Anda di halaman 1dari 5

Tokoh Anggota DPR dari periode Volksraad sampai periode  

Komite Nasional Indonesia


Pusat (KNIP)
1. Periode Volksraad
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah
Belanda yang dinamakan Volksraad. pada tanggal 18 Mei 1918 Gubernur Jenderal Graaf
van Limburg Stirum atas nama pemerintah penjajah Belanda membentuk dan melantik
Volksraad (Dewan Rakyat).
Pada tahun 1918 Keanggotaan Volksraad terdiri dari Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja)
Anggota 38 orang (20 orang dari golongan Bumi Putra).
Pada tahun 1927 Keanggotaan Volksraad terdiri dari Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja)
Anggota 55 orang (25 orang dari golongan Bumi Putra).
Pada tahun 1930 Keanggotaan Volksraad terdiri dari Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja)
Anggota 38 orang (20 orang dari golongan Bumi Putra).

Tokoh-tokoh yang dikenal aktif di Volksraad antara lain:


H.O.S. Cokroaminoto
H. Agus Salim
Hok Hoei Kan
Khouw Kim An, Majoor der Chinezen
Abdoel Moeis
Soetardjo Kartohadikoesoemo
Loa Sek Hie
Mas Aboekassan Atmodirono
Mohammad Hoesni Thamrin
Wiranatakoesoema V
Otto Iskandardinata
Jahja Datoek Kajo
Dr. Radjiman Wedyodiningrat
R.M.A.A. Koesoemo Oetoyo
2. Periode  Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai
Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada
ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945. Sesuai dengan ketentuan
dalam Aturan Peralihan, tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat atau KNIP beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai
cikal bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29
Agustus 1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA.

Pada formasi pertama, Anggota KNIP terdiri dari 137 orang, dimana yang bertindak
sebagai pimpinan adalah:

Mr. Kasman Singodimedjo  sebagai Ketua


Mas Sutardjo Kertohadikusumo sebagai Wakil Ketua I
Mr. J. Latuharhary sebagai Wakil Ketua II
Adam Malik sebagai Wakil Ketua III
Para anggota BP-KNIP tercatat antara lain: Sutan Syahrir, Mohamad Natsir, Soepeno,
Mr. Assaat Datuk Mudo, dr. Abdul Halim, Tan Leng Djie, Soegondo Djojopoespito,
Soebadio Sastrosatomo, Soesilowati, Rangkayo Rasuna Said, Adam Malik, Soekarni,
Sarmidi Mangunsarkoro, Ir. Tandiono Manoe, Nyoto, Mr. Abdul Gafar Pringgodigdo,
Abdoel Moethalib Sangadji, Hoetomo Soepardan, Mr. A.M. Tamboenan, Mr. I Gusti
Pudja, Mr. Lukman Hakim, Manai Sophiaan, Tadjudin Sutan Makmur, Mr. Mohamad
Daljono, Sekarmadji Kartosoewirjo, Mr. Prawoto Mangkusasmito, Sahjar
Tedjasoekmana, I.J. Kasimo, Mr. Kasman Singodimedjo, Maruto Nitimihardja, Mr.
Abdoel Hakim, Hamdani, dll
3. Masa Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (1950-1956)
Sesuai inti Pasal 77 UUDS, dipastikan jumlah anggota DPRS adalah 236 orang, yaitu 148
anggota dari DPR-RIS, 29 anggota dari Senat RIS, 46 anggota dari Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat, dan 13 anggota dari DPA RI Yogyakarta.
4. Masa DPR hasil pemilu 20 Maret 1956 (1956-1959)
DPR ini adalah hasil pemilu 1956 yang jumlah anggota yang dipilih sebanyak 272 orang.
Pemilu 1956 juga memilih 542 orang anggota konstituante.
5. Masa DPR Hasil Dekrit Presiden 1959 berdasarkan UUD 1945 (1959-1965)
DPR-GR mempunyai anggota 283 orang yang semuanya diangkat oleh Presiden dengan
Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu kewajiban pemimpin DPR-GR adalah
memberikan laporan kepada Presiden pada waktu-waktu tertentu, yang mana
menyimpang dari pasal 5, 20, 21 UUD 1945. Selama 1960-1965, DPR-GR memproduksi
117 UU dan 26 usul pernyataan argumen.

Peubahan Dalam DPR dari masa ke masa


1. Masa DPR Orde Baru
Pada masa ini lembaga-lembaga negara yang damanatkan UUD 1945 belum dibentuk.
Pada periode ini juga Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk. Seluruh
anggota KNIP menjalankan tugasnya sebagai DPR dan MPR sampai tahun 1949, hingga
berdirinya negara Republik Indonesia Serikat, dibuatlah Peraturan tata tertib untuk
mengatur hak-hak yang dimiliki anggota BP-KNIP, yaitu hak mengajukan usul, hak
interpelasi, hak pengusutan dan hak pertanyaan.
Pada masa Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) kewenangan yang dimiliki DPR
terus berkembang. Hal ini ditandai dengan hak yang dimiliki DPR antara lain adalah hak
budget, hak inisiatif, dan hak amandemen, menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU)
bersama-sama dengan pemerintah, hak bertanya, hak interpelasi, dan hak angket.
Pada masa UUDS 1950, bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum tahun
1955 berdasarkan UndangUndang Nomor 7 Tahun 1953. Pemilihan umum ini untuk
memilih keanggotaan lembaga DPR dan Konstituante.
Mengenai DPR, Presiden mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1959 yang
intinya mengatakan bahwa DPR hasil pemilihan umum tahun 1955 tetap menjalankan
tugasnya menurut UUD 1945. DPR ini hanya bekerja hingga 24 Juni 1960 karena adanya
perselisihan antara pemerintah dengan DPR mengenai penetapan anggaran belanja negara
tahun 1960. Perselisihan inilah yang menyebabkan dikeluarkannya Penetapan Presiden
Nomor 3 Tahun 1960 tentang Pembaharuan Susunan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pada saat DPR Gotong-Royong (DPR-GR) didirikan dengan penetapan presiden No 4
Tahun 1960 yang mengatur susunan DPR-GR. DPR-GR ini berbeda sekali dengan DPR
sebelumnya karena DPR-GR berkerja dalam susunan dimana DPR ditonjolkan
peranannya sebagai pembantu pemerintahan, yang tercermin dalam istilah Gotong
Royong. Perubahan fungsi ini tercermin dalam istilah Gotong Royong. Perubahan fungsi
ini tercermin didalam tata tertib DPR-DR yang dituangkan dala Peraturan Presiden No 14
Tahun 1960
2. Masa DPR Orde Baru
Pada masa penegakkan orde baru sesudah terjadia G 30 S/PKI, DPR-GR mengaami
perubahan, baik mengenai keanggotaan maupun wewenangnya. Selain itu juga
diusahakan agar tata kerja DPR-GR lebih sesuai dengan ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945. Berdasarkan ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966, yang kemudian
dikukuhkan dalam UU No 10/1966, DPR-FR masa orde baru memulai kerjanya dengan
menyesuaikan diri dari orde lama ke orde baru. sidang umum MPRS 1967 oleh jendral
Soeharto yang menggantikan presiden Soekarno, dengan menetapkan bahwa pemilu akan
diselenggarakan pada tahun 1971.
3. Masa DPR Era Reformasi
Pada masa ini untuk pertama kalinya proses pemberhentian kepala negara dilakukan oleh
DPR. DPR adalah lembaga tinggi negara di Indonesia yang secara formil dan materil
mewakili rakya Indonesia dalam sistem pemerintahan negara Indonesia. Ditinjau adari
aspek ketatanegaraan, DPR memiliki tugas dan wewenang sebagaimana yang telah
disebutkan tentang tugas dan wewenangnya dalam Undang-Undang Dasar 1945

SUMBER
https://id.wikipedia.org/wiki/Volksraad
http://p2k.unkris.ac.id/id3/30652962/
Dpr_27749_p2kunkris.html#Masa_Dewan_Perwakilan_Rakyat_Sementara_.281950-1956.29
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/32323/h.%20Bab%20IV.pdf?
sequence=8&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai