Anda di halaman 1dari 5

SOP IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO

Hari/Tanggal Minggu, 31 Juli


Lokasi Pelaksanaan PT. Tiga Bintang Electric
Disampaikan Oleh Pengawas Lapangan
Mengetahui Direktur Utama
Periode 2022

PROSEDUR K3

1. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan sebagai pedoman identifikasi Potensi bahaya dari seluruh
kegiatan, produk atau jasa di lingkungan PT. Tiga Bintang Electric yaitu area
kantor & proyek serta penetapan tujuan, sasaran dan program SMK3.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk seluruh kegiatan di area kantor & Proyek yang dikerjakan
PT. Tiga Bintang Electric
3. DEFINISI
3.1 Sistem Manajemen K3
Bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pembangunan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
3.2 Bahaya Potensial
Sumber atau situasi yang memiliki potensi untuk menciderai atau
menimbukan sakit pada manusia, kerusakan pada properti, kerusakan pada
lingkungan kerja, atau kombinasinya.
3.3 Risiko
Kombinasi dari peluang terjadi (likelihood) dan konsekuensi/
keparahan saat terjadinya bahaya potensial yang spesifik.

3.4 Identifikasi Risiko


Proses untuk mencari, mengenali dan mendeskripsikan suatu risiko.
3.5 Dampak (consequence)
Akibat dari suatu yang mempengaruhi sasaran.
3.6 Kemungkinan (likelihood)
Kesempatan/kemungkinan sesuatu terjadi.
3.7 Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Proses menyeluruh dalam memperkirakan besarnya risiko dan menentukan bisa
atau tidak risiko tersebut ditoleransi.
3.8 Resiko yang ditoleransi (Tolerable Risk)
Risiko yang direduksi hingga level yang dapat dipertahankan oleh organisasi
untuk memperoleh pemenuhan peraturan perundang-undangan dan Kebijakan
K3-nya.

4. URAIAN PROSEDUR PENGAWAS


4.1 IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL DAN PENILAIAN RISIKO K3
4.1.1 Ahfi K3, Direktur bagian, Manager bagian, Site Manager dan bagian terkait dan/
atau pihak-pihak yang ditunjuk melakukan identifikasi potensi bahaya potensial
seluruh elemen kegiatan/proses, produk/jasa dalam ruang lingkup kerja masing-
masing dengan menggunakan 3 (tiga) kondisi: rutin, non-rutin, dan situasi darurat
(emergency) baik langsung maupun tidak langsung dengan memperhatikan:

 Potensi Bahaya Fisik (termasuk Ergonomi dan radiasi)


 Potensi Bahaya Kimia
 Potensi Bahaya Biofogi
 Potensi Bahaya Psikotogi
4.1.2 IBPPR dilakukan pada saat terdapat suatu pekerjaan baru. area baru, alat baru,
bahan baku baru, metode kerja baru yang berdampak pada Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
4.1.3 Proses modifikasi alat atau cara kerja juga perlu untuk dilakukan IBPR ulang.
4.1.4 Penyusunan IBPPR dilakukan oleh karyawan yang bertanggung jawab atas
peralatan/area kerja tersebut.
4.1.5 Nilai dan frekuensi
Level Risiko Frekuensi
1 Jarang terjadi
2 Kadang-kadang terjadi
3 Sering terjadi
4.1.6 Nilai dari S (Severity) atau keparahan risiko
Level Risiko Keparahan
1 Ringan (Pengobatan P3K)
2 Sedang (Pengobatan sampai Rumah
Sakit/Puskesmas Maksimum istirahat
selama 2 X 24 jam.
3 berat (Luka berat hilang hari kerja diatas 2 X
24 jam atau meninggal dunia)
4.1.7 Penilaian risiko merupakan hasil kombinasi/ perkalian antara frekuensi dan
keparahan seperti pada poin 4.1.8.
4.1.8 Nilai risiko adalah sebagai berikut:
Matriks Tingkat Keparahan
Risiko 1 2 3
1 1 2 3
Frekuensi

2 2 4 6
3 3 6 9
Keterangan
Risiko Deskripsi Tindakan
6-9 Tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai resiko telah direduksi.

Pengawasan dan pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan,


dilakukan oleh Wakil Manajemen sampai risiko telah tereduksi.

Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi resiko dengan


sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat
dilaksanakan.
3-4 Sedang Risiko masih dapat diterima tetapi perlu pengendalian tambahan.

Pengawasan dan pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan,


dilakukan oleh safety officer/ supervisor/ penanggung jawab area
dalam jangka waktu yang ditentukan.
1-2 Rendah Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan.

Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian


telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.
4.2 PENGENDALIAN RISIKO
4.2.1 Penanggung jawab area terkait beserta Ahli K3 membahas pengendalian resiko
yang harus ada dengan mempertimbangkan peraturan/persyaratan K3 dan kategori
resiko terutama untuk kategori resiko tinggi dan sedang.
4.2.2 Rencana pengendalian risiko, ditetapkan dengan hierarki sebagai berikut:
a. Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya menghilangkan
kegiatan/proses, karena berarti potensi-potensi bahaya yang timbul dari
kegiatan tersebut juga akan hilang. Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang
sangat berbahaya, tetapi kegiatan tersebut tidak terlalu penting/signifikan
dengan proses bisnis perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut
dihilangkan mutu proses bisnis perusahaan tetap terjaga.
b. Cara subtitusi atau menggantikan proses/peralatan/fasilitas dengan yang
potensi bahayanya lebih kecil.
c. Cara rekayasa engineering/ teknik adalah dengan merubah atau menambah
sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada.
d. Cara administratif adalah dengan membuat aturan baru seperti
membuat/merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, merotasi jam
kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi pelatihan,
sosialisasi, dan sebagainya.
e. Alat pelindung diri yang digunakan, maksudnya bila cara engineering
tidak bisa dilakukan atau tidak terlalu mengurangi risiko, maka tenaga
kerja dilindungi dengan APD.
4.2.3 Status pengendalian resiko perlu dicantutnkan untuk melihat pengendalian resiko
mana yang sudah ada dan mana yang belum, sehingga bagi potensi bahaya yang
belum ada pengendalian bahayanya dapat ditetapkan seoagai Tujuan, Sasaran dan
Program Manajemen K3.

4.2.4 Risiko yang termasuk Risiko Penting K3 adalah risiko yang termasuk dalam
Risiko Tinggi. Risiko penting K3 ini di tindak lanjuti dengan menggunakan Form
Pengendalian Risiko dan Formulir Sasaran dan Program Manajemen K3.

4.3 PENETAPAN PRIORITAS PENILAIAN RISIKO K3 DENGAN


KETENTUAN SEBAGAI BERIKUT
 Prioritas I dan II : dijadikan tujuan, sasaran, dan program K3

 Prioritas III : dikendalikan dengan prosedur operasional

4.4 TUJUAN DAN SASARAN K3 SERTA PROGRAM MANAJEMEN K3


Management Representative akan menetapkan tujuan-sasaran dengan pertimbangan
hal-hal berikut:

 Peraturan perundangan dan persyaratan K3


 Kebijakan K3 PT. Tiga Bintang Electric

 Pilihan teknologi yang tersedia

 Keuangan, operasional, dan ekspektasi K3 PT. Tiga Bintang Electric, masukan


dan pendangan dari manajemen dan pihak terkait.

Dibuat Oleh

Anugerah Taufiq Ismail


Pengawas Lapangan

Anda mungkin juga menyukai