Anda di halaman 1dari 5

LancangKuning 

- Komunikasi satelit adalah paket komunikasi elektronik yang


ditempatkan pada suatu orbit. Tujuan utamanya adalah untuk memulai atau
membantu melalui ruang angkasa. Dan ini telah memberikan kontribusi besar
pada pola komunikasi internasional.

Komunikasi satelit menggunakan satelit yang ditempatkan diatas bumi untuk


komunikasi dengan VSAT yang ditempatkan di bumi. Ini juga digunakan untuk
siaran TV. Satelit menggunakan frekuensi gelombang mikro untuk komunikasi
satu sama lain menggunakan hubungan frekuensi gelombang mikro untuk
komunikasi satu sama lain menggunakan hubungan antar-satelit dan dengan
stasiun bumi atau VSAT. Ada berbagai jenis satelit berdasarkan aplikasi dan
orbitnya.

Microwave satelit pada dasarnya adalah stasiun pemancar gelombang mikro


di luar angkasa. Ia menggunakan satelit geosynchronous untuk
menyampaikan sinyal radio yang dipancarkan dari stasiun bumi. Untuk sinyal
komunikasi, satelit ini bertindak sebagai stasiun relai. Dari stasiun bumi,
satelit menerima data / sinyal, memperkuatnya, dan mengirimkannya kembali
ke stasiun bumi lain. Data dapat dikirim ke sisi lain bumi menggunakan
penyiapan semacam itu hanya dalam satu langkah. Sebagian besar
perusahaan yang menggunakan microwave satelit menyewakan akses ke
satelit dengan biaya selangit.

Kelebihan:

1. Melalui transmisi satelit, ini mencakup suatu wilayah bumi yang luas
sehingga seluruh Negara atau wilayah dapat dijangkau hanya dengan
satu satelit saja.
2. Menyediakan bandwith yang lebih luas berdasarkan jenis alokasi SCPC
atau MCPC.
3. Aplikasi komunikasi nirkabel dan seluler dapat dengan mudah dibuat
dengan komunikasi satelit di alokasi yang tidak bergantung.
4. Dapat digunakan dalam berbagai macam aplikasi seperti komunikasi
seluler global, jaringan bisnis pribadi, transmisi telepon jarak jauh,
prakiraan cuaca, penyiaran sinyal radio / TV, pengumpulan intelijen di
militer, navigasi kapal dan pesawat udara, menghubungkan daerah
terpencil, distribusi televisi dll.
5.  Keamanan dalam transmisi satelit biasanya disediakan oleh peralatan
pengkodean dan penguraian kode.
6. Layanan dari satu penyedia mudah diperoleh dan tersedia layanan yang
seragam
7. Jarak jauh bisa lebih murah.
8. Pemasangan dan pemeliharaan mudah dan murah dalam komunikasi
satelit oleh karena itu merupakan alternatif terbaik.
9. Selama kondisi kritis, setiap Stasiun Bumi dapat dipindahkan dengan
relatif cepat dari suatu lokasi dan dipasang kembali di tempat lain.
10. Situs stasiun bumi mudah dipasang dan dirawat.
11. Itu hidup berdampingan dengan komunikasi garis pandang
gelombang mikro terestrial.
12. Mudah untuk menginstal dan mengelola situs stasiun bumi.
13. Itu tidak mengeluarkan banyak biaya per situs VSAT.
14. Ini digunakan untuk suara, data, video dan transmisi informasi
lainnya. Sistem satelit dapat dihubungkan dengan infrastruktur internet
untuk mendapatkan layanan internet. Ini juga digunakan untuk aplikasi
GPS di berbagai perangkat seluler untuk penentuan lokasi.
15. Mudah untuk mendapatkan layanan dari satu penyedia dan
layanan seragam tersedia.
16. Ini memiliki margin fading kecil pada urutan sekitar 3Db
17. Jenis satelit LEO dan MEO memiliki delay propagasi yang lebih
rendah dan kerugian yang lebih rendah dibandingkan dengan satelit
GEO. Ini akan membantu mereka digunakan untuk cakupan global.

Kekurangan:

1. Desain, pengembangan, investasi dan asuransi satelit membutuhkan


biaya yang lebih tinggi.
2. Untuk mencapai satelit dari Bumi, waktu dapat bervariasi antara 270
milidetik dan kembali lagi ke 320 milidetik. Penundaan propagasi ini
dapat menyebabkan gema melalui koneksi telepon
3. Satelit memiliki umur sekitar 12-15 tahun. Karena fakta ini, peluncuran
lain harus direncanakan sebelum tidak beroperasi.
4. Satelit tidak mudah diperbaiki dan dirawat.
5. Beberapa keadaan seperti cuaca atau bintik matahari mempengaruhi
sinyal satelit dan dapat menyebabkan gangguan dan membuat
pengoperasian satelit menjadi sangat sulit.
6. Pembuatan satelit membutuhkan lebih banyak waktu. Selain itu, desain
dan pengembangan satelit membutuhkan biaya yang lebih tinggi.
7. Satelit setelah diluncurkan, perlu dipantau dan dikontrol secara berkala
agar tetap berada di orbit.
8. Komponen redundan digunakan dalam desain jaringan. Ini
menimbulkan lebih banyak biaya pada tahap instalasi.
9. Dalam kasus LEO / MEO, dibutuhkan sejumlah besar satelit untuk
mencakup radius bumi. Terlebih lagi visibilitas satelit dari bumi untuk
durasi yang sangat singkat yang membutuhkan penyerahan satelit ke
satelit yang cepat. Ini membuat sistem menjadi sangat kompleks.(Tria)

TNI AL Resmi Gunakan Sistem Komunikasi Satelit


Selasa, 8 Desember 2015 09:06:24 - Oleh : admin - Dibaca : 455 kali

ARMATIM (8/12),- Sistem komunikasi di lingkungan TNI AL kini memasuki era baru dengan
menerapkan sistem komunikasi canggih bernama sistem komunikasi satelit (Siskomsat). Kepala
Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P, meresmikan penggunaan
Siskomsat tersebut di gedung Panti Armada Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (7/12).
Usai diresmikan, Kasal mencoba alat komunikasi terbaru yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut
untuk berkomunikasi dengan beberapa unsur KRI yang sedang beroperasi dan beberapa Pos
TNI Angkatan Laut yang berada di Pulau-Pulau Terluar Indonesia.
Menurut Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., dalam perang laut moderen,
komunikasi sangat menentukan keberhasilan operasi. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi menuntut pelaksanaan gelar operasi yang semakin kompleks dimana jaminan
terjalinnya komunikasi yang lancar, aman dan dapat dipercaya merupakan suatu keharusan.
Selama ini, lanjut Kasal, sistem komunikasi di lingkungan TNI, baik di pendirat maupun unsur
kapal perang (KRI) yang menggunakan perangkat radio HF, VHF, dan UHF, memiliki
keterbatasan dalam pengoperasiannya karena memiliki data rate rendah.
Kasal juga menjelaskan Siskomsat TNI AL akan diaplikasikan  untuk penugasan prajurit yang
bertugas di Pulau-Pulau Terluar, survellance, mobile trunking, dan backpack prajurit Korps
Marinir. Untuk penggunaan surveillance atau pengamatan, Siskomsat dilengkapi  dengan
perangkat surveillance yang terdiri dari fasilitas Radar, Kamera, Automatic Identification
System (AIS) Transponder, PSTN, dan E-mail.  Sebagai Siskomsat mobile atau mobile trunking,
kendaraan Siskomsat dilengkapi perangkat Very Short Aperture Terminal (VSAT) dan Repeater,
serta pada aplikasi  bacpack untuk pasukan Korps Marinir, Siskomsat  dilengkapi fasilitas e-mail,
PSTN dan Handy Talky (HT) berbasis Internet Protocol (IP).
Sedangkan Siskomsat TNI AL dengan Backbone KU-Band, kata Kasal, diterapkan pada KRI dari
Unsur-Unsur Pemukul, sehingga Komando dan Pengendalian Operasi bisa dilaksanakan secara
langsung  oleh pimpinan kepada unsur-unsur pelaku operasi. Tahun ini,  Siskomsat
dengan Backbone KU-Band dipasang di Multi Role Light Frigate KRI Usman Harun-359 dan
korvet KRI Sultan Iskandar Muda-367. "Aplikasi Siskomsat di Pendirat dan KRI dari unsur
pemukul diharapkan mampu meningkatkan performa operasi TNI Angkatan Laut yang berkelas
Dunia," tegas Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P.
Turut hadir dalam peresmian tersebut: Wakasal Laksdya Widodo, S.E., M.Sc., dan para Pejabat
Utama Mabesal, para Pangkotama TNI Angkatan Laut, serta undangan lainnya.
KOMPAS.com – Kebijakan pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia
sangat didukung oleh tiga perempat wilayahnya yang terdiri dari lautan. Namun, untuk
mendukung kebijakan tersebut perlu adanya peningkatan pengawasan melalui sistem
komunikasi satelit (siskomsat).
Siskomsat merupakan infrastruktur untuk menunjang pengawasan di wilayah perairan dan
kepulauan Indonesia. Sejak 2015 sistem komunikasi itu telah diterapkan oleh TNI Angkatan
Laut (AL) di seluruh Kapal Republik Indonesia (KRI), kesatuan Marinir, serta pembinaan
pangkalan.
Sampai sejauh ini Siskomsat memudahkan para prajurit TNI AL dalam mengawasi wilayah
maritim Indonesia, mulai batas perairan hingga pulau-pulau terluar. Dengan begitu, tak ada
lagi permasalahan perebutan kekuasaan terhadap pulau-pulau dengan negara tetangga.
Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, mengatakan untuk menjaga
kedaulatan wilayah maritim Indonesia dibutuhkan sistem komuninasi yang baik. Tidak cukup
hanya melalui komunikasi radio saja, melainkan dibutuhkan sistem komunikasi yang dapat
mengirimkan data pengawasan dengan kapasitas lebih besar.
Siskomsat VSAT
Salah satu yang menyediakan kebutuhan siskomsat untuk TNI AL adalah Telkom Indonesia.
Kebutuhan tersebut ditawarkan melalui siskomsat yang dilengkapi Very Small Aperture
Terminal (VSAT) atau pengirim dan penerima sinyal dari satelit. Dengan kata lain, sistem
komunikasi itu dikontrol melalui Hub Station.
Hub Station tersebut akan memberikan akses pada operator jaringan sehingga dapat
langsung memonitor dan mengontrol jaringan komunikasi yang terintegrasi oleh perangkat
keras dan lunak. Dengan begitu, siskomsat akan mempermudah pengiriman data
pengawasan di wilayah-wilayah maritim Indonesia.
Beberapa data pengawasan itu, antara lain data radar, kamera, sistem identifikasi otomatis
(AIS), jaringan komunikasi publik (PSTN). Seluruh data tersebut bisa secara langsung
dikirimkan ke pusat komando dan pengendalian.
Saat ini siskomsat dibuat dalam dua jenis, yaitu Backbone Ku-Band dan Backbone C Band.
Backbone Ku-Band digunakan sebagai sistem komunikasi satelit untuk perangkat KRI.
Sementara itu, Backbone C Band dipakai sebagai fasilitas komunikasi data dan suara.
“Sistem komunikasi canggih ini cukup membantu pusat komando Angkatan Laut dalam
mengawasi wilayah perairan Indonesia,” ujar Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana TNI
Ade Supandi saat Upacara Hari Armada 2015 di Koarmatim Surabaya beberapa waktu lalu.
Penerapan di lapangan
Direktur Enterprise dan Business Service PT Telkom Indonesia, Tbk (Telkom), Muhammad
Awaluddin, pada acara tersebut mengatakan bahwa pengembangan siskomsat TNI AL
memang ditujukan untuk perangkat KRI, pangkalan pulau-pulau terluar, serta pasukan yang
sedang melaksanakan operasi dan latihan.
Penerapan siskomsat berbasis VSAT itu telah dilakukan di beberapa KRI, di antaranya KRI
Usman Harun dan KRI Sultan Iskandar Muda. Para pasukan Marinir TNI AL juga sudah
dilengkapi dengan mobile communication satelit, radio trunking, serta backpack yang
terintegrasi dengan Backbone Ku-Band.
Pada kesempatan yang sama, KSAL memperkenalkan teknologi komunikasi tersebut melalui
konferensi video dari kedua KRI yang sedang berlayar di selat Malaka dan Laut Jawa.
Perkenalan itu dilakukan termasuk saat pengambilan data radar, AIS dan tangkapan kamera
terhadap pengawasan KRI.
Pengawasan tersebut dilaksanakan di wilayah pesisir, tepatnya di Selat Sunda, Pulau
Sangiang. Selain itu, juga mengenalkan penggunaan perangkat mobile VSAT di Pusat
Latihan Marinir di Purboyo.
Penggunaan siskomsat juga dilakukan melalui koneksi telpon langsung oleh para prajurit
TNI AL yang menjaga pulau terluar Indonesia, seperti Pulau Bras, Pulau Sebatik, dan Pulau
Dana.
Dengan demikian, pengawasan wilayah kemaritiman Indonesia semakin mudah dan cepat,
karena adanya solusi sistem komunikasi yang diberikan oleh Telkom untuk TNI AL. Selain
itu. komitmen Telkom sebagai “The King of Digital” semakin terwujud.

Anda mungkin juga menyukai