Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES BANTEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan/memenuhi
tugas kelompok Keperawatan Keluarga ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
MENURUT DOROTHEA OREM”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas kelompok ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa dan tugas
kelompok ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan dari pengetahuan yang
kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami
berharap semoga tugas kelompok ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan di jurusan keperawatan, Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita dalam mengerjakan tugas kelompok ini. Aamiin.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................14
BAB V PENUTUPAN...........................................................................................19
A. KESIMPULAN..........................................................................................19
B. SARAN......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan
terkemuka di Amerika. Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di
tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939
dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya,
dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat
pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar
Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite
kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk
melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali
mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada
tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model
self care yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem
mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971
dimana dia mempublikasikannya dengan judul "Nursing Conceps of
Practice Self Care". Model ini pada awalnya berfokus pada individu,
kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada multi person's unit
(keluarga, kelompok dan komunitas).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Menurut
Dorothea Orem
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi Pengertian Keperawatan Mandiri (Self Care)
2) Mengidentifikasi Teori Sistem Keperawatan Orem
3) Mengidentifikasi Keyakinan dan Nilai-nilai
4) Mengidentifikasi Tiga Kategori Self Care
5) Mengidentifikasi Tujuan Keperawatan Keluarga Menurut
Orem
3
BAB II
TINJAUAN KASUS
4
4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan
eksresi
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan
manusia
8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensinya
b. Self Care Deficit (Defisit Perawatan Diri)
Defisit perawat diri terjadi jika tindakan perawatan diri tidak
adekuat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri yang disadari. Orem
menjelaskan teori defisit perawatan diri bukan hanya saat keperawatan
dibutuhkan saja, melainkan cara membantu orang lain dengan
menerapkan lima metode bantuan, yakni melakukan untuk, memandu,
mengajarkan, mendukung dan menyediakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan perawatan
diri saat ini atau di masa yang akan datang.
c. Nursing System (Sistem Keperawatan)
Sistem keperawatan membahas bagaimana kebutuhan "Self Care"
pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing
system ditentukan/direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care"
dan kemampuan pasien untuk menjalani aktivitas perawatan diri.
Orem mengidentifikasikan klasifikasi nursing system sebagai berikut :
1) The Wholly Compensatory System
Yaitu bantuan secara keseluruhan dan dibutuhkan untuk klien
yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya
sendiri dan berespon terhadap rangsangan.
2) The Partly Compensatory System
Yaitu bantuan sebagian yang dibutuhkan bagi klien yang
mengalami keterbatasan gerak akibat sakit atau kecelakaan.
3) The Supportive-Educative System
5
Yaitu dukungan pendidikan bagi klien yang memerlukannya
untuk dipelajari agar mampu melakukan perawatan mandiri.
4) Metode Bantuan
Dalam system ini perawat membantu klien dengan menggunakan
system dan melalui lima metode bantuan yaitu :
Acting atau melakukan sesuatu untuk klien.
Mengajarkan klien.
Mengarahkan klien.
Menyemangati klien.
6
1) Pemeliharaan kecukupan intake udara
2) Pemeliharaan kecukupan intake cairan
3) Pemeliharaan kecukupan makanan
4) Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat
5) Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia
6) Persediaan asuhan yang berhubungan dengan proses-proses
eliminasi
7) Meningkatkan huma functioning dan perkembangan ke dalam
kelompok social sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan
seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal
b. Developmental self care requisite
Keperluan ini berhubungan dengan tingkat perkembangan individu dan
lingkungan tempat tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup
seseorang atau siklus kehidupan.
c. Health deviation self care requisite
Keperluan ini muncul karena kesehatan yang kurang baik dan
merupakan kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self
care.
7
c. Aspek prosedural : melatih keterampilan dasar keluarga sehingga
mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
d. Aspek teknis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara
benar.
8
BAB III
STUDI KASUS
1. Metode Penelitian
Jenis studi kasus ini adalah studi kasus infeksi post SC dengan
aplikasi teori Orem dengan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu
metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dan memusatkan
perhatian pada objek tertentu (Notoatmojo, 2010).
2. Hasil Penelitian
Aplikasi teori Dorothy Orem dalam pemberian asuhan keperawatan
pada Ny J dengan Infeksi Luka Post SC. Dalam Bab ini, penulis akan
membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang
penulis angkat.
a. Tahap Pengkajian
Penerapan pengkajian dengan menggunakan Self Care Theory dari
Dorothea E Orem, menurut Orem manusia adalah individu atau
kelompok yang tidak mampu secara terus menerus mempertahankan
self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atau
koping dan efeknya. Orem juga mendefinisikan, keperawatan
merupakan individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus
menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan
dari sakit atau trauma atau koping dan efeknya. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan
keperawatan adalah menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana
klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
Oleh karenanya self care deficit dihilangkan. Pengkajian menurut
apapun orem difokuskan pada: Universal self care requisite,
Developmental self care requisite, Health deviation self care, nursing
system dan nursing Agency.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan sesuai dengan aplikasi
teori model Orem didapatkan data senjang sebagai berikut: Pasien
9
mengeluh nyeri pada daerah luka operasi yang terbuka, pasien
mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas dengan
sekala nyeri 5-6, Pasien mengatakan tidak tau mengapa luka oprasinya
jadi bernanah.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Orem, penegakan diagnosa mengacu pada, diagnosa
keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem
masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang
dikembangkan Maslow Didapatkan 1 masalah keperawatan dari hasil
pengkajian menurut aplikasi teori Orem yang telah dilakukan yaitu:
Gangguan health devition self care berhubungan dengan infeksi pada
luka Post SC. Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh nyeri pada
daerah luka operasi yang terbuka, Pasien mengatakan nyeri terasa
seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas dengan skala nyeri 5-6, Pasien
mengatakan tidak tau mengapa luka operasinya jadi bernanah.
c. Intervensi Keperawatan
Menurut Orem intervensi Keperawatan diberikan jika kemampuan
merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk
memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Teori Orem
mengidentifikasi beberapa metode bantuan, Merumuskan, memberikan
dan yaitu: mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-orang
terdekat dalam bantuan keperawatan, Membimbing dan mengarahkan,
Memberi dukungan fisik dan psikologis, Memberikan dan
mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu,
pendidikan, berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan
klien akan kontak bantuan keperawatan, kolaburasi, pelimpahan
wewenang, melibatkan anggota masyarakat, lingkungan.
Intervensi yang disusun untuk mengatasi masalah pada klien
merujuk pada intervensi menurut Orem, yaitu: pertahankan tirah baring
selama masa akut, ukur TTV pasien/8 Jam, terangkan nyeri yang
diderita klien dan penyebabnya, ajarkan teknik distraksi, kolaborasi
10
pemberian analgetika, kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri,
kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau dari
luka operasi, terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama
masa post operasi, lakukan pemeriksaan pada dischart, lakukan
perawatan luka, terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda
infeksi, ajarkan keluarga dan pasien cara perawatan luka dengan tehnik
aseptic, ajarkan pasien cara perawatan diri bertahap.
3. Pembahasan
a. Implementasi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah gangguan health
devition self care berhubungan dengan infeksi pada luka Post SC.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilaksanakan
sesuai intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi,
akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya. keperawatan ini
dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri (Self care) dengan penyakit yang ia alami sehingga
pasien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif,
implementasi dilakukan selama 3 hari.
b. Evaluasi Keperawatan
Menurut Orem evaluasi dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pasien atas tindakan yang telah dilakukan sehingga
dapat keperawatan tercapai atau belum. Berdasarkan hal tersebut
penulis melakukan evaluasi keperawatan selama 3 hari, dari 3 hari
perawatan dapat dievaluasi bahwa, terjadi penurunan skala nyeri, TTV
dalam batas normal, pasien bisa melakukan perawatan luka, terdapat 2
tanda infeksi, pasien mampu melakukan self care, berdasarkan criteria
hasil dalam pembuatan asuhan keperawatan, dapat disimpulkan bahwa
asuhan keperawatan berhasil dilakukan. disimpulkan apakah tujuan
asuhan.
Pasien memiliki tingkat ketergantungan minimal care, karena
pasien yang membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan diri
dan aktifitas sehari-hari, sehingga pasien mengalami keterbatasan dalam
11
mobilisasi hal ini disebabkan karena rasa nyeri yang dirasakan pada
luka infeksi Post SC. Keadaan kesehatan pasien. menyebabkan
gangguan perawatan diri pada pasien, sehingga membuat pasien
terganggu dalam pemenuhan self care. Dapat disimpulkan bahwa
aplikasi teori Orem sangat cocok, bila diaplikasikan pada pasien dengan
pasien infeksi post SC.
c. Keefektifan Teori Orem
Teori ini efektif untuk mengatasi masalah kesehatan pada Ny J
dengan infeksi luka post SC hal ini dilihat dari 1 masalah keperawatan
yang diangkat, dapat diatasi dalam 3 hari perawatan. Aplikasi teori
orem tentang self care sangat efektif dilakukan pada pasien karena
pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, sehingga
pasien mampu menjaga kesehatan agar tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut. Selain itu Model keperawatan Dorothea Orem ini sesuai dengan
keperawatan di Indonesia karena teori ini cukup terkenal dan sering
digunakan dalam tatanan keperawatan. Karena dalam teori self care ini
menganggap perawatan diri merupakan kemandirian individu yang
meningkatkan taraf kesehatannya.
d. Kelebihan Teori Orem
Pada kasus aplikasi teori orem pada Ny J dapat dilihat bahwa
model keperawatan Doronthea Orem memberikan pelayanan
keperawatan dengan memunculkan potensi pada tiap individu yang
terganggu karena kondisinya sakit yang pasien alami. Serta perawat
memberikan motivasi kepada seorang klien untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri (self care) tanpa adanya ketergantungan pada
orang lain. Sehingga pasien secara mandiri mengerti tentang pentingnya
melakukan perawatan diri, untuk mencapai kesehatan yang optimal.
e. Kelemahan Teori Orem
Teori Orem ini berpendapat bahwa kesehatan bersifat statis,
namun dalam kenyataannya kesehatan itu bersifat dinamis dan selalu
berubah. Kesan lain dari model. konsep ini adalah untuk penempatan
pasien dalam system mencakup kapasitas individu untuk gerakan fisik.
12
Selain itu ada konsep keperawatan orem menekankan individu untuk
memenuhi kebutuhan perawatannya sendiri tanpa adanya
ketergantungan pada orang lain tetepi ketika seorang klien sakit. maka
kemampuan keperawatan dirinya sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya akan berkurang akibatnya suplai kebutuhan yang
harusnya terpenuhi akan tidak optimal.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
3) Nursing system.
15
kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan
kehilangan rambut.
3. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan
akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan
integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu
penyakit atau injury.
b. Teori Self Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut
Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa
(atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam
melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika
kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau
adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang
dapat digunakan dalam membantu self care:
Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
Memberikan petunjuk dan pengarahan.
Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
Pendidikan.
16
c. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan
dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara
langsung dalam bentuk keperawatan.
e. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain
jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang
dibutuhkan atau yang akan diterima.
c. Teori Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada
kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika
ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency
adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk
orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat
melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan
kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan
pengembangan self care agency. Orem mengidentifikasi tiga
klasifikasi nursing system yaitu :
1. Wholly Compemsatory System
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan
tindakan self care, dan menerima self care secara langsung serta
ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau
adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi yang
termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan
tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan,
observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak dapat
melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu
membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
Tindakan Perawat :
Menyelesaikan therapeutik self care klien
Kompensasi ketidakmampuan untuk self care
17
Pendukung dan melindungi klien
2. Partly Compensatory System
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan
perawatan atau tindakan lain dan perawat atau pasien mempunyai
peran yang besar untuk mengukur kemampuan melakukan self
care.
Tindakan Perawat :
Menjalankan beberapa kegiatan self care
Kompensasi keterbatasan klien untuk selfcare
Membantu klien sesuai Kebutuhan
Tindakan Pasien :
18
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
19
care itu bukan proses intuisi, tetapi merupakan suatu perilaku yang dapat
dipelajari melalui proses belajar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, L., dkk. (2013). Prevalensi dan Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi
Bedah. Vol. 15 No 4. Dalam http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-4- 2.pdf
diakses pada 13 Januari 2022.
Muhlisin, Abi dan Irdawati. Jurnal. Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan
dalam Praktik Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan Vol. 2 No. 2 Juni
2010. Dalam https://www.neliti.com/id/publications/337480/teori-self-
care-dari-orem-dan-pendekatan-dalam-praktek-keperawatan diakses pada
13 Januari 2022.
21