APRIL, 2023 • EDISI KE - 28

BULETIN TEKSTIL
Gelar Seminar Nasional
INDUSTRI TPT KE-2
Marhaban
Mengenal Serat Yaa Ramadhan
Berkinerja Tinggi
Sebagai Serat Generasi Baru
(HIGH PERFORMANCE FIBERS)

INWA
Member Gathering 2023

MENKOP UKM
Bersama API & APSyFI
Gelar Konferensi Pers
Terkait Impor Baju Bekas

WWW.BULETINTEKSTIL.COM
 MENKOP UKM Bersama API dan APSyFI
Gelar Konferensi Pers Terkait Impor Baju Bekas

Jakarta, April 6, 2023

A sosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi

Produsen Serat Sintetis dan Benang Filamen
Indonesia (APSyFI) mendukung langkah
pemerintah untuk menindak tegas para importir pakaian
bekas ilegal yang merugikan industri tekstil maupun
garmen hingga potensi kerugiannya mencapai Rp19
triliun.
“Pakaian bekas yang masuk ke pasar lokal ini yang
memukul UKM. Dengan dukungan API dan APSyFI, kami
menjadi yakin sesuai permintaan asosiasi tekstil kepada
Pemerintah harus betul-betul menyetop selundupan
pakaian bekas. Berharap, jika hal tersebut bisa dilakukan,
produksi dalam negeri, utilitasnya tidak lagi 60 persen
2022 lalu, industri tekstil lokal tergeser pakaian bekas
sehingga lapangan kerja di dalam negeri semakin
impor ilegal hingga 432.000 ton dari jumlah konsumsi
terbuka luas dan industri tekstil semakin baik,” kata
nasional.
MenKopUKM.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan, Modus Impor Unprosedural
sepanjang 2022 sekitar 350 ribu potong pakaian bekas 1. Under Invoice : Volume dan Nilai Barang dalam PIB
impor masuk ke Indonesia per hari. Sedangkan per diturunkan/ dikurangi (tidak sesuai dengan Master
tahunnya sebanyak 25.808 ton baju bekas impor yang B/L)
masuk ke Tanah Air. 2. Pelarian HS : HS dalam PIB diubah ke HS yang bea
“Kalau ditotalkan dari tujuh negara itu sebanyak masuknya lebih rendah.
25.808 ton. Jika dikonversikan satu kilogram bisa lima 3. Transhipment/ Pemalsuan SKA/COO : Pembuatan
potong baju, maka jatuhnya 70 ton per hari dikalikan lima dokumen SKA palsu dari negara yang mempunyai
potong, sehingga sebanyak 350 ribu potong baju per perjanjian dagang atau negara yang tidak terkena
hari,” ujar Jemmy. trade remedies.
Sementara itu Asosiasi Produsen Serat dan Benang 4. Impor Borongan : Dilakukan tanpa perhitungan bea
Filament (Apsyfi) membeberkan data mengenai porsi masuk dan pajak yang seharusnya, dengan
pakaian bekas impor yang mengganggu pasar industri menggunakan jasa importir undername. Praktik ini
tekstil dalam negeri pada tahun 2022. Ketua Umum meniadakan peraturan impor Tata Niaga Impor
Apsyfi Redma Gita Wiraswasta menyebutkan, pada tahun maupun Trade Remedies

WWW.BULETINTEKSTIL.COM E D I S I K E • 28
 Modus Rembesan KB/GB/PLB dan KITE
1. Barang sisa produksi di Kawasan Berikat maupun
Barang Impor baru di Gudang Berikat keluar tanpa
membayar kewajiban perpajakan-kepabeanan dan
aturan Tata Niaga.
2. Barang yang keluar dari PLB keluar memasuki wilayah
pabean tanpa membayar kewajiban perpajakan dan
kepabeanan. PLB Tekstil saat ini sudah dibubarkan
namun masuk melalui PLB IKM, barang-barangnya
dijual secara online.
3. Importasi barang melalui fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor tanpa pembayaran Bea Masuk dan
PPN, namun dijual didalam negeri dan dilakukan
ekspor fiktif.
Penyalahgunaan Ijin Impor API-P :
• Banyak perusahaan API-P bodong yang hanya punya
ijin IUI saja namun tidak punya mesin dan kapasitas
produksi, mendapatkan ijin impor dalam jumlah
puluhan hingga ratusan juta meter.
• Pelaku impor juga menggunakan modus under
invoice, pelarian HS dan transhipment untuk
menghindari kewajiban pajak dan pabean.
• Sudah terbit Permenperin No 36 tahun 2022 tentang
Tata Cara Verifikasi Kemampuan, namun beberapa
API-P bodong masih mendapatkan ijin impor myang
sangat besar
• Belum ada upaya untuk dilakukan transparansi
pemberian ijin impor.
Penyalahgunaan Ijin Impor API-U :
• Pemberian Kuota Impor hanya didasarkan pada KTP
pemilik IKM tanpa proses verifikasi kemampuan
produksi IKM.
• Hingga saat ini pemberian ijin impor masih tetap
diberikan dengan jumlah yang sangat besar.
• Pelaku impor juga menggunakan modus under
invoice, pelarian HS dan transhipment untuk
menghindari kewajiban pajak dan pabean.
Kerugian Negara
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Kerugian perekonomian :
1. Kehilangan potensi serapan 545 ribu tenaga kerja
langsung dan 1,5 juta tidak langsung, total
pendapatan karyawan Rp.54 Trilyun pertahun.
2. Jika diproduksi didalam negeri, masukan sektor pajak
sekitar Rp. 6 Trilyun dan BPJS Rp. 2,7 Trilyun serta
berimplikasi pada kegiatan ekonomi disektor energi,
perbankan, logistik, industri pendukung dan sektor
terkait lainnya.
3. Daya destruktifnya mencapai 29,6% (USD 6 Milyar,
dari USD 20 Milyar total turn over lokal sehingga
menjadi hambatan investasi dan saat ini menekan
utilisasi produksi industri TPT nasional menjadi hanya
tinggal 50%.
Kesimpulan
Importasi tekstil unprosedural dilakukan oleh sekitar
60 perusahaan yang dipunyai oleh sekitar 8 orang
pengusaha, mereka melakukannya dengan berbagai
macam modus (termasuk PLB sebelum dibubarkan)
termasuk mengantongi ijin impor (API-P dan API-U)
ratusan juta meter per perusahaan.
Bekerjasama dengan oknum Bea Cukai dilapangan
termasuk dengan oknum pemberian ijin impor di
Kemendag maupun Kemenperin.
Rekomendasi
1. Dilakukan penyelidikan menyeluruh atas ijin impor
yang sudah diberikan dalam 5 tahun terakhir baik API-
U (Kemendag) maupun API-P (Kemenperin) dan
transparansi pemberian Ijin Impor untuk setiap
perusahaan.
2. Dilakukan penyelidikan atas perusahaan yang
memfasilitasi impor Borongan dan undername yang
selalu masuk jalur hijau termasuk kaitannya dengan
fasilitas kemudahan jalur hijau yang diberikan oleh
Bea Cukai dan transparansi penentuan jalur
hijau/merah.
3. Penangkapan importir pakaian bekas dengan cara
tracking dari pedagang offline mau pun online.
• Red B-Teks/ Ly
Read more here
E D I S I K E • 28

Jakarta, April 8, 2023
P ara pembatik memiliki cara tersendiri
dalam memilih dan mengenali kain
yang akan dipergunakansebagai bahan
batik. Hal ini tentu berkaitan dengan
pemahaman selama mereka membuat kain
batik selama bertahun-tahun, bahkan turun
temurun. Berbeda dengan sarjana tekstil
maupun pekerja pabrik tekstil yang memiliki
pandangan secara teknik tekstil, para
pembatik ini tidak berbekal teknologi tekstil
sebagaimana diajarkan di sekolah. Oleh
karenanya pembatik lebih mengenal bahan
kain berdasarkan merek dagang yang mereka
kenal di pasaran dan bukan spesifikasi
teknisnya.
Secara khusus artikel ini membahas
bahan batik dari kain katun. Secara umum kain
katun yang digunakan bahan batik adalah kain
katun dengan sebutan mori. Yaitu tenunan
benang katun dari nomor Ne 30s hingga 80s.
Semain besar nomor benangnya, semakin
halus kainnya. Selain faktor nomor benang,
juga ditentukan tetal tenunannya.
Kain mori kualitas bagus yang digunakan
pada pematikan di Jawa sebelum tahun
1800an, masih di datangkan dari India. Baru
pada tahun 1825-an di datangkan dari Belgia
dan Inggris. Lebar kain berkisar antara 100
hingga 110 cm. Mengapa rata-rata kain batik
itu panjangnya berkisar antara 2,25 hingga 2,5
meter? Ternyata hal itu berkaitan dengan
standar pemotongan kain ketika diturunkan
dari mesin tenun, panjangnya 15 yard dan 16,5
yard (sesuai tradisi masing-masing pabrik di
belgia maupun Inggris).
Para pembatik akan membagi setiap
setiap gulung mori yang panjangnya 15 yard
akan diperoleh potongan batik dengan
panjang 2,28 cm, sedang pada gulungan mori
yang panjangnya 16,25 yard akan diperoleh
batik dengan panjang 2,56 cm. Sedang untuk
kain sarung batik satu gulung mori dibagi
menjadi 7 potong, sehingga selembar sarung
batik panjangnya berkisar 195 cm hingga 214
cm. Tradisi ini rupanya masih dipertahankan
hingga kini.
Mengenal Ciri Kain Katun Untuk
Mengetahui Usianya
S e o ra n g a h l i b at i k ya n g te l a h
berpengalaman, biasanya yang sudah sepuh
memiliki kemampuan untuk mengenali ciri-
ciri kain batik kuno dengan cara dilihat,
dipegang, diraba, diremas, diterawang,
dibentang dengan hanya mengandalkan
kemampuan pancaindranya. Cara seperti ini
biasa disebut sebagai metode uji sensoris.
Namun metode yang lebih ilmiah dapat
dijelaskan bahwa pada kain impor dari India
yang dilakukan pada tahun sebelum 1800-an
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Pemahaman *orang batik*
Terhadap Kain Katun Sebagai Bahan Batik
terdapat tanda-tanda khusus sesuai
kebiasaan para pabrikan tenun di India,
bahwa untuk menandai panjang kain setiap
sekian yard, mereka akan menyisipkan
benang pakan berwarna biru atau cokelat.
Ini akan terlihat pada pinggiran kain batik.
Sementara kain impor dari Inggris dan Belgia
pada periode tahun 1825 -1900-an khususnya
pada kain yang panjangnya 16,5 m diberi
tanda tulisan 16 dengan setik rantai (chain
Stich). Tidak diketahui dengan pasti kenapa
16 dan bukan 16,5. Tanda ini dilakukan oleh
pedagang di Jawa (Batavia) untuk
membedakan dengan kain yang panjangnya
15 yard. Ciri selebihnya adalah dengan
mengenali tetal atau kerapatan benang lusi
(benang yang membujur) dan benang pakan
(benang melintang). Uniknya tata cara
mengenali kualitas kain seperti ini tertulis
pada buku Handleiding voor het Schatten
(petunjuk penaksiran) pegangan juru taksir
pada Rumah Gadai di Batavia yang
diterbitkan pada tahun 1910.
Perusahaan pertenunan di Eropa
menerapkan grading dan quality control yang
cukup ketat pada hasil tenunan. Untuk
menandai kain mori yang ditenun sepanjang
16, 5 yard tanpa terdapat cacat tenun, maka
kain itu disebut Primissima. Jadi Primissima
secara harafiah adalah kain tenun
berkualitas bagus tanpa ada cacat tenun.
Akhirnya istilah Primissima menjadi acuan
kualitas bahan kain batik yang paling bagus
hingga saat ini.
Produsen kain Mori, di kota Twente,
perbatasan Belgia dan Belanda (Benelux).
Pada tahun 1824, NHM singkatan dari =
Nederlandsche Handel Maatschappij di
Belgia mendirikan sebuah pabrik pertenunan
bernama Twente yang memperoduksi mori
berkualitas bagus. Kain produksi mereka
oleh NHM dijual ke pulau Jawa sebagai
bahan batik. Selanjutnya kain batik dari Jawa
ini diekspor kembali ke Eropa. Mori produksi
Twente ini dikenal sampai sekarang dengan
merk Cap Cen. Disebut demikian konon
awalnya sebagai tanda setiap sekian yard,
produsen menyelipkan (dan menjahit) mata
uang satu sen. Untuk kualitas yang lebih
rendah dikenal Cap Leo. Sebagai tanda setiap
sekian yard pada mori itu distempel dengan
gambar Singa menggunakan tinta biru.
Gulungan kain dengan panjang 16,5 Yard
Tetapi harap diingat bahwa itu adalah
periode tahun 1800-an dan masuk ke
Indonesia melalui NHM yang menggantikan
peran VOC dalam distribusi barang. Yang
jelas mori Cap Cen dan mori Cap Leo itu
sekarang tinggal sejarah belaka. Jika saat
ini ada orang menjual mori Cap Cen patut
diduga itu adalah produsen yang meniru
menggunakan merk Cap Cen.
Memasuki abad 20, sejak awal tahun
1900-an peranan mori dari Belgia digantikan
mori dari Inggris, tepatnya dari Cambridge
yang merupakan kota industri yang
bersejarah dalam dunia tekstil. Begitu
populernya bahan mori dari Inggris ini
sehingga orang menyebut mori impor pada
periode itu sebagai kain cambric. (Sumber:
Fashioning cottons: Asian trade, domestic
industry and consumer demand, The
Cambridge History of Western Textiles karya
David Jenkins – 2003).
*Orang batik= Pembatik, pedagang dan
konsumen batik.
• Red B-Teks/ Adi Kusrianto
Read more here
E D I S I K E • 28
 HADAPI KRISIS GLOBAL,
KEMENPERIN DORONG INDUSTRI TPT MELALUI
PROGRAM RESTRUKTURISASI MESIN

Jakarta, April 8, 2023 Penyempurnaan Kain dan Industri Pencetakan Kain Tahun

K
Anggaran 2023. Pengajuan permohonan dilakukan melalui
ementerian Perindustrian (Kemenperin) terus
Akun SIINas masing-masing perusahaan. Waktu pengajuan
mendorong kinerja industri Tekstil dan Pengolahan
permohonan dapat diperpanjang atau dipersingkat apabila
Tekstil (TPT) dalam menghadapi ketidakpastian global
diperlukan. Adapun mesin atau peralatan yang dapat
yang berdampak pada penurunan ekspor subsektor tersebut.
diikutsertakan dalam program harus memenuhi jangka waktu
Salah satu langkah yang dilakukan yaitu melalui program
pembelian dan pemasangan antara tanggal 1 Juni 2022 sampai
restrukturisasi mesin untuk menstimulus penggunaan
dengan 30 Juni 2023 dan telah terpasang di lokasi sesuai ijin
peralatan yang lebih modern, hemat, dan ramah lingkungan
industri yang dimiliki. Hal ini perlu dibuktikan dengan dokumen
sehingga dapat meningkatkan daya saing, sesuai dengan peta
pembelian maupun dokumen pembayaran serta hasil
jalan Making Indonesia 4.0.
kunjungan lapangan.
“Program ini kembali dilaksanakan setelah sebelumnya
Warsito menambahkan, beberapa kebijakan lain telah
dimanfaatkan oleh 23 perusahaan pada tahun 2021 dan 2022.
diimplementasikan pemerintah baik berupa insentif fiskal
Program ini terbukti dapat meningkatkan produktivitas,
maupun nonfiskal untuk mempertahankan kinerja industri TPT,
efisiensi, dan kualitas produk,” kata Plt. Direktur Jenderal
di antaranya pengembangan neraca komoditas dan perbaikan
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian
rantai pasok bahan baku, implementasi industri 4.0, kebijakan
Perindustrian Ignatius Warsito dalam Acara Launching dan
Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), pengendalian impor dan
Sosialisasi Restrukturisasi Mesin/Peralatan pada Industri
pengenaan trade remedies industri TPT, Program Penggunaan
Penyempurnaan Kain dan Industri Pencetakan Kain Tahun
Produk Dalam Negeri (P3DN), dan peningkatan kompetensi
Anggaran 2023 di Bandung.
SDM melalui program vokasi link and match.
Kinerja industri TPT pada tahun 2022 masih menunjukan
“Perusahaan industri TPT diharapkan dapat memanfaatkan
hasil yang baik di tengah tekanan krisis global. Nilai ekspor
program ini secara optimal dalam rangka meningkatkan
industri TPT mencapai USD13,83 miliar dengan total
produktivitas, efisiensi dan kualitas produk dalam rangka
penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,65 juta orang.
kemajuan perusahan dan industri tekstil pada umumnya,”
“Dari sisi PDB, industri TPT mengalami pertumbuhan 9,34% tutup Warsito.
(YoY) dan berkontribusi sebesar 1,03% terhadap PDB nasional,”
• Red B-Teks/ Ly
imbuhnya.
Program restrukturisasi mesin/peralatan yang fokus pada
industri penyempurnaan kain dan pencetakan kain
menargetkan keikutsertaan 13 perusahaan dengan total
anggaran pada tahun 2023 sebesar Rp4,7 miliar. Dengan
anggaran tersebut, akan dilakukan penggantian (reimburse)
potongan harga senilai 10% dari total investasi mesin/peralatan
yang berasal dari impor, atau 25% untuk mesin/peralatan
produksi dalam negeri.
Perusahaan dapat mengajukan permohonan mulai tanggal
24 Maret 2023 sampai dengan 30 Juni 2023 sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Read more here
No. 11 Tahun 2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program
Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan pada Industri

WWW.BULETINTEKSTIL.COM E D I S I K E • 28
 BULETIN TEKSTIL Gelar
Seminar Nasional INDUSTRI TPT KE-2

Jakarta, April 8, 2023 peluang baru.

M enjadi ajang bergengsi di awal tahun untuk tren fashion

nasional, pameran industri TPT ( Tekstil dan Produk Tekstil ) di
Indonesia, Inatex bersama Indo Intertex 2023 akan kembali
diselenggarakan di Jakarta International Expo. Digelar oleh Peraga Expo
yang bekerja sama dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan
beberapa asosiasi lainnya. Pameran ini menampilkan produk dan
inovasi terknologi terbaru dari mesin tekstil dan garmen, bahan baku,
mesin digital printing, kimia tekstil, aksesoris serta produk tekstil
sebagainya.
Pameran edisi ke-19
yang sudah berlangsung
selama 3 hari (29 – 31
M a r e t 2 0 2 3 )
menghadirkan lebih dari
500 peserta berasal dari
11 negara Asia dan
Eropa. “Industri TPT
perlahan bangkit dan
kembali menjadi salah
satu industri manufaktur
yang berkontribusi besar
bagi perekonomian Nasional. Peraga Expo optimistis penyelenggaraan
Inatex – Indo Intertex 2023 dapat menambah daya pecut untuk
perkembangan Industri TPT Nasional,” papar Paul Kingsen, Project
Director Peraga Expo.
Pada pelaksanaan yang ke-19 tahun ini, Peraga Expo menargetkan
pengunjung sebanyak 12.000 orang pengusaha dan professional. Para
pengunjung akan mendapatkan akses masuk gratis dengan sebelumnya
mendaftarkan diri. Pameran ini akan menghadirkan teknologi platform
online yang akan menghubungkan antara exhibitor dengan pengunjung
dengan aplikasi Texmatch, yang memungkinkan mereka berinteraksi
secara langsung, sebelum dan sesudah acara sekaligus membuka
Selain pameran, akan ada serangkaian sesi informatif dan mendidik
tentang tren dan teknologi terkini di industri tekstil dan garmen. Salah
satunya dikemas dalam Fashion Preneur Workshop dan seminar lainnya
mengenai perkembangan industri TPT nasional , yang dihadiri para pakar
dan ahli dari pemerintahan, asosiasi dan para pelaku industri.
Seminar ini merupakan kali kedua buletin tekstil menggelar seminar
di acara tahunan pameran tekstil Inatex, dimana pada pelaksanaan ke 18
tahun 2022, buletin juga menggelar seminar dengan tema “Pemulihan
Industri TPT Pasca Pandemi “.
Seminar pertama:
LIHAT Seminar TPT Ke 1
Pada seminar kali ini buletin tekstil mengusung tema “Strategi
Industri TPT Menghadapi Krisis Berkepanjangan“.
Seminar ini terbagi dalam 2 sesi, dimana sesi pertama diisi pemateri
dari kementrian Perindustrian (Adi Susanto), Pengamat Ekonomi Politik
dan Perbankan (Iramadji Idja) di pandu oleh moderator Indra Ibrahim.
sedangkan untuk sambutan pembuka oleh Irwandi F Rajabasa sebagai
pembina dari buletin tekstil.
D a l a m
sambutannya, Irwandy
memaparkan bahwa
Kondisi industri TPT saat
ini merupakan kondisi
yang sangat sulit
dibandingkan kondisi
tahun lalu, banyak para
industri hanya bekerja
5 0 % nya . s e d a n g ka n
Irwandy M.A Rajabasa
k e w a j i b a n
produksivsetengah dari
kapasitas terpasang harus membayar ipah pekerja, biaya operasional
lainya dan THR tentunya yang harus dipertimbangkan. hal inilah yang
memprihatinkan dikalangan industri.
Irwandy juga menyoroti terkait barang bekas terutama pakaian jadi
dimana menurutnya jika impor pakaian bekas ini tidak segera dihentikan,
tentu dampaknya terhadap industri dalam negeri karena tidak dapat
terserap pasar dan akibatnya perusahaan akan mengurangi dan
menghentikan produksi dan PHK tidak terhindari.
“Pangsa pasar inilah yang akan menjadi penyelamat industri TPT itu
sendiri”, ungkap Irwandy.
Pembicara selanjutnya Andi Susanto dari Kemenperin yang
mamaparkan Program Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil
di Indonesia.

WWW.BULETINTEKSTIL.COM E D I S I K E • 28
 A. KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN JADI
1. Industri TPT tumbuh positif pada tahun 2022 sebesar 9,34% YoY
meskipun sempat mengalami perlambatan berdasarkan QtoQ dari
3,33% di Q1 2022 menjadi 1,64% di Q2 2022, -0,92% di Q3 2022 dan -
0,43 di Q3 tahun 2022. Kontribusi TPT terhadap PDB mengalami
penurunan dari 1,06% di 2021 menjadi 1,03% di 2022.
2. Ekspor secara kumulatif naik 6,56% pada Tahun 2022 di bandingkan
pada tahun 2021, namun demikian apabila dilihat secara bulanan
sepanjang Tahun 2022, terjadi penurunan ekspor pada bulan Juli,
Agustus, September dan Oktober sebesar -2,00%, -0,34%, -20,14%,
dan -10,03%.
3. Impor secara kumulatif naik 8,6% pada Tahun 2022 di bandingkan
pada Tahun 2021, namun demikian apabila dilihat secara bulanan
sepanjang Tahun 2022 menunjukan penurunan dari bulan Juli :
1,29%, terus hingga Des: -3,54%.
B. PERKEMBANGAN INVESTASI PADA INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN
JADI
• Investasi pada Industri Tekstil pada tahun 2022, masih tumbuh
positif dengan nilai investasi pada industri tekstil sebesar Rp 8,22
triliun, naik sebesar 130% bila dibandingkan tahun 2021.
• Investasi pada Industri Pakaian Jadi juga masih tumbuh positif
dengan nilai investasi Rp 6,84 triliun, naik sebesar 131% bila
dibandingkan tahun 2021.
C. TENAGA KERJA DI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN MENURUT
SUBSEKTOR
Data Tenaga Kerja sektor tekstil (KBLI 13) dan sektor pakaian jadi
(KBLI 14) menunjukkan perkembangan yang masih cukup baik sampai
dengan Agustus 2022 dengan kenaikan 7,24% pada industri pakaian jadi
dan industri tekstil mengalami sedikit penurunan sebesar 1,97%, namun
secara total industri tekstil dan pakaian jadi menunjukan kenaikan
sebesar 4,39%.
Komposisi Impor Kain :
Total Impor = 719.995.116
Total PI/LS = 719.030.153 yang artinya 99.97%
Andi juga menyoroti terkait sedang ramainya masalah Impor Baju
Bekas atau Thrifting, menurut data yang disampaikannya, bahwa
Terdapat perbedaan data yang tercatat pada situs trademap.
Pada Tahun 2021, tercatat volume impor sebesar 27.758 ton
(berdasarkan data negara eksportir), sedangkan data BPS hanya 8 ton.
Berdasarkan perbedaan mirror data dan direct data tersebut,
kemungkinan terjadi importasi pakaian bekas dan barang tekstil bekas
ilegal melalui jalur tikus.
Andi juga mengungkapkan tindak lanjut yang dilaksanakan untuk
masalah Thrifting diantaranya ada 7 poin yang disampaikan.
Read more here
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
1. Direktorat Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki telah melakukan
investigasi lapangan pada tanggal 14 Maret 2023, khususnya di Pasar
Senen dan di Pasar Cimol Gedebage, Kota Bandung pada Kamis, 16
Maret 2023 dengan melibatkan Direktorat Pembina dan Pusat
Pengawasan Standardisasi Industri (P2SI)., DKI Jakarta. Dari hasil
investigasi lapangan tersebut, peredaran pakaian bekas, alas kaki
bekas, dan barang tekstil lainnya bekas pakai bahkan pakaian dalam
bekas sangat mudah ditemukan dan diperdagangkan secara bebas di
kawasan tersebut.
2. Pelaku usaha yang dalam hal ini diwakili oleh APRISINDO dan API
telah menyampaikan surat dengan nomor 016/APR-UM/III/2023
dan 025/API-IPKB/III/2023, menyampaikan bahwa peredaran
pakaian, alas kaki dan barang tekstil lainnya dalam kondisi bekas asal
impor walaupun telah dilarang sesuai Permendag 18/2021 jo
Permendag 40/2022, namun masih sangat banyak beredar dan
bahkan jumlahnya sudah sangat banyak dan mengganggu industri
dalam negeri.
3. Telah dilakukan rapat bersama Kementerian Perdagangan, Ditjen
Bea dan Cukai, TNI, dan POLRI. Disepakati akan melakukan tindakan
terhadap para pelaku impor pakaian, alas kaki, dan barang tekstil
bekas tersebut.
4. Dalam rapat, dilaporkan bahwa Aparat Penegak Hukum (APH) yang
memiliki fungsi penindakan (Bea dan Cukai, TNI AL, Polisi Air, dan
Bareskrim POLRI) menyatakan siap berkoordinasi dalam proses
penindakan atas masuknya pakaian dan sepatu bekas ilegal ke dalam
wilayah pabean yang berasal dari Singapura dan Malaysia di wilayah
perbatasan darat dan laut. Dalam pelaksanaan koordinasi tersebut,
APH memerlukan informasi akurat terkait target moda transportasi
yang digunakan, jalur pengangkutan, dan pelaku utamanya
khususnya pintu masuk barang impor ilegal melalui pesisir Sumatera
dan menyebar ke dalam wilayah pabean seperti Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Oleh karena itu, diperlukan dukungan semua
pihak, termasuk dukungan data/informasi dari duta besar dan atase-
atase Indonesia di Malaysia dan Singapura.
5. Terkait proses penelusuran data aliran transaksi bisnis impor pakaian
dan sepatu bekas ilegal dengan tujuan mengidentifikasi pelaku
utamanya, Direktorat Jenderal PKTN akan membentuk Tim Terpadu
Pengawasan Balpres yang melibatkan PPATK, TNI POLRI, dan
Kementerian teknis terkait seperti Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian
Keuangan. Tim Terpadu Pengawasan Balpres dimulai dengan
dibentuknya koordinasi bersama dengan Whatsapp Group.
6. Hal lain dalam rapat tersebut, menindaklanjuti hasil pemberitaan
yang dilakukan oleh Kantor berita Reuters, Ditjen PKTN akan
menyampaikan nota diplomatik melalui Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia terhadap pemerintah Singapura dengan nota
protes terhadap eksportasi limbah berupa sepatu bekas.
7. Di samping itu, dalam menimalisasi peredaran pusat penjualan
secara daring (online) baik melalui Instagram, Tiktok, maupun
Facebook serta marketplace (seperti Tokopedia, Bukalapak, dll)
Direktorat Jenderal PKTN telah melakukan pembinaan dan
peringatan atas penjualan daring pakaian dan sepatu bekas asal
impor. Selanjutnya ke depan akan melakukan kerjasama dengan
Ditjen Aplikasi dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam rangka cyber patrol.
BERSAMBUNG EDISI 29
• Red B-Teks/ Ly
E D I S I K E • 28
 Mengenal Serat Berkinerja Tinggi
Sebagai Serat Generasi Baru
(HIGH PERFORMANCE FIBERS)
Jakarta, April 9, 2023
T elah disepakati sejak lama bahwa unit terkecil penyusun sebuah material tekstil adalah serat. Serat diolah melalui proses
manufaktur tertentu di industri hingga diperoleh berbagai barang tekstil seperti benang dan kain yang memiliki kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat dari serat sebagai penyusun bahan tekstil memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kinerja/sifat dari bahan tekstil akhir yang diperoleh.
Ilustrasi serat sebagai material
penyusun benang dan kain tenun
Serat berkinerja tinggi (High
performance fibers) merupakan serat
yang memiliki sifat kekuatan tarik dan
modulus yang lebih unggul dibandingkan
dengan serat yang umum dijumpai, dan
juga dapat memiliki sifat unggulan
lainnya seperti dapat bertahan pada
suhu yang tinggi, ketahanan api dan
ketahanan terhadap kimia dan pelarut
yang sangat baik. Sifat unggul pada serat
berkinerja tinggi dapat berasal dari
molekul unik dan struktur kimia dari serat
khusus tersebut. Konsep serat berkinerja
tinggi masuk ke industri tekstil pada
kisaran tahun 1950-1970-an.
Serat berkinerja tinggi telah
dikembangkan untuk menawarkan
kekuatan tinggi, modulus tinggi, stabilitas
termal pada suhu tinggi, ketahanan kimia
dan pelarut, serta sejumlah sifat lainnya
untuk aplikasi penggunaan akhir spesifik
pada aplikasi tertentu. Serat ini
merupakan kunci bahan baku dari
pengembangan berbagai bahan material
tekstil teknis (technical textile) yang
membutuhkan sifat karakteristik yang
unggul dan sulit untuk dibuat dengan
menggunakan bahan baku serat
komoditas konvensional lainnya.
High Performace Fibers Memiliki Sifat
Yang Unggul Dalam Kekuatan Dan
Kekakuannya
Serat-serat industri seperti kapas,
wol dan sutera biasanya hanya memiliki
kekuatan tenacity berkisar pada nilai 0,1
– 0,4 N/Tex dengan nilai modulus awal
berkisar 2-5 N/Tex. Serat rami dan flax
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
biasanya memiliki nilai lebih tinggi lagi serat kevlar juga memiliki kekuatan yang
diatasnya. Setelah diperkenalkannya tinggi hingga mencapai 2 kali dari serat
teknologi serat selulosa regenerasi, serat nilon. Warna kuning merupakan salah
rayon asetat juga hanya memiliki satu dari ciri khas dari serat jenis ini.
kekuatan tenacity berkisar 0,2 N/Tex.
Pengembangan kekuatan tenacity pada
serat berbasis selulosa menjadi
tantangan tersendiri bagi para pembuat
serat kala itu. Hingga pengembangan
lebih lanjut dari rayon asetat yaitu serat
Tenasco yang hanya mencapai nilai 0,4
N/Tex, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi serat Fortisan dengan kekuatan
hanya berkisar pada nilai 0,6 N/Tex. Nilai
tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan serat nilon dan
serat karbon yang memiliki potensi lebih
tinggi dalam kegunaannya sebagai bahan
berkekuatan tinggi. Berikut merupakan
perbandingan nilai kekuatan beberapa
serat seperti kapas, rami dan berbagai
serat berkinerja tinggi lainnya.
Klasifikasi Serat Berkinerja Tinggi
Sejauh ini, Serat berkinerja tinggi
dapat diklasifikasikan berdasarkan
struktur kimianya berserta beberapa
contohnya sebagai berikut:
1. S e ra t A r o m a t i k , j e n i s s e ra t
berkinerja tinggi ini termasuk: • Aromatik Polyester: contohnya serat
• Aromatik Poliamida atau lebih dikenal Vectran® yang dikembangkan oleh
Celanese Group. Serat ini memiliki
dengan Aramid: contohnya serat dengan
ketahanan kimia yang sangat baik, yaitu
nama dagang Nomex®, Kevlar® yang
dapat tahan terhadap pelarut organik,
dikembangkan oleh dupont. Kedua serat
stabil terhadap hidrolisis, memiliki
ini memiliki titik leleh dekomposisi yang ketahanan terhadap asam (hingga
sangat tinggi, yang menjadikan serat ini konsentrasi 90%), memiliki ketahanan
kerap digunakan untuk keperluan terhadap basa (hingga konsentrasi 30%).
ketahanan panas yang tinggi. Kevlar Serat ini juga diklaim memiliki kekuatan
dapat bertahan hingga suhu 550oC, yang sangat tinggi, yaitu 5 kali lebih kuat
ketimbang Nylon 66 yang hanya dapat dibandingkan baja dan 10 kali lebih kuat
bertahan hingga suhu 255o Selain d i b a n d i n g ka n a l u m i n i u m ( d e n ga n
ketahanan panasnya yang menakjubkan, perbandingan berat yang sama).
E D I S I K E • 28
 Selain itu serat ini juga memiliki ketahanan
abrasi yang sangat baik sehingga banyak
diaplikasikan untuk kegunaan bahan tali
tambang berkekuatan tinggi. Ketahanan
terhadap paparan Sinar UV juga membuat
serat ini cocok untuk penggunaan outdoor
yang awet dan tidak mudah rusak terjemur
matahari.
• Aromatic Polyimide: serat polyimide
dikembangkan oleh Dow Chemical Co. Serat
ini memiliki sifat ketahanan panas yang baik
(meskipun tidak sebaik aramid), namun
memiliki ketahanan kimia yang sangat baik.
Serat polyimide banyak digunakan dalam
aplikasi penggunaan filter media larutan
kimia yang harus juga tahan dalam suhu
yang tinggi.
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
• Aromatik Heterosiklik: contohnya
Polybenzimidazole® (PBI) yang
dikembangkan oleh Celanese Corp.,
Polybenzobisthiazole® (PBT) oleh du Pont
dan Celanese, serta Polybenzobisoxazole®
(PBO) oleh Toyobo Co. Ltd. Diantara serat
tersebut, serat PBO merupakan serat yang
paling banyak digunakan dan sengaja
dikembangkan oleh U.S Air Force. Serat
tersebut merupakan material polimer yang
kuat, tahan panas, tahan kimia, namun
sangat ringan, serta cocok untuk digunakan
di luar angkasa dan untuk kegunaan
pesawat terbang. Ketahanan panas serat ini
jauh lebih tinggi lagi, yaitu dapat bertahan
hingga suhu 650o
Sifat mengagumkan lainnya dari serat
Zylon® ini adalah sifat ketahanan apinya
yang sangat baik (ketahanan api yang jauh
lebih baik dibandingkan semua serat
berkinerja tinggi lainnya). Hal ini dapat
dilihat dengan nilai Limiting Oxygen Index
serat Zylon yang mencapai nilai 70 LOI
index.
memiliki derajat kristalinitas yang sangat
tinggi (Derajat kristalinitas > 85%) dan berat
molekul yang tinggi. Hal ini membuat serat
UHMWPE memiliki kekuatan yang sangat
tinggi dan kerap digunakan pada aplikasi
penguat rompi antipeluru, heavy duty
ropes untuk pelayaran lepas pantai, dll.
Serat ini juga jauh lebih murah biaya
produksinya dibandingkan dengan serat
berkinerja lainnya, sehingga membuat
serat jenis ini lebih diminati.
3. S e r a t K a r b o n : c o n t o h n y a
Polyacrylonitrile (PAN) carbon fiber atau
pitch-based carbon fiber yang dibuat oleh
BASF, Amoco, Ashland dan berbagai
perusahaan lainnya. Serat karbon memiliki
kekuatan tarik yang mirip dengan Aramid,
namun memiliki sifat-sifat unik lainnya
s e p e r t i keta h a n a n k i m i a , d a p at
menghantarkan arus listrik (konduktif),
dapat menghantarkan panas dengan baik.
4. Serat Anorganik: kelompok ini terdiri
dari berbagai serat seperti serat Basalt,
serat Boron, Serat Silicon Carbide, Glass
fibers, dll. Serat kelompok ini tidak
sepopuler kawan-kawannya dalam bidang
serat berkinerja tinggi karena beberapa
alasan teknis pembuatannya dan biayanya.
Meskipun begitu, serat ini juga memiliki
kekuatan yang tinggi dan dapat digunakan
dalam aplikasi yang luas untuk berbagai
kebutuhan ketahanan kimia dan kekuatan
yang tinggi.
2. Serat Polyolefin: contohnya serat Gel
• Red B-Teks/ Andrian Wijayono
Spun Polyethylene (Ultra High Molecular
Magister Rekayasa Tekstil dan Apparel,
Weight Polyethylene atau UHMWPE) yang
Politeknik STTT Bandung
dipasarkan dengan merk dagang Spectra®
oleh Honeywell dan Dyneema® oleh DSM
dan Toyobo. Monomer serat ini sepintal
tidak ada bedanya dengan polimer PE pada
biasanya. Hal yang membedakan serat
polyethylene biasa dan serat UHMW Read more here
polyethylene adalah dari strukturnya yang
E D I S I K E • 28

Jakarta, April 10, 2023
I
ndonesia sebagai negara yang kaya
sumber daya alam terutama akan
hasil pertanian sangat berpotensi
menghasilkan berbagai bahan
biopolymer. Dalam pembuatan Biofilm,
salah satu bahan utama yang digunakan
ialah pati karena merupakan bahan yang
dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
menjadi senyawa-senyawa yang ramah
lingkungan. Banyak tanaman di
Indonesia yang mengandung pati
terutama umbi-umbian penghasil pati
seperti umbi ganyong, ubi kelapa (uwi),
suweg, gembili dan sebagainya.
Kandungan pati dalam gembili dapat
menjadi alternatif bahan dasar
pembuatan Biofilm karena diantara
umbi-umbian seperti ganyong, ubi
kelapa (uwi) dan suweg, gembili memiliki
rendemen pati tertinggi. Komposisi pati
pada umumnya terdiri dari amilopektin
sebagai bagian terbesar dan sisanya
amilosa.
Berdasarkan hasil penelitian, Biofilm
yang dihasilkan memiliki kelemahan
yaitu memiliki sifat fisik yang rendah
(kekuatan tarik dan elastisitas), sehingga
diperlukan adanya bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat fisik plastik
tersebut dengan biopolimer lain seperti
kitosan yang tidak beracun dan memiliki
sifat larut dalam suatu larutan asam
organik yaitu asam asetat. Mengatasi
sifat kaku dari Biofilm digunakan polivinil
alkohol (PVA) sebagai plasticizer agar
plastik yang dihasilkan lebih elastis. PVA
adalah polimer sintetik yang larut dalam
air dan tidak beracun, serta dapat
te rd e g ra d a s i s e ca ra a l a m i ata u
biodegradable.
Rancangan pakaian fashion dari Biofilm
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Biofilm
Ilustrasi pembentukan Biofilms
dan pengamatan melalui SEM
Biofilm merupakan sekelompok
mikroorganisme, yang menghasilkan zat
polimer ekstraseluler dan sering tumbuh
pada permukaan hidup atau tak hidup
atau dengan kata lain Biofilm ini terbuat
dari biopolimer. Biopolimer memiliki
kapasitas pembentuk film yang sangat
baik dan dapat digunakan dalam
pengemasan makanan, implan, terapi
luka serta pada aplikasi industri lainnya.
Karakterisasi untuk Biofilms
Analisis morfologi film berbasis bio
seperti pemeriksaan permukaan selama
uji tarik, kekasaran permukaan, rongga
dan porositas yang ada pada Biofilm
dapat dianalisis menggunakan SEM. TEM
(Transmission electron mikroskop) dapat
digunakan untuk mendeteksi detail
dalam Biofilm. Kehadiran nanofiller,
distribusi dan interaksinya dengan
matriks dapat dipelajari oleh TEM. AFM
(Atomic force microscopy) digunakan
untuk menganalisis pembentukan
Biofilm pada nanopartikel, adhesi bakteri
serta aktivitas bakteri yang ada dalam
spesimen. Struktur molekul, komposisi,
dan kemurnian Biofilm dapat ditentukan
dengan teknik NMR (Nuclear Magnetic
Resonance Spectroscopy). Gugus fungsi,
variasi posisi gugus fungsi, interaksi
antara komponen dalam campuran dan
komposit biopolimer dll dapat dianalisis
dengan FTIR (Fourier Transform Infra
Red)
Kelebihan dan kekurangan dari
Biofilms
Komposisi Biofilms diantaranya
terdiri dari sel-sel mikroorganisme,
polisakarida sebagai bahan perekat dan
air. Aktivitas fungsional, mekanik dan
antimikroba film berbasis kitosan
mampu ditingkatkan dengan memuat
kurkumin dan nanopartikel silika
mesopori melalui metode rotavapor.
Penelitian yang dilakukan oleh Chunwa
dkk (2019), Film kitosan yang
mengandung kurkumin ini ternyata lebih
efisien daripada untaian bakteri seperti
Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Bora dan Mishra (2019)
menambahkan nanopartikel perak
sehingga mampu memberikan efek
antibakteri film bilayer alginat-kasein
terhadap bakteri Escherichia coli,
pemberian nanopartikel perak ini
mampu meningkatkan stabilitas
oksidatif. Pemberian AgNP antibakteri
(partikel nano perak) dengan cara
mengenkapsulasi ke Biofilm kemasan
makanan yang dapat dimakan
menyebabkan sitotoksisitas,
genotoksisitas, dan peradangan pada sel
manusia. Penelitian yang dilakukan
Sniewsk dkk (2020) ditemukan bahwa
kitosan cocok sebagai caping AgNPS
untuk menghilangkan sitotoksisitas. Saat
ini, penelitian tentang kemasan Biofilm
antibakteri belum banyak dilakukan. Efek
antibakteri pada Biofilm terbatas pada
waktu dan hanya pada strain bakteri
tertentu. Kedepannya, perlu dikaji lebih
dalam mengenai bahan enkapsulasi
antibakteri alami yang dapat digunakan
dalam Biofilm.
Kitosan dan lilin di atas Biofilm
membentuk penghalang uap air
pelindung yang baik tetapi variasi suhu
dan kondisi pembebanan dinamis akan
mempengaruhi sifat mekanik dan
penghalang air. Biofilm memiliki
kerapuhan yang tinggi dan rentan
terhadap degradasi. Sebagian besar
Biofilm tidak dapat didaur ulang karena
komposisi kimianya dan prosedur
pemrosesan yang kompleks, meskipun
demikian Biofilm tetap lebih ramah
terhadap lingkungan karena mudah
terurai.
E D I S I K E • 28

Lembaran Biofilm, menyerupai
bahan yang terbuat dari kulit
Aplikasi Biofilms
Biofilm yang terbuat dari biopolimer
dapat terurai secara hayati dan memiliki
biokompatibilitas yang baik dalam
industri obat-obatan, rekayasa jaringan,
biomedis, pengemasan dan makanan.
Biofilm banyak digunakan dalam industri
pengemasan, terutama dalam
pengemasan makanan di mana Biofilm
mengalami batasan tertentu seperti
umur simpan yang rendah dan sebagian
besar kehilangan sifat mekaniknya saat
didaur ulang karena gugus fungsi dan
berbagai kondisi lingkungan.
Film berbasis bio yang terbuat dari
selulosa dan kitosan mampu
meningkatkan sifat magnetik dan listrik
dengan penambahan magnetit (Fe3O4)
dan gliserol. Magnetit dan gliserol
meningkatkan penyimpanan muatan dan
sifat insulatif. Oleh karena itu, perlu
dilakukan banyak penelitian tentang
kitosan dan biopolimer lainnya yang
berpotensi meningkatkan aplikasi dalam
elektronik ramah lingkungan.
Dalam penelitian terbaru,
Bakteriofag dimuat dalam film berbasis
natrium alginat untuk mengemas daging
guna mencegah pertumbuhan
P.fluorescens. Bakteriofag diketahui lebih
efektif untuk mengobati infeksi bakteri,
yang belum banyak dieksplorasi. Oleh
karena itu, Biofilm antibakteri dengan
bakteriofag akan memiliki peran utama
dalam pengemasan makanan dan juga
untuk mengobati luka yang terinfeksi
bakteri.
Baru-baru ini, teknik baru
dieksplorasi untuk “bahan kemasan
makanan cerdas”. Antosianin kubis
merah diimobilisasi dalam matriks
nanokristal kitin teroksidasi dan dibentuk
sebagai film. Film-film tersebut
menunjukkan mekanisme pelepasan
difusi Fickian yang dominan dan
m e n u n j u k ka n s i fat s e n s i t i f p H ,
penghalang UV, antimikroba, dan
antioksidan yang baik (Wu dkk, 2020).
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Pada penelitian lain, film
kitosan/alizarin responsif pH
d i ke m b a n g k a n d e n g a n m e t o d e
pengecoran larutan. Biofilm
menunjukkan penghalang UV yang
sangat baik, stabilitas termal yang baik
dan hidrofobisitas permukaan. Laju
pelepasan alizarin lebih tinggi dalam
larutan etanol tetapi lebih rendah dalam
air.
B i o f i l m m a m p u m e n g u n g ka p
permulaan pembusukan ikan dengan
mengubah warna dari khaki menjadi
coklat muda (Ezati dan Rhim, 2020). Di
amati bahwa Biofilm pengemasan cerdas
dapat merespon dengan mengubah
warna sehubungan adanya perubahan
pH dalam makanan. Dengan demikian,
ada kemungkinan dalam waktu dekat
Biofilm pengemasan cerdas akan
merevolusi industri pengemasan
makanan.
Penelitian terhadap Biofilm ini masih
sangat sedikit akan keterbaharuannya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk
melakukan eksperimen dan
mengeksplorasi lebih jauh Biofilm
kemasan cerdas yang akan bereaksi
terhadap banyak kondisi lingkungan
seperti perubahan pH, suhu,
pertumbuhan bakteri/jamur dll.
Menurut Ye dkk (2019) Biofilm yang
diperoleh dari protein kedelai yang
dicampur dengan asam stearat melalui
biokonjugasi menunjukkan hasil yang
l e b i h b a i k u nt u k m e n i n g kat ka n
ketahanan air, hidrofobisitas permukaan,
dan sifat penghalang uap air. Gelas
karton yang dilapisi PLA digunakan untuk
mengemas kopi dan teh. Selain itu,
sebagai mengemas minuman, buah-
buahan, bahan makanan, dll. Pati yang
diperoleh dari jagung dapat digunakan
untuk mengemas cokelat susu dan
Penerapan biofilm
pada berbagai aplikasi di industri
Read more here
sayuran. PLA, PHA, keratin dan Biofilm
berbasis kitosan banyak digunakan
dalam aplikasi medis seperti
penyembuhan luka, implan medis,
pelapis anti bakteri dan anti jamur.
Ruang Lingkup Biofilm yang akan
datang
Biofilm sangat baik digunakan
sebagai konservasi lingkungan dan
karenanya digunakan untuk banyak
aplikasi industri yang ramah lingkungan.
Banyak penelitian melaporkan
keterbatasan tertentu dalam
menggunakan film berbasis bio seperti
sensitivitas air, permeabilitas udara,
rentan terhadap serangan bakteri, jamur
dan memiliki sifat mekanik yang buruk.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa kelemahan ini dapat diatasi
d e n ga n p e n g g u n a a n p l a st i c i ze r,
nanomaterial dll. Selain itu,
penggabungan plasticizer dan
nanomaterial mampu meningkatkan
sifat mekanik, kimia, dan termalnya.
Ada risiko penggunaan nanomaterial
antibakteri dan pengawet dalam Biofilm
kemasan makanan karena paparan,
inhalasi/injeksi, dan migrasi partikel
nano ke permukaan makanan
menyebabkan efek berbahaya pada
manusia. Analisis toksikologi yang
mendalam dan mengembangkan standar
peraturan pada bahan nano merupakan
tantangan besar yang dihadapi oleh para
peneliti saat ini.
Biaya produksi Biofilm terlalu tinggi
dibandingkan dengan plastik sintetik.
Untuk menggantikan bahan tradisional,
perlu dikembangkan jenis film berbasis
bio baru dengan pemrosesan mudah
yang melibatkan biaya rendah. Saat ini,
bahan kemasan yang dapat dimakan
berbasis antibakteri sedang menjadi tren
penelitian tetapi di tahun-tahun
mendatang Biofilm yang diperkuat
nanopartikel antibakteri kemungkinan
akan menjadi tren utama. Meskipun ada
banyak penelitian dalam bidang ini, ada
banyak tantangan seperti kemampuan
enkapsulasi, pemuatan obat, efek
samping pada manusia dan kontrol
pelepasan obat terkontrol. Oleh karena
itu, dalam waktu dekat Biofilm yang
dapat dimakan perlu dikembangkan
dengan potensi penggunaan pada
industri biomedis dan pengemasan.
• Red B-Teks/ AH-RTA
dari berbagai sumber
E D I S I K E • 28
 Tren Teknologi
Industri Tekstil
di Tahun 2023
Jakarta, April 12, 2023
M
eskipun pada dasarnya teknologi tekstil telah
berkembang sejak generasi dahulu. Namun
ternyata masih banyak sekali bagaimana
perkembangan yang dilakukan dalam industri. Tren
teknologi industri tekstil terus berkembang hingga saat ini
dan menjadi pilihan oleh para pelaku industri tekstil di
dunia.
Ada Teknologi 3D, Industri 4.0, Blockchain, IoT dan
lainnya, merupakan teknologi terkini yang memiliki
potensi besar dalam industri tekstil di seluruh dunia.
Dengan tren ini, perusahaan bisa mengoptimalkan
produksinya secara efektif dan efisien.
Teknologi Nanotechnology
Penggunaan Teknologi nanotechnology ini sudah
mulai digunakan sejak 2012 lalu, namun akhirnya mulai
menjamur pada tahun 2017. Selain bisa membuat produk
lebih terlihat bagus, membuat warna lebih banyak, dan
membuat bahan yang digunakan lebih elastis, teknologi
ini juga dapat membuat kain menjadi anti air.
Teknologi nanotechnology ini berfungsi untuk
menambahkan nano-partikel pada kain agar :
1. Meningkatkan kualitas kain yang dibuat sehingga lebih
anti air dan tidak mudah terinfeksi oleh jamur dan
bakteri,
2. Meningkatkan daya tahan atas panas udara hingga
40°C,
3. M e n a m b a h ke k u a t a n s t r u k t u r k a i n y a n g
memungkinkan untuk dibuat semakin lembut dan
halus sehingga lebih cocok untuk digunakan sebagai
bahan berbagai produk seperti kaos, celana jeans dan
sebagainya
Digitalisasi produksi dan pemasaran di industri
tekstil
Industri tekstil adalah salah satu industri yang cukup
banyak menggunakan mesin dan peralatan yang
berteknologi canggih. Sistem ini dikenal dengan kata
digitalisasi, dimana memungkinkan pekerjaan produksi
menjadi lebih cepat dan efektif. Digitalisasi telah mampu
meningkatkan efektivitas dalam pelayanan, memudahkan
tata kelola logistik dan juga mempercepat pengadaan
barang-barang produksi. Kini terdapat banyak perusahaan
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
y a n g
mempercayakan
s e m u a
pekerjaannya
k e p a d a
perusahaan digital
printing untuk
mendapatkan hasil
yang maksimal.
Mesin Digital Printing kain
Sebagai salah
satu tren teknologi
industri tekstil yang paling menonjo yaitu Textile Digital
printing merupakan cara mencetak menggunakan mesin
digital secara langsung pada kain, atau media lainnya.
Pencetakan inkjet industri berpotensi mengurangi limbah
produksi secara signifikan dibandingkan dengan pewarna
melalui metode layar putar. Pencetakan digital
menawarkan kemudahan penggunaan dan tidak terlalu
berdampak pada lingkungan.
Manfaat Pencetakan Tekstil Digital
• Efektivitas biaya
• Konsumsi air dan energi lebih sedikit
• Perputaran cepat
• Proses produksi yang lebih singkat
• Fleksibilitas untuk membuat desain khusus
• Lebih berkelanjutan
“Pemasaran digitalisasi produksi dan pemasaran di
industri tekstil” merupakan konsep strategi pemasaran
yang diambil dari digital marketing. Digital marketing
merupakan salah satu bentuk perubahan strategi
pemasaran online dengan menggunakan metode promosi
melalui jaringan media sosial seperti Facebook, Instagram
ataupun Twitter.
Digitalisasi produksi dan pemasaran di industri tekstil,
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
meningkatkan kualitas produk. Digitalisasi ini menjadi tren
saat ini dan telah menjadi bagian penting dalam kondisi
bisnis. Dengan adanya digitalisasi ini, akan memudahkan
segala urusan yang ada pada industri tekstil. Hal ini juga
memberikan manfaat bagi para pelaku bisnis yang
memiliki usaha di bidang tersebut.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam penggunaan digitalisasi adalah keamanan data.
E D I S I K E • 28
 Meningkatnya Permintaan Serat Alam serta
Perpindahan ke Kain Non-Anyaman
Salah satu tren paling signifikan yang membentuk
industri tekstil adalah peningkatan permintaan serat alam.
Serat alami ada di seluruh dunia dalam bulu binatang,
mineral, dan komponen tumbuhan. Produsen tekstil
menggunakan serat ini untuk membuat kain alami seperti
katun, sutra, linen, wol, dan kasmir.
Tingkat produksi serat alami perlahan meningkat saat
kita memasuki tahun 2023. Tren kemungkinan besar akan
berlanjut karena memiliki lebih sedikit dampak
lingkungan.
Ada juga peralihan ke kain non-anyaman. Ini adalah
bahan yang terbuat dari proses kimia. Kemampuan dicuci,
kelembutan, kemampuan meregang, dan ketahanannya
adalah beberapa faktor yang membuat bahan ini
mendapatkan popularitas.
Internet of Things(IoT) pada Industri Tekstil
Internet of Things adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah koneksi antara perangkat
dan jaringan yang terhubung secara online, serta
beroperasi secara interaktif dengan memanfaatkan
teknologi mesin tak jenuh (machine-to-machine) untuk
mengoptimalkan fungsi dan peranan perangkat dalam
rangka membangun ekosistem yang saling berinteraksi
satu sama lain.
Otomasi dan Peningkatan Keamanan Kerja
Menurut BPS, terdapat sekitar 2,8 juta tenaga kerja di
industri tekstil dan konfeksi di Indonesia. Dari jumlah
tersebut, sekitar 2,5 juta (88%) adalah tenaga kerja
perempuan.
Meningkatkan keamanan kerja sebagai salah satu
agenda prioritas pemerintah, terutama dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan kerja di bidang industri
tekstil. Hal ini diperlukan karena selama ini masih banyak
perusahaan yang lupa atau tidak memperhatikan
keamanan kerja. Permasalahan yang sering terjadi adalah
pekerja tidak mengetahui aturan kerja dan tidak memiliki
hak untuk melaporkan kondisi yang mereka hadapi.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan keamanan kerja pada industri
tekstil dan konfeksi. Untuk itu, perusahaan harus
mengidentifikasi tanda-tanda awal yang akan
mengganggu pekerja dan mengambil langkah-langkah
tertentu untuk mencegahnya.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan
adalah dengan menggunakan alat pelindung. Selain itu,
pelaku bisnis juga dapat mengandalkan teknologi otomasi
dalam proses pembuatan dan percetakan.
Read more here
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Berfokus pada Lingkungan
Tekstil adalah salah satu industri yang paling banyak
menggunakan bahan baku serta proses produksi yang
berhubungan dengan lingkungan dan kesehatan. Tekstil
merupakan salah satu kegiatan industri yang
menghasilkan banyak limbah, seperti air hujan, air
pembasuh, dan limbah padat.
Perencanaan dari pihak industri serta kesadaran dari
masyarakat luas juga mendorong meningkatnya
penggunaan tinta jenis tertentu pada industri tekstil.
Seperti tinta pigmen berbasis air yang dapat terurai secara
hayati, tinta UV, dan tinta dari bahan nabati seperti alga
dan sayuran.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas, kinerja dan
efisiensi perusahaan dalam rangka mengurangi input dan
output material yang dihasilkan, maka perlu
dikembangkan metode perencanaan produk yang sesuai
dengan kebutuhan produsen untuk meningkatkan kualitas
produknya.
Perencanaan produk untuk fokus lingkungan
merupakan suatu kebutuhan yang terpenting bagi para
pengusaha dalam mengantisipasi berbagai perubahan
lingkungan yang muncul. Dalam kondisi seperti ini, para
pengusaha harus mampu menciptakan suatu struktur
yang mampu menghadapi berbagai tantangan dari tren
ekonomi, serta membuat produk yang bermanfaat bagi
masyarakat secara keseluruhan.
Efisiensi dan Energi Bersih
Selain mempertimbangkan limbah, industri tekstil juga
mulai meningkatkan efisiensi dan menggunakan energi
ramah lingkungan. Banyak tren teknologi industri tekstil
yang dapat membantu meningkatkan efisiensi, seperti
penggunaan alat monitoring energi.
Penggunaan energi terbarukan di Asia Tenggara baru
memasuki masa transisi dari batu bara ke gas. Penggunaan
listrik pabrik yang bersumber dari pembangkit listrik
tenaga gas dapat mengurangi jejak emisi karbon pabrik
hingga 50%.
Sedangkan energi terbarukan seperti Solar Panel,
banyak yang menggunakan sebatas untuk kebutuhan
penerangan sekitar lokasi pabrik, dan untuk penggunaan
elektronik mulai dari lobby hingga ruangan kantor. Saat ini
di banyak kawasan industri di Indonesia sudah dapat kita
lihat atap solar panel di pabrik-pabrik.
Kesimpulan
Tren Teknologi Industri Tekstil 2023 di Dunia dan juga di
indonesia ini dapat berfungsi sebagai penunjuk arah
industri tekstil, agar perusahaan tidak salah dalam
menentukan strategi utama dalam membangun bisnisnya.
• Red B-Teks/ Ly
E D I S I K E • 28
 DORONG INTEGRASI SUPPLY CHAIN PADA
INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN ALAS KAKI,
PEMERINTAH SIAPKAN BERBAGAI KEBIJAKAN
Jakarta, April 12, 2023
M
eski dihadapkan pada tantangan berat dan ancaman
resesi, perekonomian Indonesia mampu tumbuh
positif sebesar 5,31% (yoy) pada tahun 2022. Salah
satu sektor yang menjadi katalis dalam mendorong kinerja
ekonomi nasional yaitu sektor industri Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT) dan Alas Kaki.
Pada tahun 2022, kinerja neraca perdagangan TPT
mengalami surplus sebesar USD3.71 miliar atau meningkat
sebesar 3,34% dibandingkan periode sebelumnya. Sama halnya
dengan alas kaki, yang mengalami surplus sebesar USD1.03
miliar atau meningkat sebesar 41% dibandingkan periode
sebelumnya. Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi negara
tujuan utama ekspor kedua industri ini.
Indonesia sendiri berpotensi menjadi pasar utama, basis
produksi, dan pusat ekspor industri TPT dan alas kaki dunia
dengan memiliki banyak keunggulan. Indonesia menjadi negara
dengan tingkat ekonomi terbesar ke-16 di dunia, memiliki
peluang terjadinya resesi yang sangat kecil yakni sebesar 3%
pada tahun 2023, memiliki pasar domestik yang sangat besar
dengan jumlah penduduk mencapai 273 juta, bonus demografi
yang meningkat secara signifikan, serta kondisi politik dan
ekonomi yang relatif stabil.
Mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan
Industri Ali Murtopo Simbolon memberikan sambutan terkait
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
dukungan Pemerintah melalui berbagai kebijakan sebagai
upaya untuk menarik investasi asing dan memperbaiki iklim
usaha di Indonesia melalui perjanjian dagang dalam acara
Adidas Global Partner Summit.
Adidas Indonesia merupakan salah satu penyumbang
terbesar ekspor industri TPT dan alas kaki serta telah
merealisasikan ekspor pada tahun 2022 senilai USD2.54 miliar.
Bahkan, ekspor ke negara Eropa mencapai USD826.6 juta atau
setara 33% dari total ekspornya.
Daya saing yang tinggi menjadi kunci tercapainya kinerja
ekspor yang optimal. Walaupun demikian, importasi bahan
baku menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Tantangan
integrasi rantai pasok sangat penting untuk segera diselesaikan.
“Pelaksanaan Adidas Global Partner Summit
ini merupakan momentum yang tepat dalam
mewujudkan integrasi hulu hilir industri TPT dan
alas kaki Indonesia yang lebih berdaya saing.
Untuk itu, saya mengajak seluruh principal dan
para top eksekutif rekanan Adidas Group yang
hadir saat ini agar tidak ragu-ragu dan segera
berinvestasi dalam mengisi kekosongan rantai
pasok Adidas Indonesia sehingga Indonesia
mampu bergerak sebagai pasar utama, basis
produksi, dan pusat ekspor industri TPT dan alas
kaki dunia,” ujar Deputi Ali.
Kegiatan Adidas Global Partner Summit merupakan acara
puncak pertemuan eksekutif dengan perusahaan rekanan
Adidas serta para calon investor yang akan berinvestasi di
Indonesia. Acara berlangsung pada tanggal 21 Maret 2023 dan
dihadiri oleh CEO Adidas Bjorn Gulden dan COO Adidas Martin
Shankland.
• Red B-Teks/ Ly
Read more here
E D I S I K E • 28
 JANGAN SALAH KAPRAH
MENYEBUT BROKAT PADAHAL LACE
Jakarta, April 12, 2023
S udah menjadi tradisi di negeri ini
bahwa, Lebaran selalu identik dengan
busana baru. Kurang afdol apa bila saat
saling berkunjung tidak mengenakan busana
baru. Tentu saja ini merupakan momen
‘panen’ omzet bagi pengusaha tekstil dan
pegiat fashion. Warna warni dan aneka
macam corak dan motif dari berbagai macam
bahan tekstil, akan ditawarkan diberbagai
tempat penjual busana.
Namun sebelum belanja sudahkah Anda
mengenal betul bahan busana apa yang akan
dikreasi? Pasalnya, saat ini masih ada
masyarakat yang keliru memilih bahan
busana. Terutama untuk bahan jenis Brocade
(Brokat). Hal itu terungkap dalam zoominar
yang menghadirkan duet tokoh tekstil
Surabaya yakni Aryani Widagdo (fashion
educationist founder Arva School of Fashion)
dan Adi Kusrianto ( dosen tekstil dan juga
penulis buku).
Dalam zoominar Selasa (11/4) yang
diikuti sekitar 400 audience, Aryani
meluruskan adanya kekeliruan masyarakat
yang menyebut kain brokat padahal yang
dimaksud adalah lace (knitted lace).
Kesalahan ini di dukung oleh para reailer
kain yang memasang label brokat di pada kain
yang sebenarnya itu adalah lace.
Aryani
“Padahal kan beda. Brokat itu tidak
nerawang. Sedangkan kain lace itu
sebenarnya kain renda,” ujarnya seraya
menunjukkan contoh beberapa kain brokat
yang benar .
“Namun di toko-toko besar di Surabaya,
sudah ada beberapa yang benar
menempatkan label brokat di kain brokat
yang sebenarnya,” ujarnya.
Dikatakan, kain brokat biasanya malah
digunakan sebagai kain pelapis mebel. Tetapi,
tetap kelihatan cantik dan mewah juga pada
saat didesain menjadi busana. Kemudian, ia
menunjukkan beberapa contoh busana
berbahan brokat karya desainer terkemuka
seperti Dior dan Valentino Giovani. Adapun
ciri-ciri kain brokat menurutnya adalah,
brokat lebih tebal bila dibanding kain lace kain
(renda).
Sedang kain lace, lebih menerawang
karena bentuk dasarnya berupa jaring-jaring
alias Net. Misalnya Chantilly Lace. Sedang
yang agak tebal dinamakan Guipure Lace yang
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Contoh busana
dengan bahan Brokat
motifnya dihubungkan dengan “jembatan”.
“Namun di Indonesia, orang menyebut
renda ziper ada juga yang menyebut renda
prada yang menggunakan bahan benang
emas,” ujarnya seraya menambahkan hal itu
karena tahun 2008, para perancang dunia
banyak yang meluncurkan rancangan busana
dengan bahan Guipure yang kemudian di
Indonesia heboh dengan renda prada.
Dipasaran, kain lace diipasarkan dengan
berbagai kualitas. Dari harga mulai 250 ribu
hingga jutaan rupiah. Guipure Lace pada
dasarnya adalah kain bordir yang dibordirkan
diatas kertas yang larut air (bahan solvron)
yang memiliki kualitas bagus, pada saat
digunting ornamennya tidak bertiras. Apabila
dibakar pinggirnya, maka tidak akan
menimbulkan warna hitam (gosong) karena
terbuat dari serat alam. Sedangkan yang
murah, bila diambil ornamennya akan
bertiras, dan bila dibakar pinggirnya akan
hitam atau gosong. Karena ada bahan
poliester didalamnya.
Contoh busana dengan bahan Chantilly
Lace (kiri) dan Guipure Lace (kanan).
Selain menjelaskan tentang perbedaan
kain brokat dan lace, Aryani juga menjelaskan
beberapa jenis bahan busana yang sering
menimbulkan kekeliruan di masyarakat misal,
Felt yang banyak dianggap sebagai kain flanel,
dan juga menjelaskan perbedaan antara kain
Sateen dengan Satin. Selain itu juga dijelaskan
beberapa kain yang umum digunakan
masyarakat seperti, Chiffon, Dobby, Doupion,
Duchese, Linen, Jersy, Santung, Sutra,
Spandex dan lain sebagainya. Sekitar 25
bahan busana yang dijelaskan saat itu.
“Itu yang umum digunakan masyarakat.
Padahal sebenarnya, ada ratusan jumlahnya.
Setiap mengajar mahasiswa baru, saya
meminta mereka menyebutkan nama-nama
bahan busana yang mereka kenal. Pada
umumnya, maksimal hanya bisa
menyebutkan 5 saja,” ungkapnya.
Sementara, Adi Kurianto memberikan
panduan sebelum memilih bahan busana
untuk dikreasi. Panduan itu antara lain, terbat
dari apa serat kainnya, serat berbentuk
filamen apa staple, bisa digunakan apa saja
kain tersebut, bagaimana bentuk
anyamannya, rapat apa renggang
tenunannya, menggunakan warna alam
ataukah kimia, menyerap air ataukah tidak,
bagaimana drappernya, bagaimana kesan
permukaan kain kasar atau halus, bersifat
melar ataukah tidak, menyusut ataukah tidak,
bagaimana mengatasi kain susut, luntur
ataukah tidak, gampang brodol/ terburai atau
tidak, tahan lama ataukah tidak dan
sebagainya.
Contoh busana dengan
bahan Guipure Lace
Contoh busana dengan
bahan Chantilly Lace
“Hal-hal seperti itu wajib diketahui
konsumen supaya bisa mengantisipasi siafat-
sifat kain tersebut. Untuk seragam kerja
misalnya, tentu diperlukan kain yang awet
karena untuk dipakai sehari-hari. Beda
dengan gaun untuk pesta yang mungkin
jarang dipakai,” Pungkasnya.
• Red B-Teks/ RATNA DEVI
Read more here
E D I S I K E • 28
 INWA
Member Gathering 2023
Jakarta, April 14, 2023
B
agi sebagian masyarakat umum, mungkin asing dengar
istilah INWA (Indonesian Nonwoven Association)
namun tidak bagi para pelaku industri Tekstil. INWA
merupakan wadah atau asosiasi di Indonesia yang dapat
memenuhi kebutuhan para pelaku nonwoven.
Keberadaan non woven sudah ada sejak lama di sekitar kita.
Tak sedikit perlengkapan harian yang terbuat dari kain non
woven seperti tisu basah, masker, dan perban luka. Non woven
atau kain non-tenun adalah bahan yang menyerupai kain. Pada
kain lain, serat dipintal terlebih dahulu menjadi benang.
Sementara kain non woven dibuat dari serat pendek dan
panjang yang diikat menjadi satu melalui serangkaian proses
kimiawi dan mekanis.
Dinamakan non woven karena bahannya tidak dibuat
dengan cara dijahit seperti kain konvensional. Serat yang umum
digunakan untuk pembuatan non woven adalah serat
polypropylene.
Banyak sekali kegunaan kain Nonwoven, diantaranya:
? Dunia medis dan kesehatan: baju bedah, masker medis,
handuk tangan, sarung tangan, plester, perban luka, tirai
bedah dan cover, dan shoe covers.
? Perlengkapan rumah tangga: tisu dapur, tisu wajah, tisu
dapur, lap pel, lap meja, taplak meja, keset kamar mandi,
selimut, dan handuk mandi/muka sekali pakai.
? Perlengkapan pribadi: popok bayi, alat kebersihan wanita,
pembalut wanita, dan tampon.
? Industri makanan dan obat-obatan: kantong teh, kopi
celup, dan filter obat-obatan.
? Industri pabrik: APD, tisu, lap debu, kain pembersih sepatu,
hingga kain lap industri kelas satu dan dua.
? Material pelapis: sampul buku atau pelapis luar untuk
produk PVC.
? Pakaian sehari-hari: topi, alas sepatu, dan tas jinjing.
Contoh kain nonwoven di sekitar kita
INWA Annual Member Gathering Jakarta, Senayan Avenue
Golf Club
INWA (Indonesian Nonwoven Association) didirikan pada
tahun 2016. INWA (Indonesian Nonwoven Association) dimulai
dengan pertemuan awal yang diadakan di 17 Desember 2013 di
Bandung dan diikuti oleh delegasi dari ANFA (Asia Nonwoven
Fabrics Association) dan EDANA (European Disposables and
Nonwovens Association). Pertemuan ini diinisiasikan oleh
kebutuhan untuk mendirikan sebuah asosiasi di Indonesia yang
dapat memenuhi kebutuhan para pelaku nonwoven. Sejak itu,
beberapa pelaku nonwoven di Indonesia mulai mengadakan
pertemuan kuartalan, bekerja sama untuk mendirikan asosiasi
Nonwoven di Indonesia.
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Visi: UNTUK MENTRANSFORMASI INDONESIA MENJADI
PELAKU NONWOVEN TERKEMUKA DI PASAR GLOBAL
Misi INWA:
1. Untuk mendukung pelaku Nonwoven dalam kegiatan
produksi, penelitian dan pengembangan, hubungan
industrial serta hubungan dengan pemerintah
2. Memperkuat hubungan antara pelaku Nonwoven,
technical textile dan industri pendukung.
3. Menjadi perwakilan industri Nonwoven dalm diskusi
dengan pemerintah, perwakilan buruh dan llain-lain.
4. Program pengembangan kebijakan dukungan
pemerintah dan modernisasi ekonomi nasional.
Baru-baru ini, tepatnya tanggal 21 Maret 2023 INWA
mengadakan pertemuan anggota di Senayan Golf Club, Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh anggota INWA, dan kementrian.
Ada beberapa agenda yang dilaksanakan dalam acara yang
dilaksanakan tersebut, diantaranya :
? Silaturahmi / gathering rutin anggota member INWA dan
Pemerintahan
? Serah terima jabatan ketua umum INWA lama Periode
Januari 2021 sd Desember 2022.
? Pengukuhan komite INWA dan ketua umum INWA baru
Periode Januari 2023 sd Desember 2024.
? Pemaparan materi dari pihak Pemerintahan “Kinerja Makro
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan Sektor Industri
NonWoven” oleh Bapak Ignatius Warsito
Berikut Komite Kepengurusan INWA Periode Januari 2023 sd
Desember 2024
Ibu Velda Agustino sebagai Ketua, Bpk Billy Hidjaja (Wakil
Ketua) dan Ibu Novi Loe (Bendahara)
Sedangkan Bpk Hengky Lau sebagai Koordinator Bidang Urusan
Luar Negeri, untuk Koordinator Bidang Urusan Dalam Negeri di
pegang Bpk Albert Arthur.
Sementara jabatan Koordinator event Bpk Aditya Suryaman.
?Red B-Teks/ Indra I
Read more here
E D I S I K E • 28

Jakarta, April 14, 2023
DUNIA
Pangsa pasar pakaian olahraga Dunia diperkirakan
mencapai nominal US$17.0 miliar pada tahun 2022 dan akan
mencapai CAGR lebih dari 6% antara tahun 2022-2027. Pasar
pakaian olahraga luar ruangan mengalami peningkatan pesat
setelah pandemi karena dorongan kebiasaan hidup sehat yang
menaikkan tren konsumen membeli pakaian olahraga dan
streetwear diseluruh dunia, terutama di negara-negara
berkembang.
Meningkatnya kegiatan luar ruangan masyarakat yang
mendorong tren mode pakaian olahraga ini menciptakan
lingkungan yang sempurna bagi merek-merek pakaian terkenal
untuk memperluas pasar atau memunculkan konsep-konsep
baru. Perhatian mereka ditujukan terutama bagi konsumen
pemula, para pendatang baru yang belum mempunyai
kesetiaan terhadap mode dan merek tertentu. Contohnya, lini
outdoor ACG Nike telah mengalami lonjakan popularitas arena
meningkatnya pembelian streetwear. Produk yang bersifat
multifungsi memberi keleluasaan konsumen untuk
menggunakannya dalam berbagai kegiatan, baik untuk
kegiatan olahraga ataupun pada pakaian kasual sehari-hari.
Selain penggunaan bahan teknis seperti GORE-TEX dan Dri-
Fit Nike, mereka juga mendapat manfaat dari sistem
pemasaran yang cerdik melalui promosi di media sosial, yang
cocok bagi konsumen kalangan muda.
Jenis pakaian utama di pasar pakaian olahraga luar
ruangan antara lain: baju olahraga, alas kaki olahraga dan
aksesori olahraga lainnya. Yang juga diperkiraan akan menjadi
trend adalah pakaian seperti mantel dan jaket puffer untuk
penggunaan streetwear yang dibeli konsumen karena gaya dan
fungsinya.
Pasar utama untuk pakaian olahraga adalah: Amerika
Serikat, Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Amerika terbesar
dalam tahun 2022. Diperkirakan pada rentang waktu 5 tahun
kedepan pasar Eropa dan Amerika Serikat akan menurun tetapi
sebaliknya kawasan Asia Pasifik akan meningkat volume
penjualannya.
Beberapa merek terkemuka dalam pasar pakaian olahraga
luar ruangan ini antara lain: Columbia, The North Face,
Timberland, SALOMON, Patagonia, Helly Hansen, Napapijri,
Descente, Kathmandu dan Peak Performance. Pada tahu 2022,
Columbia merajai dalam pasar pakain jenis ini.
Sorotan utama dalam pakaian olahraga luar ruangan:
1. Pakaian jenis ini diprediksi akan meningkat pada tahun
2023 ini, diikuti pertumbuhan konsisten dan stabil sampai
periode tahun 2027.
2. Pasar yang akan meningkat dengan pesat pada periode
2022 – 2027 adalah kawasan Asia Pasifik
3. Dua tren yang mendorong naiknya pasar pakaian olah raga
luar ruangan ini yaitu tumbuhnya minat masyarakat untuk
berolah raga dan munculnya kebiasaan baru masyarakat
menggunakan pakaian streetwear. (GlobalData)
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
PRANCIS
Dekrit Prancis 2022-748 tentang Anti Waste for a Circular
Economy Law (AGEC) mulai berlaku pada bulan Januari 2023,
merupakan kebijakan model ekologi baru pemerintah yang
mengatur spesifikasi circular product untuk tekstil, garment dan
sepatu. Suatu pandangan yang mengarahkan peralihan dari pola
konsumen yang berkebiasaan membeli pakaian secara boros dan
kemudian membuang pakaian bekas tersebut secara tidak
bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkannya.
Pola barunya nanti menyangkut bagaimana konsumen menuju
ke model proses sirkular yang berkelanjutan, mencakup: membeli
pakaian, mengembalikan pakaian bekasnya ke toko, penjualan
kembali pakaian bekas, perbaikan atas pakaian tersebut dan
adanya proses daur ulang pakaian bekas. Kesemuanya itu
diharapkan dapat mendukung target pengurangan carbon foot
print yang ambisius dari pemerintah Perancis.
Ketentuan diatas diharapkan akan segera diundangkan dalam
skala Uni Eropa, dengan demikian pengendalian atas nilai rantai
pasok industri pakaian jadi dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
Muncul pertanyaan dari segenap stake holder, apa yang akan
terjadi dalam industri TPT dimasa mendatang, bagaimana kesiapan
para produsen dan brand internasional untuk berkontribusi dalam
pengurangan limbah pakaian bekas dan pengurangan carbon foot
print dalam proses produksi pakaian serta bagaimana melakukan
edukasi dan sosialisai konsumen agar memperhatian
sustainabilitas dalam proses belanja pakaian.
Dengan pengesahan UU tersebut maka konsumen pakaian jadi
akan mendapat akses informasi tentang barang yang akan mereka
beli: bagaimana pakaian diproduksi, apa saja bahan yang dipakai
dalam proses produksinya, kemudahan dalam proses daur ulang
pakaian tersebut. Brand internasional dan para retailer pakaian jadi
yang menjual barang mereka dipasar harus mematuhi protokol
pelabelan lingkungan hidup yang memuat informasi tentang:
kualitas dan karakteristik ramah lingkungan suatu produk, daur
ulang produk, ketertelusuran dan keberadaan mikro plastik yang
dikandung suatu produk.
The EU Strategy for Sustainability and Circular Textile
menetapkan bahwa visi dan tindakan nyata bahwa pada tahun
2030 semua produk tekstil yang akan masuk pasaran Uni Eropa
harus: tahan lama dalam pemakaiannya, terbuat dari serat yang
bisa didaur ulang, bebas dari zat berbahaya, diproduksi dengan
mematuhi ketentuan terkait hak-hak sosial dan lingkungan hidup.
Circular Production harus diterapkan untuk mengatasi
perubahan iklim Dunia. Forum Ekonomi Dunia mengungkapkan
bahwa industri pakaian jadi merupakan pencemar terbesar ketiga
di dunia. Industri ini melepaskan emisi gas rumah kaca sebesar 10%
setiap tahunnya, membuang limbah dalam proses produksi dengan
jumlah besar. (Just Style)
SWISS
World Trade Organization (WTO) mengeluarkan perkiraan
pertumbuhan PDB Global pada tanggal 5 April 2023 sebesar 2,4%
pada tahun 2023. Proyeksi pertumbuhan ini berada dibawah rata-
rata selama 12 tahun terakhir sebesar 2,6%. Pertumbuhan ini
menurun dikarenakan tekanan masalah yang antara lain : dampak
perang Ukraina-Rusia, tingginya inflasi, kebijakan moneter yang
ketat, ketidak pastian pasar uang Dunia, menurunnya volume
perdagangan Dunia.
Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo Iweala menyatakan
bahwa Perdagangan menjadi penopang ketahanan ekonomi global,
makanya penting bagi pemerintah untuk menghindari fragmentasi
perdagangan serta menahan untuk tidak melakukan kebijakan yang
menghambat perdagangan.
E D I S I K E • 28
 Pertumbuhan pada tahun 2022 yang sebesar 2,7% berada
dibawah perkiraan WTO yang besarnya diharapkan mencapai 3,5%,
hal ini disebabkan oeh beberapa faktor seperti: kenaikan harga
komoditi global, kebijakan moneter ketat, inflasi, pandemi covid-19
yang menggangu tingkat produksi dan perdagangan China.
Ekonom WTO Ralph Ossa menyatakan bahwa sisa pengaruh
covid-19 dan ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang
mempengarui perdagangan Dunia tahun 2022 dan juga masih akan
terjadi pada tahun 2023. Kenaikan suku bunga di negara-negara
maju memperlihatkan lemahnya sistem perbankan, dan bila hal ini
tidak segera diatasi akan menimbulkan ketidakstabilan keuangan
yang lebih luas, pemerintah perlu mewaspadai hal ini.
Pertumbuhan perdagangan pada tahun 2024 diperkirakan
akan mencapai angka 3,2% yang antara lain didorong oleh kenaikan
PDB global sebesar 2,6% tetapi perkiraan ini bisa menjadi tidak
pasti bila terjadi pengaruh besar atas adanya resiko substantial
seperti: ketegangan geopolitik, gangguan suplai bahan pangan dan
akibat tak terduga dari efek pengetatan moneter.
CHINA
China meluncurkan : “Reborn-China Fiber Zeri Carbon Action
2023” suatu platform kredibel tekstil berkelanjutan, di Pusat
Pameran dan Konvensi Nasional Shanghai. Aktifitas ini akan diawasi
pelaksanaannya oleh Departemen Industri Barang Konsumen
Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasidan
Administrasi Pengawasan Pasar Suzhou. Yang akan menjalankan
kegiatan ini adalah Asosiasi Serat Kimia China dan Pusat Inovasi
Serat Fungsional Tingkat Lanjut Nasional.
China merupakan produsen dan konsumen serat kimia
terbesar di dunia, dengan produksinya sebesar 64,88 juta ton pada
tahun 2022, jumlah ini mengambil porsi 85% produksi serat di
negara itu dan dan mencakup 70% output serat sintetik dunia.
Pemerintah China menyatakan bahwa mereka sedang membuat
sistem sertifikasi standar serat daur ulang untuk mendukung
terciptanya Platform Kredibel Tekstil Berkelanjutan.
Untuk membangun platform sertifikasi guna mempromosi
pengembangan industri rendah carbon, ramah lingkungan dan
sirkular industri, pemerintah memperkuat koordinasi dan promosi
serta mendukung asosiasi industri, brand terkenal dan para
produsen untuk bersama-sama menjalankan platform tersebut.
Wakil Presiden Dewan Tekstil dan Pakaian Jadi Nasional China
menyatakan bahwa pembangunan green textile industry terdepan
di dunia. Dia menunjukkan beberapa kelebihan industri ini antara
lain: rendahnya konsumsi bahan baku dan energi untuk
memproduksi, output serat daur ulang tertinggi dan kualitas
terbaik dalam daur ulang tekstil.
Dewan menyerukan penguatan promosi green textile industry
dan mempercepat pembangunan platform ini untuk menjamin
kepercayaan konsumen dalam membeli produk yang ramah
lingkungan. Direkomendasikan juga pembentukan sistem daur
ulang limbah tekstil terpadu untuk mencapai titik zero waste guna
mengatasi polusi. Dilaporkan sudah 26 perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini. (Just Style)
AFRIKA
Industri Tekstil Afrika beragam, tetapi yang dominan adalah
sektor serat kapas mereka. Serat kapas dipasarkan dengan label
Cotton made by Africa, sekitar 450 ribu orang bekerja dibisnis serat
kapas ini. Terdapat juga serat rami di Afrika Selatan yang diproses
menjadi technical textile untuk keperluan aeronautika.
Beberapa negara Afrika seperti Etiopia sudah mulai
membangun pabrik tekstil yang memberi kesempatan kerja bagi
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
rakyatnya dengan menampung relokasi industri tekstil dari negara-
negara yang sudah tinggi biaya buruhnya seperti negara China.
Brand internasional seperti H&M menempatkan sumber pakaian
jadi mereka di Afrika karena biaya buruh yang lebih rendah ini.
Pasar tekstil dan pakaian jadi Afrika tersegmentasi atas jenis
poduk seperti: Pakaian, Technical Tekstil, dan tekstil untuk
keperluan rumah tangga. Juga dibagi menjadi jenis bahan baku
yang dipakai seperti: kapas, rami, sutera, wool dan serat sintetis.
Kerjasama negara-negara Afrika dalam kerangka AGOA yang
diundangkan pada bulan Mei 2000 telah meningkatkan kekuatan
ekonomi negara-negara Afrika, memberikan hasil nyata berupa
pertumbuhan ekonomi bagi beberapa negara yang antara lain:
Kenya, Malawi, Lesotho, Guinea Katulistiwa, Gabon, Zimbabwe dan
Gambia.
Melalui AGOA, Amerika Serikat membuka pasarnya untuk
barang yang diproduksi di Afrika, tekstil mengambil porsi terbesar.
Memberikan akses bebas bea bagi eksporti pakaian Sub Sahara,
sehingga jenis pakaian seperti: pakaian bayi, benang pintal kapas
dan wool memungkinkan Amerika Serikat mendapatkan barang
yang lebih murah dibandingkan dengan barang-barang yang berasl
dari Asia dan Eropa.
Peraturan yang dinegosiasikan dalam kerangka WTO ini mulai
berlaku sejak tahun 2005 ini yang akan berlaku selama 30 tahun
kedepan setelah berakhirnya rezim kuota tekstil telah membuka
pasar yang bagus untuk produk tekstil negara-negara Afrika. Pasar
tekstil dan garmen Afrika meningkat secara global dan mulai
mendapat pengakuan dari konsumen di pasar Dunia, dengan
design yang modis dan ikonik telah mendorong banyak brand
internasional mengintegrasikan barang-barang tekstil Afrika dalam
koleksi terbaru mereka dipasar TPT Dunia.
Banyak pengusaha TPT China yang melakukan relokasi industri
mereka ke Ethiopia, selama dua puluh tahun ini China menjadi
negara yang banyak menggelontor uang untuk investasi di sektor
manufaktur Ethiopia yang masih muda tapi terlihat berkembang
dengan pesat. Pada tahun 2018 Kamar Dagang Tekstil China (CCCT)
telah membuat perjanjian kerjasama untuk industri dan kemitraan
investasi dengan Asosiasi Industri Tekstil dan pejabat pemerintah
Ethiopia.
Delegasi China terkesan dengan kemajuan Ethiopia dalam
membangun infrastruktur seperti: jalan raya, kereta api dan listrik.
Peningkatan dalam produktivitas tenaga kerja dan penurunan biaya
logistik telah membuat Ethiopia menjadi menarik untuk tujuan
investasi. Ketegangan dagang China dengan Amerika Serikat juga
telah mendorong minat perusahaan-perusahaan China untuk
berivestasi di Ethiopia.
Beberapa perusahaan terkemuka di Afrika antara lain:
1. CIEL Textile Ltd.
2. Almeda Textile Factory Plc
3. Edcon
4. Truworths
5. Gelvernor Textiles
Tahun 2021 Truworths meluncurkan produk fashion Primark,
rencananya mereka akan membuka 15 toko Primark selama masa
uji coba yang akan menambah outlet Truworths yang sebelumnya
sudah memiliki: Identity, YDE, Uzzi dan Earthchild yang membidik
konsumen berpenghasilan rendah. (Mordorintelligence)
• Red B-Teks/ Indra I
Read more here
E D I S I K E • 28
 APRIL, 2023 • 28TH EDITION

TEXTILE BULLETIN
Holds 2nd TPT Industry
NATIONAL SEMINAR
Marhaban
Get to Know Yaa Ramadhan
(HIGH PERFORMANCE FIBERS)
as the New Generation of Fibers

INWA
Member Gathering 2023

MINISTER OF
COOPERATIVES and SMEs
with API and APSyFI
held a Press Conference
Regarding the Import of
Secondhand Clothes

WWW.BULETINTEKSTIL.COM
 MINISTER OF COOPERATIVES and SMEs along with
along with API and APSyFI held a Press Conference
Regarding the Import of Secondhand Clothes

Jakarta, April 6, 2023

T he Indonesia Textile Association (API) and the

Association of Indonesian Fiber and Filament Yarn
Producers (APSyFI) Support the government’s
efforts to take tough measures against unlawful used
clothes imports who undermine the textile and garment
industries, with potential losses reaching IDR 19 trillion.
“What affects SMEs is used clothing that enters the
local market.” With the help of API and APSyFI, we are
sure that, as requested by the textile association, the
government must put an end to the smuggling of used
clothing. “Hopefully, if this can be accomplished,
domestic production will no longer be 60%, allowing
domestic employment to be more widely available and
the textile industry to thrive,” stated Minister of imported secondhand clothing by 2022, accounting for
Cooperatives. up to 432.000 tons of total national consumption.
The Indonesia Textile Association (API) stated that Unprocedural Import
throughout 2022, around 350 thousand pieces of
1. Under Invoice: Volume and Value of Goods in Import
imported used clothing would enter Indonesia on a daily
Declaration (PIB) are reduced/reduced (does not
basis. Meanwhile, up to 25,808 tons of secondhand
match the Master B/L)
clothing are imported into the country each year.
2. Escape HS: HS in PIB is changed to HS with lower
“The combined weight of the seven countries is
import duty.
25.808 tons. If one kilogram is converted into five pieces
of clothes, therefore 70 tons per day multiplied by five 3. Transshipment/Forgery of Certificate of Origin (SKA)
pieces, resulting in 350 thousand pieces of clothing each or COO: Production of forged SKA documents from
day,” Jemmy explained. countries that have trade agreements or countries
that are not subject to trade remedies.
Meanwhile, Association of Indonesian Fiber and
Filament Yarn Producers (APSyFI) revealed data on the 4. Wholesale Import: Done without calculating the
amount of imported secondhand clothing that may import duties and taxes that should be, by using the
disrupt the domestic textile sector market in 2022. services of an undername importer. This practice
According to Apsyfi Chairman Redma Gita Wiraswasta, negates import regulations for Import Administration
the local textile industry will be displaced by illicit and Trade Remedies

WWW.BULETINTEKSTIL.COM 2 8 TH E D I T I O N
 Data Leak
1. Production scrap in the Bonded Zone and new
imported goods in the Bonded Warehouse leave
without paying customs-tax obligations and Trade
Administration rules.
2. Goods leaving the Bonded Logistics Center (PLB)
enter the customs area without paying tax and
customs obligations. Textiles PLB has now been
disbanded but entered through SME PLB, the goods
are sold online.
3. Import of goods through the Import Facility for Export
Purposes without payment of Import Duty and VAT,
but sold domestically and fictitious exports are
carried out.
Abuse of API-P Import Permit:
• Numerous illegitimate API-P companies that only
have Industrial Business Permit (IUI) but do not have
machines and production capacity, obtain import
permits in the amount of tens to hundreds of millions
of meters.
• Importers also use the under invoice, HS flight, and
transhipment mode to avoid tax and customs
obligations.
• Minister of Industry Regulation No. 36 of 2022 has
been issued concerning Capability Verification
Procedures, however, several fake API-Ps are still
obtaining very large import permits
• There has been no attempt to make transparency in
the issuance of import permits.
Abuse of API-U Import Permit:
• The granting of Import Quotas is only based on the ID
card of the SME owner without any process of
verifying the production capacity of the SME.
• Up until now, the granting of import permits is still
done in very large numbers.
• Importers also use the under invoice, HS flight, and
transhipment mode to avoid tax and customs
obligations.
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
State Losses
Economic loss:
1. Loss of 545 thousand direct and 1,5 million indirect
workers absorption potential, total employee income
of IDR 54 trillion per year.
2. If it is produced domestically, the input for the tax
sector is around IDR 6 trillion and BPJS IDR 2,7 trillion
and has implications for economic activities in the
energy, banking, logistics, supporting industries and
other related sectors.
3. Its destructive power reaches 29,6% (USD 6 billion,
out of USD 20 billion total local turnover) so that it
becomes a barrier to investment and currently
suppresses the production utilization of the national
textile industry to only 50%.
Conclusion
Unprocedural textile imports were carried out by
around 60 companies owned by around 8 entrepreneurs,
they did so in various modes (including PLB before it was
disbanded) including obtaining import permits (API-P
and API-U) for hundreds of millions of meters per
company.
Collaborating with Customs officials in the field,
including with persons granting import permits at the
Ministry of Trade and the Ministry of Industry.
Recommendation
1. Conduct a thorough investigation of import permits
that have been granted in the last 5 years, both API-U
(Ministry of Trade) and API-P (Ministry of Industry)
and transparency in the issuance of Import Permits
for each company.
2. Conduct an investigation into companies that
facilitate wholesale and undername imports that
always enter the green lane including their relation to
the green lane convenience facilities provided by
Customs and the transparency of green/red lane
determination.
3. Arresting used clothing importers by tracking them
from offline and online traders.
• Red B-Teks/ Ly
Read more here
2 8 TH E D I T I O N

Jakarta, April 8, 2023
T
he batik producers pick and identify
the fabric to be utilized as batik
material in their own unique
method. This is of course related to
comprehension, as they have been making
batik cloth for years, if not generations. In
contrast to textile graduates and factory
workers who have a technical
understanding of textiles, these batik
artisans lack the textile technology taught
in school. As a result, batik manufacturers
are better familiar with the cloth based on
market trade marks than technical
standards.
This article focuses on batik materials
made from cotton cloth. In general, the
cotton cloth used for batik is known as mori.
Specifically, woven cotton yarn in the Ne
30s to 80s. The finer the fabric, the higher
the thread count. The total weave is
determined in addition to the yarn number
factor.
The fine quality mori cloth used for
funerals in Java before the 1800s, were still
imported from India. It was only in 1825
that they were imported from Belgium and
England. Fabric width ranges from 100 to
110 cm. Why is the average length of batik
cloth ranging from 2.25 to 2.5 meters? This
is related to the standard length of cloth
when it is unloaded from the loom, which is
15 yards and 16.5 yards (according to the
tradition of each factory in Belgium and
England).
Each roll of mori with a length of 15
yards are divided into pieces of batik with a
length of 2.28 cm, while mori rolls with a
length of 16.25 yards will yield batik with a
length of 2.56 cm. One roll of mori is divided
into 7 parts for the batik sarong, resulting in
a piece of batik sarong ranging in length
from 195 cm to 214 cm. The tradition
appears to have survived to the present day.
Get to Know the Characteristics of
Cotton Fabric to Know Its Age
An experienced batik expert, usually an
elderly one, can recognize the qualities of
antique batik cloth by looking at it, holding
it, touching it, squeezing it, holding it, and
stretching it using only its five senses, a
procedure also known as the sensory test
method.
A more scientific method can be
explained as follows: on imported fabrics
from India before the 1800s, there were
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Batik Community’s Understanding
of Cotton Fabrics as Batik Materials
particular markings according to the
custom of weaving producers in India, who
would insert blue or brown weft threads
every few yards to indicate the length of the
cloth. This will be visible on the batik cloth’s
edge. While fabrics imported from England
and Belgium in the period 1825-1900s,
especially fabrics that were 16.5 m long,
were marked with the inscription 16 with a
chain stitch. It is not known exactly why it is
16 and not 16.5. This sign was made by
traders in Java (Batavia) to distinguish it
from cloth that is 15 yards long. The
remaining feature is to identify the tetal or
density of the warp (longitudinal) and weft
(transverse) yarns. Uniquely, this procedure
of identifying the quality of cloth was
written in the book Handleiding voor het
Schatten (appraisal guide) held by the
appraiser at the Pawn House in Batavia,
which was published in 1910.
Weaving companies in Europe apply
quite strict grading and quality control to
their woven products. To mark the mori
cloth woven 16.5 yards long without any
weaving defects, the cloth is called
Primissima. Primissima is literally a good
quality woven fabric without any weaving
defects. Finally, the term Primissima
became a reference for the quality of the
best batik cloth to date.
Mori cloth manufacturer,
in the city of Twente, on the border of
Belgium and the Netherlands (Benelux).
In 1824, NHM (Nederlandsche Handel
Maatschappij) in Belgium founded a
weaving factory called Twente which
produced fine quality mori. NHM produced
fabric is sold as batik material on the
Indonesian island of Java. Furthermore,
Javanese batik cloth was re-exported to
Europe. Twente Mori was previously
marketed under the brand Cap Cen. So
called allegedly because makers slipped
(and sewn on) a penny every few yards. For
lower quality it is known as Cap Leo. As a
mark every so many yards on the mori it is
stamped with a lion’s image using blue ink.
A roll of cloth 16.5 Yards long
Keep in mind that it was the period of
the 1800s and entered Indonesia through
the NHM which replaced the role of the
VOC in the distribution of goods. Cap Cen’s
mori and Cap Leo’s mori are now mere
history. If someone is selling Cap Cen mori
at this time, it is likely that it is a
manufacturer imitating the Cap Cen brand.
As the twentieth century began, mori
from Belgium were gradually replaced by
mori from England, specifically Cambridge,
a historic industrial hub in the world of
textiles. This textile material from England
was so popular at the time that it was
referred to as cambric fabric. (Source:
Fashioning cottons: Asian trade, domestic
industry and consumer demand, The
Cambridge History of Western Textiles by
David Jenkins – 2003).
*Batik people = Batik makers, batik
traders and consumers
• Red B-Teks/ Adi Kusrianto
Read more here
2 8 TH E D I T I O N
 FACING THE GLOBAL CRISIS,
THE MINISTRY OF INDUSTRY ENCOURAGES THE TPT INDUSTRY
THROUGH THE MACHINE RESTRUCTURING PROGRAM

Jakarta, April 8, 2023 are submitted through the SIINas Account of each company.

T
The application submission time can be extended or
he Ministry of Industry continues to encourage the
shortened if necessary. Machinery or equipment eligible for
performance of the Textile and Textile Processing (TPT)
industry in facing global uncertainty which has an inclusion in the program must be purchased and installed
impact on decreasing exports of this sub-sector. According to between 1 June 2022 and 30 June 2023, and must be installed
the Making Indonesia 4.0 plan, one of the initiatives taken is in accordance with the industrial permit they possess. This
through a machine restructuring program to encourage the must be demonstrated by purchasing and payment
adoption of more modern, efficient, and environmentally documents, as well as the results from visits.
friendly equipment in order to boost competitiveness. Warsito added that the government had introduced
“This program is being implemented again after various other initiatives in the form of fiscal and non-fiscal
previously being utilized by 23 companies in 2021 and 2022. incentives to maintain the TPT industry’s performance,
This program has been proven to increase productivity, including developing commodity balances and improving the
efficiency and product quality,” said Plt. Director General of supply chain of raw materials, implementing industry 4.0, the
the Chemical, Pharmaceutical and Textile Industries (IKFT) of Specific Natural Gas Price (HGBT) policy, controlling imports
the Ministry of Industry Ignatius Warsito at the Launching and imposing trade remedies for the TPT industry, the
Event and Socialization of Machinery/Equipment Program for Using Domestic Products (P3DN), and increasing
Restructuring in the Fabric Perfecting Industry and Fabric the competence of human resources through the link and
Printing Industry for the 2023 Fiscal Year in Bandung. match vocational program.
The TPT industry’s performance in 2022 still showed good “It is expected that textile industry companies will
results amidst the pressures of the global crisis. The export maximize their use of this program in order to increase
value of the TPT industry reached USD 13.83 billion with a total productivity, efficiency, and product quality in the context of
employment of 3.65 million people. “In terms of GDP, the TPT company and textile industry progress in general,” Warsito
industry experienced growth of 9.34% (YoY) and contributed said.
1.03% to national GDP,” he added.
• Red B-Teks/ Ly
The machine/equipment restructuring initiative, which
focuses on the fabric perfecting and fabric printing industries,
aims to involve 13 companies and has a total budget of IDR 4.7
billion in 2023. With this budget, a 10% discount on the total
investment in imported machinery/equipment will be made,
o r a 2 5 % d i s c o u n t o n d o m e s t i c a l l y p ro d u c e d
machines/equipment.
Companies can submit applications from March 24, 2023
to June 30, 2023 in accordance with the Regulation of the
Director General of the Pharmaceutical Chemical Industry and
Textiles No. 11 of 2023 concerning Guidelines for
Implementing the Machinery and/or Equipment Read more here
Restructuring Program in the Fabric Finishing Industry and
Fabric Printing Industry for the 2023 Fiscal Year. Applications

WWW.BULETINTEKSTIL.COM 2 8 TH E D I T I O N
 TEXTILE BULLETIN Holds
2nd TPT INDUSTRY National Seminar

Jakarta, April 8, 2023 In addition to the exhibition, there will be a series of informative and

B
eing a prestigious event at the beginning of the year for national
fashion trends, the TPT (Textile and Textile Products) industry
exhibition in Indonesia, Inatex together with Indo Intertex 2023
will be held again at the Jakarta International Expo. Held by Peraga Expo
in collaboration with the Indonesian Textile Association (API) and several
other associations, this exhibition displays the latest technological
products and innovations from textile and garment machinery, raw
materials, digital printing machines, textile chemistry, accessories and
other textile products.
The 19th edition of
the exhibition which has
been running for 3 days
(29 – 31 March 2023)
presents more than 500
participants from 11
Asian and European
countries. “The textile
industry is slowly rising
and returning to become
o n e o f t h e
manufacturing industries that contributes greatly to the national
economy. Peraga Expo is optimistic that the holding of Inatex – Indo
Intertex 2023 can boost the development of the National TPT Industry,”
said Paul Kingsen, Project Director of Peraga Expo.
This year, the 19th Peraga Expo expects 12,000 guests,
businesspeople, and professionals. Visitors who pre-register will receive
free admission. This exhibition will showcase online platform
technologies that will connect exhibitors and attendees via the Texmatch
application, allowing them to interact directly before and after the event
and opening up new prospects.
educational sessions on the latest trends and technologies in the textile
and garment industry. One of them was packed in the Fashion Preneur
Workshop and other seminars about the development of the national
textile sector, which were attended by government experts, associations,
and industry players.
One of the seminars was organized by buletintekstil.com media
This seminar is the second time the textile bulletin has held a
seminar at the annual Inatex textile exhibition, where in its 18th year
2022, the bulletin will also hold a seminar with the theme “Post-
Pandemic Textile Industry Recovery“.
First seminar SEE: Seminar TPT Ke 1
The textile bulletin carries seminar with the theme of “Textile
Industry Strategy in Facing a Prolonged Crisis“
This seminar was divided into 2 sessions, where the first session was
filled with presenters from the Ministry of Industry (Adi Susanto),
Political Economy and Banking Observers (Iramadji Idja) guided by
moderator Indra Ibrahim. while for the opening remarks by Irwandi F
Rajabasa as the supervisor of the Textile Bulletin.
In his remarks,
Irwandy stated that the
current state of the TPT
industry is extremely
tough in comparison to
last year’s conditions,
with several industries
barely operating at 50%
capacity. While half of
the installed capacity Irwandy M.A Rajabasa
needs be produced in
order to pay workers’
wages, other operational expenses, and THR, this must be considered.
This is the source of concern in the industry.
Irwandy also emphasized used goods, particularly apparel, stating
that if the import of used clothing was not immediately stopped, the
impact would be on the domestic industry because it could not be
absorbed by the market, causing companies to reduce and stop
production, and layoffs were unavoidable.
“This market share will be the savior of the TPT industry itself,” said
Irwandy.
The next speaker was Andi Susanto from the Ministry of Industry
who presented the Development Program for the Textile Industry and
Textile Products in Indonesia.

WWW.BULETINTEKSTIL.COM 2 8 TH E D I T I O N
 A. PERFORMANCE OF THE TEXTILE AND APPAREL INDUSTRY
1. The TPT industry grew positively in 2022 by 9,34% YoY despite
experiencing a slowdown based on QtoQ from 3,33% in Q1 2022 to
1,64% in Q2 2022, -0,92% in Q3 2022 and -0,43 in Q3 2022. TPT’s
contribution to GDP has decreased from 1,06% in 2021 to 1,03% in
2022.
2. Exports cumulatively increased by 6,56% in 2022 compared to 2021,
however, when viewed on a monthly basis throughout 2022, there
was a decline in exports in July, August, September and October by -
2,00%, -0,34 %, -20,14%, and -10,03%.
3. Imports cumulatively increased by 8,6% in 2022 compared to 2021,
however, when viewed on a monthly basis throughout 2022 it shows
a decrease from July: 1,29%, continuing to Dec: -3,54%.
B. INVESTMENT DEVELOPMENT IN THE TEXTILE AND APPAREL
INDUSTRY
• Investment in the textile industry in 2022 still grew positively with an
investment value of IDR 8.22 trillion, an increase of 130% compared
to 2021.
• Investment in the Apparel Industry is also still grew positively with an
investment value of IDR 6.84 trillion, an increase of 131% compared
to 2021.
C. LABOR IN THE PROCESSING INDUSTRY SECTOR BY SUBSECTOR
Labor data for the textile sector (KBLI 13) and the apparel sector
(KBLI 14) show progress that is still quite good until August 2022 with an
increase of 7,24% in the apparel industry and the textile industry
experienced a slight decrease of 1,97%, however in total the textile and
apparel industry showed an increase of 4,39%.
Fabric Import Composition:
Total Imports = 719.995.116
Total PI/LS = 719.030.153 which means 99,97%
Andi also highlighted the current problem of importing used clothes
or thrifting, according to the data he submitted, that there were
differences in the data recorded on the trademap site.
In 2021, the import volume was recorded at 27.758 tons (based on
exporting country data), while BPS data was only 8 tons.
Based on the difference between the mirror data and the direct data,
it is possible that illegal imports of used clothing and used textile goods
occurred illegally.
Andi also revealed that the follow-up actions for the Thrifting
problem included 7 points being conveyed.
1. The Directorate of Textile, Leather and Footwear Industries
conducted a field investigation on March 14, 2023, specifically at
Read more here
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Pasar Senen and at Pasar Cimol Gedebage, Bandung City on
Thursday, March 16, 2023 involving the Industrial Service
Standardization and Policy Board of DKI Jakarta. According to the
findings of the field survey, used clothing, used footwear, other used
textile goods, and even used undergarments are very easy to find
and trade freely in the area.
2. Business actors, represented by APRISINDO and API, have submitted
letters numbered 016/APR-UM/III/2023 and 025/API-IPKB/III/2023,
stating that, despite the fact that the distribution of used clothing,
footwear, and other textile goods of imported origin has been
prohibited by Minister of Trade Regulation 18/2021 in conjunction
with Minister of Trade Regulation 40/2022, there are still a lot of
them circulating in a large amount which disrupts the domestic
industry.
3. Meetings have been held with the Ministry of Trade, the Directorate
General of Customs and Excise, the TNI and POLRI. It was agreed that
action would be taken against those importing used clothing,
footwear and textile goods.
4. At the meeting, it was reported that the Law Enforcement Officials
(APH) who have an enforcement function (Customs and Excise, TNI
AL, Water Police, and Bareskrim POLRI) stated that they were
prepared to collaborate in the prosecution process for the entry of
illegal used apparel and shoes into the customs area originating from
Singapore and Malaysia in the land and sea border area. APH
requires accurate information regarding the target modes of
transportation used, transportation routes, and the main actors in
order to carry out this coordination, particularly the entry points for
illegally imported goods through the coast of Sumatra and spreading
into customs areas such as Sumatra, Kalimantan, and Java. As a
result, all parties’ help is required, including data/information
support from Indonesian ambassadors and attaches in Malaysia and
Singapore.
5. Regarding the process of tracing data on the flow of illegal used
clothing and shoes import business transactions in order to identify
the primary actors, the PKTN Directorate General will form an
Integrated Balpres Oversight Team involving PPATK, TNI POLRI, and
related technical ministries such as the Coordinating Ministry for
Economic Affairs, the Ministry of Industry, and the Ministry of
Finance. The Balpres Oversight Integrated Team began with the
formation of joint coordination with the Whatsapp Group.
6. In response to the findings of the Reuters news report, the PKTN
Directorate General will deliver a diplomatic note through the
Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia to the
Singapore government, protesting the export of waste in the form of
used shoes.
7. Furthermore, in order to reduce the spread of online sales centers
via Instagram, Tiktok, and Facebook, as well as marketplaces (such as
Tokopedia, Bukalapak, and so on), the PKTN Directorate General has
issued instructions and warnings on online sales of imported
secondhand apparel and shoes. In the future, collaboration with the
Directorate General of Applications and Informatics, as well as the
Ministry of Communication and Informatics, will be carried out in the
context of cyber patrols.
TO BE CONTINUE ISSUE 29
• Red B-Teks/ Ly
2 8 TH E D I T I O N
 Get to Know
HIGH PERFORMANCE FIBERS
as the New Generation of Fibers
Jakarta, April 9, 2023
F iber has long been recognized as the smallest unit that makes up a textile material. Fiber is processed in the industry through
numerous manufacturing processes to produce various textile commodities such as threads and fabrics that are used in everyday
life. Fiber characteristics as a constituent of textile materials play a critical role in defining the performance/properties of the final
textile material created.
Illustration of fiber as a constituent
material for yarn and woven fabrics
High performance fibers are fibers
that have higher tensile strength and
modulus qualities than standard fibers,
as well as the ability to tolerate high
temperatures and have good fire,
chemical, and solvent resistance. The
exceptional qualities of high-
performance fibers can be attributed to
their unique molecular and chemical
structures. The concept of high
performance fibers first appeared in the
textile industry between the 1950s-
1970s.
For specific end-use applications,
high performance fibers have been
created to provide high strength, high
modulus, thermal stability at elevated
temperatures, chemical and solvent
resistance, and a variety of other
qualities. This fiber is the primary raw
material used in the manufacturing of a
wide range of technical textile fabrics
that require outstanding properties and
are difficult to produce using other
typical commodity fiber raw materials.
High Performance Fibers Have Superior
Properties in Strength and Stiffness
Cotton, wool, and silk are examples
of industrial fibers with tenacity
strengths ranging from 0.1 to 0.4 N/Tex
and initial modulus values ranging from 2
to 5 N/Tex. Jute and flax fibers typically
have greater values than these. Rayon
acetate fiber has a tenacity strength of
roughly 0.2 N/Tex after the advent of
regenerated cellulose fiber technology.
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Tenacity strength development in
cellulose-based fibers was a difficulty for
fiber manufacturers at the time. Until the
further development of acetate rayon,
specifically Tenasco fiber, which only
attained a value of 0.4 N/Tex and was
later developed into Fortisan fiber, which
only reached a value of roughly 0.6 N/Tex.
This value is still lower than that of nylon
fiber and carbon fiber, both of which have
a greater potential for usage as high
strength materials. The following is a
comparison of the strength values of
several fibers such as cotton, hemp and
various other high-performance fibers.
Classification of High Performance
Fibers
So far, High performance Fibers can
be classified based on their chemical
structure along with some examples as
follows:
1. Aromatic Fibers, these types of high-
performance fibers include:
• Aromatik Polyamide or better known as
Aramid: for example fiber with the trade Celanese Group. This fiber has excellent
name Nomex®, Kevlar® which was chemical resistance, as it can withstand
developed by Dupont. Both of these organic solvents, is resistant to
fibers have extremely high breakdown hydrolysis, and is resistant to acids (up to
melting temperatures, making them 90% concentration) and bases (up to 30%
popular for high heat resistance concentration). This fiber is also said to
applications. Kevlar can endure be extremely strong, 5 times stronger
temperatures as high as 550°C, whilst than steel and 10 times stronger than
Nylon 66 can only withstand aluminum (with the same weight ratio).
temperatures up to 255°. In addition to Furthermore, because of its superior
its incredible heat resistance, Kevlar fiber abrasion resistance, this fiber is
has a high strength that is up to double commonly used in the manufacture of
that of nylon fiber. One of the hallmarks high-strength rope products. This fiber’s
of this type of fiber is its yellow hue. resistance to UV radiation also makes it
• Aromatik Polyester: for example the appropriate for outdoor use, as it is long-
Vectran® fiber developed by the lasting and not easily harmed in the sun.
2 8 TH E D I T I O N

• Aromatic Polyimide: polyimide fiber
developed by Dow Chemical Co. This
fiber has considerable heat resistance
(but not as good as aramid) and excellent
chemical resistance. Polyimide fibers are
commonly employed in situations where
chemical solution filter medium must
also endure high temperatures.
• Heterocyclic Aromatics: for example
Polybenzimidazole® (PBI) developed by
Celanese Corp., Polybenzobisthiazole®
(PBT) by DuPont and Celanese, and
Polybenzobisoxazole® (PBO) by Toyobo
Co. Ltd. Among these fibers, PBO fiber is
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
the most widely used fiber and was
deliberately developed by the U.S Air
Force. The fiber is a polymer material that
is strong, heat-resistant, chemical-
resistant, yet very light, and is suitable for
use in outer space and for use in aircraft.
The heat resistance of this fiber is even
h i g h e r, w h i c h c a n w i t h s t a n d
temperatures up to 650°
Another amazing property of this Zylon®
fiber is its excellent fire resistance
properties (much better fire resistance
than all other high performance fibers).
This can be seen by the Limiting Oxygen
Index value of Zylon fiber which reaches a
value of 70 LOI index.
2. Polyolefin fibers: for example Gel
Spun Polyethylene (Ultra High Molecular
Weight Polyethylene or UHMWPE) fibers
which are marketed under the
trademarks Spectra® by Honeywell and
Dyneema® by DSM and Toyobo. This fiber
monomer is no different from the usual
PE polymer. What distinguishes ordinary
polyethylene fibers and UHMW
polyethylene fibers is their structure,
which has a very high degree of
crystallinity (> 85% degree of
crystallinity) and a high molecular
weight. Because of this, UHMWPE fibers
have a very high strength and are
f r e q u e n t l y u s e d i n r e i n fo r c i n g
applications such as bulletproof vests,
heavy duty ropes for offshore shipping,
and so on. This fiber is also significantly
less expensive to produce than other
performance fibers, making it more
appealing.
3. C a r b o n F i b e r : f o r e x a m p l e
Polyacrylonitrile (PAN) carbon fiber or
pitch-based carbon fiber made by BASF,
Amoco, Ashland and various other
companies. Carbon fiber has tensile
strength similar to Aramid, but it also has
unique qualities such as chemical
resistance, electrical conductivity
(conductive), and heat conductivity.
4. Inorganic Fibers: this group consists
of various fibers such as Basalt fibers,
Boron fibers, Silicon Carbide fibers, Glass
fibers, etc. Due to the technological and
financial considerations, these fibers are
not as common as their high
performance fiber cousins. However, this
fiber has high strength and can be used in
a variety of applications that require
chemical resistance and high strength.
• Red B-Teks/ Andrian Wijayono
Magister Rekayasa Tekstil dan Apparel,
Politeknik STTT Bandung
Read more here
2 8 TH E D I T I O N

Jakarta, April 10, 2023
A
s a country rich in natural
resources, particularly
agricultural goods, Indonesia
has the potential to develop a variety of
biopolymer materials. One of the key
materials utilized in the production of
biofilms is starch, which can be
digested by bacteria into
environmentally friendly substances.
Many plants in Indonesia contain
starch, particularly tubers that produce
starch, such as canna tubers, coconut
cassava, suweg (elephant foot yam),
gembili (lesser yam), and others.
Gembili’s starch content may be an
alternate raw material for
manufacturing biofilm because it has
the highest starch output among tubers
such as canna, coconut cassava (uwi),
and suweg. The majority of starch’s
makeup is amylopectin, with the
remainder being amylose.
According to the research findings,
the resulting biofilm has low physical
properties (tensile strength and
elasticity), so additional materials are
required to improve the physical
properties of the plastic with other
biopolymers such as chitosan, which is
non-toxic and has soluble properties in
an organic acid solution, specifically
acetic acid. Polyvinyl alcohol (PVA) is
employed as a plasticizer to make the
resulting plastic more elastic in order to
overcome the stiffness of Biofilm. PVA
is a synthetic polymer that is water-
soluble and non-toxic, and can be
degraded naturally or biodegradable.
Biofilms are a type of
Fashion clothing designs from Biofilm
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Biofilm
Illustration of Biofilms formation
and observation via SEM
microorganism that produces
extracellular polymeric substances and
frequently grows on living or non-living
surfaces; in other words, biopolymers
are used to make these biofilms.
Biopolymers have a high film formation
capability and can be employed in food
packaging, implants, wound healing,
and other industrial applications.
Characterization for Biofilms
Bio-based film morphology analysis
such as surface examination during
tensile test, surface roughness, voids
and porosity present in Biofilms can be
analyzed using SEM. TEM (Transmission
electron microscopy) can be used to
detect details in Biofilms. The presence
of nanofiller, its distribution and
interaction with the matrix can be
studied by TEM. AFM (Atomic force
microscopy) is used to analyze the
formation of biofilms on nanoparticles,
bacterial adhesion and bacterial
activity in the specimen. The molecular
structure, composition, and purity of
Biofilm can be determined by NMR
( N u c l e a r M a g n e t i c Re s o n a n c e
Spectroscopy) techniques. Functional
groups, variations in functional group
positions, interactions between
components in the mixture and
biopolymer composites etc. can be
analyzed by FTIR (Fourier Transform
Infra-Red).
The advantages and
disadvantages of Biofilms
Biofilms are made up of
microorganism cells, polysaccharides
as adhesives, and water. The functional,
mechanical and antimicrobial activities
of chitosan-based films can be
increased by loading curcumin and
mesoporous silica nanoparticles
through the rotavapor method.
Research conducted by Chunwa et al
(2019), Chitosan films containing
curcumin turned out to be more
efficient than strands of bacteria such
as Escherichia coli and Staphylococcus
aureus. Bora and Mishra (2019) added
silver nanoparticles so that they were
able to provide an antibacterial effect
on the alginate-casein bilayer film
against Escherichia coli bacteria, the
provision of silver nanoparticles was
able to increase oxidative stability.
Administration of antibacterial AgNPs
(silver nanoparticles) by encapsulation
into edible food packaging biofilms
causes cytotoxicity, genotoxicity, and
inflammation in human cells. Research
conducted by Sniewsk et al (2020)
found that chitosan is suitable as an
AgNPS cap to eliminate cytotoxicity.
Currently, there has not been much
research on antibacterial Biofilm
packaging. The antibacterial effect on
Biofilms is time-limited and limited to
specific bacterial strains. In the future,
g re ate r re s e a rc h i n to n at u ra l
antibacterial encapsulating materials
that can be used in biofilms is required.
On top of the Biofilm, chitosan and
wax produce a good protective water
vapor barrier, however temperature
and dynamic loading conditions will
alter the mechanical characteristics
and water barrier. Biofilms are
extremely fragile and easily degraded.
Most Biofilms cannot be recycled due
to their chemical makeup and complex
processing techniques; nonetheless,
Biofilms are still more environmentally
friendly because they degrade easily.
2 8 TH E D I T I O N

Biofilm sheets, resembling
the material made of skin
Biofilm application
Biofilms made from biopolymers
are biodegradable and have good
biocompatibility in the pharmaceutical,
tissue engineering, biomedical,
packaging and food industries. Biofilms
are widely used in the packaging sector,
particularly in food packaging, where
they have constraints such as a short
shelf life and a significant loss of
mechanical qualities when recycled
due to functional groups and varying
environmental conditions.
Bio-based films made of cellulose
and chitosan can improve magnetic
and electrical properties with the
addition of magnetite (Fe3O4) and
glycerol. Magnetite and glycerol
enhance charge storage and insulative
properties. As a result, more research
on chitosan and other biopolymers
with the potential to boost applications
in eco-friendly electronics is required.
In a recent study, bacteriophages
were loaded in sodium alginate based
films to package meat to prevent the
growth of P fluorescens.
Bacteriophages are known to be more
successful at treating bacterial
infections, albeit this has not been
thoroughly studied. As a result,
antibacterial biofilms containing
bacteriophages will play an important
role in food packaging as well as in the
treatment of bacterial wounds.
Recently, a new approach for
“smart food packaging materials” was
studied. Anthocyanins from red
cabbage were trapped in a matrix of
oxidized chitin nanocrystals and
produced into films. The films exhibits
Fickian diffusion release mechanism
and exhibits good pH sensitive, UV
barrier, antibacterial, and antioxidant
properties. (Wu et al, 2020).
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
In another study, a pH responsive
chitosan/alizarin film was developed
using the solution casting method.
Biofilms exhibit excellent UV barrier,
good thermal stability and surface
hydrophobicity. The release rate of
alizarin was higher in ethanol solution
but lower in water.
Biofilms are able to reveal the
beginnings of fish decay by changing
the color from khaki to light brown
(Ezati and Rhim, 2020). It was
discovered that smart packaging
biofilm can respond to variations in pH
in food by changing color. As a result,
smart packaging biofilms may change
the food packaging business in the near
future.
There is still limited research on
biofilm renewal. As a result, it is critical
to perform tests and further investigate
smart packaging biofilms that will react
to a variety of environmental
circumstances such as changes in pH,
t e m p e ra t u r e , b a c t e r i a l / f u n ga l
development, and so on.
According to Ye et al (2019) Biofilms
obtained from soy protein mixed with
stearic acid through bioconjugation
show better results for increasing water
resistance, surface hydrophobicity, and
water vapor barrier properties. PLA
coated cardboard cups are used for
packing coffee and tea. In addition, as
packing drinks, fruits, groceries, etc.,
the starch obtained from corn can be
used to package milk chocolate and
vegetables. PLA, PHA, keratin and
chitosan-based biofilms are widely
used in medical applications such as
wound healing, medical implants, anti-
bacterial and anti-fungal coatings.
Penerapan biofilm
pada berbagai aplikasi di industri
Read more here
Upcoming Biofilm Scope
Because biofilms are great for
environmental conservation, they are
used in a wide range of ecologically
beneficial industrial applications. Many
investigations have found that bio-
based films have drawbacks such as
water sensitivity, air permeability, and
susceptibility to attack by bacteria and
fungi, and poor mechanical qualities.
However, recent research has
demonstrated that this disadvantage
can be overcome by the use of
plasticizers, nanomaterials, and other
additives. Furthermore, the use of
plasticizers and nanoparticles can
increase mechanical, chemical, and
thermal properties.
There is a risk of using antibacterial
nanomaterials and preservatives in
food packaging biofilms due to
exposure, inhalation/injection, and
migration of nanoparticles to the
surface of food causing harmful effects
on humans. In-depth toxicological
analysis and developing regulatory
standards on nanomaterials are major
challenges faced by researchers today.
Biofilm production prices are
prohibitively expensive when
compared to synthetic plastics. To
replace old materials, new forms of bio-
based films with simple production and
low costs must be developed.
Antibacterial-based edible packaging
materials are now a research trend, but
antibacterial nanoparticle reinforced
biofilms are expected to become a
major trend in the next years. Although
there have been numerous studies in
this subject, there are numerous
problems such as encapsulation ability,
drug loading, human side effects, and
controlled drug release control. As a
result, edible biofilms with potential
applications in the biomedical and
p a c ka g i n g i n d u st r i e s m u st b e
developed in the near future.
• Red B-Teks/ AH-RTA
dari berbagai sumber
2 8 TH E D I T I O N
 2023 Textile Industry
Technology Trends
Jakarta, April 12, 2023
D
espite the fact that textile technology has been
around for decades, the industry is currently
undergoing significant development. Technology
developments in the textile industry have continued to
evolve and have become the preferred option for global
textile industry companies.
There is 3D Technology, business 4.0, Blockchain, IoT,
and other new technologies that have significant potential
in the global textile business. Companies can successfully
and efficiently optimize their manufacturing with this
trend.
Nano Technology
This nanotechnology has been in use since 2012, but
its popularity skyrocketed in 2017. Apart from improving
the appearance of products, adding more colors, and
making the materials used more elastic, this technology
can also make fabrics water-repellent.
This nanotechnology serves to add nano-particles to
the fabric so that:
1. Improving the quality of the fabric that is made so that
it is more water repellent and not easily infected by
fungi and bacteria,
2. Increases heat resistance up to 40°C,
3. Increases the strength of the fabric structure which
allows it to be made softer and smoother making it
more suitable for use as a material for various products
such as t-shirts, jeans and so on
Digitalization of production and marketing in the
textile industry
The textile industry makes extensive use of high-tech
machines and equipment. This technology is known as
digitization, and it enables for faster and more efficient
production processes. Digitalization has increased service
efficacy, facilitated logistics management, and accelerated
the acquisition of production products. Many businesses
now entrust all of their work to digital printing companies
in order to achieve the best outcomes.
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
As one of the
most prominent
technological
trends in the textile
industry, Textile
Digital printing is a
way of printing
u s i n g a d i g i ta l
machine directly Digital Fabric Printing Machine
on cloth or other
media. When
compared to dye via the rotary screen process, industrial
inkjet printing has the ability to significantly decrease
production waste. Digital printing is more convenient and
has a lower environmental impact.
Benefits of Digital Textile Printing
• Cost effectiveness
• Less water and energy consumption
• Fast turnaround
• Shorter production process
• Flexibility to create custom designs
• More sustainable
“Marketing of digitalized production and marketing in
the textile industry” is a marketing strategy concept taken
from digital marketing. Digital marketing is a form of
change in online marketing strategy using promotional
methods through social media networks such as
Facebook, Instagram or Twitter.
Digitalization of manufacturing and marketing in the
textile sector is one of the issues that must be addressed in
order to improve product quality. This digitization is
currently a trend and an important aspect of business
conditions. This digitization will make everything easier in
the textile sector. This also assists business owners who
own businesses in this industry.
One important factor that must be considered in the
use of digitization is data security.
2 8 TH E D I T I O N
 Increasing Demand for Natural Fibers and the Shift
to Non-Woven Fabrics
One of the most significant trends shaping the textile
industry is the increasing demand for natural fibres, which
can be found worldwide in animal fur, minerals, and plant
components. Textile manufacturers use this fiber to make
natural fabrics such as cotton, silk, linen, wool and
cashmere.
Natural fiber production rates are slowly increasing as
we enter 2023. The trend is likely to continue as they have
less environmental impact.
There is also a switch to non-woven fabrics, a material
made from a chemical process. Its washability, softness,
stretchability and durability are some of the factors that
have earned this material its popularity.
Internet of Things (IoT) in the Textile Industry
Internet of Things is a term used to describe a
connection between devices and networks that are
connected online, and operate interactively by utilizing
unsaturated machine-to-machine technology to optimize
the function and role of devices in order to build an
interconnected ecosystem.
Automation and Improved Work Security
According to BPS, there are around 2,8 million workers
in the textile industry in Indonesia, and around 2,5 million
(88%) of them are female workers.
Improving job security is one of the government’s top
priorities, particularly in the context of improving labor
conditions in the textile industry. This is crucial because
there are still many firms that overlook or ignore job
security. Most workers do not understand the workplace
rules and may not have the right to report unsafe working
circumstances.
This can be accomplished through a variety of activities
to improve workplace safety in the textile and
confectionary industries. To that aim, businesses must
identify early warning signals of worker dissatisfaction and
take preventative measures.
One way to prevent accidents is to use protective
equipment. In addition, business people can also rely on
automation technology in the manufacturing and printing
processes.
Focus on the Environment
Textiles are one of the sectors that use the most
environmentally and health-related raw materials and
production processes. Textile manufacturing generates a
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
lot of trash, including rainwater, washing water, and solid
waste.
Planning from the industry as well as awareness from
the wider community also encourages the increased use
of certain types of ink in the textile industry. Such as
biodegradable water-based pigment inks, UV inks and inks
made from plant materials such as algae and vegetables.
In an effort to increase the productivity, performance
and efficiency of the company in order to reduce the input
and output of the resulting material, it is necessary to
develop product planning methods that are in accordance
with the needs of producers to improve the quality of their
products.
Product planning with an emphasis on the
environment is a critical requirement for entrepreneurs in
predicting various upcoming environmental changes.
Under these conditions, entrepreneurs must be able to
build a framework that can withstand numerous economic
trends while still producing items that benefit society as a
whole.
Efficiency and Clean Energy
Aside from waste, the textile sector is beginning to
improve efficiency and employ environmentally friendly
energy. Many advancements in textile industry
technology, such as the usage of energy monitoring
devices, can help boost efficiency.
Southeast Asia’s use of renewable energy is just
beginning to migrate from coal to gas. Using factory
electricity generated by gas-fired power plants can cut a
firm’s carbon impact by up to 50%.
While solar panels are clean energy, many people just
utilize them for lighting around factories and electrical use
from the lobby to office rooms. Solar panel roofs can
currently be seen in several industrial sites in Indonesia.
Conclusion
The 2023 Textile Industry Technology Trend in the
world, as well as in Indonesia, may serve as a guide for the
textile industry, ensuring that companies do not make
mistakes when establishing the main strategy in growing
their business.
• Red B-Teks/ Ly
Read more here
2 8 TH E D I T I O N
 ENCOURAGING SUPPLY CHAIN INTEGRATION
IN THE TEXTILE AND TEXTILE PRODUCT (TPT) AND FOOTWEAR INDUSTRIES,
THE GOVERNMENT PREPARES VARIOUS POLICIES
Jakarta, April 12, 2023
D
espite significant hurdles and the potential of a
recession, the Indonesian economy increased by
5,31% year on year in 2022. The Textile and Textile
Products (TPT) and Footwear business is one of the sectors that
has become a catalyst in boosting the performance of the
national economy.
In 2022, the TPT trade balance performance experienced a
surplus of USD 3,71 billion, an increase of 3,34% compared to
the previous period. Similarly, footwear generated a surplus of
USD 1,03 billion, a 41% rise over the previous period. The
United States and Europe continue to be the primary export
destinations for these two industries.
With numerous advantages, Indonesia has the potential to
become a key market, production base, and export center for
the world’s TPT and footwear sectors. Indonesia has the
world’s 16th largest economy, a very low likelihood of a 3%
recession in 2023, a massive domestic market with a
population of 273 million, a greatly increased demographic
bonus, and generally stable political and economic conditions.
Representing the Coordinating Minister for Economic
Affairs Airlangga Hartarto, Deputy for Coordinating Commerce
and Industry Ali Murtopo Simbolon gave a speech regarding
Government support through various policies as an effort to
attract foreign investment and improve the business climate in
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Indonesia through trade agreements at the Adidas Global
Partner Summit.
Adidas Indonesia is one of the largest contributors to
exports of the textile and footwear industry and has realized
exports in 2022 worth USD 2,54 billion. In fact, exports to
European countries reached USD 826.6 million or the
equivalent of 33% of total exports.
The key to obtaining optimal export success is high
competitiveness. Nonetheless, raw material imports become
an integral aspect of the process. The difficulty of supply chain
integration must be addressed immediately.
“The execution of the Adidas Global Partner
Summit provides an opportunity for achieving a
more competitive upstream and downstream
integration of the Indonesian textile and footwear
industry. For this reason, I invite all principals and
top executive partners of the Adidas Group who
are present at this time not to hesitate and
immediately invest in filling the void in the Adidas
Indonesia supply chain so that Indonesia is able to
move as the main market, production base and
export center for the TPT industry and world
footwear,” said Deputy Ali.
The Adidas Global Partner Summit is the highlight of an
executive meeting with Adidas partner companies and
potential investors who will invest in Indonesia. The event took
place on March 21, 2023 and was attended by Adidas CEO
Bjorn Gulden and Adidas COO Martin Shankland.
• Red B-Teks/ Ly
Read more here
2 8 TH E D I T I O N
 DON’T MISTAKE
BROCADE FOR LACE
Jakarta, April 12, 2023
I t has been a tradition in this country that
Eid is always associated with new outfits.
When we visit each other without
wearing new clothes, it feels incomplete. Of
course, for textile entrepreneurs and fashion
advocates, this is a time of ‘harvesting’
turnover. Colorful and varied patterns and
motifs made from various textile materials
will be available in a variety of clothing stores.
But before shopping, do you really know
what clothing materials will be created? The
reason is, at this time there are still people
who mistakenly choose clothing materials,
especially for brocade type materials. This
was revealed in a zoominar which presented
a duet of Surabaya textile figures, namely
Aryani Widagdo (fashion educationist
founder of Arva School of Fashion) and Adi
Kusrianto (textile lecturer and also a book
writer).
In a zoominar on Tuesday (11/4), which
was attended by around 400 audiences,
Aryani clarified that there was a mistake by
the public in calling brocade when what they
meant was lace (knitted lace).
This error is supported by fabric resellers
who put brocade labels on fabrics that are
actually lace.
“They are different, brocade is not see-
through, unlike lace,” she said while showing
examples of some of the correct brocade
fabrics.
Aryani
“But in big shops in Surabaya, there have
been some who have correctly placed the
brocade label on the actual brocade,” he said.
Brocade cloth is claimed to be commonly
used for furniture upholstery. However,
when created into apparel, it still looks
gorgeous and rich. Then he displayed various
instances of brocade apparel by top
designers such as Dior and Valentino Giovani.
Brocade has the advantage of being thicker
than lace, according to him.
While the lace fabric is more dreamy due
to its basic form of nets. For instance,
Chantilly Lace. While Guipure Lace is a thicker
one with a design joined by a “bridge.”
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Examples of clothing
with Brocade material
“But in Indonesia, people call zipper lace,
there are also those who call prada lace
which uses gold thread,” he said, adding that
this was because in 2008, many world
designers launched clothing designs with
Guipure material which later in became
popular Indonesia as prada lace.
Adi Kusrianto
Lace textiles are sold in a variety of
qualities on the market, with the prices
ranging from a few hundred thousand to
millions of rupiah. Guipure Lace refers to an
embroidered cloth that is embroidered on
high-quality water-soluble paper (solvron
substance) that does not leave lint when cut.
Due to it is constructed of natural fibers,
burning the edges will not leave a black
(burnt) color. Whereas the cheap ones will
leave lint on the edges when the ornaments
are cut, and when burnt will leave a black
burnt color due to the polyester material.
In addition to explaining the differences
between brocade and lace, Aryani also
explained several types of clothing materials
that often cause confusion in society, for
example, Felt, which many consider flannel,
and also explained the differences between
Sateen and Satin fabrics. In addition, several
fabrics commonly used by the community
such as Chiffon, Dobby, Doupion, Duchese,
Linen, Jersey, Santung, Silk, Spandex, and so
on are also explained. About 25 clothing
materials described at that time.
“That’s what people use. When in fact,
there are hundreds of them. Every time I
teach new students, I ask them to name the
clothing materials they are familiar with. In
general, a maximum of only 5 can be said,“ he
said.
Meanwhile, Adi Kurianto offered advice
before deciding on garment fabrics. The
guide includes what the fabric fibers are
made of, what kind of filament fibers are
staples, what kind of fabric can be used, what
shape the weave is, how dense the weave is,
whether natural or chemical colors are used,
does it absorb water or not, how is the drape,
is the fabric surface rough or smooth, is it
stretchy or not, shrinks or not, how to deal
with shrinkage, fades or not, is it easily
brooded/unraveled or not, is it durable or
not, and so on.
Example of a dress made
of Guipure Lace
Example of a dress made
of Chantilly Lace
“Things like that must be known by
consumers so they can anticipate the
properties of these fabrics. For work
uniforms, for example, of course, durable
fabrics are needed because they are for
everyday use. It’s different from a dress for a
party that may rarely be used,” he concluded.
• Red B-Teks/ RATNA DEVI
Read more here
2 8 TH E D I T I O N
 INWA
Member Gathering 2023
Jakarta, April 14, 2023
T
he term INWA (Indonesian Nonwoven Association) may
be unfamiliar to some members of the general public, but
not to those involved in the textile sector. INWA is an
Indonesian forum or organization that can address the
demands of nonwovens entrepreneurs.
Non-woven fabrics have been around for a long time. Wet
wipes, masks, and bandages are among the everyday items
manufactured with non-woven materials. Non-woven or non-
woven fabric is a cloth-like substance. In other fabrics, the fiber
is spun into yarn first. Non-woven fabrics, on the other hand, are
created from short and long threads that are linked together
through a variety of chemical and mechanical processes.
The material is called non-woven since it is not sewn like
traditional fabrics. Polypropylene fiber is a typical fiber used in
the production of non-woven fabrics.
There are many uses for nonwoven fabrics, including:
? Medical and health world: surgical gowns, medical masks,
hand towels, gloves, plasters, wound dressings, surgical
drapes and covers, and shoe covers.
? Household supplies: kitchen tissue, facial tissue, kitchen
tissue, mops, table cloths, tablecloths, bath mats, blankets,
and disposable bath/face towels.
? Personal items: baby diapers, feminine hygiene kits,
sanitary napkins and tampons.
? Food and pharmaceutical industry: tea bags, coffee bags
and pharmaceutical filters.
? Manufacturing industry: PPE, tissues, dusters, shoe
cleaning cloths, up to first and second class industrial wipes.
? Coating material: book cover or outer coating for PVC
products.
? Everyday wear: hat, shoe sole and tote bag.
INWA Annual Member Gathering at Senayan Avenue Golf
Contoh kain nonwoven di sekitar kita
Club, Jakarta
INWA (Indonesian Nonwoven Association) was established
in 2016. INWA (Indonesian Nonwoven Association) started with
an initial meeting held on 17 December 2013 in Bandung and
was attended by delegates from ANFA (Asia Nonwoven Fabrics
Association) and EDANA (European Disposables and
Nonwovens Association). The necessity to establish an
association in Indonesia to satisfy the demands of nonwovens
players prompted this conference. Since then, various
nonwovens firms in Indonesia have begun to hold quarterly
meetings in order to collaborate on the formation of
nonwovens associations in Indonesia.
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
Vision: TO TRANSFORM INDONESIA TO BE A LEADING
NONWOVEN PLAYER IN THE GLOBAL MARKETL
Mision:
1. To support Nonwoven players in production, research
and development activities, industrial relations and
relations with the government.
2. Strengthen the relationship between nonwovens,
technical textiles and supporting industries.
3. Become a nonwoven industry representative in
discussions with the government, labor
representatives and others.
4. Government support policy development program
and national economic modernization.
Recently, on March 21 2023, INWA held a member meeting
at the Senayan Golf Club, Jakarta. This event was attended by
members of INWA, and the ministry. There were several
agendas carried out in the event which were carried out,
including:
? Regular gatherings of INWA members and government
officials
? Handover of INWA chairperson position from January 2021
to December 2022 period.
? Inauguration of the new INWA committee and chairperson
of INWA Period January 2023 to December 2024.
? Presentation of material from the Government “Macro
Performance of the Textile and Textile Product (TPT)
Industry and the Non-Woven Industry Sector” by Mr.
Ignatius Warsito
The following is the INWA Management Committee for the
period January 2023 to December 2024
Ms. Velda Agustino as Chairperson, Mr. Billy Hidjaja (Vice
Chairperson), and Ms. Novi Loe (Treasurer)
While Mr. Hengky Lau is the Coordinator of the Foreign Affairs,
for the Coordinator of the Internal Affairs is held by Mr. Albert
Arthur.
Mr. Aditya Suryaman as Event Coordinator.
?Red B-Teks/ Indra I
Read more here
2 8 TH E D I T I O N

Jakarta, April 14, 2023
The global sportswear market is expected to reach
$17.0 billion in nominal value in 2022, with a CAGR of more
than 6% between 2022 and 2027. Following the pandemic,
the outdoor sportswear market experienced a rapid
increase due to the promotion of healthy living habits,
which increased the trend of consumers purchasing
sportswear and streetwear around the world, particularly
in developing countries.
The rise in people’s outdoor activities, which is fueling
this sporty fashion trend, creates an ideal atmosphere for
well-known apparel businesses to grow their market or
develop new concepts. Their focus is mostly on first-time
buyers, newcomers who do not yet have a preference for
certain designs or brands. Nike’s ACG outdoor line, for
example, has seen a boost in popularity as a result of rising
streetwear purchases. Multifunctional products allow
consumers to utilize them for a wide range of activities,
including sports and everyday casual wear.
Apart from using technical materials such as GORE-TEX
and Dri-Fit Nike, they also benefit from a clever marketing
system through promotion on social media, which suits
young consumers.
The main types of clothing in the outdoor sportswear
market include: sportswear, sports footwear and other
sports accessories. What is also expected to become a trend
are clothes such as coats and puffer jackets for street wear
that consumers buy because of their style and function.
The main markets for sportswear are: United States,
Europe, Middle East and Africa. United States is the largest
in 2022. It is estimated that in the next 5 years the European
and United States markets will decline but on the contrary
the Asia Pacific region will increase its sales volume.
Some of the leading brands in the outdoor sportswear
market include: Columbia, The North Face, Timberland,
SALOMON, Patagonia, Helly Hansen, Napapijri, Descente,
Kathmandu and Peak Performance. In 2022, Columbia
reigns supreme in this type of clothing market.
Main highlights in outdoor sportswear:
1. This type of clothing is predicted to increase in 2023,
followed by consistent and stable growth until the 2027
period.
2. The market that will increase rapidly in the period 2022
– 2027 is the Asia Pacific region
3. Two trends driving the rise of the outdoor sportswear
market are the growing public interest in exercising and
the emergence of new habits for people to wear
streetwear. (GlobalData)
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
FRANCE
The French Decree 2022-748 concerning the Anti-Waste for
a Circular Economy Law (AGEC), which takes effect in January
2023, is the government’s new ecological model policy that
governs circular product standards for textiles, clothing, and
shoes. A point of view that guides the transition away from
consumer habits of buying garments extravagantly and then
disposing of discarded clothes irresponsibly for the
environmental damage they cause.
The new pattern will concern how consumers transition to a
sustainable circular process model, which includes purchasing
clothing, returning worn clothes to stores, reselling used
clothes, repairing these clothes, and establishing a used clothes
recycling procedure. All of this is intended to help the French
government meet its lofty carbon-reduction objective.
It is hoped that the above provisions will soon be enacted
on a European Union scale, thereby controlling the supply chain
value of the apparel industry as appropriate. Questions arise
from all stakeholders, what will happen in the TPT industry in
the future, how are international manufacturers and brands
prepared to contribute to reducing used clothing waste and
reducing carbon footprint in the clothing production process
and how to educate and socialize consumers so that they pay
attention to sustainability in the process of shopping for
clothes.
With the enactment of this law, apparel consumers will
have access to information about the commodities they will
purchase, such as how clothing is manufactured, what
materials are utilized in the manufacturing process, and the
simplicity with which the clothes may be recycled. International
brands and apparel retailers selling their products on the
market must follow environmental labeling protocols that
include information on a product’s quality and environmental
characteristics, product recycling, traceability, and the
presence of microplastics.
The EU Strategy for Sustainability and Circular Textile
stipulates that the vision and concrete actions are that by 2030
all textile products that will enter the EU market must: be
durable in use, made of recyclable fibers, free of harmful
substances, produced in compliance with provisions related to
social and environmental rights.
Circular Production must be implemented to overcome the
world’s climate change. The World Economic Forum revealed
that the apparel industry is the third largest polluter in the
world. The industry emits 10% of greenhouse gases annually,
emitting large amounts of waste in the production process.
(Just Style)
SWITZERLAND
The World Trade Organization (WTO) issued a forecast for
Global GDP growth on April 5, 2023 of 2,4% in 2023. This growth
projection is below the average for the last 12 years of 2,6%.
This growth declined due to pressure from problems which
included: the impact of the Ukraine-Russia war, high inflation,
tight monetary policy, uncertainty on world financial markets,
decreased world trade volume.
WTO Director General Ngozi Okonjo Iweala stated that
trade is a pillar of global economic resilience, so it is important
for the government to avoid trade fragmentation and refrain
from carrying out policies that hinder trade.
2 8 TH E D I T I O N
 Growth in 2022 of 2,7% is below the WTO estimation which is
expected to reach 3,5%, this is due to several factors such as: rising
global commodity prices, tight monetary policy, inflation, the
Covid-19 pandemic which has disrupted production levels and
Chinese trade.
WTO economist Ralph Ossa stated that the residual effects of
Covid-19 and geopolitical tensions are the main factors affecting
world trade in 2022 and will also occur in 2023. An increase in
interest rates in developed countries shows the weakness of the
banking system, and if this is not immediately resolved will lead to
wider financial instability, the government needs to be aware of
this.
Trade growth in 2024 is expected to reach 3,2% which is partly
driven by an increase in global GDP of 2,6% but this estimate can
become uncertain if there is a large impact on substantial risks
such as: geopolitical tensions, food supply disruptions and the
unexpected consequences of monetary tightening effects.
China launched “Reborn-China Fiber Zero Carbon Action
CHINA
2023” a sustainable textiles credible platform, at the Shanghai
National Exhibition and Convention Center. These activities will be
supervised by the Department of Consumer Goods Industry of
Ministry of Industry and Information Technology and the Suzhou
Market Supervision Administration. The China Chemical Fibers
Association and the National Advanced Functional Fiber
Innovation Center will carry out this activity.
China is the world’s largest producer and consumer of
chemical fiber, with production of 64.88 million tons in 2022, this
amount accounts for 85% of the country’s fiber production and
accounts for 70% of world synthetic fiber output. The Chinese
government stated that they are establishing a recycled fiber
standard certification system to support the creation of the
Sustainable Textile Credible Platform.
The government enhances coordination and marketing, as
well as supports industry groups, well-known brands, and
manufacturers, in order to construct a certification platform to
promote the development of a low-carbon, ecologically friendly,
and industrial circular industry.
The Vice President of China’s National Textile and Apparel
Council stated that the development of the green textile industry
is the world’s leading. He pointed out some of the advantages of
this industry, including: low consumption of raw materials and
energy to produce, the highest output of recycled fiber and the
best quality in textile recycling.
The council advocated for greater promotion of the green
textile sector and faster growth of this platform to assure
customer trust in purchasing environmentally friendly items. To
combat pollution, it is also advised that an integrated textile waste
recycling system be established. This strategy has reportedly been
implemented by 26 companies. (Just Style)
AFRICA
The African Textile Industry is diverse, but predominant is
their cotton fiber sector. Cotton fiber is marketed under the label
Cotton made by Africa, around 450 thousand people are
employed in the cotton fiber industry. There is also hemp fiber in
South Africa which is processed into technical textiles for
aeronautical purposes.
Several African countries, including Ethiopia, have begun to
WWW.BULETINTEKSTIL.COM
establish textile facilities in order to accommodate the relocation
of the textile industry from countries with high labor costs, such as
China. Because of the reduced labor costs, international brands
such as H&M source their clothing in Africa.
The African textile and apparel market is segmented into
product types such as clothing, technical textiles and household
textiles. Also divided into types of raw materials used such as:
cotton, hemp, silk, wool and synthetic fibers.
Cooperation between African countries within the
framework of the AGOA which was promulgated in May 2000 has
increased the economic strength of African countries, providing
tangible results in the form of economic growth for several
countries, including: Kenya, Malawi, Lesotho, Equatorial Guinea,
Gabon, Zimbabwe and Gambia.
Through AGOA, the United States opened up its market for
goods produced in Africa, textiles taking up the largest share.
Providing duty-free access for Sub-Saharan clothing exporters,
such as baby clothes, cotton and wool spun yarn allows the United
States to obtain goods cheaper than goods originating in Asia and
Europe.
The WTO-negotiated restrictions went into force in 2005, and
they will apply for the next 30 years following the end of the textile
quota regime has opened up a good market for textile products in
African countries. The African textile and garment market is
expanding globally and is beginning to gain consumer recognition
in the global market, with fashionable and iconic designs that have
encouraged many international brands to incorporate African
textile goods in their latest collections on the global textile
market.
Many Chinese TPT entrepreneurs have migrated their
industry to Ethiopia. Over the last two decades, China has become
a country that has spent a lot of money into Ethiopia’s
manufacturing sector, which is still new but appears to be rising
quickly. In 2018, the China Textile Chamber of Commerce (CCCT)
signed an industrial and investment collaboration agreement with
the Association of Textile Industries and Ethiopian government
authorities.
Ethiopia’s accomplishments in infrastructural development,
such as roads, trains, and power, impressed the Chinese
delegation. Ethiopia has become an appealing investment
destination as worker efficiency has increased and logistics costs
have decreased. Trade disputes between China and the United
States have also spurred Chinese corporations to invest in
Ethiopia.
Some of the leading companies in Africa include:
1. CIEL Textile Ltd.
2. Almeda Textile Factory Plc
3. Edcon
4. Truworths
5. Gelvernor Textiles
In 2021 Truworths launches Primark fashion products, they
plan to open 15 Primark stores during the trial period which will
add to the outlets Truworths previously had: Identity, YDE, Uzzi
and Earthchild which target low-income consumers.
(Mordorintelligence)
• Red B-Teks/ Indra I
Read more here
2 8 TH E D I T I O N
 MEDIA INDOTEX
Name : BULETIN TEKSTIL
Publisher : Indonesian Textile Institute (INDOTEX)
Graha Surveyor Indonesia 16th Floor
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 56, Jakarta 12950
+6221 5772171
redaksi@buletintekstil.com
www.buletintekstil.com

MANAGING EDITOR
Lili Sumarna MG

WEB & IT ADMIN MANAGER

Surya Sanjaya MG Riza Muhidin

EDITOR-IN-CHIEF
Indra Ibrahim

EDITOR EDITOR
Shinta Djiwatampu Elis Masitoh

MARKETING:
Yuliab Koersen

CREATOR & SOCIAL MEDIA CONTENT CONTRIBUTORS

Adis Fadila Nosa MG Jabodetabek : Beddi A.Y.
West Java : Kalay Selwan
GRAPHIC GESIGN East Java : Hasnoel Usman
Nyoman RadityaAndika MG North Sumatera : Boyke Silitonga

For Advertisements, Promotions, and Company Profiles,

please contact our marketing at:
0812-1949-1062 (Yuliab Koersen)
WWW.BULETINTEKSTIL.COM