Anda di halaman 1dari 1

JANGAN CARI AMAN

Kebanyakan orang tentu ingin ada dalam posisi aman, sehingga banyak cara yang akan dilakukan untuk menghindari situasi tidak aman. Berbagai alasan
yang seringkali kita temuai adalah “itu bukan urusan saya”, “tidak penting bagi saya”, “itu urusan dia atau mereka”, “yang penting tidak ganggu hidup
saya” dll. Ada sebuah kisah di India yang menceritakan tentang ada sekelompok masyarakat yang hidup dan tinggal di sebuah tempat yang diapit oleh
gunung-gunung. Manjhi salah satu orang yang hidup di desa itu berencana untuk membelah gunung untuk mempersingkat akses jalan sehingga mudah
untuk mobilitas ke kota atau ke tempat lainnya. Setiap hari Manjhi dengan bahan yang sederhana mengeruk tanah dan batu dimulai dari bawah kaki
gunung. Aktifitasnya ini dianggap gila dan mustahil, beberapa diantara masyarakat mulai mengejeknya, mereka bukan saja mengejekanya tapi mengajak
orang lain untuk mengejek dan menghina Manjhi. Manjhi berharap akan mendapat support dari orang terdekatnya yaitu keluarga, namun sayang
keluarganyanya juga mulai terhasut oleh orang lain. Namun Manjhi tidak patah semangat, kesedihan karena sebuah penolakan dari orang lain justru
memacunya untuk tetap menyelesaikan pekerjaannya. Pelan tapi pasti pekerjaan itu selesai dan gunung itu berhasil dibelah. Sekarang Desa itu sudah
tidak kesulitan untuk akses mobilitas masuk dan keluar baik untuk ke kota ataupun ke tempat yang lain. Banyak yang menganggumi pekerjaan Manjhi
dan mereka menikmatinya. Bisa jadi jika kita juga menjadi bagian dari masyarakat Desa dalam cerita ini kita adalah bagian dari orang yang membenci
Manjhi alasannya kita ingin cari aman, dari pada dianggap gila, bodoh membelah gunung dengan alat sederhana. Dan bisa jadi juga kita turut menghasut
orang lain untuk bilang “Manjhi gila”. Dibalik kerja keras Manjhy adalah karena dia tidak ingin penderitaan yang ia alami karena kematian istrinya akibat
sakit dalam perjalanan yang sulit ke rumah sakit tidak terjadi lagi pada orang lain. Manjhy peduli terhadap orang lain meski dia harus dihina.
Bacaan kita saat ini juga menyiratkan beberapa hal sikap kita sebagai manusia yang memiliki kecenderungan “cari aman dan bersikap masa bodoh”
1. Yesus sedang ada dalam penderitaan mendapat tekanan, penyiksaan, menuju kesengsaraan dan kematian. Posisi yang amat sangat sulit
dimana semestinya jika kita ada dalam posisi yang sulit yang kita butuhkan adalah dukungan dan penguatan. Penderitaan yang dialami oleh
Yesus didalamnya juga adalah bagian manipulasi dari orang-orang penting. Yesus memang harus mati sebagai tujuan penebusan, namun
isu-isu kebencian disebar sehingga orang-orang yang dahulunya meneriaki hosanna kini telah berubah. Dan tidak sampai disitu saja bahkan
orang yang terdekat sekalipun yang selalu bersama-sama dengan Yesus hanya dapat melihat dari jauh. Petrus adalah salah satu tokoh dari
ceita ini. Dia murid Yesus sebelum Yesus menderita, Petrus selalu tampil sebagai orang yang “melindungi Yesus” dari kejahatan. Di luar
halaman Petrus duduk dan melihat Yesus dan ketika seorang hamba perempuan berkata kepadanya “engkau juga bersama-sama dengan
Yesus orang Galilea itu” Petrus menyangkal “aku tidak tahu apa yang engkau maksud”. Petrus “cari aman”. Dia tahu siapa Yesus, dan
semestinya dia duduk dekat Yesus. Terkadang kita tahu ada orang yang menderita disekitar kita tapi kita pura-pura tidak tahu, kita “cari
aman”. Kita merasa itu bukan urusan kita. Kita membungkam kebenaran hanya karena ingin aman diri sendiri. Orang-orang yang menderita
itu bisa saja ada dikeluarga kita, tetangga kita, tempat persekutuan kita. Semestinya kita ada didekat bukan diluar dan melihat, tindakan ini
memang terkesan halus namun ini juga turut menyumbang dan menambah penderitaan orang yang sedang menderita. Bagaimana jika kita
ada didalam posisi sebagai orang yang menderita? Tentu sakit bukan?
2. Ayat 71-74 Petrus coba untuk lebih dekat berdiri di pintu gerbang, seorang hamba berkata kepada orang-orang yang ada disitu “orang ini
bersama Yesus orang Nasareth, dan kali ini Petrus menyangkal denngan bersumpah dan juga mengutuk. Posisi yang tadinya dari luar
menuju pintu gerbang seolah-olah mau mengatakan bahwa Petrus sedang memantau Yesus, dia sepertinya peduli tapi dia takut karena
tekanan saat itu sehingga yang dia lakukan hanyalah terus memantau Yesus. Namun sayang demi rasa aman dia bahkan bersumpah tidak
kenal Yesus. Terkadang kita sama seperti Petrus, agar kebohongan kita semakin nyata dan sempurna kita bersumpah palsu, bahkan
bersumpah atas nama Tuhan, kita mengelurkan kata-kata kutuk. Hati-hati sumpah itu mengikat dan berdampak. Ketika kita mendapat
tekanan/menderita kita menyangkali Yesus. Ketika kita melihat orang disekitar kita menderita kita berdiri dari dekat dan mengabaikannya
untuk sebuah rasa aman dan bias jadi kita turut mengutuki dan menyangkal. Kebaikan orang tersebut kita abaikan.
3. Ayat 75, adalah dampak dari penyangkalannya. Petrus bersedih, kecewa, sedih, menyesal dan menangis. Bukankah ini yang juga sering kita
alami. Sudah terjadi hal yang paling buruk baru menyesal. Saat melihat orang menderita kita abaikan tapi saat dia sudah hancur karena
penderitaanya baru kita berkata “sungguh kasihan andaikan saya bisa membantu dll”
Dari kisah Manjhy & Petrus ini kita belajar untuk memposisikan diri kita sebagai orang yang harus berani menyatakan apa yang salah dan benar
dengan iman kepada Yesus, dan bukan menjadi pengecut. Kita tidak hanya mencari rasa aman untuk diri sendiri karena kitapun berpotensi untuk
ada dalam penderitaan. Kita harus peduli terhadap anggota keluarga yang menderita, kita harus peduli terhadap tetangga kita yang menderita,
kita harus peduli jika ada rekan pelayanan kita yang menderita, dan juga peduli terhadap rekan kerja yang mengalami kesusahan. Kita tidak hanya
menjadi penonton untuk rasa aman. Dan yang paling penting kita jangan menjadi penyebab orang lain menderita. Kita tidak menjadi penyebab
situasi tidak aman supaya kita tampil sebagai orang yang mengamankan situasi. Sama seperti Petrus yang ikut arus dan orang-orang disekitar
Manjhy yang mengolok-olok dia. Karena terkadang kita bisa ada dalam posisi yang menderita. Jika kita sanggup melakukan itu maka kitapun pasti
sanggup untuk tetap setia kepada Yesus dan tidak menyangkalinya hanya karena penderitaan iman yang kita alami. Karena jika hanya mengejar
rasa aman maka sebenarnya kitapun termasuk peran pembantu penyebab penderitaan dari para actor utama. Jadilah setia dan berani untuk
sebuah kebenaran sebagai perwujudan ketaatan kita kepada Yesus.

Anda mungkin juga menyukai