0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan22 halaman
Dokumen tersebut membahas tanda-tanda bahaya pada kehamilan muda seperti hyperemesis gravidarum (mual berlebihan), abortus (penghentian kehamilan dini), dan mola hidatidosa (kelainan trofoblastik). Gejala dan penanganannya meliputi pemberian obat, infus cairan, kuret, hingga histerektomi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan ultrasonografi.
Dokumen tersebut membahas tanda-tanda bahaya pada kehamilan muda seperti hyperemesis gravidarum (mual berlebihan), abortus (penghentian kehamilan dini), dan mola hidatidosa (kelainan trofoblastik). Gejala dan penanganannya meliputi pemberian obat, infus cairan, kuret, hingga histerektomi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan ultrasonografi.
Dokumen tersebut membahas tanda-tanda bahaya pada kehamilan muda seperti hyperemesis gravidarum (mual berlebihan), abortus (penghentian kehamilan dini), dan mola hidatidosa (kelainan trofoblastik). Gejala dan penanganannya meliputi pemberian obat, infus cairan, kuret, hingga histerektomi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan ultrasonografi.
Tanda bahaya pada kehamilan muda diantaranya: 1. Hyperemesis Gravidarum a. Pengertian Hyperemesis Gravidarum Hyperemesis gravidarum didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dikarakteristikan dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung. Jika tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti peningkatan asam lambung yang selanjutnya dapat menjadi gastristis. Peningkatan asam lambung akan semakin memperparah hyperemesis gravidarum). b. Penyebab Hyperemesis Gravidarum Mual muntah yang timbul terjadi karena adanya perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal kehamilan. Presentase hormon hCG akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin tinggi hormon hCG , semakin cepat pula merangsang muntah. Dampak yang terjadi pada hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver hingga terjadi ikterus. Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi alat-alat vital dan menimbulkan kematian. Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan resiko untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran Prematur, kecil usia kehamilan, serta kematian pada perinatal. c. Tanda dan Gejala Hyperemesis gravidarum Tingkat I Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah yang terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum Tingkat II Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Tingkat III Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi. Keadaan ini sangat merupakan kelanjutan dari hyperemesis tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran menurun (delirium dampai koma) hingga mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan billirubin dan protein. d. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarganya. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk melihat dampak dari hiperemesis gravidarum, seperti tekanan darah rendah dan denyut jantung cepat. Dari pemeriksaan fisik , dokter dapat menentukan apakah muntah yang dialami ibu hamil masih normal atau sudah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Untuk melihat lebih detail akibat dari hiperemesis gravidarum, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan dengan tes darah dan urine. Tujuannya adalah untuk memeriksa tanda-tanda gangguan elektrolit dan dehidrasi. USG kehamilan juga dilakukan untuk memantau kondisi janin dan mendeteksi kelainan dalam kandungan. Selain itu, untuk memastikan gejala mual dan muntah yang dialami ibu hamil bukan disebabkan oleh suatu penyakit, seperti penyakit liver, dokter akan melakukan tes lanjutan, misalnya uji fungsi hati. e. Penanganan Hiperemesis Gravidarum Berbeda dengan morning sickness yang penanganannya dapat dilakukan di rumah, penderita hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang diberikan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan ibu hamil secara keseluruhan. Pengobatan bertujuan untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi, dan mengembalikan nafsu makan. Beberapa obat yang dapat diberikan oleh dokter adalah: Obat antimual, seperti promethazine, Vitamin B1 atau tiamin, Pyridoxine atau vitamin B6, Suplemen vitamin dan nutrisi. Jika hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu hamil tidak mampu menelan cairan atau makanan sama sekali, dokter akan memberikan obat dan nutrisi melalui infus. Selain melalui infus, ibu hamil juga dapat menerima asupan makanan melalui selang makan. 2. Abortus a. Pengertian Abortus Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram atau sebelum plasenta selesai . Jenis-jenis. b. Tanda-tanda dan Gejala Abortus Abortus dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar karena tidak muncul tanda- tanda yang mungkin jelas. Gejala dan tanda abortus paling umum adalah: Perdarahan atau bercak darah, muncul dari ringan sampai berat, Perut dan punggung bawah terasa sakit atau kram yang parah, Vagina mengeluarkan cairan nonkeputihan atau jaringan Demam, dan Lesu c. Penyebab Abortus Ada beberapa hal yang jadi penyebab Abortus antara lain: Masalah pada janin, Rahim ibu lemah (Inkompetensi serviks), Penyakit ibu yang tidak diobati, Sindrom ovarium polikistik (PCOS), Infeksi bakteri, Merokok, alkohol, narkoba, dan terpapar racun lingkungan (Ibu perokok aktif atau pasif). Paparan racun lingkungan yang lebih tinggi seperti asap industri, asap dari pembakaran barang laboratorium rumah sakit, atau asap pabrik juga dapat menyebabkan janin gugur dalam kandungan. d. Diagnosa Abortus Untuk mendiagnosis abortus dokter mungkin meminta Anda menjalani sejumlah tes berikut :Pemeriksaan panggul, untuk membantu dokter mengetahui apakah serviks mulai melebar. Tes ultrasound atau USG untuk memeriksa detak jantung dan perkembangan janin.Tes darah untuk pengukuran hormon kehamilan dan beta HCG. Tes jaringan, untuk mendeteksi jaringan janin sudah keluar. e. Penanganan Abortus Pengobatan abortus imminens bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah terjadinya komplikasi. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah: Penanganan pertamaSebagai langkah awal, dokter akan menganjurkan pasien untuk melakukan perawatan mandiri, seperti Melakukan tirah baring (bed rest), Tidak berhubungan seksual, Tidak berolahraga, Tidak menggunakan tampon, Tidak bepergian jauh Selain dengan melakukan perawatan mandiri di rumah, dokter juga dapat memberikan obat-obatan. Obat yang bisa diberikan antara lain progesteron, seperti dydrogesterone, untuk memperkuat dinding rahim, dan imunoglobulin Rh, untuk mengatasi inkompatibilitas rhesus. 3. Mola hidatidosa a. Pengertian mola hidatidosa Menurut Kemenkes RI (2019), mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada villi khoironok yang disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan edem. Diagnosa mola hidatidosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan USG. b. Tanda dan Gejala mola hidatidosa Beberapa tanda gejala mola hidatidosa yaitu: Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering kali menjadi parah, Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai bercak darah dan perdarahan hebat, namun biasanya berupa rabas yang bercampur darah, dan cenderung berwarna merah, Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada perkembangan/ aktivitas janin, Terdapat nyeri tekan pada ovarium, Tidak ada denyut jantung janin, Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak ditemukan, Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/ eklampsi sebelum usia kehamilan 24 minggu c. Penyebab mola hidatidosa Penyebab mola hidatidosa adalah ketidakseimbangan kromosom. Sel manusia mengandung 23 pasang kromosom yang masing-masing terdiri satu kromosom dari ayah dan lainnya dari ibu. Pada hamil anggur lengkap, sel telur kosong dibuahi oleh satu atau dua sperma, dan semua materi genetik berasal dari ayah. Dalam kondisi tersebut, kromosom dari sel telur ibu hilang atau tidak aktif, sehingga kromosom ayah digandakan. Pada hamil anggur parsial atau tidak lengkap, kromosom ibu dalam jumlah tetap, tetapi ayah menyediakan dua set kromosom. Akibatnya, embrio memiliki 69 kromosom, bukan 46. d. Diagnosa Mola Hitosida Diagonsa dilakukan dengan sejumlah prosedur, termasuk tes darah dan tes kehamilan untuk mengukur tingkat Human Chorionic Gonadotropin (HCG), yaitu hormon kehamilan dalam darah. Selain itu, dokter juga akan merekomendasikan pemeriksaan USG. USG dilakukan dengan mengarahkan gelombang suara berfrekuensi tinggi ke jaringan di daerah perut dan panggul. Jika terjadi hamil anggur lengkap, maka USG akan menunjukkan seperti Tidak ada embrio atau janin. Tidak ada cairan ketuban. Plasenta kistik tebal sampai memenuhi rahim. Terdapat kista ovarium. e. Penanganan Mola hidatidosa Sebagian besar penderita Mola hidatidosa akan mengalami keguguran spontan. Keguguran tersebut biasanya ditandai dengan keluarnya jaringan berbentuk gumpalan-gumpalan yang menyerupai sekumpulan buah anggur. Jika tidak mengalami keguguran, dokter akan melakukan tindakan penanganan secepatnya guna mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk. Tindakan yang dapat dilakukan dokter kandungan antara lain: Kuret Pada prosedur kuret, dokter akan melebarkan serviks dan mengangkat jaringan abnormal dengan alat khusus. Prosedur ini merupakan pilihan paling baik jika penderita berencana untuk hamil kembali. Histerektomi Histerektomi adalah operasi untuk mengangkat rahim. Prosedur ini hanya dilakukan pada pasien yang tidak berencana hamil lagi atau berisiko tinggi mengalami penyakit berbahaya gestational trophoblastic neoplasia. Pemulihan Sel abnormal bisa saja masih tertinggal di dalam rahim setelah kuret. Sel tersebut biasanya akan menghilang dalam beberapa bulan. Namun, pada beberapa kasus, dibutuhkan tindakan lebih lanjut untuk menghilangkannya. Untuk memastikan sel abnormal sudah hilang, pasien perlu menjalani pemeriksaan kadar HCG melalui tes darah dan urine. Kadar hormon tersebut seharusnya kembali normal setelah pengangkatan jaringan abnormal. Jika kadar hormon tetap tinggi, berarti masih ada sel abnormal yang tersisa dalam rahim. Pemeriksaan ini dilakukan selama 6 bulan hingga 1 tahun setelah mengalami Mola hidatidosa.. 4. Kehamilan Ektopik a. Pengertian Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung diluar endometrium kavum uteri. Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi diberbagai segmen tuba fallopi, dan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum dan didalam serviks. Jika terjadi ruptur disekitar lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu. b. Penyebab Kehamilan ektopik Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi tubektomi, penggunaan IUD, infertilitas, riwayat abortus dan riwayat inseminasi buatan/ teknologi bantuan reproduktif (assisted reproductive technology/ ART). c. Gejala Kehamilan ektopik Gejala awal yang ditimbulkan yaitu perdarahan pervaginam dan bercak darah, kadang disertai nyeri panggul Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG. d. Diagnosa Kehamilan Ektopik Dokter akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab, terutama terkait hari pertama haid terakhir pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan seperti Tes kehamilan melalui urine dengan menggunakan test pack, Tes kehamilan melalui darah, untuk mengukur kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG), USG transvaginal dan perut, untuk memastikan lokasi kehamilan ektopik e. Penanganan Kehamilan Ektopik Pada kehamilan ektopik janin tidak dapat berkembang dengan normal. Kondisi ini bisa mengancam jiwa ibu hamil dan harus segera ditangani. Tergantung pada perkembangan kehamilan dan lokasi menempelnya sel telur, dokter dapat menangani kehamilan ektopik dengan obat-obatan atau operasi. Berikut adalah penjelasannya: Obat suntik Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal. Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3 hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang. Operasi laparoskopi Kehamilan ektopik bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau kedua tuba falopi rusak, dokter akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa falopi tersebut. Namun, bila memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari. Operasi laparotomi Pada pasien kehamilan ektopik yang mengalami perdarahan berat, dokter akan melakukan tindakan darurat berupa operasi laparotomi. Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat janin dan memperbaiki tuba falopi yang pecah. Setelah pengobatan, dokter akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum merencanakan kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan mengurangi risiko kehamilan ektopik terjadi lagi. 5. Anemia a. Pengertian Anemia WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu hamil, jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami anemia. b. Penyebab Anemia Depkes RI (2019). mengklasifikasikan anemia pada ibu hamil berdasarkan berat badannya dikategorikan sebagai anemia ringan dan berat. Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga kurang dari 11 gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8 gr% Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran serta dampak pada janin menyebabkan berat lahir rendah. c. Tanda dan Gejala Anemia Tanda dan gejala anemia ada beberapa tergantung dari jenis anemia diantaranya: Anemia defisiensi zat besi. Anemia yang ditandai dengan keluhan lemas, pucat dan mudah pingsan, karena kekurangan zat besi dalam darah dan kadar Hb < 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti sayur-sayuran dan daging. Anemia megaloblastik. Anemia yang terjadi karena kelainan proses pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan (defisiensi) vitamin B12 dan asam folat. Anemia hipoplastik. Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru d. Diagnosa Anemia Diagnosa anemia dapat dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah e. Penangan Anemia Untuk penanganan anemia ibu hamil diantaranya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, sayuran berwarna hijau tua dan buah buahan, Membiasakan konsumsi makanan yang mempermudah penyerapan Fe seperti vitamin C, air jeruk daging dan ikan serta menghindari minuman yang menghambat penyerapan Fe seperti teh dan kopi. 6. Demam Tinggi a. Pengertian Demam Tinggi Demam adalah masalah kesehatan yang sangat umum dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Ibu hamil juga rentan mengalami demam, karena sistem kekebalan ibu lebih lemah selama kehamilan. Demam biasanya tidak disebabkan oleh kondisi yang serius, namun bila terjadi selama kehamilan, hal ini tentu sangat mengganggu. Pasalnya, bukan hanya membuat ibu menjadi tidak nyaman, ibu hamil mungkin juga khawatir bila lonjakan suhu tubuh ibu bisa berdampak pada bayi. b. Penyebab Demam Tinggi Penyebab terjadinya demam tinggi pada ibu hami yaitu ,Selesma. Karena pada dasarnya ibu hamil lebih rentan terkena infeksi virus umum, seperti pilek, selama masa kehamilan. Sistem kekebalan ibu mengalami perubahan selama kehamilan guna melindungi janin, yang dianggap tubuh sebagai sesuatu yang asing, agar tidak ditolak. Akibatnya, ibu hamil mungkin lebih rentan terserang selesma. c. Tanda dan Gejala Demam Tinggi Jika suhu ibu hamil berada pada > 38°C dalam kehamilan, ini menandakan ibu dalam masalah. Demam pada kehamilan merupakan manifestasi tanda gejala infeksi kehamilan. d. Diagnosa Demam Tinggi Diagnosa demam tinggi dapat dilakukan dengan cara pengecekan suhu tubuh e. Penanganan Demam Tinggi Penangannya dapat dengan memiringkan bada ibu kerag kekiri, cukupi kebutuhan cairan ibu dan kompres hangat guna menurunkan suhu ibu. komplikasi yag ditimbulkan jika ibu mengalami demam tinggi yaitu sistitis (infeksi kandung kencing) serta infeksi saluran kemih atas. B. Tanda Bahaya Kehamilan Tua Tanda bahaya pada kehamilan tua antara lain: 1. Plasenta Previa a. Pengertian Plasneta Previa Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi diatas atau mendekati ostium serviks interna. b. Penyebab Plasenta previa Beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya plasenta previa diantaranya kehamilan ibu sudah usia lanjut (> 22 minggu), multiparitas, serta mempunyai riwayat seksio caesaria sebelumnya. c. Tanda dan Gejala Plasenta Previa Gejala umum yang terjadi pada kasus plasenta previa seperti terjadi perdarahan tanpa rasa nyeri secara tiba-tiba dan kapan saja, uterus tidak berkontraksi dan bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul. d. Diagnosa Plasenta Previa Dokter dapat menduga ibu hamil mengalami plasenta previa jika terjadi perdarahan di trimester kedua atau ketiga kehamilan. Namun, untuk memastikannya, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan seperti: USG transvaginal Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan alat khusus ke dalam vagina untuk melihat kondisi vagina dan rahim. Pemeriksaan ini adalah metode paling akurat untuk menentukan letak plasenta. USG transabdominal Prosedur ini juga berfungsi sama dengan USG transvaginal, yakni untuk melihat kondisi di dalam rahim. Bedanya, pada USG transabdominal, alat periksa hanya ditempelkan ke dinding perut sehingga meminimalkan risiko perdarahan akibat prosedur pemeriksaan. MRI (magnetic resonance imaging) Prosedur ini digunakan untuk membantu dokter melihat posisi plasenta dengan lebih jelas. e. Penanganan Plasenta Previa Penanganan plasenta previa bertujuan untuk mencegah perdarahan. Penanganan yang akan diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi kesehatan ibu dan janin, usia kandungan, posisi plasenta, dan tingkat keparahan perdarahan. Pada ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan atau hanya mengalami perdarahan ringan, dokter akan menyarankan perawatan mandiri, berupa: Memperbanyak istirahat dan berbaring, Mengurangi aktivitas fisik yang berat, Menghindari berhubungan seksual Bila ibu hamil mengalami perdarahan hebat dan berulang, dokter akan menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar. Namun, jika usia kandungan kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin.. 2. Sakit kepala a. Pengertian Sakit Kepala Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang karena sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. b. Penyebab Sakit Kepala sakit kepala saat hamil di trimester ketiga juga dapat disebabkan oleh kondisi, seperti: Kelebihan berat badan, Kebiasaan melakukan postur tubuh yang buruk, Kurang tidur, Makanan yang dikonsumsi, Otot menegang dan Diabetes c. Tanda dan Gejala Sakit Kepala Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsi. Perubahan visual (penglihataan) secara tiba-tiba (pandangan kabur) dapat berubah pada masa kehamilan. Nyeri kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala preeklamsi, dan jika tidak diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke, koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap baik oedem pada tangan/ kaki, d. Penanganan Sakit kepala Ada beberapa hal yang mungkin bisa membantu meringankan sakit kepala pada ibu hamil seperti: Istirahat Bisa dengan berbaring di tempat tidur dengan kondisi ruangan gelap dan tidak berisik. Lalu memejamkan mata agar tubuh dan kepala terasa rileks. Pijat Dengan memijat lembut bagian kepala yang sakit, atau meminta tolong orang lain untuk memijat pundak dan leher untuk mengatasi ketegangan. J Kompres Dengan mengompres wajah, mata, dan jidat dengan handuk yang telah direndam air panas. Atau bisa juga mengompres bagian belakang leher dengan handuk dingin. 3. Nyeri abdomen a. Pengertian Nyeri Abdomen Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang mengindikasikan mengancam jiwa adalah nyeri perut yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, terkadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir. Hal ini bisa berarti appendicitis (radang usus buntu), kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan), aborstus (keguguran), penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis (maag), solution placenta, penyakit menular seksual, infeksi saluran kemih atau infeksi lain. Sakit perut bisa terasa seperti kram, mulas, atau menusuk, dengan tingkat keparahan ringan hingga berat. Area perut yang sakit juga bisa berbeda-beda. Pada sejumlah kondisi, nyeri juga dapat berpindah dari satu area perut ke area perut yang lain. b. Penyebab Nyeri Abdormen Nyeri Abdormen umumnya terjadi akibat gangguan saluran pencernaan bagian atas, seperti kerongkongan, lambung, ginjal, hati, empedu, dan usus halus. c. Gejala nyeri abdormen Terkadang, nyeri akibat nyeri abdormeb juga bisa disertai dengan gejala lain, seperti rasa tidak nyaman di perut, kedutan di perut, kembung, sendawa, mual, dan muntah. Selain itu, sifat dan lamanya sakit perut juga bisa beragam, seperti: Muncul perlahan atau tiba-tiba Hilang timbul atau menetap Berlangsung sebentar, beberapa jam, atau bahkan beberapa hari Sakit berkurang atau bertambah pada posisi dan gerakan tertentu, misalnya bersin atau batuk. d. Diagnosis Nyeri abdomen Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan karakteristik nyeri, sejak kapan sakit perut dirasakan, dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan perut pasien, untuk mendeteksi lokasi sakit dan pembengkakan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti: Pemeriksaan sampel darah, urine, dan tinja, guna mencari tahu penyebab sakit perut Pemindaian dengan Rontgen perut, USG, CT scan, atau MRI, untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut, seperti tumor atau peradangan Endoskopi atau kolonoskopi, bila diduga terdapat kelainan dalam saluran pencernaan e. Penanganan Nyeri abdomen Penangan Nyeri abdomen tergantung pada penyebabnya. Sebagai contoh, dokter cukup menyarankan perubahan pola makan bila sakit perut disebabkan oleh pola makan yang kurang baik. Sedangkan pada sakit perut yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan obat antibiotik. Obat-obat lain juga bisa diberikan pada sakit perut yang disebabkan oleh penyakit asam lambung (GERD) atau peradangan. Pada beberapa kasus, operasi harus dilakukan untuk mengatasi sakit perut yang disebabkan oleh radang usus buntu, batu empedu simtomatik, dan hernia. Pasien juga bisa melakukan beberapa upaya sederhana di rumah guna meredakan gejala Nyeri abdomen ringan, yaitu: Menempelkan bantal pemanas di area perut yang sakit Mengelola stres dengan olahraga atau meditasi Tidak makan sekaligus dalam porsi besar Mengunyah makanan secara perlahan sampai lunak Menghindari makanan yang bisa memicu sakit perut, seperti makanan pedas atau berlemak 4. Bengkak dan Ekstremitas a. Pengertian Bengkak Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala. b. Tanda dan Gejala Bengkak Bengkak yang menjadi masalah serius yaitu ditandai dengan: Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya, Bengkak tidak hilang setelah beristirahat, Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati, 2014). c. Penyebab Kaki Bengkak Saat hamil bengkak saat hamil dapat terjadi secara alami karena tubuh ibu hamil memproduksi lebih banyak darah dan cairan tubuh untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga bisa membuat ibu hamil mengalami pembengkakan di kaki saat hamil, yaitu: Perubahan hormone Kebiasaan berdiri terlalu lama Aktivitas atau olahraga berlebihan Cuaca panas Pola makan rendah kalium dan tinggi garam atau natrium Tingkat konsumsi kafein yang tinggi d. Penanganan Bengkak Saat Hamil Pembengkakan pada kerap membuat ibu hamil merasa tidak nyaman dan sulit beraktivitas. Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang bisa Bumil lakukan dengan mudah, yaitu: Ganjal kaki dengan bantal saat duduk atau tidur guna memperbaiki sirkulasi darah. Tidur dengan posisi berbaring miring ke kiri. Olahraga secara rutin, seperti berenang atau berjalan kaki. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama. Hindari aktivitas fisik yang terlalu berat.. Minum air putih yang cukup, yaitu sekitar 2 liter atau 8 gelas air minum per hari. Konsumsi makanan tinggi kalium, seperti kentang, ubi jalar, pisang, bayam, kacang-kacangan, dan yoghurt. Batasi konsumsi minuman berkafein. Kurangi penggunaan garam pada masakan. Jika berbagai cara penangan bengkak saat hamil di atas tidak berhasil mengatasi keluhan yang ibu hamil rasakan, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk menjalani pemeriksaan. Hal ini penting dilakukan agar dokter dapat memastikan apakah bengkak yang dialami disebabkan penyakit atau kondisi medis tertentu. 5. Bayi kurang bergerak seperti biasa, a. Pengertian Gerakan Bayi Berkuran Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama kali hamil). b. Tanda dan Gejala Gerakan Janin Berkurang Jika janin tidur, gerakannya akan melemah. janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat, makan dan minum. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/ memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau kematian janin dalam uterus. c. Penyebab Gerakan Janin Berkurang Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktivitas ibu yang berlebihan sehingga gerakan janin tidak dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan aterm. d. Diagnosa Gerakan bayi Diagnosa gerakan janin dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil oleh dokter kandungan, baik sebelum atau setelah bayi dilahirkan. Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan serta tanda yang ditemukan saat janin mengalami fetal distress: USG kehamilan, dapat melihat apakah pertumbuhan janin sesuai dengan usia kandungan. USG Doppler, untuk mendeteksi adanya gangguan di aliran darah dan jantung janin. Cardiotocography (CTG), untuk melihat secara berkelanjutan detak jantung janin terhadap pergerakan janin dan kontraksi rahim. Pemeriksaan air ketuban, untuk mengetahui volume air ketuban dan melihat adanya mekonium atau tinja janin pada air ketuban. Pengambilan sampel darah bayi, untuk memeriksa pH darah bayi yang berubah menjadi lebih asam bila janin tidak mendapat cukup oksigen. e. Penanganan Gerakan Janin Berkurang Jika janin setelah didiagnosa gerakan janin yang berkurang dikategorikan gawat janin, dokter perlu melakukan penanganan secepatnya. Penanganan tersebut meliputi: Resusitasi dalam rahim Resusitasi dalam rahim dilakukan sebagai pengobatan utama dalam mengatasi gawat janin. Pada prosedur ini, dokter akan: Memastikan ibu mendapat pasokan oksigen yang cukup dengan memakaikan selang oksigen pada ibu. Memastikan asupan cairan ibu memadai dengan pemberian cairan lewat infus. Memosisikan ibu berbaring miring ke kiri untuk mengurangi tekanan rahim pada pembuluh vena besar yang dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan janin. Menghentikan sementara penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi, seperti obat oksitosin. Tokolisis, yaitu terapi untuk menghentikan kontraksi rahim sementara. Amnioinfusion, yaitu penambahan cairan pada rongga cairan ketuban untuk mengurangi tekanan tali pusat. Persalinan segera Persalinan segera dapat menjadi pilihan jika resusitasi dalam rahim tidak dapat mengatasi kondisi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan dalam 30 menit setelah diketahui adanya kondisi gawat janin. Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum atau forceps pada kepala bayi. Jika cara tersebut tidak mungkin dilakukan, maka janin harus dilahirkan melalui operasi caesar. Pemantauan kondisi janin Kondisi bayi akan dimonitor secara saksama selama 1-2 jam setelah kelahiran, dan dilanjutkan hingga 12 jam pertama pasca kelahiran. Pemantauan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum, gerakan dada, warna kulit, tulang dan otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi. Jika terlihat bayi mengalami aspirasi mekonium atau keracunan ketuban, maka dokter perlu membersihkan jalan napas bayi agar pernapasannya tidak terganggu. 6. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya a. Pengertian Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi sebelum persalinan. b. ketuban pecah sebelum waktunya ketuban pecah sebelum waktunya disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran/ peningkatan tekanan uteri yang juga dapat disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks yang dapat dinilai dari cairan ketuban di vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu preterm maupun kehamilan aterm. c. Tanda dan Gejala ketuban pecah sebelum waktunya Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya air ketuban melalui vagina. Air yang keluar ini dapat mengalir secara perlahan atau deras. Berbeda dengan urine, bocornya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan tetap mengalir keluar. Untuk lebih memastikan apakah cairan tersebut urine atau air ketuban, maka dapat digunakan pembalut untuk menyerap cairan yang keluar. Selanjutnya, lihat dan cium bau pembalut tersebut. Air ketuban memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan tidak berbau pesing seperti urine. Jika disertai dengan infeksi, ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa gejala lain, seperti Demam, Nyeri perut, Keputihan yang terjadi terus-menerus dan berbau tidak sedap atau menyengat, Detak jantung janin cepat d. Diagnosa Ketuban Pecah Dini Untuk mendiagnosis ketuban pecah dini, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai kondisi kehamilan pasien, gejala dan keluhan, serta riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada bagian dalam leher rahim untuk memastikan pecahnya ketuban. Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan tambahan berupa: Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman cairan vagina, yang akan lebih tinggi jika mengalami pecah ketuban (kondisi basa) USG kehamilan, untuk memeriksa kondisi rahim dan janin, serta melihat jumlah air ketuban yang masih tersisa e. Penanganan Ketuban Pecah Dini Setelah ketuban pecah, dokter akan memeriksa apakah janin sudah siap dilahirkan. Hal ini karena menunda kelahiran setelah ketuban pecah berisiko menimbulkan infeksi. Apabila belum ada tanda-tanda akan melahirkan, dokter akan menyarankan induksi untuk mempercepat persalinan. Namun, apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu, janin belum siap untuk dilahirkan. Hal ini karena pada saat itu paru-paru janin belum terbentuk dengan sempurna. Pada kondisi tersebut, dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru agar janin dapat secepatnya dilahirkan. Dokter juga akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Setelah janin dirasa sudah siap untuk dilahirkan, barulah dokter akan melakukan prosedur induksi. 7. Preeklampsia a. Pengertian Preeklampsia Preeklampsia merupakan kondisi atau keadaan ibu saat hamil dengan tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan juga disertai dengan adanya proneinuria 300mg/24 jam. Preeklampsia dapat terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal. Ibu yang mengalami hipertensi pada masa kehamilan berkisar 10%, 3% diantaranya mengalami preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan 2% mengalami hipertensi kronik . b. Penyaebab Preeklampsia Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor – faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain, umur ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat hipertensi, genetic, penyakit terdahulu, obesitas, bad obstetric history. c. Tanda dan Gejala Preeklampsia Gejala ringan yaitu tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah 30 mmHg untuk sistolik atau 15 mmHg untuk diastolic dengan interval pengukuran selam 6 jam, dan terdapat pengeluaran proteindalam urine 0,3 g/liter atau kualitatif +1 - +2, edema (bengkak kaki, tangan, atau lainnya) dan kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/ minggu. Gejala berat meliputi tekanan darah dari 160/110 mmHg atau lebih, pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5g / 24 jam, terjadi penurunan produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam, terdapat edema paru dan sianosis (kebiruan) dan sesak napas, terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di daerah perut atas. d. Diagnosis Preeklamsia Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang dialami, serta riwayat kesehatan pada ibu hamil dan keluarganya. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan, serta kondisi kandungan. Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmHg pada dua kali pemeriksaan dalam jeda waktu 4 jam, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis preeklamsia. Pemeriksaan tersebut meliputi: Tes urine, untuk mengetahui kadar protein dalam urine Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit darah Ultrasonografi (USG), untuk melihat pertumbuhan janin USG Doppler, untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta Nonstress test (NST) dengan cardiotocography atau CTG, untuk mengukur detak jantung janin saat bergerak di dalam kandungan e. Penanganan Preeklampsia Jika tekanan darh diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan daiastolik di antara 90- 100 mmHg. Pasang infuse ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >) Ukur keseimbangan cairan, jangan dsampai terjadi overload Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria Jika jumlah urin < 30 ml per jam : Infuse cairan dipertahankan 1 liter / 8jam, Pantau kemungkinan edema paru Jangan meninggalkan pasien sendiri. Kejang disertai dengan aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin Observasi tanda –tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema paru, jika ada edema paru stop pemberian cairan dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV, Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulasi. 8. Solusio Plasenta a. Pengertian Solusio plasenta Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum kala III. Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion plasenta. b. Penyebab Solusio plasenta Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian, beberapa hal di bawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain sebagai berikut : Hipertensi esensial atau pre eklampsi. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas. Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendangan anak yang sedang di gendong. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior. Uterus yang sangat kecil. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun) Ketuban pecah sebelum waktunya. Mioma uteri. Defisiensi asam folat. Merokok, alkohol, dan kokain. Perdarahan retroplasenta. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada. Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely c. Tanda dan Gejala Solusio Plasenta Trimester ketiga kehamilan merupakan waktu yang rawan untuk terjadinya abruptio plasenta. Gejala utama yang menandai terjadinya kondisi ini adalah perdarahan saat hamil. Meski demikian, bukan berarti semua perdarahan dari vagina saat hamil pasti menandakan solusio plasenta. Perlu diketahui, banyak atau sedikitnya perdarahan bervariasi dan tidak serta-merta menunjukkan tingkat keparahan pelepasan plasenta yang terjadi. Terkadang, darah terperangkap di dalam rahim sehingga tidak keluar atau tidak terjadi perdarahan. Akibatnya, penderita tidak sadar bahwa dirinya mengalami solusio plasenta.Selain perdarahan, beberapa gejala lain yang menandai solusio plasenta adalah: Nyeri perut atau punggung yang datang secara tiba-tiba Kontraksi rahim yang terjadi terus menerus Rahim atau perut terasa kencang Gejala solusio plasenta juga dapat muncul secara perlahan. Pada kondisi ini, keluhan yang muncul adalah: Perdarahan ringan yang sesekali terjadi Cairan ketuban sangat sedikit Pertumbuhan bayi lebih lambat dari kondisi normal d. Diagnosa Solusio Plasenta Jika ibu hamil merasakan gejala seperti pada solusio plasenta, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek perdarahan vagina dan ketegangan pada rahim. Dokter juga bisa melakukan USG kehamilan, tes darah, atau tes urine, untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya solusio plasenta. Selain pada ibu hamil, dokter juga akan memeriksa kondisi janin, salah satunya adalah detak jantungnya. Seluruh pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan. e. Penanganan Solusio Plasenta Penanganan solusio plasenta tergantung pada kondisi janin dan ibu hamil, usia kehamilan, dan tingkat keparahan solusio plasenta. Perlu diketahui, plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim tidak bisa ditempelkan kembali. Pada kondisi ini, pengobatan lebih ditujukan untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Jika solusio plasenta terjadi saat usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, dokter kandungan akan meminta ibu hamil dirawat di rumah sakit agar kondisinya bisa diamati secara saksama. Jika detak jantung janin normal dan perdarahan pada ibu hamil berhenti, berarti solusio plasenta tidak terlalu parah dan ibu bisa pulang. Meski demikian, dokter umumnya akan memberikan suntikan kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi jika kondisi lepasnya plasenta memburuk sehingga persalinan harus segera dilakukan meski belum memasuki waktunya. Jika solusio plasenta terjadi saat usia kehamilan sudah lebih dari 34 minggu, dokter akan mengupayakan proses persalinan yang tidak membahayakan ibu dan bayinya. Bila solusio plasenta tidak parah, ibu hamil masih dapat melahirkan normal. Namun, jika tidak memungkinkan, dokter akan melakukan operasi caesar. Selama persalinan, ibu hamil yang mengalami perdarahan hebat mungkin perlu dibantu dengan transfusi darah. Hal ini dilakukan untuk mencegah ibu hamil syok atau mengalami kekurangan darah. 9. Kehamilan Disertai Penyakit a. Pengertian kehamilan disertai penyakit Penyakit penyerta dalam kehamilan meliputi tuberculois, ginjal, malaria, hipertensi, asma, hepatitis, anemia, penyakit jantung dan diabetes selama kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah salah satu kondisi dimana dapat menyebabkan tingginya kematian ibu. b. Jenis penyakit pada masa kehamilan 1. Tuberculois, adalah : penyakit yg disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex Faktor predisposisi, kontak dgn penderita TB, nutrisi kurang, faktor sosioekonomi Gejala utama : batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih Gejala tambahan , Dahak bercampur darah/ batuk darah Sesak nafas Badan lemas, Nafsu makan menurun BB turun Berkeringat pd mlm hari tanpa kegiatan fisik Demam meriang > 1 bulan Diagnosa Setiap ibu yg dtg dgn tanda & gejala di atas – dianggap sbg tersangka (suspek) TB & perlu dlkn pemeriksaan dahak scr mikroskopis langsung Pemeriksaan dahak dgn pewarnaan BTA dlkn dgn metode SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) sebyk 3 kali pengambilan saat pertama kali berkunjung, kmd stlh bangun tidur pagi di hari kedua (pot dibawa plg) & saat menyerahkan pot di dahak di hari kedua Foto radiologi dianggap positif bila ditemukan gambaran infiltrate/ kavitas. Penanganan Pengobatan TB pd ibu hamil pd prinsipnya tdk berbeda dgn pengobatan TB pd umumnya treptomisin TIDAK BOLEH diberikan krn dpt menyebabkan cacat bawaan pd janin . Pastikan selama masa pengobatan – pasien didampingi oleh seorang pengawas minum obat (PMO) yg dpt memantau & mendorong kepatuhan pasien berobat . Untuk kategori 1 (pasien TB baru BTA positif atau pasien TB baru BTA negative foto torax positif) diberikan rifampisin, INH, prazinamid dan etambutol setiap hari selama 2 bulan kmd dilanjutkan rifampisin & INH 3 kali seminggu (intermiten) selama 4 bulan. 2. Gangguan jantung a. Pengeritian Gangguan Jantung Gangguan jantung sindrom klinis akibat gangguan structural maupun fungsional jantung yg menyebabkan terganggunya fungi pengisian & pengosongan ventrikel b. Diagnosa Gangguan jantung kadang sulit dilakukan perubahan fisiologis pd kehamilan sering menyerupai tanda dan gejala gangguan jantung .Diagnosis lebih lanjut ditegakkan berdasarkan pemeriksaan penunjang : EKG, ekokardiografi, foto rontgen dada. c. Tanda dan Gejala Gangguan Jantung pada ibu hamil diantaranya Dispneu Batuk di malam hari, Pingsan Nyeri dada, Sianosis, distensi vena leher yg menetap Kardiomegali ,Aritmia yg menetap d. Penanganan yang dilakukan, sebaiknya ibu dirujuk ke RS yg mempunyai dokter spesialis jantung & ICU yg memadai.