Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KLIMATOLOGI
AGR 203

Disusun Oleh :
Dr. Tri Lestari, S.P., M.Si.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan panduan praktikum fisiologi
cekaman Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi,
Universitas Bangka Belitung, Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten
Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
Penulis menyadari Panduan Praktikum ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu
menyusun panduan praktikum ini.
Kritik dan saran dibutuhkan penulis untuk menyempurnakan penulisan
panduan praktikum ini. Semoga panduan praktikum ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebaik-baiknya sebagai sarana pembelajaran dan penambah wawasan dalam
praktikum yang akan dilaksanakan.

Balunijuk, Oktober 2018

Penulis
3

PERATURAN PRAKTIKUM
Adapun peraturan yang harus dipatuhi ketika praktikum akan dilaksanakan yaitu

1. Praktikan harus hadir diruangan asistensi (Sesuai dengan jadwal) tepat waktu.
2. Toleransi keterlambatan praktikan dating kedalam ruangan dengan waktu 15
menit.
3. Setiap sebelum atau sesudah praktikum dilakukan akan diadakan free test
ataupun post test. Bagi praktikan yang terlambat diluar waktu toleransi tidak
dapat mengikuti test susulan.
4. Pada saat praktikum berlangsung di dalam laboratorium, praktikan harus
berpakaian sopan dan rapi, serta mengenakan jas lab.
5. Pada saat praktikum berlangsung di lahan atau dilapangan, pakaian praktikan
menyesuaikan.
6. Praktikan wajib mengikuti semua mata praktikum yang akan dilaksanakan
kecuali dalam keadaan sakit atau izin yang terlebih dahulu disampaikan kepada
pengampu praktikum.
7. Pengumpulan laporan hasil praktikum harus tepat waktu dan sesuai dengan
kesepakan dengan pengampu praktikum.
8. Bagi pratikan yang tidak menaati peraturan akan dikenakan sanksi sesuai
kesepakatan dan toleransi pengampu praktikum.
9. Poin Penilaian prakitikum akan dibagi sebagai berikut :
Kehadiran : 10%
Test : 15%
Laporan : 20%
Keaktifan : 25%
Ujian Praktikum : 30%
4

I. PENDAHULUAN

1.1. Hubungan Cuaca dan Iklim Terhadap Pertanian


Pertumbuhan dan perkembangan tanaman selalu tergantung dari keadaan
lingkungan tanah dan iklim. Proses produksi pertanian ternyata bukan saja hanya
mengaitkan antara tanaman dan tanah, tetapi pada kenyataannya hubungan tanah dan
tanaman masih dipengaruhi iklim yang terkait.
Ketiga anasir pokok tersebut yaitu tanah, tanaman dan ikim bekerja saling kait-
mengait dalam memberikan pengaruh hasil tanaman dan agar dapat hasil yang
memuaskan dan kait-mengait dalam memberikan pengaruh hasil tanaman, dapat hasil
yang baik.
Walaupun tanah sangat beragam keadaannya dan tanaman sangat berhubungan
dengan klon biologisnya, tetapi dengan tekonologi, keduanya dapat dikuasai manusia,
tetapi iklim yang bersumber dari atmosfer, karena keterbatasan daya jangkau
pengetahuan manusia sering menjadi faktor pembatasan.
Iklim dan cuaca sangat berpengaruh dalam proses pelapukan yang merupakan
faktor penting dalam pembentukan tanah. Selain itu iklim dan cuaca mempengaruhi
sifat-sifat kimia, fisika dan organisme yang di dalamnya. Kapasitas untuk menerima
dan mengeluarkan panas atau ari juga dapat berubah akibat perubahan iklim dan cuaca.
Setiap fase pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas biji
yang ditanam tergantung dari keadaan cuaca sealam pembentukan biji dan tidak
menutup kemungkinan keadaan sebelumnya. Kegiatan setelah panen seperti
pengeringan dan penyimpanan juga dipengaruhi oleh cuaca. Faktor iklim memegang
peranan penting untuk mencegah dan pada saat-saat terjadinya kebakaran hutan dan
padang rumput.
Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsure-unsur cuaca/iklim baik
skala global, regional maupun local atau setempat dalam kegiatan pertanian. Dalam
mempelajari klimatologi terlebih dahulu harus memahami istilah cuaca- iklim dan
meteorologi- klimatologi. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah
5

keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya nilai


tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim. Iklim mengkaji dan
membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu tempat atau wilayah berulang
selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai suatu sistem, wilayah iklim
cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai pada skala lokal atau setempat
merupakan kisaran atmosfer secara bersambung. Kajiannya menyangkut berbagai
aspek proses pembentukan iklim
1.2 Agroklimatologi bagi Pertanian
Pertanian diterjemahkan dari kata agriculture berasal dari bahasa latin yaitu
terdiri dari “ager” yang berarti lapangan/tanah/lading/tegalan dan “cultura” yang
berarti mengamati/memelihara/membajak.Pertanian adalah sejenis produksi khusus
yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Produksi pertanian
dalam arti luas tergantung dari faktor genetik yang ditanam, lingkungan termasuk
antara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai. Dalam arti yang sempit terdiri dari
varietas tanaman, tanah, iklim, dan faktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani,
biaya produksi dan alat-alat yang kegunaan (Nurmala, dkk. 2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibedakan pengertian antara meteorologi
pertanian dan klmatologi pertanian. Cabang ilmu meteorologi pertanian
(agrometeorologi) atau klimatologi (agroklimatologi) adalah ilmu terapan yang
membahas tanggapan (respon) organism terhadap lingkungan fisiknya. Dalam ariti
sempit klimatologi pertanian adalah cabang ilmu yang mengkaji proses fisik dari
atmosfer yang membentuk kondisi skala mikro yang berhubungan dengan proses
produksi sedangkan dalam arti luas sebagai subyek yang mengkaji tanggap
organisme terhadap lingkungan fisik. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa bidang
agrometeorologi lebih menerapkan pengetahuan atmosfer untuk mewujudkan
peningkatan produktivitas sedangkan agroklimatologi lebih tertuju kearah
pengambilan kebijakan untuk pengembangan daerah pertanian (Sabaruddin, 2014).
Pengamatan unsur cuaca dan prediksi dampak perubahannnya terhadap
produktivitas padi di suatu daerah yang luas dengan data satelit inderaha adalah sangat
6

efektif dan efisien. Analisis perubahan cuaca melalui pengamatan liputan awan dan
intensitas radiasi surya di areal persawahan Pulau Jawa dari data satelit inderaja dan
memprediksi dampaknya terhadap produktivitas padi. Kebutuhan pangan akan
meningkat dengan bertambahnya penduduk, untuk itu Pemerintah Indonesia dalam
memenuhi kebutuhan tersebut, selain mengadakan ekstensifikasi yang ditempuh
dengan jalan mencetak lahan pertanian baru di luar Pulau Jawa, juga meningkatkan
panca usaha tani untuk peningkaran produksi pertanian. Guna mengambil
kebijaksanaan pemerintah untuk menangani kebutuhan pangan perlu dilakukan
pemantauan terhadap kondisi daerah pertanian, khususnya padi. Produksi tanaman
pertanian lebih banyak dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim. Pertumbuhan dari
produksi padi lebih banyak ditentukn oleh aktifitas fotosintesa tanaman padi yang
banyak dipengaruhi oleh liputan awan yang menaungi tanaman (Kushardono, 2006).
1.3 Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian
Pengaruh iklim terhadap tanaman dapat diamati baik bila letak stasiun dapat
mewakili hubungan alamiah antara iklim dengan tanah, air dan tanaman di suatu daerah
pertanian yang. Tempat yang mempunyai iklim berbeda-beda dalam jarak pendek
karena faktor lingkungan yang bersifat khusus seperti: rawa, bukit, danau, dan kota,
sedapat mungkin tidak dipilih untuk lokasi stasiun. Beberapa faktor lingkungan khusus
yang mempengaruhi perubahan iklim antara lain: Vegetasi, Tinggi tempat, Distribusi
darat-laut, Gunung, Perlakuan dan aktivitas manusia (Taufik, 2010).
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terus–menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer)
serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek pertanian lainnya.
Taman alat-alat meteorologi umumnya terdapat pada setiap stasiun meteorologi. Luas
taman alat tergantung pada jenis alat-alat yang dipasang didalamnya. Tempat untuk
membangun taman alat-alat disesuaikan dengan jenis stasiun, agar hasil peramatan
cukup representatif, misalnya taman alat-alat untuk keperluan penerbangan dibangun
dekat landasan. Taman alat-alat meteorologi pertanian dibangun ditempat yang
representatif untuk keperluan pertanian (Gunawan, 2007).
7

1.4 Syarat Penempatan Stasiun


Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan meliputi
periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun klimatologi pengamatan
utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin,
kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran
matahari dan suhu tanah oleh karena itu persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi,
keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar
pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan
pengukuran yang dapat mewakili (Kadir,2006).
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat untuk mengadakan
pengamatan secara terus menerus keadaan lingkungan (atmosfer). Suatu stasiun
meteorologi paling sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut-turut,
sehingga akan didapat gambaran umum tentang rerata keadaan iklim suatu
tempat. Agar diperoleh hasil pemgamatan yang akurat, maka dibutuhkan persyaratan
sebagai berikut :
1. Penempatan lokasi stasiun harus mewakili keadaan lahan yang luas.
2. Masing-masing alat harus dapat memberikan hasil pengukuran parameter cuaca
yang absah (tepat dan akurat), sederhana, kuat atau tidak mudah rusak, mudah
penggunaan dan perawatannya.
3. Pengamatan harus dapat dipercaya, terlatih, dan terampil.
Stasiun meteorologi harus ditempatkan pada daerah terbuka dan representatif
(mewakili). Secara umum. Luas daerah terbuka bagi suatu stasiun meteorologi
pertanian dengan peralatannya lengkap kira-kira 2-2,5 Ha (Kadir, 2006).
8

II. PENGUKURAN LAMA PENYINARAN DAN INTENSITAS


MATAHARI
Keadaan cuaca di bumi sangat dipengaruhi sinar matahari, baik panjang
penyinaran (duration of sunshine) dan intensitas penyinaran (intensity of sunshine).
Panjang penyinaran adalah lamanya surya bersinar cerah sampai permukaan bumi
dalam periode satu hari, diukur dalam jam. Panjang penyinaran atau biasa disebut lama
penyinaran ditulis dalam satuan jam sampai nilai persepuluh; atau sering disebut juga
dalam nilai presen terhadap panjang hari.
Intensitas penyinaran ialah jumlah energy yang diterima bumi dari cahaya
surya, pada luas tertentu. Satuan yang digunakan adalah kalori/cm2/menit disebut juga
Langley per menit, ditulis ly/menit.
Piranti pengukur lama penyinaran ada beberapa tipe yaitu Campbell-Stoke;
Jordan; Marvin dan Foster. Sedangkan piranti pengukuran intensitas penyinaran antara
lain aktinograf dwilogam.
2.1. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari
Alat yang digunakan berfungsi untuk merekam lamanya surya bersinar cerah
sampai permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam. Alat tersebut harus teliti
sehingga mampu merekam dengan tepat samapi hingga persepuluh jam atau enam
menit.
Dua alat yang banyak digunakan di Indonesia yaitu tipe Jordan dan Campbell
Stoke, namun saat ini tipe kedua lebih banyak digunakan karena penggunaannya lebih
teliti dan mudah. Ada dua syarat penting penempatan alat pengukuran lama penyinaran
di lapangan (1) merupakan tempat terbuka sempurna sehingga tiap hari selama
matahari bersinar diatas horizon sinarnya dapat leluasa mencapat alat tersebut dan (2)
alat terpasang dengan baik di tempat yang tetap.
9

Gambar 1. Pengukuran lama penyinaran matahari tipe Cambell-Stoke terdiri dari (1)
lensa bola untuk memusatkan sinar surya, (2) kertas pias, (3) busur
meridian, (4) jarum penahan pias, (5) sekrup pengunci setelah setelah
kemiringan lensa diatur menurut derajat letak garis lintang bumi setempat,
(6) sekrup pengatur letak horizontal bagi tubuh alat, (7) kerangka alat, (8)
dasar alat, (9) paku sekrup sebagai pengatur kedudukan horizontal bagi
tubuh alat.

Pengukuran lama penyinaran sinar matahari dilakukan pada waktu-waktu


tertentu dan tidak bisa dilakukan setiap saat. Berikut jadwal penggunaan pengukuran
alat berdasarkan tipe kertas pias yang digunakan.

Tabel 1. Jadwal penggunaan kertas pias


Tanggal penggunaan
Bentuk Kertas Pias
Belahan Bumi Utara Belahan Bumi Selatan
Lengkung Panjang 11 april-31 agustus 11 oktober-28 febuari
Pias Lurus 1 september – 10 1 maret – 10 april
oktober
Lengkung Pendek 11 oktober – 28 febuari 11 april – 31 agustus
Pias Lurus 1 maret – 10 april 1 september – 10 oktober

2.2. Pengukuran Intensitas Radiasi Matahari


Pengukuran radiasi matahari dilakukan dengan menggunakan radiometer atau
menggunakan alat lux meter. Bagi bidang pertanian biasanya diukur akumulasi harian
10

untuk intensitas radiasi gelombang pendek dari matahari dan atmosfer yang jatuh pada
permukaan horizontal. Penggunaan alat lux meter biasanya lebih mudah dan praktik
untuk pengamatan intensitas cahaya matahari untuk bidang pertanian. Satuan
pengukuran bagi intensitas cahaya matahari yaitu kalori/cm2/hari dan untuk lux meter
adalah lux.

Gambar 2. Lux meter

Penggunaan alat lux meter sangat mudah dan praktis. Berikut adalah metode
pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan alat lux meter.
1. Nyalakan lux meter dan set panjang gelombang yang terbagi pada beberapa
golongan. (a: 1-100, b: 100-1000 dan c: 1000-10.000).
2. Sensor lux meter diarahkan ke langit dan diusahakan tidak ternaungi
bayangan praktikan, bangungan, pohon dan lain-lain.
3. Baca hasil pembacaan lux meter. Jika alat tidak mampu membaca pindahkan
settingan panjang gelombang dari a ke b. jika tidak terbaca juga pindahkan
dari b ke c.
4. Pengukuran penggunakan lux meter dilakukan pada beberapa tempat dengan
naungan berbeda seperti dibawah pohon, antar gedung, naungan penuh
(Ruangan), naungan tidak penuh, dan tempat terbuka untuk melihat
perubahan. Hasil pengamatan di catat.
11

III. PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA


Suhu adalah tingkat kemampuan benda dalam memberikan atau menerima
panas. Suhu seringkali juga diartikan sebagai energy kinetis atau rata-rata suatu benda.
Sampai saat ini terdapat empat skala suhu yang terkenal. System skala dengan satuan
o
F ditemukan oleh Gabriel Bancil Fahrenheit (1714), oR ditemukan oleh Rene Reaumur
(1731), oC dari Anders Celcius (1713) dan oK penemuan William Thomson yang lebih
dikenal Lord Kelvin.
Suhu udara dan tanah dapat diukur dengan menggunakan thermometer dan
termograf. Suhu udara terendah yang pernah diukur adalah -71oC terjadi di Siberia dan
suhu tertinggi 57oC terjadi di Valley-California.
Thermometer sebagai alat pengukur suhu dibuat dari bahan yang nilai
kepekaannya tinggi dan dapat diukur. Berdasarkan prinsip fisika thermometer dapat
digolongkan dalam empat macam (1) thermometer bedasarkan prinsip pemuaian, (2)
thermometer berdasarkan prinsip arus listri, (3) thermometer berdasarkan prinsip
perubahan tekanan da nisi gas dan (4) thermometer berdasarkan prinsip perubahan
panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh permukaan suhu tinggi. Dibidang
pertanian digunakan prinsip yang pertama dan kedua.
Thermometer berdasarkan prinsip pemuaian terdiri dari thermometer zat cair,
thermometer dwilogam dan thermometer zat cair dalam tabung logam. Thermometer
listrik terdiri dari thermometer tahanan dan temometer temokopel.
3.1. Pengukuran Suhu Udara
Pengukuran suhu dilaksanakan dengan piranti thermometer, tetapi sebelum
pengukuran dilaksakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Piranti ukur tersebut tidak boleh terkena radiasi matahari baik secara langsung
maupun lewat pantulannya.
2. Piranti ukur tersebut harus terbebas dari percikan air hujan, serta harus terbebas
pula dari tiupan angina yang terlalu kencang.
12

3. Piranti ukur tersebut harus terbebas dari radiasi bmi yang berasal dari proses
pemanasan dan pendinginan tempat sekitarnya.
Sehingga agar piranti ukur tersebut terbebas dari sumber ganggung di atas (yang
dapat mempengaruhi akurasi pengukuran), maka biasanya piranti tersebut
diletakkan di dalam sebuah kotak yang disebut dengan sangkar meteo yang terbuat
dari kayu dan telah di cat putih, mempunyai ventilasi dan mempunyai satu atau dua
pintu. Kotak ini dipasang pada ketinggian kurang lebih 120cm, dan arah pintunya
diatur sedemikian rupa sesuai dengan perubahan sudut datangnya sinar matahari.
Gambar 3. Sangkar Meteo dan (a)Thermometer maksimum, (b) thermometer
minimum, (c) thermometer bola basah, dan (d) thermometer bola kering.

C D

A
B

3.2. Pengukuran Kelembaban Udara


Kelembaban udara menyatakan jumlah uap air yang terdapat di udara dan daya
kandung maksimum uap air di udara pada suatu suhu dan tekanan tertentu yang
ditanyakan dalam (%). Besar kecilnya kandungan uap air ini dipengaruhi oleh suhu.
Jadi kemampuan udara untuk menangkap air dan kelembaban yang terjadi kemudian
sangat bergantung kepada keadaan suhu waktu itu. Empat macam cara pengengukuran
kelembaban yaitu (1) metode termodinamik, (2) perubahan ukuran panjang benda
higroskopik, (3) perubahan nilai tahanan listrik dan (4) kondensasi.
Pengukuran kelembaban nisbi udara dengan metode termodinamik
membutuhkan psikometer. Selanjutnya RH secara langsung dapat diketahui dengan
13

hygrometer, suatu alat pengukur dengan pengindra rambut. Untuk kepentingan


klimatologi pertanian alat pengukur kelembaban nisbi udara diletakkan dalam sangkar
meteo. Beberapa alat pengukur kelembaban udara meliputi Psikometer, psikometer
sangkar (stationary psychrometer), psikometri putar (Sling Psichrometer), Psikometri
ventilasi (Aspirated psychrometer), hydrometer rambut dan termohigrograf.

Gambar 4. Termohigrograf

Penggunaan alat untuk praktikum klimatologi yang berkaitan dengan pertanian


menggunakan alat termohigrometer. Alat termohigrometer merupakan alat pengukur
suhu dan kelembaban udara yang lebih praktis dan sederhana dalam pengukuran serta
tingkat akurasinya relative tinggi.

Gambar 5. Termohigrometer terdiri dari 2 skala yaitu (1) skala suhu dan (2)
skala kelembaban.

Berikut cara kerja alat sekaligus praktikum pengukuran suhu dan kelembaban
udara.
14

1. Termohigrometer disiapkan dan dicek tingkat kesehatannya dengan cara


meniup bagian sensor sehingga jarum pada skala bergerak.
2. Pengukuran dilakukan dengan cara menggantungkan termohigrometer tanpa
bersandar ataupun bersentuhan dengan benda penopangnya sehingga tidak ada
pengaruh yang berdampak pada pengukuran.
3. Termohigrometer didiamkan beberapa saat kisaran 15 menit dan disusahakan
tidak berada disekitaralat karena untukmengurangipengaruh pembacaan alat.
4. Setelah waktuk 15 menit dapat diakukan pengamatan dan untuk mengamati
selanjutnya diamkan lagi selama 15 menit terlebih dahulu.
5. Pengukuran diakukan pada tempat yang berbeda meliputi : di dalam ruangan,
diantara gedung, dibawah pohon, dibawah naungan tidak penuh dan dilapangan
terbuka.
15

IV. SUHU DAN KELEMBABAN TANAH

4.1. Pengukuran Suhu tanah


Thermometer ada dua yaitu thermometer tanah permukaan dan thermometer
tanah bawah permukaan. Pengukuran suhu tanah di stasiun klimatologi pertanian
umumnya dilakukan kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. pengukuran
dilakukan pada permukaan tanah tertutup dan permukaan tanah terbuka. Waktu
pengamatan di stasiun BMG Bogor diatur sebagai berikut:
Jam pengamatan (WIB) Pembacaan suhu untuk kedalaman (cm)
7.30 5, 10, 20
13.30 5, 10, 20
17.30 5, 10, 20, 50, 100
Untuk pengukuran suhu tanah diatas 20 cm, digunakan thermometer tanah
bengkok, dan ujungnya (bola air raksa) saja ditanam dalam lubang yang telah dibuat
terlebih dahulu, diamkan beberapa saat, barulah kemudian dilakukan pembacaan
temperaturnya.
Pengukuran suhu tanah pada kedalaman dibawah 20 cm digunakan
thermometer tanah terselubung, yaitu yang terdiri dari thermometer yang bola air
raksanya dibenamkan dalam lilin serta mempunyau rantai penggantung serta selubung
terbuat dari bahan logam tahan air. Untuk memudahkan pemakaiannya biasanya lubang
tanah dibuat dengan bor sampai kedalaman yang diinginkan, setelah itu baarulah
selubung isinya dimasukkan kedalam lubang tersebut dan ditimbun dengan tanah asli
bekas pengeboran. Diamkan beberapa saat dan barulah thermometer ditarik ke atas
(selubung logam tetao terbenam) dan barulah dilakukan pembacaan temperature.
4.2. Pengukuran Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah dipengaruhi oleh suhu tanah. Pengukuran kelembaban tanah
memiliki pengaruh besar pada bidang pertanian. Kelembaban tanah yang dipengaruhi
suhu tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bahkan pertumbuhan mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman. Selain itu kadar air didalam tanah dapat
16

digunakan tanaman dalam menyerap unsur haramencukupi kebutuhan air yang akan
ditangkap oleh akar tanaman.
Pengukuran suhu dan kelembaban tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
alat Soil Moisture Meter. Alat ini memiliki tingkat ketelitian yang relative sangat
tinggi, serta penggunaan alat yang mudah serta praktis jika digunakan dilapangan.

Gambar 6. Soil Moisture Meter yang terdiri dari (1) Garpu sensor, (2) Layar
pembaca, (3) data hold dan (4) setting suhu kelembaban tanah dengan setinggan suhu
dalam satuan oR, oC, dan oF.

Penggunaan alat pengukur suhu dan kelembaban tanah ini dijeaskan sebagai
berikut berserta dengan cara praktikum yang akan dilaksanakan.
1. Soil Moisture Meter dihidupkan terlebih dahulu agar pembacaan akurat.
2. Setelah dihidupkan, garpu sensor dibersihkan agar tidak ada kotoran yang
mengganggu pengukuran dan pembacaan suhu dan kelembaban.
3. Setting diubah sesuai pengukuran baik suhu maupun kelembaban
4. Garpu sensor ditancapkan pada tanah yang akan diukur dan tunggu angka
sampai stabil.
5. Angka yang terbaca dicatat dan jika akan diakukan pengukuran kembali grapu
sensor dibersihkan terlebih dahulu.
6. Jarak pengukuran dilakukan pada tempat yang berbeda dengan jarak kira-kira
30 meter.
7. Pengukuran dilakukan pada tempat yang berbeda seperti dibawah pohon,
diantara gedung, di bawah naungan tidak penuh dan di lapangan terbuka.
17

V. PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN DAN ARAH ANGIN


Angin adalah gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi pada arah
horizontal atau hamper horizontal, berasal dari tempat yang bertekanan tinggi ke
tempat yang bertekanan lebih rendah. Dua macam komponen yang diukur yaitu
kecepatan dan arahnya. Kecepatan angina dinyatakan dalam saltuan meter/detik,
km/jam dan mil/jam. Satuan mill (mil laut) perjam disebut juga knot; satuan knot sama
dengan 1.85 km/jam. Sedangkan arah angina ialah arah dari mana tiupan angina
berasal.
Dalam penyajian data harus dibedakan antara nilai-nilai rata-rata dari suatu
periode pengukuran dan nilai sesaat diwaktu pengamatan dilakukan. Bagi kepentingan
klimatologi pertanian umumnya diutamakan rata-rata kecepatan dan arah angina
selama periode 24 jam. Berdasarkan nilai tersebut kemudian dapat dihitung nilai
mingguan, bulanan dan tahunannya.
Gerakan udara dengan kecepatan yang berubah-ubah kecepatan dan arahnya
disebut dengan “turbulensi”. Turbulensi udara ini dapat terjadi karena adanya gesekan
udara dengan suatu permukaan. Semakin besar relative permukaan, maka tubulensi
yang dihasilkan semakin besar, yaitu perubahan arah udara menjadi semakin mungkin
dan laju udara dapat dipercepat. Oleh karenanya beberapa bangunan dan pepohonan
dianjurkan tidak berbedakan dengan stasiun pengamatan cuaca, karena dapat
menimbulkan tubulensi udara yang dikhawatirkan dpat mempengaruhu akurasi piranti
ukur yang terdapat didalamnya.
4.1. Pengukuran Kecepatan Angin
Alat pengukur kecepatan angin dinaman anemometer, diaman alat ini
mengandalkan tiupan angin yang meniup tiga atau empat pasang mangkok yang
bertumbuh pada tiang dan porosnya. Mangkok atau cawan yang menghadap arah
berlawanan ini secara mekainis akan berputar jika mendapat tekanan dari udara yang
berasal dari mana saja dan akhirnya mengerakkan tuas yang dihubungkan alat pencatat
18

kecepatan angina sebagaimana speed meter kendaraan bermotor yang dinyatakan


dalam meter/detik atau kilometer/jam.
Anemometer dipasang pada ketinggian yang berbeda berdasarkan
kebutuhannya. Cawan anemometer dapat mengukur kecepatan angin selama periode
pengamatan saja. Salah satu contoh perhitungan adalah sebagai berikut :
Tanggal Jam Pengamatan Penunjuk jam (km)
1 07.30 WIB 11040
2 07.30 WIB 11067
Maka nilai rata-rata kecepatan angina harian = 27 km/24 jam = 1.425 km/jam.
Pengamatan dapat dilakukan dalam selang waktu lebih pendek agar dapat diketahui
rata-rata kecepatan angina periode pagi, siang dan malam.

Gambar 7. (kiri) Pembaca kecepatan angina digital dan (kanan) Anemometer

4.2. Skala Beufort


Bila tidak tersedia anemometer, kecepatan angina dapat ditaksir berdasarkan
gejala yang diakitan dengan tiupannya. Pada permulaan abad 19 Admirah Beufort dari
Inggri mengemukakan system untuk menaksir kecepatan angina berdasarkan gejala
akibat tiupannya yang dapat dilihat. System skala ini merupakan hasil pengamatan
empiris yang secara kuantitatif nilainya masih kasar. Meskipun demikian system ini
dapat menolong dalam penaksiran kecepatan angin pada tempat-tempat yang tidak
19

terdapat skala ukur. Sifat yang subyektif maka system ini hasilnya baru memadai bila
digunakan oleh pengamatan yang terlatih dan telah berpengaaman.
Susunan Skala Beufort
20

4.3. Arah Angin.


Arah angin adalah arah dimana tiupan berasa, dinyatakan dengan istilah mata
angin ataupun dinyatakan dengan derajat yang diukur searah dengan jam mulai dari
dan kembali pada titik utara, ditulis sampai nilai persepuluh. Bila tida ada tiupan angin
maka arah angin dinyatakan dengan kode 0o dan apabila dari titik utara dinyatakan
dengan 360o..
Arah angin tiap saat dapat dilihat dari posisi panah angin, atau dari posisi katong
angin. Pengamatan dengan kantong baisanya dilakukan dilapangan terbang. Untuk
mendapatkan petunjuk arah yang lebih mudah dilihat maka panah angin dihubungkan
dengan system petunjuk arah yang lebih mudah dilihat serta terhubung dengan aliran
listri sehingga panah angin langsung ditunjuk oleh jarum kotak monitor. panah angin
umumnya dipasang bersama cawan anemometer dengan ketinggian 10 meter.

Gambar 8. Panah angin

Gambar 9. Arah Mata Angin


Praktikum yang akan dilakukan yaitu membuat kincir angin dan panah arah
angin. Alat yang diperlukan meliputi gunting dan cutter. Bahan yang diperlukan
21

meliputi karton, benang, paku, lem, kertas origami, karet, pipet, kayu dan pensil. Cara
kerja praktikum ini akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pembuatan Kincir angin
1. Potong karton serta kertas origamai sesuai dengan gambar dibawah ini

2. Lem bagian lipatan agar tidak terlepas saat ditiup angin. Kincir angin dibuat
dengan ukuran kecil dan besar.
3. Setelah selesai, bagian tengan kincir dipaku pada bagian ujung kayu sehingga
membentuk kincir angin.
4. Kincir angin ditempatkan pada tempat terbuka agar dapat melihat kecepatan
angin.
b. Membuat Panah Angin
22

1. kertas origami di potong membentuk ujung dan ekor panah dan di tempelkan
pada pipet yang sudah dipotong seperti pada gambar.

2. tempelkan bagian tengan pipet pada kayu menggunakan paku kecil ataupun
jarum namun jangan terlalu kecang agar pipet dapat bergerak mengikuti arah
angin.
3. Panah angin diletakkan di tempat terbuka agar dapat diketahui arah anginnya.
23

VI. PENGUKURAN CURAH HUJAN

Hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah selama periode tertentu
diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan horizontal apabila tidak terjadi
penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan. Diatas permukaan
tanah yang datar, air yang jatuh dari suatu peristiwa dianggap sama tinggi. Volume air
hujan pada luasan permukaan tertentu dengan mudah dapat dihitung jika tingginya
dapat diketahui. Maka langkah terpenting dalam pengukuran hujan ditujukan kea rah
pengukuran tinggi yang representative dari air hujan yang jatuh selam jangka waktu
tertentu.
WMO menganjurkan penggunaan satuan milliliter untuk hujan, sampai
ketelitian 0.2 mm. bagi bidang klimatologi pertanian dikumpulkan hujan harian atau
setiap periode 24 jam yang diukur setiap pagi hari. Dari data harian dapat dihimpun
data hujan mingguan, bulanan sampai tahunan. Selanjutnya juga diperhitungkan dari
hujannya. Menurut pengertian klimatologi, satu hari hujan ialah periode 24 jam dimana
terkumpul curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih. Kurang dari ketentuan hujan
dinyatakan nol, meskipun tinggi hujannya tetap diperhitungkan.
Tabel 2. Kerapatan minimum suatu jaringan stasiun hujan
Kisaran luas minimum Kisaran luas yang masih
yang diwakili sebuah dibolehkan untuk diwakili
penakar untuk suatu sebuah penakar pada
Tipe Wilayah
jaringan stasiun yang daerah yang keadaan
normal (Km2 per stasiun). alamnya ulit (km2 per
stasiun)
I. dataran di daerah
temperate, mediteran dan 600-900 900-3000
tropika
II. pegunungan di daerah
temperate, mediteran dan 100-250 250-1000
daerah tropika
III. pulau kecil
berpegunungan, curah 25
hujan sangat tidak merata.
24

Jaringan stasiun sangat


padat
IV. Daerah arid dan daerah
kutub. (daerah padang 1500-10.000
pasir luas tidak termasuk)

Penempatan penakar hujan harus sangat diperhatikan karena merupakan


perwakilan untuk suatu luasan tertentu. Kerapatan suatu penakar suatu daerah
tergantung kepada tipe hujan dan topografi daerah. Didaerah berawan merata misalnya
daerah front, hujan juga merata di daerah luas sehingga kerapatan penakar hujan dapat
dikurangi. Didaerah pegunungan dimana umumnya turun hujan orografik yang
nilainya mudah berubah terhadap ketinggian tempat, maka kerapatan stasiun hujan
dipegunungan lebih tinggi dari pada di dataran rendah.
Sebuah stasiun hujan harus dapat dipercaya untuk mengumpulakn data
representattif secara lestari. Maka perlu dipilih suatu tempat terbuka yang representati
dengan kondisi lingkungan tidak mudah berubah di masa mendatang. Angin
merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan. Hal yang perlu diperhaditkan
adalah (1) tinggi faktor penghalang disekeliling penangkar, (2) pengaruh tiupan yang
terlalu kuat dan (3) tinggi mulut penangkar dari permukaan tanah.
Penangkar harus dipasang di suatu tempat terbuka diaman lintasan angin masih
sejajar dan horizontal. Bila faktor penghalang tinggi maka terjadi gangguan lintasan
arah angin. Bila tiupn terlalu kuat hail ini menimbulkan gangguan terhadap daya
tangkap representative pada mulut penangkar. Menurut WMO jarak suatu penghalang
terhadap penangkar, minimum empat kali tinggi penghalang. Tinggi penghalang
diijinkan kurang dari 14 o diaats horizontal disekeliling penangkat hujan. Indonesia
vberpedoman jarak suatu penghalang terhadap penghalang hujan minimum sama
dengan tinggi penghalang. Atau tinggi penghalang yang diijinkan kurang dari sama
dengan 45o diatas horizon disekeliling penakar hujan. Jhal ini mengingat Indonesia
tiupan angin relative rendah.
25

Penangkar hujan memiliki beberapa jenis meliputi penangkar curah hujan tipe
kolektor, tipe observatorium, tipe USBW standar, penangkar hujan rekaman,
penangkar hujan rekaman dengan prinsip timbangan, penangkar curah hujan rekaman
prinsip pelampung dan penangkat curah hujan prinsip pelam[ung. Penangkar curah
hujan yang sering digunakan yaitu prinsip hellmann.

Gambar 9. Penangkar hujan Tipe Hellmann

Pemasangan piranti ini harus mempertimbangkan beberapa hal


dibawah ini :
1. Tempat pemasangan merupakan areal yang dapat diwakili daerah setempat
yang mempunyai ketinggian seragam
2. Ada tidaknya faktor pengahalang, misalnya pohon, bangunan
3. Kecepatan dan arah angin.
4. Tinggi mulut penakar dari permukaan tanah
5. Pemasangan penyangga agar tetap datar.
Praktikum pengukuran curah hujan ini dilakukan dengan membuat alat pengukur
curah hujan sederhana. Alat yang dibutuhkan adalah gergaji besi, sendok semen,
ember, dan cangkul. Bahan yang diperlukan meliputi pipa paralon 4” sepanjang 50
cm, kaleng cat ukuran 5 kg, elbow 4”, semen dan pasir.
26

1. Semen dan pasir dicampurkan dengan perbandingan 1:8


2. Pipa paralon dipasangkan elbow 4” dan dilem agar tidak terlepas
3. Pipa diletakkan di tengah kaleng cat ukuran 5 kg dan disikan semen sampai
penuh kaleng cat.
4. Tunggu hingga kering dan alt siap digunakan.
5. Pengukuran dilakukan 24 jam 1x dilakukan selama seminggu.
6. Peletakan alat dilakukan di depan gedung, di parkiran, dan dilahan
agroteknologi.
27

VII. PENGUKURAN EVAPORASI

Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau


menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan
untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air a w (Praptiningsih 1999).
Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut.
Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu
sebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan,
penyimpanan dan transportasi
3. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut
sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis
Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai
dua fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan cair.
Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :
1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212 F.
2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk
mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari
setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.
3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena
meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut.
4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan bahan cair
dengan uap
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada
proses evaporasi adalah :
a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan
b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan
28

c. Suhu maksimu yang dapat dicapai


d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan
e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.
Dalam prakteknya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan selama proses
penguapan meliputi :
1. sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.
2. terjadinya kenaikan viskositas
3. terbentuknya deposit pada evaporator
4. kehilangan aroma
kelarutan zat padat.
Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat
pemindah panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan
sehingga suhu larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih digunakan
atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam evaporator terdapat
3 bagian, yaitu:
1. Alat pemindah panas
Berfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu)
maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya
digunakan uap jenuh.
2. Alat pemisah
Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.
3. Alat pendingin
Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin
ini bisa ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer (Gaman, 1994).
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam proses evaporasi
Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi
antara lain perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi,
terjadinya pencokelatan dll.
29

Pemekatan dapat dilakukan melalui penguapan, proses melalui membrane,


dan pemekatan beku. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan panas ke bahan
bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Penggunaan bermacam-macam peralatan ini
akan berpengaruh pada kemudahan penguapan dan retensi zat gizi. Pada waktu air
menguap dan larutan menjadi pekat, terjadi beberapa perubahan penting. Pertama zat
terlarut reaktif menjadi lebih pekat dan laju kerusakan kimiawi dapat meningkat.
Kedua terjadikenaikan titik didih. Ketiga viskositas larutan meningkat dengan tajam,
jika viskositas meningkat, maka cairan menjadi sulit dipanaskan. Kesulitan ini
menyebabkan penyebaran suhu yang tidak seragam sehingga dapat terjadi bercak panas
dan hangus. Hal ini sangat mempengaruhi retensi zat gizi. Sebagai contoh adalah susu
dan produk olahannya yang merupakan produk umum dengan kadar protein tinggi yang
dipekatkan. Karena adanya gula reduksi kerusakan terjadi pada lisin. Hasil riset tahum
1960 menunjukkan bahwa pada susu kental manis yang diolah dengan retort pada suhu
113° C Selma 15 menit, retensi lisin yang tersedia adalah 80%. Sedangkan pada susu
kental manis yang tidak diolah dengan retort retensi lisin yang tersedia adalah 97%.
Kerusakan vitamin pada proses pemekatan hamper tidak terjadi selama proses
pemekatan itu dilakukan dengan benar. Sari buah yang dikentalkan pada suhu rendah
menunjukkan retensi menunjukkan retensi vitamin C sebesar 92 – 97%. Thiamin
adalah perkecualian, selama pemekatan zat ini dapat mengalami susut sebesar 14 –
27%. Retensi zat gizi juga dipengaruhi oleh lama waktu pemanasan larutan di dalam
evaporator. Semakin lama lama pemanasan maka retensi zat gizi semakin menurun
(Tejasari, 1999)
Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh terhadap proses
penguapan cairan. Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi, tetapi dapat
menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bahan (Gaman,
1994).
30

Gambar 10. Panci Evaporasi

Praktikum pengukuran evaporasi dilakukan menggunakan alat sederhana. Alat yang


dipelukan adalah gelas ukur 1 liter dan baki besar. Sedangkan bahan yang diperlukan
adalah air.
Cara kerja praktikum ini meliputi:
1. Baki diisi air sebanyak 3 liter yang diukur menggunakan gelas ukur 1 liter
2. Setelah diisi baki diletakkan pada tempat yang berbeda meliputi: dibawah
naungan pohon, naungan tidak penuh, diantara gedung, tempat terbuka dan
dalam ruang.
3. Setelah diletakkan diamkan selama 1 jam. Pengamatan dilakukan pada jam 6,
8, 12, 14, 16, dan 18
4. Setelah satu jam amati air yang berkurang dan dicatat.
31

VIII. MIKROKLIMAT

Pengertian lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup hidup itu
tumbuh dimana meliputi unsure-unsur penting seperti tanah, air dan udara. Lingkungan
sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya
lingkungan hutan dimana setiap tumbuhan dan hewan bias hidup dengan bebas untuk
mencari makan, bias juga dengan lingkungan perkotaan dimana unsure bangunan
sangat kental di dalamnya. Saat lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka
keseimbangan anatara kehidupan dan dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal ini
memeberikan dampak negative bagi setiap makhluk hidup yang ada disekitarnya.
Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan organism, maka
perlu dilakukan penggolongan factor-faktor lingkungan tersebut.
Factor-faktor lingkungan yang dapat digolongkan menjadi factor biotic dan
abiotik. Factor lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air udara-angin, cahaya, dan
sebagainya. Sedangkan factor biotic terdiri atas organism hidup di luar lingkungan
biotik yaitu manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme.
Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan
disebut mikroklimat. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat
dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen
mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya
dan kecepatan angin.
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram
kalori sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius,
derajat Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan
alat termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan
suatu zat padat ataucairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan
adalah air raksa ataualkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan.
32

Penamaan termometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya


termometer air raksa atau termometer alkohol.
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau
atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara
tertentu.Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang
sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut.
Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu
berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan
tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang dipergunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif (relative
humidity) adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer.
Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan termometer
yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah
termometer dilengkapi dengan kainyang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari kedua
termometer tersebut, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan dengan menggunakan
tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor. Pada sling psychrometer tipe
tertentu nilai kelembaban dapat langsung dibaca pada alat.
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya mempengaruhi variabel
atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi
untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat
dilakukan dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter.
Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya.
Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah
horizontal atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan
antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah,
angin kering dan sebagainya.
33

Praktikum ini membutuhkan alat-alat praktikum sebelumnya meliputi


pengukuran suhu dan kelembaban udara serta tanah, intensitas cahaya, evaporasi, dan
kecepatan angin dan arah angin.
Cara kerja praktikum ini tiap kelompok dibagi dan dipecah menjadi beberapa
tugas misalnya satu kelompok mengukur evaporasi, satu kelompok lain mengukur suhu
dan kelembaban tanah dan seterunya. Data hasil pengamatan dikompilasi sehinngga
akan didapatkan data mikroklimat dari dua tempat yang berbeda. Tempat pertama
adalah lahan pertanian dan tempat kedua adalah hutan.
34

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto G. 1999. Panduan Praktikum Klimatologi Pertanian. Fakultas


Muhammadiyah Yogyakarta.

Handoko. 1994. Klimatologi dasar. Pustaka Jaya. Bogor

Horn LH, Trewertha GT. 1995. Pengantar Iklim (Edisike-5). Penerjemah Andani S.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kartasapoetra AG. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap tanah dan Tanaman.
Jakarta : Raja Grafindo Persada

Nasir AA dan Manan ME. 1980. Alat-alat pengukur Cuaca di Stasiun Klimatologi
Pertanian. Bagian Klimatologi Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan
Alam. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Prawirowardoyo S.1996. Meterologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Wisnubroyo S, Amina SI dan Nitisabto M. 1983. Asas-asas Meterologi Pertanian,


Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai