Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Industri tekstil dan produk tekstil atau lebih dikenal dengan industri TPT
adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur Indonesia.
Posisi strategis industri ini semakin tampak nyata jika ditinjau dari sisi
kontribusinya terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan
ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Bahkan jika mencermati periode sekitar 20
tahun yang lalu perkembangan kinerja industri tekstil menunjukkan masa
keemasannya, dimana pada saat itu industri ini mampu menyumbang lebih dari
3! dari total ekspor manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di
sektor manufaktur.
Pada saat itu industri tekstil sangat diuntungkan oleh beberapa perangkat
kebijakan antara lain melalui sistem pengembalian tarif (duty drawback system)
yang menurunkan bias anti"ekspor dan adanya sistem joint venture
menghasilkan keterampilan teknis, manajerial dan pemasaran yang diperlukan
untuk memproduksi tekstil tujuan ekspor. Insentif yang besar bagi industri
berorientasi ekspor ternyata kurang diimbangi oleh penguatan ke dalam negeri.
#istem pengembalian tarif pada tingkat tertentu telah menyebabkan kurangnya
daya saing industri tekstil jadi di tingkat domestik (fnishing fabrics). #elain itu,
keterkaitan antara industri tekstil jadi dan industri pakaian jadi juga lemah
sehingga Indonesia harus mengekspor sejumlah besar tekstil setengah jadi (gray
fabrics) dengan nilai tambah rendah dan mengimpor tekstil jadi dalam jumlah
besar.
#elain itu, industri ini juga masih menghadapi biaya tinggi terkait dengan
lisensi dan prosedur ekspor dan impor. $urang kondusifnya iklim usaha industri
tekstil pada saat itu diperburuk dengan terjadinya krisis moneter tahun %&&'
dimana pada saat itu ada lebih dari %2% perusahaan tekstil yang bangkrut, dan
sisanya banyak yang mengalami stagnasi. $ondisi tersebut terus berlanjut
hingga saat ini sehingga akumulasi masalah yang dihadapi industri TPT menjadi
cukup berat baik dari sisi permintaan maupun sisi pena(aran.
Potensi pasar domestik yang didukung oleh besarnya jumlah penduduk
serta penguasaan semua rantai produksi meskipun belum sepenuhnya
terintegrasi menjadikan industri ini tetap menjadi tumpuan pertumbuhan
ekonomi domestik. )leh karena itu diperlukan strategi pengembangan dan
re*italisasi industri TPT dari hulu sampai hilir.
+iterbitkannya ,, -o. 2 Tahun 200' tentang Penanaman .odal dan
Peraturan Presiden -omor 2/ Tahun 200/ tentang $ebijakan industri -asional
diharapkan mampu memberikan arah bagi pengembangan industri tekstil dan
produk tekstil di dalam negeri namun demikian untuk menghasilkan industri
yang berdaya saing diperlukan kemampuan teknologi yang efektif dan e0sien
dan saat ini teknologi yang digunakan industri di dalam negeri masih belum
mampu menghasilkan output yang optimal. )leh karena itu, kehadiran
penanaman modal asing yang memba(a teknologi, modal dan jaringan
pemasaran masih sangat rele*an menjadi salah satu faktor dalam
pengembangan industri tekstil dan produk tekstil di dalam negeri dan dapat
dijadikan pengungkit daya saing in*estasi di Indonesia. ,ntuk mendukung
prioritas pemerintah tersebut perlu disiapkan suatu kajian industri tekstil dan
produk tekstil dimasa datang.
#erat kapas merupakan bahan baku utama 1sekitar &&!2 pembuatan kain
dalam industri TPT di Indonesia. -amun, hampir %00! bahan baku kapas dari
industri TPT Indonesia ini masih diimpor 1.usaddad, 200'2. +engan semakin
menurunnya proyek pembudidayaan kapas di Indonesia, berakibat
ketergantungan itu semakin besar. #ementara, negara"negara produsen kain
lainnya, seperti 3ina, India, atau Pakis tan, justru meningkatkan produksi
kapasnya melalui program pengembangan budidaya yang berkesinambungan.
4kibat ini semua, dunia tekstil Indonesia semakin mengalami
keterpurukan 1(ebsite Pikiran 5akyat, 20032. Berdasar penelitian yang ada,
menunjukkan bah(a tanaman rami yang ada di Indonesia, ternyata memiliki
mutu serat yang tidak kalah dengan mutu serat kapas, sehingga tanaman rami
ini dapat dikembangkan sebagai bahan baku industri TPT alternatif. Tabel berikut
menunjukkan perbandingan sifat serat rami dan serat kapas, di mana serat
kapas menunjukkan kelebihannya.
Tabel x.x. Perbandingan Sifat Serat Rami dan Serat Kaa!
6a(a Timur merupakan pro*insi yang potensial untuk pengembangan serat
alam sebagai bahan baku berbagai agroindustri yang meliputi kapas (Gosypium
hirsutum), rami (Boehmeria nivea), kenaf (hibiscus cannabinus), sisal 1agave
sisalana dan A. antata2 dan abaca (!usa te"tilis). Produk"produk yang berasal
dari serat sintesis seperti polyster untuk tekstil, polypropiline untuk plastik, tali
temali plastik semuanya berasal dari minyak bumi yang merupakan bahan yang
pada suatu saat akan menipis cadangannya 1bahan non#renewable2. #edangkan
serat alam merupakan bahan yang selalu dapat diperbaharui (renewable)
sehingga agribisnis dari serat alam merupakan usaha yang berkelanjutan
(sustainable) dan ramah lingkungan (friendly environment).
Kaa!. #ecara nasional TPT sangat besar sumbangannya terhadap
perekonomian nasional karena ekspor tekstil dapat mencapai ,#7 /,38 miliar
atau %! dari ekspor non migas. -amun di sisi lain kebutuhan bahan baku serat
kapas mencapai 88"'92 ribu ton senilai ,#7 90 juta hampir seluruhnya
1&&,!2 diimpor dari luar negeri yaitu 4merika #erikat, 4ustralia, Pakistan dan
India. Produksi kapas dalam negeri melalui program Intensi0kasi $apas 5akyat
1I$52 hanya 0,!. +engan demikian, jika dilihat dari ketersediaan bahan baku
serat dapat dikatakan bah(a industri TPT sangat ra(an kelangsungannya.
#e(aktu"(aktu pasokan bahan baku dapat terhenti antara lain karena adanya
embargo serat atau memburuknya hubungan dengan negara penghasil serat.
Pada dasarnya, banyak (ilayah Indonesia yang sesuai untuk
pengembangan kapas seperti di #ula(esi 1khususnya #ula(esi #elatan2, 6a(a
Timur, 6a(a Tengah dan Palembang. $apas mulai dikembangkan sekitar tahun
%&/, bahkan pada Pelita I: areal kapas mencapai 39.000 ha. -amun pada tahun
200 areal kapas mengalami penyusutan dan hanya tersisa seluas '.00 ha
dimana (ilayah terluas terdapat di #ula(esi #elatan dan 6a(a Timur. 4real di
6a(a Timur tersebar di Banyu(angi, #itubondo, Probolinggo, Pasuruan,
;amongan, dan Tuban. Tahun 200, hanya ;amongan saja yang luas arealnya
mencapai %.20 ha. Pengembangan kapas di ;amongan sudah mapan berkat
kemitraan antara petani dengan pihak Pabrik 5okok #ukun sebagai pengelola.
<al ini dikarenakan perusahaan rokok #ukun ingin memenuhi kebutuhas kapas
untuk pabrik tekstilnya yaitu PT. #ukun Te=, di $udus. Banyak faktor yang
menyebabkan terhambatnya pengembangan kapas di Indonesia. +iantaranya
adalah %2 belum ada kebijakan khusus untuk kapas> 22 memiliki karakter yang
berbeda dengan tanaman pangan> 32 adanya praktek transshipment dan
permesinan TPT yang tergolong usang> serta 82 semakin maraknya produk TPT
selundupan terutama dari 3hina.
Kenaf. Tanaman kenaf menghasilkan serat yang berasal dari kulit
batangnya. Pengembangan kenaf mengalami masa kejayaannya dalam kurun
(aktu %&'/"%&&0 melalui progra Intensi0kasi #erat $arung 5akyat 1I#$4542.
Pada (aktu itu ada delapan pabrik karung yang memerlukan bahan baku serat
kenaf dan sejenisnya untuk pembuatan karung goni. #ebagai akibat dari saingan
karung plastik, maka industri karun goni gulung tikar. #aat ini, hanya tinggal
satu pabrik karung yaitu PT Indonesia -ihon #eima di Tangerang yang masih
operasional dengan hanya memproduksi karung goni, geotekstil, soil safer dan
0bre drain sesuai pesanan.
$eistime(aan tanaman kenaf ini dapat tumbuh dalam keadaan
tergenang?banjir sehingga mendapat julukan tanaman primadona di lahan banjir
atau bonoro(o. Pada (aktu banjir saat tanaman semusim lain mati, tanaman
kenaf justru mampu memberikan keuntungan pada petani. Pada saat ini masih
ada pengembangan kenaf di lahan banjir ;amongan. #eratnya dibeli oleh PT
4B4, suatu perusahaan 6epang yang mempunyai pabrik membuat interior mobil,
khususnya doortrim di Pur(odadi, Pasuruan, 6a(a Timur. Produk di*ersi0kasi dari
kenaf cukup banyak yaitu untuk pulp, particle board$ soil safer$ geote"tile dan
fber drain.
Si!al. Tanaman sisal 1Agave sisalana dan Agave cantata2 tumbuh liar di
(ilayah kering, berbatuan dan ka(asan lereng bukit seperti di Blitar #elatan,
Pamekasan dan #umenep. +i Blitar #elatan tumbuh Agave sisalana$ sedangkan
di .adura tumbuh Agave cantala. Tanaman sisal merupakan tanaman tahunan
dan secara periodik diambil seratnya yang berasal dari daun oleh petani atau
pedagang serat. #erat sisal dari .adura khususnya digunakan untuk tali temali
pengebalan tembakau .adura. #edangkan serat sisal dari Blitar #elatan
digunakan untuk bahan baku industri kerajinan rumah tangga di daerah -gunut,
Tulungagung. Produk di*ersi0kasi juga cukup banyak seperti pulp, karpet, kertas
sigaret, kantong kertas, kertas saring dan kertas celup teh.
Aba"a. Tanaman abaca 1!usa te"tilis dan !anila henep2 juga mempunyai
produk di*ersi0kasi yang cukup banyak yaitu untuk tali temali armada
perkapalan, kertas perbankan, kertas uang, kertas sigaret, popok bayi, kain
pembalut (anita dan kertas saring teh celup. #atu"satunya perkebunan abaca
yang masih ada yaitu di PT Perkebunan Bayu ;or, Banyu(angi.
Rami. 5ami menghasilkan serat tekstil yang berasal dari batang
pohonnya dan banyak berada di (ilayah 6a(a. #alah satu *arietas atau klon
unggulan Indonesia ada di daerah Pujon, $ota Batu, 6a(a Timur yang terkenal
dengan nama klon Pujon %0. #aat ini rami diminati kembab dalam rangka
mencari bahan serat tekstil alam selain kapas. Pihak koperasi yaitu $operasi
Pengembang #erat 4lam Indonesia yang dibina oleh $ementrian $operasi mulai
mengembangkan rami terutama di daerah @onosobo.
#elain pada industri hulu TPT berupa rami, 6a(a Timur juga memiliki
potensi yang sangat besar di industri hilir TPT. <al ini dikarenakan industri TPT di
6a(a Timur paling banyak berada di sektor hilir yang bergerak pada sektor
kon*eksi dan garmen. #ebagian besar industri hilir ini berupa sektor ,saha $ecil
dan .enengah 1,$.2.
+engan berdasar pada kondisi tersebut di atas, maka dapat diketahui
bah(a struktur industri TPT di 6a(a Timur memiliki dua potensi yakni di industri
hulu dan hilir. Industri hulu lebih diarahkan ke rami. <al ini dikarenakan jika
kapas sudah mulai berkurang, maka potensi rami sebagai bahan alternatif
menjadi peluang in*estasi yang menjanjikan terutama dalam mendorong
pertumbuhan industri TPT di Indonesia. #edangkan industri hilir lebih diarahkan
pada kon*eksi pakaian jadi sektor ,$.. )leh karena itu, kajian ini difokuskan
pada analisis prospektus industri TPT di 6a(a Timur dengan pengembangan rami
sebagai sebagai bahan baku alternatif untuk industri TPT di Indonesia dan
pengembangan sektor ,$. dalam industri TPT di 6a(a Timur.
1.#. $a%!ud dan Tu&uan
.aksud dilaksanakan kegiatan ini adalah sebagai sarana promosi melalui
penyediaan informasi dasar tentang potensi industri tekstil dan produk tekstil
1TPT2 di 6a(a Timur. #edangkan tujuan yang ingin dicapai adalah tersusun
pedoman yang berisi informasi pendukung tentang potensi industri tekstil dan
produk tekstil 1TPT2 di 6a(a Timur. #ehingga, mampu menjadi sarana dan media
promosi potensi daerah dan meningkatkan minat in*estasi sektor industri tekstil
dan produk tekstil 1TPT2 di 6a(a Timur.
1.'. Ruang Ling%u
Penyusunan kegiatan prospektus industri tekstil dan produk tekstil 1TPT2 di
6a(a Timur ini merupakan batasan kajian yang dilakukan agar lebih fokus dan
sesuai dengan maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini. .aka, lingkup
kegiatan akan dibatasi pada beberapa hal, antara lainA
%. 4nalisis supply dan demand industri tekstil dan produk tekstil 1TPT2
baik di 6a(a Timur, nasional dan internasional.
2. 4nalisis potensi industri tekstil dan produk tekstil 1TPT2 di 6a(a Timur
3. #arana pendukung terkait prospek infrastruktur yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
8. $ondisi sosial"politik masyarakat sekitar untuk mengetahui dukungan
ataupun tantangan saat dilakukan pengembangan industri tekstil dan
produk tekstil 1TPT2.
. $ondisi kelembagaan pemerintah daerah di bidang pelayanan
in*estasi.
1.(. $et)d)l)gi
$egiatan penyusunan project prospektus industri tekstil dan produk tekstil
1TPT2 ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan lebih
menekankan pada bentuk penjelaskan tentang potensi TPT di 6a(a Timur.
Perolehan data dilakukan dengan studi lapangan, sehingga data utama adalah
data primer yang didukung oleh data sekunder dari intansi terkait atau pihak lain
yang mampu memberikan data baik berupa dokumen, statistik mapun arah
kebijakan strategis pemerintah daerah di bidang pengembangan industri TPT.
Instrument penelitian yang digunakan adalah pedoman (a(ancara mendalam
sehingga diperoleh data primer yang cukup memiliki *aliditas. 4nalisa dilakukan
dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, klasi0kasi data, dan *eri0kasi
data sebelum dilakukan penarikan kesimpulan.
1.*. Keluaran +ang Diha!il%an
<asil yang diharapkan dari penyusunan project prospektus industri tekstil
dan produk tekstil 1TPT2 di 6a(a Timur adalah dokumen yang berisi tentang
informasi"informasi potensi industri TPT sehingga mampu meningkatkan minat
in*estasi di bidang TPT di 6a(a Timur. 4gar hasil yang diharapkan sesuai tujuan,
maka akan disusun dalam tahapan pelaporan, yaituA ;aporan Pendahuluan, +raf
;aporan 4khir dan ;aporan 4khir.
BAB #
PERKE$BAN,AN -NDUSTR- TPT D- -ND.NES-A
#.1. Supply Chain -ndu!tri di -nd)ne!ia
#ecara garis besar industri TPT dibagi menjadi 3 bagian yaitu sektor hulu,
sektor intermediate dan sektor hilir.
a. -ndu!tri hulu
Termasuk dalam industri hulu adalah industri serat dan benang
didalamnya adalahA
%. Industri serat alam yang memproduksi serat alam seperti kapas,
sutera, rami, (ol dan lain sebagainya.
2. Industri serat buatan staple yang mengolah PB, PT4, .CD dan pulp
kayu menjadi serat pendek seperti polyester, nylon, rayon dan lain
sebagainya.
3. Industri benang 0lamen yang mengolah PB, PT4, .CD dan pulp kayu
menjadi benang 0lamen seperti polyester, nylon, rayon dan lain
sebagainya.
8. Industri pemintalan yang memproduksi benang dari bahan baku
berupa serat buatan maupun serat alam atau campuran keduanya.
. Industri pencelupan Benang untuk memberikan efek (arna pada
benang.
#ektor hulu merupakan industri yang relatif padat modal, memiliki
unsur teknologi tinggi, berskala besar dan menggunakan mesin"mesin
otomatis dan memiliki nilai tambah paling besar. #erat dapat dihasilkan
dari berbagai macam bahan baku yang berasal dari hasil pertanian seperti
kapas yang menghasilkan serat katun, rami, goni, dan kepompong yang
menghasilkan serat sutra. #elain itu bahan baku serat juga bisa diproduksi
dari hasil"hasil hutan seperti pulp rayon. Bahkan bulu domba juga bisa
menghasilkan serat (ool. #eiring dengan makin mahalnya bahan baku
berbasis tumbuh"tumbuhan maupun peternakan, akhir"akhir ini
berkembang bahan baku serat yang sifatnya sintetis. #eperti serat
polyester yang dihasilkan dari %erephtalic Acid 1TP42 dan &thylene Glicol
1CD2 berbahan baku utama minyak bumi. 'olyester bisa digunakan untuk
bahan polyester %00! atau dicampur dengan katun atau bisa juga
dicampur dengan rayon. #elain polyesther chip juga terdapat nylon chip
yang merupakan produk akhir dari caprolactam. #ebagai gambaran, nylon
chip ini paling banyak digunakan sebagai bahan baku benang untuk
keperluan produk stoking, payung, parasut, air bag, gorden, karpet$
conveyor belt, tali, serta jaring ikan. Acrylic digunakan pada pembuatan
s(eater, sock, coat dan mat yarn. +i Indonesia sendiri untuk pabrik acrylic
chip maupun polypropulene chip belum tersedia.
b. -ndu!tri Antara
Termasuk dalam industri antara adalah industri yang memproduksi
kain, diantaranya adalahA
%. Industri pertenunan 1weaving2 yang mengolah benang menjadi kain
tenun mentah 1grey fabric2.
2. Industri perajutan 1knitting2 yang mengolah benang menjadi kain
rajut mentah 1grey fabric2.
3. Industri pencelupan 1dyeing2 yang mengolah kain mentah menjadi
kain setengah jadi dengan memberikan efek (arna pada kain.
8. Industri pencapan 1printing2 yang mengolah kain mentah menjadi
kain setengah jadi dengan memberikan efek motif (arna pada kain.
. Industri penyempurnaan 1fnishing2 yang mengolah kain setengah
jadi menjadi kain jadi 1fnish fabric2.
9. Industri non#woven yang mengolah serat atau benang menjadi kain
selain melalui proses tenun atau rajut.
#ifat dari industri ini antara lain semi padat modal, teknologi madya
dan modern berkembang terus dan jumlah tenaga kerja lebih besar dari
sektor industri hulu. #ektor ini padat kapital namun menyerap lebih
banyak tenaga kerja dibandingkan sektor hulu. +i segmen printing sangat
menekankan aspek kreati*itas sedangkan di segmen dyeing diperlukan
managemen pengelolaan limbah yang memadai yang memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
". -ndu!tri Hilir
Termasuk dalam industri hilir adalah industri yang memproduksi
barang"barang jadi tekstil konsumsi masyarakat, diantaranya adalahA
%. Industri pakaian jadi 1garmen2 yang mengolah kain jadi menjadi
pakaian jadi baik kain rajut maupun kain tenun.
2. Industri embroideri yang memberikan efek motif atau corak pada
kain jadi ataupun barang jadi tekstil.
3. Industri produk tekstil lainnya yang mengolah kain jadi menjadi
produk tekstil lainnya selain pakaian jadi.
Industri manufaktur pakaian jadi 1garment2 termasuk proses cutting,
sewing, washing dan fnishing yang menghasilkan ready#made garment.
Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga
sifat industrinya adalah padat karya.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia2
,ambar x.x. P)h)n -ndu!tri TPT /10
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia2
,ambar x.x. P)h)n -ndu!tri TPT /#0
#.#. Per%embangan -n1e!ta!i -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia
Industri TPT merupakan bentuk industri manufaktur modern pertama yang
dibangun pada a(al proses industrialisasi di Indonesia. +alam tataran global,
Indonesia bisa dikatakan terlambat dalam mengembangkan industri TPT modern.
Bagaimanapun juga, industri TPT memainkan peranan yang kritikal dalam tahap
a(al industrialisasi negara"negara di dunia seperti di Inggris, 4merika ,tara,
6epang, <ongkong $orea, Tai(an, serta negara"negara 4#C4- dan 3hina.
Perkembangan industri TPT di 4sia Timur dan 4sia Tenggara sangat terkait
dengan perkembangan industri TPT di 6epang. <ubungan tersebut dapat terlihat
dalam akti*itas Penanaman .odal 4sing 1P.42 6epang pada industri TPT di
negara"negara 4sia Timur dan 4sia Tenggara.
Tabel 1. P$A 2eang Pada Se%t)r TPT di A!ia Timur dan ASEAN
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah2
+alam periode %&"%&'8, negara"negara 4sia Timur dan 4#C4- masing"
masing menyerap 80! dan 2/! dari total P.4 6epang di sektor TPT seperti yang
terlihat pada tabel %. 6umlah proyek P.4 6epang di sektor TPT meningkat
signi0kan setelah pertengahan tahun %&90"an sampai dengan tahun %&'8 ketika
6epang kehilangan keunggulan komparatifnya karena meningkatnya upah tenaga
kerja dan terjadinya kekurangan tenaga kerja. <al ini memaksa pelaku industri
TPT 6epang memindahkan industri TPT"nya ke negara"negara yang upahnya lebih
rendah seperti di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi
untuk ekspor.
+alam sejarahnya, industri TPT Indonesia merupakan relokasi dari 4sia
Timur melalui proses perdagangan internasional dan P.4. P.4 di sektor TPT di
tahun %&90"%&&0"an paling banyak berasal dari 6epang dan $orea #elatan. +i
tahun %&&0"an nilai in*estasi P.4 6epang dan $orea #elatan apabila digabungkan
mencapai lebih dari 0! dari total P.4 yang bergerak di bidang TPT di Indonesia
1+irektory Tekstil 4sosiasi Pertekstilan Indonesia,20%%2. $onsekuensinya, kedua
P.4 tersebut memberikan pengaruh yang signi0kan bagi perkembangan industri
TPT di Indonesia. ,ntuk P.4 6epang, perusahaan paling banyak bergerak di
segmen mid#stream terutama untuk rajut 1knitting2 yang diikuti oleh
penyempurnaan benang dan tenun seperti ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel #. Di!tribu!i P$A TPT 2eang di -nd)ne!ia
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, 20%2 diolah2

#elain itu segmen garmen juga paling banyak menarik minat in*estor
6epang. #ebaliknya P.4 $orea #elatan selama %&&0"%&&/ terkonsentrasi di
segmen garmen 1sektor hilir2 seperti terlihat pada tabel 3. #elain berin*estasi di
garmen, P.4 $orea #elatan juga terdistribusi pada sektor tengah seperti tenun
1weaving2, rajut 1knitting2 dan fnished te"tile. Pada periode tersebut hanya ada
satu perusahaan $orea #elatan yang berin*estasi di segmen spinning. Baik P.4
6epang maupun $orea #elatan sama"sama kurang tertarik untuk berin*estasi di
sektor hulu. .odernisasi industri TPT di Indonesia ditandai dengan masuknya
P.4 ke sektor ini. Industri TPT Indonesia mengalami beberapa fase
pengembangan. 4pabila dibagi ke dalam beberapa tahap industrialisasi, maka
perkembangan industri TPT dapat dibagi ke dalam beberapa fase yakni fase
pengenalan, fase substitusi impor, dan fase ekpor.
Tabel '. Di!tribu!i P$A TPT K)rea Selatan di -nd)ne!ia
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
#.'. 3a!e Pengembangan -ndu!tri te%!til Na!i)nal
A. 3a!e Pengenalan /14567148(0
Industri tekstil merupakan satu industri yang mendapat perhatian
khusus dari pemerintah dalam pembangunan industri di a(al )rde Baru.
Pemerintah mendukung pengembangan industri tekstil dan beberapa
industri lainnya sebagai bagian dari industrialisasi substitusi impor dengan
berbagai kebijakan sepertiA
Tabel #. Kebi&a%an -ndu!tri TPT Pada 3a!e Pengenalan
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
B. Taha Sub!titu!i -m)r /148* 9 146'0
Produk tekstil domestik meningkat di pasar Indonesia pada paruh
kedua tahun %&'0"an diikuti oleh turunnya harga produk tekstil domestik
dan meningkatnya kualitas. -amun demikian, tidak semua kebutuhan
tekstil domestik dapat dipasok dari produksi domestik. #ebagai contoh
ketergantungan impor bahan baku di tahun %&'8 mencapai &&! untuk
kapas, %00! untuk serat sintetis, 0! untuk benang, &! untuk te=tile
dyes, &&! untuk mesin tekstil dan &! untuk spare#part. <al ini
mengindikasikan bah(a struktur industri tekstil Indonesia sangat lemah
pada a(al tahap substitusi impor. Berikut beberapa kebijakan yang
dilakukan pemerintah dan dampaknya pada industry TPT nasionalA
Tabel #. Kebi&a%an -ndu!tri TPT Pada 3a!e Sub!titu!i -m)r
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah, 20%%2
:. Taha E%!)r /146( 9 #;;; an0
Tahap ekspor industri tekstil di Indonesia di )rde Baru dimulai tahun
%&/8 dan untuk ekspor kain dimulai tahun %&/3. .eskipun sebagai
industri baru di Indonesia, ekspor garmen memberikan kontribusi yang
signi0kan pada a(al tahun %&/0"an. Pada dekade tahun %&/0"an, ekspor
menjadi sumber utama pertumbuhan di industri tekstil Indonesia.
Tabel #. Kebi&a%an -ndu!tri TPT Pada 3a!e E%!)r
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
D. -ndu!tri Te%!til -nd)ne!ia di Peri)de Kri!i! $)neter /1448 9
14460
+i a(al krisis moneter di Indonesia, produsen tekstil Indonesia
kehilangan sumber pembiayaan. #ebagian besar bank dilikuidasi oleh
pemerintah pada bulan -o*ember %&&'. #ebelumnya produsen tekstil
menggunakan jasa perbankan ini untuk transaksi ekspor dan impor.
Transaksi internasional terganggu karena letter of commerce dari
perbankan Indonesia tidak lagi diterima sebagai akibat menurunnya
kepercayaan internasional terhadap stabilitas politik dan ekonomi
Indonesia. $risis moneter menyebabkan ketidakpastian dalam iklim usaha,
meningkatkan suku bunga dan nilai tukar dan sekaligus biaya produksi.
.asalah utama yang dihadapi oleh produsen tekstil adalah
membengkaknya harga bahan baku, karena masih tingginya
ketergantungan terhadap bahan baku impor. #ebagian besar perusahaan
tekstil yang tidak dapat menutup semua biaya krisis moneter mengalami
kebangkrutan, khususnya produsen yang berorientasi pada pasar
domestik. Pasar domestik mengalami kontraksi karena pendapatan riil
konsumen domestik mengalami penurunan drastis.
E. -ndu!tri TPT di Tahun #;;*7#;1;
5ealisasi in*estasi baik P.4 maupun P.+- untuk sektor Tekstil dan
Produk Tekstil pada tahun 2000"an mengalami penurunan dibandingkan
periode tahun %&&0"an. Pada tahun %&&0"%&&, kontribusi in*estasi sektor
TPT mencapai %0! "%/! terhadap total in*estasi. #ementara di tahun
200"20%0, kontribusi in*estasi sektor TPT di ba(ah ! dari total
in*estasi. Bahkan di tahun 20%0, in*estasi di sektor ini hanya sebesar %!
dari total in*estasi.
+ari sisi nilai in*estasi, dalam 8 tahun terakhir, perkembangan
in*estasi di industri TPT menunjukkan trend peningkatan dengan rata"rata
pertumbuhan sebesar 3! per tahun. Total in*estasi di sektor TPT
mencapai 5p %0. tn. #egmen fabric 1kain2 mendominasi penyerapan
in*estasi di sektor TPT dengan kontribusi sebesar 39,3! dari total
in*estasi sektor TPT. +i tahun 20%%, sejumlah negara seperti $orea
#elatan, 3hina, dan Tai(an menjadikan Indonesia sebagai basis industri
tekstil, yang memproduksi tekstil dan produk tekstil 1TPT2 untuk
kebutuhan pasar domestik di masing"masing negara tersebut. $ondisi ini
memicu adanya peningkatan in*estasi di sektor tersebut. .ereka
menjadikan Indonesia sebagai basis industri, untuk kemudian mengisi
pasar domestik mereka di dalam negeri. In*estasi langsung tersebut akan
membuat adanya penyerapan tenaga kerja sekitar %00 ribu sampai 200
ribu orang di tahun 20%% ini. +i samping itu, juga mendongkrak in*estasi
di sektor tekstil mencapai ratusan persen dibanding tahun"tahun
sebelumnya.
#ebanyak % perusahaan tekstil dan produk tekstil 1TPT2 asal 3hina
akan merelokasi pabrik ke Indonesia karena biaya produksi di negeri ini
dinilai lebih murah. 5elokasi tersebut diperkirakan menelan in*estasi 5p
triliun. 5encana relokasi pabrik tekstil asal 3hina ke Indonesia terhambat
kondisi sarana infrastruktur dan logistik di dalam negeri yang masih lebih
buruk dibanding :ietnam dan $amboja. 4PI mengharapkan sampai akhir
20%% 4PI bisa mendorong realisasi relokasi %00 industri garmen yang saat
ini sedang mereka dekati. Pihak 3ina sendiri meminta lokasi relokasi
industri garmen ditempatkan dalam satu ka(asan untuk memudahkan
penyelesaian bersama jika timbul persoalan terkait in*estasi yang mereka
tanamkan.
+aerah"daerah yang diusulkan untuk menjadi tempat relokasi
garmen 3hina adalah 6a(a Timur, 6a(a Barat, dan 6a(a Tengah. $etiga
ka(asan tersebut dipilih karena memiliki ketersediaan tenaga kerja
dengan keahlian yang dibutuhkan. ;okasinya dianggap strategis dan
memiliki dukungan infrastruktur. ,paya menarik relokasi industri garmen
3ina ke Indonesia juga dilakukan untuk menekan de0sit perdagangan
tekstil dan produk tekstil Indonesia dengan 3ina. Indonesia memang
mendominasi perdagangan serat dan benang. Tetapi kalah jauh jika
dibandingkan impor yang masuk dari 3ina untuk produk kain. +alam hal
relokasi ini Indonesia juga harus bersaing dengan negara 4sean lainnya.
#aat ini &0 persen relokasi industri tekstil 3ina lebih memilih :ietnam.
#ementara Indonesia baru ada satu atau dua di 6a(a Timur.
BAB '
SUPPLY DAN DEMAND -NDUSTR- TPT D- 2A<A T-$UR
'.1. Anali!i! Permintaan dan Pena=aran -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia
#ejumlah masalah yang menekan industri TPT baik dari sisi permintaan
maupun sisi pena(aran hanya meninggalkan sekitar %0! pelaku industri TPT
dibandingkan jumlah pelaku industri TPT di periode %&&0"an. Perubahan sistem
perdagangan garmen dari sistem kuota ke sistem perdagangan bebas mulai
tahun 200 menyebabkan sebanyak 800 perusahaan yang bergerak di bidang
garmen mengalami gulung tikar. +ari sekian banyak segmen di industri TPT,
segmen spinning merupakan segmen yang masih berkinerja baik. #ub"sektor
pemintalan benang 1yarn spinning2 merupakan industri yang relatif padat kapital,
kandungan teknologinya tinggi, berskala besar dan menggunakan mesin"mesin
otomatis dan nilai tambahnya paling besar. Perusahaanperusahaan yang
bertahan di bidang spinning merupakan pemain"pemain yang sudah
berkecimpung lama di bidang ini dan sudah sangat menguasai seluk beluk
industri.
#ementara industri hilir TPT 1industri garmen2 yang relati*e paling sedikit
membutuhkan modal 1modal dan skala produksi yang diperlukan tidak terlalu
besar2 menjadikan barrier to entry di industri ini sangat rendah atau dapat
dikatakan bersifat easy come easy go. Pakaian jadi tidak memerlukan pabrik
dengan nilai in*estasi yang besar karena akiti*itasnya lebih banyak bersifat
assembling. 4kibatnya siapapun bisa masuk ke industri ini meskipun belum
memiliki pengalaman yang cukup di industri. $etika terjadi goncangan, sub"
sektor garmen menjadi sangat rentan. +i industri garmen ratio antara mesin dan
tenaga kerja %A%. )leh karena itu industri garmen lebih rentan terhadap gejolak
akti*itas buruh yang mengganggu akti*itas produksi serta kenaikan upah.
+ari sisi jumlah perusahaan, paling banyak terkonsentrasi di segmen kain
(fabrics) diikuti oleh segmen garmen. +emikian juga dari sisi nilai in*estasi, di
tahun 20%0 in*estasi TPT paling banyak terkonsentrasi di segmen fabrics.
#ementara jumlah perusahaan paling sedikit di segmen serat. Pada tahun 20%0
seperti yang terlihat pada gambar .2, jumlah perusahaan yang bergerak di
bidang TPT mencapai 2/9& unit di mana %09' unit 13',8!2 terkonsentrasi di
industri fabric. 6umlah industri garmen mencapai &&9 unit 138,&!2. Perusahaan
benang tercatat sekitar 22 unit 1',&!2 dan perusahaan yang bergerak di bidang
serat hanya sebanyak 30 unit.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
,ambar x.x. 2umlah Peru!ahaan -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia
-ilai in*estasi di industri TPT pada tahun 20%0 seperti terlihat di gambar
.3 mencapai 5p %0, triliun. Industri fabrics sendiri menyumbang sebesar 5p
8,' triliun 139,3!2 diikuti oleh industri garment sebesar 5p 3/,8 triliun 12,!2,
industri yarn 5p 3%,& triliun 12%,%!2, dan in*estasi di industri fber sebesar 5p
%2,9 triliun 1/,8!2.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
,ambar x.x Nilai -n1e!ta!i -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia /R Triliun0
:olume produksi selama 8 tahun terakhir menunjukkan Euktuasi. +i tahun
200& *olume produksi industri TPT sempat mengalami penurunan menjadi 8,%
juta ton setelah 2 tahun sebelumnya terjaga di atas le*el juta ton ekspor di 4#
dan ,ni Cropa seiring krisis yang melanda dua ka(asan tersebut. Penurunan
*olume produksi TPT tersebut antara lain disebabkan oleh lesunya pasar. :olume
produksi TPT di tahun 20%0 mengalami lonjakan signi0kan yang diperkirakan
mencapai ,8 juta ton. 4pabila dilihat dari sisi *olume kapasitas terpasang dan
*olume produksi, paling banyak masih disumbang oleh segmen benang. :olume
produksi benang mencapai 2, juta ton atau menyumbang sekitar 8! dari total
*olume produksi TPT.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
,ambar x.x >)lume Pr)du%!i -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia /2uta T)n0
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
,ambar x.x Kaa!ita! Tera!ang -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia /2uta T)n0
Tingginya *olume produksi di segmen spinning seperti terlihat di gambar
. menjadikan utilisasinya cukup tinggi dibanding segmen lainnya. ,tilisasi
industri spinning dalam 2 tahun terakhir di atas /0! 1lebih tinggi dari rata"rata
utilisasi industri TPT yang hanya sebesar '0"an!2 dan terlihat mengalami sedikit
kenaikan akti*itas dalam 2 tahun terakhir. Penggunaan kapasitas terpasang
tertinggi terjadi pada industri fber. Tingginya penggunaan kapasitas di industri
fber serta tingginya ketergantungan impor di industri ini menunjukkan perlunya
tambahan in*estasi di segmen ini. +alam 8 tahun terakhir, utilisasi fasilitas
industri TPT menunjukkan trend penurunan. Penurunan yang cukup tajam terjadi
pada industri garmen. Pada tahun 200'"200/ utilisasi masih di atas 90!, namun
di tahun 200&, akti*itas industri garmen tinggal sekitar 0! dari total kapasitas
terpasang, di tahun 20%0 akti*itas industri garmen diperkirakan mengalami
perbaikan dengan utilisasi mencapai &!. #ementara dari sisi
penyerapan tenaga kerja, industri garmen menyerap tenaga kerja yang paling
banyak yang mencapai 8//.'% orang 138,&!2, diikuti oleh industri fabrics
menyerap 3/0.''% tenaga kerja 12',2!2, industri yarn menyerap 23&.&30
tenaga kerja 1%',%!2 dan industri fiber menyerap 30.788 (2,2%).
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia, diolah,20%%2
,ambar x.x Ting%at Utili!a!i -ndu!tri TPT di -nd)ne!ia /?0
Industri spinning di Indonesia mengandalkan 3 bahan baku utama yakni
kapas, serat
polyesther dan serat rayon. 4rah pengembangan spinning difokuskan pada
benang berbasis katun dan polyesther. $ebutuhan kapas ini masih sepenuhnya
diimpor terutama dari 4merika #erikat dan 4ustralia. +ari sisi harga, kapas 4frika
memang lebih murah dibandingkan dari dua
pemasok tersebut, tetapi kualitasnya jauh lebih rendah terutama dari sisi
kebersihan.
Industri spinning Indonesia sangat tergantung pada kapas kualitas tinggi
karena memang mengandalkan benang kualitas tinggi untuk bersaing dengan
produk 3hina. #ementara itu harga polyesther paling murah dibandingkan rayon
dan katun. -amun biaya produksi benang polyesther lebih mahal %"20!
dibandingkan benang katun. #elain itu harga polyesther juga sangat rentan
terhadap harga minyak bumi yang merupakan bahan baku dasar polyesther.
.argin yang dinikmati industri benang katun sekitar /!, namun risiko di industri
benang katun lebih tinggi karena kontinuitas bahan baku tidak seperti
polyesther. Bahan baku rayon serta kapas untuk katun masih harus diimpor.
#erat rayon merupakan bahan baku spinning yang berbasis wood pulp.
.engikuti tingginya harga wood pulp di pasar dunia, harga serat rayon domestik
juga ikut melejit. ,ntuk benang berbasis rayon pasokan bahan baku terkendala
oleh praktek oligopoli dua pemasok rayon di Indonesia yakni #outh Pasi0c dan
Indo Barat 5ayon yang mana pasokan ke perusahaan domestik sangat terbatas.
#ebagian besar produksi bahan baku rayon dipasarkan di pasar ekspor karena
ekspor lebih menguntungkan. #ementara untuk mendatangkan rayon dari luar
negeri lebih mahal lagi.
+i pasar dalam negeri, industri garmen dapat dikategorikan menjadi tiga
bagian. Pertama, industri garmen dengan pangsa pasar ekspor yang dikuasai
pengusaha menengah besar. $edua, industri garmen dengan pangsa pasar
dalam negeri yang dikuasai pengusaha kecil
menengah. +an ketiga, industri garmen lain"lain seperti karpet, gordin dan
kebutuhan rumah tangga lainnya.
Tingginya kebutuhan bahan baku serat domestik yang disertai dengan
terbatasnya jumlah pelaku industri serat menjadikan industri tekstil hulu
Indonesia sangat tergantung pada pasokan bahan baku serat impor. $ontribusi
pasokan impor serat di Indonesia mencapai 99! dari kebutuhan. Bahkan untuk
serat kapas &&! masih harus diimpor. ,ntuk produk benang, Indonesia mampu
memasok sebagian besar kebutuhan benang domestik dimana /'! kebutuhan
dipasok dari produsen benang domestik. Bahkan 83! dari produksi benang
berhasil diekspor dan menjadi kekuatan industri TPT domestik. Produksi kain
sebagian besar digunakan untuk keperluan industri garmen domestik. Pasokan
bahan baku kain sebagian besar masih dipasok dari industri kain domestik,
namun peranan kain impor sudah mencapai 3&! dan statistik impor mencatat
bah(a impor kain dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan paling tinggi.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia2
,ambar '. Stru%tur Pa!ar -ndu!tri Te%!til Na!i)nal
+ari sisi segmentasi pasar, sebagian besar hasil produksi garmen diekspor. Pasar
ekspor memberikan kontribusi sebesar /0! terhadap total pendapatan industri
garmen domestik. ,ntuk memenuhi konsumsi domestik, Indonesia
mengandalkan 3%! pasokan garmen dari impor.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia2
,ambar (. Stru%tur Pa!ar -ndu!tri ,armen Na!i)nal
'.#. Anali!i! Permintaan dan Pena=aran -ndu!tri TPT di 2a=a Timur
+i 6a(a Timur terdapat lebih dari '00 ribu industri manufaktur dengan
berbagai produk. #ekitar 90 persen merupakan skala kecil. #edangkan 30 persen
merupakan industri menengah dan %0 persen sisanya adalah industri besar.
Industri manufaktur di 6atim tersebut masih didominasi oleh industri kecil.
Industri manufaktur di 6a(a Timur mengalami pertumbuhan yang cukup bagus.
$ontribusi industri manufaktur di 6a(a Timur terhadap Produk +omestik 5egional
Bruto 1P+5B2 sekitar 2/ persen 1BP# 6a(a Timur,20%%2.
#kala industri TPT di 6a(a Timur sebagian besar masih berskala kecil dan
menengah namun tersebar di berbagai (ilayah kabupaten dan kota di 6a(a
Timur. 6ika dilihat dari sisi subsektor, industri TPT di 6a(a Timur paling banyak
berada di sektor hilir yang bergerak pada sektor kon*eksi dan garmen.
Tabel (. 2umlah -ndu!tri Ke"il dan $enengah Se%t)r Hilir TPT 2a=a Timur
N
)
Kabuaten@K
)ta
2umlah
-ndu!tri
N
)
Kabuaten@K
)ta
2umlah
-ndu!t
ri
% Blitar %8 %& $ota .ojokerto 80
2 Dresik %3 20 #idoarjo 8
3 $ediri 9 2% 6ombang 8
8 .alang 38 22 .ojokerto %
Pamekasan 2 23 -ga(i 2
9 Probolinggo 23 28 Pacitan %
' #itubonodo % 2 .agetan 9
/ #umenep 9 29 Tuban 3
& Trenggalek ' 2' Pauruan &
%
0
$ota Blitar %0 2/
$ota
Probolinggo
%
%
%
$ota $ediri 2% 2& 6ember %0
%
2
$ota .adiun ' 30 $ota Batu &
%
3
$ota Pasuruan %2 3% Tulungagung 928
%
8
$ota #urabaya 33 32 #ampang 80
%

Banyu(angi ' 33 ;umajang %3


%
9
;amongan %& 38 Ponorogo 9
%
'
Bangkalan 2& 3 Bondo(oso %8
%
/
$ota .alang %%2 39 -ganjuk %8
#umber A +inas Perindustrian dan Perdagangan (ilayah 6a(a Timur, 20%2
#ementara itu, untuk industri yang bergerak di sektor antara paling
banyak berada di (ilayah ;amongan. Industri TPT pada sektor antara ini
bergerak di bidang pemintalan yang menghasilkan kain.
Tabel *. 2umlah -ndu!tri Ke"il dan $enengah Se%t)r Antara TPT 2a=a
Timur
N) Kabuaten@K)ta 2umlah -ndu!tri
% $ota $ediri %&
2 ;amongan 2
3 ;amongan 2/
8 .agetan %
#idoarjo 8
9 Tuban 3
' -ganjuk %
/ $ota .alang 2
#umber A +inas Perindustrian dan Perdagangan (ilayah 6a(a Timur, 20%2
Pada sektor hulu atau bahan baku, jumlah industri semakin sedikit.
Berdasarkan data dari +inas Perindustrian dan Perdagangan Pro*insi 6a(a Timur
jumlah industri TPT yang bergerak di sektor hulu hanya ada sekitar %8 industri
yang tersebar di $ota .alang dan #idoarjo. Industri ini menghasilkan benang.
#ementara itu, potensi 6a(a Timur di sektor hulu cukup besar terutama dalam
bentuk rami.
'.'. Peluang Pening%atan Pr)du%!i -ndu!tri TPT di 2a=a Timur
+engan memperhatikan kondisi permintaan dan pena(aran industri TPT
baik di Indonesia maupun 6a(a Timur, tampaknya prospek pengembangan TPT di
6a(a Timur dapat diarahkan pada dua lokus yaitu industri hulu yang bertumpu
pengembangan industri pendukung seperti industri serat buatan dan industri hilir
pada sektor ,.$.. <asil riset lembaga rami dunia memperkirakan kebutuhan
serat rami dunia mencapai 800.000F00.000 ton?tahun pada dekade %&/F2000,
tetapi pasokannya saat itu hanya %20F%0 ribu ton. $arena itu, masih terbuka
peluang pasar dunia sekitar 30.000 ton?tahun. Tercatat negara produsen utama
rami dunia adalah 3ina, Brasilia, dan Gilipina. #edangkan Indonesia dengan
produksi serat rami %% ton 1tahun 2000F20032 atau 0,00%! dari total konsumsi
serat nasional, belum termasuk sebagai negara yang diperhitungkan sebagai
produsen rami dunia. +alam industri hulu, 6a(a Timur memiliki potensi yang
cukup besar untuk pengembangan rami terutama di (ilayah .alang dan
@onosobo.
#edangkan dalam industri hilir, 6a(a Timur dengan konsep koperasi yang
semakin maju tampaknya mampu mendorong industri ,.$. terutama pada
usaha kon*eksi pakaian jadi. @ilayah 6a(a Timur masih menjadi prioritas
pengembangan industri hilir TPT karena dukungan infrastruktur, ketersediaan
energi, serta ketersediaan tenaga kerja terampil. Penyebaran industri hilir TPT ini
memiliki potensi yang sangat besar karena tenaga terampil dan kesediaan
infrastruktur tersebar hampir di seluruh (ilayah 6a(a Timur.
BAB (
PR.SPEK PELUAN, -N>ESTAS- -NDUSTR- TPT D- 2A<A
T-$UR
(.1. Kebutuhan Bia+a -n1e!ta!i
(.#. B@: Rati)
(.'. Brea% E1ent P)int /BEP0
(.(. Pa+ba"% Peri)d
(.*. Net Pre!ent >alue /NP>0
(.5. -nternal Rate )f Return /-RR0
(.8. Anali!i! Sen!i1ita!
Stru%tur Bia+a -ndu!tri TPT Berda!ar%an Sub7Se%t)r
#truktur biaya di 30ensiti* TPT didominasi oleh biaya bahan baku.
;ebih dari 0! struktur biaya di 30ensit pembuatan serat 1fber making2,
pemintalan 1spinning2, tenun 1weaving2 dan garmen disumbangkan oleh
biaya bahan baku. Industri hulu TPT seperti fber making, spinning dan
weaving lebih 30ensiti*e terhadap perubahan harga 30ensit karenaa
kontribusi biaya 30ensit di 30ensit ini cukup tinggi. #edangkan 30ensiti*
garmen lebih 30ensiti*e terhadap upah karena biaya tenaga kerja
mencapai 2',%! dari total biaya produksi.
1#umberA 4sosiasi Pertekstilan Indonesia2
,ambar *. Stru%tur Bia+a -ndu!tri TPT Berda!ar%an Se%t)r

Anda mungkin juga menyukai