Abastrak
Seorang muslim memiliki batasan dalam mengkonsumsi atau mengenakan sesuatu.
Seorang Muslim hanya diperbolehkan mengkonsumsi yang halal, baik dalam
makanan, minuman, pakaian, terutama dalam industri farmasi. Dalam industri
farmasi, standar Farmasi Halal merupakan dokumen paling krusial yang harus
diikuti untuk standarisasi mutu dan keamanan halal. Informasi pada label akan
mempengaruhi pilihan sebelum membeli dan atau mengonsumsi obat di situs
pelanggan. Konsumen lebih memilih obat yang berlabel halal sehingga
menguntungkan industri yang berlabel halal. Namun di apotek halal, konsumen
masih sulit menerapkan halal dalam obat. Meski konsumen paham tentang halal,
namun sikap konsumen tidak menyiratkan prinsip kehalalan dalam obat.
Sertifikasi halal bagi produk farmasi dihadapkan dengan beberapa faktor
pengambat seperti kurangnya pemasok bahan baku yang memenuhi persyaratan
halal dan kendala manajemen halal di Industri Farmasi Indonesia. Namun
bagaimanapun, memperoleh dan menggunakan obat halal bagi setiap muslim
adalah hak yang dijamin konstitusi.
Abstract
A Muslim has restrictions in consuming or wearing something. A Muslim is only
allowed to consume halal, both in food, drinks, clothing, especially in the
pharmaceutical industry. In the pharmaceutical industry, Halal Pharmaceutical
standards are the most crucial documents that must be followed for standardizing
halal quality and safety. The information on the label will affect the choice before
buying and or consuming the drug at the customer's site. Consumers prefer drugs
labeled halal so that it benefits the industry labeled halal. However, in halal
pharmacies, it is still difficult for consumers to implement halal in medicines.
Even though consumers understand about halal, their attitude does not imply the
principle of halal in medicine. Halal certification for pharmaceutical products is
faced with several inhibiting factors such as a lack of raw material suppliers that
meet halal requirements and constraints on halal management in the Indonesian
Pharmaceutical Industry. However, obtaining and using halal medicines for every
Muslim is a right guaranteed by the constitution.
Farmasi halal merupakan produk yang terbuat dari bahan yang sesuai dengan
syariat Islam. Kandungan itu bebas dari unsur binatang yang diharamkan dan
yang disembelih tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Komoditas itu harus
diproduksi dan diproses menggunakan alat yang tidak tercampur oleh zat yang
tidak sesuai dengan syariat. Dengan demikian, farmasi dan kosmetik halal
merupakan harmonisasi dari syariat Islam, good manufacturing practice (GMP)
serta bahan baku halal. 1
Saat ini Indonesia berada di posisi ke-4 sebagai negara dengan konsumsi produk
farmasi terbanyak. Sementara pada sektor kosmetik. Pada tahun 2023
diperkirakan pangsa pasar farmasi akan naik sebesar 7.1 persen menjadi USD 131
miliar dan pangsa pasar kosmetik naik sebesar 6.9 persen menjadi USD 90 miliar.
Dari tahun 2013 sampai 2017 pangsa pasar produk farmasi di Indonesia
mengalami kenaikan. Namun, performa penjualannya menurun. Berdasarkan
Euromonitor Consumer Health in Indonesia Country Report 2017, pangsa pasar
farmasi pada tahun 2019 nilainya mencapai Rp 55,874.9 miliar. Pertumbuhan
terjadi pada produk analgesik, vitamin, suplemen makanan dan produk herbal.
Produk vitamin dan suplemen menyumbang hampir setengah dari seluruh
penjualan produk kesehatan selama 2017.
Peningkatan konsumsi produk vitamin dan suplemen terjadi karena tiga hal;
perubahan cuaca yang tidak terduga di Indonesia akibat pemanasan global,
meningkatnya jumlah pekerja di Indonesia yang semakin aktif sampai harus
lembur bekerja, sehingga membutuhkan vitamin dan suplemen agar tetap fit.
PEMBAHASAN
A. Standarisasi sertifikasi halal
Dalam industri farmasi, standar Farmasi Halal adalah dokumen paling penting
yang harus diikuti untuk standarisasi mutu dan keamanan produk farmasi halal
dan untuk memastikan bahwa konsumen mengambil obat yang benar tanpa
keraguan tentang kehalalannya. Penggunaan obat yang dicampur dengan alkohol
dan agar-agar memiliki hukum yang sama dengan mengobati penyakit selama
keadaan darurat, yang diperbolehkan tetapi dengan kondisi seperti yang
disebutkan. 2 Pedoman halal di apotek akan membantu investor asing terlihat
seperti lokasi pembuatan obat-obatan Halal. 3 Awalnya, halal adalah ungkapan
bahasa Arab yang berarti diizinkan atau diizinkan oleh Hukum Islam.
Produk jaminan halal berupa sertifikat halal merupakan hal yang mendasar dan
penting bagi umat Islam Indonesia karena umat Islam hanya diperbolehkan
mengkonsumsi dan menggunakan produk yang sesuai dengan hukum syariah.
Potensi pasar produk halal semacam itu di negara muslim seperti Indonesia sangat
besar, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.600 juta. Di Indonesia, 90%
masyarakatnya adalah konsumen Muslim dan harus dilindungi dari konsumsi
haram. Sayangnya, regulasi produk halal di Indonesia dibuat sebagian tidak
konsisten, terkesan tumpang tindih, dan tidak sistemik sehingga secara teknis
tidak bisa dijadikan landasan hukum yang kuat. 4 Kelemahan hukum menyebabkan
tidak adanya jaminan yang mengatur produk halal, padahal kebutuhan akan
jaminan produk halal tidak dapat dihindari dan sangat mendesak, terutama dalam
perlindungan konsumen dan perdagangan global.
2Halim, M. A. A., Salleh, M. M. M., Kashim, M., Ahmad, A. A., Nordin, N., & Others. (2014). Halal
pharmaceuticals: legal, shari’ah issues and fatwa of drug, gelatine and alcohol. International Journal of Asian
Social Science, 4(12), 1176-1190.
3Rajagopal, S., Ramanan, S., Visvanathan, R., & Satapathy, S. (2011). Halal certification: implication for
marketers in UAE. Journal of Islamic Marketing, 2(2), 138-153.
4Hakim, A. L. (2015). Dissecting The Contents of Law of Indonesia on Halal Product Assurance. Indonesia
Law Review, 5(1), 88-103.
konsumen Muslim.5 UU JPH akan mendukung semangat perlindungan konsumen
karena orang awam tidak dapat dengan mudah mengenali bagaimana dan bahan
apa yang digunakan. Di Indonesia, 2% konsumsi digunakan untuk produk
farmasi.6 Saat ini, apotek halal belum sepenuhnya diterapkan oleh industri farmasi.
Hanya beberapa produk farmasi yang memiliki sertifikat halal; data LPPOM MUI
menunjukkan hanya 34 jenis obat yang memiliki sertifikat halal dari 30 ribu jenis
obat yang beredar di masyarakat. Semangat UU JPH yang ingin melindungi
konsumen sulit diterapkan di apotek, juga bahan baku yang digunakan untuk
membuat produk olahan, bahkan cara pembuatannya sangat sulit untuk dideteksi. 7
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Direktur Eksekutif International
Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) bahwa Industri Farmasi
mendukung semangat UU JPH yang ingin melindungi konsumen, namun aturan
tersebut sulit diterapkan.
Konsumen ini tidak hanya berpikir untuk kesenangan tetapi percaya produk
yang ditawarkan untuk lingkungan. Konsumen sering mendorong sikap untuk
membeli produk yang sesuai dengan emosi mereka. 8 Hal ini terjadi karena mereka
tidak aman, baik dalam penampilan mereka bias, dan pemasar telah mampu
melihat dan memberikan kepercayaan diri pada produk mereka.
Pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan konsumen muslim dan pasar
5Maulidia, R. (2013). Urgensi Regulasi Dan Edukasi Produk Halal Bagi Konsumen. Justicia Islamica, 10(2),
359–390.
6Prabowo, A., Wirjodirdjo, B., & Vanany, I. (2012). Analisis Kebijakan Penggunaan Obat Generik di Indonesia
serta Dampaknya pada Biaya Belanja Obat Masyarakat ( Studi Kasus pada Obat Penyakit Diabetes
Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik). Jurnal Teknik ITS, 1(1), 592–594.
7Aminuddin, M. Z. (2017). Sertifikasi Produk Halal: Studi Perbandingan Indonesia dan Thailand. SHAHIH :
Journal of Islamicate Multidisciplinary, 1(1), 27.
8Kordnaeij, A., Askaripoor, H., & Bakhshizadeh, A. (2013). Studying affecting factors on customers’ attitude
toward products with halal brand (case study: Kuala Lumpur Malaysia). International Research Journal of
Applied and Basic Sciences, 4(10), 3138-3145.
Islami sangat penting untuk membangun loyalitas pelanggan, terutama di negara
dengan warga muslim yang besar. Selain itu, manajer merek masih sulit
mengembangkan citra merek yang emosional bagi konsumen. Proses penciptaan
obat halal sangat dinamis. 9
Sertifikat halal MUI merupakan fatwa tertulis majelis ulama Indonesia yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at islam. Sertifikat halal
MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada
kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. 12
9 Wilson, J. A., & Liu, J. (2011). The challenges of Islamic branding: navigating emotions and halal. Journal of
Islamic Marketing, 2(1), 28–42.
10Daher, M., Chaar, B., & Saini, B. (2015). Impact of patients’ religious and spiritual beliefs in pharmacy:
From the perspective of the pharmacist. Research in Social and Administrative Pharmacy, 11(1), 31-41.
11Pujari, N. M., Sachan, A. K., Kumari, P., & Dubey, P. (2016). Study of Consumer’s Pharmaceutical Buying
Behavior Towards Prescription and Non-Prescription Drugs. Journal of Medical and Health Research,
2016(01), 3-0.
12
Lembaga Pengkajian Pangan Obat obatan dan Kosmetika. (2017). Sertifikasi halal (Online). Banten: LPPOM
MUI Provinsi Banten.
13BSN. (2016). National Standardization Agency of Indonesia; Pidana yang tidak menjaga kehalalan produk
yang telah memperoleh sertifikasi halal (Online). Retrieved from:
//jdih.bsn.go.id/produk/detail/?id=15&jns=2#:~:text=Undang%2DUndang%20No%2033%20Tahun%202014
%20tentang%20Jaminan%20Produk%20Halal,-
Jenis%20Produk%20Hukum&text=untuk%20menjamin%20ketersediaan%20Produk%20Halal%2C%20ditetap
kan%20bahan%20produk%20yang%20diny
Yang mengeluarkan dan mengawasi Sertifikasi halal
14Bisri, I. (2012). Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-prinsip & implementasi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
15Undang-Undang No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. (2014). Jakarta: Lembaran Negara
Republik Indonesia.
e. MUI menetapkan kehalalan produk, <30 hari kerja.
17Sari, S. D. (2020). Violation of Patient’s Legal Rights in Aesthetic Beauty Clinic. Jurnal Legal Standing :
Jurnal Ilmu Hukum, 4(1), 155-177.
pendapat dan keluhan atas barang dan jasa yang dikonsumsi”. Berdasarkan
ketentuan ini apabila anda merasa produk yang ditemukan merugikan dan telah
melanggar UU Perlindungan Konsumen sehingga perlu dikenakan sanksi perdata,
Anda bisa datang langsung untuk menggugat pelaku usaha ke BPSK. Atau secara
umum, konsumen dapat menyampaikan pengaduan konsumen melalui berbagai
akses, seperti: surat, telepon, SMS, atau e-mail.
18Sari, S. D., & et.all. (2020). Legal Protection For Skncare Users That Does Not Have A Production Lisence
Review Of The Consumer Protecton Act. Media Keadilan, 11(2).
dan Prekursor Farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian perlu dilakukan
pengawasan.
Regulasi ini terdiri dari 7 bab dan 15 pasal dengan dilengkapi lampiran pedoman
teknis :
Produk tanaman herbal merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai
obat yang mengatasi atau menanggulangi masalah kesehatan yang cukup banyak
ditemukan di kawasan Indonesia. Pengetahuan tentang tanaman tersebut berdasar
pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
19Sagitaningrum, A. Strategi Pengembangan Tanaman Herbal “Assyifa'a” Di Kota Palu Sulawesi Tengah
(Doctoral dissertation, Tadulako University).
tradisional mereka dan mulai beralih kepada obat-obatan kimia yang
direkomendasikan oleh dokter karena mereka lebih percaya dengan obat-obatan
kimia melalui uji laboratorium.
20Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Majalah kedokteran
indonesia, 57(7), 205-211.
21Sagitaningrum, A. Strategi Pengembangan Tanaman Herbal “Assyifa'a” Di Kota Palu Sulawesi Tengah
(Doctoral dissertation, Tadulako University).
utama yang ada saat ini adalah alah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pengembangan sumber daya hayati khususnya tanaman obat sebagai tanaman
herbal untuk dioptimalkan potensinya. Disisi lain in petani pembudidaya tanaman
herbal pada umumnya cenderung mengejar target produksi tanpa memperhatikan
kualitas dan strategi pemasarannya sehingga produksi melimpah tetapi sulit
menembus peluang pasar yang lebih menjanjikan.
Banyak negara di dunia yang sudah menjadikan jaminan halal sebagai salah
satu kualitas mutu, baik di Eropa maupun Amerika. Ini ditandai dengan begitu
banyaknya lembaga pemeriksa halal yang bermunculan di berbagai negara
tersebut. Disamping lembaga penelitian dan pengembangan produk halal,
teknologi pun menjadi suatu kebutuhan dalam pengembangan industri produk
halal. Semakin meningkatnya produksi produk halal dan pertumbuhan dasar
produk halal global, membutuhkan proses penanganan yang semakin cepat.
Dalam hal ini, peningkatan teknologi dibidang produk halal, menjadi strategi
yang mampu memacu jumlah layanan sertifikasi halal, terutama pengembangan
teknik sains modern dalam pendeteksian obat halal dan teknologi informasi yang
memudahkan akses komunikasi dalam sertifikasi halal. Pengembangan teknologi
dibidang Produk halal dapat mendukung upaya promosi produk halal domestik
pada market global dan meningkatkan kepatuhan pengusaha pangan memenuhi
persyaratan sertifikasi halal.
Menambahkan sertifikasi produk halal kini tidak lagi hanya murni urusan
agama. Dalam kehidupan masyarakat dunia, halal menjadi simbol global yang
22
Warto, W., & Samsuri, S. (2020). Sertifikasi Halal dan Implikasinya Bagi Bisnis Produk Halal di Indonesia. Al
Maal: Journal of Islamic Economics and Banking, 2(1), 98-112.
mencerminkan jaminan kualitas dan pilihan gaya hidup. Karena dalam bisnis,
produk berlabel halal dapat membuat keuntungan yang signifikan bagi produsen. 23
Saat ini banyak sekali industri pangan maupun obat-obatan yang memenuhi
standar halal. Selain harus berasal dari bahan yang halal, sebuah produk juga
harus memperhatikan model transportasi yang digunakan saat pengangkutannya
dan analisis keharaman dilakukan pada setiap tahapan proses dengan menilai
semua kemungkinan masuknya bahan haram dan najis. Untuk menentukan titik-
titik kritis keharaman, bahan baku dikategorikan menjadi empat, yaitu: forbidden,
risiko tinggi, menengah, dan risiko rendah. 25
24Burgman, T, “Halal flexes its marketing muscle, The Star Business Section, “thestar article dari
http://www.thestar.com/Business/article/238551, 2007.
Proses produksi tanaman herbal harus menggunakan alat dan tempat yang
bersih dan higienis serta terhindar dari najis. Demikian juga penggunaan bahan
tambahan dan penolong dalam produksi harus sesuai dengan ketentuan yang
membolehkannya. Di industri besar implementasi Sistem Jaminan Halal juga
sering digabung dengan sistem HACCP dengan menambahkan item haram
sebagai komponen hazard yang harus diwaspadai. Dengan penerapan SJH, maka
produsen dipastikan hanya akan menghasilkan produk yang aman (halal dan
thayyib) untuk dikonsumsi oleh konsumen.
26
Warto, W., & Samsuri, S. (2020). Sertifikasi Halal dan Implikasinya Bagi Bisnis Produk Halal di Indonesia. Al
Maal: Journal of Islamic Economics and Banking, 2(1), 98-112.
c. Sertifikasi halal memberikan keunggulan terhadap produk tanaman
herbal
Ketika produk Tanaman Herbal yang memiliki sertifikasi halal, maka akan
memiliki kesempatan untuk memasarkan produknya di Negara muslim lainnya
selain Indonesia, contohnya Malaysia. Selain bersaing dengan produk dalam
negeri, produk-produk tanaman herbal halal Indonesia juga dapat bersaing dengan
produk tanaman herbal luar negeri karena tidak semua produk luar negeri sudah
memiliki logo halal. Walaupun tidak terindikasi memiliki kandungan babi atau
hewan haram lainnya tetapi konsumen muslim tidak tahu bagaimana cara
pembuatan atau pengolahannya, maka dari itu pengaruh label halal terhadap
produk tanaman herbal itu sangat penting bagi konsumen.
Aturan normatif tentang syarat kehalalan dalam produk obat sangat penting
terhadap pemasaran maupun konsumsi konsumen. Ketentuan itu berlaku dalam
kondisi normal (fi Halat al-ikhtiyar). Namun, dalam situasi tertentu,
dimungkinkan mengonsumsi hal yang Najis dan diharamkan, karena ada tujuan
yang lebih besar, mencegah terjadinya bahaya yang lebih fatal, seperti cacat, sakit
parah, hingga kematian. Kondisi yang tidak normal Seperti ini akan berlaku
hukum khusus.
Dalam fatwa tersebut, secara umum digambarkan ada dua kondisi yang
masing-Masing melahirkan hukum yang berbeda. Kondisi pertama, kondisi umum
dan normal (fi Halat al-ikhtiyar).Empat diktum pertama dalam fatwa di atas
adalah mengatur dalam Kondisi umum dan normal. Kondisi kedua adalah kondisi
khusus dan abnormal (fi halat Al-idhtirar).
Sementara itu, Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk
pengobatan luar hukumnya boleh dengan syarat dilakukan pensucian. Di bagian
lain dalam fatwa ini direkomendasikan kepada Pemerintah untuk menjamin
ketersediaan obat-obatan yang suci dan halal sebagai bentuk perlindungan
terhadap keyakinan keagamaan, di antaranya dengan menyusun regulasi dengan
menjadikan fatwa ini sebagai pedoman. Rekomendasi juga ditujukan kepada
pelaku usaha dan pihak-pihak terkait untuk memperhatikan unsur kehalalan obat
dan tidak serta-merta menganalogikan penggunaan obat sebagai kondisi darurat. 27
a. Persaingan
Industri tanaman herbal halal adalah pasar yang sangat kompetitif, dengan
banyak pemain internasional yang sudah mapan beroperasi di pasar. Banyaknya
negara pesaing, Negara-negara pesaing tersebut diantaranya adalah Malaysia,
Brunei Darussalam, Turki, Pakistan, Qatar, Uni Emirat Arab, dan lain sebagainya.
Bahkan, ada negara pesaing yang termasuk ke dalam negara non-muslim. Negara-
Negara ini diantaranya Australia, Thailand, Singapura, United Kingdom, Italia,
dan lain sebagainya. Agar Tidak ketinggalan, Indonesia harus bisa memanfaatkan
dengan baik potensi yang dimilikinya. Bila tidak, Maka Indonesia hanya akan
menjadi konsumen di pasar yang besar dan menjanjikan ini. 28
27Sholeh, A. N. A. (2018). Jaminan halal pada produk obat: kajian fatwa mui dan penyerapannya dalam uu
jaminan produk halal. Journal of Islamic Law Studies, 1(1), 70-87.
28Fathoni, M. A. (2020). Potret industri halal Indonesia: Peluang dan tantangan. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam,
6(3), 428-435.
b. Sensitivitas harga
d. Masalah kualitas
29Vikaliana, R., Evita, Y., & Komala, A. L. (2021). Model Halal Traceability Dengan Pendekatan Cld
Pada Manajemen Rantai Pasokan Makanan Menggunakan Teknologi Blockchain. Jurnal Ilmiah
Ilmu Terapan Universitas Jambi| JIITUJ|, 5(2), 150-160.
dengan indikator kinerja, keandalan, keistimewaan tambahan, kesesuaian dengan
spesifikasi, daya tahan, kualitas pelayanan, keindahan dan kualitas yang
dipersepsikan mampu mendorong Keputusan pembelian atau tindakan yang
dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk dengan indikator
keputusan tentang jenis produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang
harga, keputusan tentang penjual dan keputusan tentang cara pembayaran. 30
Sebagai seorang muslim ada beberapa ketentuan atau tuntutan yang harus
diikuti dalam hal etika mengonsumsi makanan,minuman bahkan obat-obatan.
Obat sendiri merupakan sebuah senyawa atau campuran senyawa yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi atau mempelajari kondisi fisik atau penyakit,
sehingga dapat dilakukan diagnosis pencegahan, pengobatan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. 31 Selain obat modern terdapat juga obat
herbal, obat herbal kini dikenal karena ketidakmampuan obat modern untuk
mengatasi penyakit tertentu dan efek samping yang ditimbulkan pemakainya.
Obat tradisional yang kini dikonsumsi dan dikenal oleh masyarakat, maka
sangat diperhatikan status kehalalannya. Halal (dari bahasa Arab halal) secara
istilah dapat diartikan sebagai diperbolehkan. 32 Obat yang halal merupakan segala
macam obat yang diperbolehkan untuk dikonsumsi berdasarkan aturan agama.
Sedangkan haram merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT untuk
dikonsumsi atau dilakukan. Pada dasarnya, status kehalalan suatu obat sangat
mudah diketahui. Hampir semua barang adalah halal untuk dikonsumsi sebagai
obat, dengan beberapa pengecualian. Hanya ada sedikit barang yang haram
dikonsumsi dan Islam telah memberikan panduan yang jelas mengenai hal
tersebut. Panduan ini tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah/hadits. Apabila tidak
terdapat arahan khusus mengenai hal ini dalam kedua panduan tersebut, maka
diperlukan sebuah fatwa (panduan lisan maupun tertulis) berdasarkan ijma’
(konsensus ulama) dan qiyas (penggunaan analogi terhadap hal serupa)
berdasarkan mazhab (kelompok pemikiran) tertentu, yang dikeluarkan oleh
otoritas yang berwenang . 33
30Alim, S. A., Mawardi, M. K., & Bafadhal, A. S. (2018). Pengaruh persepsi label halal dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian produk fesyen muslim (survei pada pelanggan produk zoya
muslim di Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 62(1).
Dalam hadits, ada beberapa tambahan produk yang dilarang untuk dikonsumsi.
Hal itu antara lain binatang buas bercakar, burung pemangsa bercakar tajam,
binatang yang menjijikkan, serta binatang yang tidak boleh dibunuh (semut dan
lebah). Selain kategori diatas, ada pula barang yang dikategorikan sebagai najis.
Najis diartikan sebagai kondisi kotor, yakni bila sesuatu terkena bahan najis
tersebut niscaya benda itu memerlukan pencucian yang khusus, bahkan menjadi
haram hukumnya untuk dikonsumsi.
34 Riaz & Chaudry 2004; Nasir & Pereira 2008; AIFDC ICU 2008
Indonesia dengan jumlah penduduk muslim diatas 200 juta jiwa menjadi salah
satu target pasar utama negara-negara produsen produk halal. Peluang usaha
produk halal di negara kita sangatlah potensial dan menjanjikan. Dengan kuantitas
penduduk muslim yang besar, kapasitas Indonesia sebagai produsen dan
konsumen juga sangat besar. Kebutuhan produk halal jika dapat dipenuhi sendiri
tentu akan menjadi tulang punggung perekonomian negara.
Bisnis produk halal dalam negeri saat ini sebagian besar masih didominasi oleh
impor. Dalam hal ini perlu adanya upaya optimal dari semua pihak terkait, baik
pemerintah maupun swasta untuk membuat iklim segar bagi pengembangan
produk halal dalam negeri.Agar industri produk halal di negara kita dapat tumbuh
dan berkembang pesat sehingga mampu mengimbangi perdagangan produk halal
global, maka perlu kerja keras mendorong bangkitnya industri produk halal
Indonesia. Kita perlu produk halal yang dapat diterima dan diminati masyarakat
sendiri sehingga mampu menggerakkan sektor riil dan menumbuhkan
perekonomian nasional.
Produk yang dihalalkan dalam Islam, secara garis besar dapat dikategorikan
kepada beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang
dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih
menurut ajaran Islam.
2. Produk halal
a. Obat-obatan tradisonal
Sebagai negara Tropis indonesia sangat subur dan cocok ditanami berbagai
macam pohon, salah satunya tanaman herbal yang banyak dijadikan obat
tradisonal oleh banyak masyarakat, contohnya Jahe, kunyit, lengkuas, daun sirih,
temulawak dan sebagainya. Tanaman herbal memiliki manfaat yang sangat besar
bahkan dapat menyembuhkan penyakit. Maka dari itu muncul produk obat-obatan
yang terbuat dari tanaman herbal contohnya pil kana dan morfin, seiring
canggihnya dunia sains dunia, obat-obatan tradisional dibuat dengan bahan baku
tanaman herbal dan banyak negara yang sudah memproduksi obat-obatan
tradisonal termasuk indonesia.
Hal ini terjadi karena pada Januari 2018, masyarakat Indonesia dihebohkan
dengan suplemen makanan Viostin Ds dan Enzyplex yang telah mendapat izin
edar BPOM RI dan telah lama dikonsumsi oleh masyarakat ternyata
mengandung Deoxyribonucleic acid (DNA) babi. Setelah adanya masalah tersebut
pemerintah khususnya BPOM sangat memperhatikan kandungan dari produk yang
akan diperjual belikan di Indonesia.
KESIMPULAN
Produk jaminan halal berupa sertifikat halal merupakan hal yang mendasar dan
penting bagi umat Islam Indonesia karena umat Islam hanya diperbolehkan
mengkonsumsi dan menggunakan produk yang sesuai dengan hukum syariah.
Potensi pasar produk halal semacam itu di negara muslim seperti Indonesia sangat
besar, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.600 juta. Di Indonesia, 90%
masyarakatnya adalah konsumen Muslim dan harus dilindungi dari konsumsi
haram. Sayangnya, regulasi produk halal di Indonesia dibuat sebagian tidak
konsisten, terkesan tumpang tindih, dan tidak sistemik sehingga secara teknis
tidak bisa dijadikan landasan hukum yang kuat. Kelemahan hukum menyebabkan
tidak adanya jaminan yang mengatur produk halal, padahal kebutuhan akan
jaminan produk halal tidak dapat dihindari dan sangat mendesak, terutama dalam
perlindungan konsumen dan perdagangan global.
Produk tanaman herbal merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai
obat yang mengatasi atau menanggulangi masalah kesehatan yang cukup banyak
ditemukan di kawasan Indonesia. Pengetahuan tentang tanaman tersebut berdasar
pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Tanaman herbal telah digunakan secara
turun-temurun oleh masyarakat Indonesia, berdasarkan resep nenek moyang, adat-
istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun
pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional
memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena
lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Tanaman
herbal pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak
terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah tanaman herbal menjadi obat-obatan yang
dimodifikasi lebih lanjut.
Obat tradisional yang kini dikonsumsi dan dikenal oleh masyarakat, maka
sangat diperhatikan status kehalalannya. Halal (dari bahasa Arab halal) secara
istilah dapat diartikan sebagai diperbolehkan. Obat yang halal merupakan segala
macam obat yang diperbolehkan untuk dikonsumsi berdasarkan aturan agama.
Sedangkan haram merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT untuk
dikonsumsi atau dilakukan. Pada dasarnya, status kehalalan suatu obat sangat
mudah diketahui. Hampir semua barang adalah halal untuk dikonsumsi sebagai
obat, dengan beberapa pengecualian. Hanya ada sedikit barang yang haram
dikonsumsi dan Islam telah memberikan panduan yang jelas mengenai hal
tersebut.
Daftar Pustaka
Alim, S. A., Mawardi, M. K., & Bafadhal, A. S. (2018). Pengaruh persepsi label
halal dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk fesyen
muslim (survei pada pelanggan produk zoya muslim di Kota
Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 62(1).
Burgman, T, “Halal flexes its marketing muscle, The Star Business Section,
“thestar article dari http://www.thestar.com/Business/article/238551, 2007.
Daher, M., Chaar, B., & Saini, B. (2015). Impact of patients’ religious and
spiritual beliefs in pharmacy: From the perspective of the pharmacist.
Research in Social and Administrative Pharmacy.
Lembaga Pengkajian Pangan Obat obatan dan Kosmetika. (2017). Sertifikasi halal
(Online). Banten: LPPOM MUI Provinsi Banten.
Maulida, R. (2013). Urgensi Regulasi Dan Edukasi Produk Halal Bagi Konsumen.
Justicia Islamica: Jurnal Kajian Hukum dan Sosial.
Pujari, N. M., Sachan, A. K., Kumari, P., & Dubey, P. (2016). Study of
Consumer’s Pharmaceutical Buying Behavior Towards Prescription and
Non-Prescription Drugs. Journal of Medical and Health Research.
Rajagopal, S., Ramanan, S., Visvanathan, R., & Satapathy, S. (2011). Halal
certification: implication for marketers in UAE. Journal of Islamic
Marketing.
Sari, S. D., & et.all. (2020). Legal Protection For Skncare Users That Does Not
Have A Production Lisence Review Of The Consumer Protecton Act.
Media Keadilan.
Sari, S. D., & et.all. (2020). Legal Protection For Skncare Users That Does Not
Have A Production Lisence Review Of The Consumer Protecton Act.
Media Keadilan,
Sholeh, A. N. A. (2018). Jaminan halal pada produk obat: kajian fatwa mui dan
penyerapannya dalam uu jaminan produk halal. Journal of Islamic Law
Studies, 1(1), 70-87.
Vikaliana, R., Evita, Y., & Komala, A. L. (2021). Model Halal Traceability
Dengan Pendekatan Cld Pada Manajemen Rantai Pasokan Makanan
Menggunakan Teknologi Blockchain. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
Universitas Jambi| JIITUJ|, 5(2), 150-160.
Warto, W., & Samsuri, S. (2020). Sertifikasi Halal dan Implikasinya Bagi Bisnis
Produk Halal di Indonesia. Al Maal: Journal of Islamic Economics and
Banking, 2(1), 98-112.
Warto, W., & Samsuri, S. (2020). Sertifikasi Halal dan Implikasinya Bagi Bisnis
Produk Halal di Indonesia. Al Maal: Journal of Islamic Economics and
Banking,
Wilson, J. A., & Liu, J. (2011). The challenges of Islamic branding: navigating
emotions and halal. Journal of Islamic Marketing.