Anda di halaman 1dari 7

MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA: ASPEK KESEHATAN

MENTAL SERING TERSELIP, DIPERLUKAN GERAKAN CYBER


MOTIVATION

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Essay Ujar Fair 2018 (1.0)

“Mengispirasi dalam Tulisan, Merealisasikan dalam Gerakan dan Berkarya untuk


Bangsa”

Disusun oleh:
Nur Irene Siswandari

MALANG
2018
Membentuk Karakter Penerus Bangsa: Aspek Kesehatan Mental Sering
Terselip, Diperlukan Gerakan Cyber Motivation

Membahas tentang karakter bangsa, pasti sudah tergambar bagaimana


kondisi karakter generasi saat ini. Dapat dipastikan bahwa mayoritas masyarakat
akan memiliki pikiran bahwa karakter generasi sekarang banyak menyimpang dari
norma Pancasila. Padahal karakter bangsa merupakan salah satu bidang
pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara melalui pendidikan karakter. Secara
sosiokultural, pembentukan karakter bangsa merupakan suatu keharusan bagi
sebuah bangsa yang multikultural1. Karakter bangsa yang baik akan mengantarkan
sebuah negara menjadi bangsa yang maju, terutama mengingat bahwa Indonesia
memiliki sumber daya alam yang luar biasa, tinggal bagaimana cara Indonesia
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki melalui pembentukan
karakter. Maka dari itu, sangat penting untuk membentuk karakter penerus bangsa
yang sesuai dengan norma Pancasila.
Karakter terbentuk dari sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang dimiliki anak
saat masih kecil dapat bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa memengaruhi
pembentukan kebiasaan anak mereka2. Lingkungan keluarga yang mendukung
dapat membentuk karakter anak yang sesuai dengan norma Pancasila. Selain
keluarga, lingkungan sekolah dan pertemanan juga akan memengaruhi karakter
anak, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua lingkungan tersebut memiliki andil
yang besar dalam membentuk karakter generasi mendatang.
Selain itu, pola pikir masyarakat juga dapat memengaruhi karakter penerus
bangsa. Sebuah studi yang dilakukan oleh Heine, Takata dan Lehman pada tahun
2000 menyatakan bahwa orang Jepang lebih menghargai prestasi hasil dari usaha
keras daripada berdasarkan kemampuan inteligensi. Hal tersebut berarti, bagi
orang Jepang kemauan untuk besusah payah dan berusaha keras menjadi nilai

1
1. Kompas.com, Belajar Dari Pola Pengasuhan Anak di Jepang, Kompas.com, 26 September
2008,
https://megapolitan.kompas.com/read/2008/09/26/0434318/Belajar.Dari.Pola.Pengasuhan.Anak.di.
Jepang, (diakses 25 September 2018).
2
2. Thomas Lickona, Character Matters, New York, Touchstone, 2004, h. 36.

1
yang lebih penting daripada kemampuan dasar manusia seperti inteligensi 3. Hal
ini justru berbanding terbalik dengan mindset orang Indonesia yang lebih
mementingkan hasil akhir daripada proses, usaha, dan kerja keras.
Pada era yang banyak didukung oleh kecanggihan teknologi seperti saat
ini, generasi sekarang memiliki akses yang luar biasa untuk mengembangkan
potensi diri. Akan tetapi, berbagai fasilitas tersebut belum cukup untuk mencetak
generasi dengan kualitas emas. Karakter generasi bangsa justru makin memburuk
dari waktu ke waktu. Sebagai contoh kebiasaan menyontek saat ujian, tawuran
antar pelajar, merokok, penyalagunaan napza, mengonsumsi minuman beralkohol,
aksi pornografi, dan pelecehan seksual. Beberapa karakter tersebut terbentuk
karena mental generasi sekarang yang sudah mulai melempem, sehingga mereka
tidak memiliki prinsip yang kuat dan cenderung terbawa arus perubahan zaman
yang semakin lama semakin bergeser ke arah yang negatif.
Diperlukan pembentukan karakter dari aspek pendidikan dan lingkungan
sekitar, baik lingkungan pertemanan maupun lingkungan masyarakat secara utuh.
Selain beberapa aspek tersebut, ada sebuah aspek yang sering terselip yaitu dari
aspek kesehatan mental. Banyak yang menganggap bahwa masalah kesehatan
mental terhitung sepele. Padahal mental yang sehat akan menciptakan jasmani
yang sehat pula, selain itu dengan pemikiran yang positif akan lebih mudah
membentuk karakter yang sesuai dengan norma Pancasila. Mental yang sehat juga
akan menciptakan individu yang lebih berkualitas dengan karakter dan prinsip
yang kuat.
Masalah kesehatan mental anak di Indonesia tergolong cukup tinggi,
menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 angka rerata nasional
gangguan mental emosional (cemas dan depresi) pada penduduk usia 15 tahun
adalah sekitar 14 juta orang atau 6% dari seluruh jumlah penduduk 4. Beberapa
masalah mental yang kerap dialami oleh anak antara lain stres, gangguan
kecemasan, dan depresi. Stres adalah keadaan seseorang saat mengalami tekanan
yang sangat berat dan memengaruhi mental mereka. Gangguan kecemasan adalah
kondisi psikologis saat seseorang merasa cemas berlebihan secara konstan dan
3
3. Kompas.com, Op.cit.
4
4. Departemen Kesehatan, Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat, 2016, [website],
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
masyarakat.html, (diakses 30 September 2018).

2
sulit dikendalikan. Sedangkan depresi merupakan gangguan suasana hati yang
menyebabkan penderita merasa sedih secara kontinu5.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) menunjukkan
terjadinya peningkatan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas yaitu sekitar
36,3%. Data Global Youth Tobbaco Survey 2014 (GYTS 2014) menyebutkan
20,3% anak sekolah merokok (Laki-laki 36%, perempuan 4.3%)6. Kepala
Departemen Peneliti Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(Lakpesdam), Abdul Wahid Hasyim mengatakan hasil survei yang dilakukan
lembaga tersebut mencatat 65,3% anak di bawah umur mengonsumsi alkohol 7.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga mencatat dari 87 juta populasi
anak di Indonesia, sebanyak 5,9 juta anak menjadi pecandu narkoba. KPAI
menyebutkan bahwa terdapat 2.218 kasus terkait masalah kesehatan dan napza
yang menimpa anak di bawah umur. Sebanyak 15,69% kasus anak pecandu
narkoba dan 8,1 persen kasus anak sebagai pengedar narkoba8.
Bagitu banyak data yang menyatakan bahwa anak di bawah umur sudah
mulai mengonsumsi alkohol, napza, dan merokok. Pola perilaku anak yang
demikian tentu dapat menyebabkan permasalahan pada kesehatan jasmani seperti
nafsu makan berkurang dan menyebabkan daya tahan tubuh menurun, hal ini
membuat tubuh akan lebih mudah terserang berbagai macam penyakit. Dampak
terburuk dari masalah tersebut adalah nyawa seseorang dapat melayang begitu
saja. Apakah generasi seperti itu yang diharapkan menjadi penerus bangsa?, tentu
semua orang akan sepakat untuk menjawab tidak. Kemudian akan muncul
pertanyaan tentang bagaimana cara kerja kesehatan mental yang akan
memengaruhi keberlanjutan bangsa ini?.

5
5. Marianti, Kesehatan Mental, [website], 2018, https://www.alodokter.com/kesehatan-
mental.html, (diakses 25 September 2018).
6
6. Departemen Kesehatan, Rokok Illegal Merugikan Bangsa dan Negara, [website], 2015,
http://www.depkes.go.id/article/view/15060900001/rokok-illegal-merugikan-bangsa-dan-
negara.html, (diakses 24 September 2018).
7
7. Mochamad Nur, Memprihatinkan, Segini Jumlah Anak di Bawah Umur yang Konsumsi
Alkohol, JawaPos.com, 15 Agustus 2017,
https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/15/08/2017/memprihatinkan-segini-jumlah-anak-
di-bawah-umur-yang-konsumsi-alkohol, (diakses 24 Setember 2018).
8
8. Annisa Ulva Damayanti, 5,9 Juta Anak Indonesia Jadi Pecandu Narkoba, Okezone News, 6
Maret 2018, https://news.okezone.com/read/2018/03/06/337/1868702/5-9-juta-anak-indonesia-
jadi-pecandu-narkoba, (diakses 24 September 2018).

3
Berikut peta konsep tentang cara kerja kesehatan mental dalam
memengaruhi regenerasi bangsa:

Kesehatan Produktivitas
Fisik Individu

Kesehatan
Mental
Regenerasi
Bangsa

Kualitas Pembentukan
Pendidikan Karakter

Dapat dilihat bahwa pada dasarnya aspek kesehatan mental dan aspek
pendidikan memiliki pengaruh yang besar untuk membentuk karakter generasi
penerus bangsa. Hal tersebut berarti bahwa pembentukan karakter membutuhkan
kerja sama dari berbagai aspek dan semua pihak. Kembali pada konsep awal
bahwa pembentukan karakter membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk
perkembangan anak ke arah yang lebih positif.
Salah satu solusi yang patut untuk dicoba adalah pembentukan karakter
dengan menggunakan cyber motivation. Cyber motivation adalah upaya untuk
menyebarkan motivasi melalui dunia maya dalam bentuk apapun, baik itu
komentar, posting-an, maupun iklan. Cara ini dipilih karena generasi Millennials
saat ini mayoritas sudah “melek teknologi” sehingga hampir seluruh anak
Indonesia dapat mengakses berbagai motivasi melalui internet. Ketika banyak
anak yang sudah memiliki kesadaran akan urgensi pembentukan karakter
berdasarkan norma Pancasila, gerakan ini dapat diperluas menjadi sebuah
komunitas untuk menyuarakan pembentukan karakter generasi saat ini sehingga
tercipta lingkungan yang lebih kondusif di dunia maya, terutama media sosial
yang saat ini paling banyak diakses oleh generasi Millennials.
Masalah pendidikan dan kesehatan mental pada anak adalah serangkaian
problematika yang saling berkesinambungan. Hal tersebut berarti perlu adanya
keseimbangan pula dalam menangani masalah yang behubungan dengan kedua
aspek tersebut. Menangani masalah mental bukan perkara yang mudah, mengingat

4
bahwa masalah mental sebagian besar hanya dapat dikendalikan oleh individu
secara pribadi. Lingkungan sekitar dapat membantu menyelesaikan masalah
mantal seseorang dengan memberikan dukungan berupa motivasi. Melalui cyber
motivation ini, setiap orang dapat saling berbagi motivasi dan semangat dengan
orang lain. Bila permasalahan mental dapat teratasi sedikit demi sedikit, maka
akan lebih mudah untuk menyisipkan pendidikan karakter pada setiap individu.
Mental yang sehat akan menciptakan jasmani yang sehat serta kejernihan berpikir,
sehingga anak dapat mulai belajar untuk menyaring mana perilaku yang sesuai
dan tidak sesuai dengan norma Pancasila.

5
Daftar Pustaka

Damayanti, Annisa Ulva. 2018. 5,9 Juta Anak Indonesia Jadi Pecandu Narkoba.
(Online), (https://news.okezone.com/read/2018/03/06/337/1868702/5-9-
juta-anak-indonesia-jadi-pecandu-narkoba), diakses 24 September 2018.

Departemen Kesehatan. 2015. Rokok Illegal Merugikan Bangsa dan Negara.


(Online), (http://www.depkes.go.id/article/view/15060900001/rokok-illegal-
merugikan-bangsa-dan-negara.html), diakses 24 September 2018.

Departemen Kesehatan. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa


Masyarakat. (Online),
(http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html), diakses 30 September 2018.

Kompas.com. 2008. Belajar Dari Pola Pengasuhan Anak di Jepang. (Online),


(https://megapolitan.kompas.com/read/2008/09/26/0434318/Belajar.Dari.Po
la.Pengasuhan.Anak.di.Jepang), diakses 25 September 2018.

Lickona, Thomas. 2004. Character Matters. New York: Touchstone.

Marianti. 2018. Kesehatan Mental. (Online),


(https://www.alodokter.com/kesehatan-mental.html), diakses 25 September
2018.

Nur, Mochamad. 2017. Memprihatinkan, Segini Jumlah Anak di Bawah Umur


yang Konsumsi Alkohol. (Online),
(https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/15/08/2017/memprihatinkan
-segini-jumlah-anak-di-bawah-umur-yang-konsumsi-alkohol), diakses 24
Setember 2018.

Anda mungkin juga menyukai