Anda di halaman 1dari 6

URGENSI MODIFIKASI MENTAL WARGANET MENJADI SMART

NETTER DALAM PERANG MELAWAN CYBER BULLYING

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti EdConex Essay Competition 2018

“Bhinneka Tunggal Ika”

Disusun oleh:
Nur Irene Siswandari

MALANG
2018
1

Urgensi Modifikasi Mental Warganet Menjadi Smart Netter dalam Perang


Melawan Cyber Bullying

Berbicara mengenai cyber bullying, tentu sudah tidak asing lagi di telinga
warganet. Meskipun banyak warganet yang mengetahui bahwa perbuatan tersebut
tidak dibenarkan, akan tetapi tidak sedikit pula yang telah melakukan cyber bullying
tanpa disadari. Apabila dibiarkan begitu saja, perlahan tapi pasti cyber bullying
dapat menyebabkan perpecahan bangsa ini. Rasa toleransi dan saling menghargai
antarmasyarakat yang memudar akan menjadi sebuah lubang besar bagi persatuan
bangsa. Cyber bullying adalah segala bentuk tindakan bullying yang dilakukan
secara online menggunakan telepon seluler, dalam artian tidak berhadapan secara
langsung dengan target (Morgan, 2014). Para pelaku cyber bullying dapat lebih
leluasa menyatakan berbagai ungkapan kebencian pada korban karena tidak
bertemu secara langsung dengan korban, bahkan tak jarang para pelaku
menggunakan akun palsu untuk menutupi identitas mereka.
Morgan (2014) menambahkan bahwa perbuatan yang termasuk cyber
bullying antara lain:
1. Mengirim SMS dan surel mesum;
2. Melakukan tindak kekerasan di media sosial;
3. Menyebar kebohongan di blog, media sosial atau website;
4. Membuat blog atau website yang memuat unsur kebencian untuk ditujukan
kepada target atau seolah ditulis oleh target; dan
5. Mem-posting serta menyebarkan foto yang berkonotasi negatif (seringkali
yang berbau seks).
Cyber bullying tentu menimbulkan dampak yang tak sedikit bagi korban,
terutama terhadap kesehatan mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak
dari cyber bullying dapat lebih berbahaya dari bullying tradisional (Priyatna, 2010).
Menurut data dari Bullying UK National Survey 2014 menunjukkan bahwa 91%
dari semua korban yang telah melaporkan cyber bullying mengatakan bahwa
mereka tidak mengambil tindakan apapun atas kejadian yang mereka alami. Hal ini
dapat membuat korban merasa tidak dipercaya, dan rentan menyalahkan diri sendiri
2

(Ningrum, 2016). Dampak dari cyber bullying tidak hanya dirasakan oleh korban
saja, tetapi orang tua korban juga akan merasa depresi, dilanda kepanikan, perasaan
marah, takut dan tertekan (Morgan, 2014).
Kesehatan mental yang terganggu akibat cyber bullying juga dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan secara fisik. Selain itu, jika gangguan
kesehatan mental terjadi pada masa pertumbuhan maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Gangguan mental yang dapat terjadi pada
korban cyber bullying antara lain meliputi stres, gangguan kecemasan, dan depresi.
Stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami tekanan sangat berat
secara emosi maupun mental. Seseorang yang mengalami stres akan terlihat
gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres dapat mengurangi tingkat
konsentrasi, motivasi, dan dalam kasus yang berat dapat memicu depresi. Stres
tidak hanya memengaruhi psikologi penderita saja, tetapi juga berdampak pada
sikap dan kesehatan fisik mereka (Marianti, 2018). Korban cyber bullying sangat
rentan terkena stres karena ujaran kebencian dari para pelaku. Hal tersebut
membuat korban merasa sangat tertekan karena memikirkan apa yang akan terjadi
jika pandangan semua orang terhadap mereka menjadi negatif akibat perbuatan
pelaku.
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang saat mengalami
rasa cemas berlebih secara konstan dan sulit dikendalikan. Pada orang normal, rasa
cemas akan timbul saat kejadian tertentu saja. Namun pada penderita gangguan
kecemasan, rasa cemas sering timbul pada setiap situasi. Itulah penyebab mengapa
orang yang mengalami kondisi ini akan merasa sulit rileks atau santai setiap waktu.
Selain perasaan gelisah, gejala psikologis yang bisa muncul adalah rasa percaya diri
berkurang, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi
penyendiri (Marianti, 2018). Para korban cyber bullying tentu berpotensi besar
mengalami gangguan kecemasan. Hal ini dapat terjadi karena korban khawatir atau
cemas terhadap apa yang akan terjadi pada mereka setelah semua perlakuan cyber
bullying tersebut. Korban merasa cemas bahwa mereka akan sulit diterima oleh
masyarakat yang berpandangan negatif terhadap mereka.
Sedangkan depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan
penderita merasa sedih secara kontinu. Berbeda dengan kesedihan biasa yang hanya
3

berlangsung beberapa hari, perasaan sedih pada depresi dapat berlangsung hingga
beberapa minggu atau bahkan sampai beberapa bulan. Depresi juga dapat
menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara
berperilaku penderita. Tak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas
keseharian dengan normal. Bahkan pada kasus tertentu, penderita depresi berat
dapat menyakiti diri sendiri bahkan mencoba bunuh diri (Marianti, 2018). Depresi
merupakan salah satu dampak terburuk dari cyber bullying karena dapat
menyebabkan kematian. Korban akan mengalami depresi akibat tindakan cyber
bullying yang terus berlanjut. Tak jarang bila salah satu pihak berkomentar negatif
akan diikuti dengan komentar negatif lain. Komentar negatif seperti itu akan
berlangsung dalam waktu yang tak sebentar, korban akan merasa depresi selama
komentar negatif berlanjut atau bahkan setelah komentar negatif tersebut berhenti.
Maka dari itu, penting untuk memodifikasi mental warganet menjadi smart
netter untuk mengatasi cyber bullying. Mental smart netter adalah mental untuk
lebih bijak menggunakan kecanggihan teknologi terutama smart phone. Ketika
menggunakan smart phone untuk bermain media sosial kita harus malu jika tidak
memiliki mental smart netter. Jangan sampai kepintaran otak manusia dikalahkan
oleh kepintaran sotfware handphone. Jangan sampai ketika kita bermain media
sosial kita lupa untuk menjadi pintar dan terseret dalam arus cyber bullying.
Bagaimana cara membentuk mental smart netter?, pertanyaan tersebut tentu akan
muncul dalam benak warganet yang menyadari bahaya cyber bullying. Jawaban
dari pertanyaan tersebut adalah seseorang dengan mental smart netter tidak akan
mengkritik tanpa menyertai saran. Sederhana tapi tidak semua orang dapat
melakukan hal tersebut. Jangan menyebarkan komentar kebencian jika tak bisa
memberikan saran. Jika ingin berkomentar lebih baik memberikan komentar positif
dalam bentuk motivasi dan membagi semangat pada orang lain, bukan menghujat
mereka karena hal sepele.
Cyber bullying mungkin terlihat sederhana, akan tetapi dampak yang
ditimbulkan bisa sangat berpengaruh terhadap kehidupan korban, bahkan dalam
beberapa kasus dapat menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Dapat dilihat
bahwa masalah tersebut tidak hanya memengaruhi mental saja, akan tetapi juga
memengaruhi fisik korban. Gangguan mental akibat cyber bullying dapat
4

menyebabkan nafsu makan berkurang dan menurunkan imunitas sehingga korban


akan lebih mudah terserang penyakit.
Selain itu, cyber bullying juga dapat menyebabkan perpecahan dalam
masyarakat. Berawal dari perdebatan di dunia maya dan terus berlanjut hingga ke
dunia nyata. Modifikasi mental warganet menjadi smart netter dapat mengurangi
berbagai dampak cyber bullying yang bisa berakibat fatal. Mengajak warganet
untuk mendahulukan rasionalitas daripada emosi negatif di dunia maya. Mental
smart netter ini dapat membuat para pengguna internet menjadi lebih bijak terutama
dalam memakai media sosial. Sesama warganet dapat lebih menghargai perbedaan,
dan saling membangun melalui kritik dan saran, bukan menjatuhkan lewat kritik
tanpa solusi. Modifikasi mental smart netter ini perlu diterapkan untuk menjaga
persatuan bangsa, dengan menghargai perbedaaan satu sama lain. Sehingga
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dapat tetap mengaung di seluruh langit
nusantara.
5

Daftar Pustaka

Morgan, Nicola. 2014. The Teenage Guide to STRESS. Terjemahan Dewi


Wulansari. 2014. Tangerang Selatan: Penerbit Gemilang.

Ningrum, Dewi Widya. 2016. Bahaya Cyberbullying: Depresi Hingga Bunuh Diri.
(Online), (https://inet.detik.com/konsultasi-cyberlife/d-3188716/bahaya-
cyberbullying-depresi-hingga-bunuh-diri), diakses 24 September 2018.

Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah dan Mengatasi
Bullying. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Marianti. 2018. Kesehatan Mental. (Online),


(https://www.alodokter.com/kesehatan-mental.html), diakses 25 September
2018.

Anda mungkin juga menyukai