Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Yahya

Prodi : Ilmu Komunikasi

Tugas 3

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tajuk rencana dari suatu surat
kabar !
2. Coba Anda cari tajuk rencana suatu surat kabar boleh surat kabar cetak
atau surat kabar oline, selanjutnya analisislah kebijakan surat kabar
tersebut dalam penulisan tajuk rencananya !

Jawaban

1. Tajuk Rencana merupakan opini resmi dari media massa yang bersangkutan. Dalam hal ini, opini
dari pengelola media massa dan pendukung modal atau organisasi berada di belakang media
massa tersebut.

Mengingat tajuk rencana adalah opini resmi, sikap atau pandangan media massa terlihat jelas
disitu. Jika kita ingin tahu bagaimana sikap media media massa terhadap suatu masalah atau
terhadap kebijakan pemerintah, tajuk merupakan tempat yang tepat untuk disimak. Untuk
mengetahui apakah suatu media mendukung, menolak, ragu – ragu atau plinplan terhadap
masalaha atau kebijakan yang sedang disorot publik.

Tajuk Rencana mempunyai empat ciri.

a. Topik tajuk rencana biasanya mengenai berita utama (terpenting) yang dilaporkan saat
itu
b. Tidak terdapat iklan atau promosi
c. Mengandung pendapat (opini) sikap media yang bersangkutan, berupa analisis
d. Tidak ada nama penulisnya

Yang jadi pertanyaan, jika tidak ada nama penulisnya. Siapa penulisnya ?

Penulis tajuk rencana biasanya adalah redaktur pelaksana atau satu tim yang dibentuk khusus.
Tim ini biasanya terdiri atas redaktur senior, redaktur pelaksana, wakil pemimpin redaksi dan
pemimpin redaksi. Lalu mereka menulis tajuk rencana sesuai keahliannya masing – masing

Jika dapat disimpulkan , tajuk tersebut ditulis tetapi tidak mencantumkan nama penulisnya saja
dalam menyampaikan tajuk rencana

Ada empat tajuk rencana, ditinjau dari jenisnya :

a) Tajuk rencana interpretative, tajuk rencana jenis ini menyajikan informasi lebih lengkap
mengenai suatu peristiwa terkini, lalu memberikan penjelasan atau penafsiran terhadap
suatu peristiwa dengan cara yang berbeda atau cara yang tidak diterapkan pada penulisan
berita
b) Tajuk rencana yang kritik, tajuk ini menyampaikan kritikan terhadap peristiwa terkini. Kritik
itu bersifat objektif. Memuji yang sudah baik dan menunjukan kesalahan yang terjadi dalam
rangka mendorong peningkatan. Tajuk jenis ini juga bernilai tinggi karena dapat
memberikan jalan keluar terhadap masalah
c) Tajuk rencana persuasif, tajuk ini bertujuan mendorong pembaca atau khalayaknya
melalukan sesuatu. Disini, si penulis menggunakan kepiawaiannya untuk membujuk
pembacanya mengikuti usul dan saran yang ia tawarkan
d) Tajuk rencana memuji, seperti judulnya tajuk ini memberikan penghargaan kepada
seseorang atau suatu organisasi karena mereka telah melakukan sesuatu yang baik

Saat ini banyak orang orang meluangkan waktu untuk membaca tajuk rencana, karena
keberadaannya penting bagi penganalisis media yang ingin melihat sikap media terhadap
suatu masalah atau peristiwa

Referensi :

SKOM4330 – Teknik Mencari dan Menulis Berita (Edisi 3)


S. Sinansari Ecip, Yadi Sastro, Edi Sudarjat, Ihsan Abdul Salam, Yadi Sastro
Edisi 3 / 3 SKS / Modul 9 / Halaman 9.7 – 9.8
411 halaman: ilustrasi; 21 cm.
ISBN 9789790118225
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014

2. Saya kutip dari salah satu berita online Kompas

Gotong Royong untuk Transisi Energi


Lewat semangat berbagi, transisi energi akan dinikmati lebih luas di antara
negara berkembang dan miskin. Upaya mengatasi krisis iklim pun akan lebih
maksimal.
Oleh
REDAKSI
24 November 2022 06:04 WIB
Presiden Joko Widodo berbicara dalam Konferensi Para Pihak tentang Iklim atau COP26, 1 November
2021, di Glasgow, Skotlandia.

Isu transisi energi kini sering dibicarakan oleh para pemimpin perusahaan dan
pejabat negara-negara di dunia. Semangat yang patut disambut positif.

Gelombang pembahasan transisi energi juga muncul dalam diskusi rangkaian


Kompas 100 CEO Forum awal pekan ini, di Jakarta. Dalam diskusi yang diikuti
sejumlah pemimpin perusahaan energi itu muncul kembali pernyataan bahwa
percepatan peralihan penggunaan energi fosil menuju energi baru dan terbarukan
mutlak diperlukan.

Gelombang pembahasan transisi energi sebenarnya menguat terutama setelah


berlangsung Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim Ke-26 atau COP26 di
Glasgow, Skotlandia, tahun lalu. ”How Big Business is Taking the Lead on Climate
Change” (Foreigns Affairs, 3 Februari 2022) menyebutkan, hasil terpenting COP26
mungkin bukan kesepakatan formal di antara diplomat, melainkan momentum
dalam berbagai pertemuan dan pembicaraan di antara pemimpin perusahaan global
pada acara itu. Lebih dari 5.200 perusahaan berjanji mencapai target nol karbon
pada 2050. Selain itu, sekitar 450 bank, perusahaan asuransi, serta investor, secara
kolektif mewakili aset 130 triliun dollar AS dan 40 persen modal swasta dunia,
berkomitmen membuat portofolio netral iklim selama periode yang sama.

Setahun kemudian, digelar COP27 di Mesir, yang rampung akhir pekan silam. Dalam
perhelatan ini, setelah melewati negosiasi alot di antara wakil ratusan negara,
disepakati perlunya negara maju berkomitmen menyiapkan pendanaan bagi
kehilangan dan kerusakan akibat krisis iklim. Kompensasi atas kehilangan dan
kerusakan ini dikumpulkan oleh negara-negara maju dan akan diberikan kepada
negara berkembang atau pulau-pulau kecil yang terdampak krisis iklim. Daftar
negara yang harus menyediakan dana belum disepakati baru dibahas pada COP28 di
Uni Emirat Arab, 2023.

Perjalanan COP26 dan COP27 menunjukkan aspek-aspek penting dalam upaya


menangani perubahan iklim. Salah satunya transisi energi, yang di dalamnya ada
inovasi teknologi serta pembiayaan bagi peralihan menuju energi baru dan
terbarukan. Aspek lainnya ialah ”gotong royong” di antara negara-negara dalam
menanggung dampak perubahan iklim.

Transisi energi menuntut dukungan besar pemerintah, paket insentif, dan


terobosan skema pembiayaan, mengingat berbiaya begitu tinggi. McKinsey
memperkirakan ”dekarbonisasi” sistem industri dan pembangkit listrik memerlukan
60 triliun dollar AS secara kumulatif dalam 30 tahun ke depan.
Aspek ”gotong royong” yang muncul pada COP27 pada dasarnya tak hanya
menanggung kerusakan akibat krisis iklim. Hal penting lainnya ialah bagaimana
negara maju ”bergotong royong” dengan tak menjual sangat mahal teknologi baru
pendukung transisi energi kepada negara berkembang. Lewat semangat berbagi ini,
transisi energi akan dinikmati lebih luas di antara negara berkembang dan miskin.
Upaya mengatasi krisis iklim pun akan lebih maksimal.

Editor:
ANTONIUS TOMY TRINUGROHO

Link berita : https://www.kompas.id/baca/opini/2022/11/23/gotong-royong-untuk-transisi-


energi?status=sukses_login&status_login=login

Dapat disimpulkan lewat Tajuk Rencana tersebut, redaksi menyampaikan semangat untuk mendukung
peralihan energi untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi, Semangat “Gotong royong” yang paling
di tanda kutipkan tersebut mengisaratkan pesan dari redaksi agar dapat benar benar merealisasikan
ungkapan tersebut ke media massa, bahwa peristiwa tersebut benar benar membangun semangat
saling membantu untuk menyelesaikan permasalah perubahan iklim yang terjadi di bumi. Redaksi
menyampaikan pesan juga untuk mendukung pemerintah agar terlaksananya segera perubahan energi
dan bersabar untuk hasil pertemuan selanjutnya di COP28 yang akan dilangsungkan pada tahun 2023 di
uni emirate arab

Anda mungkin juga menyukai