01 (2020) 11-22
INFORMASI A B S T R A K
PENDAHULUAN
Virus corona merupakan penyakit menular yang menyebabkan infeksi pernafasan pada manusia
yang baru-baru ini ditemukan adalah COVID-19. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
China pada Desember 2019 yang kemudian menjadi wabah. Virus ini bisa menyerang siapa saja
dan akan menyebabkan kematian pada penderitanya jika tidak ditangani secara cepat oleh medis.
Saat ini Covid-19 telah dinyatakan sebagai pandemik yang telah menyebar keseluruh dunia
termasuk Indonesia. Seluruh provinsi di Indonesia telah terinfeksi oleh Covid-19 dimana
konfirmasi kasus positif di Sumatera Barat pertama kali yaitu pada tanggal 25 Maret 2020 dan
terus mengalami peningkatan. Kasus positif Covid-19 di provinsi Sumatera Barat hingga 31 Mei
2020 sebanyak 339 kasus dan diperkirakan kasus ini akan semakin meningkat. Total pasien yang
meninggal sebanyak 19 orang sedangkan jumlah pasien yang positif lebih banyak dibandingkan
yang meninggal yaitu sebesar 83 orang.
11
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
Penyebaran virus ini tentunya akan menjadi permasalahan pada berbagai sektor jika pemerintah
tidak atasi dengan cepat. Salah satu dampak dari wabah Covid-19 akan mengganggu sektor
perekonomian. Transmisi dampak virus ini terhadap perekonomian mempengaruhi sisi produksi
dan sisi pengeluaran perekonomian. Hal ini disebabkan karena pembatasan aktivitas masyarakat
untuk mencegah penyebaran virus ini. Sejumlah perusahaan besar hingga Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) membatasi aktivitasnya bahkan berhenti berproduksi. Konsumsi dan
daya beli masyarakat akan menurun jika tidak segera di antisipasi secara baik oleh pemerintah.
Begitu juga dengan sektor pertanian akan terganggu karena tidak bisa mengirimkan hasil
produksinya karena terganggunya aktivitas distribusi. Penyebaran virus Corona di Sumatera
Barat akan menyebabkan penurunan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Asian Development Bank (ADB) menjelaskan
bahwa terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi terutama negara-negara yang menjadi mitra
dagang China. ADB memperkirakan PDB dunia menyusut antara 2,3% hingga 4,8%.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut: 1) Apa saja kekuatan dan kelemahan sektor pertanian dalam menghadapi
dampak Covid-19 di Sumatera Barat? 2) Apa saja peluang dan ancaman sektor pertanian dalam
menghadapi dampak Covid-19 di Sumatera Barat? dan 3) Bagaimana strategi perencanaan
ekonomi yang dapat dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan sektor pertanian sebagai
dampak dari Covid-19 di Sumatera Barat?
TINJAUAN TEORITIS
Dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi diperlukan perencanaan yang tepat. Setiap
bentuk upaya dan campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi sering disebut dengan
12
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
perencanaan. Menurut Abe (2005) perencanaan adalah langkah-langkah yang sistematik yang
dapat dilakukan di masa depan dengan memperhatikan potensi dan factor-faktor penting yang
ada dalam suatu instansi dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Wibowo (2008) Perencanaan ekonomi adalah usaha secara sadar dari suatu
pemerintahan untuk mempengaruhi, mengarahkan serta mengendalikan perubahan variabel-
variabel ekonomi utama seperti PDB, Konsumsi, Investasi, tabungan dan lain-lain. Tujuan
perencanaan ekonomi adalah untuk mengatur rencana dan jalannya suatu perekonomian
nasional. Perencanaan mencakup 2 hal yaitu: a) Penentuan pilihan secara sadar untuk tujuan
yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu, dan b) Pilihan-pihan dan cara alternatif yang
efisien dalam pencapaian tujuan tersebut.
Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007, bencana dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu bencana
alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi,
longsor, banjir dll. Bencana non alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam seperti kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, epidemi dan
wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia seperti konflik sosial. Saat ini pemerintah
telah menetapkan Covid-19 sebagai bencana non-alam.
Kelangkaan informasi dan metodologi yang belum bersifat universal menyebabkan dampak
bencana dalam tataran sistem sosial-ekonomi beragam dalam mengukur dampak bencana.
Metodologi yang dirancang untuk melakukan penelitian dampak bencana bagi ekonomi di
bedakan menjadi tiga kelompok. Kelompok tersebut adalah sebagai berikut (Artiani, 2011): a)
Direct Damages (kerusakan langsung) merupakan kerusakan pada asset tetap, modal dan
persediaan barang jadi dan setengah jadi, bahan baku dan suku cadang yang terjadi secara
bersamaan sebagai konsekuensi langsung. Pada tahap ini akan menyangkut pengeluaran untuk
bantuan darurat, b) Indirect Damages (kerusakan tidak langsung), dampaknya lebih pada arus
barang yang tidak akan diproduksi dan jasa yang tidak akan diberikan setelah bencana.
Kerusakan tidak langsung ini dapat meningkatkan pengeluaran operasional karena rusaknya
infrastruktur. Biaya yang bertambah terletak pada penyediaan layanan alternative (alternatif
cara produksi, distribusi dan penyadiaan barang dan jasa), dan c) Secondary Effect (dampak
sekunder) meliputi dampak pada kinerja ekonomi secara keseluruhan yang diukur melalui
variabel makro yang paling signifikan. Variabel yang relevan dapat Produk Domestik Bruto
yang mencakup kesekuruhan dan sektoral, neraca perdagangan dan neraca pembayaran, tingkat
utang dan cadangan moneter, keadaan keuangan public dan investasi modal bruto. Pada sisi
13
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
keuangan public seperti penurunan pendapatan pajak atau peningkatan pengeluaran dapat
menjadi sangat penting. Dampak sekunder ini akan sangat dirasakan pada tahun fiskal dimana
bencana terjadi, namun memungkinkan juga berdampak pada tahun fiskal selanjutnya.
Beberapa studi terdahulu yang telah dilakukan antara lain adalah Schmidhuber (2020) yang
mengidentifikasi saluran makanan dan sektor pertanian untuk menggambarkan dampak Covid-
19 yang disebabkan oleh wilayah geografis. Tujuannya menganalisis semua elemen dari sistem
makanan. Hasil kajiannya menjelaskan Covid-19 akan memberikan shock pada permintaan
makanan dan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Terjadi perlambatan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan membahayakan pada akses safety nets.
Martin (2020) dalam artikelnya menjelaskan pandemic Covid-19 di China memberikan dampak
pada perekonomian termasuk sektor pertanian. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
sektor pertanian seperti gangguan pada rantai makanan yang menyebabkan kenaikan harga.
Selain itu adanya hambatan transportasi menyebabkan kekurangan input seperti pakan serta
kesulitan dalam mengiriman produk dan kekurangan tenaga kerja. Ekspor makanan dari China
juga mengalami dampak karena perbatasan perdagangan sebagian atau total larangan pada
produk pertanian China oleh beberapa negara.
Galanakins (2020) dalam penelitiannya mengeksplorasi sistem pangan di era krisis pandemi
Covid-19. Penelitian ini juga memberikan wawasan tentang sifat-sifat bioaktif makanan dan
herbal untuk mendukung sistem kekebalan tubuh manusia terhadap infeksi dan kemungkinan
penyebaran Covid-19 pada makanan. Keamanan stabitilas pangan juga penting. Laporan ini
menggarisbawahi pentingnya ketahanan berkelanjutan dalam rantai makanan di Amerika Serikat
untuk menghindari atau mengurangi frekuensi krisis pangan dan kesehatan yang relevan di masa
depan.
Poudel et al (2020) menjelaskan dampak Covid-19 secara global terhadap makanan dan sektor
pertanian. Pandemi Covid-19 mengganggu rantai pasokan pasar dengan gangguan produksi dan
distribusi serta kurangnya tenaga kerja dan pasokan input. Hal ini mempengaruhi ternak, unggas,
perikanan dan produksi susu. Penanaman jagung, bunga matahari, barley, canola dan sayuran
di lading terbuka tidak dapat dilakukan di tengah pandemi. Pandemi telah memberikan dampak
serius pada ketahanan pangan karena distorsi dari rantai pasokan yang perlu ditangani dengan
cepat oleh pemerintah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan dengan cara studi literature, kajian
pustaka dan bahan bacaan media cetak dan eletronik. Pengumpulan data menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, dan instansi
terkait lainnya. Analisis yang digunakan adalah identifikasi faktor dan analisis SWOT. Teknik
analisis SWOT adalah teknik yang digunakan untuk merencanakan sesuatu dengan penggunaan
SWOT. Dimana SWOT adalah Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity
(Kesempatan) dan Threat (Ancaman). Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi sektor pertanian selama masa pandemi Covid-
19.
14
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
Keterangan :
S = Kekuatan
W = Kelemahan
O = Peluang
T = Ancaman
PE = Perencanaan Ekonomi
Analisis SWOT menggunakan penilaian dan evaluasi pada kekuaran (S), kelemahan (W),
peluang (O) dan ancaman (T). Analisis ini dapat digunakan untuk merumuskan strategi, rencana
dan penanggulanan wabah yang sesuai. Analisis ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang kondisi menguntungkan dan tidak menguntungkan sektor pertanian dalam menanggulangi
dampak penyebaran Covid-19 serta mengenali tantangan dan hambatan yang dihadapi.
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sektor
pertanian dalam menghadapi dampak Covid-19. Kekuatan dan kelemahan ditinjau dari elemen
produktivitas, ekspor/impor dan kebijakan pemerintah di sektor pertanian. Dari hasil analisis
dapat dibentuk strategi perencanaan ekonomi khususnya sektor pertanian dalam menanggulangi
dampak penyebaran Covid-19.
a. Kekuatan
Beberapa faktor kekuatan sektor pertanian dalam menanggulangi dampak penyebaran Covid-19
adalah sebagai berikut :
Iklim Sumatra Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu
antara 22,6 °C sampai 31,5 °C. Hal ini menjadi keuntungan untuk sektor pertanian. Iklim tropis
dengan 2 musim menyebabkan Sumatera Barat merupakan daerah yang mendapatkan
penyinaran matahari sepanjang tahun sehingga tanaman dapat tumbuh dengan maksimal.
Kondisi tanah di Sumatera Barat juga cocok dijadikan lahan pertanian. Area pegunungan juga
memili potensi yang baik untuk lahan pertanian. Adapun pegunungan tersebut di Sumatra Barat
yaitu terdiri dari Gunung Kerinci, Gunung Merapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang
sampai Bukit Barisan.
Ditengah wabah Covid-19, pemerintah masih terus melakukan pembinaan dan bimbingan
kepada para petani dalam pemanfaatan lahan pertanian yang ada.
15
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
Tabel diatas menjelaskan nilai tukar petani di Sumatera Barat. Nilai tukar petani adalah rasio
antara indeks harga yang di terima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang
dinyatakan dalam persentase. Kesejahteraan petani dapat diukur melalui indeks nilai tukar
petani. Indeks harga yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan
perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Dari nilai IT dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dihasilkan petani.
Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan
harga kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian.
Dari table diatas nilai NTP pada bulan Januari hingga Maret 2020 besar dari 100. Artinya petani
mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya.
Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya. Hal ini menggambarkan
kesejahteraan petani semakin meningkat.
b. Kelemahan
Beberapa faktor kelemahan sektor pertanian dalam menanggulangi dampak penyebaran Covid-
19 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data BPS, produksi hasil pertanian khususnya padi mengalami stagnan dan
penurunan setiap tahunnya. Hal ini dapat di lihat pada table di bawah ini:
16
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
Pada saat musim panen dan pandemi corona ini maka suplai benih berkualitas dan murah makin
terbatas. Mahalnya harga input yang berkualitas disebabkan sebagian besar input terutama obat-
obatan dan bibit unggul masih diimpor dari luar negeri.
17
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
a. Peluang
2. Aktivitas impor yang terhambat, menjadikan peluang bagi sektor pertanian Sumatera Barat
dengan meningkatkan produksi dan olahannya dan memenuhi kebutuhan lokal
3. Harga Gabah mengalami peningkatan. Pada Maret 2020 Harga gabah kualitas GKP di
tingkat petani mengalami peningkatan sebesar 0,16 persen dari Rp. 5.768,92 per kg
(Februari 2020) menjadi Rp. 5.778,08 per kg (Maret 2020) dan di tingkat penggilingan
mengalami peningkatan sebesar 0,21 persen dari Rp. 5.880,51 per kg (Februari 2020)
menjadi Rp. 5.893,02 per kg (Maret 2020)
4. Pandemi Covid-19 di bulan Ramadhan menambah semakin tingginya permintaan
produk hasil pertanian.
b. Ancaman
Dalam pemutusan penyebaran Covid-19 tiap daerah mulai melakukan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan hambatan dalam mobilitas. Hal ini akan berpengaruh
terhadap pemasaran hasil pertanian. Petani berskala besar mungkin masih memiliki akses pasar
karena sebagian ritel terus memasok hasil pertanian. Berbeda dengan petani kecil yang
memasarkan hasil pertanian di dari pasar ke pasar. Skema khusus untuk mobilitas bahan pokok
dari sumber-sumber produksi pertanian sangat diperlukan. Peran Bulog dan pasar-pasar bahan
pokok murah menjadi bangian penting untuk mencegah terjadinya kekurangan pasokan pangan.
Hasil produksi pertanian yang tidak tahan lama menjadi ancaman bagi para petani dalam
pandemi Covid-19 karena distribusi yang terhambat.
Luas lahan pertanian di Sumatera Barat terus mengalami penurunan selama sepuluh tahun
terakhir sebesar 14.009 hektar. Pada tahun 2006 lahan sawah di Sumatera Barat mencapai
266.184 hektar dan menurun menjadi 230.175 hektar pada tahun 20016
Setelah mengidentifikasi faktor strategis internal dan eksternal sektor pertanian dalam
menghadapi dampak Covid-19 di Indonesia, lanngkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah
tahap perpaduan seluruh elemen dengan menggunakan Matriks SWOT. Tujuannya adalah
merumuskan alternative strategi dalam meningkatkan sektor pertanian berdasarkan faktor
strategis internal dan eksternal yang ada. Empat strategi utama dalam matriks SWOT adalah
18
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
Strategi SO, ST, WO, dan WT. Beberapa alternatif strategi dalam matriks SWOT akan disajikan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Analisis SWOT
KESIMPULAN
Sektor pertanian merupakan jantung perekonomian saat ini. Sektor pertanian menyumbangkan
kontribusi paling besar terhadap PDRB di Sumatera Barat. Namun pertumbuhannya cenderung
melambat bahkan menurun. Hal ini akan berpengaruh terhadap PDRB dan pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Barat. Ketika pandemi covid-19 sektor-sektor lain seperti jasa,
transportasi, pergadangan serta industri menurun karena pembatasan aktivitas masyarakat.
Sektor pertanian diharapkan mampu mengatasi dampak dari Covid-19.
Sektor pertanian berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan terutama saat pandemi
Covid-19. Persoalan sektor pertanian saat ini lebih banyak tersorot pada ketersediaan hasil
produk pertanian untuk konsumsi masyarakat. Terutama semenjak diberlakukannya Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menghambat jalur distribusi hasil pertanian. Pemerintah
19
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
perlu melakukan intervensi dan kontrol terhadap komoditas pangan strategis untuk stabilitas
pangan selama pandemic Covid-19.
Pandemi Covid-19 ini bisa menjadi momentum bagi pengembangan sektor pertanian di
Sumatera Barat. Pemberlakuan PSBB menghambat distribusi masuknya produk pertanian dari
daerah lain, hal ini bisa dimanfaatkan oleh Sumatera Barat untuk mampu meningkatkan hasil
produksi dan memenuhi kebutuhan lokal. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan peran penyuluh pertanian serta penerapan teknologi pertanian yang tepat.
Pemanfaatan lahan suboptimal, seperti lahan kering dan rawa serta mencegah alih fungsi lahan
pertanian perlu dilakukan agar hasil pertanian semangkin meningkat. Pemerintah dapat
merealokasi anggaran untuk memberikan bantuan berupa bibit/benih dan pupuk kepada petani
miskin di Sumatera Barat. Selain itu, pemerintah perlu menyusun mekanisme mobilitas dan
distribusi hasil pertanian dengan memanfaatkan toko tani yang ada diseluruh daerah. Semua
pihak perlu berperan aktif dan sejalan agar tujuan tercapai dan sektor pertanian bisa bertahan
dalam menghadapi dampak Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Abiad, Abdul et al .2020. “The Economic Impact of the COVID-19 Outbreak on Developing
Asia”. ADB Briefs No. 128
Alma, Buchari. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta
Artiani, Listya Endang .2011. “Dampak Ekonomi Makro Bencana Interaksi Bencana dan
Pembangunan Ekonomi Nasional” Seminar Nasional Informatika, Jakarta, Indonesia,
Juli, 2011. UPN “Veteran” Yogyakarta.
Demertziz, Maria et al. 2020. “An effective economic response to the coronavirus in Europe”.
Policy Contribution Issue No.6, March 2020
Evans. 2020. “Socio-economics Impact of Novel Coronavirus: The Policy Solutions” Bizecons
Quarterly Vol 7 Hal. 3 – 12
ILO. 2020. “COVID-19 and The Impact World of work: Impact and Policy Responses”.
International Labour Organization (ILO) note, March 2020
OECD. 2020. “Coronavirus: The World Economy at Risk”. OECD Interim Economic Outlook,
March 2020
Ozili, Peterson and Thankom Arun. 2020. “Spillover of COVID-19: Impact on The Global
Economy”. SSRN Electronic Journal
Wang, Jia et al .2020. “Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) Analysis of
China’s Prevention and Control Strategy for the COVID-19 Epidemic”. International
20
JURNAL EKONOMI KEUANGAN & PERENCANAAN INDONESIA - VOL. I. NO. 01 (2020) 11-22
Widodo, Edi.2008. “Perencanaan dan Strategi Pembangunan di Indonesia” Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan Vol. 8, No. 1, April 2008: 16 – 24
Ningsih, Endah Ayu et al.2014. “Analisis Daya Saing Sektor Pertanian Indonesia: Analisis
SWOT”. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Prosiding Konferensi Nasional
XVII dan Kongres XVI tahun 2014. IPB Convention Center, Bogor 28-29 Agustus 2014
Damuri, Yose Rizal dan Fajar B. Hirawan.2020. “Mengukur Dampak Covid-19 pada
Pertumbuhan Ekonomi dan Perdagangan Indonesia 2020”. CSIS Commentaries DMRU-
015
Schmidhuber, Josef, Jonathan Pound and Bing Qiao. 2020. “COVID-19: Channels of
transmission to food and agriculture” Food and Agriculture Organization of the United
Nations Rome.
Martin, Vincent .2020. “Mitigating the Impact of COVID-19 on the Agriculture Sector in
China”. EAI Commentary No. 13, 25 March 2020. National University of Singapore.
Galakins, Charis M. 2020. “The Food Systems in the Era of the Coronavirus (COVID-19)
Pandemic Crisis”. Multidiciplinary Digital Publishing Institute (MDPI).
doi:10.3390/foods9040523
Poudel, Padam Bahadur, Mukti Ram Poudel, Aasish Gautam, Samiksha Phuyal, Chiran Krishna
Tiwari, Nisha Bashyal, Shila Bashy. 2020. “COVID-19 and its Global Impact on Food
and Agriculture. J Biol Today's World 2020; 9(5): 221
21