KUMPULAN YURISPRUDENSI
DAN PUTUSAN PILIHAN
PERDATA & TATA USAHA NEGARA
SENGKETA
TANAH
KUMPULAN YURISPRUDENSI
DAN PUTUSAN PILIHAN
PERDATA & TATA USAHA NEGARA
TENTANG
SENGKETA TANAH
i
ii
PENGANTAR
iii
Semoga Pedoman materi ini dapat memberi
manfaat.
iv
DAFTAR ISI
1) Yurisprudensi ..................................................... 6
1) Yurisprudensi ...................................................... 29
v
JURISPRUDENSI DAN PUTUSAN PILIHAN
SENGKETA TANAH
Jawab:
Agama Islam melarang mendhalimi orang lain
termasuk seorang ahli waris atau diantara ahli
waris yang menjual harta warisan yang masih
atas nama orang tuanya tanpa persetujuan ahli
waris lainnya.
2
menunjukan bahwa tanah objek jual beli
adalah milik penjual.
- Pembelian dilakukan dengan harga yang
layak.
b) Melakukan kehati-hatian dengan meneliti
hal-hal yang berkaitan dengan objek Tanah
yang diperjanjikan, antara lain:
- Penjual adalah orang yang
berhak/memiliki hak atas tanah yang
menjadi objek jual beli, sesuai dengan
bukti kepemilikannya, atau
- Tanah/objek yang diperjualbelikan
tersebut tidak dalam status disita, atau
- Terhadap objek yang diperjualbelikan
tidak dalam status jaminan/hak
tanggungan, atau
- Terhadap Tanah yang bersertifikat telah
memperoleh keterangan dari BPN dan
riwayat hubungan hukum antara tanah
tersebut dengan pemegang sertifikat.
3
keperdataannya dapat menempuh proses
gugatan perdata.
4
sengketa perdata harus melalui tahap pengujian
yuridis sebagai berikut:
Hakim TUN dalam menguji keabsahan KTUN objek
sengketa melalui beberapa aspek yaitu:
a. Aspek kewenangan Pejabat TUN tersebut;
b. Aspek prosedural penerbitan KTUN tersebut;
c. Aspek material substansial pendukung terbitnya
KTUN objek sengketa.
Ketiga aspek tersebut diuji secara tertib dan
berurutan dari Nomor 1 sampai dengan 3. Hakim
TUN akan menyimpulkan bahwa sengketa TUN
tersebut sebagai sengketa Perdata, manakala
semua aspek tersebut telah lolos dan tidak
mengandung cacat yuridis. Hanya tinggal satu-
satunya “aspek substansi hak dari objek yang di
atasnya diterbitkan KTUN objek sengketa” yang
belum terjawab. Tanpa menguji substansi “Hak”
tersebut, maka Hakim TUN belum dapat
menentukan keabsahan KTUN objek sengketa. Hal
ini perlu ditegaskan semata-mata untuk
menghormati berlakunya “asas Prae Sumtio Iustae
Causa”.
Dan wewenang untuk menguji substansi “Hak”
adalah kewenangan absolut Hakim Perdata,
sehingga gugatan harus dinyatakan tidak dapat
diterima alias N.O.
Dalam sengketa TUN tidak ada proses
contradiktoir, sehingga kalau sudah kelihatan
tanda-tanda ada sengketa keperdataan tidak
perlu dilakukan pengujian secara keseluruhan
tentang kewenangan, prosedur dan substansi
suatu keputusan TUN.
5
hak atas tanah yang tumpang tindih, hakim dapat
membatalkan sertipikat yang terbit kemudian,
dengan syarat :
a. Pemegang sertipikat yang terbit terlebih dahulu
menguasai fisik tanah dengan itikad baik; atau
b. Riwayat hak atau penguasaannya jelas dan
tidak terputus; atau
c. Prosedur penerbitan sertipikat yang terbit
terlebih dahulu sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Dalam hal tidak terpenuhinya syarat sebagaimana
poin a atau b atau c diatas maka masalah
kepemilikan terlebih dahulu harus diselesaikan
melalui proses perkara perdata.
2. Putusan Pilihan
a. Putusan Perdata
1) Yurisprudensi :
6
Yurisprudensi : Putusan MA No. 053K/SIP/1967
Penggugat menggugat tergugat i, yang menyewa
tanahnya, tetapi kemudian oleh tergugat i tanah
diberikan kepada tergugat ii
7
Melanggar Hukum “, karangan Chaidir Ali, SH.)
Bahwa dengan tidak dipenuhinya syarat „ terang„
tersebut diatas maka sudah barang tentu jual beli
yang demikian adalah tidak sah oleh karenanya
harus dibatalkan,
Catatan :
Bahwa „terang‟ bukanlah berarti hanya terbatas
sekedar diketahui Kepala Kampung saja, namun
lebih dari itu yakni apakah obyek / barang yang
akan dipindah-tangankan tersebut benar-benar
milik si penjual. Jelasnya bukan suatu obyek
barang yang belum jelas status hak milik.
(Putusan PN Amuntai tanggal 10-4-1979 Nomor:
11/1978.Pdt/G/PN.Amt. yang berkekuatan hukum
tetap sebagai Yurisprudensi (dimuat dalam buku
“ Himpunan Putusan-putusan Pengadilan Negeri,
jilid II , Perdata dan Acara Perdata 1988 “,
terbitan Ditjen Pembinaan Badan Peradilan
Umum, Departemen Kehakiman, Jakarta, 1988,
hal. 158 )
8
ruangan-ruangan sengketa untuk usaha dibidang
perdagangan dan jasa-jasa
10
Yurisprudensi : Putusan MA No. 148K/SIP/1976
Pemisahan harta peninggalan dalam perkara ini
tidak termasuk wewenang camat
11
Yurisprudensi : Putusan MA No. 665K/SIP/1979
Dengan telah terjadinya jual beli antara penjual
dan pembeli yang diketahui oleh kepala kampung
yang bersangkutan dan dihadiri oleh dua orang
saksi, serta diterimanya harga pembelian oleh
penjual, maka jual beli itu sudah sah menurut
hukum, sekalipun belum dilaksanakan dihadapan
pejabat pembuat akte tanah
12
Yurisprudensi : Putusan MA No. 607K/SIP/1983
Perjanjian jual beli tanah antara penggugat
dengan tergugat pada tanggal 12 oktober 1981
tersebut adalah sah dan dengan demikian kedua
pihak harus menyelesaikan surat jual beli dan
balik nama tanahnya pada instansi agraria
setempat
13
dengan ceroboh, ialah pada saat pembelian ia
sama sekali tidak meneliti hak dan status para
penjual atas tanah terperkara, karena itu ia tidak
pantas dilindungi dalam transaksi itu
14
Yurisprudensi : Putusan MA No. 4540K/PDT/1998
tgl 26 September 2000
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 2000)
Bahwa penerbitan sertifikat hak atas tanah
melalui "prona" (proyek nasional), bukan
ditentukan oleh status tanah asal, tetapi
merupakan cara pensertifikatan tanah dengan
proses cepat dan biaya ringan, karena mendapat
subsidi dari pemerintah,
Dengan pertimbangan a.l. :
Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum
tentang penerbitan sertifikat melalui prona, atas
pertimbangan yang menyatakan bahwa karena
terbitnya sertifikat tersebut melalui "Prona" maka
berarti bahwa tanah sengketa semula adalah
tanah Negara,
2) Putusan Pilihan :
18
kedua syarat pokok tersebut telah dipenuhi maka
perbuatan hukum jual beli tanah ini adalah syah
menurut hukum.
20
surat pernyataan sepihak yang tidak didukung
oleh bukti pembayaran, tidak mempunyai nilai
pembuktian tentang terjadinya jual beli tanah
objek sengketa;
Bahwa Sertipikat Hak Milik No. 2399/Desa
Sumberberas (T.T.1) yang diterbitkan Kantor
Pertanahan Banyuwangi yang proses
pembuatannya sesuai dengan prosedur dan
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan serta sesuai dengan Surat
Ukur No. 00026/2006 tanggal 28 April 2006
merupakan bukti otentik yang mempunyai nilai
pembuktian yang sempurna dan menentukan,
tanah objek sengketa milik Tergugat I, III dan IV
dalam Konvensi/Pengggugat Rekonvensi;
28
b. Pembeli beritikad baik
1) Yurisprudensi :
29
Yurisprudensi : Putusan MA No. 1816 K/Pdt/1989
tanggal 22 Oktober 1992
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1993)
Pembeli tidak dapat dikualifikasikan sebagai
yang beritikad baik, karena pembelian dilakukan
dengan ceroboh, ialah pada saar pembelian ia
sama sekali tidak meneliti hak dan status para
penjual atas tanah terperkara. Karena itu ia
tidak pantas dilindungi dalam transaksi itu.
Dalam hal penerbitan suatu sertifikat
mengandung kesalahan tehnis kadasteral,
Mendagri berwenang membatalkan sertifikat
berdasarkan pasal 12 jo pasal 14 Perda
Mendagri No. 6 Tahun 1972 (30 Juni 1972)
2) Putusan Pilihan :
30
Putusan MA No. 3152.K/Pdt/1990 tanggal 25 Juni
1996 (dalam Varia Peradilan bulan: September 1998)
Pembeli yang beritikad baik harus mendapat
perlindungan hukum, ex pasal 1977 (1) BW.
Kepada pembeli yang beritikad baik tersebut
diatas, diberikan hak untuk memperoleh ganti
rugi uang (penggantian segala biaya) dari pihak
penjualnya, sebesar uang harga pembelian
barang ditambah dengan bungan 18% pertahun
terhitung sejak gugatan terdaftar di
kepaniteraaan Pengadilan Negeri.
31
Putusan MA No. 788 K/Pdt/2012 (Pertimbangan
halaman 35 )
Bahwa Judex Facti (pengadilan Tinggi) salah
dalam menerapkan hukum khususnya dalam
memepertimbangkan mengenai alat bukti berupa
surat perjanjian hutang piutang antara
Penggugat I/Termohon Kasasi I dengan Tergugat
I/Pemohon Kasasi I, yang didukung dengan bukti
kwitansi penerimaan uang. Bahwa obyek
sengketa telah di jadikan jaminan hutang piutang
tersebut dan telah disepakati memberikan surat
kuasa notarial untuk menjual obyek sengketa;
Bahwa maksud surat kuasa menjual tersebut
guna melindungi kepentingan kreditur apabila
debitur wanprestasi, sehingga surat kuasa
tersebut bukan merupakan bentuk surat kuasa
mutlak sebagaimana dimaksud oleh instruksi
Menteri Dalam negeri RI No.14 tahun 1982,
dengan demikian perbuatan hukum Tergugat
I/Pemohon I untuk mengalihkan obyek sengketa
kepada Tergugat II/Pemohon Kasasi II, telah
sesuai dengan prinsip peralihan hak atas tanah;
Bahwa peralihan hak atas obyek sengketa
berdasarkan akta otentik yang mempunyai
kekuatan bukti sempurna dan para
Penggugat/para Pemohon Kasasi tidak dapat
menyangkal kekuatan bukti tersebut. Oleh karena
itu Pemohon Kasasi II adalah pembeli yang
beritikat baik dan harus dilindungi hak-haknya;
Bahwa perjanjian hutang-piutang antara
Penggugat atau Nyonya Hoiriah dengan
Tergugat I Dewanto Attan tanggal 6 April 2009
dan addendum perjanjian hutangpiutang tanggal
15 Januari 2010, sesuai dengan Pasal 1338
KUHPerdata berlaku sebagai undang-undang
bagi Penggugat I dan Tergugat I;
Bahwa dalam addendum perjanjian hutang-
piutang tersebut disebutkan hutang Penggugat I
32
Hoiriah besarnya Rp975.000.000,-;
Bahwa Penggugat tidak dapat membuktikan
bahwa baik perjanjian hutang piutang maupun
addendum atas perjanjian hutang piutang adalah
tidak sah;
Bahwa obyek sengketa dalam perjanjian hutang
piutang tidak dijadikan jaminan dan diikuti
dengan Surat Kuasa menjual kalau Penggugat
wanprestasi;
Bahwa Surat Kuasa menjual yaitu kuasa No.16
tidak dapat dikwalifikasi sebagai Surat Kuasa
mutlak sebagaimana yang dimaksud atas
instruksi Mendagri No. 14 tahun 1982 dan jual
beli obyek oleh Tergugat I kepada Tergugat II
yang dilakukan dengan sistem dengan prosedur
yang sah maka jual beli objek sengketa adalah
sah dan sebagai pembeli yang beritikad baik
Tergugat II/Pemohon Kasasi II harus dilindungi;
33
penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa (SHM 4878) dinyatakan “lepas dari
tuntutan” hukum dan harus diselesaikan secara
perdata;
b. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas,
maka Para Pemohon Peninjauan Kembali adalah
“Pemegang Hak Atas Tanah dengan iktikad baik,
oleh sebab itu harus dilindungi secara Pidana,
Perdata maupun Tata Usaha Negara;
34
ahliwaris dan hal ini sesuai dengan
yurisprudensi Mahkamah Agung dalam perkara
No. 1210 PK/AG/1985 tanggal 30 Juni 1987
35
karena tidak memiliki legal standing/kepentingan,
dimana tanah terperkara adalah tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara yang
didelegasikan kepada Tergugat untuk dikuasai
sebagai HPL, dan Penggugat sebagai Pemakai
Tanah berdasarkan HGB di atas tanah HPL
berdasarkan ijin pemakaian tanah dalam jangka
waktu yang ditentukan (vide halaman 97 Putusan
Nomor 697/Pdt.G/2008/PN.Sby.);
- Bahwa Para Penggugat sejak awal menghuni
obyek sengketa telah mengakui bahwa tanah
obyek sengketa yang ditempati adalah tanah yang
dikuasai oleh Tergugat II Intervensi dan
merupakan asset Pemerintah Daerah Surabaya;
36
sengketa sudah sejak lama dan turun temurun
sampai gugatan diajukan;
37
Perhatikan : “Pendapat Mahkamah Agung yang
melarang praktek jual beli atas tanah dengan
hak membeli kembali” ;
Seharusnya melihat Kronologi perbuatan/
peristiwa hukum tersebut, Termohon Kasasi
menerapkan prinsip kehati-hatian/kecermatan
untuk tidak melakukan pencatatan peralihan hak
(menunggu Putusan Pengadilan Perdata yang
berkekuatan hukum tetap) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa Surat Keputusan Objek Sengketa
mengandung cacat yuridis dari segi prosedural
maupun dari segi material substansialnya
38
objek sengketa berasal dari tanah adat yang
dibeli di bawah tangan dari orang tua Tergugat
II Intervensi yang bernama Mamiq Sayuman,
akan tetapi pada sertifikat objek sengketa
tercantum asal tanah adalah tanah negara dan
dasar penerbitannya adalah Surat Keputusan
Pemberian Hak dari Kepala Kantor Pertnahan
Kab.Lombok Tengah (vide buktiT-5). Dengan
demikian, terdapat ketidakcocokan data yuridis
pada proses penerbitan sertifikat objek sengketa
sebagaimana dipertimbangkan oleh Judex facti
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram;
- Bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat
telah terbukti tumpang tindih antara tanah pada
sertifikat objek sengketa dan tanah makam H. Ali
dan berdasarkan keterangan saksi-saksi secara
fisik tanah tersebut telah digunakan untuk
kepentingan makam keluarga H. Ali dan
masyarakat sebagaimana dipertimbangkan oleh
Judex facti Pengadilan Tata Usaha Negara
Mataram. Dengan demikian, tanpa menunggu
terlebih dahulu putusan dari Peradilan Umum,
hakim pada Peradilan Tata Usaha Negara dapat
menilai keabsahan sertifikat objek sengketa dari
apek proseduralnya
39
Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung tanggal
23 Juli 2015;
-Bahwa terhadap keputusan objek sengketa yang
terbit tanggal 15 Februari 1992, sebelumnya
telah ada Sertipikat Hak Milik Nomor 283/Desa
Plered tanggal 24 Desember 1980 a.n. Tin
Achmad (yang telah diperbaharui dengan
Sertipikat Hak Milik Nomor 0780/Desa Plered
tanggal 29 Desember 2000) berdasarkan Akta
Jual Beli tanggal 14 Juli 1980, yang dibeli
Penggugat dari ahli waris almarhum H. Uwi;
-Bahwa tindakan hukum Tergugat menerbitkan
keputusan objek sengketa bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yaitu Pasal 3
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan asas-asas
umum pemerintahan yang baik yaitu asas
kecermatan;
40
Putusan MA No. 28 PK/TUN/2019 tanggal 8 April
2019 Pertimbangan hlm. 11
-Bahwa berdasarkan bukti baru (novum)
ternyata Surat Kuasa yang dijadikan dasar
peralihan hak sertipikat a quo dinyatakan sah
oleh putusan hakim perdata yang sudah
berkekuatan hukum tetap. Dengan demikian
pencatatan peralihan hak harus dinyatakan sah,
sehingga putusan Peradilan Tata Usaha Negara
harus mendukung pelaksanaan putusan
Peradilan Perdata;
Bahwa pada hakekatnya sertipikat hak milik
yang dikeluarkan oleh Tergugat merupakan
bukti hak milik dan menurut putusan hakim
perdata yang berwenang memutus sengketa
keperdataan telah dinyatakan peralihan hak
milik dari Penggugat ke Ratna Indrawati adalah
sah dan berkekuatan hukum, maka sertipikat hak
milik objek sengketa a quo atas nama Ratna
Indrawati tetap berlaku untuk itu permohonan
Peninjauan Kembali harus dikabulkan dan
membatalkan putusan kasasi;
41
akan tetapi berdasarkan pemohonan yang
diajukan Termohon Peninjauan Kembali, ternyata
Termohon Peninjauan Kembali hanya
menyerahkan Perjanjian Ikatan Jual
Beli, Kuasa Untuk Menjual (vide bukti P.3.5)
dihubungkan dengan permohonan pendaftaran
objek pajak baru dari Termohon Peninjauan
Kembali (vide bukti P-3.2), sehingga untuk
melindungi kepentingan hukum pihak lain terkait
dengan tanah yang bersangkutan maka beralasan
hukum permohonan dari Termohon Peninjauan
Kembali belum dapat dipenuhi sampai
dipenuhinya semua syarat secara kumulatif;
42
Kembali atau Termohon Peninjauan Kembali
atau Turut Termohon Peninjauan Kembali II;
- Bahwa putusan Judex Juris dengan ketiadaan
warkah dalam dokumen pertanahan Tergugat
berakibat batalnya sertipikat hak milik atas
nama Pemohon Peninjauan Kembali adalah
tidak adil, karena kecerobohan Tergugat
(Kepala Kantor Pertanahan) menjadi beban
yuridis Pemohon Peninjauan Kembali;
43
Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK)
sebagaimana tertuang dalam Akta Notaris
Resnizar Anasrul, SH, MH. Nomor: 3 tanggal 18
November 2005 dan menyatakan tidak sah
kepengurusan Perkumpulan Lyceum Kristen
(PLK) sebagaimana tertuang dalam Akta Notaris
Diastuti, SH No. 23 tanggal 16 Agustus 2004.
Dengan demikian Pemohon Peninjauan Kembali
berhak mengajukan permohonan penerbitan
sertifikat HGB terhadap aset-aset yang dimiliki
oleh Perkumpulan Lyceum Kristen dahulu Het
Christelijk Lyceum (HCL) yaitu sertifikat HGB
No. 1223, HGB 1224, HGB 1228, HGB 1229,
HGB 1230, HGB 1231 dan HGB 1232 yang
berakhir pada tanggal 23 September 1980;
- Bahwa berdasarkan putusan perdata No.
245/Pdt.G/1991/PN.BDG tanggal 29 April 1992
jo No. 218/Pdt/1992/PT.Bdg jo No. 3263
K/Pdt/1992 jo No. 58 PK/Pdt/1995 tanggal 20
Juni 1997 menyatakan Tergugat telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum dan menyatakan
Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar
janji/wanprestasi, dan putus hubungan sewa
menyewa atas Penggugat dengan Tergugat
terhadap bangunan-bangunan gedung sengketa
dan menghukum Tergugat untuk membayar ganti
rugi kepada Penggugat sebesar Rp. 200.000.000,-
(Dua ratus juta Rupiah). Bahwa yang dimaksud
Penggugat dalam perkara tersebut adalah
Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) atau
Pemohon Peninjauan Kembali.
Bahwa sebelum HGB atas nama Perkumpulan
Lyceum Kristen dahulu Het Christelijk Lyceum
tersebut berakhir tanggal 23 September 1980
Penggugat telah mengajukan permohonan
perpanjangan HGB pada tanggal 15 November
1979, tanggal 31 Mei 1980, tanggal 24 Mei 1980,
namun permohonan tersebut tidak ditindaklanjuti
44
oleh Pejabat yang berwenang, padahal
sebenarnya Penggugat mempunyai hak Prioritas
untuk mendapatkan perpanjangan hak yang
sudah ada sebelumnya, akan tetapi Tergugat
bertindak lain dengan penerbitan sertifikat HGB
No. 30/Lebak Siliwangi atas nama yayasan
Badan Perguruan Sekolah Menengah Kristen
Jawa Barat (BPSMK-JB) tanggal 30 September
2010;
Oleh karenanya tindakan Tergugat bertentangan
dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana disebutkan dalam Pasal 25
Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor:
40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan
Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
khususnya Asas Kecermatan dan Asas Kepastian
Hukum;
Oleh karenanya penerbitan sertifikat HGB atas
nama Yayasan Badan Pengurus Sekolah
Menegah Kristen Jawa Barat bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku tersebut dan
harus dibatalkan;
45
Bahwa dari kedua Novum putusan pidana
tersebut (vide Novum PK-1 dan PK-2) terbukti
penguasaan tanah oleh Penggugat adalah secara
melawan hukum dan tanpa hak. Dengan demikian
tidak dapat dibenarkan bahwa Tergugat tidak
cermat menerbitkan sertifikat hak milik objek
sengketa;
46
bahwa Surat Keputusan objek sengketa
(Sertifikat Hak Milik Nomor 1134/Kelurahan
Pulo Brayan Bengkel) diterbitkan atas dasar
Surat Hibah yang didasarkan keterangan palsu
atau dipalsukan. Karena data yuridis sebagai
dasar penerbitan objek sengketa adalah palsu,
maka Surat Keputusan objek sengketa
mempunyai cacat yuridis, karena itu harus
dinyatakan batal dan dicabut;
47
- Bahwa yang dipermasalahkan dalam sengketa a
quo terkait dengan penetapan temuan baru Aset
Bekas Milik Asing/Cina (ABMA/C) terhadap
makam keluarga Liem milik Perkumpulan Hok
Bie, bukan menyangkut masalah eksistensi
perkumpulan Hok Bie in casu Termohon
Peninjauan Kembali/dahulu Penggugat. Serta
dari bukti-bukti T-19, T-20, T-21, T-22, dan T-27
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2)
dan ayat (3) juncto Pasal 3 ayat (1) dan (2)
juncto Pasal 4 ayat (1), ayat (2) serta Pasal 8
ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan
Negara Nomor Per-4/KN/2012 tentang Petunjuk
Teknis Penyelesaian Aset Bekas Milik
Asing/Cina, maka tindakan Tergugat telah sesuai
dengan prosedur dalam penerbitan keputusan
tata usaha negara objek sengketa a quo;
- Bahwa secara substansi tindakan Tergugat
dalam menerbitkan keputusan tata usaha negara
objek sengketa a quo tentang penyelesaian aset
tersebut sejalan dengan tujuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.
06/2008 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
154/PMK.06/2011 yaitu untuk mewujudkan
optimalisasi pengelolaan Aset Bekas Milik
Asing/Cina secara tertib, terarah dan akuntabel
untuk meningkatkan penerimaan negara dan/atau
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat;
48
dengan Keputusan Tata Usaha Negara obyek
sengketa, yang keduanya berasal dari
pemisahan Sertipikat Hak Guna Bangunan
Nomor 10 sisa;
• Bahwa karena Keputusan Tata Usaha Negara
obyek sengketa terbukti diterbitkan tumpang
tindih dengan Sertipikat Hak Guna Bangunan
milik Penggugat yang sudah ada lebih dulu,
maka Keputusan Tata Usaha Negara obyek
sengketa harus dibatalkan;
• Bahwa putusan Judex Juris yang menyatakan
bahwa Sertipikat Hak Guna Bangunan atas
nama Penggugat dan Keputusan Tata Usaha
Negara obyek sengketa berasal dari Hak Guna
Bangunan yang berbeda dan pemegang hak
yang berbeda, menjadi gugur dengan adanya
novum (bukti PK-1) tersebut, sehingga putusan
Judex Juris harus dibatalkan;
49
Putusan MA No. 50 K/TUN/2016 tanggal 22 Maret
2016, Pertimbangan hlm. 53
Bahwa sejak lama lahan lokasi objek sengketa
telah dikuasai oleh Tergugat II Intervensi
digunakan untuk Pusdiklat dan tercatat sebagai
aset Tergugat II Intervensi, pada sisi lain Para
Penggugat dengan segala buktinya telah
mengakui sebagai pemilik dari lahan objek
sengketa dan timbul pertanyaan mengapa Para
Penggugat tidak menguasai lahan tersebut. Oleh
karena itu sebelum menguji objek sengketa perlu
terlebih dahulu menentukan kepemilikan lahan
tersebut melalui prosedur peradilan
umum/perdata, disamping itu telah diperoleh
petunjuk terdapat putusan perdata pada tingkat
kasasi Mahkamah Agung Nomor 1364
K/Pdt/2010 tanggal 20 April 2011;
50
Utara) tidak cermat dalam menerbitkan Surat
Keputusan tersebut, karena Berita Acara Tim
Peneliti Tanah yang menjadi dasar penerbitan
Surat Keputusan a quo ternyata tidak sesuai
dengan keadaan fisik yang sebenarnya dan
secara yuridis Surat Keputusan tersebut sesuai
dengan ketentuan Pasal 1 dan Pasal 2 Surat
Keputusan Kepala Kantor Badan Pertanahan
Nasional No.12 Tahun 1992 dan Pasal 4 ayat (2)
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1995 ;
• Bahwa dengan pertimbangan tersebut diatas
maka Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Propinsi Sumatera Utara
No.23/HP/22.01/97 tanggal 9 Juni 1997
mengandung cacat yuridis dari segi substansi
materiilnya, sehingga harus dibatalkan ;
• Bahwa karena Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Propinsi Sumatera
Utara tersebut harus dinyatakan batal, maka
segala bentuk keputusan yang bersifat deritatif
dari Surat Keputusan tersebut harus juga
dinyatakan batal ;
51
sertifikat tanah objek sengketa Sertifikat Hak
Milik (SHM) Nomor 56, 57 dan 58/Desa Bhinor
tercatat atas nama Tergugat II
Intervensi/Pembanding I/Termohon Kasasi II
sekarang Termohon Peninjauan Kembali II
mengandung cacat hukum melanggar ketentuan:
2.1. Pasal 12 ayat (1) juncto Pasal 14 ayat (1)
juncto Pasal 15 ayat (2A) juncto Pasal 18 ayat
(1) juncto Pasal 20 Ayat (1) juncto Pasal 32 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
2.2. Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
2.3. Pasal 62 Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus pertanahan;
3. Oleh karena Sertifikat Hak Milik (SHM)
Nomor 56, 57 dan 58/Desa Bhinor tercatat atas
nama Tergugat II Intervensi mengandung cacat
hukum maka dengan sendirinya Tergugat telah
melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan Azas-Azas Umum Pemerintahan
yang Baik khususnya asas kecermatan dalam
proses menerbitkan sertifikat-sertifikat objek
sengketa;
52
atas nama Para Penggugat, telah dinyatakan
batal berdasarkan Putusan Pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap. Oleh karena
dasar terbitnya sertipikat a quo telah dinyatakan
batal, maka kedua sertipikat tersebut tidak
mempunyai landasan pijak lagi dan secara
mutatis mutandis juga harus dinyatakan batal.
Dengan demikian, tindakan hukum Tergugat
menerbitkan keputusan objek sengketa yang
berisi pembatalan kedua sertipikat di atas sudah
tepat, dan karenanya tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maupun asas-
asas umum pemerintahan yang baik;
53
tidak sepengetahuan Pemohon Peninjauan
Kembali/Penggugat sebagai pihak yang
berbatasan sepadan, sehingga bertentangan
dengan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 juncto Pasal 42 juncto Pasal 19
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997;
54
Putusan MA No. 78 PK/TUN/2019 tanggal 20 Juni
2019, Pertimbangan hlm. 5
- Bahwa selaras dengan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2016, tentang
Pemberlakukan Rumusan Hasil Rapat Pleno
Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016,
“Peralihan hak atas tanah berdasarkan
Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) secara
hukum terjadi jika pembeli tanah telah
membayar lunas harga tanah serta menguasai
objek jual beli dan dilakukan dengan itikad baik;
- Bahwa Penggugat mempunyai hak atau
kepentingan atas tanah yang disebutkan dalam
Sertipikat Hak Milik Nomor 704/Desa Pemokong
tersebut berdasarkan Akta Perjanjian Perikatan
Jual Beli Nomor 62 tanggal 29 Oktober 2013
yang dibuat di hadapan Notaris Eddy
Hermansyah, S.H., Notaris yang berkedudukan
di Mataram. Jual beli belum dilaksanakan
karena ada formalitas administratif yang belum
terpenuhi namun harga lahan sudah dilunasi
oleh Penggugat. Berdasarkan hal ini, dipandang
bahwa Penggugat sudah mempunyai
kepentingan terhadap tanah dalam Sertipikat
Hak Milik Nomor 704/Desa Pemokong tersebut,
sehingga Penggugat mempunyai kepentingan
untuk mengajukan gugatan terhadap Keputusan
Tata Usaha Negara objek sengketa;
- Menteri Kehutanan Republik Indonesia telah
menetapkan Kelompok Hutan Sekaroh (RTK 15)
Seluas 2.834,20 hektar, yang terletak di
Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Barat sebagai Kawasan Hutan Tetap,
dengan Keputusannya Nomor 8214/Kpts-II/2002,
tanggal 9 September 2002. Di dalam area yang
ditetapkan sebagai kawasan hutan tetap tersebut
mencakup suatu bidang tanah bersertipikat yaitu
Sertipikat Hak Milik Nomor 704/Desa
55
Pemokong, tanggal 30 Juli 2001, seluas 15.200
m² (kurang lebih 1,52 hektar) atas nama Lalu
Sukirman, S.H., yang diterbitkan lebih dahulu
daripada Keputusan Tata Usaha Negara objek
sengketa;
- Bahwa oleh karena itu objek sengketa
diterbitkan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan azas-
azas umum pemerintahan yang baik
56
atas hukum ;
- Dengan adanya putusan pidana yang
berkekuatan hukum tetap No.184/Pid.B/2003/
PN.TDN. tanggal 14 Oktober 2003, pemalsuan
oleh Deddy Rompas yang berakibat terbitnya
Sertifikat Hak Milik No.213/ Kolongan atas
nama Penggugat ;
- Sebagai konsekwensi sikap konsisten
penegakan hukum dalam jabatan Tata Usaha
Negara, justru diperlukan sikap responsif
jabatan Tata Usaha Negara yang mengetahui
adanya Bedrog maupun Dwaling terhadap
keputusan Tata Usaha Negara yang
diterbitkannya dengan melakukan koreksi agar
keputusan Tata Usaha Negara yang pernah
ditebitkannya tidak cacat yuridis dibidang hukum
publik (bukan hukum perdata ) ;
- Kepentingan pihak ketiga (Penggugat
/Termohon Peninjauan Kembali ) dapat
dilindungi melalui lembaga “Perbuatan
Melawan Hukum” yang dilakukan oleh pelaku
pemalsuan
57
Pertanahan in casu Pemohon Kasasi/Tergugat
diberi kewenangan meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yuridis dan data fisik
permohonan hak milik atas tanah dan memeriksa
kelayakan permohonan tersebut dapat atau
tidaknya dikabulkan atau diproses lebih lanjut
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
Bahwa permohonan dari Termohon
Kasasi/Penggugat untuk memperoleh hak atas
tanah belum dapat diproses oleh Pemohon
Kasasi/Tergugat karena masih terdapat sengketa
kepemilikan atas bidang tanah tersebut;
58
dipandang sebagai Pembeli beritikad baik yang
harus mendapat perlindungan secara hukum
perdata, hukum pidana maupun hukum tata
usaha negara.
59
dan Konflik Pertanahan tertanggal 25 Agustus
2011, karena pendaftaran peralihan hak
dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2011 atas
ketiga sertifikat objek sengketa tersebut,
sehingga surat tersebut bukan perintah yang
harus ditaati. Pendaftaran peralihan
berdasarkan kutipan Risalah Lelang Nomor
154/2010, tanggal 15 Juni 2010, sedangkan
Peraturan Badan Pertanahan Nasional RI
Nomor 4 Tahun 2006 bukan peraturan tentang
penyelenggaraan pendaftaran tanah;
- Bahwa pendaftaran peralihan hak terhadap
Sertifikat Hak Milik Nomor 1201, 1202, dan
2981/Benoa, atas nama Wardono Asnim, telah
sesuai dengan ketentuan Pasal 41 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, dan tidak melanggar Asas-
asas Umum Pemerintahan yang Baik;
60
Kecermatan dan Kehati-hatian dari Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik. Dengan
demikian keputusan objek sengketa a quo harus
dibatalkan;
61
hukum baik secara Hukum Administrasi Negara,
Hukum Perdata maupun Hukum Pidana;
- bahwa selanjutnya Keputusan Tata Usaha
Negara objek sengketa a quo tidak dapat
dibatalkan oleh Hakim Peradilan Tata Usaha
Negara, namun atas kerugian Penggugat jika
secara Hukum Perdata dipandang sebagai pihak
yang berhak atas tanah tersebut, maka kerugian
Penggugat tersebut harus menjadi tanggung
jawab pihak yang melakukan perbuatan
melawan hukum dalam proses peralihan hak
tersebut dan pengujiannya merupakan
kewenangan Peradilan Perdata;
62
Surat Sanggahan kepada Tergugat sekarang
Termohon Peninjauan Kembali dengan
menunjukkan bukti bahwa di atas tanah yang
dimohonkan oleh Para Tergugat II Intervensi
telah ada SHM milik Penggugat yang telah terbit
sejak tahun 1982 sehingga telah memiliki
kekuatan bukti hak tertinggi yang harus
dilindungi hukum oleh Tergugat atas dasar
Pasal 32 PP Nomor 24 Tahun 1997 dan
seharusnya Tergugat tidak sampai pada
keputusan untuk menerbitkan Objek Sengketa;
- Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas jelas
bahwa sengketa a quo adalah sengketa tata
usaha murni yang tidak memerlukan lagi
pembuktian hak keperdataan di peradilan umum
karena dapat diselesaikan sendiri oleh Tergugat
pada saat proses pendaftaran Objek Sengketa
yaitu dengan memperhatikan Surat Sanggahan
dari Penggugat, dan Sertipikat Hak Milik serta
Data Pertanahan yang terdapat di instansi
Tergugat;
63
Jual Beli Tanggal 24 September 2007, sedangkan
Surat Keputusan Objek Sengketa (Sertifikat Hak
Atas Tanah) tersebut telah terbit sebelumnya,
yaitu pada tahun 2003;
64
menerangkan keadaan dan situasi tanah sesuai
kenyataan dalam masyarakat yang dipimpin oleh
Tergugat/Pemohon Kasasi ;
c. Apakah Keputusan Tata Usaha Negara objek
sengketa menjadi halangan untuk proses
perolehan hak atas tanah yang di atasnya
diterbitkan surat keputusan objek sengketa
adalah menjadi kewenangan Kepala Kantor
Pertanahan berikut petunjuk/arahan solusinya
sesuai dengan tatacara yang diatur dalam
undang-undang, termasuk penyelesaiannya
melalui Pengadilan yang berwenang untuk itu ;
65
tanah milik PT. Sriwijaya Propindo Utama
(Pemohon Peninjauan Kembali), bidang
tanahnya berada atau terletak pada bagian
paling timur dari bidang-bidang tanah Iainnya,
yang batas-batas sebelah timur atas tanah objek
sengketa a quo dimaksud adalah cocok dan
bersesuaian dengan batas tanah sebelah timur
pada sertipikat asal, yaitu Sertipikat Hak Pakai
Nomor ...;
- Bahwa penerbitan Sertipikat Hak Guna
Bangunan No...........t oleh Kantor Pertanahan
Kota Mataram/Tergugat/Turut Terbanding/
Pemohon Kasasi/ Termohon Peninjauan Kembali
adalah telah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah serta tidak melanggar Asas-
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB)
khususnya Asas-Asas Bertindak Cermat dan
Prinsip Kehati-hatian;
- Bahwa terhadap permasalahan yang
dipersoalkan Para Penggugat mengenai
ditutupnya akses jalan yang biasa digunakan
Para Penggugat dalam melakukan aktifitas
sehari-hari oleh pemegang Hak Guna Bangunan
objek sengketa a quo, berdasarkan ketentuan
Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah, pemegang
Hak Guna Bangunan tersebut wajib memberikan
jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain
bagi pekarangan atau bidang tanah yang
terkurung itu, hal ini merupakan perkara
perbuatan melawan hukum yang harus
diselesaikan di Peradilan Umum;
66
Putusan MA No. 142 PK/TUN/2013 tgl 25 Februari
2014, Pertimbangan hlm. 25
Penggugat telah menguasai secara fisik tanah
lokasi objek sengketa dan menurut Tergugat
tanah tersebut sudah termasuk dalam kategori
tanah terlantar sehingga harus ditertibkan dan
digunakan sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 ;
• Karena Penggugat masih sebagai pemegang
Sertipikat Hak Milik Nomor ..., maka upaya
hukum yang patut ditempuh untuk menyelesaikan
masalah keabsahan prosedur dan substansi
tanah tersebut dan siapa yang paling berhak
atas lokasi objek sengketa pada Peradilan
Umum ;
67
pelanggaran terhadap hak Penggugat yang
dilindungi oleh hukum;
Bahwa oleh karenanya Penggugat berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari terbitnya
Sertipikat Hak Milik objek sengketa, dalam hal
ini Majelis Hakim Agung berpendapat dengan
adanya beban kewajiban kepada Tergugat,
dimana bukan berarti Tergugat dapat
menerbitkan pemberian hak atas tanah kepada
pihak lain, mengingat Penggugat adalah ahli
waris anak kandung dari perkawinan almarhum
Hobon Silalahi Sidebang dan almarhumah
Aminah Br. Manihuruk dimana Hobon Silalahi
Sidebang dari turunan Ompu Demak Sidebang
semasa hidupnya memiliki tanah yang dikenal
dengan Rumah Tanggal yang berdasarkan Surat
Keterangan Ahli Waris yang diketahui oleh
Camat Merek Nomor: ...;
- Bahwa Penggugat merupakan salah satu ahli
waris dari Ompu Demak Sidebang berdasarkan
Surat Keterangan Hak Waris yang dikeluarkan
tersebut (vide bukti P-3) masih berlaku dan tidak
pernah mengalihkan haknya, namun kemudian
terbit objek sengketa, sehingga mengakibatkan
hilangnya hak mewarisi Penggugat atas objek
sengketa dari hak atas tanah orangtua
Penggugat, tentunya hal itu adalah bertentangan
dengan maksud pendaftaran tanah sebagaimana
ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah yang mana disebutkan pula
pada pokoknya bahwa “Pendaftaran tanah
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, untuk itu maka kepada
pemegang hak yang bersangkutan diberikan
sertipikat hak atas tanah. Untuk terselenggara
dan tercapainya tertib administrasi, maka setiap
68
bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan
dan hapusnya hak atas bidang tanah wajib
didaftar”;
- Bahwa dengan demikian penerbitan objek
sengketa bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;
70
beli yang tidak memeriksa objek transaksinya
terlebih dahulu”, telah mengesampingkan adanya
pergantian hak (rechtsopvolging) berupa
pergantian hak gugat akibat peristiwa jual beli
antara Albert Sia dengan Penggugat, karena
mengenai pergantian hak gugat ini dimungkinkan
dengan adanya peristiwa hukum, seperti:
pergantian hak gugat dari Orang Tua kepada
Ahli Warisnya karena adanya peristiwa kematian
dan waris mewaris, pergantian hak dari
perusahaan karena adanya akuisisi
(pengambilalihan) atau peleburan perusahaan,
dan lain-lain
- Bahwa kondisi tanah yang menjadi objek jual
beli antara Albert ia dengan Penggugat selaku
pihak pembeli telah disadari sepenuhnya oleh
Penggugat sebagaimana tertuang dalam Akta
Pengikatan Pengalihan Hak Atas Tanah Nomor
99 tanggal 27 Januari 2015 (vide Bukti P-21)
Pasal 1 mengenai kondisi tanah, serta Akta
Pengalihan Hak Atas Tanah Nomor 101 tanggal
27 Januari 2015 (vide Bukti P-23) Pasal 2 yang
pada pokoknya Pihak Penggugat selaku pembeli
menerima kondisi keadaan fisik maupun yuridis
tanah seperti apa adanya (as it is) termasuk
kemungkinan adanya sengketasengketa dan pihak
Penggugat menanggung segala resiko
/tanggungan sepenuhnya, menunjukkan bahwa
pergantian hak tersebut juga meliputi hak gugat
dalam sengketa a quo;
- Bahwa dengan adanya pergantian hak gugat
tersebut menunjukkan bahwa telah terdapat
hubungan hukum (causal verband) antara
Penggugat dengan tanah yang di atasnya terbit
Sertipikat objek sengketa, dan dengan proses
gugatan a quo setidak-tidaknya dapat
memulihkan keadaan luasan tanah sebagaimana
yang diperjanjikan sebelumnya;
71
- Bahwa dengan demikian terdapat kepentingan
Penggugat sekarang Pemohon Kasasi untuk
meminta pengujian mengenai keabsahan
Sertipikat objek sengketa ke Pengadilan Tata
Usaha Negara;
- Bahwa terkait prosedur penerbitan objek
sengketa, Tergugat sebelum menerbitkan objek
sengketa telah mengetahui keadaan bahwa atas
tanah yang dimohonkan oleh Agus Th. Hababuk
terdapat beberapa klaim oleh pihak-pihak yang
juga mengakui tanah a quo sebagai miliknya, dan
terhadap permasalahan tersebut telah dilakukan
upaya mediasi oleh Tergugat dengan melibatkan
pihak-pihak terkait termasuk Albert Sia dan Agus
Th. Hababuk namun tidak diperoleh kesepakatan
dan pada akhirnya Tergugat memberi tenggang
waktu 30 (tiga puluh) hari kepada pihak-pihak
tersebut untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan mengenai kepemilikannya dengan
ketentuan jika tenggang waktu tersebut tidak
dipenuhi maka proses penerbitan Sertipikat Agus
Th. Hababuk akan dilanjutkan (vide Bukti T-8);
- Bahwa tindakan Tergugat tersebut telah
melanggar asas ketidakberpihakan (fair play)
serta asas kehati-hatian dari Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, karena Tergugat
seolah memberi prioritas kepada Agus Th.
Hababuk untuk memperoleh sertipikat dibanding
dengan pihak lain in casu Penggugat, sedangkan
pihak lain diminta untuk mengajukan gugatan.
Dan dalam asas equality, semestinya pilihan
hukum untuk menggugat dibebankan kepada
kedua belah pihak secara berimbang
- Bahwa dengan demikian dari aspek prosedural
penerbitan objek sengketa cacat hukum
administrasi karena diterbitkan tanpa adanya
catatan mengenai adanya persengketaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
72
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
- Bahwa mengenai substansi penerbitan objek
sengketa apakah diterbitkan kepada pihak yang
benar dan berhak serta di atas objek tanah yang
benar, oleh karena masih adanya persengketaan,
maka belumlah dapat dikatakan substansi objek
sengketa telah sesuai dengan peraturan
perundangundangan, sehingga dipandang perlu
dan terbatas secara kasuistik dalam sengketa a
quo Mahkamah Agung berpendapat: “bahwa
untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak
mendapatkan haknya masing-masing secara
berimbang menurut hukum, semestinya Tergugat
tidak memberikan bukti hak berupa Sertipikat
kepada Agus Th. Hababuk maupun kepada
Penggugat sebagaimana yang dimohonkan oleh
Penggugat sampai diperolehnya kesepakatan
pihak-pihak atau adanya putusan badan
Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap
mengenai sengketanya”, dan oleh karena itu
terdapat cukup alasan untuk membatalkan
Sertipikat objek sengketa;
73
Juli 2016 tentang Pembatalan Hak Guna Usaha
Nomor 01/ Nunukan Barat tertanggal 13 Mei
2003 atas nama PT Nunukan Jaya Lestari seluas
19.974,130 Ha terletak di Desa Nunukan Barat,
Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Utara (d/h Kalimantan
Timur) ternyata secara substantif terdapat cacat
hukum administratif, karena faktanya areal yang
tumpang tindih (overlapping) antara PT Adindo
Hutani Lestari dengan PT Nunukan Jaya Lestari,
seluas ± 3.500 Ha., oleh karena itu objek
sengketa harus dibatalkan;
Menimbang, bahwa dengan dibatalkannya objek
sengketa a quo, selanjutnya mewajibkan kepada
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional untuk menerbitkan Surat
Keputusan Pembatalan Sertipikat Hak Guna
Usaha (HGU) Nomor 1/Nunukan Barat
tertanggal 13 Mei 2003 atas nama PT Nunukan
Jaya Lestari areal seluas ± 3.500 Ha. yang
tumpang tindih (overlapping) dengan areal Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan
Tanaman Industri (IUPHHK-HT) atas nama PT
Adindo Hutani Lestari dan sekaligus
menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak
Guna Usaha seluas ± 16.474,130 Ha. kepada PT
Nunukan Jaya Lestari;
74
• Bahwa melalui Intruksi Menteri Dalam Negeri
Nomor 14 Tahun 1982 tanggal 6 Maret 1982,
yang notabene adalah atasan Tergugat pada
saat itu penggunaan Surat Kuasa Mutlak tegas
dilarang dalam hal pengalihan hak atas tanah ;
• Bahwa kealpaan tentang aturan yang berlaku
di Instansi Tergugat tersebut adalah merupakan
ketidakcermatan yang sangat nyata tentang
penelitian data yuridis yang harus dilakukan
Tergugat sebelum menerbitkan objek sengketa
75
terdapat ketidak cermatan Tim Pemeriksa Tanah
sehingga Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa diterbitkan diatas tanah yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya;
76
Putusan MA No. 351 K/TUN/2019 tanggal 18 Juli
2019, Pertimbangan hlm. 5
Bahwa sertipikat sebagai alat bukti hak
kepemilikan dan pengadilan perdata telah
menentukan terhadap tanah objek sengketa a
quo milik Tergugat II Intervensi, oleh karena itu
penerbitan objek sengketa tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang
baik, sehingga dengan demikian gugatan
Penggugat tidak berdasar dan karenanya harus
ditolak;
77
Putusan MA No. 374 K/TUN/2017 tanggal 29
Agustus 2017 Pertimbangan hlm. 14
Bahwa seharusnya berdasarkan Pasal 63
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986, Majelis
Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara
memberikan nasihat kepada Penggugat pada
tahap pemeriksaan persiapan untuk mengganti
objek gugatan dengan objek berupa surat
penolakan permohonan penerbitan keputusan
pemberian hak. Kelalaian atas kewajiban hakim
tidak dapat dibebankan kepada Penggugat;
Bahwa sikap Tergugat yang tidak memenuhi
permohonan Penggugat dapat dibenarkan
karena tanah yang dibeli oleh Penggugat
merupakan bagian dari tanah pada Sertifikat
induk HGB Nomor 1/Kotabumi, GS tanggal 1
Mei 1987 Nomor 4711/1987, dan pada sertifikat
tersebut terdapat catatan blokir, sehingga
beralasan hukum Tergugat tidak memenuhi
permohonan Penggugat sampai adanya
pencabutan blokir dari pihak yang
bersangkutan. Dengan demikian, tidak terdapat
cacat yuridis atas Keputusan Tata Usaha
Negara objek sengketa, sehingga gugatan harus
dinyatakan ditolak;
78
tentang Pendaftaran Tanah (vide putusan Judex
Facti tingkat pertama halaman 47) ;
79
Undang Nomor 51 Tahun 2009, untuk
dinyatakan batal;
80
pasti Tergugat menganjurkan kepada Penggugat
dan Tergugat II Intervensi untuk menyelesaikan
ke Pengadilan Perdata.
81
Putusan MA No. 488 K/TUN/2017 tanggal 11
Desember 2017
Bahwa apabila diperhatikan Berita Acara
Pemeriksaan Persiapan yang dilaksanakan
sebanyak 3 (tiga) kali, Majelis Hakim tidak
pernah memberikan nasihat kepada Penggugat
supaya mengganti objek gugatannya. Seharusnya
sesuai dengan filosofis pemeriksaan persiapan
yang diatur dalam Pasal 63 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986, Majelis Hakim harus
memberi nasihat supaya mengganti objek sengketa
demi untuk kesempurnaan surat gugatan a quo;
- Bahwa berdasarkan Pasal 106 ayat (1) Jo.
Pasal 107 Peraturan Menteri Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun
1999, dan Pasal 62 ayat (2) Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2011 tumpang tindih hak atas
tanah merupakan salah satu bentuk cacat hukum
administratif. Berdasarkan Pasal 62 ayat (1)
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011,
sertifikat hak atas yang mengandung cacat
hukum administrasi dilakukan pembatalan atau
perintah perubahan pemeliharaan data
pendaftaran tanah menurut peraturan
perundang-undangan;
- Bahwa dengan demikian tumpang tindih
sertifikat merupakan cacat administratif, dan
merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha
Negara untuk membatalkannya;
83
kedudukan hukum yang lebih diutamakan dari
pada sertifikat objek sengketa yang diterbitkan
kemudian, oleh karena itu penerbitan sertifikat
objek sengketa bertentangan dengan Asas
Presumption Iustae Causa sebagaimana
dimaksud Pasal 67 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986, sehingga harus dibatalkan;
84
dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP);
Bahwa rencana pembangunan kilang minyak
yang dimohonkan penetapan lokasinya oleh
Pemohon Kasasi I kepada Pemohon Kasasi II
tersebut, merupakan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional sebagaimana termuat dalam
Lampiran huruf J angka 107 Peraturan Presiden
RI Nomor 3 Tahun 2016 juncto Peraturan
Presiden RI Nomor 58 Tahun 2017 juncto
Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018.
Proyek tersebut juga telah sesuai dengan
Rencana Tata Ruang berdasarkan Surat
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3342/11.3/IX/2017,
tanggal 6 September 2017, perihal Rekomendasi
Kesesuaian Tata Ruang Pembangunan Kilang
Minyak di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban;
Bahwa dalam kaitannya dengan pelaksanaan
proyek strategis nasional tersebut, ketentuan
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 21 ayat (2)
Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2016
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 58 Tahun 2017 yang pada
intinya menegaskan bahwa Pemerintah Daerah
diharuskan untuk berperan dalam melakukan
percepatan pelaksanaan proyek strategis
nasional dan untuk pengadaan tanah diwajibkan
untuk menggunakan waktu prosesnya secara
minimum. Oleh karena itu tindakan Tergugat
yang menetapkan lokasi pengadaan tanah secara
prosedural telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan khususnya Pasal 2 ayat (1)
juncto Pasal 21 ayat (2) Peraturan Presiden RI
Nomor 3 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun
2017;
Bahwa ditinjau dari segi kemanfaatan dan
futuristik bahwa pengadaan tanah untuk
85
pembangunan kilang minyak di Tuban
sebagaimana termuat dalam keputusan objek
sengketa akan mewujudkan kedaulatan energi
nasional dan menimbulkan multiplier-effect
kepada perekonomian daerah dan nasional oleh
karena itu secara substansi tindakan Tergugat
dalam menerbitkan keputusan objek sengketa
telah sesuai dengan Asas-asas Umum
Pemerintahan Yang Baik khususnya asas audi et
alteram partem;
Bahwa perkara yang hampir serupa sudah
pernah di putus oleh Mahkamah Agung yaitu
perkara Nomor 456 K/TUN/2015;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan
di atas, menurut Mahkamah Agung terdapat
cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
kasasi dengan tidak perlu mempertimbangkan
alasan kasasi lainnya
86
1983. Selanjutnya oleh Bupati Donggala melalui
Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat
II Donggala Nomor: 395/AG-100/XI/83, tanggal
14 Oktober 1983, tentang Penataan Tanah
Negara seluas 200 Ha, dengan perincian:
Pemerintah Daerah seluas 10 Ha., Proyek
Kesejahteraan Masyarakat Suku Terasing
(PKMST) seluas 18,6 Ha, Petani Penggarap
seluas 58 Ha., Yonif 711/Rks seluas 109 Ha,
serta prasarana jalan seluas 4,4 Ha. Oleh karena
itu, dalam rangka menata ulang kembali
peruntukan tanah yang bersangkutan sesuai
dengan maksud Peraturan Pemerintah Nomor
224 Tahun 1961 dan Pasal 10 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah, sertipikat objek sengketa
harus dibatalkan terlebih dahulu;
87
Putusan MA No. 641 K/TUN/2018 tgl 27 November
2018 Pertimbangan hlm. 4
Bahwa Termohon Kasasi/Penggugat bukan pihak
yang memiliki kepentingan hukum untuk
mengajukan gugatan terhadap pembatalan objek
sengketa a quo karena alas hak Termohon
Kasasi/Penggugat berupa Sertifikat Hak Milik
Nomor: 709/Desa Pemongkong diterbitkan di
atas lahan kawasan hutan Sekaroh RTK. 15
sebagaimana Berita Acara Pengumuman
Pemancangan Batas Sementara Kelompok Hutan
Sekaroh RTK. 15 tanggal 6 Maret 1992 (Bukti T-
2), Berita Acara Tata Batas Kelompok Hutan
Sekaroh RTK. 15 di Wilayah Kecamatan Keruak,
Kabupaten Daerah Tingkat II Lombok Timur,
Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat
seluas 2.834,20 (Dua Ribu Delapan Ratus Tiga
Puluh Empat, Dua Puluh Perseratus) Hektar,
tanggal 28 Maret 1994 (Bukti T-4), yang
kemudian diterbitkan obyek sengketa Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 8214/Kpts-II/2002
tanggal 9 September 2002 tentang Penetapan
Kelompok Hutan Sekaroh (RTK 15) Seluas
2.834,20 Hektar;
Bahwa sepatutnya BPN Kabupaten Lombok
Timur telah mengetahui terbitnya penetapan
Batas Kelompok Hutan Sekaroh RTK. 15 di
Wilayah Kecamatan Keruak, Kabupaten Daerah
Tingkat II Lombok Timur, Propinsi Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Barat, yang melingkupi
wilayah Kecamatan Keruak, Desa Pemongkong,
lokasi SHM Nomor: 709/Desa Pemongkong
karena kedua instansi tersebut sama-sama
merupakan instansi vertikal dalam wilayah kerja
yang sama, oleh karenanya alas hak penggugat
berupa SHM Nomor: 709/Desa Pemongkong
tidak cukup untuk dijadikan dasar alas hak untuk
mengajukan gugatan untuk membatalkan
88
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
8214/Kpts-II/2002 tanggal 9 September 2002
tentang Penetapan Kelompok Hutan Sekaroh
RTK 15 (obyek sengketa a quo). Dengan
demikian Penggugat/Termohon Kasasi tidak
mempunyai kepentingan untuk mengajukan
gugatan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal
53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara;
89
Buku Tanah dan Surat Ukur pada sertifikat objek
sengketa tidak ada tanda tangan pejabat yang
berwenang;
- Bahwa selain itu, maksud gugatan Penggugat
adalah untuk memenuhi pengadaan tanah guna
kepentingan umum yang sebelumnya telah
melibatkan Tergugat;
- Bahwa hak atas tanah berfungsi sosial, oleh
karena itu hak privat warga masyarakat atas
tanahnya harus juga memperhatikan kepentingan
umum;
- Bahwa jika pemerintah memerlukan tanah
untuk kepentingan umum, maka masyarakat
pemilik tanah harus mendukungnya dengan tidak
tertutup kemungkinan menuntut hak
keperdataanya dalam bentuk ganti rugi atau
kompensasi lain;
90
kualitas prasarana dan sarana transportasi
udara berikut moda transportasinya di Daerah
Istimewa Yogyakarta in casu Bandar Udara
Adisutjipto yang secara riil sedang berbenturan
pengembangannya antara perkembangan kota
dengan tuntutan perkembangan kualitas bandar
udara demi keselamatan dan kenyamanan para
pengguna jasa angkutan udara, perlu dicarikan
solusinya;
- Bahwa dengan demikian pembangunan bandar
udara di Kulon Progo menjadi sangat penting,
oleh karenanya tindakan hukum Tergugat
menerbitkan keputusan tata usaha negara objek
sengketa adalah berdasar hukum dan bersifat
futuristik;
91
menjadi kekayaan Negara dan diserahkan
penggunaannya kepada Djawatan Kereta Api in
casu Pemohon Kasasi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik
Belanda yang berada di wilayah Indonesia
juncto Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1959 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1959;
- Bahwa tindakan Termohon Kasasi/dahulu
Tergugat dalam menerbitkan keputusan objek
sengketa a quo telah bertentangan dengan
ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria juncto Pasal 3 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah, oleh karena Termohon
Kasasi/ dahulu Tergugat tidak melakukan
penyelidikan riwayat bidang tanah;
92
Putusan MA No. 361 K/TUN/2014 tanggal 23
Oktober 2014 Pertimbangan hlm. 20
Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa
adalah Sertifikat Hak Pakai No. 39 Tanggal 27
Agustus 2004 Luas 38.614 m2 atas nama
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa
Tenggara Barat, dilakukan dengan cara ganti
rugi tanah masyarakat yang bukti-buktinya
sudah tercecer (belum ditemukan) tetapi ketika
itu tidak ada keberatan dari pihak-
pihak/masyarakat.
93
lapangan tetapi hanya menandatangani Risalah
Pemeriksaan Tanah A sehingga tindakan
Tergugat dalam menerbitkan keputusan
pemberian haknya (bukti T-18) bertentangan
dengan ketentuan Pasal 3 ayat (4) juncto Pasal 6
ayat (1) huruf c Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2007
juncto Pasal 107 huruf a Permenegagraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
Tahun 1999 juncto Pasal 83 huruf b juncto Pasal
84 huruf c Permenegagraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 yang
secara mutatis mutandis mengakibatkan juga
batalnya keputusan in litis sebagaimana
ketentuan Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2)
Permenegagraria Nomor 9 Tahun 1999;
Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali
mengajukan bukti-bukti baru (novum) namun
bukti-bukti surat tersebut juga dibuat tidak
dengan sumpah yang menerangkan mengenai
kapan dan dimana menemukannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 juncto Pasal 69
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009 sehingga tidak bernilai
sebagai novum yang menentukan dalam
mempertimbangkan penyelesaian atas sengketa a
quo
94
saksi penggugat untuk kasasi dan tidak
menganggap surat-surat yang diajukan
penggugat untuk kasasi sebagai bukti menurut
undang-undang adalah keberatan yang pada
hakekatnya merupakan penilaian hasil
pembuktian yang tidak tunduk pada kasasi
95
merugikan ahli waris lainnya (karena dengan
penghibahan itu ahli waris lainnya tidak
mendapat bagian) dinyatakan tidak sah dan
harus dibatalkan, karena bertentangan dengan
peri keadilan dan hukum adat yang berlaku di
daerah priangan
97
perkawinannya kedua itu tidak ada anak,
seluruhnya harus kembali kepada anak satu-
satunya dari perkawinan yang pertama sekalipun
anaknya itu seorang perempuan
99
Yurisprudensi : Putusan MA No. 263K/SIP/1976
Karena tanah sengketa merupakan harta
bersama suami isteri tergugat i-ii, untuk menjual
tanah tersebut tergugat i harus mendapat
persetujuan isterinya
100
orang indonesia asli dan tanah sengketa ada di
ujung berung, dasar-dasar pemikiran K.U.H
Perdata (B.W) harus dihilangkan, menurut
hukum adat dalam hal ini lebih dititik beratkan
pada kepatutan/kepantasan
101