Anda di halaman 1dari 9

MANIK

Gejala manik atau mania adalah kondisi psikologis yang dapat membuat seseorang mengalami
euforia di luar batas. Episode manik adalah gejala umum dari gangguan bipolar. Gejala ini bisa
membahayakan jika tidak ditangani dengan tepat. 
Orang dengan gejala mania dapat kehilangan kontrol akan diri mereka sendiri. Mereka bisa tidak
tidur semalaman, atau bisa juga terlibat dalam perilaku berisiko yang membahayakan diri mereka
sendiri.

Beberapa gejala manik yang umum dapat mudah diamati, salah satu gejalanya mengalami
halusinasi pendengaran atau visual, kemudian menunjukan paranoid atau perilaku delusi
(mempercayai sesuatu yang tidak nyata).

Tidak hanya 2 gejala umum di atas, ada beberapa gejala manik yang perlu Anda waspadai. Berikut
ini beberapa gejala manik lainnya:

1. Penurunan Kebutuhan Tidur


Melansir VeryWell Mind, penurunan kebutuhan tidur juga dapat menjadi tanda dari episode manik.
Namun, pada orang dengan bipolar, episode manik dan masalah tidur dapat saling menyebabkan
satu sama lain.

2. Terlibat dalam Banyak Kegiatan Sekaligus


Selama episode manik, Anda mungkin gelisah mencari cara untuk menghilangkan energi ekstra.
Gejala ini sering digambarkan sebagai ledakan dari produktivitas.

Anda mungkin saja masih bekerja sampai larut malam, atau mengerjakan hal-hal yang sebelumnya
tidak Anda lakukan. Semua ini biasanya dilakukan karena Anda tidak dapat mengontrol episode
manik yang datang.

3. Banyak Berbicara atau Berbicara dengan Keras atau Cepat


Berbicara dengan keras dan cepat adalah gejala umum dari episode manik tahap awal atau
hipomanik. Penting untuk dicatat bahwa untuk dikategorikan sebagai ucapan cepat, itu harus
mewakili penyimpangan dari ucapan biasa orang tersebut.

Misalnya, biasanya Anda berbicara dengan pelan, tidak terburu-buru dan penuh hati-hati. Namun,
jika seketika Anda berbicara dengan nada yang tinggi, cepat dan banyak kata yang salah itu perlu
diwaspadai.

4. Peningkatan Hasrat untuk Seks


Hiperseksualitas adalah gejala manik atau hipomanik yang umum. Tanda-tandanya mungkin
termasuk perilaku seksual yang tidak seperti biasanya atau berisiko seperti mencari pekerja seks,
atau menggunakan situs seks dan pornografi.

5. Peningkatan Perilaku Berisiko


Seseorang yang mengalami episode manik mungkin terlibat dalam perilaku yang lebih berisiko.
Salah satunya yang berhubungan dengan uang, seperti impulsif membelanjakan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu, atau melakukan judi online.
6. Berpikir Cepat
Berpikir cepat menjadi salah satu tanda dari episode manik, yang juga menyebabkan mereka
berbicara dengan cepat dan tidak terarah.

Jika ada teman atau orang terdekat yang berperilaku seperti ini, cobalah tanyakan kembali apa yang
mereka maksud. Ini untuk membantunya memperlambat laju berpikirnya.

7. Permusuhan atau Peningkatan Iritabilitas


Waspadalah jika Anda atau orang terdekat tiba-tiba memiliki sifat yang lekas marah karena hal-hal
yang tidak masuk akal. Anda bisa mencari bantuan apabila mengalami atau melihat orang terdekat
dengan kondisi ini.

8. Pikiran Bunuh Diri


Dalam beberapa kasus, episode manik dapat mengakibatkan perasaan putus asa atau tidak
berharga. Dapat pula muncul pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

9. Dedikasi Agama yang Berlebihan


Jika anggota keluarga Anda tiba-tiba terlihat sangat agamis, itu bisa menjadi salah satu dari tanda
episode manik.

Menjadi patut pada Tuhan bukanlah tindakan yang salah, tetapi orang dengan episode manik bisa
sangat berlebihan dalam mendedikasikan dirinya pada agama.

Jika anggota keluarga Anda ada yang mengalami ini, cobalah ajak bicara apa yang membuatnya
berubah menjadi agamis.

10. Delusi Keagungan


Delusi keagungan didefinisikan sebagai rasa ingin dianggap secara berlebihan. Ini bisa meliputi
kekuasaan, pengetahuan, atau identitas.

PENYEBAB

Dijelaskan oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, gejala manik bisa terjadi karena
ketidakseimbangan hormon di otak. Jadi, muncul rasa senang berlebih (euphoria), pikiran yang tidak
bisa fokus, impulsif, mood yang intens, dan energi yang berlebih. 

“Biasanya ini terjadi secara tiba-tiba pada penderita bipolar. Mereka yang mengalami ini juga
biasanya hormon adrenalinnya meningkat, sehingga impulsif dan nekat untuk melakukan sesuatu
yang berbahaya atau ekstrem,” ucap Psikolog Ikhsan.

Episode manik sering terjadi pada orang dengan gangguan bipolar tipe 1. Tetapi, bisa juga dapat
disebabkan oleh faktor dan kondisi kesehatan lain, termasuk:

 Melahirkan (psikosis pasca melahirkan)


 Kerusakan otak
 Tumor otak
 Demensia
 Radang otak
 Tingkat stres yang tinggi
 Lupus
 Efek samping obat
 Penyalahgunaan narkoba atau alkohol untuk rekreasi
 Kurang tidur
 Stroke
 Trauma atau pelecehan

CARA MENGATASI MANIK

Dijelaskan oleh Psikolog Ikhsan, jika Anda atau orang terdekat memiliki gejala manik, hal yang perlu
dilakukan adalah mencari pertolongan dari profesional seperti psikolog atau psikiater.

Nantinya, terapis akan melihat gejala dan memberikan saran untuk mengatasi gejala manik yang
terjadi.

Artikel Lainnya: Punya Orangtua Bipolar, Ini yang Harus Dilakukan

“Paling utama adalah minum obat dengan yang direkomendasikan oleh psikiater. Selain itu, sebisa
mungkin kenali perilaku dan ciri ketika sedang manik, misalnya jadi banyak berbicara, tidak bisa
diam, atau lainnya,” ucap Psikolog Ikhsan. 

Ia juga menambahkan, ketika sudah mengenali tanda-tanda manik yang terjadi, kita akan lebih
mudah menyalurkannya ke hal yang lebih aman atau tidak merusak diri.

Kemudian, gaya hidup sehat juga penting diterapkan untuk mencegah terjadinya gejala manik.

Misalnya, makan-makanan yang sehat, lakukan olahraga rutin, dan melakukan hobi yang positif. Hal
ini tujuannya agar Anda dapat menyalurkan energi ke hal yang lebih baik.

Selain itu, temukan support system juga dapat membantu. Memiliki orang yang selalu mendukung
apapun kondisi Anda, dapat membuat Anda merasa tidak sendiri dalam mengatasi gejala manik
yang dialami.

Apa itu manik?

Episode manik atau mania adalah periode yang ditandai dengan


peningkatan mood  dan merasa bergembira yang terjadi secara tak wajar.
Episode mania juga ditandai dengan perilaku berlebihan, pikiran yang
berkelebat, mudah terdistraksi, serta dapat disertai
gejala psikosis (halusinasi dan delusi).  

Episode mania dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Episode


ini terkadang diselingi dalam periode depresi yang menjadi lawan dari
mania. Pada episode depresi, penderitanya mengalami lelah mental,
sedih berlebihan, dan keputusasaan.

Selain mania, ada satu kondisi terkait lainnya yang disebut hipomania.
Hipomania merupakan bentuk ringan dari mania. Artinya, hipomania dan
mania merupakan kondisi yang hampir mirip namun mania bersifat lebih
intens.

Episode mania tidak dikategorikan sebagai gangguan mental. Namun,


kondisi ini berkaitan erat dengan gangguan mental yang
disebut gangguan bipolar. Gangguan bipolar ditandai dengan
perubahan mood antara episode mania, episode hipomania, dan episode
depresi. 

Walau memang berkaitan erat dengan gangguan bipolar, episode mania


juga mungkin disebabkan oleh faktor lain, termasuk:

 Melahirkan (psikosis postpartum)

 Cedera otak

 Tumor otak

 Demensia

 Radang otak

 Tingkatan stres yang tinggi

 Lupus

 Efek samping obat-obatan


 Penyalahgunaan narkoba atau alkohol

 Kurang tidur

 Stroke

 Trauma atau pelecehan

Gejala episode mania

Berikut ini beberapa gejala yang dikaitkan dengan episode mania atau
manik:

1. Penurunan keinginan untuk tidur

Episod
e mania yang dialami penderita bipolar bisa memicu gangguan tidur

Orang yang tengah mengalami episode mania kerap mengalami


penurunan keinginan untuk tidur. Misalnya, individu tersebut akan terjaga
hingga pukul empat subuh namun bisa bangun jam delapan pagi. Episode
mania yang dialami penderita bipolar bisa memicu gangguan tidur, dan
begitu pula sebaliknya.

2. Melakukan banyak hal dalam sekali waktu

Penderita bipolar yang mengalami episode mania cenderung gelisah dan


mencari cara untuk menyalurkan energi berlebihnya. Ia akan mampu
mengerjakan banyak hal dalam sekali waktu – di mana dalam kondisi
normal ia tidak mampu menyelesaikannya. Gejala ini disebut
dengan multitasking on steroid. 

3. Berbicara dengan lantang dan cepat

Episode mania di tahap awal juga dapat ditandai dengan bicara cepat
dengan suara yang lantang. Bicara cepat tersebut bisa sangat berbeda
dengan cara bicara penderitanya sehari-hari. 

4. Membuat rima kata yang tak masuk akal

Gejala khas mania pada penderita bipolar lainnya adalah rima kata saat ia
berbicara. Rima kata tersebut sebenarnya tidak logis saat digunakan
bersama. Namun, orang dengan episode mania akan tiba-tiba lihai dalam
membuat rima kata dengan akhiran yang mirip.

Misalnya, ia akan mengatakan kalimat seperti: “Kemarin aku makan ikan.


Dia kekanak-kanakan. Pemain musiman...” 

Kalimat di atas terdengar puitis walau sebenarnya tidak memiliki konteks


dan tidak “nyambung”.

5. Peningkatan hasrat seksual


Peningkatan hasrat seksual juga menjadi gejala khas pada episode mania
maupun hipomania. Hasrat tersebut rentan disalurkan melalui perilaku
seks yang berisiko, seperti berhubungan seks dengan PSK.

6. Melakukan perilaku impulsif

Berbel
anja secara impulsif rentan dilakukan oleh penderita yang sedang memasuki episode mania

Seseorang yang mengalami episode mania berisiko melakukan tindakan


yang impulsif. Misalnya, ia akan membeli barang-barang yang tidak
diperlukan, makan berlebihan, atau berjudi.

7. Pikiran yang berkelebat

Selain berbicara dengan cepat dan suara lantang, seseorang yang tengah
memasuki episode mania juga akan mengalami pikiran yang berkelebat
dengan cepat. Perubahan gagasan dalam berpikir tersebut terjadi dalam
waktu yang singkat.
Sebagai contoh, ia akan berpikir cara untuk hidup bahagia tanpa bekerja.
Namun, beberapa detik kemudian ia memikirkan rencana untuk
mengadopsi hewan peliharaan. Beberapa detik selanjutnya, ia akan
berfilsafat dan mempertanyakan esensi kehadiran manusia di muka bumi.

8. Menunjukkan tanda delusi

Delusi adalah keyakinan semu di mana ia meyakini hal-hal yang


sebenarnya tidak terjadi. Delusi sering ditunjukkan oleh penderita bipolar
saat ia mengalami episode mania maupun hipomania.

Perilaku delusi dapat diperlihatkan dengan bermacam-macam. Misalnya,


penderitanya merasa yakin bahwa ia adalah pacar seorang selebriti atau
pesohor terkemuka. 

9. Mudah tersinggung

Walau mania ditandai dengan mood  yang memuncak dan terlalu


bergembira, penderitanya juga terkadang menunjukkan perilaku mudah
tersinggung. Tak sampai di situ, perilaku kebencian dan sikap
permusuhan juga mungkin akan diperlihatkan orang yang tengah
mengalami episode mania. 

10. Munculnya pikiran bunuh diri

Pada beberapa kasus, orang yang terjebak dalam episode mania juga
akan  merasa putus asa dan mengutarakan pikiran untuk bunuh diri.
Penanganan episode mania

Dalam menangani episode mania, dokter mungkin akan memberikan


obat-obatan untuk mengendalikan gejala-gejala di atas. Penderitanya juga
mungkin akan memerlukan terapi dan menerapkan perubahan gaya
hidup.

1. Obat-obatan

Beberapa kelompok obat-obatan akan perlu dikonsumsi oleh orang yang


mengalami episode mania. Obat-obatan tersebut pada dasarnya, yaitu:

 Obat antipsikotik, seperti risperidone, olanzapine, aripiprazole, dan


quetiapine

 Obat penstabil mood,  seperti lithium, divalproex sodium, dan


carbamazepine

 Obat tidur

2. Terapi

Psikoterapi akan dipandu oleh ahli kesehatan mental terlatih untuk


membantu pasien mengidentifikasi perubahan mood  dan pemicunya.
Terapi juga dapat mengoptimalkan efektivitas obat dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. 

Beberapa jenis terapi untuk menangani episode mania yaitu:

 Terapi perilaku kognitif (CBT)

 Terapi perilaku dialektik (DBT)

 Terapi keluarga

Anda mungkin juga menyukai