Anda di halaman 1dari 8

How TVET Institution Management Strategy in supporting Zero Reject Policy for Special

Needs Learners

Nuraqilla Waidha Bintang Grendis1*

Faculty of Technical and Vocational Education, UTHM


1

*Correspondence: bintanggrendisinformatika@gmail.com

Abstract

Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bekal
seseorang dalam mengasah keterampilan khusus dengan maksud agar dapat mahir melakukan
pekerjaan tertentu. Pendidikan kejuruan merupakan salah satu elemen penting bagi sebuah
negara untuk menciptakan tenaga profesional atau semi profesional agar dapat menghasilkan
pendapatan yang layak sekaligus menjadi kesempatan bagi sebuah negara dalam hal
pembangunan perekonomian. Pentingnya Pendidikan ini membuat Malaysia membebaskan
siapa saja untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan TVET termasuk bagi
siswa dengan kebutuhan khusus, Siswa dengan kebutuhan khusus merupakan istilah yang
digunakan dalam dunia pendidikan bagi para penyandang disabilitas. Di dalam Kementerian
Pendidikan Malaysia terdapat satu Departemen yang di sebut dengan Departemen Pendidikan
Khusus, departemen ini melaksanakan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan
pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Anak-anak dengan kebutuhan khusus biasanya
terbagi dalam beberapa kategori, seperti Disabilitas fisik, Disabilitas sensorik, Disabilitas
mental, dan Disabilitas intelektual. Tulisan ini akan banyak membahas mengenai bagaimana
perlakuan khusus ini memerlukan perhatian yang lebih, terutama pada strategi manajemen yang
diterapkan pada pendidikan TVET untuk mendukung program Zero Reject Policy untu siswa
dengan kebutuhan khusus.

Keywords: TVET, Special Needs, Management Strategy, Disability, SDG’s

1.0 INTRODUCTION

Tujuan utama pembentukan SMK adalah untuk membentuk sumber daya manusia yang siap
kerja dalam bidang tertentu (Rahayu & Adi Wibowo, 2021). Pada umumnya sekolah kejuruan
dirancang sedemikian rupa untuk mempersiapkan siswa agar memiliki keterampilan kerja yang
terbaik, siswa juga dituntut untuk dapat memiliki badan yang mendukung dalam mewujudkan
hal tersebut. Sehingga banyak timbul pertanyaan di masyarakat, apakah SMK dapat menerima
siswa berkebutuhan khusus untuk dapat belajar seperti siswa normal. Pada tahun 2017, Divisi
Pengembangan Kurikulum Kementerian Pendidikan Malaysia melakukan penyusunan rencana
pendidikan kejuruan untuk mata pelajaran keterampilan kejuruan khusus (KVS Kurikulum
Terpadu Sekolah Menengah Pendidikan Luar Biasa (KPM Edaran Ikhtisas No.9 Tahun 2016).
Berbagai bidang kejuruan diperkenalkan dan telah melalui tahap seleksi oleh Program
Pendidikan Integrasi Khusus (PPKI) bagi siswa berkebutuhan khusus, salah satunya adalah
Bidang Pembuatan Kue bagi siswa berkebutuhan khusus [SKM-KVS Pre Pilot Program for
Pembuatan Pastry: Keterampilan Produksi Pastry oleh Siswa Berkebutuhan Khusus (Mbk) dalam
Kurikulum Tvet Kerjasama dengan Community College Sungai Petani]. Hal ini menunjukkan
bahwa di Malaysia siswa berkebutuhan khusus memiliki kesempatan yang sama dengan siswa
lainnya untuk mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah kejuruan. Keadaan ini tidak lain
adalah dukungan terhadap terwujudnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia
yaitu “The Zero Reject Policy” yang salah satu tujuannya adalah untuk memberantas budaya
penolakan bagi siswa berkebutuhan khusus yang ingin mendapatkan hak pendidikan.

Kebijakan Nol Tolak pertama kali diterbitkan pada tahun 2019 yang membuat perubahan terpuji
bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus (SEN) di seluruh Malaysia (Divisi
Pendidikan Khusus). Kondisi dunia pendidikan sebelumnya menurut laporan United Nations
International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2017 menyebutkan bahwa beberapa
kebijakan nasional pendidikan inklusif (IE) tidak sesuai dengan beberapa kelompok sasaran.
Sebuah data kualitatif menunjukkan bahwa awal terjadinya diskriminasi di tingkat masyarakat
terkait masalah disabilitas muncul dari pola pikir yang tertanam dalam budaya tertentu yang
menganggap disabilitas sebagai kondisi yang tidak normal [The Zero Reject policy: a way
forward for inclusive education in Malaysia?]. Hal ini menyebabkan banyak siswa berkebutuhan
khusus yang dianggap tidak dapat memperoleh kesempatan yang sama dengan siswa normal.
Untuk itu, saat ini SMK menyediakan beberapa ruang khusus untuk mendukung kebijakan
pemerintah yang tentunya membutuhkan kepemimpinan dan etika untuk mendukung strategi
pengelolaan vokasi yang efektif. Pemimpin yang memiliki keterampilan dan kemampuan
strategis manajemen kepemimpinan akan mampu mempengaruhi organisasinya untuk dapat terus
mewujudkan pendidikan yang layak bagi siswa berkebutuhan khusus. [RISK
MANAGEMENT: A STRATEGIC APPROACH TO ENHANCE TVET COLLEGE
MANAGEMENT].

2.0 METHODOLOGY

2.1 TVET in Malaysia

Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bekal
seseorang dalam mengasah keterampilan khusus dengan maksud agar dapat mahir melakukan
pekerjaan tertentu. Pendidikan kejuruan merupakan salah satu elemen penting bagi sebuah
negara untuk menciptakan tenaga profesional atau semi profesional agar dapat menghasilkan
pendapatan yang layak sekaligus menjadi kesempatan bagi sebuah negara dalam hal
pembangunan perekonomian [VOCATIONAL EDUCATION READINESS IN MALAYSIA
ON THE USE OF E-PORTFOLIOS]. Saat ini Malaysia masih menjadi salah satu negra yang
berkembang pesat dalam perannya mendukung pertumbuhan berbagai industri negaranya.
Sehingga hal ini yang membuat Malaysia banyak membutuhkan tenagara kerja terampil, hal ini
tentu di lakukan dengan usaha dalam mengembangkan banyak lembaga pelatihan kejuruan dan
teknis. Terdapat sekitar 194 lembaga kejuruan teknis saat ini, dan jumlah ini akan terus
bertambah seiring rencana penambahan jumlah lembaga ini dalam masa 5 tahun yang akan
datang [HE NEED IN TRAINING AND RETRAINING FOR TVET TEACHERS IN
MALAYSIA ].

Banyak studi sebelumnya yang membahas mengenai efektivitas program pengembangan sumber
daya manusia di Malaysia, salah satunya penelitan yang membahas pengenai hubungan antara
evektifitas guru dan prestasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
bagaimana pelatihan oleh guru terhadap pengajaran mereka di TVET dan prestasi siswa. Secara
umum, hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rencana manajemen strategi memberikan
hasil yang positif bagi guru bidang teknik dan kejuruan di Malaysia [RELATIONSHIP
BETWEEN INSERVICE TRAINING WITH STUDENTS’ ACHIEVEMENTS AT TVET
INSITUTIONS IN MALAYSIA].

2.2 Strategic Management Concept

Jika berbicara tentang konsep strategis banyak perbedaan pendapat mengenai hal ini, terlepas
dari arti kata aslinya, pada awalnya strategi merupakan istilah yang sering digunakan dalam
dunia militer untuk kepentingan memimpin aksi atau rencana dalam persiapan perang. Beberapa
pengertian tersebut menunjukkan bahwa konsep strategi ini telah berkembang, dengan kata lain
secara historis strategi adalah suatu perangkat yang digunakan sebagai skenario awal berupa
perencanaan dan prediksi dari suatu tindakan yang akan diprakarsai. Walaupun ada definisi
tentang strategi, namun tidak akan pernah ada definisi yang pasti tentangnya, namun dalam
pengertian strategi dibagi menjadi beberapa pengertian antara lain kebijakan, tujuan, taktik, dan
program. Namun dalam bidang manajemen, konsep strategi itu sendiri adalah suatu tindakan
yang direncanakan secara tepat, menentukan posisi dalam organisasi yang akan menjadi tempat
untuk memulai suatu tindakan, hingga bagaimana mengelola kepribadian dan alasan di balik
keberadaannya. sebuah organisasi/perusahaan.

Banyaknya penyimpangan dalam penggunaan strategi manajemen di dalam suatu


organisasi/perusahaan, sehingga sering dijadikan perdebatan di kalangan para ahli. Dalam sebuah
organisasi, strategi bukan hanya cara untuk menaklukkan pesaing seperti yang sering
dikemukakan oleh penelitian lain, tetapi strategi ini lebih memudahkan sebuah konsep agar tidak
menjadi sesuatu yang sulit dipahami [Strategy And Strategic Management Concepts]. Pendapat
lain mengenai definisi ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Author Definition of Strategy


Ansoff (1979) Strategy is what matters for the effectiveness of the
organization, the external point of view, which stresses the
relevance of the objectives against the environment, in terms
of internal stresses, the balanced communication between
members of the organization and a willingness to contribute
towards actions and the achievement of common objectives.
Bracker (1980) Strategy has two characteristics: situational or environmental
analysis that determines the company's position in the
market and the proper use of company resources to achieve
its objectives.
Hambrick (1980) Strategy is the pattern of decisions that guide the
organization in its relationship with the environment, affect
the processes and internal structures, as well as influencing
the performance of organizations.
Mintzberg & McHugh (1985) Strategy is a pattern in a chain of actions or decisions. It
disrespects the possibilities for different strategies for
several environment conditions.
Fahey (1989) Strategy explains how the company will use its resources
and capabilities to build and sustain the competitive
advantages that favourably influence customer purchasing
decisions.
Tabel 1. Definition of Strategy

2.1.1 Strategic Management in TVET

Praktek manajemen stratejik sendiri merupakan suatu tindakan pelaksanaan suatu keputusan
untuk membantu organisasi mencapai tujuannya, di masa yang akan datang implementasi
manajemen stratejik ini dapat memberikan arah bagi seluruh bagian organisasi untuk
menentukan kebijakan, tujuan, dan rencana yang disusun untuk mencapainya. tujuan, dalam
organisasi individu Mereka yang menjalankan peran penting untuk manajemen strategis disebut
manajer. Sebagai manajer, manajemen strategis membantu menyelaraskan visi dan misi dengan
rencana yang meliputi perencanaan strategis, perumusan strategi, hingga implementasi strategi
dan evaluasi dari strategi itu sendiri [Pengaruh Praktik Manajemen Strategis Berkelanjutan
terhadap Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Teknik dan Kejuruan: A Tinjauan Berbasis Sastra].

Berdasarkan pemaparan di atas dikatakan bahwa manajemen strategis sangat penting diterapkan
di setiap organisasi termasuk organisasi kejuruan. Malaysia sendiri merupakan negara yang
mendukung pertumbuhan industrinya melalui penggunaan tenaga terampil di bidang tertentu.
Untuk menghasilkan tenaga kerja terampil ini, Malaysia berupaya dengan mengembangkan
banyak lembaga pelatihan kejuruan dan teknis [PERLUNYA PELATIHAN DAN PELATIHAN
ULANG BAGI GURU TVET DI MALAYSIA]. Peran kepemimpinan dan etika merupakan hal
yang paling mempengaruhi efektivitas proses manajemen strategis yang ada dalam organisasi
TVET. [Hughes, 2020] mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
keterampilan untuk dapat mengarahkan bawahannya agar dapat fokus pada semua rencana yang
telah disusun menjadi strategi manajemen. Dengan demikian strategi dalam vokasi yang meliputi
perencanaan dengan komponen perilaku, etika, dan kepemimpinan yang ada dalam lembaga
vokasi digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan manajemen tersier untuk
menghindari berbagi tantangan vokasi seperti penyampaian materi yang buruk, manajemen
organisasi dan administrasi yang kurang fungsional.

Sehingga strategi pengelolaan lembaga vokasi yang direkomendasikan adalah pembentukan


prinsip tata kelola organisasi yang membutuhkan pemimpin yang mengutamakan etika, selain itu
lembaga vokasi itu sendiri membutuhkan Strategi mszx ≈menghasilkan kebijakan manajemen
yang menggabungkan beberapa komponen penting dari tujuan kebijakan yang dibuat, kerangka
kerja, klasifikasi peran dan tanggung jawab setiap individu yang terlibat, serta prosedur
komunikasi dan pelaporan. Kesimpulannya, TVET sendiri harus mampu menerapkan sistem
yang efektif, efisien dan ekonomis. [ MANAJEMEN RISIKO: PENDEKATAN STRATEGIS
UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KULIAH TVET ]. Penerapan strategi pengelolaan
seperti ini dilakukan untuk menghindari kegagalan kelembagaan dalam hal pelayanan pendidikan
yang sesuai.

2.2 Special Needs Students

Special Needs Student merupakan istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan bagi para
penyandang disabilitas. Di dalam Kementerian Pendidikan Malaysia terdapat satu Departemen
yang di sebut dengan Departemen Pendidikan Khusus, departemen ini melaksanakan tanggung
jawabnya dalam memberikan layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Anak-anak
dengan kebutuhan khusus biasanya terbagi dalam beberapa kategori, seperti Disabilitas fisik,
Disabilitas sensorik, Disabilitas mental, dan Disabilitas intelektual. Menurut Cetak Biru
Pendidikan Malaysia 2013-2025 di Malaysia sendiri Siswa dengan kebutuhan khusus di beri tiga
pilihan yaitu Sekolah Pendidikan Luar Biasa, Program Integrasi Pendidikan Khusus, dan
Program Pendidikan Inklusif. Pada tahun 2021 sebanyak 97.220 siswa dengan kebutuhan khusus
berada dalam naungan Program Pendidikan khusus di Malaysia. Selanjutnya jumlah siswa
terbanyak diantara ketiga program tersebut di duduki oleh Program Integrasi Pendidikan luar
biasa yaitu sejumlah 78.030 siswa dibandingkan dengan Program pendidikan inklusif sebanyak
16.504 siswa dan Sekolah Pendidikan Luar Biasa 2.686 siswa, data ini diperoleh dari Buku Data
Pendidikan Khas 2021 [Educational Right for Children with Special Needs: A comparison
between Malaysia and Thailand].

Sekolah Pendidikan Luar Biasa di rancang untuk fokus pada penyaluran pendidikan dengan satu
jenis kecacatan, seperti halnya gangguan pendengaran, gangguan masalah belajar, dan gangguan
pengelihatan. Bagi siswa dengan gangguan pendengaran akan ditempatkan pada Pendidikan
Khsusus Tunarungu yang biasanya pembelajarannya akan menggunakan metode komunikasi
seperti bahasa isyarat, bahasa visual, ucapan, akting, berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan
juga kemampuan siswa. Bagi siswa dengan gangguan masalah belajar seperti down’s syndrome,
autisme, slow leaner, mental retarded, dyslexia, dan attention deficit hyperactivity disorder akan
di tempatkan pada Pendidikan khusus Ketidakmampuan Belajar, dalam pembelajarannya
digunakan metode dengan kurikulum khusus, kurikulum pelatihana, kemampuan dalam lingkup
belajar, dan keterampilan manipulasi. Sedangkan siswa dengan gangguan pengelihatan akan
ditempatkan pada Pendidikan khusus tunanetra, untuk memenuhi kebutuhan pembelajarannya,
pendidikan ini menggunakan sistem braille untuk meningkatkan prestasi akademik [Special
education for children with disabilities in Malaysia: Progress and obstacles].
23. Zero Reject Policy in Malaysia

Pada tahun 2019 pemerintah Malaysia meluncurkan kebijakan yang disebut Zero Reject yang
membuat perbedaan signifikan terhadap kesempatan pendidikan bagi semua anak berkebutuhan
khusus (SEN) di seluruh Malaysia. Kondisi dari beragam latar belakang sejarah Malaysia saat
membahas program Zero Reject akan selalu menarik [chin2020]. Awalnya, program Zero Reject
Policy diawali dengan istilah The No Child Left Behind (NCLB) Act yang mulai berlaku pada
tahun 2001 di Amerika Serikat (AS) sebagai upaya membantu peningkatan kualitas standar
pendidikan Amerika di tingkat internasional.
NCLB sendiri merupakan undang-undang yang diundangkan untuk memberikan hak bagi semua
anak dari segala lapisan masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas.
Sejak diberlakukannya NCLB, banyak orang yang terbantu, khususnya siswa berkebutuhan
khusus (SNS) sehingga secara tidak langsung mengubah arah pendidikan bagi siswa
berkebutuhan khusus. Sesuai Undang-Undang Pendidikan nomor 550, Kementerian Malaysia
(MOE) menegaskan bahwa siswa berkebutuhan khusus memenuhi syarat untuk mengikuti
pendidikan wajib di tingkat dasar. Bagi siswa berkebutuhan khusus, kebijakan ini merupakan
peluang besar bagi mereka untuk dapat melanjutkan pendidikannya tanpa khawatir akan
keterbatasannya. Berikut adalah diagram sejarah perkembangan kebijakan pendidikan inklusif di
Malaysia:

Figure 1 Historical development of inclusive education policy in Malaysia

Berbagai evaluasi dilakukan dalam membentuk sistem pendidikan yang toleran terhadap segala
hal termasuk keterbatasan yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus, puncaknya pada tahun
2019 program Zero Reject Policy berhasil menciptakan peluang besar bagi siswa berkebutuhan
khusus bahkan siswa dengan low function. (LFS) sebagai pemerataan pendidikan dengan
kualitas yang sama dengan masyarakat umum. Dengan program Zero Reject Policy bukan tidak
mungkin menjalankan sistem pendidikan dalam keterbatasan, walaupun pada awalnya untuk
mendukung program ini agar terlaksana dengan baik siswa berkebutuhan khusus harus melalui
masa percobaan selama 3 bulan, namun masa percobaan ini diberlakukan tidak dengan tujuan
penolakan tetapi untuk menyiapkan dukungan apa saja yang diperlukan untuk kelangsungan
proses pendidikan [NursohanaJCR.pdf].

Keberhasilan program Zero Project Policy ditunjukkan dengan peningkatan pendaftaran siswa
berkebutuhan khusus di tingkat nasional yang menunjukkan angka 4829, tentunya peningkatan
ini juga menjadi tantangan besar. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Zero Reject Policy
adalah kesulitan yang dihadapi oleh hampir 80% guru pendidikan luar biasa dalam memfasilitasi
penerimaan siswa berkebutuhan khusus. Ini adalah salah satu alasan untuk menerapkan strategi
manajemen yang baik dalam program kebijakan proyek nol.

3.0 CONCLUSION
Each
3.1 REFRENCES
Pleas

Anda mungkin juga menyukai