Anda di halaman 1dari 56

44

BAB IV
Operational Amplifier

Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa


disebut dengan op-amp, merupakan penguat elektronika yang banyak
digunakan untuk membuat rangkaian detektor, komparator, penguat
audio, video, pembangkit sinyal, multivibrator, filter, ADC, DAC,
rangkaian penggerak dan berbagai macam rangkaian analog lainnya.
Op-amp pada umumnya tersedia dalam bentuk rangkaian
terpadu yang memiliki karakteristik mendekati karakteristik penguat
operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di
dalamnya.
Ada tiga karakteristik utama op-amp ideal, yaitu;
1. Gain sangat besar (AOL >>).
Penguatan open loop adalah sangat besar karena
feedback-nya tidak ada atau RF = tak terhingga.
2. Impedansi input sangat besar (Zi >>).
Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus input
ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan
input sepenuhnya dapat dikuatkan.
3. Impedansi output sangat kecil (Zo <<).
Impedansi output adalah sangat kecil sehingga tegangan output
stabil karena tahanan beban lebih besar yang diparalelkan dengan
Zo <<.
Adapun simbol op-amp adalah seperti pada gambar 64.

Gambar 64 Simbol op-amp


45

dimana,
V1 adalah tegangan masukan dari kaki non inverting
V2 adalah tegangan masukan dari kaki inverting
Vo adalah tegangan keluaran
sehingga

(1)
Vo  AOL.Ed

 AOL.(V1  V2 )  Ed  V1  V2
Adapun tegangan output maksimum yang dapat dihasilkan adalah:
V  A .E V
o (max) 2 dibawah tegangan sumber  V
OL d (max) o (max) s

  V sat
Tegangan output maksimum secara praktis dihasilkan sekitar 2 Volt
dibawah tegangan sumber  V dan disebut juga sebesar tegangan saturasi V .
s sat

Gambar 65 memperlihatkan kurva karakteristik hubungan Vi terhadap Vo


untuk rangkaian op-amp dengan tegangan input dihubungkan ke kaki input
non inverting (+) dan tegangan 0 Volt (di ground) ke kaki input inverting (-).
Sesuai dengan nama input op-amp yaitu apabila input dimasukkan ke kaki
non inverting (+) yang artinya tidak membalik maka tegangan output yang
dihasilkan adalah sefasa dengan tegangan input. Seperti terlihat pada gambar
1 yaitu saat input Vi bertegangan positif maka output yang dihasilkan juga
bertegangan positif dan sebaliknya.

Gambar 65 Rangkaian op-amp dengan kurva karakteristik I-O


Contoh 1:
Diket:
46

Rangkaian non inverting dengan Vi dihubungkan ke input (+)


dan men-ground input (-). Op-amp yang digunakan adalah IC 741 dengan
AOL = 200.000 x dan tegangan sumber yang digunakan adalah ±Vs=±15 Volt.

Dit:
Hitunglah Ed (max) ?

Jawab:
dimana  Vsat  VS  2
 13Volt
maka Ed (max) 
Vsat  13Volt
  65Volt
AOL 200.000

Artinya, berdasarkan gambar 65 maka untuk berfungsi sebagai


rangkaian detektor maka tegangan input Vi adalah > 65 µ Volt dan < -65 µ
Volt sehingga akan menghasilkan Vo dalam kondisi +Vsat atau –Vsat.

4.1. Detektor
Rangkaian detektor ada 2 macam yaitu:
4.1.1. Detektor inverting
a. Dengan Vref = 0 Volt
Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti
gambar 66.

Gambar 66 Rangkaian detektor inverting


47

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref = V1 sehingga


bentuk gelombang tegangan output Vo ( V  V  A .(V  V ) ) yang dihasilkan
o(max) sat OL 1 2

adalah seperti gambar 67.

Gambar 67 Bentuk gelombang input dan gelombang output


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 68.
Dengan Vi > 0 (artinya Vi > 65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan ±Vs =
±15 Volt) maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 (artinya Vi < -65 µ Volt
untuk rangkaian detektor dengan ±Vs = ±15 Volt) maka Vo = +Vsat.

Gambar 68 kurva karakteristik I-O

b. Dengan Vref = bertegangan positif


48

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vi berupa


gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref > 0 Volt adalah seperti gambar
69.

Gambar 69 Rangkaian detektor inverting


Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref = V1 sehingga
bentuk gelombang tegangan output Vo ( V  A .(V  V ) ) yang dihasilkan adalah
o (max) OL 1 2

seperti gambar 70.

Gambar 70 Bentuk gelombang input dan gelombang output


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 71.
Dengan Vi > Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo =
+Vsat.
49

Gambar 71 kurva karakteristik I-O

c. Dengan Vref = bertegangan negatif


Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref < 0 Volt adalah seperti gambar
72.

Gambar 72 Rangkaian detektor inverting


50

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref = V1 sehingga


bentuk gelombang tegangan output Vo ( V  A .(V  V ) ) yang dihasilkan adalah
o (max) OL 1 2

seperti gambar 73.

Gambar 73 Bentuk gelombang input dan gelombang output


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 74.
Dengan Vi > Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo =
+Vsat.

Gambar 74 kurva karakteristik I-O

4.1.2. Detektor non inverting


a. Dengan Vref = 0 Volt
51

Rangkaian detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa


gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti
gambar 75.

Gambar 75 Rangkaian detektor non inverting


Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan Vref = V2 sehingga
bentuk gelombang tegangan output Vo ( V  V  A .(V  V ) ) yang dihasilkan
o(max) sat OL 1 2

dengan simulasi multisim adalah seperti gambar 76.

Gambar 76 Bentuk gelombang input dan gelombang output


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 77.
Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.
52

Gambar 77 kurva karakteristik I-O

b. Dengan Vref = bertegangan positif


Rangkaian detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref > 0 Volt adalah seperti
gambar 78.

Gambar 78 Rangkaian detektor non inverting


Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan +Vref = V2 sehingga
bentuk gelombang tegangan output Vo ( V  V  A .(V  V ) ) yang dihasilkan
o(max) sat OL 1 2

dengan simulasi multisim adalah seperti gambar 79.


53

Gambar 79 Bentuk gelombang input dan gelombang output


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 80.
Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.

Gambar 80 kurva karakteristik I-O

c. Dengan Vref = bertegangan negatif


Rangkaian detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref < 0 Volt adalah seperti
gambar 81.
54

Gambar 81 Rangkaian detektor non inverting


Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan -Vref = V2 sehingga
bentuk gelombang tegangan output Vo ( V  V  A .(V  V ) ) yang dihasilkan
o(max) sat OL 1 2

adalah seperti gambar 82.

Gambar 82 Bentuk gelombang input dan gelombang output


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 83.
Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.
55

Gambar 83 kurva karakteristik I-O

4.2. Komparator
Ketika rangkaian detektor dengan input Vi ditumpangi oleh noise Vn
yang berfrekuensi tinggi seperti gambar 84 maka frekuensi output menjadi
tidak sama dengan frekuensi input seperti terlihat pada gambar 85.

Gambar 84 Rangkaian yang ditumpangi noise


56

Gambar 85 Frekuensi input tidak sama dengan frekuensi output (fout > fin)
Untuk menghindari pengaruh tegangan noise Vn yang membuat frekuensi
output tidak sama dengan frekuensi inputnya maka digunakan rangkaian
komparator dengan feedback positif seperti gambar 86 dan menjadikan
frekuensi output sama dengan frekuensi input walaupun ada terjadi
pergeseran fasa seperti terlihat pada gambar 87.

Gambar 86 Rangkaian komparator


57

Gambar 87 Frekuensi input sama dengan frekuensi output (fout = fin)

Rangkaian komparator ada 2 macam yaitu:


4.2.1. Komparator inverting
a. Dengan Vref = 0 Volt
Rangkaian komparator inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti
gambar 88.

Gambar 88 Rangkaian komparator inverting


58

Untuk menghitung berapa tegangan ambang VUT(Upper Threshold


Voltage) atau VLT(Lower Threshold Voltage) maka lakukan pemisalan
kondisi tegangan output VO sama dengan +Vsat atau –Vsat.
Misalkan tegangan output VO = +Vsat seperti gambar 89 maka dapat
dihitung tegangan ambang atas VUT:

R2
VUT  ( V sat )
R1  R 2

dimana, selama:
V i  VUT  V O  V sat
V i  VUT  V O  V sat

Gambar 89 Rangkaian komparator inverting saat VO = +Vsat


Misalkan tegangan output VO = -Vsat seperti gambar 90 maka dapat
dihitung tegangan ambang bawah VLT:

R2
VLT  ( Vsat )
R1  R2

dimana, selama:
Vi VLT VO  Vsat
Vi VLT VO  Vsat
Gambar 90 Rangkaian komparator inverting saat VO = -Vsat
Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 91 dan
karakteristik I-O seperti pada gambar 92.
59

Gambar 91 Bentung gelombang tegangan output

Gambar 92 Kurva karakteristik I-O


V H  V UT  V LT  2 V UT
V UT  V LT
V CTR   0
2
dimana,
60

b. Dengan Vref  0 Volt


Rangkaian komparator inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref  0 Volt adalah seperti gambar
93.

Gambar 93 Rangkaian komparator inverting


Misalkan tegangan output VO = +Vsat seperti gambar 94 maka dapat
dihitung tegangan ambang atas VUT:

V  V UT V UT  V ref
sat

nR R
eliminasi R
V sat  V UT
 V UT  V ref
n
n (V UT  V ref )  V sat  V UT selama,
( n  1)V UT  V sat  nV ref
1 n
V UT  V sat  V ref
n 1 n 1
V i  VUT  V O  V sat
V i  VUT  V O  V sat

Gambar 94 Rangkaian komparator inverting saat VO = +Vsat


Misalkan tegangan output VO = -Vsat seperti gambar 95 maka dapat
dihitung tegangan ambang bawah VLT:
61

V ref  V LT V LT  (  V sat )

R nR
eliminasi R
V  (Vsat )
Vref VLT  LT
n
n(Vref VLT )  VLT Vsat
nVref Vsat  nVLT VLT
selama,
(n 1)VLT  Vsat  nVref
1 n
VLT  (Vsat )  Vref
n 1 n 1
V i  V LT  V O  V sat
V i  V LT  V O  V sat
Gambar 95 Rangkaian komparator inverting saat VO = -Vsat
Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 96 dan
gambar 97 dan karakteristik I-O seperti pada gambar 98 dan gambar 99.

Gambar 96 Bentung gelombang tegangan output dengan Vref = bertegangan


positif
62

Gambar 97 Bentung gelombang tegangan output dengan Vref = bertegangan


negatif

Gambar 98 Kurva karakteristik I-O dengan Vref = bertegangan positif


63

Gambar 99 Kurva karakteristik I-O dengan Vref = bertegangan negatif


2Vsat
VH  VUT  VLT 
n 1
VUT  VLT n
VCTR   Vref
2 n 1

4.2.2.Komparator non inverting


a. Dengan Vref = 0 Volt
Rangkaian komparator non inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti
gambar 100.

Gambar 100 Rangkaian komparator non inverting


64

Untuk menghitung berapa tegangan ambang VUT atau VLT maka


lakukan pemisalan kondisi tegangan output VO sama dengan +Vsat atau –Vsat.
Misalkan tegangan output VO = +Vsat seperti gambar 101 maka dapat
dihitung tegangan ambang atas VLT:

0 VLT Vsat  0

R nR
eliminasi R
Vsat
VLT 
n
selama,
V i  V LT  V O  V sat
V i  V LT  V O  V sat
Gambar 101 Rangkaian komparator non inverting saat VO = +Vsat
Misalkan tegangan output VO = -Vsat seperti gambar 102 maka dapat
dihitung tegangan ambang bawah VUT:

VUT  0 0  (Vsat )

R nR
eliminasi R
Vsat
VUT 
n
selama,
V i  VUT  V O  V sat
V i  VUT  V O  V sat
Gambar 102 Rangkaian komparator non inverting saat VO = -Vsat
Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 103 dan
karakteristik I-O seperti pada gambar 104.
65

Gambar 103 Bentuk gelombang tegangan output VO dengan Vref = 0 Volt

Gambar 104 Kurva karakteristik I-O

b. Dengan Vref  0 Volt


Rangkaian komparator non inverting dengan tegangan input Vi berupa
gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref  0 Volt adalah seperti gambar
105.
66

Gambar 105 Rangkaian komparator non inverting


Misalkan tegangan output VO = +Vsat seperti gambar 106 maka dapat
dihitung tegangan ambang atas VLT:
 V sat  V ref V ref  V LT

nR R
n .V LT  V sat  ( n  1)V ref
1 n 1
V LT  ( V sat )  V ref
n n
selama,
V i  V LT  V O  V sat
V i  V LT  V O  V sat

Gambar 106 Rangkaian komparator non inverting saat VO = +Vsat


Misalkan tegangan output VO = -Vsat seperti gambar 107 maka dapat
dihitung tegangan ambang bawah VUT:

VUT  V ref V ref  ( V sat )



R nR
n .VUT  V sat  ( n  1)V ref
1 n 1
VUT  (V sat )  V ref
n n
selama,
V i  VUT  V O  V sat
V i  VUT  V O  V sat

Gambar 107 Rangkaian komparator non inverting saat VO = -Vsat


Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 108 dan
gambar 109 dan karakteristik I-O seperti pada gambar 110 dan gambar 111.
67

Gambar 108 Bentung gelombang tegangan output dengan Vref = bertegangan


positif

Gambar 109 Bentung gelombang tegangan output dengan Vref = bertegangan


negatif
68

Gambar 110 Kurva karakteristik I-O dengan Vref = bertegangan positif

Gambar 111 Kurva karakteristik I-O dengan Vref = bertegangan negatif


Sehingga,
2Vsat
VH  VUT  VLT 
n
VUT  VLT n 1
VCTR   Vref
2 n

4.3. Amplifier
69

Gambar 112 memperlihatkan rangkaian op-amp dengan kurva


karakteristik Input-Output yaitu hubungan Vi terhadap VO. Dari kurva
Karakteristik I-O tersebut amplifier bekerja pada karakteristik yang
membentuk hubungan linear artinya semakin besar Vi maka semakin besar
juga VO dan sebaliknya. Operasi amplifier menghindari output dalam kondisi
saturasi karena akan membuat cacat keluaran outputnya.

Gambar 112 Rangkaian dan kurva karakteristik I-O


Ciri-ciri rangkaian amplifier adalah adanya feedback (umpan balik)
negatif dari output ke input inverting (-) op-amp.
Rangkaian amplifier ada 4 macam, yaitu:
4.3.1 Inverting Amplifier
Adapun rangkaian inverting amplifier adalah seperti gambar 113
dimana sesuai dengan namanya yaitu dengan input dimasukkan ke kaki
inverting (pembalik) sehingga output akan dibalik atau beda fasa sebesar 180
derajat.
Untuk mencari turunan penguatan tegangan ACL maka rangkaian dimisalkan
dahulu dengan input dc positif, seperti gambar 114. Dalam analisa rangkaian
amplifier disyaratkan op-amp bekerja ideal sehingga tegangan differensial
(selisih tegangan di kaki non inverting terhadap tegangan di kaki inverting) Ed
= 0, artinya VA (tegangan di titik A) = 0 sehingga arus yang melewati Ri sama
dengan arus yang melewati Rf karena arus yang masuk ke kaki inverting
sangat kecil karena sifat op-amp dimana impendasi (Zi) inputnya sangat besar.
Adapun rangkaian pengganti untuk menghitung arus I adalah seperti gambar
115.
70

Gambar 113 Rangkaian inverting amplifier

Gambar 114 Rangkaian inverting amplifier dengan input dc positif


Dari rangkaian gambar 114 dengan Ed = 0 maka VA = 0 sehingga rangkaian
dapat disederhanakan menjadi seperti gambar 51 untuk mencari arus I.
71

Gambar 115 Rangkaian untuk menghitung arus I


Dengan I
Vi maka dapat dicari ACL untuk gambar 115, yaitu;
Ri
Vi R
VR f  I .R f  R f  f Vi
Ri Ri
VR f  VAB  VGB
Rf
VO  VBG  VGB  VR f   .Vi
Ri
VO R
 ACL   f
Vi Ri

Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 116 dan
karakteristik I-O seperti pada gambar 117.

Gambar 116 Bentung gelombang tegangan output VO


72

Gambar 117 Kurva karakteristik I-O

4.3.1.1 Inverting Adder Amplifier


Rangkaian inverting adder amplifier (pembalik) adalah seperti gambar
118.

Gambar 118 Rangkaian inverting adder amplifier


Dari gambar 118 dengan memakai hukum Kirchoff dimana arus masuk sama
dengan arus keluar I  I  I  I sehingga arus di Rf sama dengan jumlah arus di
1 2 3

R1, R2 dan R3.


Syarat op-amp ideal adalah Ed = 0 sehingga VA = 0
maka,
73

V1
I1 
R1
V2
I2 
R2
V3
I3 
R3

I  I1  I 2  I 3
V1 V2 V3
I  
R1 R2 R3
V V V 
VO  VR f   I .R f    1  2  3  R f
 R1 R2 R3 
Jika input lebih dari 3 maka dapat dipakai persamaan umum sebagai berikut:
V V V V 
 Vo   R f  1  2  3  ..... n 
R
 1 R2 R 3 Rn 

Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 119.

Gambar 119 Bentung gelombang tegangan output VO dengan input tegangan


dc

Rangkaian inverting adder amplifier dengan 3 input bertegangan ac seperti


gambar 120 dan hasil simulasi pada gambar 121.
74

Gambar 120 Rangkaian inverting adder amplifier dengan 3 input bertegangan


ac

Gambar 121 Bentung gelombang tegangan output VO dengan input tegangan


ac
75

4.3.2 Non Inverting Amplifier


Rangkaian non inverting amplifier (tidak membalik) adalah seperti
gambar 122, input dimasukkan ke kaki non inverting sehingga tegangan
output yang dihasilkan sefasa dengan tegangan input. Untuk mencari turunan
penguatan tegangan ACL maka rangkaian dimisalkan dahulu dengan input dc
positif, seperti gambar 123.

Gambar 122 Rangkaian non inverting amplifier

Gambar 123 Rangkaian non inverting amplifier dengan input dc positif


76

Dari rangkaian gambar 123 dengan syarat op-amp ideal Ed = 0 maka VA


= Vi sehingga rangkaian dapat disederhanakan untuk mencari arus I seperti
gambar 124.

Gambar 124 Rangkaian untuk menghitung arus I


Dengan V
I i maka dapat dicari ACL rangkaian non inverting amplifier gambar
Ri
123, yaitu;

Vi Rf
VR f  I .R f  Rf  Vi
Ri Ri
VR f  VBA
Vi  VAG
VO  VBG  VBA  VAG
VO  VR f  Vi  ( R f .I )  Vi
Vi
VO  ( R f )  Vi
Ri
Rf
 Vo  (  1)Vi
Ri
Vo R f
 ACL   1
Vi Ri
Adapun hasil simulasi bentuk gelombang I-O seperti gambar 125 dan
karakteristik I-O seperti gambar 126.
77

Gambar 125 Bentung gelombang tegangan output VO dengan input Vac

Gambar 126 Kurva karakteristik I-O

4.3.2.1 Non Inverting Adder Amplifier


Rangkaian non inverting adder amplifier (pembalik) adalah seperti
gambar 127.
78

Gambar 127 Rangkaian non inverting adder amplifier


Dari gambar 127 dengan memakai metoda loop tertutup untuk mencari arus
loop sehingga bisa dicari tegangan input Vi.
Syarat op-amp ideal adalah Ed = 0 sehingga VA = Vi
maka,
V1  V2
I
R1  R2
Vi  R2 I  V2
substitusi I
 V V 
Vi  R2  1 2   V2
 R1  R2 
R2V1 RV
Vi   2 2  V2
R1  R2 R1  R2
R2V1 R2
Vi   (1  )V2
R1  R2 R1  R2
R2 R1
Vi  V1  V2
R1  R2 R1  R2
 Rf 
Vo    1Vi
 Ri 
substitusi Vi
 Rf  R2 R1 
 Vo    1 V1  V2 
 Ri  1R  R2 R1  R2 
jika R1 = R2 = Ri = Rf = R maka VO = V1 + V2

Jika memakai tiga input seperti gambar 128 maka rumus tegangan VO dapat
dicari dengan metoda loop tertutup tersebut, adapun turunan rumus VO adalah:
(R1 R2)I1 R2I2 V1 V2
R2I1 (R2 R3)I2 V2 V3
79

Selesaikan dua persamaan diatas dengan metoda matrik untuk mencari


I1, didapatkan;
R2V1  R3V2  R2V2  R2V2  R3V1  R2V3
I1 
R1 R2  R22  R1 R3  R2 R3  R22
R2V1  R3V1  R3V2  R2V3
I1 
R1 R2   R1 R3  R2 R3
 Vi  V1  R1 I1
substitusi I,
 R V  R3V1  R3V2  R2V3 
Vi  V1  R1  2 1 
 R1R2   R1R3  R2 R3 
R R V  R R V  R R V  R1R2V 3
Vi  V1  1 2 1 1 3 1 1 3 2
R1R2   R1R3  R2 R3
R R V  R R V  R2 R3V1  R1R2V1  R1R3V1  R1R3V2  R1R2V3
Vi  1 2 1 1 3 1
R1R2   R1R3  R2 R3
R2 R3V  R1R3V2  R1R2V
Vi 
R1R2   R1R3  R2 R3
R 
V O  f  1.Vi
 Ri 

substitusi Vi

 Rf   R R V  R 1 R 3V 2  R 1 R 2 V 
 Vo    1   2 3 
 Ri  R1 R 2   R1 R 3  R 2 R 3 
jika R1 = R2 = R3 = Ri = Rf = R maka Vo  V  V 1 2  V3
3

dan bila Rf = 2R maka Vo  V  V 1 2  V3

Gambar 128 Rangkaian non inverting adder amplifier dengan 3 input


80

4.3.3 Voltage Follower


Rangkaian voltage follower atau buffer dimana ACL = 1, adalah seperti
pada gambar 129.

Gambar 129 rangkaian voltage follower


Syarat op-amp ideal adalah Ed = 0 maka VO = Vi sehingga ACL 
Vo
1
Vi
Bentuk gelombang tegangan input dan gelombang tegangan output adalah
sama karena ACL = 1 dan sefasa karena Vi diinputkan ke kaki non inverting
seperti pada gambar 130 dan kurva karakteristik I-O seperti gambar 131.

Gambar 130 Bentung gelombang tegangan output VO dengan input Vac


81

Gambar 131 Kurva karakteristik I-O

4.3.4 Differential Amplifier


Rangkaian Differential Amplifier adalah seperti pada gambar 132.

Gambar 132 rangkaian Differential Amplifier


Rangkaian Differential Amplifier adalah menghasilkan selisih
V V
O V dari dua input yang satu diinputkan ke kaki inverting dan
O ( non .inv . amp ) O ( inv . amp )

yang satu lagi diinputkan ke kaki non inverting seperti terlihat pada gambar
132 diatas.
Untuk mendapatkan rumus V maka pertama digroundkan V2 sehingga
O ( non .inv .amp )

rangkaian menjadi rangkaian non inverting amplifier seperti gambar 133.


dimana,
 Rf 
VO ( non.inv.amp )    1Vi
 Ri 
substitusi,
82

R2
Vi  .V 1
R1  R 2
maka,
 Rf  R
VO(non.inv.amp)  1.( 2 .V1)
 Ri  R1 R2

Gambar 133 rangkaian Non inverting Amplifier


Untuk mendapatkan rumus V maka digroundkan V1 sehingga rangkaian
O ( inv.amp)

menjadi rangkaian inverting amplifier seperti gambar 134.


dimana,
Rf
VO (inv.amp )   .V2
Ri

Gambar 134 rangkaian inverting Amplifier

maka,
83

VO  VO ( non.inv.amp)  VO (inv.amp)
 Rf  R2 Rf
 VO    1.( .V1 )  .V2
 Ri  R1  R2 Ri

Bentuk gelombang tegangan input V1 dan V2 serta gelombang tegangan


output VO adalah seperti pada gambar 135.

Gambar 135 (a) Bentuk gelombang tegangan input V1 dan V2 , (b) bentuk
gelombang tegangan VO

4.4 Pembangkit Sinyal


4.4.1 Ramp Generator
Rangkaian Ramp generator berdasarkan respon outputnya ada dua
macam yaitu ramp-up dan ramp-down seperti pada gambar 136.

(a) (b)
Gambar 36 Rangkaian Ramp generator (a) ramp-up dan (b) ramp-down

Untuk membuat respon seperti gambar 136 maka rangkaian memakai


kapasitor dengan menerapkan prinsip kerja kapasitor seperti pada gambar 137.
84

Gambar 137 Prinsip kerja kapasitor


dimana,
Q  I .t I
VC  t
Q C
VC 
C
dengan Q = muatan dalam kapasitor
Rangkaian Ramp generator adalah seperti pada gambar 138.

Gambar 138 Rangkaian Ramp generator


Op-amp ideal Ed = 0 maka VA = 0 sehingga I  V i
Ri
I
VC  t
C
Vi
Ri
VC  t
C
V .t
VC  i
Ri .C
 VO  VC
Vi
 VO   t
Ri .C
VO V
  i
t Ri .C

Bentuk gelombang tegangan output VO adalah seperti pada gambar 139


85

Gambar 139 rangkaian dan bentung gelombang tegangan output VO dengan


tegangan input sebesar +Vi

4.4.2 Triangle Generator


Rangkaian pembangkit gelombang segitiga (Triangle Generator) dapat
dibuat dari rangkaian ramp generator diseri dengan komparator dan output
komparator di-feedback-kan ke input ramp generator.seperti gambar 140 dan
bentuk gelombang output seperti gambar 141.

Gambar 140 rangkaian triangle generator


86

Gambar 141 Bentung gelombang tegangan output VO


dimana,
 Vsat
VUT 
n
 Vsat
VLT 
n
T  t1  t2  t3
dengan t1 adalah ramp generator bekerja sebagai Ramp-down, t2=Ramp-up
dan t3=Ramp-down.
selama,

 Vi
0  t  A  VO (t )  .t
Ri .C
saat,
t  t1  VO  VLT
 Vsat
 VLT  .t1
Ri .C
 Vsat V
  sat .t1
n Ri .C
R .C
 t1  i
n
selama,

 Vi
A  t  C  VO (t )  .t
Ri .C
87

saat,
t  t 2  Vo  2 .V UT
 (  V sat )
 2 .V UT  .t 2
R i .C
2 .Vsat Vsat
 .t 2
n R i .C
R .C
 t2  2 i
n
selama,

 Vi
C  t  D  VO (t )  .t
Ri .C
saat,
t  t3  Vo  VUT
 Vi
 VUT  t3
Ri .C
Vsat ( Vsat )
  .t3
n Ri .C
Ri .C
 t3 
n
Ri .C 2 Ri .C Ri .C R .C
 T  t1  t 2  t3    4 i
n n n n
n
 f  1/ T 
4 Ri .C
Soal:
Rancanglah rangkaian pembangkit gelombang segitiga dengan Vpp = 6 V dan
frekuensi 1 kHz.

4.4.3 Sawtooth Generator


Rangkaian pembangkit gelombang gigigergaji (Sawtooth Generator)
seperti gambar 142 jika –Vi maka akan menghasilkan gelombang output (VO
= VP ) gigigergaji positif seperti gambar 143.
88

Gambar 142 rangkaian triangle generator

Gambar 143 Bentung gelombang tegangan output VO

Vi
VO   .t
Ri .C
dimana t=T dan VO = VP,
Vi
 VP  VF   .T
R i .C
(V P  V F )
 T  R i .C
Vi
Atau
1 Vi
 f  1/T  .
R i .C ( V P  V F )

4.4.4 Sinus Generator


Salah satu rangkaian pembangkit gelombang sinus adalah
memanfaatkan osilator jembatan Wein seperti gambar 144. Dioda
89

Zener berfungsi untuk membuat output tidak saturasi karena akan


ada satu dioda zener yang aktif dan menguragi penguatan bila
tegangan keluaran melampaui tegangan saturasi seperti gambar 145.

Gambar 144 rangkaian pembangkit gelombang sinus


Pada rangkaian simulasi gambar 144 diset potensiometer pada posisi 80%
yang membuat penguatan tegangan lebih kecil sehingga tegangan output tidak
cacat atau saturasi seperti gambar 145.

Gambar 145 Rangkaian simulasi dan bentuk gelombang input dan output

4.4.5 Astable Multivibrator


Rangkaian Astable Multivibrator adalah rangkaian pembangkit
gelombang persegi tanpa sumber input. Prinsip kerjanya hampir sama seperti
rangkaian pembangkit gelombang segitiga dengan memakai rangkaian ramp
dan komparator. Rangkaian ini gabungan dua rangkaian dalam satu op-amp
yaitu rangkaian penguat yang menggunakan sebuah kapasitor sebagai
pengganti Ri dan rangkaian komparator seperti gambar 146.
90

Gambar 146 rangkaian pembangkit gelombang persegi


Untuk menentukan tegangan ambang VUT atau VLT maka lakukan
pemisalan kondisi tegangan output VO sama dengan +Vsat atau –Vsat.
Pada saat VO = +Vsat, input di pin (+) mendapat feedback sebesar
R2
VUT  ( V sat ) dan kapasitor C diisi dengan arah arus dari VO melalui Rf
R1  R 2
dan C ke ground sehingga tegangan kapasitor VC menjadi naik, selama;
V C  VUT  V O  V sat
V C  VUT  V O  V sat
Pada saat VO = -Vsat, input di pin (+) mendapat feedback sebesar
VLT 
R2 dan kapasitor C membuang dengan arah arus dari ground
( Vsat )
R1  R2
melalui C dan Rf ke Vo sehingga tegangan kapasitor VC menjadi turun,
selama;
VC  VLT  VO  Vsat
VC  VLT  VO  Vsat
Perubahan tegangan kapasitor VC saat pengisian maupun pembuangan dan
perubahan tegangan output VO = VO(Comparator) dapat dilihat pada gambar 147.
91

Gambar 147 Bentung gelombang tegangan kapasitor VC dan tegangan output


VO
Adapun prinsip pengisian (Charge) dan pengosongan (discharge)
kapasitor adalah:
1. Pengisian kapasitor
Kurva pengisian kapasitor seperti gambar 148

Gambar 148 Kurva pengisian kapasitor


VC(0) VLT
VC()  Vsat
  Rf .C
t
VC(t) VC() VC(0)(1e  ) VC(0)
t
VC(t) Vsat VLT(1e  ) VLT
 R  R
VC(t)  Vsat  2 (Vsat)1e    2 (Vsat)
t

 R1  R2   R1  R2
R 2R2   t  R2
VC(t)   1 Vsat1e   (V )
 R1  R2   R1  R2 sat
Pada saat,
92

t  tc  VC  VUT
 R  2 R2   C 
t
R2
VUT   1 Vsat 1  e    (Vsat )
 R1  R2   R1  R2
R2  R  2 R2   C 
t
R2
(Vsat )   1 Vsat 1  e    (Vsat )
R1  R2  R1  R2   R1  R2
Eliminasi Vsat,
R2  R  2 R2   C 
t
R2
 1 1  e    
R1  R2  R1  R2    R1  R2
R1  2 R2   C 
t
2 R2
1  e   
R1  R2   R1  R2

tC
2 R2 R  R2
1 e 
 . 1
R1  R2 R1  2 R2

tC
2 R2
e 
1
R1  2 R2
R1  2 R2
tc   ln
R1
R1  2 R2
 tc  R f .C ln
R1
2. Pengosongan kapasitor
Adapun kurva pengosongan kapasitor seperti gambar 149.

Gambar 149 Kurva pengosongan kapasitor

VC(0) VUT
VC()  Vsat
  Rf .C
t
VC(t) VC(0) VC()e  VC()
t
VC(t) VUT (Vsat)e  (Vsat)
 R  t
VC(t)   2 Vsat Vsate  Vsat
R1  R2 
R  2R2   t
VC(t)   1 Vsate Vsat
 R1  R2 
Pada saat,
93

t  t d ,VC (t )  VLT
 R  2 R2  td
VLT   1 Vsat  e   Vsat
 R1  R2 
R2  R  2 R2  td
( Vsat )   1 Vsat  e   Vsat
R1  R2  R1  R2 
Eliminasi Vsat,
R2 R 2R2  td
  1 e 1
R1  R2  R1  R2 
R1 2R2  td R2 R
 e 1  1
 R1  R2  R1  R2 R1  R2
t
d R R R R
e  1 . 1 2  1
R1  R2 R1 2R2 R1 2R2
R1 2R2
td  ln
R1
R1 2R2
td  Rf .Cln
R1

Duty cycle(D),

R1  2 R2
tc  td  R f .C ln
R1
R1  2 R2
T  tc  td  2 R f .C ln
R1
1 1
f  
T 2 R .C ln R1  2 R2
f
R1
TH
D x100%
T
t
 D  c x100%
T
t
 D  c x100%
tc  t d
D = 50%,
R1  2 R2
td  tC  R f .C ln
R1
94

Untuk,
R1  2R2
ln  1  tc  td  R f .C
R1
Maka,
T  2R f .C
1
f 
2R f .C
R1  2R2
 ln 1
R1
R  2R2
 1  2,718
R1
R1  2R2  2,718R1
 R2  0,86R1
Rangkaian dan hasil simulasi astable multivibrator seperti gambar 150.

Gambar 150 Rangkaian simulasi dan bentuk gelombang input dan output
untuk D = 50%

D  50%
Rf 1
D x100%
Rf 1  Rf 2
R1  2 R2
tc  R f 1.C ln
R1
R1  2 R2
td  R f 2 .C ln
R1
R1  2 R2
T  tc  td  ( R f 1.  R f 2 )C ln
R1
1
f 
R f1 
.  R f 2 C ln
R1  2 R2
R1
Untuk,
R1  2 R 2
ln  1  R 2  0 , 86 R 1
R1
95

Maka,
t d  R f 2C
tc  R f 1.C

T  R f 1.  R f 2 C 
1
f 
R f1 .  
Rf 2 C

Bila,
tH R f 1.
R f 1.  R f 2  D  50%  D   x100%
T R f 1.  R f 2
R f 1.  R f 2  D  50%
R f 1.  R f 2  D  50%

Rangkaian astable multivibrator mempunyai Rf1 dan Rf2 untuk D >


50% adalah seperti pada gambar 151.

Gambar 151 rangkaian astable multivibrator untuk D  50%

Rangkaian dan hasil simulasi untuk D  50% seperti gambar 152.

Gambar 152 Rangkaian simulasi dan bentuk gelombang input dan output
untuk D  50%
Prosedur Perancangan :
96

1. Tentukanlah terlebih dahulu harga C =


( 0,001  0,1) µF

2. Tentukanlah harga R2  0,86 R1


3. Hitung nilai T  2 RF .C untuk D = 50% (dimana
tc = td)

4.4.6 One shot Multivibrator


Rangkaian One shot Multivibrator adalah rangkaian astable
multivibrator yang mempunyai satu kondisi stabil dan akan kembali ke
kondisi stabil kembali sesudah ditriger. Rangkaian One shot Multivibrator
merupakan rangkaian astable multivibrator dengan ditambahkan rangkaian
triger yang terhubung ke kaki non inverting seperti gambar 153. Untuk
membuat kondisi output VO menjadi tidak stabil dapat diberikan sinyal input
trigger positif maupun negatif sesuai rancangan seperti gambar 154.
97

Gambar 153 rangkaian One shot Multivibrator

Dari gambar 153 dapat dijelaskan bahwa pada saat keadaan steady state
Vi = 0, VO = +Vsat sehingga,
R2
VUT  ( Vsat )
R1  R2
maka kapasitor C mengisi (charge) dari VO melalui R3, D2, dan C ke ground .
Tegangan kapasitor VC < VLT karena Vcmax = VD = 0,7 Volt.
98

Gambar 154 Bentung gelombang tegangan input trigger, tegangan kapasitor


VC dan tegangan output VO(comparator).
Ketika diberi trigger Vi yang besarnya Vip =2 (–VLT) (supaya bekerja
baik) maka VO berubah dari +Vsat menjadi –Vsat sehingga C discharge atau
arus discharge dari kapasitor C melalui D1 dan R4 ke output op-amp VO = -
Vsat, sehingga V  R (V ) . Pada input non inverting akan berharga minus
LT
2
sat
R1  R2
dari penjumlahan tegangan Vip = 2 (–VLT) dengan VUT maka dihasilkan harga
sama dengan VLT sehingga bila dibandingkan dengan input inverting sebesar
Vd akan membuat output VO berubah dari +Vsat menjadi –Vsat dan Vref
berubah menjadi sebesar VLT.
Kapasitor C mengalami discharge sampai VC  VLT maka tegangan
output VO berubah dari -Vsat menjadi +Vsat dan Vref berubah menjadi sebesar
VUT seperti gambar 90.
99

Untuk membuat waktu kapasitor C saat charge (tC) lebih kecil adalah
dengan memasang R yang lebih kecil. Misalkan R3=0,1 R4 maka tr (recovery
time) = 0,1 .

Gambar 153 Rangkaian simulasi dan bentuk gelombang input dan output

Anda mungkin juga menyukai