Anda di halaman 1dari 109

KANTOR PENGACARA NEGARA

KUMPULAN YURISPRUDENSI
DAN PUTUSAN PILIHAN
PERDATA & TATA USAHA NEGARA

SENGKETA
TANAH

KHUSUS UNTUK INTERNAL

Quality - Integrity - No Fees


JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KUMPULAN YURISPRUDENSI
DAN PUTUSAN PILIHAN
PERDATA & TATA USAHA NEGARA
TENTANG
SENGKETA TANAH

i
ii
PENGANTAR

Buku ‘Kumpulan Yurisprudensi dan Putusan


Pilihan di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara
Tentang Sengketa Tanah’ ini disusun sebagai panduan
bagi Pengacara Negara dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya, baik dalam kegiatan Bantuan Hukum,
Pertimbangan Hukum, Pelayanan Hukum, Penerangan
Hukum maupun Pendampingan Hukum, dalam rangka
memperkuat penguasaan teknis Pengacara Negara untuk
memberikan layanan yang berkualitas dan profesional
bagi seluruh pemangku kepentingan, baik instansi
pemerintah, BUMN/BUMD maupun masyarakat luas.
Pedoman materi berisi kumpulan yurisprudensi,
SEMA dan putusan Mahkamah Agung pilihan ini menitik-
beratkan pada pertimbangan Mahkamah Agung dalam
pemeriksaan di Tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali.
Pedoman ini disusun dengan mengelompokkan
Yurisprudensi dan pertimbangan putusan sesuai topik
permasalahan yaitu meliputi :
1. Hukum Perdata
2. Pembeli Beritikad Baik
3. Hukum Tata Usaha Negara
4. Hukum Adat Tentang Tanah dan Waris

iii
Semoga Pedoman materi ini dapat memberi
manfaat.

Jakarta, 17 Agustus 2020

iv
DAFTAR ISI

1. Pengantar ........................................................................... iii

3. Surat Edaran Mahkamah Agung ...................................... 1

3. Putusan Pilihan ................................................................ 6

. a. Hukum Perdata ........................................................ 6

1) Yurisprudensi ..................................................... 6

2) Putusan Pilihan ................................................... 18

. b. Pembeli Beritikad Baik ............................................ 29

1) Yurisprudensi ...................................................... 29

2) Putusan Pilihan ................................................... 30

. c. Putusan Tata Usaha Negara ....................................... 33

. d. TUN : Tanah dan Kepentingan Umum ......................... 84

. e. Yurisprudensi Hukum Adat : Tanah dan Waris ............ 94

v
JURISPRUDENSI DAN PUTUSAN PILIHAN
SENGKETA TANAH

1. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)

SEMA Nomor 7 Tahun 2012


Pemegang Hak Tanggungan yang beritikad baik
harus dilindungi sekalipun diketahui bahwa
pemberi hak tanggungan adalah orang yang
tidak berhak.

Apakah dapat dibenarkan salah seorang ahli


waris menjual harta warisan tanpa persetujuan
ahli waris lainnya?
Apakah pembeli harta warisan yang belum
dibagi dapat digolongkan sebagai pembeli yang
beritikad baik yang perlu dilindungi?

Jawab:
Agama Islam melarang mendhalimi orang lain
termasuk seorang ahli waris atau diantara ahli
waris yang menjual harta warisan yang masih
atas nama orang tuanya tanpa persetujuan ahli
waris lainnya.

Pada prinsipnya harta warisan tersebut milik


semua ahli waris, dengan demikian pihak yang
menjual tanpa persetujuan ahli waris lainnya
tidak dapat dibenarkan. Apabila hal tersebut
terjadi maka pihak yang menjual dapat dituntut
untuk mengganti kerugian ahli waris yang lain
tersebut senilai bagian masing-masing menurut
ketentuan hukum waris.

Keterangan: Diusulkan, pembeli yang telah


mengetahui Bahwa surat-surat obyek sengketa
1
bukan atas nama penjual tidak digolongkan
sebagai pembeli yang beritikad baik yang harus
dilindungi.

SEMA Nomor 4 Tahun 2014


Pemegang Hak Tanggungan yang beritikad baik
harus dilindungi sekalipun diketahui bahwa
pemberi hak tanggungan adalah orang yang
tidak berhak.

SEMA Nomor 4 Tahun 2016


Mengenai pengertian pembeli beritikad baik
sebagaimana tercantum dalam kesepakatan
kamar perdata tanggal 9 Oktober 2014 pada
huruf a disempurnakan sebagai berikut:
Kriteria pembeli beritikad baik yang perlu
dilindungi berdasarkan pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata adalah sebagai berikut:
a) Melakukan jual beli atas objek tanah tersebut
dengan tata cara/prosedur dan dokumen
yang sah sebagaimana telah ditentukan
peraturan perundang-undangan, yaitu:
- Pembelian Tanah melalui pelelangan
umum, atau
- Pembelian Tanah dihadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (Sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997) atau
- Pembelian terhadap Tanah milik adat /
yang belum terdaftar yang dilaksanakan
menurut ketentuan hukum adat, yaitu:
- Dilakukan secara tunai dan terang
(dihadapan/diketahui Kepala Desa/Lurah
setempat).
- Didahului dengan penelitian mengenai
status Tanah objek jual beli dan
berdasarkan penelitian tersebut

2
menunjukan bahwa tanah objek jual beli
adalah milik penjual.
- Pembelian dilakukan dengan harga yang
layak.
b) Melakukan kehati-hatian dengan meneliti
hal-hal yang berkaitan dengan objek Tanah
yang diperjanjikan, antara lain:
- Penjual adalah orang yang
berhak/memiliki hak atas tanah yang
menjadi objek jual beli, sesuai dengan
bukti kepemilikannya, atau
- Tanah/objek yang diperjualbelikan
tersebut tidak dalam status disita, atau
- Terhadap objek yang diperjualbelikan
tidak dalam status jaminan/hak
tanggungan, atau
- Terhadap Tanah yang bersertifikat telah
memperoleh keterangan dari BPN dan
riwayat hubungan hukum antara tanah
tersebut dengan pemegang sertifikat.

SEMA Nomor 1 Tahun 2017


Tentang perlindungan hukum terhadap pihak
ketiga yang beritikad baik berkaitan dengan
penyitaan penuntut umum terhadap suatu
benda/barang dalam perkara tindak pidana
korupsi.
Bagi pihak ketiga yang beritikad baik sebagai
pemegang hak tanggungan, atau hak
keperdataan lainnya atas benda/barang yang
disita oleh penuntut umum dalam perkara tindak
pidana korupsi dapat menggunakan sarana
hukum sebagaimana diatur Pasal 19 UU No. 31
Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No.
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, sedangkan bagi mereka yang
masih memerlukan pembuktian hak

3
keperdataannya dapat menempuh proses
gugatan perdata.

SEMA Nomor 7 Tahun 2012


Kriteria Sengketa TUN dan Perdata
Apa kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan
suatu sengketa merupakan sengketa TUN atau
sengketa Perdata ?
Untuk menentukan suatu sengketa merupakan
sengketa TUN atau sengketa Perdata
(kepemilikan) kriterianya :
a.Apabila yang menjadi objek sengketa
(objectum litis) tentang keabsahan KTUN,
maka merupakan sengketa TUN.
b.Apabila dalam posita gugatan
mempermasalahkan kewenangan, keabsahan
Prosedur penerbitan KTUN, maka termasuk
sengketa TUN; atau
c. Apabila satu-satunya penentu apakah Hakim
dapat menguji keabsahan KTUN objek
sengketa adalah substansi hak karena
tentang hal tersebut menjadi kewenangan
peradilan perdata; atau
d. Apabila norma (kaidah) hukum TUN (hukum
publik) dapat menyelesaikan sengketanya,
maka dapat digolongkan sebagai sengketa
TUN.

SEMA Nomor 4 Tahun 2014


Jangan terlalu mudah menyimpulkan sengketa
TUN sebagai sengketa Perdata.
Dalam praktek beracara di PTUN, manakala pihak
Tergugat mengajukan eksepsi bahwa sengketa
tersebut sebagai sengketa perdata, maka Hakim
TUN secara serta merta menyatakan gugatan
tersebut N.O. padahal untuk sampai kepada
kesimpulan bahwa sengketa tersebut sebagai

4
sengketa perdata harus melalui tahap pengujian
yuridis sebagai berikut:
Hakim TUN dalam menguji keabsahan KTUN objek
sengketa melalui beberapa aspek yaitu:
a. Aspek kewenangan Pejabat TUN tersebut;
b. Aspek prosedural penerbitan KTUN tersebut;
c. Aspek material substansial pendukung terbitnya
KTUN objek sengketa.
Ketiga aspek tersebut diuji secara tertib dan
berurutan dari Nomor 1 sampai dengan 3. Hakim
TUN akan menyimpulkan bahwa sengketa TUN
tersebut sebagai sengketa Perdata, manakala
semua aspek tersebut telah lolos dan tidak
mengandung cacat yuridis. Hanya tinggal satu-
satunya “aspek substansi hak dari objek yang di
atasnya diterbitkan KTUN objek sengketa” yang
belum terjawab. Tanpa menguji substansi “Hak”
tersebut, maka Hakim TUN belum dapat
menentukan keabsahan KTUN objek sengketa. Hal
ini perlu ditegaskan semata-mata untuk
menghormati berlakunya “asas Prae Sumtio Iustae
Causa”.
Dan wewenang untuk menguji substansi “Hak”
adalah kewenangan absolut Hakim Perdata,
sehingga gugatan harus dinyatakan tidak dapat
diterima alias N.O.
Dalam sengketa TUN tidak ada proses
contradiktoir, sehingga kalau sudah kelihatan
tanda-tanda ada sengketa keperdataan tidak
perlu dilakukan pengujian secara keseluruhan
tentang kewenangan, prosedur dan substansi
suatu keputusan TUN.

SEMA Nomor 3 Tahun 2018


Pengujian sertipikat tumpang tindih
1. Pengujian keabsahan sertipikat hak atas tanah
oleh pengadilan TUN dalam hal terdapat sertipikat

5
hak atas tanah yang tumpang tindih, hakim dapat
membatalkan sertipikat yang terbit kemudian,
dengan syarat :
a. Pemegang sertipikat yang terbit terlebih dahulu
menguasai fisik tanah dengan itikad baik; atau
b. Riwayat hak atau penguasaannya jelas dan
tidak terputus; atau
c. Prosedur penerbitan sertipikat yang terbit
terlebih dahulu sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Dalam hal tidak terpenuhinya syarat sebagaimana
poin a atau b atau c diatas maka masalah
kepemilikan terlebih dahulu harus diselesaikan
melalui proses perkara perdata.

2. Putusan Pilihan

a. Putusan Perdata

1) Yurisprudensi :

Yurisprudensi : Putusan MA No. 34.K/Sip/1960


tanggal 3-2-1960
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1993)
Surat “Petuk” pajak bumi bukan merupakan
suatu bukti mutlak bahwa tanah sengketa adalah
milik orang yang namanya tercantum dalam
petuk pajak bumi tersebut.
Didalam suatu pembelian tanah dilakukan
didepan Pamong Desa, si pembeli in casu
dianggap beritikad baik dan oleh karenanya patut
dilindungi.

Yurisprudensi : Putusan MA No. 008K/SIP/1967


Penggugat sebagai ahli waris almarhum pewaris
menuntut sawah warisan almarhum yang
digadaikan kepada ayah dan suami para tergugat

6
Yurisprudensi : Putusan MA No. 053K/SIP/1967
Penggugat menggugat tergugat i, yang menyewa
tanahnya, tetapi kemudian oleh tergugat i tanah
diberikan kepada tergugat ii

Yurisprudensi : Putusan MA No. 349K/SIP/1967


Dengan keputusan pengadilan istimewa
yogyakarta tanggal 15 juli 1965 no 374/1964 g
penggugat dalam perkara no 422/1965 g telah
mengajukan gugatan perceraian terhadap
tergugat asli perkara no 422/1965 g sekarang
penggugat untuk kasasi. gugatan no 374/1964 g
dinyatakan tidak dapat diterima karena tidak ada
surat-surat bukti yang dapat membuktikan
perkawinan antara penggugat asli dan tergugat
asli

Yurisprudensi : Putusan MA No. 104K/SIP/1968


Bahwa sejak tahun 1932 ayah penggugat asli
adalah penyewa dari persil berikut rumah dan
pekarangan sengketa yang dipakai sebagai
tempat tinggal dan perusahaannya dari pemilik
yaitu tee leng tong

Yurisprudensi : Putusan MA No. 237K/SIP/1968


Jual beli tanah yang dilakukan dengan terang di
muka pejabat desa

Yurisprudensi : Putusan MA No. 350K/SIP/1968


Bahwa tergugat i telah menjual lagi rumah
tersebut untuk jual beli mana tergugat ii telah
memperoleh surat bukti hak milik dari instansi
agraria (tergugat III)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 589 K / Sip /


1970 tanggal 13 Maret 1971
(dalam “ Yurisprudensi Indonesia tentang Perbuatan

7
Melanggar Hukum “, karangan Chaidir Ali, SH.)
Bahwa dengan tidak dipenuhinya syarat „ terang„
tersebut diatas maka sudah barang tentu jual beli
yang demikian adalah tidak sah oleh karenanya
harus dibatalkan,
Catatan :
Bahwa „terang‟ bukanlah berarti hanya terbatas
sekedar diketahui Kepala Kampung saja, namun
lebih dari itu yakni apakah obyek / barang yang
akan dipindah-tangankan tersebut benar-benar
milik si penjual. Jelasnya bukan suatu obyek
barang yang belum jelas status hak milik.
(Putusan PN Amuntai tanggal 10-4-1979 Nomor:
11/1978.Pdt/G/PN.Amt. yang berkekuatan hukum
tetap sebagai Yurisprudensi (dimuat dalam buku
“ Himpunan Putusan-putusan Pengadilan Negeri,
jilid II , Perdata dan Acara Perdata 1988 “,
terbitan Ditjen Pembinaan Badan Peradilan
Umum, Departemen Kehakiman, Jakarta, 1988,
hal. 158 )

Yurisprudensi : Putusan MA No. 810K/SIP/1970


Ketentuan pasal 7 ayat(1) perpu 56/1960 yang
menentukan "bahwa gadai tanah pertanian yang
telah berlangsung 7 tahun atau lebih harus
dikembalilan kepada pemiliknya tanpa
pembayaran uang tebusan" adalah bersifat
memaksa dan tidak dapat dilunakkan hanya
karena telah diperjanjikan antara kedua pihak
yang bersangkutan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 838K/SIP/1970


Bahwa judex factie telah salah mengetrapkan
pasal 10 PP no. 49/1963 di atas dengan
menganggap bahwa penggugat masih
menggunakan secara layak rumah yang
disewanya dibawah tangan dan menjadikan

8
ruangan-ruangan sengketa untuk usaha dibidang
perdagangan dan jasa-jasa

Yurisprudensi : Putusan MA No. 937 K/Sip/ 1970


tanggal 22 Maret 1972
Suatu perjanjian jual beli tanah yang setelah
berlakunya PP 10 / 1961 atas tanah , harus
memenuhi PP 10 / 1961.

Yurisprudensi : Putusan MA No. 383K/SIP/1971


Tidak dimintakannya pembatalan sertifikat hak
milik, dalam hal ini tidak mengakibatkan tidak
dapat diterimanya gugatan, menyatakan batal
surat bukti hak milik yang dikeluarkan oleh
instansi agraria secara sah tidak termasuk
wewenang pengadilan melainkan semata-mata
termasuk wewenang administrasi, pembatalan
surat bukti harus diminta oleh pihak yang
dimenangkan pengadilan kepada instansi agraria
berdasarkan putusan pengadilan yang
diperolehnya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 539 K / Sip / 1971


tanggal 3 Nopember 1971
(dalam “ Yurisprudensi Jawa Barat II 1969-1972 “,
terbitan Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologie
UNPAD) jo Putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Juli
1974 No. 480 K / Sip / 1973 (dimuat dalam buku “
Rangkuman Yurisprudensi Indonesia II “, Mahkamah
Agung RI, halaman 14.)
Sesudah berlakunya UUPA maka hanya
perjanjian jual beli yang dilakukan dihadapan
PPAT yang merupakan jual beli tanah yang sah.
Perikatan jual beli tanah yang dilakukan
dihadapan Notaris belum merupakan jual beli,
tetapi hanyalah merupakan Perjanjian untuk
melakukan sesuatu ( om ist te doen ) untuk mana
9
berlaku BW pasal 1239 dan seterusnya.
Sesudah berlakunya UUPA ( UU No. 5 / 1960 )
pemindahan hak atas tanah diatur dalam PP no.
10 tahun 1961 (lihat pasal 26 UU no. 5 / 1960 jo
pasal 19 PP no. 10 / 1961)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1078K/SIP/1971


Yang berwenang menyelesaikan perselisihan
tentang sewa menyewa adalah kantor urusan
perumahan, suatu perselisihan merupakan
perselisihan sewa menyewa, jika salah satu pihak
tidak memenuhi isi perjanjian sewa menyewa
Yurisprudensi : Putusan MA No. 84.K/Sip/1973
tanggal 25-6-1973
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1993)
Catatan dari buku desa (Letter C) tidak dapat
dipakai sebagai bukti hak milik jika tidak disertai
dengan bukti-bukti lain.

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1082 K/Sip/1973


tanggal 16 Juni 1974
Jual beli yang dilakukan di hadapan
Notaris/PPAT adalah sah menurut hukum oleh
karenanya harus dilindungi

Yurisprudensi : Putusan MA No. 565.K/Sip/1973


tanggal 21-8-1974
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1993)
Gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima
karena dasar gugatan tidak sempurna, dalam hal
ini karena hak penggugat atas tanah sengketa
tidak jelas.

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1341K/SIP/1974


Pengadilan tidak berwenang untuk memeriksa
dan mengadili permohonan penetapan "hak atas
tanah" tanpa adanya sengketa atas hak tersebut

10
Yurisprudensi : Putusan MA No. 148K/SIP/1976
Pemisahan harta peninggalan dalam perkara ini
tidak termasuk wewenang camat

Yurisprudensi : Putusan MA No. 521K/SIP/1975


Jual beli rumah dianggap meliputi juga
pemindahan hak sewa/hak pemakaian tanah
diatas mana rumah itu sendiri

Yurisprudensi : Putusan MA No. 544K/SIP/1976


Berdasarkan pasal 19 Peraturan Pemerintah
nomor 10/1961 setiap pemindahan hak atas
tanah harus dilakukan dihadapan pejabat
pembuat akte tanah. setidak-tidaknya dihadapan
kepala desa yang bersangkutan (dalam kasus ini
tukar-menurkar rumah/tanah hanya dilakukan
secara dibawah tangan disurabaya, walaupun
kemudian disahkan oleh kepala kecamatan
tanimbar utara)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1729K/SIP/1976


Pengabdian tanah (erfdienstbaarheid) tidak
berakhir dengan bergantinya pemilik-pemilik
tanah yang bersangkutan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1397K/SIP/1978


Karena tanah sengketa menjadi milik penggugat,
jauh sesudah tergugat mendiaminya, maka
sudahlah tepat dinyatakan, bahwa tergugat tidak
melakukan penyerobotan atas tanah tersebut

11
Yurisprudensi : Putusan MA No. 665K/SIP/1979
Dengan telah terjadinya jual beli antara penjual
dan pembeli yang diketahui oleh kepala kampung
yang bersangkutan dan dihadiri oleh dua orang
saksi, serta diterimanya harga pembelian oleh
penjual, maka jual beli itu sudah sah menurut
hukum, sekalipun belum dilaksanakan dihadapan
pejabat pembuat akte tanah

Yurisprudensi : Putusan MA No. 992K/SIP/1979


tanggal 14 April 1980
Semenjak akte jual beli ditanda tangani didepan
pejabat pembuat akte tanah, hak milik atas tanah
yang dijual beralih kepada pembeli

Yurisprudensi : Putusan MA No. 684K/SIP/1982


Karena penguasaan tanah sengketa oleh
tergugat adalah secara melawan hukum, maka
tanpa harus dibuktikan lebih dulu siapa pemilik
tanah itu, tanah harus dikembalikan dulu dalam
keadaan semula, yaitu harus diserahkan lagi
kepada penggugat dan jika tergugat merasa
sebagai pemilik tanah tersebut, harus
mengajukan gugatan terhadap penggugat di
muka pengadilan negeri

Yurisprudensi : Putusan MA No. 2339K/SIP/1982


Menurut uupa pasal 5 bagi tanah berlaku hukum
adat, hal mana berarti rumah dapat diperjual-
belikan terpisah dari tanah (pemisahan
horizontal)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 010K/SIP/1983


Penguasaan saja terhadap tanah sengketa, tanpa
ada bukti adanya alas hak (rechtstitel) dari pada
penguasaan itu, belumlah membuktikan bahwa
yang bersangkutan adalam pemilik tanah tersebut

12
Yurisprudensi : Putusan MA No. 607K/SIP/1983
Perjanjian jual beli tanah antara penggugat
dengan tergugat pada tanggal 12 oktober 1981
tersebut adalah sah dan dengan demikian kedua
pihak harus menyelesaikan surat jual beli dan
balik nama tanahnya pada instansi agraria
setempat

Yurisprudensi : Putusan MA No. 2916K/PDT/1984


Berdasarkan surat bukti p.1 penggugat asal
bersama anaknya diberi hak untuk menempati
rumah sengketa selama penggugat asal masih
berstatus janda dan hak tersebut tetap melekat
kepada penggugat asal, meskipun rumah
sengketa masih berstatus beli angsur

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1210K/PDT/1985


Pengadilan Negeri yang telah memeriksa/
memutus permohonan tentang penentuan hak
atas tanag tanpa ada suatu sengketa,
menjalankan yurisdiksi volunter yang tidak ada
dasar hukumnya, permohonan tersebut
seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima

Yurisprudensi : Putusan MA No. 3176.K/Sip/1988


(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1991)
Sebidang tanah yang sudah jelas ada Sertifikat
nya tidak dapat diperjual-belikan begitu saja
berdasarkan surat girik, melainkan harus
didasarkan atas sertifikat tanah yang
bersangkutan, yang merupakan bukti otentik dan
mutlak tentang pemilikan tanah, sedangkan girik
hanya sebagai tanda untuk membayar pajak.

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1816K/PDT/1989


Pembeli tidak dapat dikualifikasikan sebagai
yang beritikad baik, karena pembelian dilakukan

13
dengan ceroboh, ialah pada saat pembelian ia
sama sekali tidak meneliti hak dan status para
penjual atas tanah terperkara, karena itu ia tidak
pantas dilindungi dalam transaksi itu

Yurisprudensi : Putusan MA No. 522K/PDT/1990


Sebelum berlaku uupa tahun 1960, berdasarkan
vervreemdingsverbod, s.1875 no.179, tanah milik
pribumi tidak dapat dialihkan kepada golongan
asing, jual beli tanah yang melanggar larangan
tersebut tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum

Yurisprudensi : Putusan MA No. 478.K/Pdt/1991


tanggal 30 April 1996
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1996)
Judex facti telah salah menerapkan hukum,
karena bukti T.1 yang merupakan Sertifikat Hak
Milik atas nama Tergugat I merupakan akta
autentik yang kurang dipertimbangkan.

Yurisprudensi : Putusan MA No. 0234K/PDT/1992


Bahwa buku letter c desa bukan merupakan bukti
hak milik, tetapi hanya merupakan kewajiban
seseotang untuk membayar pajak terhadap tanah
yang dikuasainya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 3888K/PDT/1994


Bahwa judex factie telah salah menerapkan
hukum pembuktian karena pemohon kasasi
adalah penghuni utama dari rumah sengketa dan
sip yang diperolehnya adalah sah dan sudah
memenuhi syarat-syarat serta dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang, sehingga pemohon
kasasi tidak terbukti melakukan perbuatan
melawan hukum

14
Yurisprudensi : Putusan MA No. 4540K/PDT/1998
tgl 26 September 2000
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 2000)
Bahwa penerbitan sertifikat hak atas tanah
melalui "prona" (proyek nasional), bukan
ditentukan oleh status tanah asal, tetapi
merupakan cara pensertifikatan tanah dengan
proses cepat dan biaya ringan, karena mendapat
subsidi dari pemerintah,
Dengan pertimbangan a.l. :
Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum
tentang penerbitan sertifikat melalui prona, atas
pertimbangan yang menyatakan bahwa karena
terbitnya sertifikat tersebut melalui "Prona" maka
berarti bahwa tanah sengketa semula adalah
tanah Negara,

Yurisprudensi : Putusan MA No. 586K/PDT/2000


Bilamana terdapat perbedaan luas dan batas-
batas tanah sengketa dalam posita dan petitum,
maka petitum tidak mendukung posita, karena itu
gugatan dinyatakan tidak dapat diterima sebab
tidak jelas dan kabur

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1588K/PDT/2001


Sertifikat tanah yang terbit lebih dahulu dari akta
jual beli, tidak berdasarkan hukum dan
dinyatakan batal, penerbitan sertifikat tanah
tanpa ada pengajuan permohonan dari pemilik
adalah tidak sah

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1974K/PDT/2001


Peralihan hak atas tanah dinyatakan cacat hukum
karena pemalsuan tanda tangan sehingga batal
demi hukum jual beli tanah harus dibuktikan
melalui pemeriksaan dari laboratorium
kriminologi atau ada putusan pidana yang
menyatakan tanda tangan dipalsukan
15
Yurisprudensi : Putusan MA No. 5/Yur/Pdt/2018
Jika terdapat sertifikat ganda atas tanah yang
sama, dimana keduanya sama-sama otentik maka
bukti hak yang paling kuat adalah sertifikat hak
yang terbit lebih dahulu.
Penjelasan :
Sertifikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah,
hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang
masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan (Pasal 1 angka 20
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah). Idealnya, satu
bidang tanah hanya terdaftar dalam satu
sertifikat. Namun, pada kenyataanya, sering
ditemukan sengketa hak milik atas tanah yang
timbul karena sertifikat ganda. Terhadap tanah
yang sama, terdapat lebih dari sertifikat tetapi
beda pemilik. Adanya sertifikat ganda tentu
melahirkan konflik dan saling klaim kepemilikan
atas tanah yang tercatat dalam sertifikat.
Pertanyaannya adalah, apabila terjadi sengketa
atas tanah karena adanya sertifikat yang lebih
dari satu atas tanah yang sama, sertifikat mana
yang akan diakui legalitasnya?
Berkaitan dengan sertifikat ganda tersebut,
Mahkamah Agung (MA) berpendapat bahwa bila
terdapat dua atau lebih sertifikat atas tanah yang
sama, maka sertifikat yang sah dan berkekuatan
hukum adalah sertifikat yang diterbitkan lebih
awal. Pendapat MA tersebut tertuang dalam
putusan No. 976 K/Pdt/2015 (Liem Teddy vs
Kodam III/Siliwangi TNI Angkatan Darat)
tanggal 27 November 2015. Dalam putusan itu,
Mahkamah Agung berpendapat:
bahwa dalam menilai keabsahan salah satu dari 2
(dua) bukti hak yang bersifat outentik maka
berlaku kaedah bahwa sertifikat hak yang terbit
16
lebih awal adalah yang sah dan berkekuatan
hukum.
Pendapat tersebut ditegaskan lagi dalam putusan
No. 290 K/Pdt/2016 (Lisnawati vs Ivo La Bara,
dkk.) tanggal 17 Mei 2016, dan putusan No. 143
PK/Pdt/2016 (Nyonya Rochadini, dkk. Vs
Pintardjo Soeltan Sepoetro dan Nyonya Janda
Mumahhaimawati) tanggal 19 Mei 2016. Dalam
putusan tersebut MA menyatakan bahwa:
Bahwa jika timbul sertifikat hak ganda maka bukti
hak yang paling kuat adalah sertifikat hak yang
terbit lebih dahulu†¦.•
Pada tahun 2017, MA tetap konsisten dengan
pendapat tersebut di atas. Hal ini terlihat dalam
putusan MA No. 170 K/Pdt/2017 (Hamzah vs
Harjanto Jasin, dkk.) tanggal 10 April 2017;
Putusan No. 734 PK/Pdt/2017 (Menteri Keuangan
Republik Indonesia dan Kodam III/Siliwangi TNI
Angkatan Darat) tanggal 19 Desember 2017; dan
Putusan No. 1318 K/Pdt/2017 (Drs Anak Agung
Ngurah Jaya vs Anak Agung Putri dan A.A.
Ngurah Made Narottama) tanggal 26 September
2017.
Pertimbangan hukum putusan No. 734
PK/Pdt/2017 menyatakan:
Bahwa jika ditemukan adanya 2 akta otentik maka
berlaku kaedah sertifikat yang terbit lebih dahulu
adalah sah dan berkekuatan hukum Sertifikat Hak
Guna Bangunan (SHGB) Nomor 1458 yang
kemudian diperpanjang dengan Sertifikat Hak
Guna Bangunan (SHGB) Nomor 46/Kelurahan
Babakan Ciamis atas nama Turut Tergugat I (PT
Propelat) yang kemudian oleh PT Propelat dijual
kepada Termohon Peninjauan Kembali tanggal 11
Februari 1993, lebih dulu dapat Sertifikat Hak
Pakai Nomor 18 yang terbit tanggal 11 November
1998.
Selain itu gugatan atas adanya sertifikat ganda
17
tersebut juga harus menjadikan Kantor
Pertanahan setempat sebagai pihak tergugat atau
turut tergugat. Tidak ditariknya pihak Kantor
Pertanahan sebagai pihak mengakibatkan
gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima,
oleh karena apabila gugatan dikabulkan dapat
berakibat putusan tidak dapat dilaksanakan. Hal
ini ditegaskan dalam putusan MA No. 3029
K/Pdt/2016 tanggal 26 Januari 2017 yang
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Sekayu
No. 14/Pdt.G/2015/PN.Sky tanggal 29 Desember
2015.
Sikap hukum Mahkamah Agung, bahwa apabila
terdapat sertifikat ganda atas bidang tanah yang
sama, maka bukti hak yang paling kuat adalah
sertifikat hak yang terbit lebih dahulu, telah
menjadi yurisprudensi tetap. Hal ini dikarenakan
Mahkamah Agung telah secara konsisten
menerapkan sikap hukum tersebut di seluruh
putusan dengan permasalahan hukum serupa
sejak tahun 2015. Yurisprudensi Putusan No : 170
K/Pdt/2017 dan Putusan No: 1318 K/Pdt/2017
dengan kaidah hukum : Jika terdapat sertifikat
ganda atas tanah yang sama, dimana keduanya
sama-sama otentik maka bukti hak yang paling
kuat adalah sertifikat hak yang terbit lebih dahulu

2) Putusan Pilihan :

Putusan MA No. 1589K/Sip/1989 tanggal 16 Juli 1992


(dimuat dalam Varia Peradilan Mei 1993 hal. 109)
Perbuatan jual beli tanah, yang terjadi sebelum
berlakunya UUPA No. 5/1960 jo PP No. 10 /
1961, keabsyahannya dinilai menurut ketentuan
hukum adat tentang jual beli tanah yang harus
memenuhi syarat tunai dan terang (Kontante
handeling dan Simultaneus transfer). Bilamana

18
kedua syarat pokok tersebut telah dipenuhi maka
perbuatan hukum jual beli tanah ini adalah syah
menurut hukum.

Putusan MA No. 3412 K/Pdt/2002 (Pertimbangan


halaman 21 )
bahwa menurut Judex Factie, jual beli yang
dilakukan antara Turut Tergugat dengan
Tergugat I adalah jual beli pura-pura untuk
mendapat kredit, namun yang terbukti jual beli
antara Tergugat I dengan Turut Tergugat
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku,
dilakukan di hadapan Camat Kepala Wilayah
Kecamatan Wenang selaku Pejabat Pembuat
Akta Tanah dan Sertifikatnya juga telah dibalik
nama ke atas nama Tergugat I. Dengan demikian
objek sengketa dengan Sertifikat atas nama
Tergugat I yang diagunkan kepada Tergugat III
(Pemohon Kasasi/Bank Mandiri) adalah sah,
karena diajukan oleh pemilik yang sah

Putusan MA No. 1823 K/PDT/2004 (Pertimbangan


halaman 16)
Judex factie Pengadilan Tinggi telah salah
menerapkan hukum, sebab berdasarkan Undang-
Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Pemukiman, Pasal 12 ayat (3) jo. (6), sewa
menyewa penghunian rumah secara lisan, demi
hukum berakhir setelah tiga tahun berlakunya
undangundang ini ;

Putusan MA No. 1786 K/Pdt /2010 (Pertimbangan


halaman 35)
Bahwa menurut hukum seharusnya dengan
meninggalnya Ir. I Ketut Sandhi pada tanggal 16
Juni 2007 maka akta kuasa persetujuan untuk
menjual No.12 tanggal 30 April 2007 (T.I-4)
tersebut, berakhir (Pasal 1813 KUHPerdata jo.
19
Pasal 1819 KUHPerdata) dan tidak dapat
dijadikan dasar untuk menerbitkan akta jual-
beli, atas obyek sengketa karena obyek sengketa
sudah harus beralih kepada ahli warisnya yaitu
para Penggugat;

Putusan MA No. 683 PK/Pdt/2011 tgl 3 Pebruari


2012 (Pertimbangan hal. 18 )
antara Penggugat dengan Tergugat belum
terjadi jual beli maka tanah obyek sengketa
masih menjadi milik Tergugat ;
Bahwa karena sampai batas waktu yang
ditentukan Penggugat tidak memenuhi
kewajibannya membayar lunas tanah obyek
sengketa, maka terbukti Penggugat telah
wanprestasi, maka tuntutan pembatalan
perjanjian pengikatan jual-beli tanah obyek
sengketa dapat dikabulkan;

Putusan MA No. 2491 K/PDT/2011 (Pertimbangan


halaman 43 )
Bahwa Para Penggugat tidak memiliki bukti
cukup yang menerangkan bahwa Penggugat
telah membeli keseluruhan tanah milik Ali
Madiadja orang tua Para Tergugat;
Bahwa kwitansi tidak menyebutkan secara tegas
keseluruhan tanah yang dibeli, keterangan saksi
Penggugat yang tidak didukung bukti surat yang
menyebutkan keseluruhan tanah yang dibeli,
tidak dapat diterima sebagai dasar bukti
pembelian keseluruhan ...... tanah;

Putusan MA No. 377 K/Pdt/2012 (Pertimbangan


halaman 17 )
Bahwa Surat Pernyataan (P.1) yang dibuat oleh
Tergugat II yang menyatakan objek sengketa
telah dibeli oleh Penggugat, hanya merupakan

20
surat pernyataan sepihak yang tidak didukung
oleh bukti pembayaran, tidak mempunyai nilai
pembuktian tentang terjadinya jual beli tanah
objek sengketa;
Bahwa Sertipikat Hak Milik No. 2399/Desa
Sumberberas (T.T.1) yang diterbitkan Kantor
Pertanahan Banyuwangi yang proses
pembuatannya sesuai dengan prosedur dan
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan serta sesuai dengan Surat
Ukur No. 00026/2006 tanggal 28 April 2006
merupakan bukti otentik yang mempunyai nilai
pembuktian yang sempurna dan menentukan,
tanah objek sengketa milik Tergugat I, III dan IV
dalam Konvensi/Pengggugat Rekonvensi;

Putusan MA No. 422 PK/Pdt/2012 (Pertimbangan


halaman 17 )
Bahwa Judex Facti (Pengadilan Negeri yang
dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi) telah
melakukan kekhilafan dalam putusannya dengan
mengabulkan sebagian gugatan Penggugat
dengan menyatakan Tergugat telah melakukan
perbuatan melawan hukum menghentikan
perjanjian lisan dalam jual beli tanah dengan
Penggugat, padahal antara Penggugat dengan
Tergugat telah membuat Akta Pengikatan Jual
Beli tanah Nomor 6 tanggal 11 Juni 2010 dimana
Penggugat belum melunasi pembayaran harga
tanah yang disepakati karena baru membayar
sebagian;
Bahwa dasar kesepakatan lisan dalam melakukan
jual beli atas tanah yang sudah berbentuk
Sertifikat Hak Milik (nomor 60 dan 108) adalah
tidak dapat dibenarkan menurut hukum
pertanahan;
Demikian juga Akta Pengikatan belum
mengalihkan hak kepemilikan atas tanah, terlebih
21
lagi dalam perkara ini pihak penjual dan pembeli
belum tanda tangan;
Bahwa dengan demikian berhubung tanah belum
sah pengalihan haknya, maka objek sengketa
tetap milik Tergugat;

Putusan MA No. 2322 K/Pdt/2012 (Pertimbangan


halaman 20)
Bahwa meneliti hubungan hukum antara
Penggugat dengan Tergugat adalah didasarkan
kepada Surat Persetujuan dan Pernyataan
Pelepasan Hak tertanggal 23 Januari 1992 (P4)
dimana Penggugat menyetujui tanahnya seluas +
2960 M2 dipergunakan untuk keperluan Proyek
Jalan Padang By Pass dan Tergugat berjanji
akan memberi tanah Pengganti seluas tanah yang
disewakan tersebut;
Bahwa berdasarkan bukti P4 tersebut jelas
bahwa tanah seluas +2960 M2 milik kaum
Penggugat tersebut adalah dipergunakan untuk
kepentingan umum dan tidak ada diperjanjikan
untuk memberikan ganti rugi, oleh karenanya
adalah tidak beralasan untuk menghukum
Tergugat membayar ganti rugi dan juga tidak
beralasan untuk menghukum Tergugat membayar
uang paksa (dwangsom);

Putusan MA No. 3512 K/Pdt/2012 (Pertimbangan


halaman 24 )
Bahwa dasar kepemilikan Tergugat yang
dijadikan dasar penolakan gugatan a quo oleh
Judex Facti adalah adanya bukti P.12 berupa “
Surat Kuasa Menjual ” objek sengketa;
Bahwa menurut hukum dengan adanya Akta
Pengikatan dan Surat Kuasa Menjual tersebut “
belum ” mengalihkan hak kepemilikan asal tanah
objek sengketa kepada pihak pembeli i.c
Tergugat, tegasnya dengan kedua surat tersebut
22
hak kepemilikan masih ada pada pemilik asal
tanah karena belum terjadi jual beli atas tanah
menurut hukum pertanahan;
Bahwa telah terbukti Penggugat adalah ahli
waris alm. pemilik asal tanah, sehingga yang
bersangkutan berhak mengajukan gugatan a quo
dan oleh karena telah terbukti “objek sengketa
belum beralih kepada pihak Tergugat, maka
gugatan Penggugat petitum 2, 4, 5 dapat
dikabulkan dan petitum 8 tentang uang paksa
sesuai rasa keadilan dikabulkan sebesar
Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap
harinya, sedangkan tuntutan selebihnya harus
ditolak;

Putusan MA No. 213 K/Pdt/2013 tgl 23 Desember


2014 (Pertimbangan hal.13)
Bahwa ternyata dalam gugatan pihak Bank
Danamon tidak ditarik sebagai pihak, dengan
demikian gugatan menjadi tidak lengkap/kurang
pihak;
Bahwa padahal Bank Danamon yang sudah
memberikan pinjaman dengan pengikatan Hak
Tanggungan harus diikutkan disebabkan dengan
dialihkannya objek sengketa sehingga SHM telah
menjadi atas nama Tergugat yang kemudian
dijadikan jaminan utang pada Bank Danamon
maka proses jual beli secara hukum telah sesuai
dengan aturan pertanahan;
Bahwa masalah kurangnya pembayaran artinya
belum lunas, tidak menjadikan jual beli tersebut
cacat hukum karena sisa pelunasan yang belum
dibayar menjadi utang Tergugat;

Putusan MA No. 437 PK/Pdt/2013 (Pertimbangan


halaman 61 )
Bahwa memperhatikan dengan seksama "adanya
pembayaran/pencicilan utang" yang dilakukan
23
Penggugat kepada Tergugat sejak tanggal 23
Januari 2003 (bukti P-2), tanggal 3 Juni 2003
(bukti P-4 dan P-5), tanggal 6 Juni 2003 (bukti
P-6) membuktikan hubungan hukum yang terjadi
antara kedua belah pihak adalah hubungan utang
piutang;
Bahwa hal ini membuktikan tidak ada hubungan
jual beli antara kedua belah pihak setelah
dihubungkan dengan bukti T.1-I/T.2-I yang
berupa Surat Perjanjian Jual Beli dan
Pengosongan tanggal 3 Oktober 2002, seakan-
akan pada tanggal 3 Oktober 2002 telah terjadi
jual beli atas objek sengketa, padahal pada
tanggal 23 Januari dan seterusnya, Penggugat
masih membayar/mencicil hutangnya kepada
Tergugat;
Bahwa dari fakta tersebut di atas membuktikan
tidak ada hubungan jual beli, melainkan
hubungan utang piutang antara kedua belah
pihak, sehingga akte jual beli yang dibuat
menjadi cacat hukum dan tidak mempunyai
kekuatan hukum;
Terlebih lagi setelah menyimak jawaban
Tergugat yang menerangkan "pembayaran
Penggugat" tersebut adalah dalam rangka
Penggugat akan membeli kembali ke-4 bidang
tanah sengketa dalam waktu 1 tahun, menambah
keyakinan bahwa hubungan hukum kedua belah
pihak adalah hubungan utang piutang, dan jual
beli tersebut merupakan jual beli purapura
sehingga batal demi hukum;

Putusan MA No. 2110 K/Pdt/2013 (Pertimbangan


halaman 17)
Bahwa meneliti posita gugatan Penggugat
dihubungkan dengan jawaban Tergugat I,
ternyata posita gugatan Penggugat tidak
menguraikan dasar hukum perolehan hak atas
24
objek perkara dari Para Penggugat sehingga
memperoleh Sertipikat Hak Pakai Nomor 218
tanggal 27 Agustus 2009 dan Sertipikat Hak
Milik Nomor 1352 tanggal 24 Maret 2009;
Bahwa dari fakta persidangan ternyata Para
Penggugat tidak pernah menguasai objek
perkara sedangkan Tergugat I telah menguasai
objek perkara sejak lama yaitu dari almarhum
Djohan Rassat Gelar Rajo Bungsu (ayah
Tergugat I) dan hal ini dikuatkan oleh Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan tetap yaitu
Putusan Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta
Nomor 686/1960G tanggal 14 Desember 1960 jo.
Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor
82/1975. PT.Perdata jo. Putusan Mahkamah
Agung R.I. Nomor 1970 K/Sip/1982 jo. Putusan
Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I.
Nomor 280 PK/PDT/1985 tanggal 9 Februari
1987;
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut
gugatan Penggugat adalah kabur

Putusan MA No. 2495 K/Pdt/2013 (Pertimbangan


halaman 43 )
Bahwa berdasarkan Perjanjian Jual Beli antara
Penggugat dengan Tergugat pada tanggal 12
Maret 2012, Tergugat sebagai pemilik tanah
berikut bangunan yang ada di atasnya, Sertifikat
Hak Milik (SHM) Nomor 3268/Wadasdari seluas
5.200 m² atas nama Tergugat, in casu objek
sengketa yang dijual oleh Tergugat kepada
Penggugat dengan harga yang disepakati sebesar
Rp ... dan dibayar secara bertahap sebanyak 3
(tiga) kali;
Bahwa Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi sebagai Pembeli telah membayar
lunas harga tanah tersebut, akan tetapi Tergugat
Konvensi/ Penggugat Rekonvensi tidak mau
25
menindaklanjuti untuk melaksanakan jual- beli
dengan menandatangani Akta Jual Beli, dengan
demikian Tergugat Konvensi/ Penggugat
Rekonvensi telah cidera janji (wanprestasi);
Bahwa tentang adanya kelebihan tanah yang
menurut Tergugat Konvensi/Penggugat
Rekonvensi seluas 182 m² maka wajib bagi
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk
membayarnya sesuai dengan kesepakatan, maka
tidak dapat dijadikan alasan untuk membatalkan
perjanjian jual-beli;

Putusan MA No. 2155 K/Pdt/2015 (Pertimbangan


halaman 13)
Bahwa untuk sahnya jual beli atas tanah, maka
jual beli tersebut harus dilakukan secara tunai,
kontan dan terang, hal mana tidak terbukti
adanya dalam perkara ini, bahwa telah benar
adanya pembayaran sejumlah uang berdasarkan
kwitansi, tidak cukup menunjukkan bahwa
adanya jual beli in casu antara Tergugat dengan
Penggugat atas obyek sengketa;

Putusan MA No. 3093 K/Pdt/2015 tgl 11 Februari


2016 (Pertimbangan hal. 18 )
Judex Facti/Pengadilan Tinggi Palangkaraya
telah salah menerapkan hukum dengan
pertimbangan sebagai berikut:
Bahwa pada tanggal 28 Juni 2007, Penggugat
selaku calon pembeli dengan Tergugat sebagai
calon penjual sepakat melakukan pengikatan jual
beli atas tanah milik Tergugat;
Bahwa Penggugat telah melakukan pembayaran
uang muka sebesar Rp60.000.000.- (enam puluh
juta rupiah) dan angsuran ke-1 s/d ke-5 sebesar
Rp16.890.000 … dan cicilan ke-6 sebesar
Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah).
Bahwa ternyata Tergugat baru menerima selain
26
uang muka, hanya angsuran ke-1 dan ke-2
sebesar Rp33.780.000,- (tiga puluh tiga juta
tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah);
Bahwa, berdasarkan keterangan notaris yang
menyimpan dokumen jual beli menyatakan, belum
ditanda tangani akta jual beli karena
Penggugat/Pembeli belum membayar pajak
pembelian sebagaimana diatur dalam surat
keputusan menteri perumahan rakyat Nomor
9/KPTS/M/1995, yang menegaskan, sebelum
dilakukan penanda-tanganan akta jual beli atau
pada saat jual beli, pembeli wajib membawa
pelunasan harga tanah dan memperlihatkan
kwitansi pelunasan;
Bahwa berdasarkan keterangan saksi yaitu
notaris belum dilaksanakan penanda tanganan
akta jual beli karena pembeli belum membayar
pajak pembelian;
Bahwa, untuk pelaksanan jual beli, pembeli
memenuhi kewajiban membayar harga tanah,
selain uang muka juga melunasi seluruh cicilan
sebagaimana disepakati pada tanggal 28 Juni
2007 dan penjual berkewajiban menyerahkan
objek jual beli termasuk melakukan
penandatangan akta jual beli;
Bahwa, atas keterlambatan akta jual beli,
Penggugat rugi karena terlambat mengolah
tanah tapi untung atas kenaikan harga tanah
sekarang dari 10 tahun yang lalu, Tergugat
selaku penjual bisa memanfaatkan uang muka
tapi rugi terhadap kenaikan harga tanah
sekarang yang dinilai harga 10 tahun yang lalu

Putusan MA No. 1112 K/Pdt/2016 (Pertimbangan


halaman 14)
Bahwa terlepas dari alasan-alasan kasasi Para
Pemohon Kasasi, oleh karena tuntutan pokok
Para Penggugat adalah mengenai kepemilikan
27
atas tanah objek sengketa yang menurut dalilnya
merupakan miliknya berasal dari warisan orang
tua Para Penggugat Op. Jahelem Simbolon
seluas + 1 ha terletak di Desa Salaon Dolok,
Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir
yang telah dinyatakan tidak terbukti begitu juga
dalildalil selebihnya, maka dengan demikian
tidak ada lagi relevansinya untuk mengabulkan
tuntutan Para Penggugat semata-mata mengenai
keahliwarisannya saja;

Putusan MA No. 707 K/Pdt/2017 (Pertimbangan


halaman 15)
Bahwa Perjanjian Perikatan Jual Beli (surat
bukti bertanda P-1) belum merupakan perjanjian
jual beli tanah tetapi harus dipatuhi, untuk
kemudian ditindaklanjuti dengan Akta Jual Beli
sesuai peraturan perundang-undangan setelah
tahap pembayaran yang disebutkan dalam
Perjanjian Perikatan diikuti;

Putusan MA No. 1806 K/Pdt/2017 (Pertimbangan


halaman 32)
Bahwa objek sengketa berupa tanah Sertipikat
Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 35 pada
tanggal 23 September 1980 telah berakhir,
sehingga objek sengketa menjadi tanah negara;
Bahwa lagipula Sertipikat Hak Guna Bangunan
(SHGB) Nomor 35 berasal dari tanah Sertipikat
Hak Guna Bangunan (SHGB) ... seperti yang
didalilkan Penggugat;

28
b. Pembeli beritikad baik

1) Yurisprudensi :

Yurisprudensi : Putusan MA No. 251 K/Sip/1958


tanggal 26 Desember 1958
Pembeli yang telah bertindak dengan iktikad baik
harus dilindungi dan jual-beli yang bersangkutan
haruslah dianggap sah

Yurisprudensi : Putusan MA No. 52 K/Sip/1975


tanggal 23 September 1975
Walaupun Tergugat asal I dan Tergugat asal II
menjual lebih dari bagian warisan mereka,
jualbeli tanah itu tidak dapat dibatalkan untuk
melindungi pembeli yang jujur (beli tanah
warisan dari sebagian dari ahli waris) sedang
para Penggugat asal masih dapat menggugat
Tergugat asal I dan II

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1237 K/Sip/1973


tanggal 15 April 1976
Mengenai jual-beli rumah dan pekarangan
sengketa, sungguhpun penjualnya (Pr.
Masrohan) pada waktu itu masih dibawah umur,
tetapi karena ia dalam hal ini diwakili oleh
pamannya, lagi pula jual-beli itu dilakukan
menurut syarat undang-undang. Pengadilan
Tinggi menganggap jual-beli itu telah dilakukan
dengan iktikad baik dan Tergugat I dan II
sebagai pembeli dengan iktikad baik harus
mendapat perlindungan hukum

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1230 K/Sip/1980


tanggal 29 Maret 1982
Pembeli yang beriktikad baik harus mendapat
perlindungan hukum

29
Yurisprudensi : Putusan MA No. 1816 K/Pdt/1989
tanggal 22 Oktober 1992
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1993)
Pembeli tidak dapat dikualifikasikan sebagai
yang beritikad baik, karena pembelian dilakukan
dengan ceroboh, ialah pada saar pembelian ia
sama sekali tidak meneliti hak dan status para
penjual atas tanah terperkara. Karena itu ia
tidak pantas dilindungi dalam transaksi itu.
Dalam hal penerbitan suatu sertifikat
mengandung kesalahan tehnis kadasteral,
Mendagri berwenang membatalkan sertifikat
berdasarkan pasal 12 jo pasal 14 Perda
Mendagri No. 6 Tahun 1972 (30 Juni 1972)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 3201.K/Pdt/1991


tanggal 30 Januari 1996
(dalam “Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 1996)
Bahwa Pembeli yang beritikad baik harus
dilindungi

2) Putusan Pilihan :

Putusan MA No. PN Salatiga no. 20/Pts/1986/


Pdt.G/PN.Sal.
(dalam buku “Himpunan Putusan putusan Pengadilan
Negeri, terbitan Ditjen Pembinaan Badan Peradilan
Umum, DEP. KEHAKIMAN, 1988) hal 386
Tergugat I dalam perkara ini menguasai dan
memiliki obyek sengketa karena telah membeli
obyek sengketa berdasarkan Akta Jual Beli yang
dibuat dihadapan pejabat yang berwenang, oleh
karenanya maka Pengadilan berpendapat bahwa
Tergugat I adalah pembeli yang beritikad baik
dan harus dilindungi.

30
Putusan MA No. 3152.K/Pdt/1990 tanggal 25 Juni
1996 (dalam Varia Peradilan bulan: September 1998)
Pembeli yang beritikad baik harus mendapat
perlindungan hukum, ex pasal 1977 (1) BW.
Kepada pembeli yang beritikad baik tersebut
diatas, diberikan hak untuk memperoleh ganti
rugi uang (penggantian segala biaya) dari pihak
penjualnya, sebesar uang harga pembelian
barang ditambah dengan bungan 18% pertahun
terhitung sejak gugatan terdaftar di
kepaniteraaan Pengadilan Negeri.

Putusan MA No. 2956K/PDT/2010 (Pertimbangan


halaman 28)
Bahwa Para Pemohon Kasasi I dibenarkan
melakukan lelang atas objek lelang SHM No.
383/ Desa Jayaraga luas 630 M² atas nama
Penggugat I oleh karena Turut Tergugat I dan
Turut Tergugat II selaku Debitur tidak melunasi
hutangnya sehingga sesuai dengan Sertifikat Hak
Tanggungan No. 983/2004 tanggal 19 Oktober
2004, lelang tersebut adalah sah;
Bahwa penentuan harga limit adalah dapat
dibenarkan karena dengan harga limit pertama
tidak ada pembeli lelang dan karenanya pada
lelang kedua harga limit tersebut diturunkan
agar eksekusi lelang berhasil;
Bahwa seluruh proses lelang telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan lelang ;
Bahwa Tergugat IV/Pemohon Kasasi II selaku
pribadi dapat mengikuti lelang dan sah sebagai
pembeli lelang;
Bahwa sebagai pemenang lelang, maka pembeli
lelang adalah pembeli yang beritikad baik yang
harus dilindungi hukum;

31
Putusan MA No. 788 K/Pdt/2012 (Pertimbangan
halaman 35 )
Bahwa Judex Facti (pengadilan Tinggi) salah
dalam menerapkan hukum khususnya dalam
memepertimbangkan mengenai alat bukti berupa
surat perjanjian hutang piutang antara
Penggugat I/Termohon Kasasi I dengan Tergugat
I/Pemohon Kasasi I, yang didukung dengan bukti
kwitansi penerimaan uang. Bahwa obyek
sengketa telah di jadikan jaminan hutang piutang
tersebut dan telah disepakati memberikan surat
kuasa notarial untuk menjual obyek sengketa;
Bahwa maksud surat kuasa menjual tersebut
guna melindungi kepentingan kreditur apabila
debitur wanprestasi, sehingga surat kuasa
tersebut bukan merupakan bentuk surat kuasa
mutlak sebagaimana dimaksud oleh instruksi
Menteri Dalam negeri RI No.14 tahun 1982,
dengan demikian perbuatan hukum Tergugat
I/Pemohon I untuk mengalihkan obyek sengketa
kepada Tergugat II/Pemohon Kasasi II, telah
sesuai dengan prinsip peralihan hak atas tanah;
Bahwa peralihan hak atas obyek sengketa
berdasarkan akta otentik yang mempunyai
kekuatan bukti sempurna dan para
Penggugat/para Pemohon Kasasi tidak dapat
menyangkal kekuatan bukti tersebut. Oleh karena
itu Pemohon Kasasi II adalah pembeli yang
beritikat baik dan harus dilindungi hak-haknya;
Bahwa perjanjian hutang-piutang antara
Penggugat atau Nyonya Hoiriah dengan
Tergugat I Dewanto Attan tanggal 6 April 2009
dan addendum perjanjian hutangpiutang tanggal
15 Januari 2010, sesuai dengan Pasal 1338
KUHPerdata berlaku sebagai undang-undang
bagi Penggugat I dan Tergugat I;
Bahwa dalam addendum perjanjian hutang-
piutang tersebut disebutkan hutang Penggugat I
32
Hoiriah besarnya Rp975.000.000,-;
Bahwa Penggugat tidak dapat membuktikan
bahwa baik perjanjian hutang piutang maupun
addendum atas perjanjian hutang piutang adalah
tidak sah;
Bahwa obyek sengketa dalam perjanjian hutang
piutang tidak dijadikan jaminan dan diikuti
dengan Surat Kuasa menjual kalau Penggugat
wanprestasi;
Bahwa Surat Kuasa menjual yaitu kuasa No.16
tidak dapat dikwalifikasi sebagai Surat Kuasa
mutlak sebagaimana yang dimaksud atas
instruksi Mendagri No. 14 tahun 1982 dan jual
beli obyek oleh Tergugat I kepada Tergugat II
yang dilakukan dengan sistem dengan prosedur
yang sah maka jual beli objek sengketa adalah
sah dan sebagai pembeli yang beritikad baik
Tergugat II/Pemohon Kasasi II harus dilindungi;

c. Putusan Tata Usaha Negara

Putusan MA No. 1 PK/TUN/2019 tanggal 14 Maret


2019 Pertimbangan hlm. 5
a. Para Pemohon Peninjauan Kembali/Tergugat
II Intervensi di pandang sebagai pihak yang
mempunyai tanah dengan beritikad baik
berdasarkan:
1. Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa
(SHM 4878/Jatibening Baru Nomor
5619/Jatibening dan Tergugat II
Intervensi/Pemohon Peninjauan Kembali
meguasai terus menerus tanah objek sengketa;
2. SHM Nomor 2639/Jatibening, tanggal 9
Februari 1995, tidak pernah dikuasai oleh
Termohon Peninjauan Kembali/Penggugat;
3. Putusan Nomor 1854 K/Pid/2001 tanggal 5
Maret 2001, sehubungan tindak pidana dalam

33
penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa (SHM 4878) dinyatakan “lepas dari
tuntutan” hukum dan harus diselesaikan secara
perdata;
b. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas,
maka Para Pemohon Peninjauan Kembali adalah
“Pemegang Hak Atas Tanah dengan iktikad baik,
oleh sebab itu harus dilindungi secara Pidana,
Perdata maupun Tata Usaha Negara;

Putusan MA No. 07 PK/TUN/2015tanggal 28 April


2015 Pertimbangan hlm. 20
Bahwa sekalipun objek sengketa dalam perkara a
quo tentang Sertipikat Hak Milik yang
diterbitkan oleh Tergugat (Kepala Kantor
Pertanahan Kota Bandung), atas nama Anik
Mulyani Ariyani, SH., (Tergugat II
Intervensi/Pemohon Peninjauan Kembali) namun
dalam gugatan Penggugat dalam perkara ini
menyangkut masalah kepemilikan atas tanah,
Surat Hak Milik (SHM) tersebut dan menyangkut
masalah warisan karena Penggugat menyatakan
sebagai sepupu dari Almarhum Komariah
(pemilik asal tanah tersebut) menyatakan berhak
sebagai yang berhak atas warisan tersebut
sedangkan Tergugat II Intervensi membuktikan
bahwa ia adalah anak kandung dari Komariah
sehingga untuk menentukan siapa yang berhak
mewarisi tanah dari Komariah tersebut adalah
Pengadilan Agama kalau para pihak beragama
Islam;
Surat Penetapan Pengadilan Agama Garut yang
mengadili permohonan penetapan ahliwaris
tidak dapat dibenarkan karena diajukan secara
Voluntair yang seharusnya diajukan secara
Kontradiktoir karena menyangkut hak dari orang
lain yang merasa mempunyai hak sebagai

34
ahliwaris dan hal ini sesuai dengan
yurisprudensi Mahkamah Agung dalam perkara
No. 1210 PK/AG/1985 tanggal 30 Juni 1987

Putusan MA No. 10 PK/TUN/2012 tgl 09 November


2012 Pertimbangan hlm. 49
Judex Juris telah melakukan kekhilafan dalam
memutus sengketa ini dengan pertimbangan
sebagai berikut:
- Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara obyek
sengketa berasal dari Penggugat (Penggugat I s/d
Penggugat XVIII) yang tidak jelas status
hukumnya;
Lagi pula obyek sengketa bekas Verponding
Nomor 5853, 1304 dan sisa Gemente Surabaya
yang masih dalam pemeriksaan Pengadilan
Negeri Surabaya. (Vide putusan Nomor
697/Pdt.G/2008/PN.Sby., dimana gugatan
Penggugat ditolak), oleh karena itu hubungan
hukum dalam perkara a quo adalah memakai
tanah bukan sebagai Pemilik Tanah meskipun
Hak Atas Bangunan berada dan ada pada
Penggugat yang masih diuji kebenarannya lebih
lanjut pada Peradilan Umum;
- Bahwa Para Penggugat dalam mengajukan
gugatan telah daluwarsa, gugatan diajukan
tanggal 14 Oktober 2008 sedangkan obyek
sengketa terbit 1997 atas usulan Kepala Kantor
Pertanahan Jawa Timur 27 Juni 1996 Nomor
560.235.7790 juncto 2 Mei 1996 Nomor 560.1-
5891 dan seterusnya. Disamping itu, Para
Penggugat menempati tanah tersebut
berdasarkan ijin pemakaian tanah sejak tahun
1974 dan tahun 1998 serta Penggugat melakukan
pembayaran sewa (vide halaman 44 alinea 4);
- Bahwa gugatan Para Penggugat sudah ditolak
(amar Putusan Nomor 697/Pdt.G.2008/PN.Sby.)

35
karena tidak memiliki legal standing/kepentingan,
dimana tanah terperkara adalah tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara yang
didelegasikan kepada Tergugat untuk dikuasai
sebagai HPL, dan Penggugat sebagai Pemakai
Tanah berdasarkan HGB di atas tanah HPL
berdasarkan ijin pemakaian tanah dalam jangka
waktu yang ditentukan (vide halaman 97 Putusan
Nomor 697/Pdt.G/2008/PN.Sby.);
- Bahwa Para Penggugat sejak awal menghuni
obyek sengketa telah mengakui bahwa tanah
obyek sengketa yang ditempati adalah tanah yang
dikuasai oleh Tergugat II Intervensi dan
merupakan asset Pemerintah Daerah Surabaya;

Putusan MA No. 13 K/TUN/2017 tanggal 23


Februari 2017 Pertimbangan hlm. 13
Bahwa karena Penggugat mempunyai hubungan
darah (saudara kandung) dengan Budi Setiawan.
Oleh karena itu, Penggugat mempunyai
kepentingan untuk mempersoalkan keabsahan
keputusan objek sengketa. Penggugat juga dapat
membuktikan dalil dalam pokok perkara. Oleh
karena itu, peralihan hak atas tanah Sertifikat
Hak Milik Nomor 3382/Tegal Sari, tanggal 3
Januari 1996 berdasarkan keterangan palsu
yang termuat dalam akta autentik dapat
dinyatakan batal;

Putusan MA No. 15 K/TUN/2016 tanggal 07 Maret


2016 Pertimbangan hlm. 23
Bahwa peralihan objek sengketa tidak sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku, karena tidak didukung oleh
penyampaian data fisik maupun data yuridis
yang memadai, Penggugat dan pewaris
Penggugat telah menguasai tanah lokasi objek

36
sengketa sudah sejak lama dan turun temurun
sampai gugatan diajukan;

Putusan MA No. 16 PK/TUN/2016 tanggal 18 April


2016 Pertimbangan hlm. 19
Bahwa Pemohon Kasasi/Penggugat I lebih
dahulu memiliki sertipikat Hak Milik
No.528/Kelurahan Pekauman, tanggal 05
Agustus 2010, ... luas 148 M2. Demikian juga
Pemohon Kasasi/Penggugat II telah memiliki
Sertifikat Hak Milik No.507/Kelurahan
Pekauman, tanggal 21 April 1992, ... luas 225
M2, tanggal 24 Agustus 1988 atas nama
Nurhasanah Kang (almahumah) isteri Penggugat
II;
- Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan
setempat diketahui tumpang tindih dengan
sertifikat objek sengketa. Oleh karena itu
sepanjang sertifikat hak milik Pemohon Kasasi
tersebut belum dibatalkan, harus dipandang sah
secara hukum sebagaimana dimaksud Pasal 67
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan
untuk menjamin terwujudnya prinsip kepastian
hukum terhadap pemilik setifikat yang lebih
dahulu tersebut, maka sertifikat objek sengketa
harus dibatalkan;

Putusan MA No. 18 K/TUN/2013. tanggal 21 Maret


2013 Pertimbangan hlm. 16
Putusan Judex Factie telah salah menerapkan
hukum dengan “tidak menerapkan prinsip ke
hati-hatian atas penyelundupan hukum pinjam-
meminjam uang ke Lembaga Jual Beli”.

37
Perhatikan : “Pendapat Mahkamah Agung yang
melarang praktek jual beli atas tanah dengan
hak membeli kembali” ;
Seharusnya melihat Kronologi perbuatan/
peristiwa hukum tersebut, Termohon Kasasi
menerapkan prinsip kehati-hatian/kecermatan
untuk tidak melakukan pencatatan peralihan hak
(menunggu Putusan Pengadilan Perdata yang
berkekuatan hukum tetap) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa Surat Keputusan Objek Sengketa
mengandung cacat yuridis dari segi prosedural
maupun dari segi material substansialnya

Putusan MA No. 19 PK/TUN/2016 tanggal 7 April


2016, Pertimbangan hlm. 14
- Bahwa yang menjadi objek sengketa (objectum
litis) adalah tentang pengujian keabsahan
Keputusan Tata Usaha Negara berupa sertifikat
hak atas tanah, dan berdasarkan posita gugatan
yang menjadi permasalahkan adalah murni
tentang aspek prosedural yang bersifat
administratif terhadap penerbitan sertifikat objek
sengketa, yaitu pada waktu pengukuran tidak
diketahui oleh pihak yang memiliki tanah
sempadan sebagaimana telah dipertimbangkan
Judex Facti Pengadilan Tata Usaha Negara
Mataram;
- Bahwa keputusan objek sengketa diterbitkan
berdasarkan data yuridis dan data fisik yang
tidak konsisten, karena berdasarkan permohonan
dari Tergugat II Intervensi kepada Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Tengah
(vide bukti T -1), Surat Pernyataan dari Mamiq
Sayuman (vide bukti T-2), dan jawaban dari
Tergugat II Intervensi, tanah pada sertifikat

38
objek sengketa berasal dari tanah adat yang
dibeli di bawah tangan dari orang tua Tergugat
II Intervensi yang bernama Mamiq Sayuman,
akan tetapi pada sertifikat objek sengketa
tercantum asal tanah adalah tanah negara dan
dasar penerbitannya adalah Surat Keputusan
Pemberian Hak dari Kepala Kantor Pertnahan
Kab.Lombok Tengah (vide buktiT-5). Dengan
demikian, terdapat ketidakcocokan data yuridis
pada proses penerbitan sertifikat objek sengketa
sebagaimana dipertimbangkan oleh Judex facti
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram;
- Bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat
telah terbukti tumpang tindih antara tanah pada
sertifikat objek sengketa dan tanah makam H. Ali
dan berdasarkan keterangan saksi-saksi secara
fisik tanah tersebut telah digunakan untuk
kepentingan makam keluarga H. Ali dan
masyarakat sebagaimana dipertimbangkan oleh
Judex facti Pengadilan Tata Usaha Negara
Mataram. Dengan demikian, tanpa menunggu
terlebih dahulu putusan dari Peradilan Umum,
hakim pada Peradilan Tata Usaha Negara dapat
menilai keabsahan sertifikat objek sengketa dari
apek proseduralnya

Putusan MA No. 20 PK/TUN/2018 tanggal 27


Februari 2018 Pertimbangan hlm. 5
-Bahwa gugatan Penggugat belum kedaluwarsa,
dihitung sejak penyebutan objek sengketa dalam
gugatan Perkara Perdata Nomor
24/Pdt.G/2014/PN.Pwk, yang didaftarkan pada
tanggal 11 Agustus 2014, dan proses
kedaluwarsa tersebut terhenti sejak perkara
perdata didaftarkan sampai adanya putusan
pengadilan berkekuatan hukum tetap, sedangkan
gugatan dalam sengketa ini didaftarkan pada

39
Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung tanggal
23 Juli 2015;
-Bahwa terhadap keputusan objek sengketa yang
terbit tanggal 15 Februari 1992, sebelumnya
telah ada Sertipikat Hak Milik Nomor 283/Desa
Plered tanggal 24 Desember 1980 a.n. Tin
Achmad (yang telah diperbaharui dengan
Sertipikat Hak Milik Nomor 0780/Desa Plered
tanggal 29 Desember 2000) berdasarkan Akta
Jual Beli tanggal 14 Juli 1980, yang dibeli
Penggugat dari ahli waris almarhum H. Uwi;
-Bahwa tindakan hukum Tergugat menerbitkan
keputusan objek sengketa bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yaitu Pasal 3
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan asas-asas
umum pemerintahan yang baik yaitu asas
kecermatan;

Putusan MA No. 28 K/TUN/2019 tanggal 21


Februari 2019 Pertimbangan hlm. 8
bahwa berdasarkan putusan Peninjauan
Kembali Nomor 42 PK/Pdt/2015, tanggal 21
April 2015 (vide bukti T.II.Int.I-5 = T.II.Int.II-
12) telah diputuskan bahwa tanah yang termuat
dalam Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor
170/Kuningan Barat merupakan milik Pemohon
Kasasi I/dahulu Tergugat II Intervensi 1.
Sedangkan Sertipikat Hak Guna Bangunan
Nomor 00359/Kuningan Barat in casu objek
sengketa merupakan hasil dari pemecahan
Sertipikat Guna Bangunan Nomor 170/Kuningan
Barat. Oleh karena itu Termohon Kasasi/dahulu
Penggugat tidak memiliki kepentingan untuk
mengajukan gugatan atas penerbitan objek
sengketa a quo.

40
Putusan MA No. 28 PK/TUN/2019 tanggal 8 April
2019 Pertimbangan hlm. 11
-Bahwa berdasarkan bukti baru (novum)
ternyata Surat Kuasa yang dijadikan dasar
peralihan hak sertipikat a quo dinyatakan sah
oleh putusan hakim perdata yang sudah
berkekuatan hukum tetap. Dengan demikian
pencatatan peralihan hak harus dinyatakan sah,
sehingga putusan Peradilan Tata Usaha Negara
harus mendukung pelaksanaan putusan
Peradilan Perdata;
Bahwa pada hakekatnya sertipikat hak milik
yang dikeluarkan oleh Tergugat merupakan
bukti hak milik dan menurut putusan hakim
perdata yang berwenang memutus sengketa
keperdataan telah dinyatakan peralihan hak
milik dari Penggugat ke Ratna Indrawati adalah
sah dan berkekuatan hukum, maka sertipikat hak
milik objek sengketa a quo atas nama Ratna
Indrawati tetap berlaku untuk itu permohonan
Peninjauan Kembali harus dikabulkan dan
membatalkan putusan kasasi;

Putusan MA No. 29 PK/TUN/2018 tanggal 27


Februari 2018 Pertimbangan hlm. 3
Bahwa berdasarkan Lampiran angka 6 Keputusan
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Kota Surabaya Nomor
900/1633/436.6.13/2015, tanggal 02 April 2015
Tentang Syarat-Syarat Dan Verifikasi Pelayanan
Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan,
bahwa Persyaratan Pendaftaran Objek Baru
antara lain adalah menyerahkan fotocopy dan
menunjukkan asli surat tanah dan bangunan
(sertifikat/Akta Jual Beli/Hibah/Waris/SIPT/Petok
D/Leter C dan Surat Keterangan Riwayat Tanah,

41
akan tetapi berdasarkan pemohonan yang
diajukan Termohon Peninjauan Kembali, ternyata
Termohon Peninjauan Kembali hanya
menyerahkan Perjanjian Ikatan Jual
Beli, Kuasa Untuk Menjual (vide bukti P.3.5)
dihubungkan dengan permohonan pendaftaran
objek pajak baru dari Termohon Peninjauan
Kembali (vide bukti P-3.2), sehingga untuk
melindungi kepentingan hukum pihak lain terkait
dengan tanah yang bersangkutan maka beralasan
hukum permohonan dari Termohon Peninjauan
Kembali belum dapat dipenuhi sampai
dipenuhinya semua syarat secara kumulatif;

Putusan MA No. 34 PK/TUN/2018 tanggal 8 Mei


2018 Pertimbangan hlm. 5
bahwa alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan,
karena putusan Mahkamah Agung di tingkat
kasasi telah bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, terdapat
kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata di
dalamnya;
Menimbang, bahwa novum yang diajukan
Pemohon Peninjauan Kembali bersifat
menentukan, sehingga dapat menggugurkan
pertimbangan hukum dari putusan kasasi;
- Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di
atas, masih terdapat permasalahan kepemilikan
yang harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
Peradilan Perdata yang berwenang;
Bahwa alasan Peninjauan Kembali berdasar
hukum yaitu seharusnya Judex Juris tidak
sampai membatalkan Keputusan Tata Usaha
Negara objek sengketa, tetapi harus diperiksa,
siapakah yang paling berhak atas tanah yang di
atasnya terbit Keputusan Tata Usaha Negara
objek sengketa, apakah Pemohon Peninjauan

42
Kembali atau Termohon Peninjauan Kembali
atau Turut Termohon Peninjauan Kembali II;
- Bahwa putusan Judex Juris dengan ketiadaan
warkah dalam dokumen pertanahan Tergugat
berakibat batalnya sertipikat hak milik atas
nama Pemohon Peninjauan Kembali adalah
tidak adil, karena kecerobohan Tergugat
(Kepala Kantor Pertanahan) menjadi beban
yuridis Pemohon Peninjauan Kembali;

Putusan MA No. 35 K/TUN/2018 tanggal 15


Februari 2018 Pertimbangan hlm. 11
- Bahwa Para Penggugat menguasai tanah objek
sengketa secara fisik tanpa terputus berdasarkan
Surat Keterangan Hak Atas Tanah yang
dialihkan kepada Para Penggugat;
- Bahwa proses penerbitan sertipikat objek
sengketa tidak diketahui oleh pejabat/perangkat
desa setempat dalam hal ini Sekretaris Desa dan
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Gasing serta
tidak ada pengumuman yang dilakukan
sebagaimana ditentukan peraturan perundang-
undangan sehingga penerbitan Keputusan Tata
Usaha Negara objek sengketa cacat yuridis baik
secara prosedural maupun substansi
sebagaimana telah dipertimbangkan dengan
benar oleh pengadilan tingkat pertama,
karenanya harus dibatalkan;

Putusan MA No. 38 PK/TUN/2013 tanggal 19


Agustus 2014 Pertimbangan hlm. 57
- Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali adalah
Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) yang sah
berdasarkan Putusan No. 175 PK/PDT/2011
tanggal 19 Juli 2011 jo Putusan Kasasi
Mahkamah Agung No. 629 K/PDT/2009 tanggal
5 Agustus 2009 menyatakan sah kepengurusan

43
Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK)
sebagaimana tertuang dalam Akta Notaris
Resnizar Anasrul, SH, MH. Nomor: 3 tanggal 18
November 2005 dan menyatakan tidak sah
kepengurusan Perkumpulan Lyceum Kristen
(PLK) sebagaimana tertuang dalam Akta Notaris
Diastuti, SH No. 23 tanggal 16 Agustus 2004.
Dengan demikian Pemohon Peninjauan Kembali
berhak mengajukan permohonan penerbitan
sertifikat HGB terhadap aset-aset yang dimiliki
oleh Perkumpulan Lyceum Kristen dahulu Het
Christelijk Lyceum (HCL) yaitu sertifikat HGB
No. 1223, HGB 1224, HGB 1228, HGB 1229,
HGB 1230, HGB 1231 dan HGB 1232 yang
berakhir pada tanggal 23 September 1980;
- Bahwa berdasarkan putusan perdata No.
245/Pdt.G/1991/PN.BDG tanggal 29 April 1992
jo No. 218/Pdt/1992/PT.Bdg jo No. 3263
K/Pdt/1992 jo No. 58 PK/Pdt/1995 tanggal 20
Juni 1997 menyatakan Tergugat telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum dan menyatakan
Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar
janji/wanprestasi, dan putus hubungan sewa
menyewa atas Penggugat dengan Tergugat
terhadap bangunan-bangunan gedung sengketa
dan menghukum Tergugat untuk membayar ganti
rugi kepada Penggugat sebesar Rp. 200.000.000,-
(Dua ratus juta Rupiah). Bahwa yang dimaksud
Penggugat dalam perkara tersebut adalah
Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) atau
Pemohon Peninjauan Kembali.
Bahwa sebelum HGB atas nama Perkumpulan
Lyceum Kristen dahulu Het Christelijk Lyceum
tersebut berakhir tanggal 23 September 1980
Penggugat telah mengajukan permohonan
perpanjangan HGB pada tanggal 15 November
1979, tanggal 31 Mei 1980, tanggal 24 Mei 1980,
namun permohonan tersebut tidak ditindaklanjuti
44
oleh Pejabat yang berwenang, padahal
sebenarnya Penggugat mempunyai hak Prioritas
untuk mendapatkan perpanjangan hak yang
sudah ada sebelumnya, akan tetapi Tergugat
bertindak lain dengan penerbitan sertifikat HGB
No. 30/Lebak Siliwangi atas nama yayasan
Badan Perguruan Sekolah Menengah Kristen
Jawa Barat (BPSMK-JB) tanggal 30 September
2010;
Oleh karenanya tindakan Tergugat bertentangan
dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana disebutkan dalam Pasal 25
Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor:
40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan
Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
khususnya Asas Kecermatan dan Asas Kepastian
Hukum;
Oleh karenanya penerbitan sertifikat HGB atas
nama Yayasan Badan Pengurus Sekolah
Menegah Kristen Jawa Barat bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku tersebut dan
harus dibatalkan;

Putusan MA No. 39 PK/TUN/2017tanggal 20 April


2017 Pertimbangan hlm. 29
Bahwa terdapat bukti yang menentukan,
Termohon Peninjauan Kembali tidak mempunyai
hubungan hukum terhadap tanah yang diatasnya
terbit Keputusan Tata Usaha Negara objek
sengketa berdasarkan:
- Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor
13/Pid.C/2014/PN.Mdn tanggal 18 September
2014 (Novum PK-1);
- Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor
594/Pid.Sus/2014/PT.Mdn tanggal 28 November
2014 (Novum PK-2);

45
Bahwa dari kedua Novum putusan pidana
tersebut (vide Novum PK-1 dan PK-2) terbukti
penguasaan tanah oleh Penggugat adalah secara
melawan hukum dan tanpa hak. Dengan demikian
tidak dapat dibenarkan bahwa Tergugat tidak
cermat menerbitkan sertifikat hak milik objek
sengketa;

Putusan MA No.41 PK/TUN/2009 tgl 04 September


2009 Pertimbangan hlm. 21
a. Judex Juris khilaf / keliru dalam penerapan
hukum, sebab :
1. Yang digugat oleh Penggugat dalam perkara
ini adalah tentang keabsahan segi prosedur
penerbitan SHGB, bukan tentang alas hak
kepemilikan;
2. Putusan perdata yang dijadikan dasar oleh
Judex Juris tidak relevan dengan perkara ini ,
karena dalam perkara Tata Usaha Negara ini,
Penggugat bukan pihak dalam perkara perdata .
Jadi Penggugat tidak terikat dengan putusan
perdata ;
b. Penerbitan SHGB obyek sengketa cacat
hukum dari segi prosedural maupun substansial.
Pelepasan hak atas tanah kepada pihak
pemegang SHGB tidak memiliki landasan/data
yurIdis mengenai asal-usul tanahnya dan tidak
didukung saksi - saksi ;
c. PenerbItan obyek sengketa melanggar AAUPB
(Asas- Asas Umum Pemerintahan Yang Baik )
dalam hal ini asas ketelitian dan kehati-hatian;

Putusan MA No. 44 PK/TUN/2015 tanggal 12 Mei


2015 Pertimbangan hlm. 16
Bahwa dengan adanya bukti baru (Novum)
putusan perkara pidana Nomor 1366 K/Pid/2010
tanggal 27 September 2010, telah ternyata

46
bahwa Surat Keputusan objek sengketa
(Sertifikat Hak Milik Nomor 1134/Kelurahan
Pulo Brayan Bengkel) diterbitkan atas dasar
Surat Hibah yang didasarkan keterangan palsu
atau dipalsukan. Karena data yuridis sebagai
dasar penerbitan objek sengketa adalah palsu,
maka Surat Keputusan objek sengketa
mempunyai cacat yuridis, karena itu harus
dinyatakan batal dan dicabut;

Putusan MA No. 46 PK/TUN/2017tanggal 8 Juni


2017, Pertimbangan hlm. 17
- Bahwa keputusan tata usaha negara objek
sengketa diterbitkan oleh Tergugat didasarkan
pada kewenangannya dan telah dilalui semua
prosedural yang benar dengan konsideran
Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan atas Aset Bekas Milik Asing/Cina
(ABMA/C) pada Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) Nomor 34/LHP/XV/12/2017,
Surat Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 84/S/III-XIV.2/07/2008 tanggal
17 Juli 2008, perihal Hasil Pemeriksaan atas
Manajemen Aset/Pengelolaan Barang Milik
Negara pada 23 Kementerian dan Lembaga,
bahwa Aset Tanah Makam Keluarga Liem
Milik Perkumpulan Hok Bie luas tanah 5.930 m²
di Jalan Veteran Nomor 1 Desa Bendungan
Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah merupakan temuan baru
Aset Bekas Milik Asing/Cina, yang telah dibahas
Tim Interdep Penyelesaian Aset Bekas Milik
Asing/Cina (ABMA/C) dengan petunjuk
penyelesaian dilepas penguasaannya dari negara
kepada pihak ketiga dengan cara membayar
kompensasi kepada pemerintah dengan
menyetorkan ke kas negara;

47
- Bahwa yang dipermasalahkan dalam sengketa a
quo terkait dengan penetapan temuan baru Aset
Bekas Milik Asing/Cina (ABMA/C) terhadap
makam keluarga Liem milik Perkumpulan Hok
Bie, bukan menyangkut masalah eksistensi
perkumpulan Hok Bie in casu Termohon
Peninjauan Kembali/dahulu Penggugat. Serta
dari bukti-bukti T-19, T-20, T-21, T-22, dan T-27
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2)
dan ayat (3) juncto Pasal 3 ayat (1) dan (2)
juncto Pasal 4 ayat (1), ayat (2) serta Pasal 8
ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan
Negara Nomor Per-4/KN/2012 tentang Petunjuk
Teknis Penyelesaian Aset Bekas Milik
Asing/Cina, maka tindakan Tergugat telah sesuai
dengan prosedur dalam penerbitan keputusan
tata usaha negara objek sengketa a quo;
- Bahwa secara substansi tindakan Tergugat
dalam menerbitkan keputusan tata usaha negara
objek sengketa a quo tentang penyelesaian aset
tersebut sejalan dengan tujuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.
06/2008 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
154/PMK.06/2011 yaitu untuk mewujudkan
optimalisasi pengelolaan Aset Bekas Milik
Asing/Cina secara tertib, terarah dan akuntabel
untuk meningkatkan penerimaan negara dan/atau
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat;

Putusan MA No. 47 PK/TUN/2012tanggal 12 Juni


2012 Pertimbangan hlm. 19
• Bahwa Novum yang diajukan Pemohon
Peninjauan Kembali (bukti PK-1) dapat
dibenarkan, karena terbukti Sertipikat Hak Guna
Bangunan Nomor 23/K, Kelurahan Ngagel yang
sudah ada sejak tahun 1972 yang tumpang tindih

48
dengan Keputusan Tata Usaha Negara obyek
sengketa, yang keduanya berasal dari
pemisahan Sertipikat Hak Guna Bangunan
Nomor 10 sisa;
• Bahwa karena Keputusan Tata Usaha Negara
obyek sengketa terbukti diterbitkan tumpang
tindih dengan Sertipikat Hak Guna Bangunan
milik Penggugat yang sudah ada lebih dulu,
maka Keputusan Tata Usaha Negara obyek
sengketa harus dibatalkan;
• Bahwa putusan Judex Juris yang menyatakan
bahwa Sertipikat Hak Guna Bangunan atas
nama Penggugat dan Keputusan Tata Usaha
Negara obyek sengketa berasal dari Hak Guna
Bangunan yang berbeda dan pemegang hak
yang berbeda, menjadi gugur dengan adanya
novum (bukti PK-1) tersebut, sehingga putusan
Judex Juris harus dibatalkan;

Putusan MA No. 47PK/TUN/2016tanggal 21 Juli


2016, Pertimbangan hlm. 12
- Bahwa secara substansi, penerbitan sertifikat
objek sengketa mengandung cacat yuridis,
karena tanah a quo sedang ditaruh dalam sita
jaminan dalam perkara di Pengadilan Agama
Watampone sebagaimana dipertimbangkan
Judex Facti Pengadilan Tata Usaha Negara
Makassar;
- Bahwa berdasarkan Berita Acara Eksekusi
putusan Pengadilan Tinggi Agama Makassar,
Pemohon Peninjauan Kembali memperoleh
seperdua dari harta bersama dengan H. Bakri
atas tanah pada sertifikat objek sengketa (vide
bukti P-4), sehingga untuk keadilan sertifikat
objek sengketa harus dibatalkan;

49
Putusan MA No. 50 K/TUN/2016 tanggal 22 Maret
2016, Pertimbangan hlm. 53
Bahwa sejak lama lahan lokasi objek sengketa
telah dikuasai oleh Tergugat II Intervensi
digunakan untuk Pusdiklat dan tercatat sebagai
aset Tergugat II Intervensi, pada sisi lain Para
Penggugat dengan segala buktinya telah
mengakui sebagai pemilik dari lahan objek
sengketa dan timbul pertanyaan mengapa Para
Penggugat tidak menguasai lahan tersebut. Oleh
karena itu sebelum menguji objek sengketa perlu
terlebih dahulu menentukan kepemilikan lahan
tersebut melalui prosedur peradilan
umum/perdata, disamping itu telah diperoleh
petunjuk terdapat putusan perdata pada tingkat
kasasi Mahkamah Agung Nomor 1364
K/Pdt/2010 tanggal 20 April 2011;

Putusan MA No. 60 PK/TUN/2006 tanggal 11


Februari 2008 Pertimbangan hlm. 35
a Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan
setempat diatas tanah sertifikat atas nama
Departemen Pertahanan dan Keamanan RI.,
pada sisi bagian Selatan terdapat tanah yang
dikuasai oleh Rakyat (Penggugat) seluas 30 ha ;
b Bahwa penguasaan tanah oleh masyarakat
(Penggugat) juga telah dibuktikan secara Yuridis
sebagaimana dalam putusan Mahkamah Agung
No. 229 K/Pdt/1991 tanggal 18 Mei 1995 yang
pada pokoknya menyatakan bahwa tanah
terperkara adalah tanah-tanah garapan
Penggugat dan bahwa tanah yang ada dimaksud
oleh Tergugat III Intervensi harus bebas dari
tangan hak pihak ketiga dan belum ternyata ada
pembebasannya ;
c Bahwa ternyata Tergugat I (Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Propinsi Sumatera

50
Utara) tidak cermat dalam menerbitkan Surat
Keputusan tersebut, karena Berita Acara Tim
Peneliti Tanah yang menjadi dasar penerbitan
Surat Keputusan a quo ternyata tidak sesuai
dengan keadaan fisik yang sebenarnya dan
secara yuridis Surat Keputusan tersebut sesuai
dengan ketentuan Pasal 1 dan Pasal 2 Surat
Keputusan Kepala Kantor Badan Pertanahan
Nasional No.12 Tahun 1992 dan Pasal 4 ayat (2)
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1995 ;
• Bahwa dengan pertimbangan tersebut diatas
maka Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Propinsi Sumatera Utara
No.23/HP/22.01/97 tanggal 9 Juni 1997
mengandung cacat yuridis dari segi substansi
materiilnya, sehingga harus dibatalkan ;
• Bahwa karena Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Propinsi Sumatera
Utara tersebut harus dinyatakan batal, maka
segala bentuk keputusan yang bersifat deritatif
dari Surat Keputusan tersebut harus juga
dinyatakan batal ;

Putusan MA No. 63 PK/TUN/2019 tanggal 21 Mei


2019, Pertimbangan hlm. 5
1. Bahwa penguasaan fisik bidang tanah oleh
Penggugat sudah berlangsung selama 24 tahun
dan dibuktikan pada saat Majelis Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya yang
memeriksa perkara Nomor
18/G/2017/PTUN.Sby., melakukan sidang
Peninjauan Setempat pada tanggal 9 Juni 2017
mendapatkan fakta hukum bahwasanya tanah
objek sengketa saat ini dikuasai dan
dimanfaatkan oleh Penggugat;
2. Sebaliknya justru proses penerbitan sertifikat-

51
sertifikat tanah objek sengketa Sertifikat Hak
Milik (SHM) Nomor 56, 57 dan 58/Desa Bhinor
tercatat atas nama Tergugat II
Intervensi/Pembanding I/Termohon Kasasi II
sekarang Termohon Peninjauan Kembali II
mengandung cacat hukum melanggar ketentuan:
2.1. Pasal 12 ayat (1) juncto Pasal 14 ayat (1)
juncto Pasal 15 ayat (2A) juncto Pasal 18 ayat
(1) juncto Pasal 20 Ayat (1) juncto Pasal 32 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
2.2. Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
2.3. Pasal 62 Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus pertanahan;
3. Oleh karena Sertifikat Hak Milik (SHM)
Nomor 56, 57 dan 58/Desa Bhinor tercatat atas
nama Tergugat II Intervensi mengandung cacat
hukum maka dengan sendirinya Tergugat telah
melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan Azas-Azas Umum Pemerintahan
yang Baik khususnya asas kecermatan dalam
proses menerbitkan sertifikat-sertifikat objek
sengketa;

Putusan MA No. 69 PK/TUN/2019 tanggal 24 Mei


2019, Pertimbangan hlm. 4
Bahwa Petok Nomor 238 atas nama Kapijah dan
Nomor 237 atas nama Kartimin yang menjadi
dasar terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor
776/Kelurahan Lontar dan Sertipikat Hak Milik
Nomor 714/Kelurahan Lontar masing-masing

52
atas nama Para Penggugat, telah dinyatakan
batal berdasarkan Putusan Pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap. Oleh karena
dasar terbitnya sertipikat a quo telah dinyatakan
batal, maka kedua sertipikat tersebut tidak
mempunyai landasan pijak lagi dan secara
mutatis mutandis juga harus dinyatakan batal.
Dengan demikian, tindakan hukum Tergugat
menerbitkan keputusan objek sengketa yang
berisi pembatalan kedua sertipikat di atas sudah
tepat, dan karenanya tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan maupun asas-
asas umum pemerintahan yang baik;

Putusan MA No. 73 PK/TUN/2017 tanggal 08 Juni


2017 Pertimbangan hlm. 15
pada hakikatnya Majelis Kasasi belum sampai
menilai pada pokok perkara, sehingga tidak
terdapat kaidah hukum yang dapat dinilai oleh
Majelis Hakim Peninjauan Kembali. Oleh karena
itu, sesuai dengan maksud dan tujuan lembaga
Peninjauan Kembali, secara kasuistis Majelis
Hakim Peninjauan Kembali memandang penting
untuk menilai kaidah hukum putusan Judex
Factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Makassar karena telah terdapat kekhilafan hakim
atau kekeliruan yang nyata di dalamnya, sebagai
berikut:
- Bahwa Sertipikat Pemohon Peninjauan
Kembali/Penggugat Nomor 873/Kel. Maccini
Sombala, tanggal 25 Januari 1983, telah lebih
dahulu terbit dibandingkan dengan sertipikat
objek sengketa;
- Bahwa tanah pada sertipikat objek sengketa
berada di tengah-tengah tanah sertipikat
Pemohon Peninjauan Kembali/Penggugat;
- Bahwa penerbitan sertipikat objek sengketa

53
tidak sepengetahuan Pemohon Peninjauan
Kembali/Penggugat sebagai pihak yang
berbatasan sepadan, sehingga bertentangan
dengan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 juncto Pasal 42 juncto Pasal 19
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997;

Putusan MA No. 74 K/TUN/2017 tanggal 7 Maret


2017 Pertimbangan hlm. 24
Bahwa secara administratif Sertipikat Hak atas
tanah merupakan Keputusan administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Peradilan Tata Usaha Negara dan sekaligus
sebagai bukti hak atas tanah. Sebagai Keputusan
Administrasi, Sertipikat Tersebut harus
mendukung hak atas tanah yang bersangkutan.
Oleh karena itu ketika terhadap suatu sengketa
atas tanah telah ditetapkan haknya, maka hal-
hal yang bersifat formal harus tunduk pada hak
yang telah ditetapkan;

Putusan MA No. 78 K/TUN/2016 tanggal 21 April


2016, Pertimbangan hlm. 19
1. Bahwa para Pemohon Kasasi/para Penggugat
ahli waris pemilik asli tanah Soepandi Soewarti
bin Martorejo, terus menerus menguasai fisik
tanah dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) sampai dengan tahun 2014;
2. Bahwa Eddy Ongko Yulianto dahulu To (Tan)
Pie Hong dan Soetiono Karnadi (para pemilik
sertifikat objek sengketa) tidak pernah
menguasai tanah yang bersangkutan;
3. Bahwa dapat disimpulkan proses penerbitan
Keputusan Tata Usaha Negara-Keputusan Tata
Usaha Negara objek sengketa mengandung cacat
yuridis secara prosedural maupun substansial;

54
Putusan MA No. 78 PK/TUN/2019 tanggal 20 Juni
2019, Pertimbangan hlm. 5
- Bahwa selaras dengan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2016, tentang
Pemberlakukan Rumusan Hasil Rapat Pleno
Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016,
“Peralihan hak atas tanah berdasarkan
Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) secara
hukum terjadi jika pembeli tanah telah
membayar lunas harga tanah serta menguasai
objek jual beli dan dilakukan dengan itikad baik;
- Bahwa Penggugat mempunyai hak atau
kepentingan atas tanah yang disebutkan dalam
Sertipikat Hak Milik Nomor 704/Desa Pemokong
tersebut berdasarkan Akta Perjanjian Perikatan
Jual Beli Nomor 62 tanggal 29 Oktober 2013
yang dibuat di hadapan Notaris Eddy
Hermansyah, S.H., Notaris yang berkedudukan
di Mataram. Jual beli belum dilaksanakan
karena ada formalitas administratif yang belum
terpenuhi namun harga lahan sudah dilunasi
oleh Penggugat. Berdasarkan hal ini, dipandang
bahwa Penggugat sudah mempunyai
kepentingan terhadap tanah dalam Sertipikat
Hak Milik Nomor 704/Desa Pemokong tersebut,
sehingga Penggugat mempunyai kepentingan
untuk mengajukan gugatan terhadap Keputusan
Tata Usaha Negara objek sengketa;
- Menteri Kehutanan Republik Indonesia telah
menetapkan Kelompok Hutan Sekaroh (RTK 15)
Seluas 2.834,20 hektar, yang terletak di
Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Barat sebagai Kawasan Hutan Tetap,
dengan Keputusannya Nomor 8214/Kpts-II/2002,
tanggal 9 September 2002. Di dalam area yang
ditetapkan sebagai kawasan hutan tetap tersebut
mencakup suatu bidang tanah bersertipikat yaitu
Sertipikat Hak Milik Nomor 704/Desa
55
Pemokong, tanggal 30 Juli 2001, seluas 15.200
m² (kurang lebih 1,52 hektar) atas nama Lalu
Sukirman, S.H., yang diterbitkan lebih dahulu
daripada Keputusan Tata Usaha Negara objek
sengketa;
- Bahwa oleh karena itu objek sengketa
diterbitkan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan azas-
azas umum pemerintahan yang baik

Putusan MA No. 82 PK/TUN/2017 tanggal 10


Agustus 2017 Pertimbangan hlm. 53
Bahwa Asas Ius Curia Novit, hakim wajib
menggali kebenaran materiil selama
pemeriksaan Peninjauan Kembali berdasarkan
pengetahuan hakim yang diperoleh dari Website
Kepaniteraan Mahkamah Agung RI diketahui
bahwa Hak Keperdataan terhadap tanah yang di
atasnya terbit Keputusan Tata Usaha Negara
Objek Sengketa telah ditentukan melalui Putusan
perkara Perdata Nomor 236 PK/PDT/2017
tanggal 20 Juni 2017 yang membatalkan Putusan
Nomor 687 K/Pdt/2012 tanggal 17 September
2012 oleh Karena Itu hukum Administrasi
Negara termasuk dalam sengketa in litis harus
mengabdi/merujuk pada status hak atas tanah
objek sengketa yang berdasar hukum. Dalam
sengketa in litis adalah Sertipikat Hak Milik
Nomor 98/Tjipinang Besar, Surat Ukur Nomor
248/1972 tanggal 6 April 1972, luas 6147m2
masih tercatat atas nama Erna Emanbhudi;

Putusan MA No. 84 PK/TUN/2010 tgl 27


September 2010 Pertimbangan hlm. 15
- Prinsip Umum Hukum Administrasi Negara
adalah setiap tindakan maupun keputusan
Jabatan Tata Usaha Negara harus berdasarkan

56
atas hukum ;
- Dengan adanya putusan pidana yang
berkekuatan hukum tetap No.184/Pid.B/2003/
PN.TDN. tanggal 14 Oktober 2003, pemalsuan
oleh Deddy Rompas yang berakibat terbitnya
Sertifikat Hak Milik No.213/ Kolongan atas
nama Penggugat ;
- Sebagai konsekwensi sikap konsisten
penegakan hukum dalam jabatan Tata Usaha
Negara, justru diperlukan sikap responsif
jabatan Tata Usaha Negara yang mengetahui
adanya Bedrog maupun Dwaling terhadap
keputusan Tata Usaha Negara yang
diterbitkannya dengan melakukan koreksi agar
keputusan Tata Usaha Negara yang pernah
ditebitkannya tidak cacat yuridis dibidang hukum
publik (bukan hukum perdata ) ;
- Kepentingan pihak ketiga (Penggugat
/Termohon Peninjauan Kembali ) dapat
dilindungi melalui lembaga “Perbuatan
Melawan Hukum” yang dilakukan oleh pelaku
pemalsuan

Putusan MA No. 85 K/TUN/2011 tanggal 25 Mei


2011 Pertimbangan hlm. 21
Bahwa Pemohon Kasasi/Tergugat menerbitkan
Surat No 237/600.12.71/ I/2000 tanggal 15
Januari 2000, Perihal Penjelasan atas
Permohonan Hak (Keputusan Tata Usaha
Negara Objek Sengketa) telah sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku yaitu
berdasarkan Pasal 13 ayat (1) Peraturan
Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
Berdasarkan ketentuan tersebut Kepala Kantor

57
Pertanahan in casu Pemohon Kasasi/Tergugat
diberi kewenangan meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yuridis dan data fisik
permohonan hak milik atas tanah dan memeriksa
kelayakan permohonan tersebut dapat atau
tidaknya dikabulkan atau diproses lebih lanjut
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
Bahwa permohonan dari Termohon
Kasasi/Penggugat untuk memperoleh hak atas
tanah belum dapat diproses oleh Pemohon
Kasasi/Tergugat karena masih terdapat sengketa
kepemilikan atas bidang tanah tersebut;

Putusan MA No. 89 PK/TUN/2011 tgl 24 November


2011 Pertimbangan hlm. 19
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa
berupa Surat Pelepasan Hak/ ganti rugi
sebidang tanah, adalah berbentuk Akta partij
yang bersifat kontraktual sehingga merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara yang
mengandung Perbuatan Hukum Perdata
sebagaimana diatur pasal 2 (a) Undang-Undang
No. 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah
dengan Undang – Undang No. 9 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
No. 51 Tahun 2009

Putusan MA No. 93 K/TUN/2015 tanggal 16 April


2015 Pertimbangan hlm. 43
1. Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa menjadi atas nama Tergugat II
Intervensi (Michael Tanjaya, ST) berasal dari
Akta Jual Beli No. 150/2013 jo. Akta Jual Beli
No. 11/BRG/2013 tanggal 07 Juni 2013.
2. Bahwa Tergugat II Intervensi memegang
Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa,

58
dipandang sebagai Pembeli beritikad baik yang
harus mendapat perlindungan secara hukum
perdata, hukum pidana maupun hukum tata
usaha negara.

Putusan MA No. 102 K/TUN/2018 tanggal 6 Maret


2018, Pertimbangan hlm. 38
Bahwa tindakan Tergugat menerbitkan
keputusan tata usaha negara obyek sengketa
diatas tanah yang sudah ada sertipikat hak milik
melanggar peraturan perundang-undangan dan
bertentangan dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik khususnya Asas
Kepastian Hukum;
Putusan MA No. 103 PK/TUN/2019 tgl 5
September 2019 Pertimbangan hlm. 10
bahwa berdasarkan putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung Nomor 402
PK/Pdt/2000, tanggal 20 November 2001 (vide
novum PK-1) gugatan dari Ana Erlani
(Termohon Peninjauan Kembali II) atas
keabsahan lelang tanah a quo dinyatakan tidak
diterima. Dengan demikian penerbitan sertipikat
pengganti (objek sengketa) tidak dapat
dibenarkan, karena sudah tidak sesuai dengan
keadaan fisik tanah yang digambarkan dalam
surat ukur yang termuat dalam sertipikat-
sertipikat terdahulu, sehingga objek sengketa
harus dibatalkan sebagaimana diputuskan oleh
Judex Facti;

Putusan MA No. 104 PK/TUN/2015 tgl 16


Desember 2015 Pertimbangan hlm. 91
- Bahwa pendaftaran peralihan hak sudah
dilaksanakan lebih dahulu sebelum terbitnya
surat Drs. Aryanto Sutadi, M.Sc., selaku Deputi
Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa

59
dan Konflik Pertanahan tertanggal 25 Agustus
2011, karena pendaftaran peralihan hak
dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2011 atas
ketiga sertifikat objek sengketa tersebut,
sehingga surat tersebut bukan perintah yang
harus ditaati. Pendaftaran peralihan
berdasarkan kutipan Risalah Lelang Nomor
154/2010, tanggal 15 Juni 2010, sedangkan
Peraturan Badan Pertanahan Nasional RI
Nomor 4 Tahun 2006 bukan peraturan tentang
penyelenggaraan pendaftaran tanah;
- Bahwa pendaftaran peralihan hak terhadap
Sertifikat Hak Milik Nomor 1201, 1202, dan
2981/Benoa, atas nama Wardono Asnim, telah
sesuai dengan ketentuan Pasal 41 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, dan tidak melanggar Asas-
asas Umum Pemerintahan yang Baik;

Putusan MA No. 106 K/TUN/2018 tanggal 6 Maret


2018 Pertimbangan hlm. 4
Bahwa Penggugat memiliki kepentingan untuk
menggugat karena Penggugat memiliki tanda
bukti hak atas tanah berupa Sertipikat Hak Milik
Nomor 64/Pengembur tanggal 24 Juli 1989 dan
Penggugat tetap melaksanakan kewajiban
Perpajakan atas tanah dimaksud sehingga tidak
dapat dikategorikan sebagai penelantaran
tanah;
- Bahwa objek sengketa berupa Sertipikat Hak
Milik Nomor ... luas 6.400 m2, terletak di Desa
Tumpak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah, atas nama Lalu Subandi, diterbitkan di
atas tanah yang telah bersertipikat hak milik
yang telah ada lebih dahulu sejak Tahun 1989,
sehingga penerbitan objek sengketa cacat
administrasi pertanahan serta melanggar Asas

60
Kecermatan dan Kehati-hatian dari Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik. Dengan
demikian keputusan objek sengketa a quo harus
dibatalkan;

Putusan MA No. 108 PK/TUN/2010 tgl 02 Agustus


2012 Pertimbangan hlm. 15
Bahwa karena Sertifikat Hak Milik obyek
sengketa adalah merupakan budel warisan yang
belum dibagi, yang berasal dari Motor Bukit
maka Sertifikat Hak Milik in litis tidak perlu
dibatalkan dan pihak-pihak ahli waris yang
berhak cukup mengajukan permohonan kepada
Kantor Pertanahan untuk memecah Sertifikat
Hak Milik tersebut sesuai bagian masing-masing
sebagaimana telah ditetapkan oleh Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
2139 K/Pdt/2002 yang dijadikan novum dalam
permohonan peninjauan kembali ini

Putusan Nomor 117 K/TUN/2018 tanggal 6 Maret


2018, Pertimbangan hlm. 5
Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara objek
sengketa diterbitkan di atas tanah Para
Penggugat yang sudah bersertipikat. Karena itu
secara prosedur dan substansi Keputusan Tata
Usaha Negara objek sengketa cacat yuridis, oleh
karena itu harus dibatalkan;

Putusan MA No. 120 PK/TUN/2018 tanggal 31 Juli


2018 Pertimbangan hlm. 24
- bahwa in casu terdapat kepentingan pihak
ketiga yang beritikad baik dalam melakukan
peralihan hak diatas tanahnya telah diterbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa a
quo, oleh sebab itu pihak ketiga yang beritikad
baik tersebut harus mendapat perlindungan

61
hukum baik secara Hukum Administrasi Negara,
Hukum Perdata maupun Hukum Pidana;
- bahwa selanjutnya Keputusan Tata Usaha
Negara objek sengketa a quo tidak dapat
dibatalkan oleh Hakim Peradilan Tata Usaha
Negara, namun atas kerugian Penggugat jika
secara Hukum Perdata dipandang sebagai pihak
yang berhak atas tanah tersebut, maka kerugian
Penggugat tersebut harus menjadi tanggung
jawab pihak yang melakukan perbuatan
melawan hukum dalam proses peralihan hak
tersebut dan pengujiannya merupakan
kewenangan Peradilan Perdata;

Putusan MA No. 122 K/TUN/2017 tanggal 17 Mei


2017 Pertimbangan hlm. 15
- Bahwa berdasarkan Putusan Peradilan Umum
dalam perkara perdata atas tanah a quo, Para
Pemohon Kasasi/Dahulu Para Penggugat telah
dinyatakan sebagai pemilik atas tanah persil 19
DI, Kohir No. 933, akan tetapi diatas tanah
tersebut telah diterbitkan sertipikat objek
sengketa dengan nomor kohir, yaitu Nomor 162.
Dengan demikian administrasi atas tanah
tersebut seharusnya berpatokan pada Putusan
Peradilan Umum;
- Bahwa untuk menjamin kepastian hak
keperdataan Para Pemohon Kasasi/Dahulu Para
Penggugat, maka Hakim Peradilan Tata Usaha
Negara harus membatalkan sertipikat objek
sengketa;

Putusan MA No. 125 PK/TUN/2017 tgl 31 Agustus


2017 Pertimbangan hlm. 22
- Bahwa sebelum terbitnya Objek Sengketa,
Penggugat sekarang Pemohon Peninjauan
Kembali telah melakukan pencegahan berupa

62
Surat Sanggahan kepada Tergugat sekarang
Termohon Peninjauan Kembali dengan
menunjukkan bukti bahwa di atas tanah yang
dimohonkan oleh Para Tergugat II Intervensi
telah ada SHM milik Penggugat yang telah terbit
sejak tahun 1982 sehingga telah memiliki
kekuatan bukti hak tertinggi yang harus
dilindungi hukum oleh Tergugat atas dasar
Pasal 32 PP Nomor 24 Tahun 1997 dan
seharusnya Tergugat tidak sampai pada
keputusan untuk menerbitkan Objek Sengketa;
- Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas jelas
bahwa sengketa a quo adalah sengketa tata
usaha murni yang tidak memerlukan lagi
pembuktian hak keperdataan di peradilan umum
karena dapat diselesaikan sendiri oleh Tergugat
pada saat proses pendaftaran Objek Sengketa
yaitu dengan memperhatikan Surat Sanggahan
dari Penggugat, dan Sertipikat Hak Milik serta
Data Pertanahan yang terdapat di instansi
Tergugat;

Putusan MA No. 128 PK/TUN/2015 tgl 23


Desember 2015 Pertimbangan hlm. 64
Terdapat kekeliruan dan kekhilafan nyata dalam
Putusan Judex Juris, karena Para
Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali tidak
mempunyai kepentingan untuk mengajukan
gugatan dalam perkara a quo sebagaimana
dimaksud Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan
perubahan kedua dengan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009, sebab mendalilkan telah
membeli tanah yang diatasnya diterbitkan Surat
Keputusan Objek Sengketa berdasarkan Akta

63
Jual Beli Tanggal 24 September 2007, sedangkan
Surat Keputusan Objek Sengketa (Sertifikat Hak
Atas Tanah) tersebut telah terbit sebelumnya,
yaitu pada tahun 2003;

Putusan MA No. 130 K/TUN/2018 tanggal 9 April


2018 Pertimbangan hlm. 9
Bahwa berdasarkan fakta di persidangan dan
hasil pemeriksaan setempat, fisik tanah pada
sertipikat objek-objek sengketa dikuasai oleh
Penggugat/Pemohon Kasasi bersama anak-
anaknya sejak tahun 1970-an dengan
membangun rumah permanen yang seharusnya
diketahui oleh Tergugat/Termohon Kasasi pada
saat penerbitan sertipikat objek-objek sengketa.
Sikap Tergugat/Termohon Kasasi dinilai sebagai
suatu sikap yang tidak cermat meneliti data fisik
dan data yuridis atas tanah pada sertipikat objek
sengketa, sehingga bertentangan dengan Pasal 3
ayat (2), (5), (6) Peraturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan
untuk memberikan perlindungan hukum kepada
Penggugat/Pemohon Kasasi, maka beralasan
hukum untuk membatalkan sertipikat objek-objek
sengketa sebagaimana telah diputuskan oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara Pontianak;

Putusan MA No. 133 K/TUN/2015 tanggal 11 Juni


2015 Pertimbangan hlm. 77
a. Walaupun Penggugat/Termohon Kasasi telah
memiliki SIPPT (Surat Ijin Penunjukan
Penggunaan Tanah) dari Gubernur DKI Nomor
308/-1.711.534 tanggal 22 Februari 2010 tidak
dapat diartikan bahwa Kepala Kelurahan
(Tergugat) wajib menerbitkan Surat Keterangan
Tidak ada silang sengketa atas tanah a quo ;
b. Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa

64
menerangkan keadaan dan situasi tanah sesuai
kenyataan dalam masyarakat yang dipimpin oleh
Tergugat/Pemohon Kasasi ;
c. Apakah Keputusan Tata Usaha Negara objek
sengketa menjadi halangan untuk proses
perolehan hak atas tanah yang di atasnya
diterbitkan surat keputusan objek sengketa
adalah menjadi kewenangan Kepala Kantor
Pertanahan berikut petunjuk/arahan solusinya
sesuai dengan tatacara yang diatur dalam
undang-undang, termasuk penyelesaiannya
melalui Pengadilan yang berwenang untuk itu ;

Putusan MA No. 133 K/TUN/2017 tanggal 17 April


2017 Pertimbangan hlm. 12
- Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Pokokpokok Agraria, tanah
mempunyai fungsi sosial, sehingga Pemohon
Kasasi mempunyai hak servituut atas tanah
tersebut. Oleh karena itu Pemohon Kasasi
dinilai mempunyai kepentingan mengajukan
gugatan a quo;
- Bahwa sebagian tanah sertifikat objek sengketa
meliputi sempadan jalan yang digunakan untuk
fasilitas jalan bagi umum, sehingga
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960, Pasal 18 ayat (1), (4) juncto Pasal
48 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997, Pasal 133 ayat (2) Peraturan Menteri
Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 dan
Peraturan Walikota Makassar Nomor 8 Tahun
2008;

Putusan MA No. 138 PK/TUN/2019 tanggal 03


Oktober 2019 Pertimbangan hlm. 5
- Bahwa Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor
11 yang merupakan objek sengketa a quo adalah

65
tanah milik PT. Sriwijaya Propindo Utama
(Pemohon Peninjauan Kembali), bidang
tanahnya berada atau terletak pada bagian
paling timur dari bidang-bidang tanah Iainnya,
yang batas-batas sebelah timur atas tanah objek
sengketa a quo dimaksud adalah cocok dan
bersesuaian dengan batas tanah sebelah timur
pada sertipikat asal, yaitu Sertipikat Hak Pakai
Nomor ...;
- Bahwa penerbitan Sertipikat Hak Guna
Bangunan No...........t oleh Kantor Pertanahan
Kota Mataram/Tergugat/Turut Terbanding/
Pemohon Kasasi/ Termohon Peninjauan Kembali
adalah telah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah serta tidak melanggar Asas-
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB)
khususnya Asas-Asas Bertindak Cermat dan
Prinsip Kehati-hatian;
- Bahwa terhadap permasalahan yang
dipersoalkan Para Penggugat mengenai
ditutupnya akses jalan yang biasa digunakan
Para Penggugat dalam melakukan aktifitas
sehari-hari oleh pemegang Hak Guna Bangunan
objek sengketa a quo, berdasarkan ketentuan
Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah, pemegang
Hak Guna Bangunan tersebut wajib memberikan
jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain
bagi pekarangan atau bidang tanah yang
terkurung itu, hal ini merupakan perkara
perbuatan melawan hukum yang harus
diselesaikan di Peradilan Umum;

66
Putusan MA No. 142 PK/TUN/2013 tgl 25 Februari
2014, Pertimbangan hlm. 25
Penggugat telah menguasai secara fisik tanah
lokasi objek sengketa dan menurut Tergugat
tanah tersebut sudah termasuk dalam kategori
tanah terlantar sehingga harus ditertibkan dan
digunakan sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 ;
• Karena Penggugat masih sebagai pemegang
Sertipikat Hak Milik Nomor ..., maka upaya
hukum yang patut ditempuh untuk menyelesaikan
masalah keabsahan prosedur dan substansi
tanah tersebut dan siapa yang paling berhak
atas lokasi objek sengketa pada Peradilan
Umum ;

Putusan MA No. 185 PK/TUN/2017 tgl 09


November 2017, Pertimbangan hlm. 13
Pemohon Peninjauan Kembali/Tergugat II
Intervensi telah menguasai dan mengelola tanah
pada sertifikat objek sengketa secara terus-
menerus dan turun-temurun dari Samua
(orangtuanya), dan secara yuridis telah
memenuhi semua kelengkapan persyaratan
sehingga Turut Termohon Peninjauan
Kembali/Tergugat menerbitkan sertifikat hak
milik atas nama yang bersangkutan [vide Pasal
31 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997];

Putusan MA No. 200 K/TUN/2018 tanggal 2 Mei


2018 Pertimbangan hlm. 4
Bahwa karena objek sengketa diterbitkan tanpa
adanya penyelesaian masalah warisan terlebih
dahulu, karena ternyata hak miliknya masih
belum mendapat penyelesaian waris dari yang
berhak menerima, maka hal ini merupakan

67
pelanggaran terhadap hak Penggugat yang
dilindungi oleh hukum;
Bahwa oleh karenanya Penggugat berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari terbitnya
Sertipikat Hak Milik objek sengketa, dalam hal
ini Majelis Hakim Agung berpendapat dengan
adanya beban kewajiban kepada Tergugat,
dimana bukan berarti Tergugat dapat
menerbitkan pemberian hak atas tanah kepada
pihak lain, mengingat Penggugat adalah ahli
waris anak kandung dari perkawinan almarhum
Hobon Silalahi Sidebang dan almarhumah
Aminah Br. Manihuruk dimana Hobon Silalahi
Sidebang dari turunan Ompu Demak Sidebang
semasa hidupnya memiliki tanah yang dikenal
dengan Rumah Tanggal yang berdasarkan Surat
Keterangan Ahli Waris yang diketahui oleh
Camat Merek Nomor: ...;
- Bahwa Penggugat merupakan salah satu ahli
waris dari Ompu Demak Sidebang berdasarkan
Surat Keterangan Hak Waris yang dikeluarkan
tersebut (vide bukti P-3) masih berlaku dan tidak
pernah mengalihkan haknya, namun kemudian
terbit objek sengketa, sehingga mengakibatkan
hilangnya hak mewarisi Penggugat atas objek
sengketa dari hak atas tanah orangtua
Penggugat, tentunya hal itu adalah bertentangan
dengan maksud pendaftaran tanah sebagaimana
ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah yang mana disebutkan pula
pada pokoknya bahwa “Pendaftaran tanah
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, untuk itu maka kepada
pemegang hak yang bersangkutan diberikan
sertipikat hak atas tanah. Untuk terselenggara
dan tercapainya tertib administrasi, maka setiap
68
bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan
dan hapusnya hak atas bidang tanah wajib
didaftar”;
- Bahwa dengan demikian penerbitan objek
sengketa bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;

Putusan MA No. 203 PK/TUN/2018 tgl 27


November 2018 Pertimbangan hlm. 19
Bahwa keberadaan Termohon Kasasi
I/Penggugat selama lebih 30 (tiga puluh) tahun
menguasai fisik tanah a quo harus dikukuhkan
dengan suatu status hak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

Putusan MA No. 230 K/TUN/2010 tanggal 27


Oktober 2010 Pertimbangan hlm. 24
Bahwa format gugatan Penggugat telah jelas
diajukan pada Peradilan Tata Usaha Negara
dan adanya objek sengketa berupa Keputusan
Tata Usaha Negara (SHGB No. 3157 tanggal 31
Juli 2007 seluas 23.034 M² atas nama PT.
Pancing Business Centre) yang diterbitkan
berdasarkan hukum publik, yang merugikan
kepentingan Penggugat, untuk itu dimohonkan
pengujian secara Hukum Administrasi pada
Peradilan Tata Usaha Negara, dengan tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara tersebut
dinyatakan batal atau tidak sah. Sehingga
sengketa in litis adalah murni sengketa Tata
Usaha Negara ;
Bahwa Tergugat menerbitkan Surat Keputusan
objek sengketa (SHGB) pada saat masih dalam
sengketa perdata dan dalam buku tanah masih
terdapat catatan ”diletakkan sita jaminan”
berdasar Penetapan Pengadilan. Maka secara
prosedural, penerbitan objek sengketa
bertentangan dengan hukum ;
69
Putusan MA No. 250 K/TUN/2015 tanggal 18 Juni
2015 Pertimbangan hlm. 23
bahwa oleh karena surat keputusan objek
sengketa tidak berada di atas tanah yang
dikuasai oleh Penggugat (in casu) sedang
dimohonkan status hak atas tanah tersebut
kepada Tergugat, maka surat keputusan objek
sengketa tidak ada relevansinya untuk
dibatalkan (selaras dengan asas presumptio
iustae causa) dan menjadi tanggung jawab
Tergugat untuk menunjukkan dimana letak tanah
yang diatasnya diterbitkan surat keputusan objek
sengketa, tetapi tidak di atas tanah yang selama
ini dikuasai oleh Penggugat in casu yang sedang
dimohonkan status haknya kepada Tergugat
tersebut;

Putusan MA No. 251 K/TUN/2016 tanggal 14 Juli


2016 Pertimbangan hlm. 36
Kaedah yang dibangun oleh Mahkamah Agung
bahwa Pembeli Lelang Umum dipandang
sebagai pembeli beriktikad baik, harus mendapat
perlindungan hukum dari segi Tata Usaha
Negara, Perdata maupun Pidana

Putusan MA No. 252 K/TUN/2017 tanggal 18 Juli


2017 Pertimbangan hlm. 21
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makassar
yang pada pokoknya menyatakan bahwa:
“mengenai kurangnya luasan tanah yang
didalilkan oleh Penggugat/Pembanding dan
mengakibatkan kerugian kepentingannya
bukanlah sebagai akibat penerbitan Sertipikat
objek sengketa oleh Tergugat/Terbanding,
melainkan sebagai akibat ketidakcermatan
Penggugat/Pembanding melakukan transaksi jual

70
beli yang tidak memeriksa objek transaksinya
terlebih dahulu”, telah mengesampingkan adanya
pergantian hak (rechtsopvolging) berupa
pergantian hak gugat akibat peristiwa jual beli
antara Albert Sia dengan Penggugat, karena
mengenai pergantian hak gugat ini dimungkinkan
dengan adanya peristiwa hukum, seperti:
pergantian hak gugat dari Orang Tua kepada
Ahli Warisnya karena adanya peristiwa kematian
dan waris mewaris, pergantian hak dari
perusahaan karena adanya akuisisi
(pengambilalihan) atau peleburan perusahaan,
dan lain-lain
- Bahwa kondisi tanah yang menjadi objek jual
beli antara Albert ia dengan Penggugat selaku
pihak pembeli telah disadari sepenuhnya oleh
Penggugat sebagaimana tertuang dalam Akta
Pengikatan Pengalihan Hak Atas Tanah Nomor
99 tanggal 27 Januari 2015 (vide Bukti P-21)
Pasal 1 mengenai kondisi tanah, serta Akta
Pengalihan Hak Atas Tanah Nomor 101 tanggal
27 Januari 2015 (vide Bukti P-23) Pasal 2 yang
pada pokoknya Pihak Penggugat selaku pembeli
menerima kondisi keadaan fisik maupun yuridis
tanah seperti apa adanya (as it is) termasuk
kemungkinan adanya sengketasengketa dan pihak
Penggugat menanggung segala resiko
/tanggungan sepenuhnya, menunjukkan bahwa
pergantian hak tersebut juga meliputi hak gugat
dalam sengketa a quo;
- Bahwa dengan adanya pergantian hak gugat
tersebut menunjukkan bahwa telah terdapat
hubungan hukum (causal verband) antara
Penggugat dengan tanah yang di atasnya terbit
Sertipikat objek sengketa, dan dengan proses
gugatan a quo setidak-tidaknya dapat
memulihkan keadaan luasan tanah sebagaimana
yang diperjanjikan sebelumnya;
71
- Bahwa dengan demikian terdapat kepentingan
Penggugat sekarang Pemohon Kasasi untuk
meminta pengujian mengenai keabsahan
Sertipikat objek sengketa ke Pengadilan Tata
Usaha Negara;
- Bahwa terkait prosedur penerbitan objek
sengketa, Tergugat sebelum menerbitkan objek
sengketa telah mengetahui keadaan bahwa atas
tanah yang dimohonkan oleh Agus Th. Hababuk
terdapat beberapa klaim oleh pihak-pihak yang
juga mengakui tanah a quo sebagai miliknya, dan
terhadap permasalahan tersebut telah dilakukan
upaya mediasi oleh Tergugat dengan melibatkan
pihak-pihak terkait termasuk Albert Sia dan Agus
Th. Hababuk namun tidak diperoleh kesepakatan
dan pada akhirnya Tergugat memberi tenggang
waktu 30 (tiga puluh) hari kepada pihak-pihak
tersebut untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan mengenai kepemilikannya dengan
ketentuan jika tenggang waktu tersebut tidak
dipenuhi maka proses penerbitan Sertipikat Agus
Th. Hababuk akan dilanjutkan (vide Bukti T-8);
- Bahwa tindakan Tergugat tersebut telah
melanggar asas ketidakberpihakan (fair play)
serta asas kehati-hatian dari Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, karena Tergugat
seolah memberi prioritas kepada Agus Th.
Hababuk untuk memperoleh sertipikat dibanding
dengan pihak lain in casu Penggugat, sedangkan
pihak lain diminta untuk mengajukan gugatan.
Dan dalam asas equality, semestinya pilihan
hukum untuk menggugat dibebankan kepada
kedua belah pihak secara berimbang
- Bahwa dengan demikian dari aspek prosedural
penerbitan objek sengketa cacat hukum
administrasi karena diterbitkan tanpa adanya
catatan mengenai adanya persengketaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
72
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
- Bahwa mengenai substansi penerbitan objek
sengketa apakah diterbitkan kepada pihak yang
benar dan berhak serta di atas objek tanah yang
benar, oleh karena masih adanya persengketaan,
maka belumlah dapat dikatakan substansi objek
sengketa telah sesuai dengan peraturan
perundangundangan, sehingga dipandang perlu
dan terbatas secara kasuistik dalam sengketa a
quo Mahkamah Agung berpendapat: “bahwa
untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak
mendapatkan haknya masing-masing secara
berimbang menurut hukum, semestinya Tergugat
tidak memberikan bukti hak berupa Sertipikat
kepada Agus Th. Hababuk maupun kepada
Penggugat sebagaimana yang dimohonkan oleh
Penggugat sampai diperolehnya kesepakatan
pihak-pihak atau adanya putusan badan
Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap
mengenai sengketanya”, dan oleh karena itu
terdapat cukup alasan untuk membatalkan
Sertipikat objek sengketa;

Putusan MA No. 269 K/TUN/2018 tanggal 7 Juni


2018, Pertimbangan hlm. 8
Bahwa prinsip dasar hukum administrasi negara
menyatakan bahwa perubahan suatu Keputusan
Tata Usaha Negara harus dapat menjamin tidak
menjadi beban kerugian pemegang Keputusan
Tata Usaha Negara yang akan dibatalkan;
Bahwa Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional telah mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara berupa Surat
Keputusan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1/Pbt/KEM-ATR/BPN/2016 tertanggal 25

73
Juli 2016 tentang Pembatalan Hak Guna Usaha
Nomor 01/ Nunukan Barat tertanggal 13 Mei
2003 atas nama PT Nunukan Jaya Lestari seluas
19.974,130 Ha terletak di Desa Nunukan Barat,
Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Utara (d/h Kalimantan
Timur) ternyata secara substantif terdapat cacat
hukum administratif, karena faktanya areal yang
tumpang tindih (overlapping) antara PT Adindo
Hutani Lestari dengan PT Nunukan Jaya Lestari,
seluas ± 3.500 Ha., oleh karena itu objek
sengketa harus dibatalkan;
Menimbang, bahwa dengan dibatalkannya objek
sengketa a quo, selanjutnya mewajibkan kepada
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional untuk menerbitkan Surat
Keputusan Pembatalan Sertipikat Hak Guna
Usaha (HGU) Nomor 1/Nunukan Barat
tertanggal 13 Mei 2003 atas nama PT Nunukan
Jaya Lestari areal seluas ± 3.500 Ha. yang
tumpang tindih (overlapping) dengan areal Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan
Tanaman Industri (IUPHHK-HT) atas nama PT
Adindo Hutani Lestari dan sekaligus
menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak
Guna Usaha seluas ± 16.474,130 Ha. kepada PT
Nunukan Jaya Lestari;

Putusan MA No. 285 K/TUN/2013 tanggal 17


Oktober 2013 Pertimbangan hlm. 15
Bahwa sangat aneh apabila diterima sebagai
kebenaran bahwa Tergugat tidak mengetahui
adanya larangan pemberian Surat Kuasa Mutlak
dan apalagi tindakan Tergugat menerbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara Sertifikat Hak
Milik in litis dengan riwayat kepemilikan yang
bersumber dari Surat Kuasa Mutlak ;

74
• Bahwa melalui Intruksi Menteri Dalam Negeri
Nomor 14 Tahun 1982 tanggal 6 Maret 1982,
yang notabene adalah atasan Tergugat pada
saat itu penggunaan Surat Kuasa Mutlak tegas
dilarang dalam hal pengalihan hak atas tanah ;
• Bahwa kealpaan tentang aturan yang berlaku
di Instansi Tergugat tersebut adalah merupakan
ketidakcermatan yang sangat nyata tentang
penelitian data yuridis yang harus dilakukan
Tergugat sebelum menerbitkan objek sengketa

Putusan MA No. 299 K/TUN/2017 tanggal 1


Agustus 2017 Pertimbangan hlm. 14
bahwa karena fisik tanah dikuasai oleh Para
Penggugat dan keluarganya. Dengan demikian,
penerbitan sertipikat objek sengketa tidak
didasarkan pada data yuridis yang benar.
Seharusnya Tergugat tidak menerbitkan
sertipikat objek sengketa. Oleh karena itu, tanpa
menunggu Putusan Peradilan Perdata, Hakim
Peradilan Tata Usaha Negara dapat menguji
keabsahan sertipikat objek sengketa, dan
menyatakan batal sertipikat objek sengketa a
quo karena terdapat cacat yuridis;

Putusan MA No. 341K/TUN/2016 tgl 15 September


2016 Pertimbangan hlm. 24
Judex Facti telah salah menerapkan hukum
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Tergugat II Intervensi tidak pernah menguasai
tanah yang diatasnya terbit Keputusan Tata
Usaha Negara Objek Sengketa;
2. Penggugat/Pemohon Kasasi menguasai tanah
tersebut, memagarnya, dan memanfaatkan tanah
tersebut untuk kehidupan mereka;
Dapat di pastikan bahwa dalam penerbitan
Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa

75
terdapat ketidak cermatan Tim Pemeriksa Tanah
sehingga Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa diterbitkan diatas tanah yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya;

Putusan MA No. 345 K/TUN/2018 tanggal 24 Juli


2018 Pertimbangan hlm. 11
Bahwa Tidak jelas proses tanah yang berasal
dari bekas tanah milik adat Persil 33 S.I Kohir
Nomor 353 atas nama Neneng Sastramidjaja
menjadi tanah negara. Oleh karena itu harus
mendapat perlindungan hukum terkait
pelaksanaan landreform;
Bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah obyek
landreform tersebut cacat prosedur karena
obyek sengketa diterbitkan Tergugat dengan
dasar pelepasan hak dari PT.PLN (persero)
dengan alas hak tanah negara yang cacat
prosedur;

Putusan MA No. 349 K/TUN/2013 tg 30 September


2013, Pertimbangan hlm. 45
Bahwa Surat Keputusan Objek Sengketa Nomor
SK. 272/HGB/BPN.31/-BTL/2011 tanggal 30
November 2011 tentang Pembatalan Sertifikat
Hak Guna Bangunan Nomor 1475/Glodok atas
nama Penggugat cacat hukum karena didasarkan
kepada Surat Pernyataan H. M. Maulana
(Mantan Lurah Glodok) tanggal 28 Juni 2010
Bahwa ketiga dokumen yang dicabut tersebut
telah ditindaklanjuti dengan timbulnya hak atas
tanah dan pada saat surat pernyataan H. M.
Maulana tanggal 28 Juni 2010 tersebut dibuat,
yang bersangkutan tidak lagi menjabat sebagai
Lurah Glodok (onbevoegdheid ratione temporis);

76
Putusan MA No. 351 K/TUN/2019 tanggal 18 Juli
2019, Pertimbangan hlm. 5
Bahwa sertipikat sebagai alat bukti hak
kepemilikan dan pengadilan perdata telah
menentukan terhadap tanah objek sengketa a
quo milik Tergugat II Intervensi, oleh karena itu
penerbitan objek sengketa tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang
baik, sehingga dengan demikian gugatan
Penggugat tidak berdasar dan karenanya harus
ditolak;

Putusan MA No. 359 K/TUN/2012 tgl 14 November


2012 Pertimbangan hlm. 17
bahwa tanpa mempermasalahkan substansi
“milik” terhadap tanah yang diatasnya terbit
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa,
ternyata Tergugat /Termohon Kasasi dalam
menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara
objek sengketa mengandung cacat prosedur,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah maupun Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997, karena tidak
meneliti data-data fisik tanah secara cermat
sesuai dengan kenyataan di lapangan, yaitu:
a. Bahwa Penggugat telah membangun pagar
seng disekitar lokasi tanah sejak bulan Juli 2008
sebelum terbitnya sertifikat objek sengketa;
b. Bahwa judex facti tingkat pertama dan tingkat
banding tidak mempertimbangkan adanya SKT
(Surat Keterangan Tanah) atas nama Syukur bin
Idek tanggal 5 September 2007, yang
mencerminkan telah mengesampingkan Asas
Kepastian Hukum dan Asas Kecermatan;

77
Putusan MA No. 374 K/TUN/2017 tanggal 29
Agustus 2017 Pertimbangan hlm. 14
Bahwa seharusnya berdasarkan Pasal 63
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986, Majelis
Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara
memberikan nasihat kepada Penggugat pada
tahap pemeriksaan persiapan untuk mengganti
objek gugatan dengan objek berupa surat
penolakan permohonan penerbitan keputusan
pemberian hak. Kelalaian atas kewajiban hakim
tidak dapat dibebankan kepada Penggugat;
Bahwa sikap Tergugat yang tidak memenuhi
permohonan Penggugat dapat dibenarkan
karena tanah yang dibeli oleh Penggugat
merupakan bagian dari tanah pada Sertifikat
induk HGB Nomor 1/Kotabumi, GS tanggal 1
Mei 1987 Nomor 4711/1987, dan pada sertifikat
tersebut terdapat catatan blokir, sehingga
beralasan hukum Tergugat tidak memenuhi
permohonan Penggugat sampai adanya
pencabutan blokir dari pihak yang
bersangkutan. Dengan demikian, tidak terdapat
cacat yuridis atas Keputusan Tata Usaha
Negara objek sengketa, sehingga gugatan harus
dinyatakan ditolak;

Putusan MA No. 429 K/TUN/2012 tanggal 22


Januari 2013 Pertimbangan hlm. 23
Bahwa tanpa mempertimbangkan “substansi
Milik” atas tanah yang diatasnya diterbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa,
Peradilan Tata Usaha Negara dapat menguji
bahwa Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa diterbitkan secara cacat yuridis
prosedural dan material substansial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

78
tentang Pendaftaran Tanah (vide putusan Judex
Facti tingkat pertama halaman 47) ;

Putusan MA No. 478 K/TUN/2019 tanggal 24


Oktober 2019 Pertimbangan hlm. 8
Bahwa Para Penggugat pada tanggal 18
Desember 2017 telah menyampaikan secara
langsung berupa surat pemblokiran terhadap
Tergugat agar tidak menerbitkan Surat
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa a
quo;
Bahwa Tergugat telah menerbitkan objek
sengketa tersebut di atas pada tanggal 30
Desember 2017. Bahwa berkenaan dengan
Tergugat tidak menanggapi keberatan dari Para
Penggugat dan tidak melakukan mediasi sebelum
terbitnya objek sengketa dikategorikan tidak
melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri
Agraria Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan adalah suatu
proses penyelesaian sengketa pertanahan oleh
pejabat pemerintahan guna menghindari konflik
pertanahan juncto ketentuan Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Pengkajian, sehingga perbuatan Tergugat
mengandung cacat hukum administrasi;
Bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan
hukum tersebut di atas, penerbitan objek
sengketa terbukti bertentangan dengan undang-
undang yang berlaku dan bertentangan dengan
Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik,
khususnya Asas Kecermatan. Oleh karenanya
secara yuridis memenuhi ketentuan Pasal 53
ayat (2) tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-

79
Undang Nomor 51 Tahun 2009, untuk
dinyatakan batal;

Putusan MA No. 481 K/TUN/2012 20 Februari


2013 Pertimbangan hlm. 19
Judex Facti, terlalu cepat menyimpulkan bahwa
sengketa in litis sebagai sengketa Perdata.
• Dalam menguji keabsahan Keputusan Tata
Usaha Negara yang menjadi objek sengketa,
Pengadilan Tata Usaha Negara harus
mengujinya secara cermat dan teratur dari
aspek : kewenangan, prosedur, substansi
terbitnya objek sengketa;
• Pengadilan Tata Usaha Negara akan
menyatakan sengketa tersebut sebagai sengketa
perdata apabila semua aspek sudah lolos
(benar) sedangkan satu-satunya penentu
keabsahan tersebut adalah “milik siapakah
tanah yang diatasnya oleh Tergugat diterbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa”?
• In Casu, terlihat bahwa Tergugat II Intervensi
mendapatkan status hak atas tanah dapat
mengajukan permohonan hak kepada Tergugat
sehingga terbit Keputusan Tata Usaha Negara
objek sengketa. Namun diatas tanah tersebut
telah dikuasai oleh Penggugat selama ±30 tahun
dan telah mendirikan rumah semi permanen
hidup bersama keluarganya. Secara logika
hukum dapat disimpulkan, ketika akan
menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara
objek sengketa, pasti Tergugat tidak
melaksanakan prosedur pendaftaran tanah
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, karena jika prosedur
tersebut dilakukan, sebelum menerbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa,

80
pasti Tergugat menganjurkan kepada Penggugat
dan Tergugat II Intervensi untuk menyelesaikan
ke Pengadilan Perdata.

Putusan MA No. 485 K/TUN/2019 tanggal 24


Oktober 2019 Pertimbangan hlm. 5
Bahwa Tergugat dalam menerbitkan objek
sengketa tidak melakukan penelitian dan
pengkajian mengenai status tanah, riwayat tanah
dan tidak melakukan peninjauan fisik atas tanah
yang dimohon mengenai penguasaan dan
penggunaan/keadaan tanah serta batas bidang
tanah yang dimohon, karena berdasarkan bukti
T-20 dan T II Int-9 dihubungkan dengan Berita
Acara Pemeriksaan Setempat dapat dibuktikan
bahwa tanah yang diatasnya diterbitkan objek
sengketa dikuasai oleh Penggugat;
Bahwa dengan demikian penerbitan keputusan
tata usaha negara objek sengketa secara
prosedur dan substansi bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan asas-asas umum pemerintahan yang baik,
karena diterbitkan di atas tanah orang lain dan
tidak dikuasai Tergugat II Intervensi;

Putusan MA No. 487 K/TUN/2016 tgl 1 Desember


2016 Pertimbangan hlm. 34
- Bahwa tanah yang diatasnya diterbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa
masih dalam keadaan Blokir dan melekat Sita
Eksekusi oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
(vide bukti P-49, P-21, P-22, P-50);
- Bahwa dalam kondisi demikian, seharusnya
adminstrasi negara bidang pertanahan tidak
melakukan proses perubahan agar tidak
mengakibatkan proses penyelesaian perkara
perdata menjadi semakin rumit

81
Putusan MA No. 488 K/TUN/2017 tanggal 11
Desember 2017
Bahwa apabila diperhatikan Berita Acara
Pemeriksaan Persiapan yang dilaksanakan
sebanyak 3 (tiga) kali, Majelis Hakim tidak
pernah memberikan nasihat kepada Penggugat
supaya mengganti objek gugatannya. Seharusnya
sesuai dengan filosofis pemeriksaan persiapan
yang diatur dalam Pasal 63 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986, Majelis Hakim harus
memberi nasihat supaya mengganti objek sengketa
demi untuk kesempurnaan surat gugatan a quo;
- Bahwa berdasarkan Pasal 106 ayat (1) Jo.
Pasal 107 Peraturan Menteri Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun
1999, dan Pasal 62 ayat (2) Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2011 tumpang tindih hak atas
tanah merupakan salah satu bentuk cacat hukum
administratif. Berdasarkan Pasal 62 ayat (1)
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011,
sertifikat hak atas yang mengandung cacat
hukum administrasi dilakukan pembatalan atau
perintah perubahan pemeliharaan data
pendaftaran tanah menurut peraturan
perundang-undangan;
- Bahwa dengan demikian tumpang tindih
sertifikat merupakan cacat administratif, dan
merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha
Negara untuk membatalkannya;

Putusan MA No. 524 K/TUN/2018 tanggal 19


September 2018
Bahwa penerbitan objek sengketa berdasarkan
fakta persidangan didasari oleh tipu muslihat
(bedrog) yang dilakukan oleh Tergugat II
Intervensi dalam pembuatan isi dokumen surat
82
yang digunakan untuk keperluan permohonan
pendaftaran tanah, yaitu yang termuat dalam
Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang
Tanah (Tanah Negara). Adanya unsur tipu
muslihat (bedrog) yang dilakukan oleh Tergugat
II Intervensi menunjukkan bahwa terdapat cacat
yuridis dalam penerbitan objek sengketa karena
bertentangan dengan Pasal 24 sampai dengan
Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;

Putusan MA No. 534 K/TUN/2013 tanggal 27


Februari 2014 Pertimbangan hlm. 26
Bahwa obyek sengketa diterbitkan bukan atas
perintah badan peradilan yang telah
berkekuatan hukum tetap, melainkan Tergugat II
Intervensi mendaftarkan haknya pada Kantor
Pertanahan yang berwenang dengan
mendapatkan haknya, tentu dalam pengertian
bersama-sama dengan pemegang hak lainnya
atau mengeluarkan hak orang lain yang
ditetapkan oleh putusan badan peradilan umum
dalam perkara perdata dan perjanjian
dihadapan Notaris tanggal 6 November 2007
dan tanggal 18 Juli 2011 ;
Bahwa Tergugat II Intervensi dalam hal ini
mendaftarkan hak atas tanah yang mencakup
antara lain hak dari Penggugat, dan tanah yang
disertifikatkan adalah milik bersama, akan tetapi
didaftarkan atas nama satu orang saja, sehingga
merugikan hak orang lain tersebut ;

Putusan MA No. 672 K/TUN/2015 tanggal 07


Maret 2016 Pertimbangan hlm. 21
- Bahwa sertifikat hak terhadap tanah milik Para
Pemohon Kasasi/Para Penggugat yang
diterbitkan terlebih dahulu mempunyai

83
kedudukan hukum yang lebih diutamakan dari
pada sertifikat objek sengketa yang diterbitkan
kemudian, oleh karena itu penerbitan sertifikat
objek sengketa bertentangan dengan Asas
Presumption Iustae Causa sebagaimana
dimaksud Pasal 67 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986, sehingga harus dibatalkan;

Putusan MA No. 686 K/TUN/2015 tanggal 07


Maret 2016 Pertimbangan hlm. 10
Bahwa dengan terbuktinya orang tua
Penggugat/Pemohon Kasasi menggarap sejak
tahun 1969, dan berdasarkan Pasal 8 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961
tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan
Pemberian Ganti Kerugian, bahwa petani
penggarap mempunyai hak prioritas untuk
diberikan hak atas tanah garapnnya, sehingga
harus dinyatakan mempunyai kepentingan hukum
untuk mengajukan gugatan a quo;

d. TUN : Tanah dan Kepentingan Umum

Putusan MA No. 350 K/TUN/202019 tanggal 25


Juli 2019 Pertimbangan hlm. 8
Bahwa Judex Facti telah salah memaknai
pengertian “Konsultasi Publik”, sesuai dengan
prinsip demokrasi yang terkandung dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum, harus didengar kesepakatan
mayoritas, in casu sekitar 809 pemilik lahan
yang setuju atau sekitar 80% dibandingkan yang
tidak setuju hanya sekitar 20%;
Bahwa Hukum harus mengutamakan kepentingan
umum, apalagi prinsip pengambilan lahan bukan
ganti rugi tetapi bahkan nilainya lebih tinggi

84
dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP);
Bahwa rencana pembangunan kilang minyak
yang dimohonkan penetapan lokasinya oleh
Pemohon Kasasi I kepada Pemohon Kasasi II
tersebut, merupakan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional sebagaimana termuat dalam
Lampiran huruf J angka 107 Peraturan Presiden
RI Nomor 3 Tahun 2016 juncto Peraturan
Presiden RI Nomor 58 Tahun 2017 juncto
Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018.
Proyek tersebut juga telah sesuai dengan
Rencana Tata Ruang berdasarkan Surat
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3342/11.3/IX/2017,
tanggal 6 September 2017, perihal Rekomendasi
Kesesuaian Tata Ruang Pembangunan Kilang
Minyak di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban;
Bahwa dalam kaitannya dengan pelaksanaan
proyek strategis nasional tersebut, ketentuan
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 21 ayat (2)
Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2016
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 58 Tahun 2017 yang pada
intinya menegaskan bahwa Pemerintah Daerah
diharuskan untuk berperan dalam melakukan
percepatan pelaksanaan proyek strategis
nasional dan untuk pengadaan tanah diwajibkan
untuk menggunakan waktu prosesnya secara
minimum. Oleh karena itu tindakan Tergugat
yang menetapkan lokasi pengadaan tanah secara
prosedural telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan khususnya Pasal 2 ayat (1)
juncto Pasal 21 ayat (2) Peraturan Presiden RI
Nomor 3 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun
2017;
Bahwa ditinjau dari segi kemanfaatan dan
futuristik bahwa pengadaan tanah untuk
85
pembangunan kilang minyak di Tuban
sebagaimana termuat dalam keputusan objek
sengketa akan mewujudkan kedaulatan energi
nasional dan menimbulkan multiplier-effect
kepada perekonomian daerah dan nasional oleh
karena itu secara substansi tindakan Tergugat
dalam menerbitkan keputusan objek sengketa
telah sesuai dengan Asas-asas Umum
Pemerintahan Yang Baik khususnya asas audi et
alteram partem;
Bahwa perkara yang hampir serupa sudah
pernah di putus oleh Mahkamah Agung yaitu
perkara Nomor 456 K/TUN/2015;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan
di atas, menurut Mahkamah Agung terdapat
cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
kasasi dengan tidak perlu mempertimbangkan
alasan kasasi lainnya

Putusan MA No. 688 K/TUN/2015 07 Maret 2016


Pertimbangan hlm. 10
penerbitan objek sengketa didasarkan pada Surat
Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi
Tengah cq Kepala Inspeksi Agraria Sulawesi
Tengah, tanggal 10 September 1969, Nomor:
02/XVI.A/153/I/69, tanggal 10 Juni 1969, tentang
redistribusikan tanah negara seluas ± 261 Ha,
yang terletak di Desa Rarantikala, Kecamatan
Dolo, Kabupaten Donggala, akan tetapi Surat
Keputusan Gubernur tersebut telah dibatalkan
oleh Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor: Sk.54/DJA/1981. Sehingga berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut,
Gubernur menata ulang kembali peruntukan
tanah tersebut sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi Tengah
Nomor 28/593.82/II/83, tanggal 14 Februari

86
1983. Selanjutnya oleh Bupati Donggala melalui
Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat
II Donggala Nomor: 395/AG-100/XI/83, tanggal
14 Oktober 1983, tentang Penataan Tanah
Negara seluas 200 Ha, dengan perincian:
Pemerintah Daerah seluas 10 Ha., Proyek
Kesejahteraan Masyarakat Suku Terasing
(PKMST) seluas 18,6 Ha, Petani Penggarap
seluas 58 Ha., Yonif 711/Rks seluas 109 Ha,
serta prasarana jalan seluas 4,4 Ha. Oleh karena
itu, dalam rangka menata ulang kembali
peruntukan tanah yang bersangkutan sesuai
dengan maksud Peraturan Pemerintah Nomor
224 Tahun 1961 dan Pasal 10 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah, sertipikat objek sengketa
harus dibatalkan terlebih dahulu;

Putusan MA No. 617 K/TUN/2015 tgl 25 Februari


2016 Pertimbangan hlm. 32
- Bahwa Perum Kehutanan Negara (BUMN)
adalah badan hukum publik yang sekaligus juga
badan hukum perdata (dual function), karena
mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana
badan hukum perdata, menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai penyelenggara negara di
bidang kehutanan. Oleh karena itu, mempunyai
legal standing untuk mengajukan gugatan dalam
perkara ini;
- Bahwa bidang tanah yang telah diterbitkan 17
(tujuh belas) Sertifikat Hak Milik objek sengketa
terletak di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah,
merupakan kawasan hutan, bukan bekas hak
“anggaduh run-temurun”;

87
Putusan MA No. 641 K/TUN/2018 tgl 27 November
2018 Pertimbangan hlm. 4
Bahwa Termohon Kasasi/Penggugat bukan pihak
yang memiliki kepentingan hukum untuk
mengajukan gugatan terhadap pembatalan objek
sengketa a quo karena alas hak Termohon
Kasasi/Penggugat berupa Sertifikat Hak Milik
Nomor: 709/Desa Pemongkong diterbitkan di
atas lahan kawasan hutan Sekaroh RTK. 15
sebagaimana Berita Acara Pengumuman
Pemancangan Batas Sementara Kelompok Hutan
Sekaroh RTK. 15 tanggal 6 Maret 1992 (Bukti T-
2), Berita Acara Tata Batas Kelompok Hutan
Sekaroh RTK. 15 di Wilayah Kecamatan Keruak,
Kabupaten Daerah Tingkat II Lombok Timur,
Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat
seluas 2.834,20 (Dua Ribu Delapan Ratus Tiga
Puluh Empat, Dua Puluh Perseratus) Hektar,
tanggal 28 Maret 1994 (Bukti T-4), yang
kemudian diterbitkan obyek sengketa Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 8214/Kpts-II/2002
tanggal 9 September 2002 tentang Penetapan
Kelompok Hutan Sekaroh (RTK 15) Seluas
2.834,20 Hektar;
Bahwa sepatutnya BPN Kabupaten Lombok
Timur telah mengetahui terbitnya penetapan
Batas Kelompok Hutan Sekaroh RTK. 15 di
Wilayah Kecamatan Keruak, Kabupaten Daerah
Tingkat II Lombok Timur, Propinsi Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Barat, yang melingkupi
wilayah Kecamatan Keruak, Desa Pemongkong,
lokasi SHM Nomor: 709/Desa Pemongkong
karena kedua instansi tersebut sama-sama
merupakan instansi vertikal dalam wilayah kerja
yang sama, oleh karenanya alas hak penggugat
berupa SHM Nomor: 709/Desa Pemongkong
tidak cukup untuk dijadikan dasar alas hak untuk
mengajukan gugatan untuk membatalkan
88
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
8214/Kpts-II/2002 tanggal 9 September 2002
tentang Penetapan Kelompok Hutan Sekaroh
RTK 15 (obyek sengketa a quo). Dengan
demikian Penggugat/Termohon Kasasi tidak
mempunyai kepentingan untuk mengajukan
gugatan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal
53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara;

Putusan MA No. 510 K/TUN/2015 tanggal 19


November 2015 Halaman 19
Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara Objek
Sengketa diterbitkan diatas tanah yang sudah
berstatus Hak Pengelolaan, sehingga Keputusan
Tata Usaha Negara Objek Sengketa
mengandung cacat yuridis dari segi material
substansial;

Putusan MA No. 434 K/TUN/2016 tgl 22 November


2016, Pertimbangan hlm. 48
Bahwa penentuan tenggang waktu didasarkan
pada surat bukti T.II.Int. 19 s/d T.II.Int. 23, akan
tetapi setelah diperhatikan secara cermat surat-
surat bukti tersebut tidak mencantumkan secara
eksplisit sertifikat objek sengketa, karena
merupakan korespondensi antara Camat dan
Bupati dalam penyelesaian tanah secara umum,
karenanya pertimbangan Judex Facti Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta hanya
bersifat asumtif;
- Bahwa penerbitan sertifikat objek sengketa
mengadung cacat prosedural sebagaimana
dipertimbangkan oleh Judex Facti Pengadilan
Tata Usaha Negara Pontianak, yaitu adanya

89
Buku Tanah dan Surat Ukur pada sertifikat objek
sengketa tidak ada tanda tangan pejabat yang
berwenang;
- Bahwa selain itu, maksud gugatan Penggugat
adalah untuk memenuhi pengadaan tanah guna
kepentingan umum yang sebelumnya telah
melibatkan Tergugat;
- Bahwa hak atas tanah berfungsi sosial, oleh
karena itu hak privat warga masyarakat atas
tanahnya harus juga memperhatikan kepentingan
umum;
- Bahwa jika pemerintah memerlukan tanah
untuk kepentingan umum, maka masyarakat
pemilik tanah harus mendukungnya dengan tidak
tertutup kemungkinan menuntut hak
keperdataanya dalam bentuk ganti rugi atau
kompensasi lain;

Putusan MA No. 456 K/TUN/2015 tgl 23


September 2015 Pertimbangan hlm. 74
Bahwa Judex Facti terlalu sempit menyimak
dasar yuridis keputusan tata usaha negara objek
sengketa, karena dalam Lampiran Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2012-
2017, Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan,
Angka 6.3. Arah Pembangunan Kewilayahan,
Sub 6.2.4. Kabupaten Kulon Progo, secara
eksplisit dan implisit telah menyebutkan adanya
“Pengembangan Bandara Baru di Kulon
Progo”;
- Bahwa tentu realisasinya mengalami dinamika
perkembangan keadaan riil yang berpengaruh
terhadap pilihan “Skala Prioritas
Pembangunannya”. Menyimak dinamika
masyarakat di era otonomi daerah dan kondisi

90
kualitas prasarana dan sarana transportasi
udara berikut moda transportasinya di Daerah
Istimewa Yogyakarta in casu Bandar Udara
Adisutjipto yang secara riil sedang berbenturan
pengembangannya antara perkembangan kota
dengan tuntutan perkembangan kualitas bandar
udara demi keselamatan dan kenyamanan para
pengguna jasa angkutan udara, perlu dicarikan
solusinya;
- Bahwa dengan demikian pembangunan bandar
udara di Kulon Progo menjadi sangat penting,
oleh karenanya tindakan hukum Tergugat
menerbitkan keputusan tata usaha negara objek
sengketa adalah berdasar hukum dan bersifat
futuristik;

Pertimbangan hlm. 30 Putusan MA No. 457


K/TUN/2017 tanggal 19 Oktober 2017
- Bahwa tenggang waktu pengajuan gugatan a
quo yang didaftarkan pada tanggal 14 Juni 2016
tidak kadaluwarsa oleh karena Pemohon Kasasi
merupakan pihak ketiga yang tidak dituju dalam
keputusan objek sengketa a quo sehingga
penghitungan tenggang waktu pengajuan
gugatannya dihitung secara kasuistis sejak saat
mengetahui dan merasa kepentingannya
dirugikan yaitu pada tanggal 30 Maret 2016;
- Bahwa Pemohon Kasasi merupakan pengelola
aset atas tanah yang termuat dalam keputusan
objek sengketa a quo berdasarkan Grondkaart
(Peta Tanah) Nomor ........ yang dahulu dimiliki
oleh Samarang - Joana Stoomtram -
Maatschappij. N.V. (perusahaan kereta api
swasta Belanda yang tergabung dalam
Verenigde Spoorwegbedrijf (VS);
- Bahwa tanah-tanah aset Verenigde
Spoorwegbedrijf (VS) tersebut dinasionalisasi

91
menjadi kekayaan Negara dan diserahkan
penggunaannya kepada Djawatan Kereta Api in
casu Pemohon Kasasi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik
Belanda yang berada di wilayah Indonesia
juncto Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1959 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1959;
- Bahwa tindakan Termohon Kasasi/dahulu
Tergugat dalam menerbitkan keputusan objek
sengketa a quo telah bertentangan dengan
ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria juncto Pasal 3 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah, oleh karena Termohon
Kasasi/ dahulu Tergugat tidak melakukan
penyelidikan riwayat bidang tanah;

Putusan MA No. 474 K/TUN/2015 Pertimbangan


hlm. 219
- Bahwa diharuskan adanya pengumuman
sebagaimana dimaksud Pasal 26 Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997, padahal tanah
yang tersebut pada Surat Keputusan Objek
Sengketa merupakan tanah Negara yang tidak
mengharuskan adanya tahap pengumuman
sebagaimana ditegaskan Pasal 23 Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997;
- Bahwa penerbitan Surat Keputusan Objek
Sengketa dari aspek kewenangan, prosedural
dan substansi telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

92
Putusan MA No. 361 K/TUN/2014 tanggal 23
Oktober 2014 Pertimbangan hlm. 20
Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa
adalah Sertifikat Hak Pakai No. 39 Tanggal 27
Agustus 2004 Luas 38.614 m2 atas nama
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa
Tenggara Barat, dilakukan dengan cara ganti
rugi tanah masyarakat yang bukti-buktinya
sudah tercecer (belum ditemukan) tetapi ketika
itu tidak ada keberatan dari pihak-
pihak/masyarakat.

Putusan MA No. 27 PK/TUN/2017 tanggal 9 Maret


2017 Pertimbangan hlm. 50
- Bahwa hak PT Kereta Api Indonesia (Tergugat
II Intervensi) atas tanah negara yang telah
diterbitkan sertipikat objek sengketa, sejak tahun
1957 tidak pernah dikonversi sampai
berakhirnya tenggang waktu konversi dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria yang juga mengatur tentang Konversi;
- Bahwa dengan tidak dilakukannya konversi
oleh PT Kereta Api Indonesia, maka hak atas
tanah kembali menjadi tanah negara;
- Bahwa pemberian sertipikat Hak Guna
Bangunan pada PT Kereta Api Indonesia pada
tahun 2013, tanpa memperdulikan kepentingan
Para Penggugat yang menguasai tanah tersebut
sejak tahun 1958 dan juga telah mengajukan
permohonan hak adalah tidak dapat dibenarkan
menurut hukum dan keadilan;

Putusan MA No. 80 PK/TUN/2016 tanggal 20 Juni


201 Pertimbangan hlm. 18
Bahwa oleh karena Panitia A tidak
melaksanakan pemeriksaan secara langsung ke

93
lapangan tetapi hanya menandatangani Risalah
Pemeriksaan Tanah A sehingga tindakan
Tergugat dalam menerbitkan keputusan
pemberian haknya (bukti T-18) bertentangan
dengan ketentuan Pasal 3 ayat (4) juncto Pasal 6
ayat (1) huruf c Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2007
juncto Pasal 107 huruf a Permenegagraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
Tahun 1999 juncto Pasal 83 huruf b juncto Pasal
84 huruf c Permenegagraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 yang
secara mutatis mutandis mengakibatkan juga
batalnya keputusan in litis sebagaimana
ketentuan Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2)
Permenegagraria Nomor 9 Tahun 1999;
Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali
mengajukan bukti-bukti baru (novum) namun
bukti-bukti surat tersebut juga dibuat tidak
dengan sumpah yang menerangkan mengenai
kapan dan dimana menemukannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 juncto Pasal 69
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009 sehingga tidak bernilai
sebagai novum yang menentukan dalam
mempertimbangkan penyelesaian atas sengketa a
quo

e. Yurisprudensi Hukum Adat : Tanah dan Waris

Yurisprudensi : Putusan MA No. 036K/SIP/1968


Keberatan bahwa pengadilan tinggi telah
melanggar hukum adat minangkabau karena
pengadilan tinggi tidak membenarkan saksi-

94
saksi penggugat untuk kasasi dan tidak
menganggap surat-surat yang diajukan
penggugat untuk kasasi sebagai bukti menurut
undang-undang adalah keberatan yang pada
hakekatnya merupakan penilaian hasil
pembuktian yang tidak tunduk pada kasasi

Yurisprudensi : Putusan MA No. 416K/SIP/1968


Menurut hukum adat yang berlaku di sumatera
timur, anak angkat tidak berhak mewarisi harta
peninggalan orang tua angkat, ia hanya dapat
memperoleh pemberian dan hadiah (hibah) dari
orang tua angkat selagi hidup

Yurisprudensi : Putusan MA No. 506K/SIP/1968


Di tapanuli anak perempuan tidak berhak
mewarisi harta pusaka almarhum ayahnya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 561K/KR/1968


Hukum adat di jawa timur harta warisan yang
bersifat gono gini. barang sengketa sebagai
peninggalan almarhum diputuskan harus dibagi
antara penggugat dan tergugat masing-masing
separuh

Yurisprudensi : Putusan MA No. 679K/SIP/1968


Anak angkat pewaris berhak atas barang gawan
yang diperoleh dari usaha pewaris sendiri dan
tidak perlu dibagi dengan ahli waris ke samping

Yurisprudensi : Putusan MA No. 152K/SIP/1969


Khususnya di jawa barat hanya dikenal wakaf
milik dan wakaf jama', jadi bukan wakaf rahab

Yurisprudensi : Putusan MA No. 391K/SIP/1969


Penghibahan yang dilakukan oleh almarhum
kepada ahli waris-ahli warisnya dengan

95
merugikan ahli waris lainnya (karena dengan
penghibahan itu ahli waris lainnya tidak
mendapat bagian) dinyatakan tidak sah dan
harus dibatalkan, karena bertentangan dengan
peri keadilan dan hukum adat yang berlaku di
daerah priangan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 392K/SIP/1969


Pembagian harta guna kaya antara bekas suami
isteri masing-masing separuh, pemeliharaan
anak-anak yang belum dewasa diserahkan
kepada si ibu, biaya penghidupan, pendidikan
dan pemeliharaan anak-anak tersebut dibebankan
pada ayah dan ibu masing-masing separuh

Yurisprudensi : Putusan MA No. 123K/SIP/1970


Hukum adat di bali tidak melarang penghibahan
antara suami isteri sepanjang hal ini tidak
mengenai harta pusaka

Yurisprudensi : Putusan MA No. 182K/SIP/1970


Tentang pelaksanaan pembagian harta warisan
yang belum terbagi , hukum adat yang harus
diperlakukan adalah hukum adat (yurisprudensi)
yang berlaku pada saat pembagian tersebut
dilaksanakan, jadi hukum adat yang berlaku
pada dewasa ini

Yurisprudensi : Putusan MA No. 207K/SIP/1970


Hibah dalam hukum adat di daerah bersifat
mengatur (regelend recht)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 415K/SIP/1970


Pembeanan (penyerahan tanpa melepaskan hak
milik) harus dianggap sebagai usaha untuk
memperlunak hukum adat dimasa sebelum
perang dunia ke ii, dimana seorang anak
perempuan tiada mempunyai hak waris
96
Yurisprudensi : Putusan MA No. 475K/SIP/1970
Jual beli menurut hukum adat sudah terjadi,
sejak perjanjian tersebut diikuti dengan
pencicilannya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 140K/SIP/1971


Keputusan judex factie yang didasarkan kepada
petitum subsidair dapat dibenarkan, asalkan
masih dalam kerangka yang serasi dengan inti
petitum primair, janda cerai mempunyai hak
yang sama dengan janda mati terhadap barang-
barang peninggalan suaminya yang telah
meninggal dunia, yang belum dibagi

Yurisprudensi : Putusan MA No. 358K/SIP/1971


Hukum adat di bali, hukum waris, terbukti
bahwa tergugat I sebagai nyeburin sentana pada
ni keneng (dalam perkawinannya dengan ni
keneng, tergugat I berstatus perempuan) dan
telah terbukti pula bahwa ni keneng meninggal
dunia, tergugat I kawin lagi tanpa persetujuan
semua keluarga terdekat dari almarhum nang
runem, maka telah terbukti tergugat I menyalahi
darmanya sebagai janda (tergugat i menurut
adat berstatus perempuan) dan menurut adat
tergugat I tidak boleh lagi tinggal di rumah
almarhum nang runem serta mewarisi harta
peninggalan nang runem

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1037K/SIP/1971


Tanah yang bukan merupakan tanah pusaka
sebagaimana tersebut dalam bahasa daerah di
tapanuli "golad" tetapi merupakan tanah
garapan dari suami-isteri dalam perkawinan
pertama dan yang dibawa si istri kedalam
perkawinan nya kedua setelah suami yang
pertama meninggal dunia dan dari

97
perkawinannya kedua itu tidak ada anak,
seluruhnya harus kembali kepada anak satu-
satunya dari perkawinan yang pertama sekalipun
anaknya itu seorang perempuan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1164K/SIP/1971


Harta bawaan adalah dianggap paling adil
apabila dibagi sama rata diantara para ahli
waris

Yurisprudensi : Putusan MA No. 102K/SIP/1972


Apabila dalam perkara baru ternyata pihak
berbeda dengan pihak-pihak dalam perkara yang
sudah diputus lebih dulu, maka tidak ada "ne bis
in idem"

Yurisprudensi : Putusan MA No. 528K/SIP/1972


Di tapanuli selatan terdapat suatu "lembaga
holong ate", yaitu pemberian sebagian dari harta
warisan menurut rasa keadilan kepada anak
perempuan apabila seorang meninggal dunia
tanpa keturunan anak lelaki

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1130K/SIP/1972


Didaerah aceh sebelum perkara mengenai hak
milik antara para ahli waris dapat diperiksa oleh
pengadilan umum, haruslah diputus terlebih
dahulu keahliwarisannya serta bagian-bagian
yang menjadi hak dari masing-masing ahli waris
oleh pengadilan agama

Yurisprudensi : Putusan MA No. 447K/SIP/1974


Seorang "juru gae" bukanlah ahli waris dan
tidak berhak mewaris

Yurisprudensi : Putusan MA No. 869K/SIP/1974


Ahli waris bertali darah tidak mewarisi soko
(gelar), sedang yang berhak menerima harta
98
pusaka tinggi adalah ahli waris yang berhak
memakai soko tersebut

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1589K/SIP/1974


Sesuai dengan yurisprudensi mahkamah agung
terhadap anak perempuan di tapanuli, juga di
lombok, adilnya anak perempuan dijadikan ahli
waris, sehingga dalam perkara ini penggugat
untuk kasasi sebagai satu-satunya anak,
mewarisi seluruh harta peninggalan dari
bapaknya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 415K/SIP/1975


Gugatan yang ditujukan kepada lebih dari
seorang tergugat, yang antara tergugat-tergugat
itu tidak ada hubungan hukumnya, tidak dapat
diadakan didalam satu gugatan, tetapi masing-
masing tergugat harus digugat tersendiri

Yurisprudensi : Putusan MA No. 861K/SIP/1975


Perbuatan hukum yang dilakukan janda atas
harta peninggalan suaminya tanpa persetujuan
ahli waris kepurusa, dapat dibenarkan karena
perbuatan termaksud adalah untuk kepentingan
yang patut dan tidak merugikan budel warisan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 912K/SIP/1975


Kenyataan bahwa ni sanding sejak kecil
bertempat tinggal dirumah nang pudak serta
dikawinkan oleh nang pudak, belumlah
membuktikan bahwa ia adalah anak angkat,
untuk pengangkatan anak perlu ada upacara dan
siaran di banjar setempat

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1194K/SIP/1975


Hak atas warisan tidak hilang akibat lampaunya
waktu saja

99
Yurisprudensi : Putusan MA No. 263K/SIP/1976
Karena tanah sengketa merupakan harta
bersama suami isteri tergugat i-ii, untuk menjual
tanah tersebut tergugat i harus mendapat
persetujuan isterinya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1002K/SIP/1976


Harta gono gini yang telah dibagi antara pak
dan bok kartodirjo setelah mereka kawin
kembali, tetap merupakan harta gono gini dan
bukan harta gawan yang biasanya kembali
kepada keluarga masing-masing pihak, oleh
karena itu setelah pak kartodirjo meninggal, bok
kartodirjo sebagai janda dan sugeng sebagai
anak angkat berhak mewarisi harta gono gini
tersebut

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1278K/SIP/1977


Karena almarhum g mewengkang dan isterinya
semasa hidupnya tidak pernah mencabut
pengangkatan anaknya atas para penggugat,
mereka tetap berhak mewaris, sedang hal
"sumaji" kepada orang tua, tidak dapat dipakai
sebagai dasar untuk menentukan dapat tidaknya
seorang ahli waris menerima warisan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 853K/SIP/1978


Menurut hukum adat sasak dalam hal keahli
waris dimungkinkan penggantian tempat

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1377K/SIP/1978


Pengadilan negeri tidak terikat pada putusan
adat desa dan parenge (kepala distrik)

Yurisprudensi : Putusan MA No. 1685K/SIP/1978


Perjanjian sewa menyewa tersebut ada dalam
suasana hukum adat, dimana pihak-pihak adalah

100
orang indonesia asli dan tanah sengketa ada di
ujung berung, dasar-dasar pemikiran K.U.H
Perdata (B.W) harus dihilangkan, menurut
hukum adat dalam hal ini lebih dititik beratkan
pada kepatutan/kepantasan

Yurisprudensi : Putusan MA No. 562K/SIP/1979


Hibah dari suami kepada isteri mengenai barang
asal tidak dapat disahkan, karena ahli waris
tersebut menjadi kehilangan hak warisnya

Yurisprudensi : Putusan MA No. 2014K/SIP/1979


Dengan menghukum agar sawah cidra dibagi
waris dengan perempuan mendapat sepersenan
dan laki-laki sepelembahan. pengadilan tinggi
tidak salah menerapkan hukum, karena sesuai
dengan hukum adat setempat

Yurisprudensi : Putusan MA No. 429K/PDT/1984


Seorang janda yang melakukan mekidiang raga
hanya berhak membawa harta guna kaya atau
harta pencahariannya sendiri

Yurisprudensi : Putusan MA No. 3597K/PDT/1985


Jual beli dengan hak membeli kembali
merupakan bentuk perjanjian menurut pasal
1519 dan sertusnya BW, sedangkan jual beli
tanah/rumah sesuai dengan undang-undang
pokok agraria dikuasai oleh hukum adat yang
tidak mengenal bentuk jual beli dengan hak
membeli kembali, maka perjanjian antara
penggugat dan tergugat dalam perkara ini
adalah batal demi hukum

101

Anda mungkin juga menyukai