Anda di halaman 1dari 2

 

Konsep urgensi hak asasi manusia dan rule of law


Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum dan The Rule of Law adalah dalam penegakan hak-
hak manusia ini harus berlandaskan aturan hukum, yakni aturan dalam perundang-undangan,
dimana aturan perundang-undangan ini dibuat oleh pemerintah

file:///C:/Users/lenovo/Downloads/Rizanizarli_jurnal_6110.pdf

 mengapa diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga


indonesia
harmonisasi hak dan kewajiban diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena
hak dan kewajiban merupakan wujud dari hubungan warga negara dengan negara, yang
sifatnya timbal balik. Aturan hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia juga
diatur dalam UUD NRI 1945 pasal 27-34

https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=100386

Sumber Historis

Secara historis, penegakan dan perjuangan hak asasi manusia pertama kali terjadi di benua eropa pada
abad 17 oleh John Locke yang merupakan seorang filsuf Inggris. Beliau pertama kali mencetuskan
keberadaan nilai-nilai hak alamiah (natural rights) yang berada pada setiap diri manusia yaitu hak hidup,
hak kebebasan, dan hak memiliki. Sedangkan, penegakan dan perjuangan hak asasi manusia pertama kali
di Indonesia yang tercatat oleh sejarah yaitu perjuangan RA. Kartini dan Dewi Sartika dalam
memperjuangkan hak-hak wanita.

https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=100386

 Sumber Sosiologis 

Secara Sosiologis, terjadinya gejala sosiologis fundamental di masa lalu  menyebab terjadinya
konflik di tengah masyarakat, hal ini dinamika permasalahan penegakan hak asasi manusia di
Indonesia. Konflik ini kemudian mengakar menjadi perselisihan antar suku, antar umat bergama,
antar ras, dan kelas sosial karena disebabkan suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari
perbedaan ciri budaya dan nasib yang ada diwariskan oleh sejarah masa lalu (sosio-cultural
animosity). Oleh karena itu, Indonesia harus mampu merombak seluruh tatanan kehidupan masa
lalu, masyarkat sipil demokratif harus mampu mengharmonikan kewajiban dan hak negara dan
warga negara dan pemerintah harus sanggup menjamin keseimbangan antara pemenuhan prinsip
kebebasan, kestetaraan, dan persaudaraan.

https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=100386

Sumber Poltik
Secara politik, hal yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan warga negara di
Indonesia adalah terjadinya amandemen UUD NRI 1945 pada era reformasi yang merupakan
tututan dari berbagai pihak. Tututan tersebut didasarkan oleh pandangan UUD NRI 1945 belum
cukup mengatur kehidupan demokratif, pemberdayaan, dan penghormatan terhadap HAM. 

https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=100386

dinamika dan tantangan

Tantangan hak asasi manusia di Indonesia semakin tinggi. Sejumlah faktor yang melatarbelakangi
peningkatan risiko pelanggaran HAM hari ini di antaranya adalah pandemi Covid-19 yang
semakin memperlebar ceruk ketimpangan, hingga fenomena digitalisasi yang turut menyumbang
ruang kerentanan baru berupa peretasan privasi, doxing, dan sebagainya. Risiko ini juga
diperparah dengan masuknya isu agraria pada dinamika kehidupan masyarakat yang sebagian
besar masih sangat bergantung pada tanah dan alam.
 https://ibtimes.id/?p=62285

Esensi dan urgensi

UUD NRI Tahun 1945 tidak hanya memuat aturan dasar ihwal kewajibanda n ha k negara melai nka n
juga ke waji ba n dan hak wa rga nega ra. Denga n demikian terdapat harmoni kewajiban
dan hak negara di satu pihak dengan kewajiban dan hak warga negara di pihak lain. Esensi
dan urgensi harmonik e w a j i b a n d a n h a k N e g a r a d a n w a r g a N e g a r a d a p a t
d i p a h a m i d e n g a n menggunakan pendekatan kebutuhan warga Negara yang meliputi agama dan
kebudayaan

https://www.coursehero.com/file/pj88tma/E-Mendeskripsikan-Esensi-dan-Urgensi-Harmoni-Kewajiban-
dan-Hak-Negara-dan-Warga/

fakta dan data ham di Indonesia


Menengok catatan sejarah bangsa ini, banyak sekali kasus-kasus pelanggaran HAM yang sampai sekarang
masih belum bisa diungkap. Bahkan, banyak di antara kasus-kasus tersebut adalah kasus pelanggaran HAM
berat. Namun, seolah-olah selalu menjadi perkara yang diestafetkan kepada pemimpin-pemimpin bangsa yang
baru.
Pada tahun 2019 saja, tercatat setidaknya ada 12 kasus pelanggaran HAM berat yang belum selesai, yakni
peristiwa 1965, penembakan misterius (petrus), peristiwa Trisaksi, Semanggi I dan Semanggi II, penculikan
dan penghilangan orang secara paksa, peristiwa Talangsari, peristiwa Simpang KKA, peristiwa Rumah
Gedong tahun 198, peristiwa dukun santet, ninja, dan orang gila Banyuwangi tahun 1998.

Anda mungkin juga menyukai