Anda di halaman 1dari 30

Laporan Akhir

Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

KATA PENGANTAR

Sebagai tindak lanjut kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan CV. Cakra Trihanda Konsultan untuk
pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Jaringan Daerah Irigasi Kecamatan Tungkal Ulu dan
Batang Asam Tahun Anggaran APBD-P 2021, maka untuk melengkapi apa yang menjadi
bagian dan tanggung jawab penyedia jasa maka dengan penuh rasa hormat kami menyerahkan
Laporan Akhir ini.

Laporan Akhir ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lokasi, lingkup kegiatan,
gambaran umum lokasi pekerjaan, kondisi permasalahan lokasi pekerjaan, Hasil dan Analisa
Survey Lapangan, Kondisi Kesesuai Lahan, Alternatif Rencana Pengembangan, Desain dan
Rencana Anggaran Biaya ( RAB ).

Demikian laporan ini kami dibuat dengan maksud agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
dan pemantauan terhadap pelaksanaan pekerjaan ini, dengan harapan akan dapat
memperlancara jalannya pekerjaan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara teknis
dan administrasi.

Atas kepercayaan, kerja sama dan pengarahan serta petunjuk yang telah diberikan kepada
kami, diucapkan terima kasih.

Jambi, Desember 2021

Amra,ST
Ketua Tim

DAFTAR ISI

i
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ I-1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................I-1

1.2 Maksud Dan Tujuan.......................................................................................................I-3

1.3 Sasaran.......................................................................................................................... I-3

1.4 Ruang Lingkup...............................................................................................................I-3

BAB II KONDISI UMUM DAERAH PEKERJAAN....................................................................II-1

2.1 Geografi........................................................................................................................ II-1

2.2 Klimatologi.................................................................................................................... II-1

2.3 Demografi..................................................................................................................... II-2

2.4 Perekonomian............................................................................................................... II-3

BAB III DESAIN NORMALISASI SUNGAI..............................................................................III-1

3.1 Umum.......................................................................................................................... III-1

3.2 Upaya Pengendalian Banjir..........................................................................................III-1

3.2.1 Pengendalian Banjir Secara Struktural..................................................................III-2

3.2.2 Pengendalian Banjir Secara Non-Struktural..........................................................III-2

3.2.3 Pengendalian Banjir Atas Partisipasi Masyarakat.................................................III-2

3.3 Permasalahan Banjir Di Wilayah Studi.........................................................................III-2

3.3.1 Upaya Pengendalian Banjir Di Wilayah Studi........................................................III-3

3.3.2 Desain Kriteria Perencanaan.................................................................................III-7

3.3.3 Perencanaan Bangunan........................................................................................III-8

3.3.4 Rencana Anggaran Biaya....................................................................................III-17

ii
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1. Peta Administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat...........................................II-5

Gambar III-1. Tipikal Tanggul..................................................................................................III-9

Gambar III-2. Tampilan Awal Program HEC-RAS...................................................................III-9

Gambar III-3. Profil Muka Air Hasil Analisa............................................................................III-14

Gambar III-4. Sketsa Analisa Lereng Tanggul Bagian Dalam................................................III-16

iii
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

DAFTAR TABEL

Tabel II-1. Indikator Kependudukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat....................................II-3

Tabel II-2. Statistik Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat.............................................II-4

Tabel III-1. Tinggi Jagaan Standar Untuk Tanggul..................................................................III-3

Tabel III-2. Lebar Standar Untuk Mercu Tanggul.....................................................................III-4

Tabel III-3. Usulan Kala Ulang Untuk Perencanaan Banjir Rencana.......................................III-8

Tabel III-4. Rekapitulasi Hasil Analisa Lereng Tanggul Bagian Dalam..................................III-16

Tabel III-5. Rekapitulasi RAB Normalisasi Sungai Tantang...................................................III-17

Tabel III-6. Rincian Rencana Anggaran Biaya Normalisasi Sungai Tantang.........................III-18

iv
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor : 22 dan Undang – Undang


Nomor : 25 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah telah menerima sebagian wewenang
untuk mengelola dan melaksanakan pembangunan daerahnya sendiri melalui pemberdayaan
masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi yang ada, termasuk meningkatkan
kemampuannya dalam mengelola keuangan daerah. Hal ini mengandung pengertian bahwa
Daerah Otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangannya sendiri yang cukup memadai untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan
dan pembangunan daerahnya. Selain itu daerah otonom juga mengandung pengertian bahwa
Ketergantungan kepada pusat juga harus seminimal mungkin, dengan pengertian bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan menjadi sumber keuangan bagi daerah dalam
melaksanakan pembangunan, disamping danayang berasal dari kebijakan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

Salah satu sumber PAD yang dapat digali dan dikembangkan oleh Kabupaten Tanjung Jabung
Barat diantaranya adalah sumber daya air. Dan dari berbagai sektor potensi yang paling
menonjol dan memanfaatkan sumber daya air untuk melaksanakan Kegiatan Peningkatan
Jaringan Daerah Irigasi Rawa Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini berada pada daerah
dataran rendah dan cukup banyak memiliki jaringan Irigasi baik itu berupa jaringan Irigasi rawa
ataupun jaringan pengairan lainnya.

Namun agar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam pembangunan di wilayah
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, perlu dilakukan kembali pendataan yang lebih akurat
mengenai kondisi pengairan yang ada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk
menunjang kegiatan Bidang Sumber Daya Air. melalui Kegiatan Peningkatan Jaringan Daerah
Irigasi Rawa Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Pelaksanaan penyempurnaan/pemutakhiran data pengairan ini dilakukan mengingat data yang


ada sudah merupakan data yang lama dan sudah kadaluarsa sebagai akibat dari terjadinya
perubahan fisik, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan/pemutakhiran dengan menggunakan
metode / teknologi terkini. Penyempurnaan/pemutakhiran data pengairan ini dilakukan melalui
pendataan ke lapangan atau dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan,untuk
Selanjutnya dilakukan revisi terhadap data tematik maupun peta-peta wilayah Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
1
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Namun demikian hasil dari pada penyempurnaan/pemutakhiran tersebut tidak akan tepat guna
apabila masih menggunakan teknologi manual. Oleh karena itu dalam era globalisasi dan
informasi ini, peranan teknologi informasi dalam menunjang sistem operasional dan manajerial
pada instansi pemerintahan dewasa ini dirasakan semakin penting. Dengan adanya
perkembangan yang signifikan di bidang tersebut telah menyebabkan berbagai perubahan
mendasar pada segala aspek, dimana informasi telah menjadi komoditi yang sangat berharga
dan menentukan untuk mencapai keberhasilan jalannya pemerintahan dalam arti yang
menyeluruh. Kemajuan teknologi ini telah menempatkan informasi sebagai salah satu sumber
daya yang sangat penting dan perlu untuk dikelola secara baik dan benar.

Mengingat akan pentingnya fungsi pengelolaan data dan informasi ini, terutama untuk
mendukung kegiatan-kegiatan di instansi pemerintahKabupaten Tanjung Jabung Barat, maka
wajar kalau pemerintah berupaya untuk menempatkan pengelolaan data dan informasi ini pada
tempat yang setara dan sama pentingnya dengan pengelolaan sumberdaya lainnya, seperti
halnya sumberdaya alam, manusia, waktu dan yang lainnya. Sistem informasi kini telah menjadi
kerangka dasar bagi semua aktifitas pemerintahan dan memungkinkan bagi fungsi manajerial
dalam melakukan upaya pengelolaan sumber daya yang dimiliki secara lebih efisien dan efektif.

Menyadari akan pentingnya peranan sistem informasi dalam sistem pemerintahan di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, dan didorong dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi pada
era ini, perencanaan yang baik sangat memerlukan dalam penyediaan data atau informasi yang
aktual dan upto date.Tanpa data dan informasi aktual dan upto date, perencanaan ataupun
pelaksanaan pembangunan seringkali menghasikan hasil yang kurang bahkan tidak optimal
dengan pengeluaran biaya yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Dengan adanya data dan informasi yang aktual dan up to date diharapkan akan dapat
menghasilkan hasil yang seoptimal mungkin, sehingga biaya yang dikeluarkan nantinya tidak
semata-mata hanya sebagai pengeluaran saja akan tetapi diharapkan dapat menjadi salah satu
bentuk investasi yang menguntungkan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dikaitkan dengan kebutuhan data dan informasi yang selalu
aktual dan up to date tersebut, dalam bidang sumber daya air merupakan salah satu faktor
yang sangat diperlukan dalam hal pembangunan daerah khususnya dalam bidang yang
menyangkut masalah kebutuhan akan sumber daya air. Selama ini bidang sumber daya air
selalu dibutuhkan untuk keperluan pembangunan daerah yang berkaitan dengan bidang
pertanian terutama yang menyangkut pengairannya yaitu irigasi, dan sumber daya air alami
seperti aliran sungai. Baik aliran saluran irigasi maupun aliran sungai sebagai sumber
pengairan yang dibutuhkan keberadaannya selalu menjadi suatu hal yang sangat penting
diketahui keadaannya. Hal ini menyangkut kebutuhan perencanaan pembangunan dan sebagai
bentuk kontrol atau pengawasan dan pengendalian yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah
dalam operasional pembangunannya setiap saat khususnya dalam hal ini bidang pengairan.
2
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang saat ini sedang
melaksanakan pembangunan di seluruh bidang, setiap saat sangat memerlukan informasi
bidang pengairan yang cepat dan aktual, hal ini untuk kebutuhan baik untuk merencanakan,
melaksanakan maupun untuk pengawasan dan pengendaliannya. Oleh sebab itu data dan
informasi yang baik (aktual dan up to date) bidang pengairan yang sangat dibutuhkan sebagai
sumber informasi bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang lainnya seperti
bidang pertanian, perkebunan termasuk lingkungan hidup, merupakan kebutuhan yang tidak
dapat dipungkiri.

Oleh sebab itu, keperluan data dan informasi yang dikemas dalam sistem informasi yang dapat
memberikan kemudahan dalam penyediaan dan perubahan kondisi data/informasi di bidang
sumber daya air sudah saatnya tersedia dan mulai diperlukan di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.

I.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan survei, analisa dan desain daerah rawa agar
dapat dimanfaatkan lebih optimal.

Adapun tujuan pekerjaan ini adalah merencanakan desain peningkatan jaringan tata air rawa
sesuai dengan kondisi yang ada sehingga mampu meningkatkan potensi, manfaat, dan fungsi
pada Daerah Irigasi Rawa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

I.3 Sasaran

Sasaran dari pekerjaan ini ini adalah memberi gambaran mengenai sasaran yang dicapai
dan keluaran yang akan dihasilkan dalam pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi yaitu
memfungsikan dan meningkatkan kinerja Daerah Irigasi Rawa sehingga potensi yang ada
dapat didayagunakan secara keseluruhan dan berkelanjutan

I.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :

a. Mengidentifikasikan data dan informasi yang dibutuhkan (Bidang Sumber daya air)
b. Pengumpulan dan kompilasi data / informasi yang telah diidentifikasi dalam Bidang
sumber daya air
c. Pembuatan laporan hasil kegiatan, yang merupakan gambaran akurat mengenai kondisi
pengairan di setiap wilayah yang terdapat jaringan irigasi di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat

3
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PEKERJAAN

II.1 Geografi

Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak antara 0o53’ – 01o41’ Lintang Selatan dan antara
103o23’ - 104o21’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 5.009,82
Km2. Batas-batas Kabupaten Tanjung Jabung Barat:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau,

 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur,
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari,

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Tebo dan
Kabupaten Muaro Jambi.
Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 5.009,82 km2 ( 500.982 Ha ). Luas wilayah
terbesar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur berada di Kecamatan Sadu sebesar 1.04,37 km 2
atau sebesar 20,81 persen dari total luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, diikuti oleh
Kecamatan Betara sebesar 570,21 Km2 atau sebesar 11,38 persen.

Wilayah administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 kecamatan, 114 desa
dan 20 kelurahan. Kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak yaitu Kecamatan Tungkal Ilir
sebanyak 8 kelurahan. Sedangkan kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah
Kecamatan Pengabuan dengan 1 kelurahan dan 12 desa.

II.2 Klimatologi

Iklim di Jambi khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat termasuk iklim tropis yang
lembab dan panas menurut Koppen termasuk klasifikasi Alfa. Suhu maksimum rata-rata 30 °C
dan suhu absolut atau maksimum setempat adalah sekitar 34 °C. Perbedaan suhu yang relatif
kecil, jika ditinjau dari letaknya terhadap garis katulistiwa, hal ini disebabkan karena perbedaan
altitude. Daerah utara yang mempunyai altitude lebih tinggi mempunyai suhu yang lebih rendah,
dan daerah yang mempunyai altitude lebih rendah mempunyai suhu yang lebih tinggi. Suhu
relatif yang terjadi pada siang hari berkisar antara 27° – 31 °C sedangkan pada malam hari
berkisar antara 21° – 27 °C. Dalam hubungannya dengan sumber air yang cukup di Tungkal,
intensitas tersebut menyebabkan tingginya penguapan sehingga selalu terdapat awan aktif dan
udara yang penuh serta selanjutnya terjadi hujan.
Pada studi ini gambaran kondisi iklim di daerah studi didasarkan pada hasil pencatatan data
iklim di beberapa stasiun klimatologi yang tersebar di wilayah Tanjung Jabung Barat. Adapun
data-data klimatologi yang dipakai untuk analisa hidrologi diambil dari Stasiun Pelabuhan
1
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Dagang, Stasiun Tungkal dan Stasiun. Dari stasiun tersebut parameter yang ditinjau meliputi
temperatur, kelembaban, kecepatan angin, radiasi matahari dan lama penyinaran matahari.
Gambaran mengenai kondisi klimatologi daerah studi adalah sebagai berikut :
 Rata-rata suhu udara di wilayah Kabupaten Tanjab Barat adalah berkisar antara 22°C s/d
24°C, Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Mei dan suhu udara terendah terjadi pada
bulan September.
 Kelembaban udara merupakan salah satu parameter iklim yang mudah terpengaruh dan
mempengaruhi kegiatan khususnya material bangunan yang digunakan. Perubahan
Kelembaban udara pada umumnya disebabkan oleh pembuangan panas dan bahan
partikel baik berupa debu maupun gas buangan.
 Kelembaban relatif rata-rata wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berkisar antara 86%
s/d 98%, dengan rata-rata kelembaban max sebesar 97,24%. Kelembaban tertinggi terjadi
bulan Februari dan terendah pada bulan Desember.
 Kecepatan angin rata-rata terendah terjadi pada bulan Nopember sebesar 1,36 km/jam dan
yang tertinggi terjadi di bulan Juni berkisar sekitar 1,48 km/jam.
 Penyinaran Matahari merupakan keadaan sinar matahari yang sampai pada permukaan
bumi pada saat tertutup awan dan dinyatakan dalam satuan persen. Dari data yang didapat
menunjukan bahwa penyinaran matahari tertinggi terjadi pada DAS Pengabuan terjadi di
bulan April sebesar 42 % dan penyinaran terendah pada bulan September dengan
intensitas penyinaran sebesar 25 %.

II.3 Demografi

Komposisi Penduduk Tanjung Jabung Barat masih didominasi oleh penduduk muda/dewasa.
Hal yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah jumlah penduduk usia 25-39 tahun yang
cukup signifikan pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja cukup
tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari aspek penambahan penduduk, jumlah penduduk
usia 0-4 tahun relatif seimbang dibandingkan usia 5-9 tahun pada tahun 2017. Kondisi ini
menandakan jumlah kelahiran masih perlu dicermati untuk mengambil kebijakan pengendalian
jumlah penduduk di masa mendatang.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk berbasis hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2016 mencapai 316.811 jiwa. Pada tahun 2017, jumlah
penduduk meningkat hingga 322.527 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,16
persen. Jika dilihat pertumbuhan penduduk pada tahun ini, penambahan jumlah penduduk
tahun 2017 tidak sebesar penambahan jumlah penduduk tahun 2016.

Setiap tahunnya penduduk yg berada di kabupaten ini semakin padat. Hal ini terlihat dari angka
kepadatan penduduk yang terus meningkat. Pada tahun 2017, setiap 1 2 km luas wilayah di huni
64 jiwa. Penambahan jumlah penduduk juga menyebabkan peningkatan jumlah rumah tangga

2
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

di tahun 2017 sebesar 80.796 ruta dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Selama tiga tahun terakhir, jumlah penduduk laki -laki lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan. Tahun 2017, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 107
penduduk laki-laki.

Tabel II-1. Indikator Kependudukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Uraian 2015 2016 2017


Jumlah Penduduk (jiwa) 310.914 316.811 322.527
Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2,29 2,27 2,16
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 62 63 65
Sex Ratio (L/P) (%) 107 108 107
Jumlah Rumah Tangga (ruta) 77.887 79364 80796
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4 4
% Penduduk kelompok umur
0-14 thn 29,48 29,06 28,63
15-64 thn 66,97 67,27 67,56
≥ 65 thn 3,55 3,67 5,64
Sumber : Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2018

II.4 Perekonomian

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2017
sebesar 70,24 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 70,24 persen dari total penduduk usia kerja
(15 tahun keatas) termasuk kedalam angkatan kerja. Terjadi peningkatan partisipasi angkatan
kerja pada tahun 2017 jika dibandingkan dengan partisipasi angkatan kerja pada tahun 2015.
Jika dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, 52,41 persen penduduk usia kerja yang bekerja
memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah.

Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, aktivitas bekerja di sektor pertanian (A)
masih mendominasi pasar kerja di Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 2017, persentase yang
bekerja di sektor pertanian (A) sebesar 58,59 persen, disusul oleh sektor jasa-jasa (S) dengan
34,09 persen dan sektor manufaktur (M) dengan 7,32 persen.

Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang sangat penting di Tanjung Jabung Barat.
Sektor ini salah satu penyumbang nilai tambah terbesar bagi perekonomian. Selain itu, sektor
pertanian juga menjadi penyerap tenaga kerja terbesar. Produksi padi sawah di kabupaten ini
tahun 2017 meningkat 1,55 persen dibandingkan tahun 2016. Peningkatan produksi tanaman
pangan ini dikarenakan faktor luas panen yang meningkat. Sebaliknya, terjadi penurunan
produksi padi ladang hingga minus 79,60 persen yang disebabkan adanya penurunan luas
panen padi ladang dari 1.237 hektar pada tahun 2016 menjadi 236 hektar pada tahun 2017.

3
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Salah satu kegiatan di sektor pertanian yang cukup signifikan memberikan kontribusi terhadap
perekonomian Tanjung Jabung Barat adalah perkebunan. Meskipun demikian, beberapa
komoditi perkebunan pada tahun 2016 mengalami penurunan produksi. Adapun komoditi yang
mengalami penurunan produksi yaitu karet, kopi, coklat.

Tabel II-2. Statistik Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Uraian 2015 2016 2017 Uraian 2015 2016 2017


Padi Sawah Kelapa Sawit
Luas Panen 10.34 Luas Panen
(ha) 9.613 9.994 6 (ha) 61.96 63.93 67.296
38.78 45.92 46.63 131.23 140.44
Produksi (ton) 6 3 5 Produksi (ton) 5 2 154.058
Padi Ladang Kelapa
Luas Panen Luas Panen
(ha) 3.141 1.237 236 (ha) 54.908 54.732 54.755
Produksi (ton) 11.27 2.422 494 Produksi (ton) 54.608 50.412 53.71
Jagung Karet
Luas Panen Luas Panen
(ha) 1295 543 396 (ha) 14.806 13.806 9.511
Produksi (ton) 4.054 2.508 3.024 Produksi (ton) 6.57 6.416 4.597
Kacang
Kedelai Kopi
Luas Panen Luas Panen
(ha) 0 66 0 (ha) 2.882 2.597 2.61
Produksi (ton) 0 68 0 Produksi (ton) 1.225 1.17 1.08
Kacang Hijau Pinang
Luas Panen Luas Panen
(ha) 8 11 6 (ha) 9.882 10.524 10.632
Produksi (ton) 9 13 7 Produksi (ton) 10.518 9.433 9.955
Kacang Tanah Coklat
Luas Panen Luas Panen
(ha) 9 15 6 (ha) 378 358 350
Produksi (ton) 10 17 7 Produksi (ton) 60 37 32
Ubi Kayu
Luas Panen
(ha) 166 170 151
Produksi (ton) 2.411 4.069 3.147
Ubi Jalar
Luas Panen
(ha) 28 181 15
Produksi (ton) 217 18 146
Sumber : Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2018

4
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Gambar II-1. Peta Administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

5
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

BAB III
DESAIN NORMALISASI SUNGAI

III.1 Umum

Sesuai dengan tujuan pekerjaan ini maka output dari produk pekerjaan ini adalah solusi
teknis guna mengendalikan ketinggian muka air, sehingga tidak membahayakan fasilitas-
fasilitas yang ada di sekitanya. Metodologi terbaik apa yang paling tepat dan
perlakuan/pembangunan apa yang sangat dibutuhkan. Tentunya sasaran dalam pekerjaan ini
adalah untuk mendapatkan arah penataan sungai yang ramah lingkungan dan ekonomis
sehingga dapat dilaksanakan pekerjaan konstruksi yang tepat guna, tepat waktu dan tepat
mutu.

Pengendaian sumber daya air adalah usaha-usaha untuk mengambil manfaat seoptimal
mungkin dari potensi yang terkandung di dalamnya tanpa merusak lingkungan serta
mengendalikan daya rusaknya, dalam hal ini terutama adalah sungai. Perlindungan sumber
daya air dilakukan mengingat telah rusak akibat banjir. Keberhasilan suatu pembangunan
adalah bila seluruh rangkaian kegiatan pengembangan dilaksanakan sesuai rencana. Selain
untuk melindungi juga merawat kelangsungan sumber daya air tersebut, dalam arti tidak
sekedar melindungi tetapi juga bernilai estetika. Agar terlihat nyaman dan indah.

III.2 Upaya Pengendalian Banjir

Banjir yang umumnya terjadi di sungai-sungai di daerah yang dikaji secara umum selain
dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi tetapi juga karena kapasitas sungai yang tidak ideal
dalam mengalirkan debit banjir dan perubahan tata guna lahan di hulu masing-masing sungai.
Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi topografi, kondisi hidrometeorologi, geologi, morfologi
sungainya dan juga kondisi sosial masyarakat. Untuk itu konsep perbaikan dan pengaturan
sungai harus mempertimbangkan faktor tersebut agar pola pengendalian banjir dan perbaikan
sungai sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun secara mikronya adalah setiap ruas penampang sungai yang direncanakan akan
ditentukan tinggi muka air, penampang melintang dan memanjang sungai, dan batasan badan
sungai atau tanggul eksistingnya. Rencana perbaikan dan pengaturan sungai ditetapkan
setelah dilakukan estimasi kemampuan kapasitas sungai eksisting sungai. Perhitungan estimasi
kapasitas kemampuan sungai dilakukan dengan running debit banjir rencana dengan variasi
kala ulang yaitu dari kala ulang 1.01th dan 100th. Dimana estimasi ini menggunakan metode
tahapan standar dengan anggapan aliran adalah steady flow.

Konsultan berupaya memberikan suatu detail desain yang tepat untuk mengatasi
masalah banjir tersebut, dengan mengumpulkan semua data yang relevan baik data primer
1
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

maupun data sekunder selanjutnya melakukan survey di lapangan dan pekerjaan penyelidikan
sehingga terwujud detail desain yang dapat diterapkan pada lokasi kajian.

III.2.1 Pengendalian Banjir Secara Struktural

Secara garis besar, teknis perencanaan pengendalian banjir untuk suatu wilayah aliran sungai,
adalah meliputi :

1. Membangun tanggul di kanan-kiri sungai (dike/leeve)


2. Memperbaiki/normalisasi alur sungai (river improvement)
3. Membelokkan arah aliran sungai (short cut/floodway)
4. Pembuatan pintu-pintu air dan lain-lain.

III.2.2 Pengendalian Banjir Secara Non-Struktural

Pengendalian non struktural ini dilakukan untuk menanggulangi banjir jangka panjang.
Diantaranya adalah:

1. Pengelolaan DAS (Watershed Management) yang non struktural


2. Perlindungan kebal banjir (flood proofing)
3. Flood warning system.
4. Pengelolaan Dataran Banjir (Flood plain management).

III.2.3 Pengendalian Banjir Atas Partisipasi Masyarakat

Dimana dilakukan dengan cara merubah perilaku masyarakat melalui sosialisasi dan
penyamaan persepsi yang berkaitan dengan upaya pengendalian dan penanggulangan banjir,
antara lain;

1. Pelaksanaan kesiapsiagaan.
2. Penegakan hukum (law enforcement)
3. Evakuasi penduduk dan relokasi bangunan
4. Manajemen Kelembagaan
5. Pemberdayaan Masyarakat

III.3 Permasalahan Banjir Di Wilayah Studi

Dari hasil survey di lapangan penyebab terjadinya banjir di Sungai Akediri adalah terjadi
karena:

 Curah hujan yang tinggi, hal ini karena perubahan iklim secara keseluruhan karena
pemanasan global.
 Meningkatnya Debit limpasan permukaan akibat perubahan daerah tangkapan air
menjadi lahan pertanian dan adanya penebangan ilegal, sistem pertanian/ladang yang
belum memperlakukan kaidah konservasi karena lahan yang mempunyai kemiringan

2
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

lereng terjal masih dilakukan pembukaan sebagai lahan pertanian tanpa


mengaplikasikan teknik konservasi.
 Daerah bantaran banjir banyak yang dimanfaatkan sebagai areal pertanian dan
permukiman sehingga mengurangi kapasitas penampang sungai itu sendiri sehingga
debit yang melewati sungai tidak mampu menampung air.

III.3.1 Upaya Pengendalian Banjir Di Wilayah Studi

Alternatif pemecahan banjir di Sungai Akediri ini disamping mempertimbangkan aspek


teknis, ekonomis juga harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dari masyarakat yang
tinggal di sekitar sungai tersebut.

Berdasarkan evaluasi profil muka air, maka bangunan yang direkomendasikan dan
dianggap dapat dilaksanakan di lokasi pekerjaan adalah:

1. Tanggul banjir
Tanggul merupakan bangunan yang paling utama dalam usaha mengatasi luapan air banjir.
Tanggul terutama dibangun dengan konstruksi timbunan tanah, khususnya di daerah sekitar
sungai yang masih cukup lapang. Apabila bantaran sungai sempit, maka bisa direncanakan
tanggul tegak dari pasangan batu.

 Tinggi tanggul
Tinggi tanggul ditentukan oleh elevasi muka air banjir rencana ditambah dengan tinggi jagaan
(freeboard). Tinggi jagaan tanggul dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel III-3. Tinggi Jagaan Standar Untuk Tanggul

Debit Banjir Rencana Angka Untuk Ditambahkan Di Atas

(m3/detik) Elevasi Muka Air Banjir Rencana (m)

Kurang dari 200 0,6

200 – 500 0,8

500 – 2.000 1,0

2.000 – 5.000 1,2

5.000 – 10.000 1,5

Lebih besar dari 10.000 2,0

 Lebar mercu tanggul


Pada daerah yang tidak mempunyai areal yang cukup untuk penempatan tanggul, maka
tanggul didesain dengan mercu yang tidak lebar dan kemiringan lereng agak curam. Lebar
3
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

mercu tanggul juga bisa ditentukan berdasarkan besarnya debit banjir rencana seperti terlihat
pada Tabel berikut :

Tabel III-4. Lebar Standar Untuk Mercu Tanggul

Debit Banjir Rencana Lebar Mercu Tanggul

(m3/detik) (m)

Kurang dari 500 3,0

500 – 2.000 4,0

2.000 – 5.000 5,0

5.000 – 10.000 6,0

Lebih besar dari 10.000 7,0

 Kemiringan lereng tanggul


Penentuan kemiringan lereng tanggul merupakan tahapan yang paling penting dalam
perencanaan tanggul dan sangat erat kaitannya dengan data mekanika tanah.

 Stabilitas tanggul
Stabilitas tanggul harus benar-benar diperhatikan untuk menjaga keawetan dan usia guna
tanggul tersebut.

Beberapa penyebab terjadinya kerusakan pada tanggul, antara lain adalah :

 Terbentuknya bidang gelincir akibat kemiringan lereng tanggul terlalu curam.


 Keruntuhan tanggul akibat kejenuhan air dalam tubuh tanggul dan muka air sungai turun
tiba-tiba (rapid draw-down).
 Terjadinya kebocoran pada pondasi tanggul.
 Tergerusnya lereng depan tanggul oleh arus sungai.
 Terjadinya limpasan pada mercu tanggul.
 Terjadinya pergeseran pondasi akibat gempa.

2. Perkuatan lereng
Dalam merencanakan perbaikan sungai secara keseluruhan yang paling utama adalah
membuat rencana alur, potongan memanjang dan melintang sedemikian rupa sehingga
mencapai bentuk yang stabil, yaitu penampang saluran rencana yang mendekati bentuk sungai
existing. Dengan demikian perkuatan tebing hanya perlu dibuat pada tempat-tempat tertentu
yang sangat labil pada ruas sungai yang tergerus akibat perubahan setempat saja.

4
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

B. Analisa Teknis Desain

Dari beberapa alternatif yang terpilih dengan berbagai kombinasi yang ada, maka dilakukan
analisa secara teknis untuk melihat kelayakan setiap alternatif bangunan yang direncanakan.

 Elevasi Muka Air, Kedalaman Dan Kecepatan

Perhitungan elevasi muka air, kedalaman dan kecepatan dilakukan pada beberapa penampang
dengan menggunakan berbagai debit rencana (Q2, Q3, Q5, Q10, Q25, Q50, Q100).

 Filter

Filter sangat penting digunakan untuk menjaga agar butiran tanah dibelakang bangunan
pengaman tebing tidak terbawa oleh gerakan air yang berada di dalam pori-pori antara
bangunan dan tanah tebing. Tekanan air tanah akan mempengaruhi kondisi tanah di belakan
bangunan. Dengan tidak adanya penyaluran air tanah dapat mengakibatkan akan merusak
struktur bangunan yang ada.

Untuk perencanaan filter menggunakan data sebagai berikut:

Terhadap kriteria, maka ukuran filter:


D 50⋅Filter

 D 50⋅Tanah < 40; sehingga D50 filter < 40 x 0,05 = 2mm


D 15⋅Filter

 D 15⋅Tanah < 40; sehingga D15 filter < 40 x 0,01 = 0,4 mm


D 15⋅Filter

 D 85⋅Tanah < 5; sehingga D15 filter < 5 x 0,15 = 0,75 mm


D 15⋅Filter

 D 15⋅Tanah < 5; sehingga D15 filter < 5 x 0,01 = 0,05mm

Jadi material filter dekat tanah tebing harus berukuran :

 D50 < 2 mm (1)


 0,05 mm < D15 < 0,40 mm (2)

Dekat tanah tebing (II)

 D85 = 3,0 mm
 D50 = 1,5 mm
 D15 = 0,3 mm

 Stabilitas Lereng

Analisis stabilitas dengan menggunakan metode irisan, dapat dijelaskan pada gambar
dibawah dengan AC merupakan lengkungan lingkaran sebagai permukaan bidang longsor
5
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

percobaan. Tanah yang berada di atas bidang longsor percobaan dibagi dalam beberapa irisan
tegak. Lebar dari tiap-tiap irisan tidak harus sama. Perhatikan satu satuan tebal tegak lurus
irisan melintang talud seperti gambar; gaya-gaya yang bekerja pada irisan tertentu (irisan no n)
ditunjukkan dalam gambar. Wn adalah barat irisan. Gaya-gaya Nr dan Tr adalah komponen
tegak dan sejajar dari reaksi R. Pn dan Pn+ t adalah gaya normal yang bekerja pada sisi-sisi
irisan. Demikian juga, gaya geser yang bekerja pada sisi irisan adalah Tn dan Tr+1 . Untuk
memudahkan, tegangan air pori dianggap sama dengan nol. Gaya Pn, Pn+1, Tn , dan Tn+1
adalah sulit ditentukan. Tetapi, kita dapat membuat asumsi perkiraan bahwa resultan Pn dan Tn
adalah sama besar dengan resultan Pn+1 dan T n +1, dan juga garis-garis kerjaaya segaris.

Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik O adalah
sama dengan momen gaya perlawanan terhadap titik O, atau

[ ](
n=p n= p W n r sin α
∑ W n r sin α n= ∑ Fs1 c+
ΔL n
ΔLn ) ( r )
n=1 n=1

atau
n= p
∑ ( cΔLn +W n cos α n tan φ )
n=1
Fs= n= p
∑ W n sin αn
n=1

Perhatikan bahwa harga an bisa negatif atau positif. Harga an adalah positif bila talud
bidang lonsor yang merupakan sisi bawah dari irisan, berada pada kwadran yang sama dengan
talud muka tanah merupakan sisi atas dari irisan. Untuk mendapatkan angka keamanan yang
minimum-yaitu, angka keamanan untuk lingkaran kritis-beberapa percobaan dibuat dengan
cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba. Metode ini umumnya dikenal sebagai
"metode irisan yang sederhana (ordinary method of Slices)”

6
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Untuk mudahnya, suatu talud dalam tanah yang homogen ditunjukkan dalam gambar.
tetapi, metode irisan dapat dikembangkan untuk talud dalam tanah berlapis-lapis seperti
ditunjukkan dalam gambar. Prosedur umum dari analisis stabilitas adalah sama. Tetapi, ada
beberapa hal yang perlu diingat. Untuk menghitung angka keamanan, harga ø dan c tidak akan
sama untuk semua potongan.

Kestabilan lereng dapat dicari dengan menghitung besarnya kekuatan geser yang
diperlukan untuk mempertahankan kemantapan dan dibandingkan dengan kekuatan geser
yang ada. Dari perbandingan didapatkan faktor keamanan. Pada permulaan dianggap bahwa
akan terjadi kelongsoran pada suatu tebing tergelincir tertentu dan hitung gaya atau momen
yang mencoba menyebabkan kelongsoran pada bidang tersebut akibat berat tanah dan berat
beton lining. Ini disebut gaya penggerak (sliding force) atau momen penggerak (turning
moment). Selanjutnya adalah menghitung gaya atau momen yang melawan kelongsoran, akibat
kekuatan geser tanah. Ini disebut momen melawan (Resisting moment). Dengan menyamakan
kedua momen ini, dapat ditentukan faktor keamanan terhadap kelongsoran pada bidang geser
yang bersangkutan.

III.3.2 Desain Kriteria Perencanaan

III.3.2.1 Tanggul

a. Tingkat Resiko
Tingkat resiko akibat banjir (ancaman terhadap jiwa dan harta benda) di daerah yang terkena
banjir dapat diukur sebagai fungsi kecepatan dan kedalaman air. Resiko akan bertambah ketika
kecepatan atau kedalaman air bertambah. Keputusan mengenai tingkat resiko banjir seringkali
dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan. Terdapat tiga tingkatan
resiko banjir sebagai skala yaitu rendah, sedang dan tinggi, tingkat resiko tersebut secara grafis
merupakan fungsi dari kecepatan aliran pada saat banjir dengan tinggi banjir.

b. Standar perencanaan Banjir


Perencanaan penanggulangan banjir akan aman jika debit banjir yang terjadi tidak melebihi
debit banjir rencana, yang secara umum ditentukan dengan kala ulang. Ada dua standar
pemilihan penggunaan besaran kala ulang banjir rencana yaitu:

i. Standar pertama (fase awal) yaitu penggunaan kala ulang minimum untuk
berbagai kondisi yang ada, standar yang sama untuk semua pemakaian.
ii. Standar kedua (fase akhir) yaitu penggunaan kala ulang yang ditentukan
berdasarkan pada analisis ekonomi untuk mencapai manfaat ekonomi secara
optimum.

7
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Tabel III-5. Usulan Kala Ulang Untuk Perencanaan Banjir Rencana

Didasarkan pada tipe proyek Fase Fase


Sistem sungai
Didasarkan pada populasi total awal akhir

Sungai Proyek darurat 5 10

Proyek baru 10 25

Untuk pedesaan dan/ atau kota

dengan populasi < 2000000 25 50

Untuk perkotaan dengan

populasi > 2000000 25 100

Sistem drainase primer Pedesaan 2 5


(DAS< 500 ha)
Perkotaan Populasi < 500.000 5 10

Perkotaan 500.000 < P< 2000.000 5 15

Perkotaan dengan populasi > 2 JT 10 25

Sistem drainase sekunder Pedesaan 1 2


(DAS< 500 ha)
Perkotaan Populasi < 500.000 2 5

Perkotaan 500.000 < P< 2000.000 2 5

Perkotaan populasi > 2 JT 5 10

Sistem drainase tersier Pedesaan dan Perkotaan 1 2


(DAS< 10 ha)

Sumber : Pedoman pengendalian banjir, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan,1996

Untuk memudahkan proses perencanaan serta mengontrol tahapan perencanaan bangunan


maka dibuatlah suatu kriteria perencanaan terutama yang berkaitan dengan analisis hidrolis,
analisis struktur, material konstruksi, pembebanan, hingga analisis stabilitas.

III.3.3 Perencanaan Bangunan

Tanggul banjir direncanakan sebagai penahan limpasan sungai ke pemukiman dan


persawahan serta fasilitas yang ada di desa Akediri. Tubuh tanggul ini direncanakan dibuat dari
campuran tanah yang terdapat pada daerah studi.

Tinggi tanggul didasarkan pada debit banjir kala ulang 20 tahunan ditambah tinggi jagaan
sebesar 0.6 m. Lebar atas tanggul direncana selebar 3 m. Adapun desain penampang
melintang tubuh tanggul ini adalah sebagai berikut:

8
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

3.00 Variabel Variabel 3.00


Timbunan Timbunan

Gebalan Rum put 1 1 1 1 Gebalan Rumput


1 1 1 1
Saluran Drainase Saluran Drainase

Gambar III-2. Tipikal Tanggul

Dalam mendukung proses penyelesaian analisis hidrolika, khususnya dalam analisa profil
aliran, maka dalam pekerjaan ini nantinya akan digunakan program aplikasi (software) yaitu
HEC-RAS. Aplikasi ini digunakan dengan maksud agar ketelitian pembacaan dan analisis bisa
lebih terjaga untuk mereduksi faktor “human error’ menjadi seminimal mungkin.

Gambar III-3. Tampilan Awal Program HEC-RAS

Analisis perilaku sungai merupakan suatu analisis yang bukan saja komplek, namun
juga cukup rumit, dimana dalam analisis sistem ini perlu dilakukan iterasi yang dilakukan secara
berulang dengan parameter-parameter tertentu untuk mencari variabel-variabel yang tertentu
baik pada aliran kondisi permanen (Steady Flow) maupun aliran kondisi non permanen
(Unsteady Flow).

Dalam analisis dan perencanaan persungaian adanya paket program komputer sangat
mendukung, proses iterasi yang dilakukan secara berulang akan lebih singkat dan menjadi
lebih teliti dengan adanya bantuan software. Program HEC-RAS merupakan sebuah software
yang dirancang mampu untuk menganalisis perilaku sistem persungaian yang meliputi
perhitungan/analisis dalam kondisi aliran permanen (steady Flow), kondisi aliran non permanen
(Unsteady Flow), maupun pergerakan sedimennya (Sedimen Transport).

Hydrologic Engineering Center-River Analysis System (HEC-RAS) adalah paket program yang
dapat digunakan untuk menghitung profil muka air satu dimensi (one-dimensional) untuk kondisi
aliran tetap berubah lambat laun (steady gradually varied flow) pada saluran alam (sungai) atau
saluran prismatic.

9
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

a) Persamaan dasar untuk perhitungan profil muka air

Profil permukaan air dihitung dari suatu potongan melintang saluran ke potongan selanjutnya
dengan memecahkan persamaan kekekalan energi dengan prosedur interaktif yang disebut
Metode Tahapan Standar (Standard Step method). Persamaan kekekalan energi ditulis sebagai
berikut:

α 2V α1V
22 12
Y 2+ Z 2+ =Y 1 +Z 1 + +h e
2g 2g

dimana:

Y1, Y2 = kedalaman air pada potongan melintang

Z1, Z2 = elevasi pada saluran utama

V1, V2 = kecepatan rata-rata (jumlah total debit)

1, 2 = koefisien tinggi kecepatan

g = percepatan gravitasi

he = kehilangan energi

Kehilangan energi antara dua potongan melintang diakibatkan oleh kehilangan energi akibat
gesekan dan ekspansi maupun kontraksi. Persamaan kehilangan tinggi energi dituliskan
sebagai berikut:

he =L S f + C [ α 2V
2g
2
2

α1V
2g
1
2
]
dimana:

L = jarak sepanjang bentang yang ditinjau

S̄ f = kemiringan gesekan (friction slope) antara dua potongan melintang

C = koefisien ekspansi atau kontraksi

Jarak sepanjang bentang yang ditinjau, L, dihitung dengan persamaan:

Llob Q̄lob +Lch Q̄ch +Lrob Q̄ rob


L=
Q̄lob + Q̄ ch+ Q̄rob

dimana:

Llob, Lch, Lrob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang ditinjau di
pinggir kiri sungai/left overbank (lob), saluran utama/main channel
(ch), dan pinggir kanan sungai/right overbank (rob).
10
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Q̄ lob , Q̄ ,
ch
Q̄ rob = jarak sepanjang potongan melintang pada aliran yang ditinjau di
pinggir kiri sungai (lob), saluran utama (ch), dan pinggir kanan
sungai (rob).

b) Pembagian potongan melintang untuk perhitungan penyaluran

Penentuan penyaluran total aliran dan koefisien kecepatan untuk potongan melintang
membutuhkan pembagian aliran menjadi beberapa satuan sehingga kecepatan didistribusikan
secara merata. Pendekatan yang digunakan pada HEC-RAS adalah membagi daerah aliran
pada pinggir saluran atau sungai dengan menggunakan masukan nilai n pada potongan
melintang dimana nilai n berubah sebagai dasar pembagian. Penyaluran/aliran dihitung di
dalam tiap sub bagian dari bentuk persamaan Manning berikut ini:

Q=KS
f 1/2

1 , 486 2/3
K= AR
n

dimana:

K = penyaluran untuk suatu sub bagian

N = koefisien kekasaran Manning untuk sub bagian

A = luas daerah aliran pada sub bagian

R = jari-jari hidraulik pada sub bagian

Program akan menjumlahkan tambahan penyaluran pada pinggir saluran utuk mendapatkan
penyaluran pada sebelah kiri dan kanan pinggir sungai. Penyaluran saluran utama dihitung
dengan cara biasa sebagai satu bagian penyaluran. Jumlah total penyaluran dapat diperoleh
dengan menjumlahkan tiga sub bagian penyaluran, yaitu: sub bagian kiri pinggir sungai, saluran
utama, dan sub bagian kanan pinggir sungai.

c) Perhitungan nilai rata-rata tinggi energi kinetik

Perangkat lunak HEC-RAS adalah program perhitungan profil permukaan air satu dimensi, oleh
karenanya hanya satu permukaan air dan satu tinggi energi rata-rata yang dihitung pada tiap
potongan melintang. Jika suatu nilai permukaan air diketahui, rata-rata tinggi energi didapatkan
dengan menghitung tinggi energi aliran dari tiga sub bagian pada potongan melintang (left
overbank, main channel, dan right overbank).

Untuk menghitung rata-rata energi kinetik diperlukan perhitungan koefisien tinggi kecepatan
alpa (). Alpha dihitung dengan cara sebagai berikut:

11
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

( ) ( )
V 2 V 2
1 2
Q1 +Q2
V̄ 2 2g 2g
α =
2g Q 1 +Q2

α=
2 g Q1
[ ( ) ( )]
V
2g
12
+Q 2
V
2g
22

( Q 1 + Q 2 ) V̄ 2

Q 1 V 2 +Q2 V
1 12
α= 2
(Q1 +Q 2 ) V̄

Dalam bentuk umumnya:

Q1 V 2 +Q 2 V 2 +. .. . .. .+Q N V
1 1 N2
α=
Q V̄ 2

Koefisien kecepatan, , dihitung berdasarkan pada penyaluran di tiga bagian aliran. Persamaan
tersebut dapat ditulis dalam bentuk penyaluran dan daerah luasannya seperti pada persamaan
di bawah ini:

α=
( At )2
[ ( K lob )3 ( K ch )3 ( K rob )3
+ +
( Alob )2 ( A ch )2 ( Arob )2
3
]
( Kt )

dimana:

At = jumlah total luas daerah aliran pada potongan melintang

Alob, Ach, Arob = luas daerah pada tiap sub bagian penampang saluran

Kt = jumlah total penyaluran pada potongan melintang

Klob, Kch, Krob = penyaluran pada sub bagian penampang saluran

d) Perhitungan kehilangan energi akibat gesekan

Kehilangan energi akibat gesekan yang diperhitungkan pada HEC-RAS adalah produk dari S f
dan L (persamaan 3-2). Kemiringan gesekan Sf pada tiap bagian potongan melintang dihitung
dari persamaan Manning sebagai berikut:

( )
2
Q
Sf =
K
12
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Bentuk alternatif persamaan-persamaan kemiringan Sf pada HEC-RAS adalah:

Persamaan Penyaluran Rata-rata:

( )
2
Q +Q
S̄ f = 1 2
K 1+ K 2

Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata:

S f +S f
1 2
S̄ f =
2

Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata Geometri:


S̄ f = S f . S f
1 2

Persamaan Kemiringan Gesekan Rata-rata Harmonik:

2 Sf . Sf
1 2
S̄ f =
Sf + Sf
1 2

Persamaan tersebut diatas adalah persamaan standar yang digunakan oleh program.
Persamaan ini secara automatis digunakan kecuali jika persamaan yang berbeda diinginkan.
Program juga menyediakan pilihan untuk memilih persamaan secara autmotatis sesuai dengan
daerah aliran dan tipe profil yang ditinjau.

e) Perhitungan kehilangan energi akibat kontraksi dan ekspansi

Kehilangan energi akibat kontraksi dan ekspansi pada HEC-RAS dihitung dengan persamaan
berikut ini:

ho =C [ α1 V
2g
1
2

α2 V
2g
2
2
]
dimana:

C = koefisien ekspansi atau kontraksi

Program akan mengasumsikan kontraksi terjadi jika tinggi kecepatan di hilir lebih besar dari
pada tinggi kecepatan di hulu. Sebaliknya, ekspansi terjadi jika tinggi kecepatan di hulu lebih
besar dari pada tinggi kecepatan di hilir.

13
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam
Akediricoba Plan: Plan 34 17/9/2012
Akediri Sung ai
30 Lege nd

W S Q20
Gro und
28
Left Levee

Right Levee

26

24

22
Elevatio n (m)

20

18

16

14

12
0 2000 4000 6000 800 0 100 00
Main Channel Distance (m)

Gambar III-4. Profil Muka Air Hasil Analisa

Jebolnya suatu tanggul, biasanya dimulai dengan terjadinya suatu gejala longsoran baik
pada lereng udik tanggul, maupun lereng hilir tanggul tersebut, yang disebabkan kurang
memadainya stabilitas kedua lereng tersebut. Stabilitas lereng merupakan kunci dari stabilitas
tubuh tanggul secara keseluruhan.

Analisis stabilitas dengan menggunakan metode irisan, dapat dijelaskan pada gambar
dengan AC merupakan lengkungan lingkaran sebagai permukaan bidang longsor percobaan.
Tanah yang berada di atas bidang longsor percobaan dibagi dalam beberapa irisan tegak.
Lebar dari tiap-tiap irisan tidak harus sama. Perhatikan satu satuan tebal tegak lurus irisan
melintang talud seperti gambar; gaya-gaya yang bekerja pada irisan tertentu (irisan no n)
ditunjukkan dalam gambar. Wn adalah barat irisan. Gaya-gaya Nr dan Tr adalah komponen
tegak dan sejajar dari reaksi R. Pn dan Pn+ t adalah gaya normal yang bekerja pada sisi-sisi
irisan. Demikian juga, gaya geser yang bekerja pada sisi irisan adalah Tn dan Tr+1 . Untuk
memudahkan, tegangan air pori dianggap sama dengan nol. Gaya Pn, Pn+1, Tn , dan Tn+1
adalah sulit ditentukan. Tetapi, kita dapat membuat asumsi perkiraan bahwa resultan Pn dan Tn
adalah sama besar dengan resultan Pn+1 dan T n +1, dan juga garis-garis kerjaaya segaris.

Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik O adalah sama
dengan momen gaya perlawanan terhadap titik O, atau

[ ](
n=p n= p W r sin α
1
∑ W n r sin α n= ∑ Fs
c+ n
ΔL n
ΔLn ) ( r )
n=1 n=1

atau

14
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam
n= p
∑ (cΔLn +W n cos α n tan φ )
Fs= n=1 n= p
∑ W n sin αn
n=1

Perhatikan bahwa harga an bisa negatif atau positif. Harga an adalah positif bila talud
bidang lonsor yang merupakan sisi bawah dari irisan, berada pada kwadran yang sama dengan
talud muka tanah merupakan sisi atas dari irisan. Untuk mendapatkan angka keamanan yang
minimum-yaitu, angka keamanan untuk lingkaran kritis-beberapa percobaan dibuat dengan
cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba. Metode ini umumnya dikenal sebagai
"metode irisan yang sederhana (ordinary method of Slices)”

Untuk mudahnya, suatu talud dalam tanah yang homogen ditunjukkan dalam gambar.
tetapi, metode irisan dapat dikembangkan untuk talud dalam tanah berlapis-lapis seperti
ditunjukkan dalam gambar. Prosedur umum dari analisis stabilitas adalah sama. Tetapi, ada
beberapa hal yang perlu diingat. Untuk menghitung angka keamanan, harga ø dan c tidak akan
sama untuk semua potongan.

Kestabilan lereng dapat dicari dengan menghitung besarnya kekuatan geser yang
diperlukan untuk mempertahankan kemantapan dan dibandingkan dengan kekuatan geser
yang ada. Dari perbandingan didapatkan faktor keamanan. Pada permulaan dianggap bahwa
akan terjadi kelongsoran pada suatu tebing tergelincir tertentu dan hitung gaya atau momen
yang mencoba menyebabkan kelongsoran pada bidang tersebut akibat berat tanah dan berat
beton lining. Ini disebut gaya penggerak (sliding force) atau momen penggerak (turning
moment). Selanjutnya adalah menghitung gaya atau momen yang melawan kelongsoran, akibat
kekuatan geser tanah. Ini disebut momen melawan (Resisting moment). Dengan menyamakan
kedua momen ini, dapat ditentukan faktor keamanan terhadap kelongsoran pada bidang geser
yang bersangkutan.

15
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Untuk menghitung faktor keamanan lereng, penyelesaian perhitungan menggunakan


bantuan program GeoSlope. Hasil analisa stabilitas lereng disajikan sebagai berikut :

Parameter Tanah

: - γ : 22 kN/m³

- θ : 25 °

- c : 10 kPa

: - γ : 17.25 kN/m³

- θ : 21 °

- c : 10 kPa

: - γ : 17.25 kN/m³

- θ : 21 °

- c : 10 kPa

Lereng Bagian Dalam

Gambar III-5. Sketsa Analisa Lereng Tanggul Bagian Dalam

Tabel III-6. Rekapitulasi Hasil Analisa Lereng Tanggul Bagian Dalam

Fa ktor Ke a m ana n Fa kto r Ke a m anan


Me to de Ke te ra ng a n
Ha s il P e rhitung a n Ya ng Dibutuhka n
Ordinary 1.527 1.5 Aman
Bis hop 1.611 1.5 Aman
J anbu 1.512 1.5 Aman
Moergens tein-P rice 1.607 1.5 Aman

16
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

III.3.4 Rencana Anggaran Biaya

Untuk perhitungan kuantitas pekerjaan adalah dilakukan dengan menghitung setiap item
pekerjaan berdasarkan gambar perencanaan dimana secara umum jenis pekerjaan tersebut
adalah :

a. Pekerjaaan Tanah
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan penampang
desain tanah dengan dikalikan dengan jarak untuk setiap jenis kegiatan ataupun
material jenis material yang digunakan dengan satuan kuantitas, yaitu m2 ataupun m3.

b. Pekerjaan Bangunan
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan penampang
desain bangunan yang mewakili bentuk dengan dikalikan jarak untuk setiap jenis
kegiatan ataupun meterial yang digunakan dengan satuan kuantitas, yaitu m2 ataupun
m3.

c. Pekerjaan Lainnya
Pekerjaan ini disesuaikan dengan sifatnya yang dihitung dalam bentuk satuan kuantitas,
yaitu m3, m2, buah, set ataupun lainnya.

Volume pekerjaan pada kegiatan ini meliputi volume pekerjaan saluran dan volume pekerjaan
bangunan pelengkap.

Analisa harga satuan pekerjaan ini dibuat untuk masing – masing pekerjaan dan untuk
penentuan harganya didasarkan pada basic price untuk Daerah Kabupaten Tanjung Jabung
Barat pada tahun anggaran 2021.

Hasil analisa rencana anggaran biaya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel III-7. Rekapitulasi RAB Normalisasi Sungai Tantang

TOTAL BIAYA
NO URAIAN PEKERJAAN PRESENTASE
RP

I PEKERJAAN PERSIAPAN 25,419,900.00 5.09

II PEKERJAAN MENGGUNAKAN ALAT 436,680,533.09 87.42

III PEKERJAAN LAIN-LAIN 37,400,000.00 7.49

JUMLAH BIAYA 499,500,433.09 100.00


DIBULATKAN 499,500,000.00

17
Laporan Akhir
Perencanaan Normalisasi sungai Kec. Tungkal Ulu dan Batang Asam

Tabel III-8. Rincian Rencana Anggaran Biaya Normalisasi Sungai Tantang

No. URAIAN PEKERJAAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH HARGA (PPN 10%) JUMLAH HARGA PPN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) (+) PPN 10%
1 2 3 4 5 6 7

I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.00 LS 3,936,000.00
1 Pengukuran dan Pematokan Lokasi 1.00 LS 226,000.00 226,000.00 22,600.00 248,600.00
2 Sew a Barak Kerja/Gudang 1.00 LS 3,200,000.00 3,200,000.00 320,000.00 3,520,000.00
3 Papan Nama Proyek 1.00 Unit 400,000.00 400,000.00 40,000.00 440,000.00
4 Mobilisasi dan Demobilisasi 1.00 LS 18,783,000.00 18,783,000.00 1,878,300.00 20,661,300.00
5 Dokumentasi dan Administrasi 1.00 LS 500,000.00 500,000.00 50,000.00 550,000.00
SUB TOTAL I 25,419,900.00

II PEKERJAAN MENGGUNAKAN ALAT


1 Pek. Tebang, Tebas dan Pembersihan Lokasi 11,100.00 M2 480.86 5,337,514.29 533,751.43 5,871,265.71
2 Pek. Galian Mengunakan Alat 13,548.45 M3 27,500.00 372,582,237.50 37,258,223.75 409,840,461.25
3 Pek. Pembentukan Hasil Galian 11,100.00 M2 1,717.35 19,062,551.02 1,906,255.10 20,968,806.12
SUB TOTAL II 436,680,533.09

III PEKERJAAN LAIN-LAIN


1 Pek. Pemasangan Pipa PVC 8" 40.00 Btg 850,000.00 34,000,000.00 3,400,000.00 37,400,000.00
2 Pek. Pemasangan Pipa PVC 10" 1.00 BTG 1,000,000.00
SUB TOTAL III 37,400,000.00
T0TAL BIAYA 499,500,433.09

18

Anda mungkin juga menyukai