Anda di halaman 1dari 16

KEBUDAYAAN DAN ARSITEKTUR

Arsitektur sebagai lingkungan binaan manusia

Setiap manusia memiliki kebutuhan. Suatu karya arsitektur merupakan wujud kebudayaan sebagai hasil
kelakuan manusia dalam rangka memenuhi hasrat kebutuhan mereka. Menurut Van Romondt Arsitektur
adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia (definisi konsepsional). Kata ruang meliputi semua
ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia. Pada prinsipnya jelas bahwa arsitektur terdiri dari unsur-
unsur ruang. Atau dengan kata lain karya arsitektur merupakan suatu lingkungan baik buatan maupun
alam yang diciptakan oleh manusia. Istilah yang lebih populer untuk menggambarkan pengertian ini
adalah bahwa arsitektur merupakan suatu lingkungan binaan manusia.

Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan

Hubungan antara kegiatan manusia dengan lingkungan alam dijembatani oleh pola-pola kebudayaan
yang dimiliki manusia (Parsudi Suparlan). Lingkungan, selain berupa lingkungan alam juga berupa
lingkungan sosiobudaya. Karena itu konsep manusia harus dipahami sebagai makhluk yang bersifat
biososiobudaya. Sehubungan dengan itu, maka manusia, kebudayaan dan lingkungan merupakan 3
faktor yang saling berhubungan secara integral. Lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan
daya dukung kehidupan dalam berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia untuk
menentukan jalan hidupnya. Pengembangan pilihan-pilihan itu sangat bergantung pada potensi
kebudayaan menusia yang berkembang karena kemampuan akalnya. Dengan kata lain, melalui
kebudayaan manusia akan selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Dalam proses adaptasi
tersebut manusia mendayagunakan lingkungan agar dapat melangsungkan kehidupannya

Pertumbuhan Ekologi Manusia

Pendapat 1: Keadaan lingkungan alam menentukan corak kebudayaan (aliran environmental


determinism)

Artinya gejala kebudayaan hanya dapat dijelaskan dan dianalisis berdasarkan pengaruh lingkungan.
Seluruh aspek tingkah laku dan kebudayaan merupakan hasil dan bentukan lingkungan alam.

Contoh: manusia yang berada dalam 1 lingkungan memiliki kebudayaan yang sama
Pendapat 2: Lingkungan alam tidak menentukan warna kebudayaan, tetapi hanya sekedar menawarkan
kemungkinan dan manusia memanfaatkannya sesuai dengan teknologi yang dikuasai (aliran
environmental possibilism)

Artinya: lingkungan alam memang berpengaruh kepada kebudayaan, tetapi tidak menentukan corak
kebudayaan.

Contoh: Manusia dalam lingkungan yang sama memiliki kebudayaan yang berbeda

Kedua aliran ini selanjutnya menjadi pendekatan awal dalam kajian ekologi manusia.

Konsep Dasar Ekologi Manusia

1. Adaptasi

Merupakan pola penyesuaian manusia terhadap lingkungan alam dalam usaha melangsungkan dan
mengembangkan kehidupannya (survival).

Penekanan:

– proses evolusi genetik : gerak timbal balik akibat adanya interaksi manusia dengan lingkungannya

– tingkah laku : beroperasi melalui pengetahuan dan persepsi untuk mengatasi kondisi lingkungannya

2. Ekosistem

– suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara ,manusia dengan
lingkungannya
– Suatu sistem interaksi yang bersifat fungsional dan efektif antara organisme hidup (fisik dan biologis)
dengan lingkungannya

– Konsep ekosistem membantu memahami pola interaksi antara manusia dengan lingkungannya

3. Relung (niche)

Semua makhluk hidup memiliki tempat hidup (habitat). jika habitat berubah maka makhluk hidup akan
mati atau harus pindah. Jika perubahan berlangsung lama atau bertahap, makhluk hidup akan
beradaptasi (menyesuaikan diri). ‘Profesi’ makhluk hidup dalam habitat atau tingkah laku dalam
menyesuaikan diri ini disebut relung

Kesimpulan

Melalui kerangka pendekatan ‘ekologi manusia’ dapat dilihat bahwa perubahan suatu lingkungan alam
tertentu tidak terlepas dari pengaruh intervensi manusia yang hidup dalam suatu lingkungan tersebut.
Tingkah laku manusia sukar dipahami tanpa memperhitungkan faktor lingkungan alam dimana manusia
hidup.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat saling hubungan yang erat antara kebudayaan dan
lingkungan yang merupakan proses yang kreatif, dimana manusia mendayagunakannya untuk
menunjang kehidupannya dalam proses perubahan sosiobudaya. Proses perubahan tersebut telah
berlangsung sejak awal munculnya kebudayaan umat manusia di muka bumi yang terjadi secara luas
dan kompleks.

Wujud Arsitektur Sebagai Manifestasi Nilai-Nilai Budaya Manusia

Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu maka setiap pergeseran ataupun perubahan
yang terjadi di dalam kebudayaan tentu saja akan mempengaruhi dinamika arsitektur. Pandangan-
pandangan dan peristiwa-peristiwa di dalam kehidupan manusia memberikan sumbangan pada bentuk
dan orientasi nilai budaya. Selanjutnya, nilai budaya manusia banyak memberikan sumbangan pada
bentuk dan orientasi pandangan-pandangan arsitektural.
Orientasi nilai-nilai budaya ditentukan oleh 5 masalah dasar kehidupan (Clyde Kluckhon): hakekat hidup,
hakekat karya, persepsi manusia tentang waktu, pandangan manusia terhadap alam dan hakekat
manusia dengan sesamanya.

Kelima masalah dasar ini bertautan dengan masalah lingkungan, baik lingkungan alami maupun
lingkungan fisik terbangun dan lingkungan sosial.

Manusia adalah makhluk yang dinamis. Mereka memiliki keinginan dan rasa serta aspirasi yang
didasarkan pada akal budinya yang setiap saat akan bergeser dan berkembang. Kebudayaan tidak
pernah terlepas dari perkembangan kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan bagian dari
kehidupan, pandangan hidup, sikap, cara hidup dan hasil kehidupan manusia. Karena itu maka
kebudayaan tidak bersifat statis dan kaku. Kebudayaan akan selalu berubah

Perubahan ini dipengaruhi oleh :

– Komunikasi antar masyarakat. Tingkat komunikasi banyak ditentukan oleh tingkat teknologi. Semakin
tinggi tingkat teknologi, semakin cepat perubahan terjadi.

– Kebebasan-kebebasan individu. Kebebasan ini dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan setiap individu

– Perubahan lingkungan fisik

Wujud Arsitektur Sebagai Manifestasi Hubungan Manusia Dan Lingkungan

Gelombang peradaban manusia memiliki kaitan dengan sikap dan orientasi manusia terhadap alamnya.
Gelombang peradaban di dalam kebudayaan manusia dibagi menjadi 3 tahapan besar ( Alvin Toffler):

1. Pertanian/agraris
Orientasi nilai dalam tahapan agraris adalah ketergantungan manusia pada lingkungan alam. Manusia
menjadi sangat tergantung pada alam. Orientasi ini cenderung mendorong manusia menjadi pasrah
terhadap kondisi alam.

Pada tahap ini, hasil-hasil karya arsitektural cenderung mengandung makna ketakutan manusia
terhadap alamnya, yang dikaitkan dengan masalah-masalah mitis atau kekuatan-kekuatan gaib yang
berada di luar diri manusia.

2. Industri

Orientasi nilai dalam tahapan industri adalah manusia ingin menguasai alam. Alam dieksploitasi untuk
kepentingan manusia. Hal ini mendorong terjadinya kerusakan-kerusakan lingkungan alam

Pada tahap ini hasil karya arsitektural cenderung menjadi wujud-wujud yang kurang terintegrasi dengan
alamnya. Hasil karya tersebut menjadi lepas dari lingkungan alamnya.

3. Pascaindustri

Orientasi nilai dalam tahapan pascaindustri adalah manusia cenderung mencari keselarasan dengan
lingkungan. Hal ini mendorong manusia untuk berusaha mencari cara bagi penyelamatan lingkungan
alamnya.

Pada tahap ini alam tidak lagi menjadi dogma di dalam perwujudan hasil karya arsitektural. Alam
merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan bagi usaha-usaha pemanfaatannya, dan
penyerasian arsitektur dengannya maupun penyelamatannya.

Kesimpulan :

Wujud arsitektur merupakan ungkapan makna sosial budaya manusia. Makna sosial budaya itu sendiri
dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya mereka. Nilai-nilai ini pada hakekatnya ditentukan oleh lingkungan
manusia yang terdiri dari lingkungan alami, lingkungan fisik buatan dan lingkungan sosial. Hubungan
antara manusia dengan lingkungannya ini selalu mengalami dinamika atau perubahan. Perubahan ini
menimbulkan adanya perubahan pula pada nilai-nilai budaya meraka. Tahap selanjutnya adalah bahwa
perubahan nilai-nilai budaya tersebut melahirkan karya arsitektural yang selalu berubah. Dengan kata
lain, perkembangan karya arsitektural selalu mengikuti perkembangan nilai-nilai budaya yang terdapat
pada masyarakat yang melahirkan perkembangan pada lingkungan alami, fisik dan sosial mereka.
ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

oleh

Hamah Sagrim

Secara garis besar, Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan. Karena isi daripada kebudayaan
mencakup keseluruhan sistem gagasan, ide, tindakan, pola hidup, dan karya manusia. Dengan demikian,
maka arsitektur adalah bagian daripada kebudayaan.

A. PENGERTIAN BUDAYA

Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan arti
budhi atau akal, oleh karena itu kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan
dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya,
yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa (Koenjaraningrat, Etnografi Papua, 1982).

Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan,
tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. Dapat kita lengkapi lagi, bahwa budya adalah gagasan
dunia dan orientasi hidup. Hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan. Menurut ilmu
Arsitektur, manusia yang memiliki budaya adalah manusia yang bisa membangun. Dan manusia yang
membangun arsitektur adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang
berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana, memiliki orientasi.

Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan
dengan belajar, antara lain, yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat
proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai
tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik
semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan. Kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah
perangkat model – model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan –
tindakannya. Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang
kegunaan operasionalnya bagi manusia untuk mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan –
lingkungan tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan
kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi.
Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprint” atau desain menyeluruh dalam
kehidupan. Kebudayaan itu sebenarnya merupakan ilmu pengetahuan yang tersusun melalui
pengalaman-pengalaman yang membudaya dalam kehidupan sehari-hari.

Wujud Budaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.

Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.

Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan
dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

b. Komponen BudayaBerdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua


komponen utama:

Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-
barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin
cuci.

Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu.

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik), yaitu:

1. Alat-alat produktif 2. Senjata

3. Wadah 4. Alat-Alat menyalakan Api

4. Makanan 5. Pakaian

6. Pakaian 7. Tempat Berlindung

8. Alat-alat transportasi

SISTEM PERBURUAN TRADISIONAL

b. Sistem Mata Pencaharian Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini
terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

a. Berburu dan meramu

b. Beternak

c. Bercocok Tanam di ladang

d. Menangkap ikan
c. Perburuan atau Berburu Perburuan atau berburu adalah praktik mengejar, menangkap, atau
membunuh hewan liar untuk dimakan, rekreasi, perdagangan, atau memanfaatkan hasil produknya
(seperti kulit, susu, gading dan lain-lain). Dalam penggunaannya, kata ini merujuk pada pemburuan yang
sah dan sesuai dengan hukum, sedangkan yang bertentangan dengan hukum disebut dengan perburuan
liar. Hewan yang disebut sebagai hewan buruan biasanya berupa mamalia berukuran sedang atau besar,
atau burung.

A. PENGERTIAN ARSITEKTUR

Para ilmuwan mengatakan bahwa Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.
Selain arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan, menurut kami arsitektur juga
berkaitan dengan kreasi otak. Dalam arti yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan
membangun keseluruhan pemikiran, yaitu lingkungan pemikiran melalui strategi berpikir, pola pikir,
atau kompleksitas rencana, dan strategi, yang kesemuanya merupakan suatu konsep rancangan otak.
Mengapa dikatakan bahwa arsitektur dalam artian tertentu mencakup pemikiran, strategi, rencana dan
lain-lain?. Seorang manusia yang mampu merencanakan dan merancang suatu agenda, ia dikatakan
sebagai seorang arsitek. Begituapula dapat kita katakan bahwa arsitektur merupakan hasil
rencana dan rancangan daripada pikiran. Arsitektur juga menyangkut pembangunan luar pikiran seperti
perencanaan dan perancangan, seprti gedung, kapal, mobil, sepeda, serta lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Itu semua adalah hasil daripada kreatifitas
rancangan awal dari otak yang diwujudnyatakan dalam bentuk objek. Walaupun dalam beberapa produk
tidak dilakukan oleh orang yang disiplin ilmu arsitektur, namun setiap orang yang memiliki kemampuan
merancang dan merencanakan sesuatu, dapat disebut sebagai arsitek. Sebagai contoh bahwa seorang
pelatih sepak bola selalu disebut sebagai arsitek Team, bukan karena ia menyelesaikan pendidikannya
pada disiplin ilmu arsitektur, tetapi karena seorang pelatih sepak bola selalu mendesain format kerja
team di lapangan, maka ia disebut sebagai arsitek, dengan demikian maka dapat kita katakana bahwa
Arsitektur merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan otak.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi,
humaniora, sejarah, filsafat, religi dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, “Arsitektur adalah ilmu yang
timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap
karya tersebut sebagai karya seni”. Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam
bidang musik, astronomi, dan sebagainya. Filsafat adalah salah satu ilmu yang utama di dalam
pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi, strukturalisme, post-strukturalisme,
dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif,
keamanan, situasi dan sebagainya), serta cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi).
Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih
maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang
menjadi keterampilan. Pada tahap inilah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga
menjadi hasil yang sukses. Walaupun para ilmuwan arsitektur mengatakan bahwa arsitektur moderen
merupakan suatu kesuksesan karya manusia, namun menurut kami jika bentuk arsitektur moderen itu
tidak mengandung nilai, kaidah dan predikat yang ada semenjak awal, maka bentuk bangunan moderen
tersebut hanyalah merupakan wadah tanpa identitas. Hal itu disebut sebagai generalisasi Evolusi
arsitektur. Generalisasi Evolusi arsitektur adalah totalitas perubahan bentuk tanpa sedikitpun
mempertahankan identitas arsitektur. Sebenarnya dalam sejarah arsitektur klasik, telah
menggambarkan bahwa, seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata
melanjutkan tradisi. Peran arsitek, meski senantiasa
berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog
antara masyarakat dengan sang arsitek, dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai
arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

B. MENDEFINISIKAN ARSITEKTUR

Arsitektur didefinisikan menurut para ilmuwan arsitektur terdahulu bahwa, arsitektur merupakan seni
dan ilmu merancang bangunan. Berangkat dari itu, maka kami mencoba mendefinisikan kembali
arsitektur menjadi duaa bagian utama, yaitu:

1. Arsitektur Merupakan ilmu yang mengkaji tentang bangunan dan seni membangun.

2. Arsitektur Merupakan ilmu yang mempelajari seluk - beluk tentang bangunan arsitektur yang
melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman nilai bangunan arsitektural.

a. Menyoroti Ilmu Arsitektur Melalui Lima Permasalahan Tentang Perkembangan Bangunan


Arsitektur.

Dengan kita mendefinisikan arsitektur, maka kita dapat menyoroti arsitektur melalui lima
permasalahan tentang perkembangan bangunan arsitektural menurut kami, sebagai berikut:

1. Perkembangan arsitektur sebagai wujud perilaku bentuk.

2. Terjadinya aneka bentuk aliran arsitektur dilihat dari perilaku sosial budaya masyarakat
setempat sebagai akar pembentukkan.

3. Sejarah asal usul, dan perkembangan serta penyebaran berbagai macam aliran arsitektur
diseluruh dunia, bersamaan dengan penyebaran manusia sebagai pelaku dan aplikator
pengetahuan arsitektur.

4. Persebaran manusia dan terjadinya aneka aliran arsitektur, merupakan wujud nyata
warna kebudayaan manusia dalam perilaku hidupnya.

5. Dasar-dasar aneka aliran arsitektur dalam kehidupan masyarakat merupakan wujud


pengetahuan dan keterampilan manusia melalui kreatifitas berpikir dan perilaku serta
keinginan dan rasa serta karsa.
C. CABANG-CABANG ILMU ARSITEKTUR

Selain cabang-cabang ilmu arsitektur yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan arsitektur terdahulu
seperti (Vitruvius, Rapoport, O’Gorman, Le Corbusier, dll), seperti arsitektur fenomenologi, arsitektur
post moderen dan lain sebagainya, menurut kami, arsitektur dapat diurai dalam dua cabang utama
dengan bagian-bagian elemen lain, yaitu:

1. Arsitektur Fisik

a. Arsomotologi

Cabang ilmu arsitektur yang mempelajari dan mengkaji tentang terjadinya bentuk-bentuk arsitektur,
dipandang dari ciri aliran, bentuk (fisik) sebagai suatu perwujudan objek, maupun wujud yang tidak
tampak sebagai objek (Filosofis) sebagai unsur nilai yang dapat diistilasi sebagai simbol. Sebagai contoh
simbol adalah yang sering kita jumpai pada ornament-ornament bangunan.

b. Palaeoarsitektur

Cabang ilmu arsitektur yang mengkaji asal usul terjadinya suatu bentuk aliran aristektur dengan
menggunakan bukti-bukti outentik, fosil, dan benda-benda peninggalan lain sebagai objeknya. Sebagai
contoh Suku bangsa orang Jawa mempelajari asal usul arsitektur Jawa pada relif candi Borobudur
sebagai bukti outentik.

2 Arsitektur Budaya

a. Prehistory Arsitektur

Cabang Ilmu arsitektur yang mempelajari perkembangan dan persebaran semua aliran
arsitektur pada zaman prasejarah.

b. Arsilinguistik

Cabang ilmu arsitektur yang mempelajari bahasa arsitektur dan tata bahasa sebutan terhadap
arsitektur dari berbagai bahasa suku bangsa yang tersebar di dunia. Contoh bahasa arsitektur adalah
seperti gedung gereja, ketika kita melihat Salib pada sebuah bangunan kita akan katakan pada diri kita
bahwa itu sebuah bangunan ibadah orang Kristen/Gereja. Simbol salib sebagai bahasa arsitektur yang
berbicara kepada kita, dan masih banyak bentuk simbol-simbol pada bangunan lain yang bisa
berkomunikasi dengan manusia. Sedangkan tata bahasa sebutan terhadap arsitektur berkaitan dengan
ucapan-ucapan dan sebutan bangunan dengan bahasa masing-masing suku bangsa, misalnya bahasa
inggris menyebut gedung adalah Building, bahasa Indonesia adalah Gedung, dan bahasa Jawa Omah dan
yang lain sebagainya.

c. Etnoarsitektur

Cabang ilmu arsitektur yang mempelajari tentang aliran arsitektur melalui pengkajian tentang
kebudayaan dalam aristektural yang tersebar di muka bumi.
d. Psikoarsitektur

Cabang ilmu arsitektur yang mengkaji tentang masalah kepribadian dan perilaku arsitektur. Artinya
suatu bentuk arsitektur tidak sekedar sebagai wadah, tetapi arsitektur harus memberikan nuansa yang
lain termasuk sentuhan psikologi.

e. Arsitektur Spesialisasi

Cabang ilmu arsitektur yang khusus mengkaji arsitektur terhadap masalah-masalah praktis dalam
perkembangan dan perilaku arsitektur yang berkaitan dengan sosial, budaya dan politik masyarakat.
Masalah-masalah yang dipelajari adalah: Perkotaan, Ekonomi, Politik, Kependudukan, Kesehatan,
kejiwaan, Pendidikan, Ekonomi dan Agama.

f. Arsitektur terapan

Cabang ilmu arsitektur yang mempelajari bagian arsitektur yang digunakan untuk tujuan-tujuan
praktis.
HUBUNGAN ANTARA ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

PENGERTIAN ARSITEKTUR

Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon.

Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang berdiri
kokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis
statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukang ahli
bangunan yang utama.

Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli karya) atau
magister lapidum (guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir, kaisar-kaisar Roma, dan
dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki profesi politik tinggi, sebab gengsi dan
kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara.

Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat
bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman, pemahat). Namun
yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa Jawa Kuna, Vasthuvidya atau
Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu kebijaksanaan; wastu = bangunan).

PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang
kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan darikata majemuk
budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa.

Di dalam masyarakat kebudayaan diartikan “The general body of the art” yang meliputi seni sastra,
seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan
bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk social
digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan
lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan
mendasari dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul.
Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai
kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam
alam pikiran manusia. Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya:
mitis, ontologis, fungsional.

Skema Kebudayaan :

HUBUNGAN ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

Masyarakat tiap daerah mempunyai kemampuan dan kreativitas yang berbeda dalam mengadaptasi
dan mengolah kebudayaan baru. Hal ini mempengaruhi dan mengakibatkan bervariasinya hasil-hasil
budaya itu, antara lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya
daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk , fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan,
dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat
yang bersangkutan.

Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi: agama,
ocial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu perwujudan
kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan
(estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan, teknologi,
asosiasi, estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang tepat.

Sebagaimana setiap suku bangsa mempunyai corak rumah masing-masing baik bentuk maupun
fungsi dari rumah tinggal yang di huninya. Rumah tempat tinggal dapat berlainan menurut ukuran serta
kemewahannya, karena sebuah rumah orang Jawa dapat juga memperlihatkan bagaimana status ocial
dari penghuninya. Arsitektur merupakan salah satu hasil budaya yang dapat menunjukkan identitas
masyarakat pendukungnya.

Skema Hubungan Arsitektur dengan Kebudayaan :


CIRI BUDAYA ARSITEKTUR

Bila kita membicarakan ciri budaya dalam arsitektur, akan menyangkut dua segi:

Apa ciri yang ingin diungkapkan

Bagaimana ciri tersebut diungkapkan.

Karya arsitektur akan selalu mencerminkan ciri budaya dari kelompok menusia yang terlibat dalam
proses penciptaannya. Sekurang-kurangnya akan tercermin tata nilai yang mereka anut. Dengan
demikian kalau kita secara cermat mengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka lambat
laun akam mengenali cirri budaya masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai