-unsur budaya tersebut.
(3) integrasi, merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih halus”. Hal ini
disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk
kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya
tersebut (Martono, 2012).
Ketiga, dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam
masyarakat. Dimensi ini meliputi (Martono, 2012):
a. Perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya
frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat
dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi. Seorang nasabah bank tidak perlu berulang kali
bertemu dengan petugas teller bank. Fungsi dan peran teller bank telah tergantikan oleh mesin
ATM (Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri) yang mampu melayani nasabah
selama 24 jam di mana saja, tanpa harus mengantri lama, atau menulis formulir tertentu.
b. Perubahan dalam jarak sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
menggeser fungsi “tatap muka” dalam proses interaksi. Individu tidak harus bertatap muka untuk
dapat melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung. Bahkan ketika dua individu berada di
tempat yang sangat jauh, mereka bisa tetap berkomunikasi meskipun dalam jarak ribuan
kilometer.
c. Perubahan perantara. Mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak
bersifat serba “online”, menyebabkan individu tidak banyak membutuhkan “orang lain” dalam
proses pengiriman informasi. Pada zaman dulu, seorang raja yang ingin menyampaikan berita
untuk kerajaan tetangga, menyuruh prajurit untuk menyampaikan surat ke kerajaan tetangga
tersebut. Namun, pada masa modern sekarang, informasi antar negara dapat langsung disampaikan
tanpa melalui orang lain sebagai perantara.
d. Perubahan dari aturan atau pola-pola. Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang
mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia
kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat dalam menyikapi “perempuan yang
pulang malam”. Bila sebelumnya perempuan yang sering keluar atau pulang malam sering
dikonotasikan sebagai “perempuan nakal”, namun sekarang masyarakat telah memandang hal
tersebut sebagai hal yang biasa karena pada saat sekarang banyak perempuan yang bekerja sampai
larut malam atau bahkan bekerja pada malam hari.
Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut:
1). Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang
menguntungkan bagi masyarakat. Jika perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu
kemajuan, masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat
menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran.
Kemajuan teknologi di satu sisi merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemajuan
karena mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sisi
lain kemajuan teknologi juga merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemunduran
karena manusia menjadi tergantung dengan teknologi (budak teknologi) bukan manusia yang
menguasai teknologi akan tetapi teknologi yang menguasai manusia.

KESIMPULAN

Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi setiap
aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola hubungan dan pola
interaksi antar manusia. Kehadiran teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Aktivitas manusia sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kehadiran teknologi.
Kemajuan teknologi dewasa ini ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat di bidang
informasi dan komunikasi, satelit, bioteknologi, pertanian, peralatan di bidang kesehatan, dan
rekayasa genetika. Muculnya masyarakat digital dalam berbagai bidang kehidupan merupakan
bukti dari kemajuan teknologi. Masyarakat dan negara-negara di dunia berlombalomba untuk
dapat menguasai teknologi tinggi (high tech) sebagai simbol kemajuan, kekuasaan, kekayaan dan
prestise.
Dalam masyarakat Postmodern berlaku hukum “barang siapa yang menguasai teknologi
maka ia akan menguasai dunia”. Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi berlangsung sangat
cepat sehingga kadangkala manusia tidak sempat untuk beradaptasi dengan kemajuan tersebut.
Akibatnya terjadi anomi dalam masyarakat karena mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang
jelas. Masyarakat yang tidak mampu menguasai teknologi akan mengalami cultural lag dan akan
terancam eksistensinya.
Kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang, di mana di satu sisi kemajuan teknologi
memberikan banyak manfaat positif bagi manusia untuk mempermudah manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun demikian disisi yang lain kemajuan teknologi menimbulkan efek
negatif yang kompleks melebihi manfaat dari teknologi itu sendiri terutama terkait pola hidup
manusia dalam dimensi sosial budaya. Teknologi mengancam kematian melalui berbagai
penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global, menciptakan ketegangan, memberikan
berbagai resiko, belenggu atas diri manusia melalui sistem kontrol yang tersembunyi, dan
dehumanisasi. Satu hal yang perlu kita ingat, teknologi selalu berwajah ganda, di satu saat ia
menjadi teman, di saat yang lain, ia juga bisa menjadi lawan. Upaya-upaya yang dapat kita
lakukan sebagai solusi untuk menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah
dengan menanamkan kesadaran kepada setiap individu tentang pentingnya memahami dampak
negatif kemajuan teknologi. Dengan analisa SWOT secara sederhana kita dapat menjadikan
tantangan dan dampak negatif dari teknologi menjadi peluang untuk memajukan suatu masyarakat
dan negara. Untuk itulah diperlukan peran serta aktif dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan
negara dalam mencegah, mengurangi, dan menanggulangi dampak negatif dari kemajuan
teknologi. Sebagai manusia modern sangat tidak bijaksana serta tidak mungkin jika kita
mengatakan say no to technology, namun yang harus kita lakukan yaitu mempertimbangkan
kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap
menggunakan etika, serta tidak terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan dan menjadi budak
teknologi. Kita harus menyadari bahwa teknologi bukan merupakan aspek kehidupan umat
manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia
di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup (perfection of existence). Namun teknologi
merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu
dalam aktivitas kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. (2011). Filsafat ilmu: onto-logi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu
pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bachtiar, Amsal. (2012). Filsafat ilmu edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Buhal. (2000). Visi Iptek memasuki milenium III. Jakarta: UI Press.
Dwiningrum, S. I. A. (2012). Ilmu sosial & budaya dasar. Yogyakarta: UNY Press.
Martono, Nanang. (2012). Sosiologi perubahan sosial: perspektif klasik, modern, postmodern, dan
postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Meinita, Hanna. (Diambil pada tanggal 1 Februari 2013). Mahasiswa tak bisa hidup tanpa
smartphone. http://kampus. okezone.com/read/2012/03/26/373/599 857/mahasiswa-tak-bisa-
hidup-tanpasmartphone.
Rini K. (Diambil pada tanggal 1 Februari 2013). Survei: tak bisa hidup tanpa internet.
http://www.tempo.co/read /news/ 2010/12/23/072301058/SurveiTak-Bisa-Hidup-Tanpa-Internet.
Soerjono Soekanto. (1990). Sosiologi suatu pengantar: edisi baru keempat. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukplang, Sukree. (Diambil pada tanggal 3 Februari 2013). 10 Negara terhebat di dunia.
http://top10newsworld.blogspot.com/20 12/11/10-negara-terhebat-didunia.html.
Zamroni. (2008). The socio-cultural aspects of technological diffusion a reader volume IV.
Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai