KAJIAN TEORI
1. Kajian Teori
a. Strategi Kepala Madrasah
1) Pengertian Strategi
Secara umum strategi adalah proses penentuan rencana pemimpin
puncak berfokus pada tujuan jangka panjang, di sertai penyusunan upaya
bagaimana agar tujuan dapat di capai1. strategi adalah sebuah seni dalam
penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Dalam KBBI (2018) strategi
merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasran khusus.2
Strategi juga di artikan sebagai cara yang di lakukan oleh seorang
pendidik dalam melakukan upaya untuk mendapatkan pengalaman yang
telah di tetapakan.
2) Macam Macam Strategi
Bernis, Bene dan Chin mengemukakan beberapa strategi
perubahan inovatif yaitu “Rational Emperitical strategi, Normal-
Reeducative strategy and Power-courcive strategy.3
a.) Rational Empiritical Strategy
Strategi ini didasari atas asumsi bahwa suatu inovasi akan
muncul dan dapat diminimalissasikan, selanjutnya diadopsi dan
dihubungkan pihak-pihak terkait atau terkena suatu inovasi dan
dapat mengambil manfaatnya. Dalam hal ini suatu inovasi harus
dapat dibuktikan secara rasional. Kelebihan dari strategi ini yaitu
melakukan pembaharuan sekolah, menambah kreaktifitas anggota
sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan staf, sedangkan
kekurangannya yaitu tidak sesuainya antara inovasi dengan
1
Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (April 2016)
2
HAlim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad ke 21, (Surabaya: CV Cipta Media
Edukasi, 2019), h. 2
3
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2006), h. 46
kebutuhan sekolah.
b.) Normal-Reeducative Strategy
Strategi ini di dasari atas asumsi bahwa inovasi akan
berhasil jika pengguna produk inovasi itu merasakan adanya
peningkatan dari proses aplikasinya. Strategi yang paling cocok
dalam konteks normal reducative dari proses inovasi. Kelebihan
dari strategi ini yaitu melakukan proses perbaikan pendidikan,
mampu mengubah keadaan sekolah, mampu memberdayakan
sumber daya manusia di sekolah, meningkatkan mutu hasil belajar
anak didik, sedangkan kelemahannya yaitu aplikasi dari suatu
inovasi seringkali tidak dirasakan segera, dan diketahui awalnya
dan tidak diketahui akhirnya.
c.) Power-Coercive Strategy
Strategi ini didasari atas asumsi bahwa inovasi hanya akan
berjalan jika dilaksanakan dalam pelaksanaannya. Strategi ini
biasanya dipakai pada sistem manajemen Negara sentralistik.
Dikarenakan manajemen pendidikan merupakan kaitan dengan
manajemen Negara pada sistem sentralistik. Kepala sekolah harus
melaksanakan hal-hal yang baru dalam bidang manajemen sesuai
dengan format dari atasan atau pimpinan. Kelebihan dari strategi
ini adalah pola kerja manajemen pendidikan pendidikan dapat
diatur seragam secara nasional sedangkan kelemahannya yaitu
matinya kreatifitas kepala sekolah yang menyelenggarakan tugas-
tugas adminitrasi di sekolah.
d.) Fellowship strategy
Strategi ini merupakan model strategi yang mengedapankan
interaksi sosial. Strategi ini mudah di organisasikan, misalnya
dengan cara minum kopi, pergi ke tempat pesta, atau makan malam
bersama. Suasana yang dibuat itu dapat di buat santai atau setengah
resmi. Penyampaian tujuan partisipasi dapat dilakukan melalui
wahana olah raga, arisan, pesta, makan malam dan lain-lain.
Strategi ini menekankan pada sikap sosial mampu membaca
kesempatan yang ada melalui pendekatan-pendekatan.
6
Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2018
Adapun tugas sebagai Kepala Madrasah menurut adalah
sebagai berikut:
(a) Manajerial, maksudnya adalah kemampuan untuk melakukan
aktifitas manajemen yang dilakukan oleh seorang
pemimpin secara prosedural untuk memberdayakan semua
sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Sebagai Kepala madarasah harus
mampu memanage setiap kegiatan yang ada di dalam lingkungan
madrasah.
(b) Pembelajaran dan Pembimbingan. Maksunya adalah sebagai
pemimpin kepala madarasah harus dapat membimbing dalam
rangka mengatasi kendala yang dialami agar tujuan yang telah
di tentukan bersama berjalan sesuai rencana.
Kepala madrasah juga memiliki tugas untuk menanamkan
dan mempengaruhi masyarakat madrasah agar mereka
melakukan tugasnya dengan sepenuh hati dan antusias.
b. Karakter Religius
1) Pengertian Karakter Religius
Karakter religius adalah watak yang ada pada diri seseorang
yang menampakkan karakteristik, disiplin atau moral keislaman.
Karakter yang ada pada diri seseorang tersebut akan nampak dari
bersikap dan berperilaku. Menurut pendapat asmaun karakter
religius merupakan sikap yang terdiri dari dimensi aqidah, ibadah
dan akhlak dalam tujuan mencapai kebahagiaan dunia akhirat.7
Ajaran tentang akhlak dalam agama Islam sangatlah penting
sebagaimana ajaran tentang aqidah, ibadah, dan mu'amalah. Sebagai
mana yang di ajarkan oleh nabi muhammad SAW yaitu
menyempurnakan akhlak manusia dengan meningkatkan akhlak yang
sudah baik menjadi lebih baik dan mengikis akhlak yang buruk agar
7
Benny Prasetya dkk. “Metode Pendidikan Karakter Religius Paling Efektif Di sekolah”,
(Lamongan: Academia Publication, 2021), h. 37
hilang serta diganti oleh akhlak yang mulia. Itulah kemuliaan hidup
manusia sebagai makhluk Allah yang utama. 8
2) Macam-macam Nilai Religius
Agama merupakan sumber landasan religius dalam
pendidikan. Agama menuntun kepada kebahagiaan dan
menunjukkan kebenaran. Agama dijadikan sebagai sumber kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa yang didasari pada ajaran agama dan
kepercayaan.
Nilai yang berlaku dalam kehidupan manusia digolongkan
menjadi dua macam yaitu:
a) Nilai Ilahiyah
Nilai ilahiyah adalah merupakan nilai yang bersumber
dari agama (wahyu Allah), dimana inti dari ketuhanan adalah
keagamaan. Kegiatan menanamkan nilai keagamaan menjadi inti
kegiatan pendidikan. Nilai-nilai yang paling mendasar adalah:
(1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
Allah.
(2) Islam, yaitu sebagai kelanjutan dari iman, maka sikap pasrah
kepada- Nya dengan menyakini bahwa apapun yang datang
dari Allah mengandung hikmah kebaikan dan pasrah kepada
Allah.
(3) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah
senantiasa hadir atau berada bersama kita di manapun kita
berada.
(4) Taqwa, yaitu sikap menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah.
(5) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan
tanpa pamrih, semata-mata mengharapkan ridho dari Allah.
(6) Tawakal, yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada Allah,
dengan penuh harapan kepada Allah.
8
Hadedar Nashir, “Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya”, (Yogyakarta: Multi
Presindo, 2013), hlm 22-24
(7) Syukur, yaitu sikap dengan penuh rasa terimakasih dan
penghargaan atas ni‟mat dan karunia yang telah diberikan
oleh Allah.
(8) Sabar, yaitu sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan
asal dan tujuan hidup yaitu Allah.
b) Nilai Insaniyah
Nilai insaniyah adalah nilai yang bersumber dari
kebudayaan masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Nilai-nilai Insaniyah yang harus ditanamkan kepada
peserta didik diantaranya adalah
(1) Silaturahim, yaitu petalian rasa cinta kasih anata sesama
manusia.
(2) Al-Ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan.
(3) Al-Musawah, yaitu pandangan bahwa harkat dan martabat
semua manusia adalah sama.
(4) Al-Adalah, yaitu wawasan yang seimbang.
(5) Husnu Dzan, yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia
(6) Tawadlu, yaitu sikap rendah ahti.
(7) Al-Wafa, yaitu tepat janji.
(8) Insyirah, yaitu lapang dada.
(9) Amanah, yaitu bisa dipercaya.
(10)Iffah atau taafuf, yaitu sikap penuh harga diri, tetapi tidak
sombong tetap rendah hati.
(11)Qawamiyah, yaitu sikap tidak boros.
(12)Al-Munfikun, yaitu sikap kaum beriman yang memiliki
kesediaan yang besar menolong sesama manusia.