NIM : B022221006
Metode Penelitian dan Logika Hukum - Kelas A
Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.S.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu dampak dari kemajuan dibidang ekonomi adalah
tersedianya berbagai kebutuhan manusia di pasar. Pada zaman lampau
kebutuhan akan tanah misalnya belum terlalu menjadi perhatian utama
karena jumlah penduduk masih sangat terbatas. Namun jika melihat
kondisi sekarang, tanah telah berubah menjadi komoditas ekonomi.
Karena telah menjadi komoditas ekonomi, maka tidak jarang dapat
disaksikan perkara-perkara tanah yang ditangani di pengadilan, berawal
dari jual beli tanah warisan. Tanah yang dijual tersebut adalah tanah
warisan yang belum dibagi, oleh salah satu dari anggota keluarga tanpa
diketahui oleh anggota keluarga lainnya dijual kepada orang lain.
Demikian pula dapat disaksikan perkara atas tanah dan bangunan dari
asset gono gini pasangan suami isteri yang telah bercerai, dimana salah
satu pihak dari mereka telah menjual tanah dan bangunan tersebut tanpa
lagi menghiraukan bahwa asset tersebut tidak sepenunya adalah milikya,
karena secara hukum harta gono gini masih ada hak pihak lain melekat
didalamnya.
Asas hukum Nemo Plus Yuris atau asas “Nemo Plus Juris Transferre
Potest Quam Ipse Hebet”. Asas ini menyatakan bahwa seseorang tidak
dapat mengalihkan haknya melebihi hak yang ada padanya. Dengan kata
lain, seseorang tidak berhak atas suatu bidang tanah tertentu dengan
sendirinya tidak dapat melakukan suatu perbuatan hukum seperti
mendaftarkan tanah tersebut seolah-olah miliknya apalagi sampai
mengalihkan tanah tersebut kepada orang lain dengan cara jual beli.
Asas hukum ini bertujuan untuk mencegah dari kesewenangan
subyek hukum untuk melakukan tindakan atau perbuatan melawan
hukum atas hak milik orang lain. Sebagaimana diketahui hak milik secara
konstitusional dijamin adanya dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam Pasal 28 Ayat (4) ditegaskan : “Setiap orang berhak
mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun”.
Begitu pentingnya hak milik seseorang sehingga konstitusi
mengaturnya, menandakan bahwa hak milik yang dipunyai seseorang
harus senantiasa mendapat perlindungan hukum dan perlindungan
hukum yang dimaksud harus dikawal oleh Asas Nemo Plus Yuris, agar
hak milik individu atas tanah yang dimiliki seseorang dapat tetap terjaga
jika suatu saat telah dialihkan kepemilikannya kepada orang lain dengan
cara jual beli.
Meskipun Asas Nemo Plus Yuris bermaksud untuk melindungi
pemilik sejati akibat perbuatan hukum orang lain yang semena-mena,
namun dalam penerapannya sangat tergantung pada niat atau itikad baik
dari subyek hukum dalam melakukan perbuatan hukum jual beli agar
jangan sampai si penjual menjual tanah kepada pembeli yang sebenarnya
bukan hak miliknya.
Sistem pendaftaran tanah yang dipakai di suatu negara tergantung
pada asas hukum yang dianut negara tersebut dalam mengalihkan hak
atas tanahnya. Terdapat dua macam asas hukum yaitu asas itikad baik
dan Asas Nemo Plus Yuris. Sekalipun sesuatu negara menganut salah
satu asas hukum/sistem pendaftaran tanah, tetapi yang secara murni
menganut salah satu asas hukum/sistem hukum pendaftaran tanah
tersebut boleh dikatakan tidak ada. Hal ini karena kedua asas
hukum/sistem pendaftaran tanah tersebut sama-sama mempunyai
kelebihan dan kekurangan sehingga setiap negara mencari jalan keluar
sendiri-sendiriAsas itikad baik berbunyi, orang yang memperoleh sesuatu
hak dengan itikad baik akan tetap menjadi pemegang hak yang sah
menurut hukum. Asas ini bertujuan untuk melindungi orang yang beritikad
baik.
Selain itu pula, karena yang menjadi obyek jual beli adalah hak milik
atas tanah maka harus pula dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
mengatur tentang jual beli tanah. Karema hak milik atas tanah adalah
benda tidak bergerak terdaftar maka prosedurnya harus melalui pejabat
pembuatan akta tanah (PPAT) baik oleh camat sebagai PPAT maupun
notaris PPAT, dan berbagai dokumen yang dibutuhkan sebagai
kelengkapan dalam menerbitkan akta jual beli hak atas tanah.
Secara administratif PPAT harus memastikan identitas para pihak
dan memeriksa dokumen yang disyaratkan dengan teliti, sebab proses
peralihan hak milik atas tanah tidak saja membutuhkan keterlibatan PPAT
dalam menerbitkan akta jual beli, tetapi masih dibutuhkan proses lebih
lanjut sampai pada tingkat pendaftarannya di kantor Agraria dan Tata
Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR-BPN) untuk diterbitakan
sertipikat hak milik sebagai bukti kepemilikan atas sebidang tanah.
Meskipun jual beli sebidang tanah telah melalui proses sebgaimana
dikemukakan di atas sampai pada diterbitkannya seritipkat hak milik atas
tanah oleh kantor ATR-BPN yang ditelah dipegang oleh pembeli, namun
tidak jarang dapat disaksikan perbuatan hukum jual beli tanah tersebut
masih saja dipersoalkan oleh pihak lain, bahkan digugat sampai
berperkara di pengadilan.
Bagaimana sebenarnya penerapan Asas Nemo Plus Yuris secara
ideal sehingga tidak menimbulkan permasalahan hukum dikemudian hari
baik bagi pihak penjual maupun pembeli atas obyek hak milik atas tanah
yang diperjual belikan dan dapat menjamin hak dari pemilik sejati, penulis
tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah berbentuk
skripsi dengan judul “Penerapan Asas Nemo Plus Yuris Dalam Transaksi
Jual Beli Hak Milik Atas Tanah”.
Pada kenyataannya, di dalam praktek dapat ditemukan kasus-kasus
yang berkaitan dengan sengketa kepemilikan hak atas tanah yang
diakibatkan oleh pengalihan hak yang dilakukan oleh orang yang bukan
pemilik sebenarnya dari tanah tersebut. Permasalahan ini akan menjadi
lebih rumit ketika Kantor Pertanahan telah menerbitkan sertipikat hak atas
tanah. Sebagaimana yang diketahui bahwa setipikat merupakan surat
tanda bukti kepemilikan hak atas tanah. Dengan demikian, pemilik tanah
yang sebenarnya akan dirugikan dengan diterbitkannya sertipikat
tersebut.
Dengan dilakukannya peralihan hak atas tanah oleh orang yang
bukan merupakan pemilik sebenarnya dari tanah yang dialihkan, maka
perbuatannya itu jelas telah melanggar asas yang berlaku pada kegiatan
pendaftran tanah, yaitu Asas Nemo Plus Yuris. Hal ini juga tentunya akan
berakibat pada sah atau tidaknya pernjanjian yang dibuat antara para
pihak.
Apabila hak yang digunaka sebagai dasar pendaftaran hak atas
tanahnya saja tidak sah, maka status hukum dari sertipikatnya pun ikut
menjadi tidak sah. Sertipikat yang mempunyai kekuatan sebagai tanda
bukti hak yang seharusnya dapat memberikan kepastian dan
perlindungan hukum bagi pemegangnya pun menjadi hilang. Berdasarkan
permasalahan yang terjadi di atas, dapat dilakukan pembahasan sesuai
dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yang berkaitan dengan syarat
sahnya perjanjian. Perbuatan mengalihkan hak atas tanah yang bukan
menjadi haknya adalah melanggar ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata,
yaitu suatu sebab yang halal. Dikarenakan poin suatu sebab yang halal
dilanggar, maka perjanjian yang dibuat oleh para pihak pun menjadi batal
demi hukum, yang berarti bahwa sejak semula dianggap tidak pernah
terjadi suatu perikatan atau perjanjian. Hal tersebut akan membawa
akibat pada tidak sahnya pendaftaran peralihan hak atas tanahnya.
Dengan demikian, karena perjanjian yang digunakan sebagai alasan hak
untuk melakukan pendaftaran tanah menjadi batal demi hukum, maka
sertipikat hak atas tanah yang terbit karena adanya perbuatan tersebut di
atas dapat dibatalkan. Pemilik atau pemegang hak atas tanah yang
sebemarnya dapat mengajukan permohonan pembatalan sertipikat yang
telah diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), baik melalui
proses peradilan maupun di luar pengadilan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Asas Nemo Plus Yuris dalam transaksi jual
beli hak milik atas tanah untuk mendapatkan kepastian hukum dan
perlindugan bagi pemilik sejati?
2. Bagaimana akibat tidak diterapkannya hukum Asas Nemo Plus
Yuris dalam transaksi jual beli hak milik atas tanah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan penerapan Asas Nemo Plus
Yuris dalam transaksi jual beli hak milik atas tanah dalam upaya
memeberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemilik sejati.
D. Manfaat Penelitian
E. Orisinalitas Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Asas nemo plus yuris dalam sistem publikasi negatif berarti tidak seorangpun
dapat mengalihkan hak yang lebih besar daripada yang ia miliki. Tujuannya
adalah untuk melindungi pemegang hak atas tanah yang sebenarnya dari
tindakan orang lain yang mengalihkan hak tersebut tanpa diketahui si pemegang
hak sejati. Ciri pokok sistem negatif adalah bahwa pendaftaran tanah tidaklah
menjamin nama-nama yang terdaftar adalah mutlak tidak dapat dibantah jika
ternyata nama yang terdaftar tersebut bukanlah pemilik sebenarnya. Ciri pokok
lain pejabat balik nama berperan pasif, artinya pejabat yang bersangkutan tidak
berkewajiban menyelidiki kebenaran dan surat-surat yang diberikan kepadanya.
Sebagai bentuk dalam perlindungan hukum bagi pemegang sah hak atas
tanah apabila terjadi suatu sengketa tanah, misalnya terbitnya suatu sertifikat
atas nama orang yang tidak berhak, asas yang digunakan dalam hal ini adalah
asas nemo plus yuris, yakni melindungi pemegang hak atas tanah yang
sebenarnya dan tindakan orang lain yang mengalihkannya tanpa diketahui oleh
pemegang hak sebenarnya. Hak atas tanah adalah hak yang memberikan
wewenang kepada pemegang hak atas tanah, untuk mengolah, memakai,
menjual, mengalihkan, menggunakan dan lain sebagainya di atas tanah yang di
hakinya itu.
Asas nemo plus yuris artinya, tak seorangpun dapat mengalihkan hak yang
lebih besar dariapada yang ia miliki. Tujuannya, melindungi pemegang hak atas
tanah yang sebenarnya dari tindakan orang lain yang mengalihkan hal tersebut
tanpa diketahui si pemegang hak sejati.
Penerapan Asas Nemo Plus Yuris
TEORI TEORI
KEPASTIAN PERLINDUGAN
HUKUM HUKUM
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
B. Metode Pendekatan
a. Pendekatan Kasus
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas. Adapun bahan hukum primer terdiri dari: