Anda di halaman 1dari 72

Nomor 141 • November 2018

i
ii Nomor 141 • November 2018
Salam Redaksi
B
erita putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak uji materiil aturan ambang batas pencalonan presiden (presidential
threshold) dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) yang diajukan oleh para
aktivis demokrasi seperti Muhammad Busyro Muqoddas, Hadar Nafis Gumay, dan Bambang Widjojanto menjadi sorotan
utama tim redaksi. Berita ini pun menjadi “Laporan Utama” Majalah Konstitusi Edisi November 2018.
Berlakunya Pasal 222 UU Pemilu dipersoalkan para Pemohon. Terutama dalil mengenai ambang batas pencalonan
presiden pada dasarnya adalah “syarat” calon presiden. Sedangkan ketentuan yang didelegasikan oleh UUD 1945
adalah “tata cara” pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden. Pemohon menyebut ambang batas 25%
berdasarkan Pasal 222 UU Pemilu nyata-nyata menambahkan pembatasan baru, tak ada dalam ketentuan
Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 yaitu berdasarkan hasil suara dan kursi “Pemilu anggota DPR sebelumnya”.
Juga ada berita dari luar ruang sidang yakni kegiatan Bimbingan Teknis Program Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal MK bekerja sama dengan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sekjen MK M. Guntur Hamzah menegaskan
penolakan gratifikasi bukan hanya jargon dan bukan sekadar pidato, tapi juga
harus diimplementasikan di lapangan. Menurut Guntur, kalau berbicara secara
norma, gratifikasi adalah segala pemberian yang bisa saja berupa suap
atau pun bukan suap. Tapi yang masuk kategori bukan suap pun juga
harus diperhatikan dan berhati-hati.
Itulah dua berita penting dalam Majalah Konstitusi kali
ini. Selain itu, seperti biasa kami tetap menyajikan
beragam berita dan informasi dari rubrik-rubrik
tetap dan khas. Baik berita sidang maupun
nonsidang. Misalnya ada berita wawancara
dengan Ketua Bawaslu, Abhan dalam rubrik
“Bincang-Bincang” maupun berita-berita
menarik lainnya.
Akhir kata, kami mengucapkan
selamat membaca!

Nomor 141 • November 2018


Dewan Pengarah: Anwar Usman • Aswanto • Arief Hidayat • Enny Nurbaningsih • Wahiduddin Adams •
• I Dewa Gede Palguna • Suhartoyo • Manahan MP Sitompul • Saldi Isra Penanggung Jawab: M. Guntur Hamzah Pemimpin Redaksi: Rubiyo
Wakil Pemimpin Redaksi: Fajar Laksono Suroso Redaktur Pelaksana: Yossy Adriva Sekretaris Redaksi: Tiara Agustina Redaktur: Nur Rosihin Ana
• Nano Tresna Arfana • Lulu Anjarsari P • Reporter: Ilham Wiryadi • Sri Pujianti • Dedy Rahmadi • Yuniar Widiastuti
• Arif Satriantoro • Panji Erawan • Utami Argawati • Bayu Wicaksono Kontributor: Pan Mohamad Faiz • Luthfi Widagdo Eddyono
• Miftakhul Huda • Bisariyadi • Abdul Ghoffar • M Lutfi Chakim • Dodi Haryadi • Antoni Putra
Fotografer: Gani • Ifa Dwi Septian Desain Visual: • Rudi • Nur Budiman • Teguh
Desain Sampul: Herman To Distribusi: Utami Argawati
Alamat Redaksi: Gedung Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia • Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 • Jakarta Pusat
Telp. (021) 2352 9000 • Fax. 3520 177 • Email: bmkmkri@mahkamahkonstitusi.go.id • Website: www.mahkamahkonstitusi.go.id

@Humas_MKRI Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi RI mahkamahkonstitusi

Nomor 141 • November 2018


1
DA F TA R ISI

10 LAPORAN UTAMA 1 SALAM REDAKSI


3 EDITORIAL
5 KONSTITUSI MAYA
6 JEJAK MAHKAMAH
KONSTITUSIONALITAS 8 OPINI
10 LAPORAN UTAMA
AMBANG BATAS CAPRES 18 RUANG SIDANG
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Serentak Tahun 2019 mendatang memberikan
22 KILAS PERKARA
pekerjaan rumah yang berkelanjutan mengenai polemik jumlah ambang batas 26 BINCANG-BINCANG
pencalonan presiden dan wakil presiden (presidential threshold). Kebijakan hukum 28 CATATAN PERKARA
terbuka pembuat undang-undang yang mematok ambang batas paling sedikit 30 IKHTISAR PUTUSAN
20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah secara nasional 34 RAGAM TOKOH
pada Pemilu anggota DPR sebelumnya, dipersoalkan oleh sejumlah aktivis pro- 37 TAHUKAN ANDA
demokrasi dan sejumlah warga negara perseorangan. Terhadap persoalan ini, MK 38 AKSI
tetap memegang teguh 13 putusan serupa sebelumnya, yang menegaskan bahwa
presidential threshold merupakan kebijakan hukum terbuka pembuat undang-undang
54 KILAS AKSI
(open legal policy). Hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan UUD 1945. 64 KAMUS HUKUM
66 RUANG KONSTITUSI

62 RESENSI

18 RUANG SIDANG 38 AKSI

2 Nomor 141 • November 2018


SERANGAN BALIK TERHADAP MK E D I TO R I A L

T
erjadi, putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh Mahkamah Konstitusi
resistensi. Kali ini, putusan peradilan lain memunggungi tak dibekali kewenangan
putusan Mahkamah Konstitusi. Beda putusan itu untuk berbuat apapun,
kemudian memusingkan pihak tertentu: putusan kecuali menyaksikannya
mana yang diikut? Ada beragam analisis. Termasuk dengan getir.
juga, yang mengaitkannya dengan kepentingan politik tertentu. Problem itu
Ini yang menarik. Wanti-wanti Hans Kelsen (1961) bahwa diteguhkan tiga doktrin.
kehadiran  Mahkamah Konstitusi  umumnya  tidak dikehendaki Pertama, tahapan
secara politik, menjumpai kenyataan. Mengapa tak dikehendaki? pelaksanaan putusan
Karena, Mahkamah Konstitusi punya otoritas mengevaluasi UU. Mahkamah Konstitusi
Bahkan, MK memiliki “kekuatan” untuk menyatakan UU kehilangan bukanlah bagian tugas
kekuatan mengikatnya (Alec Stone:2002). MK menguji undang- Mahkamah Konstitusi.
undang bukan hanya merupakan kewenangan paling menarik, Adressat putusan
tetapi juga paling kontroversial (Wocjiech Sadurski, 2012). Mahkamah Konstitusi
Karena tak dikehendaki secara politik, maka ada lebih banyak merupakan
kecenderungan  putusan Mahkamah Konstitusi  mengalami organ-organ sejajar
resistensi saat hendak diimplementasikan. Hambatan di luar hirarki yang
muncul, terutama tatkala putusan merugikan kepentingan Mahkamah Konstitusi tak menjangkau. Kedua, ketiadaan
p o l i t i k   p i h a k t e r t e n t u . K a re n a i t u , b e n a r b a h w a instrumen yang dimiliki  Mahkamah Konstitusi  untuk
pelaksanaan  putusan  Mahkamah Konstitusi  pada dasarnya memaksakan putusan. Ketiga, pelaksanaan putusan Mahkamah
merupakan suatu proses politik (Ralf Ragowski & Thomas Konstitusi menyandarkan semata pada respect dan kesadaran
Gawron, 2000). Artinya, putusan Mahkamah Konstitusi, meskipun institusi lain. Ketiga doktrin itu benar adanya dan agak sulit keluar
bersifat final, akan tetapi masih harus berhadapan, bahkan daripadanya. Yang paling mungkin, ya kembali lagi, mengetuk
berkonfrontasi dengan kekuatan politik yang berseberangan. kesadaran masing-masing kita dalam bernegara, keberanian
Dalam konfrontasi semacam itulah, pelemahan bisa terjadi. melakukan hal luhur demi kebaikan bangsa, serta pengabdian
Apakah itu dengan menolak putusan atau berupaya mengurangi dan niat baik untuk menegakkan negara konstitusional. Itu yang
wewenang atau melemahkan kekuatan efektif Mahkamah dulu dilakukan founding fathers. Malu dan berdosa kita pada
Konstitusi (Tom Ginsburg, 2002).  pada founding fathers jika hari ini komitmen kebangsaan kita
Serangan balik beresensi pelemahan itu misalnya, pernah merapuh, bertekuk pada pamrih kepentingan politik, apalagi
menimpa MK Ukraina. Disebabkan suatu putusan, Parlemen yang merusak tatanan hukum dan demokrasi.
Ukraina menggunakan alasan politik tertentu, dalam hal ini menolak Mari kembali ke hakikat fitrah Mahkamah Konstitusi
memilih hakim konstitusi yang menjadi porsinya. Bahkan kemudian, sebagai judicial control  agar undang-undang tidak menyimpangi
Parlemen segera mengesahkan UU yang membatasi kewenangan konstitusi. Lebih lanjut, Mahkamah Konstitusi ada untuk
MK untuk merevisi amendemen Konstitusi Ukraina. Di Italia, melalui mendorong penyelenggara kekuasaan negara atau politik tidak
putusannya, MK pernah mengubah kebijakan Parlemen dalam bertindak hanya berdasarkan kesepakatan suara mayoritas,
suatu UU. Karena dipandang tak sejalan dengan kehendak politik, melainkan harus dalam batas-batas koridor Konstitusi. Di
Parlemen berupaya membatasi otonomi MK. Di Rumania, pernah negara-negara demokratis, dimana kepercayaan antar otoritas
MK menguji ketentuan UU yang hasilnya juga tak disukai Parlemen. terbangun baik, putusan  Mahkamah Konstitusi dihormati,
Putusan itu menggerakkan Parlemen melakukan pressure pada bukan hanya soal penafsirannya, melainkan juga bagaimana
MK melalui pers. Di Spanyol dan Portugal, MK dipaksa responsif melaksanakan putusan tanpa ditunda-tunda. Pelaksanaan
terhadap kebijakan mayoritas Parlemen, seiring adanya anasir putusan Mahkamah Konstitusi tidak hanya menjamin dan
ancaman pembalasan. meningkatkan perlindungan hak asasi manusia, melainkan
Melemahkan Mahkamah Konstitusi itu bukan hal sulit. Ini juga menjadi fundamen terbangunnya tata negara yang baik,
seperti yang dikatakan Alexander Hamilton (1961). Sekalipun dalam hal ini menjunjung rasa hormat terhadap aturan hukum,
punya otoritas jelas dan kuat, Mahkamah Konstitusi dipandang utamanya konstitusi sebagai hukum dasar tertinggi negara.
Hamilton sebagai cabang kekuasaan negara yang paling lemah Jadi, manakala dijumpai satu atau lebih entitas bangsa
(the least dangerous power, with no purse nor sword). Dari pendapat menolak taat pada putusan Mahkamah Konstitusi, kita tak
itu, sebenarnya pelemahan terhadap Mahkamah Konstitusi habis pikir, kecewa, dan marah. Sebab, selain bentuk pelemahan
tak perlu sampai pada niat mereduksi kewenangan atau terhadap Mahkamah Konstitusi, mereka mementaskan
membubarkan Mahkamah Konstitusi. Tidak taat pada putusan, sandiwara yang mengolok-olok konstitusi, melecehkan
itu sudah merupakan tindakan nyata pelemahan. Argumennya, konstitusionalisme, dan mematahkan keseriusan sebuah bangsa
hasil dari proses mengadili  perkara konstitusi akan dicapai untuk menata hukumnya demi kebajikan bersama seluruh
bukan ketika suatu perkara konstitusi diputus, melainkan ketika warga. Mudah-mudahan mereka tak benar-benar kita jumpai.
putusan atas perkara itu dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kalaupun benar mereka ada, mohon kepada Tuhan, semoga
Ketika ada suatu putusan tak ditaati dan dilaksanakan, nyatanya kaum itu lekas disadarkan. Salam Konstitusi!

Nomor 141 • November 2018


3
VOXPOP

MK PENJAGA KEMURNIAN KONSTITUSI


Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara penjaga kemurnian konstitusi dengan kewenangannya untuk
menguji konstitusionalitas suatu undang-undang terhadap undang-undang dasar serta kewenangan lainnya yang
terkait dengan fungsinya sebagai  the guardian of the constitution, memutus sengketa pemilu, hingga pemberhentian
presiden.   Posisi mahkamah konstitusi nampak lebih tinggi dibanding lembaga negara lainnya ketika memutus
konstitusionalitas dari suatu ketentuan undang-undang. Selain itu, dalam putusan MK juga menjadi instrumen untuk
membuktikan bahwa negara tidak boleh membiarkan masyarakat yang terlanggar hak konstitusionalnya. Putusan
tersebut dimaksudkan untuk memulihkan kembali hak konstitusional masyarakat. Tidak boleh dibiarkan ada norma
dalam undang-undang yang berlaku tetapi mencederai hak konstitusional masyarakat. Sebab, mencederai hak
konstitusional masyarakat akan berarti pula menjadi tindakan yang melanggar konstitusi. Harapannya, MK harus
terus memberikan dan menjaga keadilan yang benar-benar seadil-adilnya bagi masyarakat.

Edwan Nurvickta
Jakarta

PERAN MK MENSINERGIKAN ATURAN KONSTITUSI


Masyarakat termasuk saya secara pribadi menganggap selama ini putusan MK sebagai angin segar bagi masyarakat
dan menjadi kewajiban negara untuk menindaklanjuti putusan MK dengan merevisi sejumlah undang-undang
lantaran putusan MK bersifat final dan mengikat. Putusan MK ini membantu menegakkan martabat masyarakat dan
menempatkannya sama di hadapan hukum. Tugas MK ini sangat mulia yaitu menangani perkara ketatanegaraan
atau perkara konstitusional tertentu dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara tanggung jawab
sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi. Selain itu, keberadaan MK juga dimaksudkan sebagai
koreksi terhadap pengalaman ketatanegaraan. Oleh karena itu, Mahkamah Konstitusi memiliki peran penting dalam
mensinergikan aturan konstitusi dengan tuntutan publik agar mampu memenulii rasa keadilan di masyarakat.

Siti Aisyah Ayya Az Zahir


Bandung

MK MEMEGANG AMANAH DEMI KEPENTINGAN BANGSA


Sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, fungsi konstitusionalitas yang dimiliki oleh mahkamah konstitusi adalah
fungsi peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. MK sebagai lembaga tinggi yang memegang kekuatan
hukum yang berkaitan dengan keputusan politik di negeri ini diharapkan bisa memegang amanah untuk
kepentingan bangsa. Lembaran kelam dahulu bisa digantikan dengan pembuktian berbagai kinerja yang lebih
baik lagi. Masyarakat dapat menilai langsung dengan MK yang nantinya semakin baik. Keterbukaan MK terhadap
informasi yang dimiliki agar masyarakat mudah mengetahui apapun tentang MK. MK juga bisa meng-upgrade diri
dengan kemajuan teknologi dan kemasan yang lebih menarik diikuti.

Reza Anindita Ramadhan


Jakarta

MK HARUS MEMILIKI INTEGRITAS


Membicarakan Mahkamah Konstitusi di Indonesia berarti tidak dapat lepas jelajah historis dari konsep dan fakta
mengenai judicial review, yang sejatinya merupakan kewenangan paling utama lembaga ini. Sebagai lembaga
pengawal konstitusi yang berada di garis tepi menjaga kualitas produk Undang-Undang dan mengadili sengketa
antar lembaga negara, MK seharusnya memiliki integritas, rasa keadilan dan kepribadian yang tidak tercela. Pasca-
reformasi, masyarakat sipil berharap MK menjadi sebuah lembaga yang bisa diandalkan dalam hal penegakan
hukum.  Selain itu MK juga harus dapat menjaga undang-undang sesuai dengan konstitusi dan para hakim MK bisa
menjaga independensi dengan baik.

Budi Rahardjo
Depok Jawa Barat

4 Nomor 140 • Oktober 2018


KONSTITUSI MAYA
PARTAI DAERAH ACEH (PD ACEH) Daerah Aceh merupakan kelanjutan perjuangan politik
Partai Damai Aceh (PDA) secara ideologi dan sejarah. Hal
https://www.pdaceh.id ini karena PD Aceh menginginkan para ulama tidak berada di
luar pengambil kebijakan, sehingga dapat ikut ambil bagian

P
memperbaiki Aceh. Meskipun demikian, administrasi kedua
artai peserta
partai tersebut tidak berhubungan. Para pimpinan PDA se-
Pemilu 2019
Aceh telah sepakat bahwa kader PDA yang ingin berpolitik
dengan nomor
dapat berpindah ke PD Aceh.
urut 17 adalah Partai
Ketua Umum PD Aceh untuk periode 2018–2023
Daerah Aceh, satu
adalah Muhibbussabri A. Wahab, yang dilantik Maret 2018
dari tiga partai politik
menggantikan Jamaluddin Thaib. Teungku Razuan menjabat
lokal di Provinsi Aceh
sebagai Sekretaris Jendral. Partai ini berpusat di Banda
yang lolos dalam
Aceh. Visi dan misi PDA adalah mewujudkan kehidupan
seleksi Pileg 2019.
rakyat Nanggroe Aceh Darussalam yang demokratis,
Partai ini berdiri pada
berkeadilan, dan bermartabat, tenang beribadah, sejahtera
2008 sebagai Partai Daulat Aceh. Partai Daulat Aceh ini
dalam kehidupan, dan aman dari ketakutan, dengan karakter
bermula dari sebuah forum kajian, Forum Daulat Aceh,
kepemimpinan yang amanah (terpercaya), istiqamah (teguh
yang beranggotakan para santri, politisi lokal, dan para
pendirian), ‘iffah (bersih), musyarakah (kebersamaan) dan
ulama. Mereka mendaftarkan diri menjadi parpol lokal
syaja’ah (berani).
demi menyalurkan aspirasi. Partai ini telah mengikuti
Partai Daerah Aceh memiliki lambang berwarna putih
dua pemilu legislatif, yaitu pada 2009 dan 2014. Karena
di tengah dan biru muda di bagian atas dan bawah. Pada
gagal mencapai perolehan batas suara minimal (electoral
tengah lambang yang berwarna putih, terdapat simbol
threshold) untuk mengikuti pemilu 2014, Partai Daulat Aceh
pedang dan di atasnya tulisan PD Aceh dalam warna merah.
berganti nama menjadi Partai Damai Aceh (PDA). Pada Pileg
Pemilu 2019 menjadi pemilihan umum legislatif ketiga
2014, Partai Damai Aceh tidak memperoleh jumlah suara
yang diikuti PD Aceh. Sebelumnya, partai ini mengikuti Pileg
yang dipersyaratkan aturan ambang batas Pemilu 2019,
2009 sebagai Partai Daulat Aceh dan Pileg 2014 sebagai
sehingga pada Januari 2016 partai ini mengubah nama
Partai Damai Aceh. Pada kedua pemilu tersebut, partai
menjadi Partai Daerah Aceh (PD Aceh).
ini tidak berhasil memenuhi ambang batas suara minimal
Sebagai Partai Daerah Aceh, partai ini pun mendaftar
(electoral threshold). Apakah kali ini PD Aceh akan mendapat
kembali ke Kementerian Hukum dan HAM pada 31 Oktober
kursi parlemen dan mewujudkan mimpi memajukan Aceh?
2017. Pengesahannya sebagai partai politik tertuang dalam
Mari kita tunggu sepak terjangnya tahun depan.
SK Kemenkumham W.1-864.AH.11.01 Tahun 2016. Partai YUNIAR WIDIASTUTI

PARTAI NANGGROE ACEH (PNA)


http://www.pna.or.id/

P
artai bernomor berwibawa, dan bermartabat di Aceh dengan memajukan
urut 18 dalam demokrasi dan HAM; kesetaraan ekonomi Aceh dengan
Pemilu 2019 menjaga keseimbangan alam; SDM Aceh yang berkualitas;
adalah partai politik serta keadilan dan kesejahteraan sosial bagi rakyat Aceh.
lokal Aceh, Partai Ketua Umum Partai Nanggroe Aceh saat ini adalah Gubernur
Nanggroe Aceh. Aceh Periode 2007–2012 dan 2017–2018, Irwandi Yusuf.
Partai ini didirikan Miswar Fuady menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.
sebagai Partai
Partai Nanggroe Aceh berlambang bintang
Nasional Aceh
putih bersegilima, yang berarti cita-cita tinggi,
pada 24 April 2012
yang dilingkari oleh dua untai padi di sisi kiri dan kanan.
oleh Irwandi Yusuf,
Padi melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Di
gubernur Aceh kala itu. Pada 2 Mei 2017, PNA mengubah
bagian atas terdapat lima buah bintang kecil, sebagai simbol
namanya menjadi Partai Nanggroe Aceh karena pada
lima rukun Islam. Masing-masing untaian padi terdiri atas
Pileg 2014 tidak berhasil memperoleh suara minimal
17 bulir , melambangkan sejarah perjuangan Aceh, dengan
yang dipersyaratkan oleh aturan ambang batas Pileg
warna dasar oranye yang berarti kejayaan, keagungan,
2019 (electoral threshold).  Partai Nanggroe Aceh kemudian
kebersamaan, dan kekuatan.
didaftarkan lagi ke Kementerian Hukum dan HAM pada Juni
2017 dan disahkan dalam dokumen SK Kemenkunham W1- PNA memiliki tiga sayap, yaitu Satgas TNA (Tameng
306.AH.11.01 Tahun 2017. Nasional Aceh), Ganas Aceh (Gerakan Muda Nasional Aceh),
PNA memiliki asas demokrasi dan HAM dan dan IPENA (Ikatan Perempuan Nasional Aceh).
diharapkan menjadi sarana pendidikan politik bagi anggota PNA mengikuti Pileg 2014 sebagai Partai Nasional
dan rakyat, pemersatu rakyat, penyerap dan perjuangan Aceh namun tidak dapat menembus electoral threshold.
aspirasi politik rakyat, dan partisipasi politik rakyat. Tujuan Sebagai Partai Nanggroe Aceh, apakah partai ini akhirnya
pendirian PNA adalah terwujudnya perdamaian yang akan dapat menduduki kursi legislatif? Mari kita lihat
berkelanjutan di Aceh; pemerintahan yang baik, bersih, hasilnya pada Pemilu 2019.
YUNIAR WIDIASTUTI

Nomor 141 • November 2018


5
JEJAK MAHKAMAH

Memaknai Independensi KPK


“Bahwa salah satu tuntutan reformasi 1998 adalah pemberantasan kolusi, korupsi dan nepotisme
dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan, dan aspirasi rakyat dimaksud
kemudian direspon oleh semua penyelenggara negara, bahkan dituangkan dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor XI/MPR/1998.”
Putusan MK Nomor 133/PUU-VII/2009

P
ada 25 November 2009, hal demikian dapat menimbulkan pada dua prinsip keadilan, agar tidak
Mahkamah Konstitusi kekosongan hukum. Oleh karena itu, mencederai rasa keadilan masyarakat,
memutuskan perkara menurut Mahkamah Pasal 32 ayat (1) yakni prinsip daya laku hukum dan
yang penting. Perkara huruf c UU 30/2002 yang berbunyi, prinsip kesamaan di hadapan hukum;
tersebut dimohonkan “Pimpinan Komisi Pemberantasan Bahwa dalam prinsip daya laku hukum
Korupsi berhenti atau diberhentikan mensyaratkan bahwa suatu kaidah
oleh Bibit S. Rianto dan Chandra
karena: … c. menjadi terdakwa karena hukum yang diberlakukan harus mampu
M. Hamzah. Keduanya menjabat
melakukan tindak pidana kejahatan;” menjangkau setiap dan semua orang
Pimpinan KPK Periode 2007-2011
harus dinyatakan inkonstitusional kecuali tanpa kecuali, sedangkan kesamaan di
yang diberhentikan sementara dimaknai “pimpinan KPK berhenti atau hadapan hukum adalah mensyaratkan
berdasarkan Keppres Nomor 74/P diberhentikan secara tetap setelah bahwa semua dan setiap orang
Tahun 2009 tertanggal 21 September dijatuhi pidana berdasarkan putusan berkedudukan sama di hadapan hakim
2009 karena telah dinyatakan sebagai pengadilan yang telah memperoleh sebagai yang menerapkan hukum dan
tersangka oleh penyidik Kepolisian kekuatan hukum tetap”. memperoleh kesamaan kesempatan
Republik Indonesia. Dalam pertimbangannya, dalam lapangan pemerintahan. Prinsip
Sebelumnya, Mahkamah telah Mahkamah Konstitusi menjelaskan bahwa kesamaan di hadapan hukum dan
mengeluarkan Putusan Sela Nomor relevansi pembentukan KPK di dalam pemerintahan merupakan prinsip yang
133/PUU-VII/2009 pada tanggal 29 tatanan kekuasaan kehakiman yang konstitutif bagi terciptanya keadilan
Oktober 2009 yang amarnya menyatakan berlandaskan UUD 1945 haruslah dilihat dalam semua sistem hukum,“ urai
“menunda pelaksanaan berlakunya Pasal dari dua pendekatan, yaitu pendekatan Mahkamah.
32 ayat (1) huruf c dan Pasal 32 ayat (3) kesejahteraan dan pendekatan legalistik. Lebih lanjut Mahkamah Konstitusi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Pendekatan kesejahteraan tidak memberi menjelaskan bahwa oleh karena asas
tentang Komisi Pemberantasan Tindak toleransi terhadap segala bentuk tindakan praduga tidak bersalah tidak terkandung
Pidana Korupsi, yakni pemberhentian represif dan karakter masyarakat dalam Pasal 32 ayat (1) huruf c maka
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi paternalistik. Pendekatan kesejahteraan secara expressis verbis pasal a quo
yang menjadi terdakwa karena melakukan ini berkembang dalam tradisi hukum melanggar norma UUD 1945, bahkan
tindak pidana kejahatan sampai ada pidana. Pendekatan ini juga bertujuan Pasal 32 ayat (1) huruf c juga telah
putusan Mahkamah terhadap pokok menciptakan penyelesaian konflik atas menegasikan prinsip due process of law
permohonan a quo.” suatu masalah dalam masyarakat yang menghendaki proses peradilan yang
Mahkamah Konstitusi dalam bahkan lebih jauh hendak menghapuskan jujur, adil dan tidak memihak.
Putusan 133/PUU-VII/2009 menyatakan pidana. Sedangkan pendekatan legalistik Mahkamah Konstitusi juga
bahwa meskipun dalil-dalil para Pemohon menitikberatkan pada kekuatan hukum menyatakan tidak sependapat dengan
beralasan hukum namun keberadaan untuk melindungi mereka yang lemah Pemerintah yang menyatakan karena
Pasal a quo tidak dapat secara serta- dari kekuasaan negara, oleh karenanya kejahatan tindak pidana korupsi bersifat
merta dinyatakan bertentangan dengan pendekatan ini lebih individualistik. extra ordinary crimes, maka lembaga yang
UUD 1945 dan tidak mempunyai “Penerapan prinsip-prinsip hukum melakukan pemberantasan terhadap
kekuatan hukum mengikat karena yang berlaku umum harus dilaksanakan kejahatan tindak pidana korupsi diberikan

6 Nomor 141 • November 2018


kewenangan yang luar biasa sebagai
superbody dan adalah wajar jika terhadap
Pimpinan KPK juga diberlakukan/
diterapkan model punishment yang
bersifat luar biasa pula. Menurut
Mahkamah Konstitusi, pemberlakuan
punishment yang bersifat luar biasa
kepada Pimpinan KPK akan sangat
tepat jika tindak pidana kejahatan yang
dilakukan adalah tindak pidana korupsi
karena sesuai dengan kewenangannya
memberantas tindak pidana korupsi yang
harus menjadi suri tauladan.
Menurut Mahkamah, hal ini telah

KPK.GO.ID
secara khusus diatur dalam Pasal 67
UU 30/2002 yang berbunyi, “Setiap
Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi karena diserahkan sendiri dalam keadaan Setelah mendengar rekaman hasil
yang melakukan tindak pidana korupsi, tersegel dan dinyatakan demikian oleh penyadapan dalam persidangan a quo,
pidananya diperberat dengan menambah Pihak Terkait. Selain itu, dalam penilaian Mahkamah berpendapat bahwa terdapat
1/3 (satu per tiga) dari ancaman pidana Mahkamah semua rekaman yang secara fakta petunjuk terjadinya rekayasa
pokok,” sehingga penjatuhan pidana yang resmi diajukan ke persidangan oleh atau sekurang-kurangnya pembicaraan
bersifat khusus ini telah cukup berimbang KPK selama ini seperti yang dihadirkan antara oknum penyidik atau oknum
dan mencerminkan sifat kekhususan UU di dalam pengadilan-pengadilan aparat penegak hukum dengan Anggodo
30/2002. tindak pidana korupsi, selalu diterima Widjojo, menurut Mahkamah berpotensi
Terhadap dalil para Pemohon yang sebagai bukti data yang benar karena sebagai rekayasa agar para Pemohon
menyatakan ketentuan pemberhentian penyadapannya telah dilakukan secara dijadikan tersangka dan terdakwa
secara tetap tanpa putusan pengadilan resmi dan dapat dipertanggungjawabkan dalam kasus tertentu. Oleh sebab
y a n g b e r ke k u a t a n h u k u m t e t a p menurut hukum. itu, menurut Mahkamah, Pasal 32
melanggar prinsip independensi KPK Menurut Mahkamah Konstitusi, ayat (1) huruf c UU 30/2002 memang
dan membuka peluang campur tangan Putusan Mahkamah Nomor 006/ berpotensi menimbulkan pelanggaran
kekuasaan eksekutif atas KPK. Menurut PUU-III/2005 bertanggal 31 Mei 2005 hak konstitusional, bukan hanya bagi
Mahkamah Konstitusi, independensi dan Putusan Mahkamah Nomor 11/ para Pemohon tetapi juga bagi siapa pun
Komisi Pemberantasan Korupsi PUU-V/2007 bertanggal 20 September yang sedang atau menjadi pimpinan KPK.
adalah sebatas dalam ruang lingkup 2007 menyatakan bahwa kerugian Seumpama pun pengadilan memutuskan
tugas dan wewenangnya, sedangkan konstitusional yang dapat diajukan yang bersangkutan bersalah, maka
menyangkut mekanisme pengangkatan sebagai alasan untuk mengajukan terlepas dari putusan pengadilan
dan pemberhentian Pimpinan Komisi pengujian undang-undang terhadap tersebut, menurut Mahkamah Pasal 32
Pemberantasan Korupsi menyangkut UUD 1945 ke Mahkamah Konstitusi ayat (1) huruf c UU 30/2002 berpotensi
hukum administrasi yang dalam hal ini adalah termasuk potensi pelanggaran melanggar hak-hak konstitusional warga
tidak dapat lepas dari pengaruh lembaga hak konstitusional yang dapat timbul negara yang menjadi pimpinan KPK.
lain in casu Pemerintah. dari suatu undang-undang atau sebagian Dengan demikian, dalil para Pemohon
isinya sehingga dengan mendengarkan bahwa Pasal a quo dapat dijadikan alat
Pemutaran Cakram Padat dan menilai isi rekaman tersebut rekayasa beralasan menurut hukum.
Terhadap cakram padat (compact Mahkamah dapat menilai apakah Terkait dengan Putusan Sela Nomor
disc) yang diajukan sebagai bukti benar Pasal 32 ayat (1) huruf c yang 133/PUU-VII/2009 pada tanggal 29
oleh Pemohon dan Pihak Terkait, dan dipersoalkan itu dapat digunakan untuk Oktober 2009, Putusan Sela tersebut
diperdengarkan dalam sidang terbuka melanggar hak konstitusional para tidak bertentangan dengan putusan
untuk umum di Mahkamah pada tanggal Pemohon atau potensial untuk itu, akhir ini, maka Putusan Sela tersebut
3 November 2009, Mahkamah meyakini melalui rekayasa dalam penetapan status menjadi bagian yang tidak terpisahkan
sebagai rekaman yang benar dan asli dalam proses peradilan pidana. dari putusan.
LUTHFI WIDAGDO EDDYONO

Nomor 141 • November 2018


7
Opini
KONSTITUSI
PUTUSAN MA DAN PROBLEM
KETATANEGARAAN

M
Oleh: Ali Rido elalui juru bicara Mahkamah wilayah atau daerah. Namun dengan adanya
Pengajar di Fakultas Hukum Agung (MA), dijelaskan bahwa putusan MA, perwakilan parpol yang sudah
Universitas Trisakti MA telah mengeluarkan putusan terwakili melalui keanggotaan DPR juga akan
berkenaan judicial review Peraturan Komisi terwakili kembali melalui DPD. Atas hal itu,
Pemilihan Umum (PKPU) No. 26 Tahun maka mengacaukan desain ketatanegaraan
2018 tentang Pencalonan Perseorangan yang telah dibuat apik pasca reformasi.
Peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Di samping itu, putusan MA juga akan
Daerah (DPD). Aspek menarik dari putusan meneguhkan kesan antara DPR dan DPD
sebagaimana diungkapkan juru bicara MA, sebagai lembaga yang mirip karena sama-
bahwa calon anggota DPD yang dalam sama diisi oleh perwakilan pengurus parpol.
kedudukannya sebagai pengurus partai Implikasi kekacauan ketatanegaraan,
politik (parpol) diperbolehkan mencalonkan juga terlihat karena putusan MA telah
diri dalam pemilu. Secara kewenangan, MA menganulir empat putusan Mahkamah
boleh membuat putusan apapun terkait Konstitusi (MK) sekaligus. Adapun putusan
judicial review peraturan di bawah undang- MK dimaksud, yaitu Putusan No. 10/PUU-
undang, namun berkenaan putusan uji materi VI/2008, Putusan No. 92/PUU-X/2012,
PKPU di atas apakah sejalan dengan nalar Putusan No. 79/PUU-XII/2014, dan Putusan
ketatanegaraan dan histori dibentuknya No. 30/PUU-XVI/2018. Padahal dalam
DPD sebagai representasi kepentingan Putusan MK Nomor 30/PUU-XVI/2018,
daerah. Dua hal itu, penting untuk dianalisis disebutkan secara eksplisit larangan bagi
guna menjawab logis tidaknya putusan yang pengurus parpol untuk maju sebagai
dikeluarkan oleh MA tersebut. anggota DPD. Atas hal itu, maka patut
ditanyakan dasar apakah yang digunakan
Problem Putusan MA dalam memutusnya?. Kalaupun dengan
Aspek lain yang berkelindan pasca undang-undang, maka dengan undang-
putusan MA, ialah timbulnya distorsi undang mana?, karena undang-undang yang
terhadap desain ketatanegaraan, mengatur syarat pencalonan DPD telah diuji
khususnya berkenaan dengan keanggotaan oleh MK dan keluar putusan sebagaimana
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). penulis sebutkan tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Desain ketatanegaraan pasca
ayat (1) UUD 1945, MPR terdiri atas anggota reformasi, pun telah menempatkan putusan
DPR dan DPD. Makna pasal tersebut, MK selevel dengan undang-undang sehingga
menegaskan agar dalam tubuh MPR mengandung konsekuensi putusan MK wajib
mewujud perwakilan politik dan perwakilan menjadi salah satu batu uji bagi MA. Hal itu

8 Nomor 141 • November 2018


disebabkan, kewenangan MA seperti dalam Pasal 24A ayat daerah karena sering terbentur dengan kepentingan
(1) UUD 1945 ialah menguji peraturan di bawah undang- parpol. Konstruksi demikian, pada akhirnya menghendaki
undang. Keberadaan putusan MK yang setara dengan dibentuknya DPD sebagai antitesis sekaligus penyeimbang
undnag-undang, maka menjadi keharusan agar putusan terhadap keberadaan dan peran DPR sebagai wakil rakyat
MK dijadikan referensi oleh MA dalam menguji regulasi. namun lekat dengan kepentingan politik.
Apabila MA justeru mengabaikannya, maka sama halnya Dalil kepentingan daerah pada giliranya menjadikan
telah terjadi pengebirian terhadap kedudukan MK dan kewenangan DPD, seperti di bidang legislasi didesain
penyimpangan terhadap konstitusi (UUD 1945). khusus hanya berkenaan dengan usulan dan pembahasan
Hal lain yang patut dikhawatirkan, ialah potensi rancangan undang-undang (RUU) tertentu, yaitu: 1) RUU
timbulnya sengketa kewenangan lembaga negara. otonomi daerah; 2) RUU hubungan pusat dan daerah; 3)
Konstitusi memang telah membuat rambu antisipatif RUU pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
berkenaan sengketa kewenangan lembaga negara, hanya daerah; 4) RUU perimbangan keuangan pusat dan daerah.
dalam kasus ini problemnya yang akan bersengkata antara Semua itu terumuskan agar aspirasi daerah dapat
MA dan MK sementara sesuai dengan Pasal 24C ayat diperjuangkan dengan maksimal. Optimalisasi perjuangan
(1) UUD 1945 maka MK sebagai lembaga pemutusnya. itu akan mewujud, tentu jika pejuangnya (anggota DPD)
Oleh karena itu, akan menjadi aneh mengingat MK pula bebas dari kepentingan apapun -termasuk kepentingan
yang harus memutus sengketa yang ada kaitan langsung partai-. Sehingga sterilisasi keanggotaan DPD harus
dengan dirinya. Posisi demikian, maka sangat mungkin dilakukan, yaitu dengan memberikan syarat agar yang maju
proses hukum yang semestinya (due process of law) akan sebagai calon anggota DPD murni dari perwakilan daerah.
sulit terpola dengan sempurna. Akibatnya, penyelesaian Hadirnya PKPU yang melarang calon anggota DPD
sengketa kewenangan lembaga bukannya kunjung tuntas bukan dari pengurus parpol, sejatinya inheren dengan
tetapi justeru akan terus meretas. Hal demikian yang tujuan pembentukan DPD. Bahkan larangan tersebut,
nampaknya tidak terpikir secara komprehensif oleh MA dimaksudkan bukan sebagai pemasungan hak konstitusional
akibat mengeluarkan putusan pembolehan calon anggota melainkan pencegahan lahirnya perwakilan ganda atau
DPD dari unsur parpol. double representation dalam pengambilan keputusan. Jika
terjadi perwakilan ganda, dikhawatirkan anggota DPD
Spirit DPD Dibentuk nantinya akan lebih mengutamakan kepentingan atau
Salah satu asal muasal lahirnya DPD, semata untuk platform parpol karena pada dirinya melekat jabatan, tugas,
menguatkan keterwakilan kepentingan daerah dalam fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan. Apabila itu yang
proses pengambilan kebijakan di tingkat pusat yang terjadi, maka keingingan agar aspirasi daerah senantiasa
pada waktu itu dianggap sumir ketika hanya diwakili oleh diperjuangkan akan jatuh pada labirin spirit awal dibentuknya
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kesumiran itu disebabkan DPD. Sayangnya, PKPU telah dinihilkan keberadaannya
DPR identik dengan representasi parpol, sehingga dirasa sehingga sprit hadirnya DPD semakin mubadzir di tengah
kurang maksimal dalam memperjuangkan kepentingan kewenangannya yang minim. Wallahua’lam.

Nomor 141 • November 2018


9
LAPORAN UTAMA
LAPORAN UTAMA

KONSTITUSIONALITAS
AMBANG BATAS
CAPRES

Aksi unjuk rasa menolak pemberlakuan ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden.

10 Nomor 141 • November 2018


Penyelenggaraan Pemilihan Umum Serentak Tahun 2019 mendatang memberikan pekerjaan
rumah yang berkelanjutan mengenai polemik jumlah ambang batas pencalonan presiden dan
wakil presiden (presidential threshold). Kebijakan hukum terbuka pembuat undang-undang yang
mematok ambang batas paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari
suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya, dipersoalkan oleh sejumlah
aktivis pro-demokrasi dan sejumlah warga negara perseorangan. Terhadap persoalan ini, MK
tetap memegang teguh 13 putusan serupa sebelumnya, yang menegaskan bahwa presidential
threshold merupakan kebijakan hukum terbuka pembuat undang-undang (open legal policy). Hal
ini sama sekali tidak bertentangan dengan UUD 1945.

HUMAS MK/AB NAGHATA

Nomor 141 • November 2018


11
LAPORAN UTAMA

S
ebagai praktik yang lazim diterapkan negara Busyro Muqoddas, Hadar Nafis Gumay, Bambang Widjojanto,
penganut sistem presidensial, presidential threshold dkk., Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah serta
diberlakukan sebagai ambang batas minimum bagi Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) diwakili
keterpilihan presiden. Keberlakuannya bukan untuk Titi Anggraini mempermasalahkan keberlakuan Pasal 222 UU
membatasi pencalonan presiden/wakil presiden, Pemilu. Dalam sidang perdana yang digelar pada 3 Juli 2018
melainkan hanya untuk menentukan persentase suara lalu, Hadar Nafis Gumay yang merupakan perwakilan Pemohon
minimum untuk keterpilihan presiden/wakil presiden. Hal ini Perkara Nomor 49/PUU-XVI/2018, menjelaskan ambang batas
sebagaimana amanat Pasal 6A Ayat (3) UUD 1945. Pasal 6A pencalonan presiden pada dasarnya adalah “syarat” calon
Ayat (3) UUD 1945 menyatakan, “Pasangan calon presiden presiden. Sedangkan ketentuan yang didelegasikan oleh UUD
dan wakil presiden yang mendapatkan suara lebih dari 50% 1945 sebagaimana diatur dalam Pasal 6A Ayat (5) UUD 1945
(lima puluh persen) dari jumlah suara dalam pemilihan umum adalah “tata cara” pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil
dengan sedikitnya 20% (dua puluh persen) suara di setiap Presiden. “Padahal secara gramatikal “syarat” dan “tata cara”
provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi adalah berbeda,” jelasnya dalam siding panel yang dipimpin
di Indonesia, dilantik menjadi presiden dan wakil presiden”. Hakim Konstitusi Saldi Isra.
Akan tetapi, Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun Hadar menyebut ambang batas 25% berdasarkan Pasal
2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) yang dibentuk 222 UU Pemilu nyata-nyata menambahkan pembatasan baru,
pembuat undang-undang sebagai manifestasi dari Pasal yang tidak ada dalam ketentuan Pasal 6A Ayat (2) UUD 1945,
6A Ayat (3) UUD 1945 justru dinilai bertentangan dengan yaitu berdasarkan hasil suara dan kursi “Pemilu anggota DPR
Konstitusi itu sendiri. sebelumnya”. Hal demikian, lanjutnya, bertentangan dengan
Pasal 222 UU Pemilu menyatakan, “Pasangan Calon norma Pasal 6A Ayat (2) UUD 1945 yang hanya mengatur
diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu sesuai original
Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi intent atau perumusan norma tersebut, yakni sesuai pemilu
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR yang saat itu akan dilaksanakan.
atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara “Berdasarkan berdasarkan Naskah Komprehensif
sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya”. Perubahan UUD 1945, khususnya Buku V tentang Pemilihan
Para aktivis demokrasi yang terdiri dari Muhammad Umum, tidak terdapat pembahasan original intent terkait syarat

HUMAS MK/GANIE

Denny Indrayana yang menjadi Ahli Pemohon pengujian ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden.

12 Nomor 141 • November 2018


HUMAS MK/GANIE
Pakar Komunikasi Politik Effendy Gazali yang merupakan Pemohon pengujian ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden.

presidential threshold. Tidak ada pembatasan ambang batas Tidak Berpihak pada Parpol Baru
pencalonan presiden, apalagi berdasarkan jumlah kursi dan Sementara Nugroho Prasetyo selaku Pemohon Perkara
suara sah nasional pemilu DPR berdasarkan hasil pemilu 5 Nomor 50/PUU-XVI/2018 melalui kuasa hukumnya Heriyanto
(lima) tahun sebelumnya,” tegasnya. menyatakan, kliennya merupakan warga negara Indonesia yang
Hadar juga menyinggung tentang Putusan MK mendeklarasikan diri sebagai bakal calon presiden Republik
sebelumnya yang menyatakan pasal terkait  ambang batas Indonesia tanggal 19 Juni 2018. Pemohon merupakan pendiri
pencalonan presiden adalah konstitusional karena syarat calon Ormas Front Pembela Rakyat dan Ormas Garda Indonesia.
presiden itu merupakan norma hukum yang terbuka (open Akan tetapi, lanjutnya, dengan adanya aturan ambang batas
legal policy). Menurutnya, ketentuan pasal undang-undang pencalonan presiden telah membatasi hak konstitusional
terkait   ambang batas pencalonan presiden (termasuk Pasal Pemohon untuk mencari parpol pengusung dalam lingkup
222 UU Pemilu) bukanlah penerapan dari konsep open legal parpol peserta Pemilu 2014 saja. Padahal, lanjut Heriyanto,
policy karena UUD 1945 secara jelas telah memberikan ada empat partai politik baru seperti Partai Beringin Karya
pembatasan-pembatasan seharusnya syarat dan tata cara (Berkarya), Partai Solidaritas Indonesia, Partai Gerakan
pemilihan presiden tersebut harus dilakukan. Perubahan Indonesia (Garuda), dan Partai Persatuan Indonesia
Terakhir, Hadar menambahkan Pasal 222 UU Pemilu (Perindo) yang berpeluang Pemohon dekati guna mengusung
yang mendasarkan penghitungan ambang batas pencalonan Pemohon sebagai calon presiden.
presiden berdasarkan hasil pemilu DPR yang 5 (lima) tahun “Pemohon memiliki potensi besar untuk dijadikan calon
sebelumnya, nyata-nyata telah menghilangkan hak rakyat presiden oleh partai-partai baru dikarenakan Pemohon memiliki
untuk memperbarui mandat lima tahunan. Hal ini karena kelompok pergerakan Front Pembela Rakyat (FPR) dan Garda
pemilihan presiden masih didasarkan pada pemilu yang telah Indonesia yang telah terbentuk di 517 kabupaten dan kota
berlalu, dan sangat boleh jadi tidak lagi sesuai dengan aspirasi seluruh Indonesia. Ormas tersebut dapat meningkatkan
rakyat pemilih. “Presidential threshold menghilangkan esensi perolehan suara partai politik (vote getters). Partai politik baru
pemilihan presiden karena lebih berpotensi menghadirkan butuh Pemohon sebagai calon presiden untuk meningkatkan
Capres tunggal sehingga bertentangan dengan Pasal 6A ayat perolehan suara pada pemilu tahun 2019,” tegasnya pada
(1), ayat (3), dan ayat (4) UUD 1945,” jelasnya. sidang yang sama.

Nomor 141 • November 2018


13
LAPORAN UTAMA

Open Legal Policy Tidak pernah diberitahu sama sekali oleh DPR, pemerintah
Sementara itu, Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali maupun KPU yang memiliki tugas untuk itu bahwa kalau kami
selaku Pemohon Nomor 54/PUU-XVI/2018 mendalilkan melakukan hak pilih kami pada Pemilihan DPR Tahun 2014,
kerugian konstitusional dengan berlakunya Pasal 222 hal itu berarti sekaligus menjadi presidential threshold pada
UU Pemilu. Akan tetapi, ia menegaskan ada perbedaan Pemilu 2019,” dalil Gazali.
permohonannya dengan permohonan-permohonan Lebih lanjut, Gazali memohon kepada Majelis Hakim
sebelumnya yang telah diputus MK. Ia menyebut menerima tidak membiarkan terjadinya Pemilihan Umum Serentak 2019
bahwa Pasal 222 UU Pemilu merupakan kebijakan hukum bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang merupakan
terbuka pembuat undang-undang. bagian utuh dari Undang-Undang Dasar Negara Republik
Menurut Gazali, Pasal 222 UU Pemilu, andaikan pun Indonesia Tahun 1945.
dibentuk atas dasar open legal policy, tidak akan membawa “Kenapa? Karena kalau itu dibiarkan terlaksana pada
kerugian konstitusional kepada warga negara manapun, jika Pemilu Serentak 2019 ini, berarti sudah membiarkan terjadinya
dinyatakan oleh MK mulai berlaku pada Pemilihan Serentak pembohongan kepada warga negara. Setidaknya kami yang
Presiden dan DPR pada 2024 atau lima tahun yang akan sudah melakukan hak pilih kami pada Pemilu DPR 2014
datang. Hal ini karena sejak UU Pemilu ini dinyatakan berlaku dan sekaligus Mahkamah Konstitusi membiarkan terjadinya
16 Agustus 2017, warga negara sudah mengetahui serta manipulasi atau penggelapan hasil hak suara kami pada Pemilu
dianggap mengetahui bahwa ketika melakukan hak pilihnya DPR 2014 untuk bukan tujuan-tujuan yang sebagaimana
untuk Pemilu DPR tahun 2019. Hal itu, lanjutnya, sekaligus sudah disampaikan kepada warga negara,” imbuh Effendi.
akan dihitung sebagai bagian dari ambang-batas untuk Kalau kedua hal itu dibiarkan, ujar Effendi, Mahkamah
pengusulan pasangan calon presiden dan wakil presiden Konstitusi seperti membiarkan terjadinya Pemilu Serentak
(Presidential Threshold) oleh Partai Politik atau Gabungan Partai 2019 yang bertentangan atau melanggar nilai-nilai Pancasila
Politik Peserta Pemilu tahun 2024. yang ada sepenuhnya dalam Undang-Undang Dasar 1945.
“Namun, posisi kami ingin menyampaikan bahwa karena Lebih khusus lagi dinyatakan oleh putusan MK secara
kami semua sebagai warga negara yang sudah melakukan substantif ada dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
hak pilih kami pada Pemilu DPR 2014, tidak pernah diberitahu 1945.
sama sekali, baik oleh undang-undang atau peraturan apapun.

HUMAS MK/AB NAGHATA

Demo mahasiswa UNJ menolak pemberlakuan ambang batas prencalonan presiden dan wakil presiden , Rabu (8/8/2018)

14 Nomor 141 • November 2018


Pemilih Pemula anggota DPR sebelumnya, seperti yang dirilis KPU sejumlah
Permohonan lain terkait pengujian aturan ambang batas 30,42%,” ucap Sudarjo.
pencalonan presiden/wakil presiden, datang dari Muhammad Dari empat permohonan tersebut, seluruhnya
Dandy yang merupakan pemilih pemula dalam Pemilu 2019 para Pemohon meminta agar Majelis Hakim Konstitusi
mendatang. Ia merasa hak konstitusionalnya terlanggar membatalkan keberlakuan Pasal 222 UU Pemilu tentang
dengan berlakunya Pasal 222 UU Pemilu. Unoto Dwi Yulianto ambang batas pencalonan presiden.
selaku kuasa hukum Perkara Nomor 58/PUU-XVI/2018,
menyebut Pemohon yang berusia 20 tahun merupakan
Teguh pada Putusan
pemilih pemula. Pada Pemilihan Umum 2014, Pemohon tidak
Terkait dengan seluruh permohonan yang diajukan
dapat menggunakan hak pilihnya karena belum berusia 17
tersebut, Mahkamah membacakan putusan pada Kamis, 25
tahun dan juga belum menikah.
Oktober 2018. Dalam empat putusan tersebut, Mahkamah
Unoto mendalilkan, partai politik hasil Pemilu 2014 tidak
pun kembali menegaskan pendiriannya bahwa aturan ambang
pernah mendapatkan mandat dari pemilih pemula yang pada
batas pencalonan presiden/wakil presiden konstitusional.
Pemilu 2019 baru pertama kali memilih untuk mengusung
Mahkamah dalam pertimbangan hukumnya menyebut
pasangan calon presiden dan wakil presiden, sehingga
telah berkali-kali menyatakan pendiriannya sebagaimana
berpotensi hilangnya hak konstitusionalitas pemilih pemula
tertuang dalam sejumlah Putusan Mahkamah sejak 2008.
untuk mendapatkan banyaknya alternatif calon pemimpin.
Putusan-putusan di antaranya Putusan Mahkamah
“Ketentuan ambang batas pencalonan presiden dan
Konstitusi Nomor 51-52-59/PUU-VI/2008; Putusan
wakil presiden yang dibuat oleh pembuat undang-undang
Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUUVI/2008; Putusan
dengan mekanisme berdasarkan hasil pemilu sebelumnya
Mahkamah Konstitusi Nomor 26/PUU-VII/2009; Putusan
jelas merugikan dan mengebiri hak-hak konstitusional pemilih
Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PUU-XI/2013, Putusan
pemula in casu termasuk Pemohon karena Pemohon tidak
Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013; Putusan
pernah memberikan mandat atau suaranya kepada partai
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XI/2013; Putusan
politik manapun pada Pemilu 2014,” imbuh Unoto.
Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XI/2013; Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 108/PUU-XI/2013; Putusan
Ikuti Jumlah Suara Sah Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XII/2014; Putusan
Sementara itu, Partai Komite Pemerintahan Rakyat Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017; Putusan
Independen yang diwakili oleh Sri Sudarjo juga mengajukan Mahkamah Konstitusi Nomor 59/PUU-XV/2017; Putusan
permohonan uji materiil aturan presidential threshold. Ia Mahkamah Konstitusi Nomor 70/PUU-XV/2017; Putusan
mendalilkan seharusnya frasa Pasal 222 UU Pemilu diubah Mahkamah Konstitusi Nomor 71/PUU-XV/2017; Putusan
dan dinyatakan tidak mengikat. Ia menyebut seharusnya Mahkamah Konstitusi Nomor 72/PUU-XV/2017. Dikarenakan
Pasal 222 diubah menjadi pasangan calon diusulkan oleh telah mengeluarkan putusan tersebut, maka berdasar pada
partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu Pasal 54 UU MK, Mahkamah tidak memandang perlu untuk
yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit mendengar pihak-pihak.
27% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 30% dari suara Mahkamah juga menegaskan tidak mengubah
sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya pendiriannya disebabkan beberapa alasan. Salah satunya
dan/atau 30% suara pemilih yang tidak memilih partai-partai terkait Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-
lainnya. Hal tersebut karena setiap suara yang masuk dalam XV/2017 yang diucapkan pada 11 Januari 2018. Putusan
Daftar Pemilih Tetap adalah suara sah secara nasional. Suara Mahkamah mengenai konstitusionalitas Pasal 222 UU Pemilu
sah tersebut secara otomatis telah bergabung di dalam tersebut didasarkan atas pertimbangan komprehensif yang
Partai Komite Pemerintahan Rakyat Independen karena yang bertolak dari hakikat sistem pemerintahan presidensial
memperjuangkan hak memilih dan tidak memilih adalah wujud menurut desain UUD 1945. Mahkamah tidak mengambil
kedaulatan rakyat. dasar pertimbangan-pertimbangan kasuistis yang bertolak
“Kenapa harus diubah persentasenya? Karena data dari peristiwa-peristiwa konkret. Dalam rentang waktu yang
untuk tidak memilih jauh lebih besar dari partai politik atau hanya beberapa bulan tersebut, Mahkamah menemukan
gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi tidak terjadi perubahan sistem ketatanegaraan menurut
persyaratan perolehan kursi 20% dari jumlah kursi DPR atau UUD 1945 yang dibuktikan dengan tidak adanya perubahan
memperoleh 25% dari suara sah secara nasional pada pemilu undang-undang sebagai pengaturan lebih lanjut sistem

Nomor 141 • November 2018


15
ketatanegaraan. Oleh karena itu, Mahkamah menilai belum pemilihan umum di KPU dengan terlebih dahulu memenuhi
ada alasan mendasar untuk mengubah pendiriannya. persyaratan yang lebih berat bila dibandingkan dengan syarat
Dalam Putusan Nomor 49/PUU-XVI/2018 tersebut, terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Mahkamah kembali menegaskan bahwa syarat dukungan Tidak hanya persyaratan formal, untuk menjadi peserta
partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh pemilihan umum partai politik harus melewati verifikasi
20% (dua puluh perseratus) kursi di DPR atau 25% (dua puluh mulai dari dari tingkat pusat sampai ke tingkat kecamatan.
lima perseratus) suara sah nasional sebelum pemilihan umum Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, MK
Presiden, merupakan dukungan awal sebagaimana tercantum berpendapat permohonan para Pemohon tidak beralasan
dalam putusan-putusan MK sebelumnya. Sedangkan dukungan menurut hukum.
yang sesungguhnya akan ditentukan oleh hasil Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden, terhadap Calon Presiden dan Wakil Konsekuensi Pemilu Serentak
Presiden yang kelak akan menjadi Pemerintah sejak awal Dalam Putusan Nomor 54/PUU-XVI/2018 yang
pencalonannya telah didukung oleh rakyat melalui partai politik dimohonkan oleh Effendi Gazali, dkk., Mahkamah membantah
yang telah memperoleh dukungan tertentu melalui Pemilu. dalil Pemohon yang menyebut aturan presidential threshold
Mahkamah juga mendalilkan sesuai Putusan Mahkamah merupakan upaya pembohongan terhadap rakyat dan
Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017 yang kemudian ditegaskan manipulasi suara pemilih. Pemohon beralasan penggunaan
kembali dalam Nomor 59/PUUXV/2017, Putusan Mahkamah hasil pemilihan umum sebelumnya sebagai ambang batas
Konstitusi Nomor 70/PUU-XV/2017, Putusan Mahkamah pencalonan presiden dan wakil presiden tanpa pemberitahuan
Konstitusi Nomor 71/PUU-XV/2017, dan Putusan Mahkamah kepada pemilih sebagai suatu bentuk kebohongan dan
Konstitusi Nomor 72/PUU-XV/2017. Pada intinya, Mahkamah manipulasi.
berpendapat sejak awal diberlakukannya persyaratan jumlah Terhadap dalil tersebut, Mahkamah menilai penggunaan
minimum perolehan suara partai politik atau gabungan partai hasil pemilihan umum sebelumnya sebagai acuan bukan
politik untuk dapat mengusulkan pasangan calon Presiden hal baru. Mahkamah mencontohkan Putusan Mahkamah
dan Wakil Presiden berarti sejak awal pula dua kondisi bagi Konstitusi Nomor 60/PUU-XIII/2015 dalam pengujian
hadirnya penguatan sistem Presidensial diharapkan terpenuhi. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 (UU Pilkada)
Pertama, upaya pemenuhan kecukupan dukungan suara partai mengenai aturan persyaratan dukungan bagi calon kepala
politik atau gabungan partai politik pendukung pasangan calon daerah. Dalam putusan tersebut Mahkamah, mengabulkan
Presiden dan Wakil Presiden di DPR. Kedua, penyederhanaan permohonan Pemohon dengan menyatakan bahwa ketentuan
jumlah partai politik. yang mengatur tentang penghitungan persentase dukungan
Sementara itu, terkait dalil Pemohon yang menyebut sebagai syarat bagi calon perseorangan yang hendak
bahwa presidential threshold menghilangkan esensi pemilihan mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah (gubernur,
presiden karena lebih berpotensi menghadirkan Capres tunggal, bupati, atau walikota) yang didasarkan atas jumlah penduduk
Mahkamah menilai meskipun dalil tersebut tampak logis, di daerah yang bersangkutan bertentangan dan tidak
namun mengabaikan fakta bahwa UUD 1945 tidak membatasi mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat
warga negara untuk mendirikan partai politik sepanjang syarat sepanjang tidak dimaknai “didasarkan atas jumlah penduduk
untuk itu terpenuhi sebagaimana diatur dalam undang-undang. yang telah mempunyai hak pilih sebagaimana dimuat dalam
Sehingga, kendatipun diberlakukan syarat parliamentary daftar calon pemilih tetap di daerah yang bersangkutan pada
threshold, kemungkinan untuk lahirnya partai-partai politik baru pemilihan umum sebelumnya.”
akan tetap terbuka. Hal ini terbukti dari kenyataan empirik Selain itu, Mahkamah menegaskan pemilihan presiden-
yang ada selama ini sejak dijaminnya kemerdekaan berserikat wakil presiden dan pemilihan umum anggota DPR sebelumnya
dan berkumpul, terutama setelah dilakukan perubahan UUD tidak dilakukan secara serentak, maka pilihan yang paling
1945. Terlebih lagi, untuk dapat mengajukan pasangan calon masuk akal adalah menggunakan hasil Pemilu anggota DPR
presiden dan wakil presiden, sebuah partai politik terlebih sebelumnya. Pilihan demikian adalah sebagai konsekuensi
dahulu haruslah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak transisi penyelenggaraan dari Pemilu yang terpisah menjadi
Asasi Manusia. Pemilu serentak. Hal demikian dimungkinkan karena
Bagi partai politik yang memenuhi persyaratan terdaftar presidential threshold adalah sebagai kebijakan hukum
di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, untuk menjadi pembentuk undang-undang.
peserta pemilihan umum harus pula terdaftar sebagai peserta LULU ANJARSARI

16 Nomor 141 • November 2018


KUTIPAN PUTUSAN KUTIPAN PUTUSAN
Nomor 49/PUU-XVI/2018 Nomor 50/PUU-XVI/2018
Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Pemilihan Umum terhadap Undang-Undang Dasar tentang Pemilihan Umum terhadap Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pemohon Pemohon
1. Muhammad Busyro Muqoddas Nugroho Prasetyo
2. Muhammad Chatib Basri
3. Faisal Batubara
4. Hadar Nafis Gumay Amar Putusan
5. Bambang Widjojanto Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat
6. Rocky Gerung diterima.
7. Robertus Robet
8. Angga Dwimas
9. Feri Amsari
10. Hasan
11. Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah
12. Perkumpulan Untuk Pemilu Dan Demokrasi
(PERLUDEM)

Amar Putusan
Dalam Provisi:
Menolak Permohonan Provisi para Pemohon;
Dalam Pokok Permohonan:
Menolak Permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.

KUTIPAN PUTUSAN
KUTIPAN PUTUSAN Nomor 54/PUU-XVI/2018
Nomor 58/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terhadap Undang-Undang
tentang Pemilihan Umum terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemohon
Pemohon 1. Effendi Gazali, Ph.D., M.P.S.ID., M.Si
Muhammad Dandy 2. Reza Indragiri Amriel, M.Crim (ForPsych)
3. Khoe Seng Seng
Amar Putusan 4. Usman
Dalam Provisi
Menolak permohonan provisi Pemohon. Amar Putusan
Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

Dalam Pokok Permohonan


Permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

Nomor 141 • November 2018


17
RUANG SIDANG UU PEMBERANTASAN TERORISME

HUMAS MK/AB NAGHATA


Simulasi pengamanan sengketa Pilpres 2019, Jumat (14/09/18)

KETIKA DUA MAHASISWA FH UI MENGUJI


UU PEMBERANTASAN TERORISME

U
ndang-Undang Nomor dan ayat (4), Pasal 43F huruf c, Pasal William, salah seorang Pemohon di
5 Tahun 2018 tentang 43G huruf a UU Terorisme. hadapan sidang yang dipimpin Hakim
Perubahan Atas Undang- Pemohon I merupakan seorang Konstitusi Arief Hidayat dengan
Undang Nomor 15 Tahun Kristen Nasionalis yang sering didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra
2003 tentang Penetapan Peraturan membawakan firman Tuhan dalam dan I Dewa Gede Palguna.
Pemerintah Pengganti Undang- beberapa persekutuan, menilai UU Pemohon lainnya, Leonard
Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang a quo mengekang kebebasannya menambahkan bahwa UU Terorisme
Pemberantasan Tindak Pidana menjalankan imannya secara utuh telah melahirkan paradigma radikal
Terorisme menjadi Undang-Undang karena tidak memberikan definisi sebagai sesuatu yang negatif.
(UU Pemberantasan Terorisme) diuji radikal serta tidak secara ekplisit Sehubungan dengan terorisme
pada Rabu 11 Juli 2018 di Mahkamah menyatakan terorisme bertentangan karena di dalamnya terdapat tindakan
Konstitusi (MK). dengan Pancasila. Sedangkan Pemohon antiradikalisme dan deradikalisasi,
Perkara yang teregistrasi nomor II selain berperan sebagai mahasiswa, namun tidak diberikan definisi
55/PUU-XVI/2018 ini dimohonkan oleh juga calon anggota legislatif DPRD DKI mengenai radikal itu sendiri. “Karena
Zico Leonard Djagardo Simanjuntak Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia. tidak adanya definisi radikal yang
(Pemohon I) dan William Aditya Sarana “Oleh karena kerugian jelas dalam UU a quo menimbulkan
(Pemohon II) mahasiswa Fakultas konstitusional yang telah dijabarkan ketidakpastian hukum sehingga
Hukum Universitas Indonesia (FH UI). telah nyata dialami para Pemohon, bertentangan dengan Pasal 28D UUD
Mereka menguji Pasal 1 angka 1, Pasal maka memiliki kedudukan hukum NRI Tahun 1945,” tegasnya.
43A ayat (3) huruf b, Bagian Ketiga, sebagai Pemohon pengujian undang- Para Pemohon meminta Majelis
Pasal 43C ayat (1), ayat (2), ayat (3), undang dalam perkara a quo,” urai Hakim menyatakan Pasal 1 angka 2

18 Nomor 141 • November 2018


UU Terorisme sesuai dengan Undang- terlanggarnya hak konstitusionalnya. apabila universitas Pemohon terdapat
Undang Dasar Negara Republik Arief mengingatkan Pemohon untuk individu yang radikal terorisme, namun
Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat memperbaiki permohonan dan adapula radikal seperti Pemohon,
(conditionally constitutional), yaitu menyerahkan perbaikan selambat- yaitu radikal dalam arti mendasar,
konstitusional sepanjang dimaknai lambatnya pada Selasa 24 Juli 2018 fundamental, dan prinsipil, dimana
“Terorisme adalah perbuatan yang pukul 10.00 WIB ke Kepaniteraan MK. Pemohon radikal untuk mengasihi
bertentangan dengan Pancasila, sesama manusia sesuai ajarannya,
menggunakan kekerasan atau ancaman Perlu Penjelasan Definisi Radikalisme Yesus Kristus,” tegasnya.
kekerasan yang menimbulkan suasana Sidang lanjutan uji materiil William menyebut tidak bisa
teror atau rasa takut secara meluas, Undang-Undang Pemberantasan menerima paradigma berpikir yang
yang dapat menimbulkan korban yang Tindak Pidana Terorisme digelar MK timbul akibat penggunaan frasa
bersifat massal, dan/atau menimbulkan pada Selasa 24 Juli 2018. William deradikalisasi dan kontra deradikalisasi
kerusakan atau kehancuran terhadap Aditya Sarana selaku Pemohon karena Pemohon tidak mau
objek vital yang strategis, lingkungan menjelaskan telah memperbaiki disamakan dengan teroris. Terlebih
hidup, fasilitas publik, atau fasilitas permohonan sesuai dengan saran lagi, keberlakuan undang-undang
internasional dengan motif ideologi, panel hakim dalam sidang sebelumnya. a quo dengan penggunaan frasa
politik, atau gangguan keamanan.” Mahasiswa Universitas Indonesia deradikalisasi dan kontra radikalisasi
Menanggapi permohonan tersebut memperbaiki alasan serta klaim BNPT menyatakan kampus
tersebut, Hakim Konstitusi I Dewa permohonan dengan menguraikan Pemohon terpapar radikalisme tanpa
Gede Palguna menyampaikan perlunya tempatnya berkuliah dinyatakan adanya definisi radikal yang jelas.
pihak Pemohon menyampaikan sebagai kampus yang terpapar Selanjutnya William menyatakan
bunyi dari pasal-pasal yang diujikan. radikalisme oleh Badan Nasional dirinya seorang nasionalis yang
“Sebelum menguraikan kedudukan Penanggulangan Terorisme (BNPT). memegang teguh Pancasila dalam
hukum dan sebelum masuk ke Pasal Menurutnya, tanpa disertai kehidupan berbangsa dan negara.
51, di situ perlu dicantumkan bunyi penjelasan mengenai definisi Sebagai Pancasilais, Pemohon tidak
dari pasalnya agar dapat lebih mudah ‘radikalisme’ sebagaimana tercantum mau ada mereka yang melakukan
menemukan keterkaitan pasal yang dalam UU Terorisme menimbulkan tindakan terorisme ataupun terpapar
diuji dengan kerugian konstitusional kerugian konstitusional bagi Pemohon. radikalisme terorisme dan kemudian
yang diuraikan Pemohon,” saran “Pemohon memahami dengan sangat bersembunyi di belakang kebebasan
Palguna.
Sedangkan Hakim Konstitusi Saldi
Isra mencermati perlunya Pemohon
melakukan penjelasan lebih mendalam
sehubungan dengan kedudukan hukum
pihaknya yang berkaitan pula dengan
kerugian hak konstitusional, baik
yang faktual maupun yang potensial
dialami para Pemohon. “Oleh karena
itu, elaborasi yang spesifik yang
menunjukkan causal verband antara
kerugian konstitusional yang didalilkan
dengan pasal yang dimohonkan harus
diuraikan dengan baik,” jelas Saldi.
Sementara Hakim Konstitusi
Arief Hidayat meminta agar Pemohon I
yang merupakan perseorangan Kristen
Nasionalis untuk menguraikan dalam
HUMAS MK/IFA

permohonan kesulitan-kesulitan yang


dialami, baik yang faktual maupun William Aditya dan Zico Leonard Djagardo Simanjuntak selaku pemohon prinsipal membacakan
potensial dialami sehingga berakibat pokok perbaikan permohonannya dalam pengujian Undang-Undang tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, Selasa (24/7) di Ruang Sidang MK.

Nomor 141 • November 2018


19
yang dijamin oleh demokrasi dan hanya dilakukan secara tekstual, di dalamnya pendefinisian terorisme
Pancasila. Tanpa dinyatakan secara melainkan harus dilakukan secara secara tegas dan jelas.
jelas dan eksplisit bahwa terorisme kontekstual. Dengan mengingat judul Menurut Mahkamah, definisi
bertentangan dengan Pancasila, UU a quo, maka secara kontekstual terorisme dalam Pasal 1 angka 2 UU
akan tetap ada oknum-oknum yang dimaksud dengan istilah kontra Terorisme memang tidak menegaskan
yang melakukan tindakan terorisme radikalisasi dan deradikalisasi adalah perbuatan terorisme bertentangan
ataupun terpapar radikal terorisme dalam tindak pidana terorisme. dengan Pancasila, namun telah
yang membela diri dengan memakai Jika ditambahkan kata terorisme memasukkan ideologi sebagai salah
Pancasila. Bagi Pemohon, Pancasila di belakang kedua istilah tersebut satu motif atau tujuan perbuatan
adalah pegangan mutlak dalam pada rumusan, maka secara teknik terorisme yang bertentangan dengan
kehidupan bangsa dan negara dan perundang-undangan justru hal Pancasila. “Sehingga meski tanpa
tidak boleh disalahgunakan oleh sangat   berlebihan. disebutkan secara jelas dan eksplisit,
oknum-oknum yang mengiyakan, “Menimbang berdasarkan seluruh perbuatan terorisme sudah jelas dan
menyetujui, dan melakukan tindakan pertimbangan sebagaimana diuraikan pasti bertentangan dengan Pancasila.
terorisme. di atas, Mahkamah berpendapat Selain itu, Pancasila juga telah menjadi
permohonan para Pemohon tidak landasan filosofis pembentukan UU a
MK Tolak Permohonan beralasan menurut hukum,” ujar Saldi quo,” jelas Saldi.
MK menolak untuk seluruhnya dalam pembacaan putusan. Penempatan Pancasila sebagai
permohonan terkait uji materiil Terorisme merupakan salah landasan filosofis undang-undang,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 satu kejahatan yang termasuk serious lanjut Saldi, dikarenakan Pancasila
tentang Perubahan Atas Undang- crime sehingga membutuhkan serious sebagai staatfundamental norm
Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang measures. Hal ini karena terorisme sehingga menjadikan pembentukan
Penetapan Peraturan Pemerintah adalah hostis humanis generis atau dan pelaksanaan undang-undang
pengganti Undang-Undang Nomor 1 musuh umat manusia. Upaya negara tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
Tahun 2002 tentang Pemberantasan melawan terorisme tak ubahnya Pancasila. Dengan demikian, pasal-
Tindak Pidana Terorisme Menjadi seperti melawan pelaku tindak pasal dalam UU a quo termasuk
Undang-Undang. “Amar putusan, kejahatan dengan strategi yang tidak definisi terorisme dalam Pasal 1 angka
mengadili, menolak permohonan para mudah diketahui dan ditebak. Oleh 2 UU Terorisme telah dijiwai oleh nilai-
Pemohon,” ucap Ketua MK Anwar karena itu, jelas Saldi, perlu pengaturan nilai Pancasila.
Usman membacakan amar putusan terorisme secara tersendiri dan khusus NANO TRESNA ARFANA

pada Selasa 30 Juli 2018. dalam perundang-undangan, termasuk


Dalam pertimbangan hukum
yang dibacakan oleh Hakim Konstitusi
Saldi Isra, Mahkamah berpendapat
tidak ditambahkannya kata “terorisme”
di belakang frasa kontra radikalisasi
dan deradikalisasi dalam UU
Terorisme   karena yang dimaksud oleh
pembentuk undang-undang sudah
jelas, yakni mereka yang rentan dan
telah terpapar paham radikal terorisme.
Mahkamah berpendapat bahwa baik
frasa kontra radikalisasi maupun
deradikalisasi telah dijelaskan dalam
Penjelasan Umum Alinea Keenam
dan Pasal 43C ayat (1) serta Pasal
HUMAS MK/AB NAGHATA

43D ayat (1) UU Pemberantasan


Terorisme. Menafsirkan kedua istilah
tersebut, tambah Saldi, tidak cukup
Simulasi pengamanan sengketa Pilpres 2019, Jumat (14/09/18)

20 Nomor 141 • November 2018


Nomor 141 • November 2018
21
LAPORAN
KILAS PERKARA
UTAMA

MK TIDAK DAPAT MENERIMA


PERMOHONAN PENGEMUDI OJEK
DARING
MAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan tidak dapat menerima
uji Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun Sebelumnya ,pengojek konvensional dari Batam mengajukan uji
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ), Kamis (25/10). materiil Pasal 157 UU LLAJ dan Pasal 40 ayat (1), ayat (2a), dan ayat (2b)
Mahkamah menilai permohonan yang diajukan kabur (obscuur libel). UU ITE .Rahmani dan Marganti selaku Pemohon yang menguraikan
Hakim Konstitusi Suhartoyo menyatakan  permohonan para sesuai ketentuan a quo kendaraan bermotor roda dua tidak termasuk
Pemohon berkenaan dengan inkonstitusionalitas Pasal 1 angka 6 a ke dalam kategori angkutan umum dalam trayek maupun tidak dalam
UU ITE adalah mutatis mutandis berlaku pertimbangan hukum Putusan trayek.
Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-VII/2009. Lebih lanjut, Pemohon menjelaskan dalam permohonannya,
“ Berkenaan dengan dalil dimaksud ,apabila yang dimaksudkan aturan ini juga telah menghilangkan atau mengabaikan landasan
oleh para Pemohon adalah peraturan pemerintah harus mendapat konstitusional dalam pendelegasian kewenangan untuk mengatur.
persetujuan DPR maka dari sistem hukum peraturan perundang- Menurut Pemohon, dalam ketentuan tersebut disebutkan secara
undangan Indonesia tidak dikenal persetujuan DPR dalam eksplisit, Menteri memiliki kewenangan mengatur, sedangkan dalam
pembentukan peraturan pemerintah,” tegasnya dalam Perkara Nomor konstitusi, Menteri berwenang bukan mengatur. (Arif Satriantoro/LA)
64/PUU-XVI/2018.

MK AKHIRI SENGKETA PILKADA


CIREBON
MAHKAMAH akhirnya menolak permohonan Perselisihan Hasil
Pemilihan (PHP) Walikota Cirebon 2018 untuk seluruhnya. Putusan
Nomor 8/PHP.KOT-XVI/2018 tersebut dibacakan pada Rabu.)31/10(
Pada 22 September 2018 telah dilakukan Pemungutan Suara
Ulang (PSU) Pemilihan Walikota Cirebon 2018 di sejumlah TPS.
Laporan Termohon (KPU Kota Cirebon) dan Bawaslu Kota Cirebon
menunjukkan perolehan hasil PSU adalah Pasangan Calon Nomor
Urut 1 Bamunas Setiawan Boediman dan Effendi Edo mendapatkan
2.943 suara. Sedangkan Pasangan Calon Nomor Urut 2 Nasrudin Azis
dan Eti Herawati (Pihak Terkait) memperoleh 2.997 suara. Perolehan
PERMOHONAN TIDAK JELAS ,MK PSU itu kemudian ditotal dengan perolehan suara dua paslon tersebut
dalam Pemilihan Walikota Cirebon 2018 sebelumnya. Hasil akhir
TOLAK UJI UU KETENAGAKERJAAN menunjukkan bahwa paslon nomor urut 1 meraih 78.671 suara
MAHKAMAH Konstitusi (MK) menolak seluruh permohonan pengujian (49,40%). Sedangkan paslon nomor urut 2  memperoleh 80. 590 suara
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU (50,60%).
Ketenagakerjaan) yang diajukan oleh Forum Perjuangan Pensiunan “Menimbang tehadap fakta tersebut, Mahkamah menilai bahwa
BNI. Putusan dengan Nomor 68/PUU-XVI/2018 ini dibacakan pada KPU dan jajarannya serta Bawaslu dan jajarannya telah melaksanakan
Kamis (25/10) di Ruang Sidang Pleno MK. amar Putusan MK No. 8 pada 12 September 2018 dan tidak ditemukan
Dalam pendapat Mahkamah yang dibacakan Hakim adanya fakta baru adanya pelanggaran, baik dalam laporan maupun
Konstitusi Wahiduddin Adams menyebutkan bahwa pada awalnya persidangan. Sehingga perolehan suara hasil PSU adalah sah dan akan
Pemohon mendalilkan ketidaksinkronan ketentuan Pasal 167 ayat dimuat pada amar putusan ini,” tegas Wakil Ketua MK Aswanto yang
(3) dengan Penjelasan Pasal 167 ayat )3( UU Ketenagakerjaan. membacakan pendapat Mahkamah.
Namun dalam petitumnya, Pemohon menghendaki agar dalam (Nano Tresna Arfana/LA)
provisi Mahkamah memberlakukan surut Putusan Mahkamah
jika permohonan tersebut dikabulkan. Selain itu, di dalam pokok
permohonan, Pemohon juga memohonkan kepada Mahkamah
menyatakan Pasal 167 ayat )3( UU Ketenagakerjaan belum sejalan
dengan UUD 1945 dan perlu disempurnakan.
“Dengan demikian, Mahkamah menimbang tidak jelas apa
sesungguhnya yang dimohonkan Pemohon ”,jelas Wahiduddin di
hadapan sidang yang dipimpin oleh Ketua MK Anwar Usman dengan
didampingi oleh Hakim Konstitusi lainnya. (Sri Pujianti/LA)

22 Nomor 141 • November 2018


LAPORAN UTAMA KILAS PERKARA

yang dipimpin Ferdinand hanyalah perusahaan penerbit.


Dengan demikian, Pemohon perkara Nomor 51/PUU-XVI/2018
ini tidak memiliki kedudukan hukum untuk bertindak sebagai
Pemohon dalam permohonan pengujian Pasal 1 ayat (2), Pasal 9 ayat
(2), dan Pasal 18 ayat (3) UU Pers. Demikian disampaikan oleh Hakim
Konstitusi Manahan M.P. Sitompul saat pembacaan pertimbangan
Mahkamah dalam sidang putusan MK yang digelar pada Kamis
(25/10) di Ruang Sidang Pleno MK.
Manahan menyampaikan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
1angka 2 juncto Pasal 9 ayat )2( UU Pers, perusahaan pers haruslah
berbentuk badan hukum Indonesia.
Sebelumnya, Pemohon menyatakan pasal a quo mengurangi
PERMOHONAN CV SWARA hak konstitusionalnya untuk melakukan usaha sebagaimana dijamin
RESIMERASA TIDAK DAPAT DITERIMA dalam Pasal 33 ayat )1( dan ayat )4( serta Pasal28 F UUD 1945.
Ketentuan a quo juga dinilai memberikan batasan berupa larangan
PERUSAHAAN yang dipimpin Ferdinand Halomoan Lumbang Tobing bagi perusahaan pers berbadan usaha seperti CV )yang tidak tergolong
bukanlah perusahaan pers sebagaimana dimaksud Undang-Undang dalam perusahaan berbadan hukum untuk mengelola usaha di bidang
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (UU Pers). CV Swara Resimerasa pers). Di samping itu, menurut Pemohon pasal a quo telah meniadakan
hak perusahaan berbadan usaha secara ekonomi.   (Sri Pujianti/LA)

MK KABULKAN PENARIKAN KEMBALI


PERMOHONAN PERINDO
MAHKAMAH Konstitusi (MK) akhirnya mengabulkan penarikan kembali
permohonan Pemohon uji materiil Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum, Kamis (25/10).
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi telah menerima
permohonan bertanggal 10 Juli 2018 yang diajukan Partai Persatuan
Indonesia (Perindo) yang diwakili Hary Tanoesoedibjo dan Ahmad Rofiq
selaku Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Perindo. Terhadap
permohonan Nomor 60/PUU-XVI/2018 tersebut, Mahkamah telah
menggelar sidang pemeriksaan pendahuluan pada 18 Juli 2018. MK TIDAK DAPAT MENERIMA UJI
Kemudian berlanjut dengan sidang perbaikan permohonan pada 30 MATERIIL ATURAN PK
Juli 2018.
Perindo selaku Pemohon melakukan uji materiil terhadap Pasal MAHKAMAH tidak dapat menerima uji materiil aturan Peninjauan
169 huruf n UU Pemilu ke MK.  Pemohon mendalilkan bahwa proses Kembali (PK) sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 14
pengajuan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU MA) dan Undang-Undang
satu pasangan terkendala dengan adanya frasa “tidak berturut-turut” Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU Kekuasaan
penjelasan Pasal 169 huruf n UU Pemilu, dikarenakan Wakil Presiden Kehakiman). MK beralasan materi yang diuji pernah diputus MK dan
Jusuf Kalla sudah pernah menjabat sebagai wakil presiden pada masa tidak dapat dimohonkan pengujian kembali.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2004 hingga 2009. (Nano Sidang pengucapan putusan Nomor 62/PUU-XVI/2018 digelar
Tresna Arfana/LA) pada Selasa (30/10) di Ruang Sidang Pleno MK. Dalam pendapat
Mahkamah yang dibacakan Wakil Ketua MK Aswanto, Mahkamah
menilai tidak terdapat perbedaan dasar pengujian yang digunakan
dalam permohonan Pemohon  ini dengan permohonan Nomor
16/PUU-VIII/2010, permohonan Nomor 45/PUU-XIII/2015, dan
permohonan Nomor 108/PUU-XIV/2016.
Sebelumnya, Sutrisno Nugroho yang merupakan perseorangan
warga negara Indonesia telah dijatuhkan putusan pidana oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Kemudian pada hari Rabu tanggal
28 Maret 2018, Pemohon merasa telah menemukan alat bukti baru
(novum) sehingga Pemohon kembali mencoba untuk mengajukan
permohonan PK untuk kedua kalinya. Namun Pemohon merasa
permohonan PK yang kedua kali menjadi sia-sia karena adanya
pembatasan dalam undang-undang yang diajukan permohonan uji
materiil seperti yang tercantum dalam Pasal 66 ayat (1) UU MA dan
Pasal 24 Ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman.  (Sri Pujianti/LA)

Nomor 141 • November 2018


23
LAPORAN
KILAS PERKARA
UTAMA

PERMOHONAN UJI UU YAYASAN TIDAK


DAPAT DITERIMA
MAHKAMAH memutuskan permohonan uji Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan (UU Yayasan) yang diajukan Ketua Badan
Pembina Yayasan Mandala Waluya Kendari, La Ode Saafi tidak dapat
diterima. Demikian putusan MK yang dibacakan, Selasa (30/10).
Dalam permohonan yang teregistrasi dengan Nomor 65/PUU-
XVI/2018, Pemohon beranggapan, apabila mengacu ketentuan Pasal
1 ayat (3) dan ayat )4( UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan,
maka organ yayasan selaku “pekerja” berhak mendapatkan gaji, upah,
imbalan dari yayasan, dan yayasan selaku “pemberi kerja” berkewajiban
untuk memberikan gaji, upah, imbalan kepada organ yayasan selaku Selain itu, setelah Mahkamah mempelajari dalil Pemohon serta
pekerja. Apabila hal tersebut diabaikan oleh pemberi kerja, maka jelas memeriksa bukti Pemohon secara saksama, Mahkamah berpendapat
melanggar hak asasi manusia. Pasal 5 ayat )1( dan Pasal 70 UU  Yayasan yang menjadi objek
Menurut Mahkamah, Pemohon tidak menjelaskan secara khusus permohonan ini, substansinya sama dengan permohonan Nomor
kerugian yang dideritanya akibat berlakunya Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 5/PUU-XIII/2015. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/
ayat )1( dan Pasal 70 UU Yayasan. Pemohon hanya menguraikan dengan PUU-XIII/2015 bertanggal 26 Agustus 2015 Mahkamah menyatakan
merujuk pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor/5 PUU-XIII.2015/ menolak permohonan Pemohon. (Nano Tresna Arfana/LA)

MK TIDAK DAPAT MENERIMA UJI UU


PARPOL
PERMOHONAN yang diajukan oleh satu keluarga tentang uji materiil
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik (UU
Parpol) dianggap Majelis Hakim Konstitusi tidak jelas. Akibatnya,
Mahkamah memutus tidak dapat menerima permohonan yang
teregistrasi dengan Nomor 69/PUU-XVI/2018, Selasa (30/10) siang.
Mahkamah menyelenggarakan sidang perbaikan permohonan
pada 18 September 2018, namun ternyata permohonan para Pemohon
tetap tidak jelas. Dalam “Hal” permohonannya, para Pemohon menulis

MK TOLAK UJI UU TERORISME “Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011


tentang Partai Politik. Sedangkan dalam uraian permohonannya, para
MAHKAMAH menolak untuk seluruhnya permohonan terkait uji Pemohon menyatakan mengajukan “pengujian formil”, namun dalam
materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan uraian permohonannya para Pemohon tidak menguraikan alasan-
Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan alasan pengujian formil.
Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun Pemohon ini adalah Surya Kusmana, Siti Lidya Rahmi, dan
2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Lilis Agus Nuryati. Mereka memandang UU Parpol bertentangan
Undang-Undang (UU Terorisme) dengan Pancasila yang menjadi dasar negara sebagai representatif
Permohonan Nomor 55/PUU-XVI/2018 tersebut dimohonkan hukum perikatan kedaulatan Tuhan yang rumusannya dikutip dan
Zico Leonard Djagardo Simanjuntak (Pemohon I) dan William Aditya dicantumkan pada Pembukaan UUD 1945. Selain itu, UU Parpol  juga
Sarana (Pemohon II) yang merupakan Mahasiswa Fakultas Hukum dinilai bertentangan dengan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (3)
Universitas Indonesia menyampaikan Pasal 1 angka 1, Pasal 43A ayat UUD 1945. (Arif Satriantoro/LA)
(3) huruf b, Bagian Ketiga, Pasal 43C ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4), Pasal 43F huruf c, Pasal 43G huruf a (UU Terorisme) bertentangan
dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.
Dalam pertimbangan hukum yang dibacakan oleh Hakim
Konstitusi Saldi Isra Mahkamah berpendapat tidak ditambahkannya
kata "terorisme" di belakang frasa kontra radikalisasi dan deradikalisasi
dalam UU Terorisme  karena yang dimaksud oleh pembentuk undang-
undang sudah jelas, yakni mereka yang rentan dan telah terpapar
paham radikal terorisme. Lebih lanjut Saldi menyampaikan bahwa
terhadap permohonan tersebut Mahkamah berpendapat bahwa baik
frasa kontra radikalisasi maupun deradikalisasi telah dijelaskan dalam
Penjelasan Umum Alinea Keenam dan Pasal 43C ayat (1) serta Pasal
43D ayat (1) UU 5/2018 (UU Terorisme). (Sri Pujianti/LA)

24 Nomor 141 • November 2018


Nomor 141 • November 2018
25
BINCANG-BINCANG

ABHAN
KETUA BAWASLU

KAMPANYE DI MEDIA SOSIAL ADA RAMBU-


RAMBUNYA
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Abhan belum lama ini hadir dalam kegiatan “Bimbingan
Teknis Hukum Acara Penyelesaian Perkara Pemilu 2019 Bagi Bawaslu Angkatan I” di Pusat Pendidikan
Pancasila dan Konstitusi, Cisarua Bogor. Redaktur Majalah Konstitusi mewawancarai pria kelahiran
12 November 1968 ini usai memberikan kata sambutan dalam bimtek.

Sebenarnya apa saja yang termasuk


jenis-jenis pelanggaran pemilu?
Pelanggaran pemilu secara garis
besar terbagi menjadi pelanggaran
administrasi pemilu dan pelanggaran
pidana pemilu. Mekanisme penanganan
pelanggaran administrasi pemilu melalui
proses yang terbuka dengan sistem
ajudikasi dan produknya adalah putusan
Bawaslu. Sedangkan penanganan
pelanggaran pidana pemilu, Bawaslu
bersama dengan sentra penegakan
hukum terpadu yang di dalamnya ada
polisi, jaksa yang akan memproses
apabila ada dugaan tindak pidana pemilu
sampai proses sidang di pengadilan
umum.

Belakangan di media sosial sering


terjadi perseteruan antara peserta
pemilu dan saling menghujat,
menjelekkan satu sama lain. Apakah
ini termasuk jenis pelanggaran
pemilu?
Media sosial itu salah satu bagian dari
bentuk kampanye. Jadi peserta pemilu
memang diperbolehkan menggunakan
media sosial untuk kampanye. Namun
demikian, kami mengimbau agar ketika
berkampanye melalui media sosial
harus mentaati aturan dan rambu-
rambunya. Jangan saling menghujat,

26 Nomor 141 • November 2018


jangan membuat ujaran kebencian, Hal lain yang membuat Pemilu 2019 Terhadap fakta yang berbeda pada
jangan memfitnah. Tapi isilah kampanye berbeda dengan pemilu sebelumnya Pemilu 2019, Bawaslu tetap optimis
di media sosial dengan kampanye adu adalah soal ketentuan parliamentary bisa menjalankan tugas dengan
gagasan, visi, misi dan lainnya. threshold yang pada 2014 adalah 3,5% sebaik-baiknya?
namun pada Pemilu 2019 berubah Kami tetap optimis Bawaslu bisa
jadi 4%. Kenaikan persentase ini akan menjalankan tugas dengan baik.
Apa upaya Bawaslu terhadap peserta
berimbas pada persoalan kontestasi Kita punya pengalaman menangani
pemilu yang berseteru di media sosial
antara peserta Pemilu 2019. Tahun pemilu dan pilkada pada tahun-tahun
hingga saling menghujat?
2014 yang lolos dengan ketentuan 3,5%  sebelumnya yang bisa dikatakan sukses.
Bawaslu melakukan berbagai upaya adalah 10 parpol yang ada di parlemen.
pencegahan melalui sosialisasi dengan Mudah-mudahan pengalaman kami
Saat ini ada 16 parpol yang berkontestasi menjadi modal untuk menyongsong
mengimbau kepada para peserta
dan berkompetisi untuk bisa lolos Pemilu 2019.
pemilu mengenai hal-hal apa saja
memenuhi ambang batas 4%. Pengamat
yang diperbolehkan dan tidak dalam
politik memperkirakan tidak lebih dari 8
berkampanye. Kira-kira apa pelanggaran paling
parpol yang bisa lolos. Artinya, tingkat
berat yang akan dihadapi Bawaslu
kontestasi 16 parpol betul-betul akan
pada Pemilu 2019?
Pemilu 2019 berbeda dengan pemilu- dinamis. Mereka harus bisa masuk 8
pemilu sebelumnya. Komentar besar parpol. Saya kira, ini bukan hal Kami kira, potensi berbagai pelanggaran
yang mudah. soal politik uang masih ada. Kemudian
Bapak?
juga berita hoax, memunculkan ujaran
Pemilu 2019 adalah pemilu nasional Selain itu, hal yang berbeda adalah
kebencian yang bisa menjadi persoalan
yang dilakukan secara serentak untuk ketentuan proporsional terbuka masih
dalam kampanye peserta pemilu.
pertama kali yaitu pemilu legislatif digunakan dalam sistem Pemilu 2019.
Himbauan kami, mari berkampanye
dan pemilu presiden secara bersama- Artinya, kontestasi antara calon legislatif
secara damai dan bermartabat.
sama. Hal ini membuat kontestasi dan (caleg) dalam satu parpol juga akan
Bawaslu mengajak seluruh komponen
dinamikanya sangat dinamis karena dinamis. Caleg-caleg harus berkompetisi
masyarakat untuk patuh dan taat pada
keserentakkannya. Bahkan disebut- dengan sesama teman dalam satu
aturan-aturan pemilu.
sebut bahwa Pemilu 2019 sebagai parpol.
NANO TRESNA ARFANA
“pemilu lima kotak suara”.

Nomor 141 • November 2018


27
CATATAN PERKARA

Putusan Pengujian Undang-Undang


Sepanjang November 2018

No Nomor Putusan Pokok Perkara Pemohon Putusan Tanggal Putusan

1 75/PUU-XVI/2018 Pengujian UU No. 13 Forum Perjuangan MK tidak 22 November 2018


Tahun 2003 tentang Pensiunan Bank Negara berwenang
Ketenagakerjaan terhadap Indonesia (FPP BNI) mengadili
Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

2 13/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang- 1. Indonesia for Kabul 22 November 2018


Undang Nomor 24 Tahun Global Justice sebagian
2000 tentang Perjanjian (Indonesia untuk
Internasional terhadap Keadilan Global
Undang-Undang Dasar 2. Indonesia Human
Negara Republik Indonesia Rights Committee
Tahun 1945 for Social Justice
(IHCS)
3. Serikat Petani
Indonesia (SPI)
4. Yayasan Bina Desa
Sadajiwa (Bina
Desa)
5. Aliansi Petani
Indonesia (API)
6. Solidaritas
Perempuan (SP)
7. Perkumpulan
Koalisi Rakyat
Untuk Keadilan
Perikanan (KIARA)
8. Farmer Initiatives
for Ecological
Livelihood and
Democracy (FIELD)
9. Serikat Petani
Kelapa Sawit
(SPKS)
10. Amin Abdullah
11. Mukmin
12. Fauziah
13. Baiq Farihun
14. Budiman

28 Nomor 141 • November 2018


3 22/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Ir. S.A Habibie Tolak 22 November 2018
Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara
terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

4 14/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang 1. Albertus Magnus Tolak 26 November 2018


Nomor 19 Tahun 2003 Putut Prabantoro
tentang Badan Usaha Milik 2. Letjen TNI (Purn)
Negara terhadap Undang- Kiki Syahnakri
Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun
1945

5 15/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang 1. Prof. Moh. Taufik Tolak 26 November 2018


Nomor 38 Tahun 2004 Makarao, S.H., M.H.
tentang Jalan terhadap 2. Drs. Abdul Rahman
Undang-Undang Dasar Sabara, MS.IS.,
Negara Republik Indonesia M.H.
Tahun 1945

6 78/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang Abdullah M. Bamatraf Tolak 26 November 2018


Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria terhadap Undang-
Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun
1945

7 79/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang 1. Rido Pradana, S.H. Tidak dapat 26 November 2018
Nomor 18 Tahun 2003 2. Nurul Fauzi, S.H. diterima
tentang Advokat terhadap dan ditolak
Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

8 82/PUU-XVI/2018 Pengujian Undang-Undang 1. Febriditya Tidak dapat 26 November 2018


Nomor 12 Ta¬hun 2011 Ramdhan D. R diterima
tentang Pembentukan 2. Mohammad Robi
Peraturan Perundang- Maulana
Undangan terhadap Undang- 3. Anggit Dwi Prakoso
Undang Dasar Negara 4. Surya Hakim Lubis
Republik Indonesia Tahun 5. Soleman Keno
1945 6. Reydo Alfian
7. Nandang Sayuti
8. M. Muhayat
Mustadapin
9. Gentur Subagiyo
10. Lahmudin
11. Ilham Firmansyah

Nomor 141 • November 2018


29
IKHTISAR PUTUSAN

KEPASTIAN HUKUM KETENTUAN PERSENTASE SYARAT


PASANGAN CALON PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN
LUTHFI WIDAGDO EDDYONO
Peneliti Mahkamah Konstitusi

Nomor Putusan 54/PUU-XVI/2018


Pemohon Effendi Gazali, Ph.D., M.P.S.ID., M.Si, dkk.
Jenis Perkara Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amar Putusan Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
Tanggal Putusan 25 Oktober 2018

P
ermohonan Pemohon adalah siapa pun bahwa hasil hak pilih para memprioritaskan permohonan a quo
permohonan untuk menguji Pemohon akan digunakan juga sebagai dengan alasan bahwa pendaftaran
konstitusionalitas norma bagian dari persyaratan ambang batas Pasangan Calon Presiden dan Wakil
undang-undang, in casu untuk mengusulkan pasangan calon Presiden untuk Pemilu serentak 2019
Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 presiden dan wakil presiden oleh partai akan berlangsung sejak 4 Agustus 2018
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum politik atau gabungan partai politik dalam dan akan ditutup pada 10 Agustus 2018,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Pemilu serentak tahun 2019, sehingga sebagaimana diuraikan pada bagian
Tahun 2017 Nomor 182, Tambahan para Pemohon merasa dibohongi dan setelah petitum permohonan. Namun, oleh
Lembaran Negara Republik Indonesia suara yang diberikan dalam Pemilu karena permohonan prioritas demikian
Nomor 6109, selanjutnya disebut UU anggota DPR 2014 telah dimanipulasi dalam posita para Pemohon dinyatakan
Pemilu) terhadap UUD 1945, maka (vide uraian para Pemohon selengkapnya tidak dimaksudkan untuk mendesak
Mahkamah berwenang mengadili dalam Perbaikan Permohonan halaman Mahkamah, tetapi dimohonkan kembali
permohonan a quo. 3 sampai dengan halaman 8). pada bagian setelah petitum, Mahkamah
Pemohon I sampai dengan Berdasarkan uraian pada angka berpendapat permohonan demikian adalah
Pemohon IV (selanjutnya disebut para 4 di atas, telepas dari terbukti atau kabur. Lagi pula, secara substansi tidak ada
Pemohon) menjelaskan kedudukannya tidak terbuktinya dalil para Pemohon alasan bagi Mahkamah untuk menjatuhkan
dalam permohonan a quo sebagai mengenai pertentangan Pasal 222 UU putusan dengan memprioritaskan
perseorangan warga negara Indonesia Pemilu dengan UUD 1945, Mahkamah pemeriksaan a quo, sebab mekanisme
yang dalam kedudukan tersebut berpendapat bahwa para Pemohon telah yang mengatur hal tersebut telah tersedia
menganggap hak konstitusional mereka cukup jelas menguraikan secara spesifik sesuai dengan tahapan Pemilu 2019,
sebagai perseorangan WNI dirugikan hak konstitusionalnya yang menurut khususnya mengenai Pemilu Presiden
oleh berlakunya norma Pasal 222 UU para Pemohon potensial dirugikan oleh dan Wakil Presiden dan di lain pihak
Pemilu, dalam hal ini hak pilih/memilih berlakunya Pasal 222 UU Pemilu jika tahapan pemeriksaan permohonan a quo
yang sudah dilaksanakan oleh Pemohon diberlakukan untuk Pemilu 2019 dan sesuai dengan hukum acara yang berlaku
I sampai dengan Pemohon IV dalam telah tampak jelas pula hubungan kausal juga tidak memungkinkan hal tersebut
Pemilu DPR Tahun 2014. (causal verband) antara kerugian dimaksud dikabulkan. Oleh karena itu Mahkamah
Dalam menjelaskan kerugian dan berlakunya Pasal 222 UU Pemilu berpendapat permohonan pemeriksaan
hak konstitusionalnya, meskipun para sehingga jika permohonan dikabulkan prioritas para Pemohon tidak beralasan
Pemohon menguraikannya dengan cara potensi kerugian demikian tidak akan menurut hukum.
yang menjelimet, pada pokoknya uraian terjadi. Mahkamah berpendapat para Setelah Mahkamah memeriksa
para Pemohon tersebut bertumpu pada Pemohon memiliki kedudukan hukum secara saksama Permohonan a quo,
argumentasi bahwa sebelum hingga untuk bertindak sebagai Pemohon dalam telah ternyata bahwa terhadap substansi
saat para Pemohon melakukan hak Permohonan a quo. materi muatan Pasal 222 UU Pemilu telah
pilihnya pada Pemilu anggota DPR 2014, Sebelum Mahkamah memeriksa beberapa kali dimohonkan pengujian
para Pemohon tidak pernah sekalipun pokok permohonan, Mahkamah terlebih dan Mahkamah telah menyatakan
diberikan informasi oleh peraturan dahulu akan mempertimbangkan pendiriannya yaitu bahwa Pasal 222
perundang-undangan apa pun atau oleh permohonan para Pemohon untuk UU Pemilu adalah konstitusional,

30 Nomor 141 • November 2018


artinya tidak bertentangan dengan sesungguhnya, menurut Pasal 60 ayat pertimbangan-pertimbangan yang
UUD 1945. Pendirian Mahkamah dalam (1) UU MK, terhadap Pasal 222 UU parsial dan kasuistis melainkan
putusan-putusan tersebut tidak berubah. Pemilu pada dasarnya tidak lagi dapat secara komprehensif didasarkan atas
Putusan dimaksud adalah Putusan dimohonkan pengujian. Namun, karena pertimbangan yang diturunkan dari
Mahkamah Konstitusi Nomor 51-52- para Pemohon dalam permohonannya sistem ketatanegaraan, khususnya
59/PUU-VI/2008; Putusan Mahkamah mendalilkan adanya alasan berbeda dari sistem pemerintahan presidensial,
Konstitusi Nomor 56/PUU-VI/2008; permohonan-permohonan sebelumnya menurut desain UUD 1945. Sementara
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor dalam menguji konstitusionalitas Pasal itu, desain sistem ketatanegaraan
26/PUU-VII/2009; Putusan Mahkamah 222 UU Pemilu, maka sesuai dengan Indonesia dalam UUD 1945 bertolak dari
Konstitusi Nomor 4/PUU-XI/2013, ketentuan Pasal 60 ayat (2) UU MK amanat yang tertuang dalam Pembukaan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Mahkamah dapat memeriksa kembali UUD 1945, khususnya alinea keempat,
14/PUU-XI/2013; Putusan Mahkamah permohonan a quo. yang merupakan penjabaran lebih lanjut
Konstitusi Nomor 46/PUU-XI/2013; Dalam kaitan ini, setelah Mahkamah dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor memeriksa secara cermat permohonan 1945 yang di dalamnya termuat dasar
56/PUU-XI/2013; Putusan Mahkamah para Pemohon, ternyata bahwa hal yang negara Pancasila. Oleh karena itulah
Konstitusi Nomor 108/PUU-XI/2013; oleh para Pemohon dianggap sebagai ketika dilakukan perubahan terhadap
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor perbedaan permohonan a quo dengan UUD 1945, seluruh fraksi di MPR bukan
49/PUU-XII/2014; Putusan Mahkamah permohonan-permohonan sebelumnya hanya sepakat untuk tidak melakukan
Konstitusi Nomor 53/PUU-XV/2017; yang telah diputus oleh Mahkamah adalah perubahan terhadap Pembukaan UUD
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor bahwa para Pemohon menerima jika Pasal 1945 tetapi juga sekaligus sepakat
59/PUU-XV/2017; Putusan Mahkamah 222 UU Pemilu dikatakan legal policy, hanya menjadikan Pembukaan UUD 1945
Konstitusi Nomor 70/PUU-XV/2017; saja para Pemohon tidak sependapat itu sebagai acuan dalam melakukan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor jika legal policy itu mulai diberlakukan perubahan dimaksud. Dalam kaitannya
7 1 / P U U -X V/ 2 0 1 7 ; d a n P u t u s a n untuk Pemilu serentak 2019. Sebab, dengan sistem pemerintahan, MPR pada
Mahkamah Konstitusi Nomor 72/PUU- menurut para Pemohon, mereka tidak saat itu juga sepakat untuk mempertegas
XV/2017. Pendirian Mahkamah tersebut mengetahui dan tidak pernah diberitahu, ciri-ciri sistem pemerintahan
ditegaskan kembali dalam dua putusan khususnya oleh pembentuk undang- presidensial dimaksud menurut desain
terakhir, yaitu Putusan Mahkamah undang, kalau suara yang mereka berikan UUD 1945. Hal-hal itulah yang telah
Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 dan dalam pemilihan anggota DPR Tahun dipertimbangkan secara komprehensif
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2014 akan dijadikan dasar penghitungan dalam pertimbangan hukum Putusan
50/PUU-XVI/2018. presidential threshold perolehan suara Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-
Bahwa sekalipun dalam persoalan partai politik yang mengajukan pasangan XV/2017 yang ditegaskan kembali
konstitusionalitas presidential threshold calon presiden dan wakil presiden dalam dalam putusan-putusan Mahkamah
terdapat pendapat berbeda dari 2 orang Pemilu 2019. Dengan keadaan tersebut, selanjutnya, terakhir dalam Putusan
Hakim Konstitusi (Hakim Konstitusi para Pemohon merasa dibohongi dan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-
Suhartoyo dan Hakim Konstitusi Saldi suaranya dimanipulasi. Keadaan demikian, XVI/2018 dan Putusan Mahkamah
Isra), sesuai dengan putusan-putusan menurut para Pemohon, bertentangan Konstitusi Nomor 50/PUU-XVI/2018.
sebelumnya, Mahkamah tidak mengubah dengan seluruh nilai dalam Pancasila, Berbicara tentang sistem
pendiriannya dan dalam pertimbangan mulai dari Sila Pertama hingga Sila pemerintahan presidensial, kendatipun
hukumnya lebih mempertegas kembali Kelima, sementara Pancasila tidak dapat secara doktriner dapat ditemukan ciri-
pendiriannya mengenai hal tersebut. dipisahkan dari Pembukaan UUD 1945. cirinya secara umum, dalam praktik
Dengan telah jelas dan tidak Dengan demikian, seluruh dalil terdapat variasi yang beragam sesuai
berubahnya pendirian Mahkamah yang para Pemohon sesungguhnya bertumpu dengan pertimbangan kebutuhan masing-
dinyatakan dalam putusan-putusan pada persoalan apakah benar norma masing negara yang mengadopsi sistem
Mahkamah, maka dalam konteks yang termuat dalam Pasal 222 UU ini, sehingga tidak ada satu negara pun
permohonan a quo apakah terdapat alasan Pemilu mengandung pembohongan menerapkan sistem ini dengan ciri-ciri
konstitusional baru yang menyebabkan dan manipulasi? Terhadap persoalan yang persis sama dengan negara lainnya
Mahkamah harus mengubah tersebut, Mahkamah selanjutnya di dalam praktiknya. Bahkan, terhadap
pendiriannya terhadap konstitusionalitas mempertimbangkan sebagai berikut: ciri yang secara doktriner dikatakan
Pasal 222 UU Pemilu? Pertanyaan Bahwa sebagaimana telah sama pun terdapat perbedaan, misalnya
demikian muncul karena dengan telah dijelaskan, pendirian Mahkamah ciri yang menyebutkan bahwa presiden
dinyatakan konstitusionalnya Pasal p e r i h a l ko n s t i t u s i o n a l n ya P a s a l (yang sekaligus kepala negara dan kepala
222 UU Pemilu oleh Mahkamah maka 222 UU Pemilu bukan bertolak dari pemerintahan) dipilih secara langsung.

Nomor 141 • November 2018


31
IKHTISAR PUTUSAN

Dalam praktik, pengertian “dipilih secara sebagai pembohongan dan manipulasi Pemilu anggota DPR sebelumnya. Pilihan
langsung” tersebut ternyata tidak selalu suara rakyat pemilih. Sebagai contoh, demikian adalah sebagai konsekuensi
diartikan sebagai pemilihan secara Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor transisi penyelenggaraan dari Pemilu
popular vote sebab pemilihan dengan 60/PUU-XIII/2015 dalam pengujian yang terpisah menjadi Pemilu serentak.
mekanisme electoral college pun dianggap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Hal demikian dimungkinkan karena
sebagai pemilihan secara langsung, tentang Perubahan Atas Undang-Undang presidential threshold adalah sebagai legal
sebagaimana misalnya yang dipraktikkan Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan policy pembentuk undang-undang.
di Amerika Serikat, di mana para pemilih Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Berkait dengan keberlakuan suatu
tidaklah memilih kandidat presiden dan Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang norma hukum, di kalangan yuris berlaku
wakil presiden secara langsung tetapi Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota adagium ignoratia juris non exusat atau
hanya memilih sejumlah electors dengan Menjadi Undang-Undang. Dalam putusan ignoratia legis neminem exusat yaitu
secara umum menggunakan prinsip tersebut Mahkamah pada pokoknya bahwa seseorang yang tidak mengetahui
the winner takes all di negara bagian. mengabulkan permohonan Pemohon akan keberadaan suatu hukum tidaklah
Pasangan calon presiden dan wakil dengan menyatakan bahwa ketentuan membebaskan orang yang bersangkutan
presiden yang memperoleh dukungan yang mengatur tentang penghitungan dari pertanggungjawaban semata-mata
mayoritas elektoral dinyatakan sebagai persentase dukungan sebagai syarat karena ia tidak tahu. Norma undang-
pasangan calon presiden dan wakil bagi calon perseorangan yang hendak undang sebagai kaidah hukum positif
presiden terpilih. Dengan mekanisme mencalonkan diri sebagai calon kepala yang memiliki sifat hakikat mengatur
demikian kerap terjadi bahwa pasangan daerah (gubernur, bupati, atau walikota) dan memaksa tetap berlaku terlepas dari
calon presiden dan wakil presiden yang yang didasarkan atas jumlah penduduk di persoalan apakah subjek hukum yang
didukung oleh mayoritas elektoral belum daerah yang bersangkutan bertentangan diatur oleh norma hukum positif tersebut
tentu secara popular memperoleh suara dan tidak mempunyai kekuatan hukum setuju atau tidak. Bahkan, sesuai dengan
terbanyak. Misalnya dalam pemilihan mengikat secara bersyarat sepanjang prinsip presumption of constitutionality,
terakhir tahun 2016, Donald Trump tidak dimaknai “didasarkan atas jumlah suatu norma undang-undang harus
memperoleh 306 electoral colleges penduduk yang telah mempunyai hak dianggap konstitusional kecuali telah
sedangkan Hillary Clinton memperoleh pilih sebagaimana dimuat dalam daftar terdapat putusan pengadilan yang
232 electoral colleges namun popular votes calon pemilih tetap di daerah yang menyatakan bahwa norma undang-
Clinton unggul lebih dari 4,3 juta suara. bersangkutan pada pemilihan umum undang tersebut bertentangan dengan
Jika dalam mekanisme pemenuhan ciri sebelumnya.” konstitusi. Prinsip ini dianut pula oleh
“pemilihan presiden secara langsung” Apakah ketentuan demikian lantas UU MK, sebagaimana ditegaskan dalam
dimungkinkan terjadi perbedaan maka dapat diartikan sebagai pembohongan Pasal 58 yang menyatakan, “Undang-
tentu dimungkinkan pula terjadinya dan manipulasi? Sebab, jika mengikuti undang yang diuji oleh Mahkamah
perbedaan dalam mekanisme pengusulan logika para Pemohon, penduduk yang Konstitusi tetap berlaku, sebelum ada
pasangan calon presiden dan wakil namanya tercantum dalam daftar putusan yang menyatakan bahwa
presiden yang akan dipilih secara pemilih tetap pada pemilihan umum undang-undang tersebut bertentangan
langsung itu. Ketidaksamaan dalam sebelumnya di suatu daerah tentu dengan Undang-Undang Dasar Negara
praktik penerapan sistem presidensial dapat pula mengemukakan argumentasi Republik Indonesia Tahun 1945.”
demikian adalah wajar karena sistem ini bahwa mereka telah dibohongi karena Dalam kaitan itu, konsti­tusionalitas
dapat diterapkan atau diadopsi baik di tidak diberitahu sebelumnya kalau atau inkonstitusionalitas suatu norma
negara yang berbentuk federasi (serikat) keberadaannya dalam daftar pemilih undang-undang, in casu Pasal 222 UU
maupun di negara yang berbentuk tetap dalam pemilihan umum sebelumnya Pemilu, bukanlah disandarkan pada
kesatuan; baik di negara yang sistem itu ternyata akan dijadikan dasar konstruksi pemikiran yang bertolak
kepartaiannya menganut sistem dua penghitungan persentase persyaratan dari peristiwa konkret di mana rakyat
partai maupun sistem banyak partai bagi calon perseorangan yang hendak atau warga negara harus tahu terlebih
(multipartai); baik di negara yang sistem mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Bila dahulu bahwa suara yang diberikan
lembaga perwakilannya menganut dikaitkan dengan permohonan a quo, karena kepada partai politik dalam Pemilu akan
sistem dua kamar (bikameral) maupun presidential threshold telah dinyatakan digunakan sebagai syarat pengusulan
di negara yang menganut sistem satu konstitusional oleh Mahkamah dalam calon presiden dan wakil presiden,
kamar (unikameral), dan sebagainya. putusan-putusan sebelumnya dan sebagaimana didalilkan para Pemohon,
Semangat penggunaan hasil oleh karena pemilihan presiden-wakil melainkan pada substansi atau materi
pemilihan sebelumnya sebagai acuan, presiden dan pemilihan umum anggota muatan dalam norma undang-undang
meskipun tidak persis sama, bukanlah DPR sebelumnya tidak dilakukan secara itu sendiri. Artinya, konstitusional atau
sesuatu yang sama sekali baru sehingga serentak maka pilihan yang paling tidaknya suatu norma undang-undang
tidak beralasan apabila hal itu dikatakan masuk akal adalah menggunakan hasil bukan ditentukan oleh kapan norma

32 Nomor 141 • November 2018


undang-undang itu mulai diberlakukan. Oleh karena berdasarkan 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
Benar bahwa Mahkamah dalam beberapa pertimbangan di atas telah ternyata hukum mengikat, para Pemohon dalam
putusannya memberikan tenggang waktu bahwa ketentuan persentase tertentu posita permohonannya sama sekali tidak
kepada pembentuk undang-undang untuk perolehan suara partai politik atau memberikan alasan mengapa Penjelasan
melakukan perubahan undang-undang gabungan partai politik sebagai syarat Pasal 222 UU Pemilu a quo bertentangan
namun konteksnya bukan sebagaimana untuk dapat mengajukan pasangan dengan UUD 1945. Permohonan yang
yang dikonstruksikan dalam dalil para calon presiden dan wakil presiden dalam petitumnya memohonkan sesuatu
Pemohon a quo. Misalnya dalam bukanlah suatu bentuk pembohongan tetapi dalam positanya tidak menguraikan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor dan manipulasi suara rakyat pemilih, alasan-alasan yang mendasari permohonan
012-016-019/PUU-IV/2006 bertanggal maka dengan sendirinya dalil para itu adalah permohonan yang tidak cermat
19 Desember 2006 dan Putusan Pemohon yang menyatakan Pasal sehingga mengakibatkan permohonan
Mahkamah Konstitusi Nomor 15/PUU- 222 UU Pemilu bertentangan dengan yang demikian menjadi kabur. Namun
XV/2017 bertanggal 10 Oktober 2017. nilai-nilai Pancasila menjadi kehilangan dalam hal ini jika argumentasi para
Dalam putusan-putusan itu Mahkamah landasan rasionalitasnya. Sebab, dalil Pemohon perihal inkonstitusionalitas
memberikan tenggang waktu kepada para Pemohon perihal pertentangan Pasal 222 UU Pemilu sebagaimana
pembentuk undang-undang untuk Pasal 222 UU Pemilu didasarkan pada dijelaskan dalam posita permohonan
melakukan perubahan undang-undang argumentasi bahwa Pasal 222 UU a quo oleh para Pemohon sekaligus
setelah terlebih dahulu menyatakan Pemilu merupakan pembohongan dan diberlakukan juga sebagai argumentasi
bahwa norma undang-undang yang manipulasi suara pemilih. Para Pemohon dalam mendalilkan inkonstitusionalitas
diperintahkan untuk dilakukan perbaikan tidak memberikan argumentasi lebih Penjelasan Pasal 222 UU Pemilu maka
itu dinyatakan bertentangan dengan lanjut perihal mengapa Pasal 222 UU pertimbangan Mahkamah terhadap
UUD 1945. Jadi, konstruksinya adalah Pemilu itu dikatakan bertentangan Pasal 222 UU Pemilu sebagaimana telah
sebagai berikut: menurut Pasal 47 UU dengan nilai-nilai Pancasila. Padahal, diuraikan di atas dan dalam putusan-
MK, putusan Mahkamah Konstitusi secara doktriner, pembahasan tentang putusan Mahkamah sebelumnya juga
memperoleh kekuatan hukum tetap sejak nilai tidaklah cukup dengan uraian yang berlaku sebagai pertimbangan terhadap
selesai diucapkan dalam sidang pleno sumir sebab nilai adalah penentuan Penjelasan Pasal 222 UU Pemilu. Lagi
terbuka untuk umum, namun dengan penghargaan atau pertimbangan pula, secara tekstual, apa yang tertulis di
pertimbangan tertentu Mahkamah tentang “baik atau tidak baik” terhadap dalam Penjelasan Pasal 222 UU Pemilu
memberikan tenggang waktu kepada sesuatu, kemudian dijadikan dasar, tersebut tidaklah memuat norma baru
pembentuk undang-undang untuk alasan, atau motivasi untuk “melakukan yang bertentangan dengan materi muatan
melakukan perubahan terhadap norma atau tidak melakukan” sesuatu. Nilai Pasal 222 UU Pemilu sehingga tidak
undang-undang yang dinyatakan adalah hal ihwal yang bermakna bagi terdapat alasan bagi Mahkamah untuk
bertentangan dengan UUD 1945. kehidupan manusia yang didambakannya menyatakan Penjelasan Pasal 222 UU
Hal lain yang perlu ditegaskan serta berusaha mewujudkannya atau Pemilu a quo bertentangan dengan
dalam hubungan ini adalah harus menghindarinya untuk menciptakan norma yang dijelaskannya sehingga
dibedakan persoalan mulai berlakunya kepuasan dirinya. Nilai adalah juga dapat dijadikan dasar oleh Mahkamah
suatu undang-undang dan mulai suatu tuntutan yang dijadikan arah untuk menyatakan Penjelasan Pasal
berlakunya putusan Mahkamah untuk menentukan sikap dan perilaku 222 UU Pemilu bertentangan dengan
Konstitusi. Persoalan mulai berlakunya dalam kehidupan bersama manusia UUD 1945. Oleh karena itu, dalil para
suatu undang-undang adalah atau dalam kehidupan masyarakat. Pemohon sepanjang berkenaan dengan
sepenuhnya merupakan kewenangan Karena itu, mendalilkan sesuatu sebagai inkonstitusionalitas Penjelasan Pasal 222
pembentuk undang-undang, sedangkan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila UU Pemilu adalah tidak beralasan menurut
persoalan mulai berlakunya putusan haruslah disertai argumentasi yang hukum.Berdasarkan seluruh pertimbangan
Mahkamah Konstitusi tunduk pada lebih mendalam perihal hakikat nilai di atas, Mahkamah berpendapat bahwa
Pasal 47 UU MK dengan dimungkinkan dimaksud, dalam hal ini nilai-nilai yang secara substantif sesungguhnya tidak
memberi tenggang waktu kepada terkandung dalam Pancasila, yang secara terdapat alasan konstitusional baru
pembentuk undang-undang untuk analitis berkait pula dengan persoalan dalam permohonan para Pemohon a quo
melakukan perubahan undang-undang prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang sehingga permohonan para Pemohon
yang dinyatakan bertentangan dengan terkandung di dalamnya. adalah tidak beralasan menurut hukum.
UUD 1945. Namun, kedua persoalan Berkenaan dengan petitum Amar Putusan Mahkamah kemudian
itu tidak berkait dengan pertimbangan para Pemohon yang juga memohonkan menyatakan, “Menolak permohonan
untuk menilai konstitusionalitas suatu agar Penjelasan Pasal 222 UU Pemilu Pemohon untuk seluruhnya.”
undang-undang. dinyatakan bertentangan dengan UUD

Nomor 141 • November 2018


33
Ragam Tokoh

Judhariksawan Liga Spanyol, ia mendukung Real Madrid. Untuk Liga


Indonesia, dirinya mendukung PSM Makassar.
Judha mengaku bahkan sudah mengunjungi 13 stadion

PENGGILA BOLA di luar negeri tempat klub–klub besar. Hal ini dilakukan di sela
–sela kunjungan tugas saat keluar negeri. Tentu ini dilakukan

M
dengan kocek pribadi. “Jadi misal ada waktu free saat tugas,
antan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) saya menyisihkan waktu untuk berkunjung ke stadion,”
2013–2016 Judhariksawan mengaku dirinya jelasnya.
sebagai penggila bola. Dia menyebut memiliki Di sana, lanjut dia, stadion klub menjadi tempat untuk
banyak klub favorit bola lebih dari satu. berwisata. Dimana publik dapat mengunjungi pakaian ganti
“Saya suka mulai dari liga Inggris, Italia, dan juga pemain dan juga berbelanja pernak–pernik resmi klub. Ini
Spanyol. Untuk dalam negeri dirinya sangat mendukung tim menimbulkan kepuasan tersendiri bagi fans klub tersebut.
nasional,” jelasnya di sela–sela acara MK beberapa waktu Paska tidak menjabat di KPI, dirinya saat ini fokus
yang lalu. kembali ke kampus. Fokus mengajar sesuai bidang
Untuk Liga Inggris, dirinya mengidolakan klub Chelsea. keilmuannya yakni Hukum Internasional. Juga dirinya aktif
Adapun Liga Italia, Judha menjagokan AC Milan. Sementara bergiat di NGO yang fokus pada bidang pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat.
ARIF SATRIANTORO

34 Nomor 141 • November 2018


BAGITO profesional dan ini adalah panggung pertama kami selama
2018. Kami sangat bangga sekali,” ucap Dedi Gumelar atau

INDONESIA SUDAH
lebih dikenal sebagai Mi’ing Bagito didampingi oleh Didin
dan Unang Bagito.
Grup lawak yang populer di era 90an tersebut

KEHILANGAN RASA pun menyayangkan fenomena hilangnya rasa humor


di Indonesia. Menurut mereka, masa kini rawan jika

HUMOR mengeluarkan candaan atau humor, apalagi Bagito dikenal

T
dengan lawakan yang satir. “Sekarang serba rawan
rio pelawak kawakan Indonesia, Bagito, berterima jika mengeluarkan humor. Misalnya direkam via video,
kasih kepada Mahkamah Konstitusi (MK). dipotong, lalu disebar. Sekarang orang sudah tidak ada
Pasalnya, setelah sekian lama vakum tampil self censor, semua main upload. Pihak lain yang tidak suka
bersama, MK berhasil menyatukan Bagito sebagai bisa banyak, seperti netizen,” jelas Mi’ing yang ditemui usai
pembawa acara Anugerah Konstitusi bagi Guru PKn acara Anugerah Konstitusi 2018.
Terbaik dan Anugerah Media dan Penulis opini terbaik Bagito pun menilai Indonesia sudah kehilangan rasa
Tahun 2018 yang digelar pada 9 November 2018 di Pusat humor. Akan tetapi, jika diberikan kesempatan Bagito
Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, Bogor. ingin ikut serta ‘memperbaiki’ dunia humor Indonesia.
“Bagito sebenarnya tidak tercerai-berai, tapi “Sebetulnya Bagito ingin kembali membangun humor
disatukan dalam satu acara bersama dalam panggung Indonesia. Kembali pada dunia humor yang sesungguhnya,”
prestise yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi. tutup Didin Bagito.
LULU ANJARSARI
Kami sudah lama tidak manggung dalam panggung

Nomor 141 • November 2018


35
36 Nomor 141 • November 2018
TAHUKAH ANDA?

APLIKASI LIVE STREAMING DAN


VIDEO CONFERENCE

M
ahkamah Konstitusi (MK) negara, pembubaran partai politik, salah satu upaya nyata untuk mewujudkan
m e m i l i k i a p l i ka s i l i ve perselisihan tentang hasil Pemilihan administrasi lembaga peradilan yang
streaming persidangan bagi Umum (Presiden dan Wakil Presiden, modern dan terpercaya. Definisi modern
publik. Dengan adanya fitur Anggota DPR, DPD, dan DPRD), pendapat dikaitkan dengan penerapan prinsip–
ini, masyarakat dapat mengikuti jalannya DPR mengenai dugaan Presiden dan/atau prinsip organisasi dan manajemen
sidang tanpa perlu hadir langsung di Wakil Presiden melakukan pelanggaran modern serta penggunaan sarana/
persidangan. menurut UUD 1945, dan perselisihan prasarana pendukung berbasis TIK dalam
Aplikasi ini dapat diakses melalui hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan penyelenggaraan manajemen lembaga
laman resmi lembaga yakni www.mkri. Walikota. peradilan MK.
id. Setelah masuk ke halaman pertama, Persidangan jarak jauh melalui video Sementara definisi terpercaya,
di pojok kanan laman terdapat menu conference yang dilakukan oleh Majelis dikaitkan dengan upaya mewujudkan
streaming dan video conference. Setelah Hakim untuk mendengar keterangan tata kelola lembaga peradilan yang
mengklik menu tersebut, akan tampak Pemohon, Termohon, Pihak Terkait atau sesuai dengan aturan hukum dan
laman selanjutnya dari aplikasi. Isinya kuasanya, saksi dan/atau ahli. prinsip keadilan. Pemanfaatan TIK di
pilihan empat kanal saluran yaitu kanal Permohonan pemeriksaan melalui MK terwujud dalam sistem terpadu
satu untuk ruang sidang pleno, kanal 2 persidangan jarak jauh disampaikan agar dapat memberikan layanan yang
untuk sidang panel 1, kanal 3 untuk ruang paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum partisipatif dan interaktif dalam rangka
sidang panel 2, serta kanal empat untuk rencana pelaksanaan persidangan jarak transparansi dan akuntabilitas pada
kuliah umum. jauh, baik secara langsung maupun publik. Hal tersebut secara garis besar
Selain live streaming, terdapat melalui faksimili, surat elektronik (e-mail), terbagi dalam tiga kelompok sistem
juga fitur video conference (Vicon) untuk surat kilat khusus, atau media lain yang yakni sistem administrasi umum, sistem
persidangan jarak jauh. Gunanya untuk tersedia; administrasi layanan peradilan, dan
mewujudkan penyelenggaraan peradilan Permohonan pemeriksaan sistem administrasi layanan publik.
yang cepat, sederhana, dan biaya ringan. melalui persidangan jarak jauh akan Pemanfaatan aplikasi vicon dan
MK melakukan ini untuk dipertimbangkan oleh Panel Hakim live streaming juga bisa dimaknai untuk
mempermudah masyarakat pencari atau akan dibahas dalam Pleno Rapat mewujudkan tata kelola lembaga
keadilan dan stakeholder mengikuti Permusyawaratan Hakim. Jadwal p e r a d i l a n y a n g e f e k t i f, e f i s i e n ,
proses persidangan dalam arti tidak pelaksanaan pemeriksaan persidangan transparan, dan akuntabel. Dari sini, MK
selalu harus hadir secara fisik ke ruang melalui Vicon diberitahukan oleh mengoptimalkan penggunaan teknologi,
sidang. Selain itu untuk mempercepat dan Kepaniteraan MK kepada Pemohon, informasi, dan komunikasi secara lebih
menyederhanakan proses persidangan Termohon, Pihak Terkait atau kuasanya mendalam.
dalam arti tidak berbelit-belit dan tidak paling lambat 2 (satu) hari kerja sebelum Di sisi lain, aplikasi ini merupakan
membuang-buang waktu. Di sisi lain pelaksanaan persidangan. salah satu upaya untuk mewujudkan
persidangan jarak jauh diharapkan Dalam teknisnya, vicon yang Visi MK “Mengawal Tegaknya Konstitusi
menekan biaya persidangan bagi disediakan MK bekerjasama dengan 42 Melalui Peradilan Modern dan Terpercaya.”
masyarakat pencari keadilan dalam kampus di seluruh Indonesia. Nantinya Hal demikian menuntut MK melakukan
arti biaya yang akan ditanggung oleh pengguna vicon dapat melakukan tata kelola lembaga peradilan yang efektif,
masyarakat pencari keadilan cukup persidangan jarak jauh di kampus- efisien, transparan, dan akuntabel. Dari
ringan. kampus terebut. sini, MK mengoptimalkan penggunaan
Persidangan jarak jauh melalui teknologi, informasi, dan komunikasi
Vicon dapat dilakukan untuk memeriksa, Peradilan Modern Terpercaya untuk mencapai visi lembaga yang telah
mengadili, dan memutus permohonan, Dikutip dari buku panduan tentang dicanangkan.
pengujian Undang-Undang terhadap UUD aplikasi milik MK , pemanfaatan Teknologi ARIF SATRIANTORO

1945, sengketa kewenangan lembaga Informasi Komunikasi (TIK) merupakan

Nomor 141 • November 2018


37
AKSI

Delegasi MKRI yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal MK M. Guntur Hamzah mengunjungi MSM untuk menjajaki potensi kerja sama.

Jalin Kerja Sama Untuk Perluas


Pengalaman Internasional

S
ebagai lembaga peradilan Penegak Konstitusi dalam Kemajemukan tersebut dengan adanya  Recharging
negara, Mahkamah Konstitusi Bangsa Program  dengan The Hague University.
tidak hanya berperan di Sekretaris Jenderal Mahkamah Hal ini disampaikan Guntur dalam
dalam negeri melalui upaya Konstitusi M. Guntur Hamzah pembukaan Recharging Program 2018
peningkatan pemahaman konstitusi menyatakan optimis MKRI mampu di Denhaag, pada Senin (8/10) malam.
warga negara, tetapi juga harus terus menjadi tuan rumah berbagai kegiatan Dalam acara yang dihadiri oleh
mengembangkan diri dengan terus internasional, sekaligus menjadi rujukan Presiden Board of Director The Hague
memperluas pengalaman hukum dari bagi dunia internasional sebagai University Leonard Geluk tersebut,
berbagai negara lainnya di dunia melalui penegak konstitusi dan hukum yang Guntur menjelaskan bahwa dari semua
jalinan kerja sama, baik bidang pendidikan demokratis dalam kemajemukan bangsa kewenangan MKRI, jumlah kasus tertinggi
maupun kegiatan pengembangan bidang dengan semakin luasnya pengalaman kedua yang diputuskan merupakan
hukum internasional. internasional para pegawai MKRI. Salah kewenangan terkait sengketa hasil
satu cara memperluas pengalaman pemilihan umum, khususnya sengketa

38 Nomor 141 • November 2018


hasil pemilihan kepala daerah. MKRI Menteri Pertahanan Belanda yang saat penelitian ilmu terapan (applied research). 
telah menangani perkara sengketa hasil ini menjabat sebagai Anggota Senat Kedua belah pihak juga sepakat untuk
pemilihan kepala daerah sejak 2008 Tinggi Kerajaan Belanda.  Recharging saling bertukar ahli/pakar dalam hal tata
hingga 2014, kemudian sengketa hasil Program  di The Hague University yang kelola pemerintahan, manajemen, serta
pemilihan kepada daerah serentak pada diselenggarakan hingga 15 Desember juga dalam ilmu hukum dan demokrasi
2015, 2017 dan 2018 dengan jumlah 2018. dengan berkolaborasi dengan Maastricht
perkara masing-masing yang sangat University-Faculty of Law.
tinggi. Kewenangan MKRI tidak hanya Saling Bertukar Ahli Hukum
sebatas hasil dari pemilu, namun juga Dalam rangka memperkuat Pelajari Tata Kelola MK Jerman
pengujian undang-undang atau  judicial dukungan kepada hakim konstitusi, Delegasi MKRI yang dipimpin oleh
review. Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Sekretaris Jenderal M. Guntur Hamzah
Guntur menyebut kewenangan Mahkamah Konstitusi menggandeng mengadakan pertemuan bilateral
terkait penanganan perkara pemilu Maastricht School of Management dengan Direktur MK Jerman Peter
menjadikan MKRI sebagai pusat (MSM) untuk menjadi penyelenggara Weigl pada Kamis (11/10). Pertemuan
perhatian publik karena sifat dari kasus- program  internship  bagi para pegawai yang dilaksanakan di Kota Karlsruhe,
kasus ini sangat erat dengan isu-isu Mahkamah Konstitusi (MK). Jerman, tersebut diagendakan untuk
politik, hak asasi manusia, dan sistem Kerja sama antara Kepaniteraan mendiskusikan dan bertukar informasi
pemerintahan. Oleh karenanya, maka dan Sekretariat Jenderal MK dan MSM perihal alur kerja dan tata kelola lembaga
dibutuhkan pegawai berlatar belakang ditandatangani di Maastricht, Belanda, peradilan. “Struktur Organisasi dan Tata
ilmu hukum yang memiliki pemahaman pada Selasa (9/10). Penandatanganan Kelola (SOTK) MKRI baru saja direvisi pada
dan keterampilan yang unggul dan global nota kesepahaman ini dilakukan oleh penghujung tahun 2017, dan struktur
dalam memberikan dukungan kepada Sekretaris Jenderal MK M. Guntur Hamzah MK Jerman merupakan salah satu yang
para Hakim Konstitusi. Untuk itulah, dan Chief Executive Officer MSM Meinhard menginspirasinya,” jelas Guntur sebagai
Recharging Program menjadi salah satu Gans. Kedua institusi bersepakat untuk pembuka diskusi.
program unggulan untuk meningkatkan menjalin kerja sama dalam berbagai Guntur menambahkan bahwa
kompetensi pegawai-pegawai tersebut. bidang, di antaranya program peningkatan posisi, peran dan fungsi Inspektorat MKRI
Acara tersebut ditutup oleh J. kompetensi pegawai melalui  internship, adalah yang paling kental terinspirasi
Voerhoeve, mantan Menteri Hukum dan kursus  executive,  training, seminar serta dari komite audit dan antikorupsi MK

Sekretaris Jenderal MK M. Guntur Hamzah melakukan studi komparasi di Altes Museum, Berlin, Jerman.

Nomor 141 • November 2018


39
AKSI

Jerman. Menanggapi hal tersebut, Peter khusus untuk memenuhi kebutuhan pandangan dari lembaga-lembaga
Weigl mengucapkan terima kasih telah Mahkamah Konstitusi, bukan hanya dari peradilan yang tergabung dalam negara
menjadikan MK Jerman sebagai inspirasi sisi teori, namun juga praktikal dengan G20, dengan saling bertukar informasi
MKRI. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa studi ekskursi ke institusi institusi dan pengalaman, dalam satu forum
dengan adanya wewenang constitutional hukum di Jerman. Lebih lanjut, ia juga bersama.
complaint, MK Jerman menangani 6000- akan meminta kesediaan para asisten Ketua MKRI Anwar Usman
6500 kasus pertahun. hakim konstitusi Jerman yang merupakan yang memaparkan materi tentang
Lebih lanjut, Peter juga menjelaskan pakar dan juga sekaligus hakim di tingkat “Demokrasi Global dan Pasar Global”,
bahwa satu orang hakim konstitusi negara bagian untuk dapat bertukar ilmu menyampaikan pelaksanaan demokrasi
dibantu oleh empat orang asisten hakim. dengan para peserta program. sangat erat kaitannya dengan kemajuan
Para asisten hakim tersebut adalah Menanggapi hal tersebut, Guntur perekonomian suatu negara. Karena
juga para hakim dari lembaga peradilan menyambut baik rancangan program untuk menggerakan roda demokrasi,
non-konstitusi negara bagian serta yang telah disusun guna mengembangkan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
empat orang asisten hakim tersebut sumber daya manusia di MK. Ia juga Oleh karena itu, lanjut Anwar, indeks
membantu menganalisa,  memberi membuka peluang untuk institusi- kemajuan demokrasi di suatu negara,
masukan dan menyusun konsep putusan institusi lain yang ingin bergabung tidak dapat dilepaskan dari indeks
untuk selanjutnya diteruskan oleh para dalam  recharging program  yang diinisiasi kemajuan ekonomi. Tanpa kemajuan
hakim konstitusi. oleh Mahkamah Konstitusi sejak 2017.  dan pertumbuhan ekonomi yang baik,
 Sebaliknya, MKRI juga menjelaskan Guntur berharap dengan memberi mustahil demokrasi dapat berjalan
perihal kemudahan yang diberikan peluang bagi institusi lain, maka program dengan baik pula.
Mahkamah bagi para pencari keadilan yang menjadi program prioritas MK Selanjutnya, Anwar menambahkan
melalui berbagai aplikasi pendukung, di itu dapat saling bertukar pikiran dan bahwa perkembangan demokrasi yang
antaranya simpel.mkri.id,  case tracking, diskusi terhadap praktik di masing- berlangsung di berbagai negara saat
dan  video conference. Dalam pertemuan masing institusi. Ia juga berharap ini berjalan secara anomali. Karena
yang berlangsung selama 3 jam tersebut, bahwa dengan heterogennya peserta demokrasi yang semula dicita-citakan
Kepala Biro Administrasi Yustisial MK recharging, maka akan memperluas seharusnya tumbuh dari, oleh, dan
Jerman Voltker Batzke menyatakan sudut pandang para peserta program. untuk masyarakat, menjadi didominasi
ketertarikannya terhadap Pancasila yang Sebagai penutup pertemuan, delegasi oleh segelintir orang saja yang memiliki
dijadikan batu uji dalam melaksanakan Mahkamah Konstitusi melakukan tinjauan kapital yang besar. Sehingga demokrasi
pengujian undang-undang. ke perpustakaan Leipzig University, yang berlangsung saat ini bersifat elitis
kampus yang merupakan almamater dan cenderung menguntungkan segelintir
Peluang Kerja Sama Kanselir Jerman Angela Merkel. orang saja. Begitu pula halnya terhadap
Dalam rangka menyiapkan mekanisme pasar bebas saat ini yang
sumber daya munusia yang mampu Pertemuan G20 berlaku hampir di semua negara dan
mendukung para hakim konstitusi dalam Buenos aires menjadi saksi kawasan. Jika mekanisme pasar bebas
memperkuat kualitas putusan, Sekretaris digelarnya konferensi pertama lembaga berlaku tanpa syarat dan peraturan yang
Jenderal MKRI Guntur Hamzah kembali peradilan di dunia bagi negara-negara seimbang, maka akan berlaku hukum
memperluas jaringan internasional yang tergabung dalam G20. Konferensi alam bahwa siapa yang memiliki modal
Mahkamah Konstitusi dengan Leipzig yang bertajuk  Judicial Conference of The paling besar, maka dialah yang akan keluar
University Jerman. Supreme Courts of The G20, merupakan sebagai pemenang dalam kompetisi
Dalam pertemuan yang inisiasi yang diambil oleh Argentina, persaingan ekonomi tersebut. Untuk itu,
diselenggara­k an pada (12/10) di selaku tuan rumah penyelenggara lanjut Anwar, guna mencari solusi dan
Le i pz i g , Le i pz i g U n i ve r s i t y ya n g pertemuan G20. jalan tengah terhadap perkembangan
diwakili oleh Direktur Fakultas Hukum Dalam pertemuan tersebut, dibahas dunia saat ini, konferensi ini menjadi
Christophe Enders dan Anna Mrozek mengenai peran lembaga peradilan suatu forum yang penting untuk berbagi
memaparkan desain program yang juga memiliki faktor penting dalam ide, informasi, dan pengalaman dari
akan diselenggarakan selama 6 minggu pembangunan dan penyelenggaraan masing-masing negara.
pada 2019. Dalam paparannya, Enders pemerintahan negara yang bersih. Oleh HS/NK

menjelaskan bahwa program ini disusun karena itu, diperlukan kesepahaman

40 Nomor 141 • November 2018


Bimtek Peningkatan Pemahaman
Hukum Acara PHPU 2019

Para peserta Bimbingan Teknis hukum acara penyelesaian perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2019 bagi KPU.

D
alam rangka persiapan
Nomor 7 Tahun 2017). Penyusunan pemilu yang diberikan pelatihan ataupun
menghadapi Pemilihan Umum
PMK tersebut juga disesuaikan bimbingan teknis, tetapi juga peserta
2019, Mahkamah Konstitusi
dengan kebutuhan dan praktik yang pemilu maupun pihak-pihak lain yang
menggelar serangkaian
selama ini telah dilakukan MK dalam nantinya akan terlibat dalam proses
bimbingan teknis hukum acara
menyelesaikan perkara Perselisihan Hasil perselisihan hasil pemilu. Individu-
penyelesaian perkara Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum (PHPU) sebelumnya. individu maupun lembaga-lembaga
Pemilihan Umum 2019 bagi Komisi
Hal tersebut disampaikan Panitera yang kemungkinan akan terlibat dalam
Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas
MK, Kasianur Sidauruk, pada acara proses perselisihan hasil pemilu,
Pemlihan Umum (Bawaslu) serta partai
pembukaan “Bimbingan Teknis Hukum diberikan bimbingan teknis yang cukup
politik, calon anggota DPD, advokat
Acara Penyelesaian Perkara Perselisihan oleh Mahkamah Konstitusi. Arief
maupun para pemantau pemilihan dan
Hasil Pemilihan Umum Tahun 2019 Bagi mengapresiasi inisiatif MK mengadakan
lainnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU kegiatan bimtek ini. Dengan adanya
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota Se- kegiatan ini para pihak mengetahui
KPU Angkatan I: Jangan Menyelesaikan
Indonesia Angkatan I” pada Senin (1/10) bagaimana menyelesaikan perbedaan
Perbedaan Pendapat di Jalanan
malam di Pusat Pendidikan Pancasila dan pendapat. “Jangan lagi menyelesaikan
Guna menghadapi Pemilu 2019,
Konstitusi, Cisarua Bogor. persoalan perbedaan pendapat di
MK telah menyusun lima Peraturan
Sementara itu, pada kesempatan jalanan,” pesan Arief di hadapan 150
Mahkamah Konstitusi (PMK) baru yang
yang sama Ketua Komisi Pemilihan Umum peserta bimtek.
telah disesuaikan dengan Undang-Undang
(KPU) Arief Budiman menyampaikan Adapun materi pokok yang menjadi
Pemilu yang baru (Undang-Undang
bahwa bukan hanya penyelenggara bahan utama bagi peserta selama

Nomor 141 • November 2018


41
AKSI

1–3 Oktober 2018 untuk dipelajari 2019 yang merupakan pemilu serentak KPU Angkatan III: Perlunya Sinergisitas
dan dipahami dalam kegiatan ini yaitu dan menjadi pesta demokrasi Indonesia, Para Penyelenggara Pemilu
PMK tentang Pedoman Beracara dalam maka MK sebagai pengawal demokrasi Pada kesempatan ketiga Bimbingan
Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan bertanggung jawab untuk menyelesaikan Teknis Hukum Acara Penyelesaian
Umum Anggota DPR, Anggota DPD, setiap perselisihan yang muncul di Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden, dan dalamnya. Dalam pelaksanaan tugas Umum Tahun 2019 Bagi Komisi
DPRD. Kemudian PMK tentang Tahapan, penyelesaian PHPU tersebut dibutuhkan Pemilihan Umum Angkatan Ke 3, di Pusat
Kegiatan dan Jadwal Penanganan Perkara dukungan konkret dari berbagai pihak. Pendidikan Pancasila dan Konstitusi,
PHPU. Selain itu PMK tentang Pedoman Untuk itu, melalui bimtek bagi KPU ini Bogor, pada Senin (8/10) acara dibuka
Penyusunan Permohonan Pemohon, dapat menjadi sarana bagi MK untuk langsung oleh Wakil Ketua MK Aswanto.
Jawaban Termohon dan Keterangan Pihak meningkatkan pemahaman hukum acara Mengawali sambutannya, Aswanto
Terkait Dalam PHPU. di MK yang diperlukan KPU selaku pihak menyampaikan dalam menyambut
yang nantinya akan menjadi Termohon Pemilu 2019 dan keberadaan KPU selaku
KPU Angkatan II: MK Bertanggung dalam pengajuan PHPU 2019. penyelenggara pesta demokrasi tersebut
Jawab Mengawal Demokrasi Selama 4-6 Oktober 2018 sejumlah Aswanto juga mengingatkan agar Komisi
Kepala Bagian Umum Pusat 150 peserta bimtek mendapatkan Pemilihan Umum selalu bersinergi
Pendidikan Pancasila dan Konstitusi,  berbagai materi terkait penyelesaian dengan Bawaslu selaku pengawas
Imam Margono, secara resmi menutup PHPU 2019, di antaranya Komisioner pemilu. Bukan saling serang yang saat
secara resmi kegiatan Bimbingan Teknis KPU RI Hasyim Asyari, Koordinator Divisi ini sering terjadi. “Saya ini dulu pernah
Hukum Acara Penyelesaian PHPU 2019 Hukum Bawaslu RI Fritz Edward Siregar menjadi pengawas pada waktu dulu,
Bagi KPU Angkatan II pada Sabtu (7/10) dalam makalah berjudul “Problematika dan saya dengan KPU pada waktu lalu
di Graha Konstitusi 3 Pusat Pendidikan dan Penyelesaian Sengketa Pemilu selalu saling support dan berdampingan.
Pancasila dan Konstitusi, Cisarua, Bogor. 2019”, Hakim Konstitusi Suhartoyo dalam Tapi sekarang malah saling serang dan
Dalam sambutan penutupan materi berjudul “Hukum Acara Mahkamah saling bantah. Padahal MK memberikan
tersebut, Iman menyampaikan bahwa Konstitusi”, dan Panitera Muda I Muhidin tempat duduk sudah berdampingan, agar
sesuai amanat UUD 1945, MK diberikan dalam presentasi berjudul “Mekanisme, KPU dan Bawaslu bisa satu suara. Tapi
wewenang dalam menyelesaikan perkara Tahapan, dan Kegiatan PHPU 2019”. pada kenyataannya masih ada saja yang
perselisihan pemilihan umum. Pemilu tidak mau bersinergi,” imbuhnya.

Ketua KPU Arief Budiman dalam acara pembukaan bimtek Hukum Acara PHPU Tahun 2019 di Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, Bogor.

42 Nomor 141 • November 2018


Ketua KPU Arief Budiman (tengah) diapit oleh Panitera MK Kasianur Sidauruk (ujung kanan) dan Kepala Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Budi
Achmad Djohari (kiri) serta para peserta bimtek.

Acara Bimtek angkatan ketiga ini sengketa hasil pemilu di Mahkamah pernah memutus siapa yang menang,
diikuti oleh KPU dari Provinsi Sumatera Konstitusi. “Bagi kita semua yang karena yang memiliki kewenangan untuk
Utara, Provinsi Jambi, Provinsi Kepulauan sudah lama berkecimpung di bidang menentukan pemenang adalah KPU,
Riau, DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, pemilihan, salah satu tahapan pemilu kami hanya memutus suara yang benar
Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi adalah penyelesaian sengketa hasil, menurut Mahkamah,” kata Aswanto.
Sulawesi Utara, serta KPU Provinsi konstitusi mengamanatkan lembaga yang Pemateri lainnya yang turut berbagi
Sulawesi Barat dan Provinsi Maluku menyelesaikan sengketa hasil adalah ilmu dalam bimtek ini di antaranya
Utara. Acara ini berlangsung selama Mahkamah Konstitusi,” ujar Aswanto. Hakim Konstitusi Suhartoyo, Komisioner
empat hari, mulai dari Senin (8/10) hingga Aswanto mengajak para anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik
Kamis (11/10). dan pegawai KPU yang hadir dalam Indonesia Evi Novida Ginting dan Peneliti
ke g i a t a n t e r s e b u t , u n t u k s e l a l u Mahkamah Konstitusi Pan M. Faiz, yang
KPU Angkatan IV: Keberhasilan konsisten melaksanakan ketentuan juga menjadi pendamping peserta bimtek
KPU Bergantung pada Konsistensi yang berlaku. Berdasar pengalaman dalam sesi praktik penyusunan jawaban
Laksanakan Aturan yang pernah dilalui Aswanto sebagai KPU dalam sengketa pemilu legislatif
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi panitia pengawas pemilu, para peserta 2019.
Aswanto membuka kegiatan Bimbingan sering kali menggunakan kekuatan fisik,
Teknis Hukum Acara Penyelesaian termasuk mengerahkan massa agar PKB Pelajari Hukum Acara PHPU Tahun
Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan kepentingannya diakomodir oleh KPU. 2019
Umum Tahun 2019 bagi Komisi Pemilihan Terkait dengan penyelesaian perkara Ketua MK Anwar Usman membuka
Umum Angkatan IV, Kamis (11/10), perselisihan hasil pemilu, Aswanto sekaligus memberikan ceramah kunci
di Pusat Pendidikan Pancasila dan menjelaskan posisi MK tidak dalam dalam Bimtek Hukum Acara Penyelesaian
Konstitusi, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. menentukan siapa yang menjadi Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Berdasar amanat Konstitusi dan pemenang, melainkan hanya menentukan U m u m Ta h u n 2 0 1 9 b a g i P a r t a i
peraturan perundang-undangan salah perolehan suara yang benar menurut Kebangkitan Bangsa pada Senin-Rabu
satu tahapan pemilu adalah penyelesaian Mahkamah. “Kami di Mahkamah tidak (15-17/10) di Pusat Pendidikan dan

Nomor 141 • November 2018


43
AKSI

Pancasila, Cisarua, Jawa Barat.  perubahan pada tahun 1999-2002. Untuk Satu di antaranya membahas masalah
Dalam pemaparannya, Anwar menjaga proses demokrasi dan mencapai hukum, termasuk hukum pemilu.
mengatakan demokrasi di Indonesia hasil pemilu yang diharapkan, Anwar Dikatakan Anwar, ketika mereka tidak
terus mengalami perubahan. Menurut menjelaskan dibutuhkan kerja sama mampu mengemban amanah akibat
Anwar, dahulu pasca Indonesia merdeka, dan sinergitas seluruh organ negara dari sistem yang keliru dan tanpa
pelaksanaan demokrasi dan pemilu yang terkait penyelenggaraan pemilu—dalam pengawasan ketat serta objektif dari
mendapat pujian baik dari masyarakat hal ini KPU, Bawaslu, DKPP, Kepolisian, Bawaslu, maka akan lahir seorang
nasional maupun internasional, yakni Kejaksaan, pengadilan, MK dan seluruh gubernur, bupati, walikota, anggota DPR
pemilu yang dilaksanakan pada 1955. elemen masyarakat. yang tidak amanah. Bahkan terlibat
“Pemilu tersebut mendapat pujian dalam kasus korupsi.  
karena dilaksanakan dengan jujur, adil Tugas dan Kewenangan Bawaslu yang Sementara itu, Ketua Bawaslu
dan transparan meski pemilu tersebut Luar Biasa Abhan menyampaikan Pemilu 2019
merupakan pemilu pertama,” terang Ketua MK Anwar Usman berbeda dengan pemilu-pemilu
Anwar di hadapan 160 peserta bimtek.  mengatakan, saat ini Badan Pengawas sebelumnya. Pemilu 2019 dilakukan
Namun, pasca pemilu 1955, Pemilu (Bawaslu) memiliki tugas dan secara serentak untuk yang pertama
demokrasi dan pemilu seolah hanya kewenangan yang luar biasa. Bahkan kali. Hal yang membedakan Pemilu
rutinitas belaka, yang wajib dilaksanakan ada usulan beberapa pihak bahwa 2019 dengan pemilu sebelumnya adalah
sesuai dengan kalender ketatanegaraan pengadilan pemilu berada di bawah mengenai ketentuan  parliamentary
yang ada. Bahkan, banyak pendapat Bawaslu. “Kewenangan dan usulan ini threshold  yang pada 2014 adalah 3,5%.
dan ahli yang mengatakan, bahwa bukan datang tiba-tiba, tetapi berkat Namun pada Pemilu 2019 berubah jadi
demokrasi yang berjalan pasca pemilu kinerja, kesungguhan Bapak-Bapak dan 4% untuk  parliamentary threshold. Selain
1955, bersifat lips service semata, hanya Ibu-Ibu yang bekerja di Bawaslu dalam itu, menurut Abhan, hal yang berbeda
sekadar memenuhi syarat untuk disebut menyikapi setiap laporan yang ada, lainnya adalah ketentuan proporsional
sebagai sebuah negara demokrasi. setiap sengketa sampai pada putusan,” terbuka masih digunakan dalam sistem
Oleh karena itu, untuk mengevaluasi ucap Anwar sebelum membuka resmi Pemilu 2019. Artinya, kontestasi antara
demokrasi dan pemilu, dilakukanlah kegiatan “Bimbingan Teknis Penyelesaian calon legislatif (caleg) dalam satu parpol
perubahan UUD 1945. Pemilihan Perkara Perselisihan Hasil Pemilu 2019 juga akan dinamis. Caleg-caleg harus
umum yang dijalani saat ini, merupakan Bagi Bawaslu Angkatan I.” berkompetisi dengan sesama teman
bagian dari konsekuensi anutan paham Lebih lanjut, Anwar mengungkapkan dalam satu parpol.
sistem demokrasi dan nomokrasi yang bahwa belum lama ini ia mengikuti NANO TRESNA ARFANA/SRI PUJIANTI/UTAMI/

menjadi paradigma setelah dilakukannya pertemuan sejumlah negara di Argentina. ILHAM/NRA/LA

Para anggota KPU peserta bimtek Hukum Acara PHPU Tahun 2019.

44 Nomor 141 • November 2018


Hakim Konstitusi Enny Nurbaningsih dan Wakil Ketua MK Turki Engin Yildirim memberikan kuliah umum di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kuliah Umum Bersama Universitas di


Indonesia

D
unia pendidikan adalah salah Perlindungan terhadap Hak Konstitusional konstitusi di Turki tidak dipilih oleh
satu ranah yang harus didekati Warga Negara) yang dilangsungkan di Presiden, Mahkamah Agung, atau
guna memberikan pemahaman Fakultas Hukum Universitas Gadjah Dewan Perwakilan Rakyat seperti yang
lebih baik bagi kesadaran Mada, Yogyakarta, pada Selasa (2/10). dipraktikkan di Indonesia.
berkonstitusi warga negara. Untuk itu, Pada kegiatan tersebut, sekitar Kuliah umum yang diselenggarakan
Mahkamah Konstitusi menggalang 150 orang mahasiswa berkesempatan oleh Fakultas Hukum Universitas Gadjah
kerja sama dengan berbagai pihak mempelajari mengenai Mahkamah Mada ini juga diisi oleh Hakim Konstitusi
untuk menyelenggarakan kuliah umum Konstitusi Republik Indonesia dan Enny Nurbaningsih yang menyoroti
sehingga penyampaian visi dan misi MK Mahkamah Konstitusi Republik Turki. keberadaan Dewan Etik MK yang dinilainya
sebagai pengawal konstitusi dan ideologi Andi Sandi selaku moderator dalam kuliah baik. Ia mengungkapkan bahwa tidak
bangsa dicerna langsung oleh penerus umum tersebut telah mengungkapkan semua Mahkamah Konstitusi memiliki
bangsa secara terbuka. bahwa Mahkamah Konstitusi RI dan kode etik profesi hakim konstitusi seperti
Mahkamah Konstitusi Republik Turki di Indonesia.
Persamaan dan Perbedaan memiliki kesamaan sekaligus perbedaan.
Mahkamah Konstitusi mengundang Terkait hal tersebut, Engin Yildirim Kewenangan Konstitusional
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi mengungkapkan terdapat 17 (tujuh M a h k a m a h Ko n s t i t u s i ( M K )
Republik Turki untuk menyampaikan belas) hakim konstitusi di Turki. Jumlah menyelenggarakan Kuliah Umum di
materi dalam  general lecture  (kuliah tersebut jelas berbeda secara signifikan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
umum) bertajuk “Constitutional Court dengan Indonesia yang hanya memiliki pada Selasa (2/10) siang. Kuliah umum
and the Protection of Citizen Constitutional 9 (sembilan) hakim konstitusi. Yildirim tersebut merupakan rangkaian acara
Rights”  (Mahkamah Konstitusi dan juga mengungkapkan bahwa hakim dari The 2nd Indonesian Constitutional Court

Nomor 141 • November 2018


45
AKSI

International Symposium 2018 (ICCIS 2018) perintah Pengadilan Tinggi manapun, Menurut Anwar, proses dan tahapan
yang mengangkat tema  Constitutional sehubungan dengan penyebab perdata pelaksanaan pemilu baik pileg maupun
Court and the Protection of Citizens atau masalah yang diputuskan oleh pilpres saat ini tengah berlangsung,
Constitutional Right. Kuliah umum ini Pengadilan Tinggi dalam pelaksanaan hingga terpilih dan dilantiknya para
menghadirkan Wakil Ketua MK Aswanto yurisdiksi yang melibatkan pertanyaan anggota legislatif, Presiden dan Wakil
dan Hakim Mahkamah Persekutuan tentang prinsip umum yang diputuskan Presiden pada September dan Oktober
Malaysia Tan Sri Zainun binti Ali. untuk pertama kalinya, kedua yakni 2019 nanti.
Dalam paparannya, Wakil Ketua dari keputusan apa pun mengenai efek Proses pemilu yang saat ini kita
MK, Aswanto, menjelaskan mengenai ketentuan Konstitusi termasuk validitas laksanakan, lanjut Anwar, merupakan
kewenangan dan tugas mahkamah dari setiap undang-undang tertulis yang konsekuensi logis dari sistem
konstitusi di hadapan 50 akademisi berkaitan dengan ketentuan tersebut. demokrasi yang dianut UUD 1945,
hingga mahasiswa. Berikutnya Aswanto Lebih lanjut, Yurisdiksi Penasehat begitu juga halnya bagi negara lain yang
melanjutkan adanya hubungan sebab Pengadilan Federal dapat memberikan menganut sistem yang sama. Sistem
akibat (causal verband) antara kerugian pendapatnya tentang setiap pertanyaan demokrasi, menurutnya, merupakan
dimaksud dengan berlakunya UU yang yang muncul yang telah disebut oleh Yang sistem bernegara yang tidak dapat
dimohonkan pengujian, Mahkamah di-Pertuan Agong, mengenai pengaruh dielakkan pelaksanaannya. Meski suatu
Konstitusi juga memberikan kedudukan ketentuan Konstitusi. Selanjutnya, negara menganut sistem komunisme,
hukum kepada organisasi non-pemerintah Pengadilan Federal akan menyatakan di imperialisme atau kerajaan sekalipun,
yang peduli terhadap isu tertentu yang pengadilan terbuka pendapatnya tentang nilai dan prinsip dalam sistem demokrasi
berkaitan dengan berlakunya UU tertentu pertanyaan yang dirujuk kepadanya. sangat sulit dihindari penerapannya.
untuk mengajukan perkara ke Mahkamah Namun pada sisi lain, kita juga memahami
Konstitusi, serta pembayar pajak   juga Sinergi Sambut Pemilu 2019 bahwa demokrasi di dunia saat ini
memiliki kewenangan mengajukan perkara Pemilihan umum atau pesta berjalan secara anomali. Demokrasi yang
di Mahkamah Konstitusi. Timbulnya demokrasi untuk memilih anggota semula dicita-citakan untuk kepentingan
kedudukan hukum, dalam hal ini, akan legislatif, baik DPR, DPRD tingkat I dan II, rakyat atau sering disebut dengan
dilihat dari keterkaitan antara pembayaran DPD, maupun Presiden dan Wakil Presiden istilah “dari, oleh dan untuk rakyat”,
pajak dengan ketentuan yang diuji. tidak lama lagi akan digelar pada 17 April pada faktanya justru tidak demikian.
Sementara, Hakim Mahkamah 2019. Demikian disampaikan oleh Ketua Anwar mengatakan, demokrasi berjalan
Persekutuan Malaysia, Tan Sri Zainun binti MK Anwar Usman dalam memberikan secara elitis karena digerakkan oleh
Ali, menjelaskan Pasal 96 dari Pengadilan sambutan dalam Kegiatan Kuliah segelintir orang yang memiliki modal
Peradilan tahun 1964 menetapkan Umum dan  Focus Group Discussion  yang besar atau mereka yang dekat dengan
banding harus berasal dari Pengadilan bertema “Mewujudkan Pileg dan pemilik modal. Hal ini secara logika dapat
Banding ke Pengadilan Federal. Prasyarat Pilpres Serentak yang Berintegritas” dimaklumi, karena untuk menggerakan
dasarnya, antara lain permohonan di Rektorat Universitas Hasanudin roda demokrasi dibutuhkan usaha dan
banding dapat dibuat atas putusan atau (UNHAS),  Makassar, pada Jumat (26/10). biaya yang tidak  sedikit. 
RAISA/BAYU/UTAMI/HAMDI

Wakil Ketua MKRI Aswanto dan Hakim Mahkamah Persekutuan Malaysia Tan Sri Zainun binti Ali memberikan kuliah umum di Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.

46 Nomor 141 • November 2018


Upaya Tingkatkan Pemahaman
Konstitusional Warga Negara

Wakil Ketua MKRI Aswanto menutup rangkaian acara “Constitutional Law Festival 2018” di Universitas Brawijaya, Malang.

S
epanjang Oktober 2018, merupakan peradilan tunggal yang tidak Law Festival 2018” di Fakultas Hukum
Mahkamah Konstitusi menggelar memiliki cabang di daerah. Namun area Universitas Brawijaya, Malang (7/10). 
serangkaian kegiatan mulai dari kerja Mahkamah Konstitusi sebagai Mengawali pembahasan, Aswanto
seminar regional, gelar wicara, badan peradilan mencakup Sabang mengatakan MK selalu menghadirkan
kemah konstitusi, moot court dan kegiatan sampai Merauke. Untuk itu, lanjutnya, guru-guru PKN untuk saling asah
pemahaman konstitusi lainnya yang kerja sama dengan perguruan tinggi yang mengasah kesadaran bernegara untuk
digelar di berbagai daerah yang diikuti tersebar di wilayah nusantara merupakan putra dan putri bangsa Indonesia. Dalam
berbagai kalangan. Seluruh kegiatan suatu keniscayaan bagi Mahkamah acara tersebut, Aswanto membahas
tersebut diselaraskan dengan misi Konstitusi, salah satunya kerja sama kewenangan yang dimiliki MK serta
yang diemban MK yakni meningkatkan dalam program peningkatan pemahaman tugas yang harus dijalankan MK. Dia
pemahaman hak konstitusional warga hak konstitusional warga negara. menegaskan, visi MK adalah menjaga
negara. Adapun pemateri selama rangkaian agar konstitusi tetap tegak melalui
seminar ini adalah Keynote Speech oleh Fajar peradilan yang profesional, imparsial,
Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi Laksono, yang dilanjutkan dengan diskusi dan adil.
Pada awal Oktober 2018, yang terbagi dalam 3 sesi. Narasumber dari Pada acara talkshow ini turut hadir
Mahkamah Konstitusi mengawali diskusi tersebut antara lain Prof. H. Muh Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil
kegiatan pemahaman hak konstitusional Jufri Dewa, S.H., M.H. dari Universitas Halu Hanani, Dekan Fakultas Hukum Brawijaya
warga negara dengan menggelar kegiatan Oleo, Dr. Jeremy Pieterz dari Universitas Rachmad Safaat, dan 3 narasumber
Seminar Regional Konstitusi dengan topik Pattimura, Dr. Marudut Hasibuan, S.H., M.H. lainnya dalam talkshow hukum nasional,
“Penegasan Demokrasi Konstitusi UUD dari Universitas Cenderawasih serta Dr. yakni Guru Besar Fakultas Hukum UII,
1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Romy Librayanti, S.H., M.H. dari Universitas Ni’matul Huda, Guru Besar Fakultas
Indonesia.” Kegiatan ini bekerja sama Hassanudin.  Hukum UNPAD, Susi Dwi Harijanti, serta
dengan Fakultas Hukum Universitas Peneliti MK Pan Mohamad Faiz. 
Halu Oleo dan dibuka secara resmi oleh Menjaga Konstitusi Tetap Tegak Untuk diketahui, Constitutional Law
Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama Wakil Ketua MK, Aswanto, menjadi Festival dilaksanakan selama tiga hari,
Dalam Negeri, Fajar Laksono, pada Sabtu pembicara kunci dalam talkshow 5-7 Oktober 2018, dengan rangkaian
(06/10) bertempat di ruang Java Hotel yang bertema “Eksistensi Mahkamah kegiatan berupa Kompetisi Artikel Ilmiah
Same Boutique Kendari. Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Mahasiswa Piala Bergilir Prof. Abdul
D a l a m s a m b u t a n n y a , Fa j a r di Indonesia.” Kegiatan ini sekaligus Mukhtie Fadjar, Kompetisi Perancangan
menyatakan Mahkamah Konstitusi menutup rangkaian acara “Constitutional

Nomor 141 • November 2018


47
AKSI

Undang-Undang Piala Bergilir Prof. keberlangsungan sebuah negara, apalagi dekat dengan pemilik modal. Hal ini
Achmad Sodiki untuk mahasiswa PTN/ jika hukum dan konstitusi dipermainkan,” dimaklumi karena untuk menggerakkan
PTS seluruh Indonesia, Lomba Cerdas jelasnya di hadapan para civitas roda demokrasi dibutuhkan modal yang
Cermat untuk siswa SMA/Sederajat akademika UKSW. besar,” terangnya.
se-Malang Raya. Serta diakhiri dengan Anwar menegaskan bahwa Dalam acara tersebut, MK juga
kegiatan talkshow Hukum Nasional Indonesia bukan negara agamis ataupun menjalin kerja sama dengan UKSW melalui
dengan tema “Eksistensi Mahkamah sekuler, melainkan negara Pancasila. penandatanganan nota kesepahaman. 
Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Akan tetapi, lanjutnya, Pancasila tidak Selain itu, digelar pula Focus Group
di Indonesia”. bertentangan dengan nilai-nilai agama Discussion  (FGD) sebagai rangkaian dari
yang berkembang di Indonesia. “Tidak acara.
Hukum dan Konstitusi Merupakan Tiang ada salah satu sila dalam Pancasila
Negara bertentangan dengan nilai-nilai agama Menjaga Tegaknya Konstitusi
Ketua MK, Anwar Usman, menjadi yang ada di Indonesia,” ujarnya. Wakil Ketua MK, Aswanto, menjadi
pembicara dalam Seminar Nasional yang Selain itu, Anwar menyinggung pembicara dalam Pendidikan Khusus
mengangkat tema “Mewujudkan Pileg bahwa setiap negara di dunia menganut Profesi Advokat (PKPA) Periode ke-2
dan Pilpres Serentak yang Berintegritas” demokrasi apapun sistem pemerintahan tahun 2018, kerja sama antara DPC
pada Jumat (19/10) malam. Dalam acara yang dipilih, meski negara tersebut Peradi Pekanbaru dan Fakultas Hukum
yang bertempat di Universitas Kristen menganut komunisme. Ia memisalkan Universitas Riau, pada Minggu (21/10)
Satya Wacana (UKSW) tersebut, Anwar Argentina yang memilih presiden setiap siang. Dalam acara yang bertempat di
yang didampingi oleh Sekretaris Jenderal empat tahun sekali. Meski dibatasi hanya Kampus Fakultas Hukum Universitas
MK M. Guntur Hamzah menyampaikan untuk dua periode, mantan presiden Riau tersebut, Aswanto menyampaikan
materi mengenai hukum dan konstitusi. dapat dipilih kembai setelah lewat satu mengenai Hukum Acara Mahkamah
Anwar menjelaskan bahwa hukum periode berikutnya. “Hal ini berbeda Konstitusi.
dan konstitusi merupakan tiang negara. dengan kita,” imbuhnya. Aswanto menjelaskan dasar hukum
Ia menyampaikan runtuhnya sebuah Anwar melanjutkan demokrasi pembentukan Mahkamah Konstitusi
negara dibuktikan dengan hancurnya di dunia berjalan secara anomali. berdasarkan Pasal 24 Ayat (2) UUD
hukum dan konstitusi negara tersebut. Demokrasi yang semula dicita-citakan 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman
“ M a j u m u n d u r nya s u a t u b a n g s a untuk kepentingan rakyat pada faktanya dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
bukan karena ekonomi. Karena banyak justru berbalik. “Demokrasi yang berjalan dan badan peradilan yang berada di
negara yang ekonominya maju malah justru digerakkan secara elitis karena bawahnya dalam lingkungan peradilan
hancur, seperti Rusia atau Uni Soviet. digerakkan oleh segelintir orang yang umum, lingkungan peradilan agama,
Hukum dan konstitusi merupakan tiang memiliki modal besar atau mereka yang lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
Selain itu, Aswanto menyinggung
bahwa berdasarkan Putusan Nomor 41/
PHPU.D-VI/2008 tentang Pilgub Jawa
Timur, Mahkamah Konstitusi menyatakan
bahwa hasil pemilukada dapat dibatalkan
apabila terjadi pelanggaran yang bersifat
terstruktur, sistematis, dan massif
yang mempengaruhi hasil pemilu.
Lebih lanjut, berdasarkan putusan-
putusan Mahkamah Konstitusi dalam
penyelesaian perselisihan hasil pemilu.
“Benang merah yang dapat ditarik
adalah bahwa hasil pemilu hanya dapat
dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi
apabila pelanggaran Pemilu yang terjadi
memiliki signifikansi yang mempengaruhi
hasil pemilu,” ujarnya di hadapan 75
Pengurus DPC PERADI Pekanbaru
dan pihak Dekanat Fakultas Hukum
Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama Dalam Negeri Fajar Laksono membuka Seminar Regional Universitas Riau.
Konstitusi dengan topik “Penegasan Demokrasi Konstitusi UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia.”

48 Nomor 141 • November 2018


Tafsir Konstitusi
Mahkamah Konstitusi menggelar
Kemping Konstitusi 2018 bekerja sama
dengan Fakultas Hukum Universitas
Pattimura (UNPATTI), Ambon pada Kamis-
Minggu (25-28/10). Dalam kegiatan
tersebut, Hakim Konstitusi, Manahan MP
Sitompul, memberikan ceramah kunci
sekaligus membuka kegiatan Kemping
Konstitusi di Auditorium UNPATTI, Jumat
(26/10). Hadir dalam kegiatan tersebut
Rektor  Marthinus J. Saptenno,  Wakil
Dekan III Saartje Sarah Alfons, dosen
serta mahasiswa dan pelajar sekolah
menegah atas dari delapan Sekolah
Menengah Atas (SMA) sederajat di
provinsi Ambon.
Dalam materi yang bertajuk
menafsir konstitusi dan melindungi
hak-hak konstitusional warga negara, Hakim Konstitusi Manahan MP Sitompul menjadi pembicara kunci dalam acara Kemping Konstitusi
Manahan menegaskan kedudukan MK di UNPATTI, Ambon.
dalam perannya sebagai pelindung hak
Jumat-Minggu (12-14/10). Kegiatan generasi2 muda yang mempunyai
konstitusional warga negara dalam setiap
kompetisi debat konstitusi tingkat pemikiran konstruktif. Akhir kata, saya
penafsirannya terhadap UUD 1945.
nasional antar pesantren ini diikuti oleh mengucapkan terima kasih kepada anak-
“Tafsir konstitusi bukan hanya dilakukan
24 pesantren dari seluruh indonesia. anak pesantren yang mengikuti kegiatan
secara tekstual, melainkan juga dengan
Kepala Biro Humas dan Protokol kompetisi debat ini. Diharapkan anak-
cara konstekstual sehingga konstitusi
MK, Rubiyo, yang mewakili Sekjen MK anak dapat memahami nilai-nilai hukum
tetap aktual,” ungkap alumni Universitas
dalam sambutannya, menyampaikan dan konstitusi,” tandas Saldi.
Sumatera Utara ini.
Pembukaan acara dilanjutkan penyelenggaraan kegiatan ini rutin
dilakukan guna memberikan pengetahuan Merawat Kebangsaan Melalui Konstitusi
dengan seminar yang bertajuk
konstitusi. Namun untuk penyelenggaraan Festival Konstitusi Mulawarman
Perlindungan Hak-Hak Konstitusional
tahun ini, kompetisi debat konstitusi diikuti 2018 hasil kerja sama dengan Universitas
Warga Negara. Hadir sebagai narasumber
oleh para santri. “Dengan posisi MK yang Mulawarman Samarinda digelar selama
seminar juga Salmon Eliazer Marthen
hanya berbasis di Ibukota, sementara tiga hari (13-15 Oktober 2018). Festival
Nirahua yang dipandu oleh moderator
hasil putusannya berlaku secara luas, yang mengambil tema “Memaknai
Yu d i t S e m i m a . M e m a s u k i s e s i
karena itu, MK menjaring fakultas- Konstitusionalitas Pemilihan Umum
seminar, narasumber pertama Nirahua
fakultas hukum untuk menjadi friends of dalam Bingkai Kebhinekaan” tersebut
memaparkan tentang hak-hak asasi
court,” jelasnya. dihadiri oleh 200 pengunjung dari
manusia yang kemudian menjadi hak-hak
Dalam kesempatan yang sama, berbagai elemen masyarakat, mahasiswa,
konstitusional sebagaimana diatur dalam
Hakim Konstitusi, Saldi Isra, yang mengisi siswa dan pemuda se-Kota Samarinda.
UUD 1945. “Hak-hak asasi manusia 
kuliah umum sekaligus  membuka Rangkaian acara terdiri dari diskusi panel
telah dijamin oleh UUD 1945 yang
acara tersebut, menyampaikan agar dan serangkaian perlombaan seperti
merupakan perwujudan negara hukum
generasi muda Indonesia harus lomba cerdas cermat, lomba karya tulis
yang demokratis”, papar Ketua Pusat
diajarkan berpikir kritis. Menurutnya, ilmiah, dan lomba debat konstitusi.
Kajian Konstitusi FH UNPATTI ini.
kegiatan kompetisi Debat Konstitusi Sementara puncaknya digelar pada Senin
dapat mengajarkan generasi muda (15/10), bertajuk  Grand Closing  Festival
Debat Konstitusi Ala Para Santri
Indonesia untuk berpikir kritis dan Konstitusi Mulawarman.
Mahkamah Konstitusi bekerja
menyampaikannya di ruang terbuka serta Dalam pembukaan yang secara
sama dengan Fakultas Syari’ah dan
dapat dipertanggungjawabkan. resmi dibuka oleh Hakim Konstitusi,
Hukum UIN Sunan Kalijaga menggelar
“Gen erasi baru t idak cuk up Wahiduddin Adams. Ia merasa
kegiatan Kompetisi Debat Konstitusi
menyandarkan dirinya dengan hanya bersyukur dipertemukan dalam Festival
Tingkat Nasional Antar-Pesantren
membaca informasi dari  gadget  saja. Konstitusi Mulawarman ini karena dapat
dan Seminar Nasional dengan Tema
Bacalah buku. Latihlah diri kita untuk saling berbagi ilmu di tempat yang
“Membangun Kesadaran Demokrasi dan
bisa menulis dan menyampaikan dengan memang dikhususkan untuk menggali,
Hak-Hak Konstitusional Dalam Wadah
baik sehingga Indonesia bisa memiliki mengembangkan, dan menyebarluaskan
MKRI”. Kegiatan ini dilaksanakan pada

Nomor 141 • November 2018


49
AKSI

ilmu pengetahuan, di salah satu hukum tertinggi kita. Pekerjaan besar para siswa yang aktif dalam kegiatan
kampus tertua di Kalimantan. “Saya kita justru bukan dalam proyeksi jangka Pramuka.
selalu berbahagia untuk dapat hadir panjang tersebut. Persoalan bangsa Kegiatan yang utamanya
di perguruan tinggi, bertemu dengan adalah cara menerapkannya secara diselenggarakan oleh Unit Kegiatan
para kaum terpelajar karena di tempat pragmatis dalam kehidupan di masa  Mahasiswa Pramuka (UKM Pramuka)
inilah saya dapat mengekspresikan diri, sekarang. Dalam persoalan keseharian Universitas Gadjah Mada (UGM) ini
menggali dan berbagi ilmu,” ujarnya. yang menggugah rasa kebangsaaan, merupakan bagian dari Pekan Konstitusi
Berbicara mengenai “merawat dalam masalah yang dihadapi saat ini 2018 dan bagian dari kerja sama
ke b a n g s a a n m e l a l u i ko n s t i t u s i ”, yang memecah persatuan bangsa. Mahkamah Konstitusi dengan Fakultas
Wahiduddin menjelaskan kelahiran Hadir dalam acara tersebut Hukum (FH) UGM. Bersamaan dengan
negara-negara modern pada awal era Hakim Konstitusi, Wahiduddin Adams, penyelenggaraan Kemah Konstitusi,
1900-an, diiringi dengan kelahiran prinsip Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama FH UGM juga mengadakan Dedikasi
konstitusionalisme. Negara-negara Dalam Negeri MK, Fajar Laksono, Bina Desa di Desa Candibinangun,
yang menyatakan dirinya merdeka Dekan Fakultas Hukum Universitas Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut,
melengkapi penandaan kelahirannya Mulawarman, Mahendra Putra Kurnia, Guntur mengungkapkan bahwa peraturan
dengan sebuah dokumen konstitusi serta Dosen Fakultas Hukum Unmul sekolah sekali pun harus sejalan dengan
maupun teks proklamasi. Oleh karena Rosmini. Gelaran festival tersebut UUD 1945. “Maka dapat kita pastikan,
itu, lanjut Wahiduddin, dalam rangka dalam upaya memberikan pemahaman (peraturan yang tidak sejalan dengan UUD
merawat kebangsaan, Konstitusi tidak dan pendalaman kepada masyarakat 1945) dapat disebut cacat Konstitusi,”
hanya berbicara mengenai masa lalu terkait hakikat berkonstitusi mendekati jelas Guntur.
dan masa kini. Merawat kebangsaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Selain diisi oleh berbagai materi
yang dimiliki tidak cukup hanya dengan Presiden 2019 nanti. yang bermuatan pramuka, Pancasila,
mengingat sejarah dan mengambil dan Konstitusi, berbagai lomba dengan
pelajaran dari masa lalu. Penanaman Nilai Integritas tema yang sama juga diadakan pada
Dalam rangka merajut kebangsaan, Sekretaris Jenderal Mahkamah kegiatan Kemah Konstitusi 2018. Lomba
juga harus melihat masa depan, mengenai Konstitusi (MK) M. Guntur Hamzah tersebut, diantaranya Lomba Cerdas-
mimpi yang ingin diraih bersama- menyampaikan materi terkait penanaman Cermat, Lomba Debat, Lomba Fotografi,
sama dan menggapai cita-cita telah nilai-nilai konstitusi kepada 90 siswa Lomba Video, dan Lomba Poster. Kemah
digantungkan setinggi langit. Tentunya, SMA se-Yogyakarta pada kegiatan Kemah Konstitusi 2018 ditutup secara resmi
Wahiduddin melanjutkan, hal-hal ini Konstitusi 2018, Ahad (21/10) di Bumi dengan upacara, pengumuman, dan
merupakan gambaran ideal yang tercatat Perkemahan Ratu Boko, Yogyakarta. pembagian hadiah.
dalam dokumen konstitusi sebagai Materi ini disampaikan Guntur kepada ASF/MMA/BAYU/MHM/UTAMI/RAISA/NSA

Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama Dalam Negeri Fajar Laksono menjadi narasumber Festival Konstitusi dan Seminar Regional di Universitas
Mulawarman, Samarinda.

50 Nomor 141 • November 2018


UNPAD Juara Kompetisi Peradilan Semu
Konstitusi 2018

Ketua MK Anwar Usman menyerahkan Piala Bergilir Kompetisi Peradilan Semu kepada Juara Pertama, Universitas Padjajaran, Bandung.

U
niversitas Padjadjaran (UNPAD) Firman Wijaya sebagai perwakilan juri. Turut Untar karena memiliki visi dan tujuan
berhasil meraih juara nasional menjadi juri kehormatan pada babak final, yang selaras, yakni sama-sama berupaya
dalam Kompetisi Peradilan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas meningkatkan kualitas pendidikan tinggi
Semu Konstitusi Piala Ketua Indonesia Maria Farida Indrati, Mantan hukum dan membangun kesadaran
MK Tahun 2018 yang digelar Mahkamah Hakim Konstitusi Maruarar Siahaan, Guru berkonstitusi warga negara. “Melalui
Konstitusi (MK) bekerja sama dengan Besar UNTAR Tundjung Herning Sitabuana, keikutsertaan dalam kompetisi peradilan
Universitas Tarumanagara (UNTAR). Pakar Hukum Tata Negara Yuliandri, semu semacam ini, para peserta akan
Gelar tersebut diraih usai mengalahkan Pengamat Hukum Munir Fuady, Kabag mendapatkan pembelajaran berharga,
Universitas Sumatera Utara (Juara 2) dan Humas MK Fajar Laksono, Dekan Fakultas t erut ama bagaiman a me m a h a m i
Universitas Lampung (Juara 3) dalam Hukum UNTAR Ahmad Sudiro, Dosen proses dan praktik persidangan untuk
babak final dengan tema “Apakah Pasal Hukum Untar Dwi Andayani, serta Dosen memperjuangkan hak-hak konstitusional
7 dan Pasal 17 UU Tabungan Perumahan Hukum UNTAR Cut Memi. warga negara,” ujarnya.
Rakyat (Tapera) bertentangan dengan Kompetisi Peradilan Semu Guntur meyakini seluruh tim yang
Pasal 28H Ayat (1) UUD NRI 1945?”, Konstitusi Piala Ketua MK dan Seminar berkompetisi peradilan semu yang ke-5
pada Sabtu (27/10) malam. Selain itu, Nasional merupakan kegiatan rutin tersebut, menginginkan menang dan
terpilih sebagai Pemohon dan Berkas yang diselenggarakan oleh Mahkamah menjadi juara. Namun bukan soal kalah
terbaik diraih oleh Universitas Lampung, Konstitusi bekerja sama dengan atau menang. “Bagi saya, the key is not
sementara Pemberi Keterangan dan Ahli Universitas Tarumanagara setiap tahun. the will to win, everybody has that. It is
terbaik diraih Universitas Padjadjaran. Dalam pembukaan yang berlangsung pada the will to prepare to win that is important.
Pengumuman para pemenang 25 Oktober 2018, Sekjen MK M. Guntur Kuncinya bukan pada kemauan untuk
tersebut disampaikan oleh Praktisi Hukum Hamzah menilai MK bekerja sama dengan menang, setiap orang memiliki kunci

Nomor 141 • November 2018


51
AKSI

serius yang kemudian berlanjut dalam


proses peradilan. Menurutnya, hukuman
terberat dari proses peradilan adalah
hukuman mati.
Selain itu, Wakil Ketua Perhimpunan
Dokter Spesialis Andrologi Indonesia Dokter
Wimpie, Ikatan Dokter Indonesia menolak
kebiri kimiawi dikarenakan tidak sesuai
dengan etika kedokteran. Karena jika hal
itu dilakukan maka manusia tersebut akan
mengalami komplikasi pada kesehatannya.
Namun apabila UU yang menyuruh dokter
tertentu untuk melakukan kebiri kimiawi,
maka dokter tersebut akan melaksanakan
hal tersebut karena telah diatur oleh UU.
Lebih lanjut, meskipun gairah seksual
bisa ditekan, namun memori pengalaman
Suasana babak penyisihan kompetisi peradilan semu 2018.
seksual tidak bisa dihapus.
“Tidak pernah ada laporan yang
tersebut, yang terpenting ialah kehendak sebagaimana diatur dalam Pasal 28J UUD
menunjukkan bahwa kebiri kimia memang
untuk mempersiapkan kemenangan,” 1945.
lebih memberikan efek jera terhadap
terangnya. pelaku kejahatan seksual dibandingkan
Dalam pandangannya, Guntur menilai Seminar Nasional
hukuman lain yang cukup berat. Karena
isu dalam seminar nasional mengenai Di hari yang sama, dalam rangkaian
pengalaman seksual sebelumnya kan
kebiri kimia ini sangat relevan, menarik, acara pembukaan Kompetisi Peradilan
sudah terekam di otak. Keinginan dia
dan penting untuk didiskusikan. Bahkan, Semu Konstitusi, juga diadakan Seminar
kan masih ada, terlepas dari apakah dia
hukuman kebiri kimia masih mengundang Nasional dengan tema “Kebiri Kimia dalam
mampu atau tidak,” kata Wimpie.
perdebatan, terutama dikaji dari berbagai Perspektif Konstitusi dan Hukum Pidana”.
Sementara, menurut Ketua Komisi
perspektif, termasuk tentu saja perspektif Pembicara pertama, Maruarar Siahaan,
Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka
konstitusi. ”Pertanyaan besar yang kerap menyatakan bahwa kebiri kimia dilihat
Sirait mengaku telah mengusulkan kebiri
muncul ialah, apakah penentuan kebijakan dari perspektif konstitusi, sesungguhnya
kimiawi bagi pelaku kejahatan seksual
sanksi kebiri kimia melanggar HAM yang masih membutuhkan data dan penelitian
pada anak, sejak empat tahun yang
dijamin oleh konstitusi? Atau, pertanyaan yang lebih komprehensif untuk dapat
lalu, sebagai hukuman pemberat. “Kasus
lain yang lebih umum misalnya, bagaimana menarik suatu kesimpulan mengenai
tertentu yang tidak hanya sekali, tetapi
konstitusionalitas norma kebiri ilmiah?” landasan konstitusionalnya cukup sah.
ada pertimbangan yang berulang-
jelasnya. Selain itu, interpretasi dan konstruksi atas
ulang, korbannya banyak dan tidak
Lebih lanjut, tindakan kebiri kimia nilai dan prinsip-prinsip konstitusi yang
berlaku untuk pelaku yang anak-anak,
berpotensi besar melanggar HAM karena termuat dalam UUD 1945 dalam segala
hanya untuk orang dewasa, itu jadi
dipandang tidak manusiawi. Banyak aspeknya belum dapat diambil suatu
pertimbangan hakim perlu hukuman
kalangan mengatakan, hukuman kebiri kesimpulan, mengenai penerimaan secara
pemberat atau tidak,” jelas Arist.
masuk dalam kategori kejam, merendahkan konstitusional kebijakan kebiri kimia.
Arist, lanjutnya, menyatakan kebiri
martabat manusia, dan corporal punishment Syaiful Bakhri, pembicara kedua,
kimia ini dapat diterapkan sebagai
atau hukuman badan ala jahiliah. Lalu, mengatakan penyelesaian persoalan
terobosan hukum oleh hakim, selama
Guntur mengatakan, dalam konteks UUD kejahatan seksual ini menjadi tugas
belum ada revisi undang-undang. Atau
1945, kebiri kimia bertentangan dengan utama kepolisian. Syaiful menuturkan,
jika dirasa mendesak, pemerintah
karakter HAM yang bersifat non derogable kepolisian harus melakukan penyidikan,
dapat menerbitkan peraturan pengganti
human rights atau hak yang tidak dapat mengumpulkan bukti kejahatan yang
undang-undang atau perppu sebagai
dikurangi dalam keadaan apapun. Padahal dilakukan oleh pelaku kejahatan yang
bentuk keadilan bagi anak.
pada sisi lain, dalam kondisi tertentu negara sering menimpa perempuan dan
boleh membatasi, mengurangi bahkan anak-anak.
Kolaborasi Argumentasi
mencabut HAM yang melekat kepada Dengan kata lain, setiap kasus
Sementara dalam acara penutupan
seseorang berdasarkan undang-undang, kejahatan seksual harus ditangani dengan
yang berlangsung pada 27 Oktober 2018,

52 Nomor 141 • November 2018


Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar kompetisi ini merupakan Kompetisi Peradilan Tarumanagara Agustinus Purna Irawan,
Usman menekankan siapapun yang Semu Konstitusi Tingkat Nasional Piala Ketua sangat mengapresiasi kualitas dan
menjadi juara kompetisi ini merupakan Mahkamah Konstitusi Tahun 2018 yang ke-5 kemampuan para peserta kompetisi.
yang paling terbaik dari yang terbaik. dan menjadi kegiatan tahunan MK. “Artinya, “Saya tadi juga menyakikan bagaimana
Anwar menyebut peserta lomba sudah selama lima tahun ini, kegiatan kompetisi mahasiswa begitu hebat dalam peradilan
tampil dengan sangat baik dan elegan. ini seperti sudah menjadi kegiatan tahunan semu yang dijalankan, kalau dari sisi ilmu
“Kolaborasi argumentasi yang dikemukan wajib. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa saya yakin ilmunya sudah luar biasa,
oleh peserta menumbuhkan harapan bagi kerja sama Mahkamah Konstitusi dengan saya berpesan semoga 5 tahun kedepan
saya bahwa kelak dalam jangka waktu Universitas Tarumanagara dapat dikatakan para finalis ini menjadi tokoh hukum di
yang tidak terlalu lama akan tumbuh produktif, efektif, dan berhasil,” tegasnya di Indonesia,” ungkapnya.
tunas-tunas para ahli hukum baru yang hadapan para finalis dari 12 perguruan tinggi Sebagai pemenang Kompetisi
professional dan handal,” tuturnya. se-Indonesia. Peradilan Semu Konstitusi dari UNPAD,
Lebih lanjut, tujuan dari kegiatan Rubiyo menilai kegiatan tersebut Andrew Sefufan Simamora ditemui setelah
kompetisi ini bukan hanya untuk bermanfaat untuk meningkatkan pengumuman juara, merasa sangat
mencapai kemenangan dan juara semata. kemampuan mahasiswa dalam bahagia karena menjadi pemenang dalam
Justru nilai konstitusi diharapkan dapat berargumentasi. Selain itu, kegiatan Kompetisi Peradilan Semu bergengsi
terserap dengan baik oleh para peserta rutin tahunan tersebut berfungsi guna se-Indonesia. “Tentunya bahagia, bisa
serta dapat menjadi jati diri sebagi menumbuhkan budaya untuk berani jadi juara nasional. Karena gak nyangka,
seorang warga negara. berpendapat secara positif. Ia juga berharap awalnya banyak yang menduga bakal tidak
Anwar berharap, dengan tumbuhnya para mahasiswa yang terpilih tidak hanya menang dalam perlombaan ini, ternyata
budaya hukum ini, maka kesadaran hukum berhenti sampai berakhirnya kegiatan ini percobaan pertama ikut perlombaan ini
akan meningkat dan cipta hukum yang untuk mendapatkan gelar juara tingkat dan ternyata bisa menjadi juara di MK ini.
kita harapkan bersama harus diwujudkan nasional. Namun, semoga para mahasiswa Mereka yang sudah masuk tahap nasional
sesuai dengan konstitusi negara. dapat mengambil pembelajaran untuk ini pasti mereka yang sudah miliki mental
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan mempersiapkan masa depan. juara,” ucapnya.
Protokol MK Rubiyo menyampaikan bahwa Selain itu, Rektor Universitas BAYU

Para pemenang kompetisi peradilan semu 2018 saling memberikan selamat.

Nomor 141 • November 2018


53
KILAS AKSI

Peringatan Hari Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, bertekad memperkokoh tegaknya
dengan semangat kebersamaan yang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesaktian Pancasila dilandasi oleh nilai-nilai luhur ideologi (Sri Pujianti/LA)
Pancasila, maka bangsa Indonesia
P E G AWA I M a h k a m a h Ko n s t i t u s i
mengikuti Upacara Peringatan Hari
Kesaktian Pancasila yang digelar pada
Senin (1/10) di Halaman Gedung MK.
Kepala Pusat Pendidikan Pancasila dan
Konstitusi MK, Budi Achmad Djohari,
bertindak selaku pembina upacara.
Dalam kesempatan ini, pegawai
Biro Hukum dan Administrasi
Kepaniteraan MK, Grenata Petra Claudia,
membacakan Ikrar Kesetiaan pada
Pancasila yang disampaikan Ketua DPR
RI Bambang Soesatyo. Dalam naskah
Ikrar tersebut menekankan bahwa sejak
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada 17 Agustus 1945, telah banyak
terjadi rongrongan terhadap Negara MK menggelar upacara Hari Kesaktian Pancasila.

Ombudsman Pelajari MK terhadap pencari keadilan. Muhidin hari untuk menindaklanjuti laporan
menjelaskan beberapa aplikasi yang yang masuk tersebut. Menanggapi
Pelayanan MK Bagi dirilis MK guna memudahkan pelayanan hal tersebut, Kepala Bagian Humas
Pencari Keadilan bagi para pihak berperkara, seperti dan Kerja Sama Dalam Negeri, Fajar
simpel,  tracking  perkara, risalah,  video Laksono, menjelaskan bahwa MK pun
MAHKAMAH Konstitusi menerima conference, dan lainnya. tidak memiliki instrumen pengeksekusi
audiensi dari Ombudsman pada Rabu Terkait dengan permohonan putusan. Menurutnya, pelaksanaan
(10/10) di Gedung MK. Dalam kesempatan Dominikus Dalu yang hadir mewakili putusan menjadi problema yang dialami
itu, sejumlah pejabat struktural dan pejabat Ombudsman membahas mengenai oleh seluruh MK di dunia. Ia menyebut
fungsional MK menerima kunjungan laporan yang masuk ke Ombudsman. Ia seluruh putusan MK di dunia bersifat final
tersebut. Kedatangan Ombudsman ini menyebut banyaknya laporan yang masuk, dan mengikat karena MK merupakan
guna untuk mempelajari pelayanan namun Ombudsman dibatasi waktu 14 pengadilan tunggal. Proses eksekusi
putusan MK, lanjut Fajar, bergantung
pada kultur hukum dalam negara
tersebut. Menurut Fajar, hal ini menjadi
pekerjaan rumah bagi lembaga peradilan
untuk meningkatkan kultur berhukum
di Indonesia. Ia menambahkan meski
putusan MK tidak memiliki instrumen
dalan pelaksanaannya, namun posisinya
sama seperti UUD 1945. “Maka Putusan
MK adalah  living constitution  atau
konstitusi yang hidup. Ketika sudah
ada respek (dalam kultur berhukum),
maka tidak perlu adanya instrumen
mengeksekusi putusan MK,” imbuhnya.
(Lulu Anjarsari)
Audiensi MK dengan Ombudsman.

54 Nomor 141 • November 2018


Kader Bangsa Adalah
Caleg Daerah
ANGGOTA Dewan Etik Mahkamah
Konstitusi (MK) Ahmad Syafi’i Ma’arif
menekankan pentingnya menjadi
seorang negarawan dalam kehidupan
berbangsa. Hal ini dikemukan saat
menerima kunjungan 30 peserta Kader
Bangsa Fellowship, Kamis (4/10). Mantan
Ketua Umum PP Muhammadiyah ini
menyebut Indonesia sudah memiliki
banyak politikus. Namun untuk negarawan
masihlah sedikit. Beda keduanya, kata Anggota Dewan Etik Buya Safii Maarief menerima kunjungan dari peserta Kader Bangsa Fellowship.
dia, adalah tentang cara berpikir dan
bersikap. “Jika negarawan berpikir dan berpikir menjadi negarawan khususnya berpesan jika ingin masuk dunia politik
bertindak untuk negara secara jangka peserta Kader Bangsa  Fellowship  yang mesti sudah selesai dengan masalah
panjang. Adapun politikus hanya berpikir merupakan caleg dari berbagai daerah. keuangan. Sebab jika tidak, dunia politik
kepentingan sesaat,” ujarnya di Ruang Jika menjadi menjadi negarawan, ujarnya, sebatas tempat untuk mencari uang.
Delegasi MK. artinya masuk ke dunia politik sebagai Artinya nilai luhur dalam berpolitik
Buya Syafi’i menjelaskan pribadi bentuk pengabdian dan bukan untuk didegradasi sebatas untuk mata
yang ingin masuk dalam dunia politik mesti kepentingan pribadi. Selain itu, ia juga pencaharian semata. (Arif)

Universitas DPD tidak boleh menjadi pengurus partai Ali saat menerima audiensi Badan

Muhammadiyah politik.
“Karena DPD adalah perwakilan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah
Surakarta Pelajari dari masing-masing daerah, bukan Surakarta di Ruang Delegasi Gedung MK
Putusan MK perwakilan partai politik. Pertimbangan pada Selasa (9/10) siang.
MK dalam putusan tersebut, akan terjadi Mahrus Ali menegaskan, hal
perwakilan ganda. Anda itu perwakilan tersebut  merupakan Putusan MK atas
PENELITI Mahkamah Konstitusi (MK),
daerah atau perwakilan partai politik? permohonan uji materi Pasal 182 huruf
M. Mahrus Ali, mengatakan ada putusan
Kalau perwakilan partai politik itu DPR. l Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
terbaru MK bahwa calon anggota Dewan
Sedangkan DPD idealnya tidak menjadi tentang Pemilihan Umum terhadap
Perwakilan Daerah (DPD) harus mundur
bagian dari partai politik,” ungkap Mahrus UUD 1945 ke Mahkamah Konstitusi
dari kepengurusan partai politik. Bahwa
(MK). Menurut MK, ada ketidakpastian
hukum terkait tak adanya penjelasan
atas frasa "pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan
dengan tugas, wewenang, atau hak
sebagai anggota DPD sesuai dengan
peraturan perundang-undangan" dalam
pasal tersebut. MK menyatakan dalam
amar putusannya, ada kemungkinan
pengurus parpol terdampak keputusan
tersebut. Terkait hal ini, MK menyatakan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat
memberikan kesempatan bagi pengurus
parpol untuk mengundurkan diri dari
keanggotaannya di partai. (Nano Tresna
Arfana)
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pelajari Putusan MK.

Nomor 141 • November 2018


55
KILAS AKSI

IAIN Purwokerto Hal ini dikemukakannya saat menerima dikatakan MK merupakan produk dari
kunjungan sejumlah mahasiswa, pada reformasi,” tegasnya di hadapan 47
Tertarik Mengenal MK Selasa (9/10). mahasiswa.
dan Hakim Konstitusi Saat pemaparan awal, Anna Masuk sesi diskusi, Riska Nur
menjelaskan MK berdiri pasca-reformasi, Maharani bertanya apakah tim pansel
PENELITI Mahkamah Konstitusi (MK), tepatnya pada 13 Agustus 2003. Dia penyeleksi hakim konstitusi boleh berasal
Anna Triningsih, menjelaskan tentang menyebut berdirinya MK dilandasi dari pihak yang pernah berperkara di
sejarah dan eksistensi lembaga kepada amendemen ketiga Undang-Undang MK. Anna menyatakan MK tidak ikut
mahasiswa Hukum IAIN Purwokerto. Dasar 1945 (UUD 1945). “Jadi bisa campur dalam urusan pembentukan
pansel, sebab MK sifatnya pasif dan
menunggu saja.
“Pansel itu dibentuk oleh presiden
dan kita sebatas menerima hasil seleksi
hakim dari tim pansel. Secara praktik tidak
masalah jika pribadi yang ada di pansel
pernah berperkara di MK,” jelasnya.
Mahasiswa lainnya lainnya
menanyakan proses pengawasan pada
hakim di MK. Anna menyebut adanya
dewan etik di MK. Tugasnya mengawasi
tindak tanduk serta perilaku hakim.
“Masyarakat umum dapat berpartisipasi
misal dengan melaporkan hakim yang
diduga melanggar etik. Hal ini dilaporkan
langsung ke dewan etik,” tegasnya. (Arif)
IAIN Purwokerto Tertarik Mengenal MK dan Hakim Konstitusi .

SMA Yasporbi Konstitusi merupakan representasi tiga Rakyat (DPR), dan tiga orang diusulkan
Mengenal MK Lebih cabang kekuasaan Negara. “Perinciannya
adalah tiga orang diusulkan oleh Presiden,
oleh Mahkamah Agung (MA),” jelasnya.
(Arif)
Dalam tiga orang diusulkan Dewan Perwakilan

SEBANYAK 46 siswa SMA Yasporbi


berkunjung ke Mahkamah Konstitusi (MK),
Rabu (3/10). Agenda kunjungan adalah
dalam rangka mengenal seluk beluk
MK secara lebih mendalam. Panitera
Pengganti MK, Syukri Asy’ari, menyambut
mereka di Ruang Delegasi Gedung MK.
Syukri mengawali pemaparan
mengenai sejarah singkat MK. Syukri
mengungkapkan, lembaga pengawal
konstitusi yang berdiri pada 13 Agustus
2003 ini merupakan lembaga ini adalah
hasil amandemen Konstitusi pasca-
Orde Baru runtuh. Selain itu, Syukri juga
menjelaskan empat kewenangan dan satu
kewajiban MK berdasar UUD 1945.  Tak
hanya itu, dirinya pun menjabarkan
Siswa dari SMA Yasporbi mengunjungi MK.
komposisi sembilan orang Hakim

56 Nomor 141 • November 2018


Siswa SDI Al-Achas
Dwi Matra Jakarta
Belajar Tentang MK
SEBANYAK 86 siswa dan 6 guru Sekolah
Dasar Islam (SDI) Al-Achas Dwi Matra
Jakarta Selatan berkunjung ke Mahkamah
Konstitusi (MK) pada Kamis (11/10)
siang. Kedatangan mereka disambut
oleh Peneliti MK Intan Permata Putri di
Ruang Delegasi, Gedung MK. “Kali ini adik-
adik akan belajar mengenai apa itu MK?
Kenapa harus ada MK?” kata Intan yang
didampingi Wakil Kepala SDI Al-Achas
Kunjungan dari SDI Al-Achas Dwi Matra Jakarta .
Dwi Matra, Zainuri.
Pada waktu Proklamasi Dijelaskan Intan, MK menjaga agar Intan melanjutkan, MK mempunyai
Kemerdekaan Indonesia, tutur Intan, jiwa-jiwa tersebut tetap ada di setiap ke w e nangan memutus sengketa
MK belum terbentuk di Indonesia. Karena Undang-Undang dan dilaksanakan oleh kewenangan antara lembaga negara yang
di rasa perlu, para pembentuk Undang- seluruh warga negara Indonesia. Apabila kewenangannya diatur dalam Undang-
Undang berniat membentuk sebuah ada Undang-Undang yang bertentangan Undang Dasar. Dalam arti, MK sebagai
lembaga peradilan konstitusi yang dengan Undang-Undang Dasar, maka MK wasit lembaga negara apabila terjadi
notabene sudah banyak di negara lain. wajib membatalkan isi Undang-Undang sengketa kewenangan antara lembaga
tersebut. negara. (Nano Tresna Arfana)

EU-UNDP Undang MK sebagai narasumber seperti Georgia, oleh EU-UNDP dan MK Aljazair

sebagai Narasumber Mesir, Perancis, Belgia, dan lainnya,”


jelas Blanchi.
tersebut. EU-UNDP diketahui sedang
mengembangkan proyek pendukung
Seminar Ketua MK, Anwar Usman, pembaruan peradilan dan salah
menyambut baik undangan tersebut. Ia satu kegiatan yang dilakukan adalah
EUROPEAN Union-the United Nations menyatakan akan mempertimbangkan menggelar seminar bersama MK Aljazair.
mengenai undangan yang disampaikan (Lulu Anjarsari)
Development Programme (EU-UNDP)
mengunjungi Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia (MKRI) pada Kamis
(18/10) siang. Kunjungan Penasihat
Senior EU-UNDP Gilles Blanchi tersebut
diterima langsung oleh Ketua MK Anwar
Usman di Ruang Delegasi MK.
Dalam kesempatan tersebut,
Blanchi mengungkapkan tujuan
kunjungannya untuk mengundang MKRI
sebagai narasumber dalam seminar yang
diadakan oleh EU-UNDP bekerja sama
dengan MK Aljazair pada 29-31 Oktober
2018 mendatang. Seminar tersebut,
lanjutnya, digelar dengan mengangkat
tema “The Processing of the Exception
of Unconstitutionality, Exchange of
Experiences of Constitutional Courts”.
“Akan ada beberapa negara yang hadir EU-UNDP Undang MK sebagai Narasumber Seminar .

Nomor 141 • November 2018


57
KILAS AKSI

Mahasiswa Hukum jelasnya kala menjawab salah satu kunjungan, Faiz juga menjelaskan fitur-
pertanyaan mahasiswa. fitur yang terdapat dalam laman MK.
UI Pelajari Dinamika Faiz melanjutkan meski berprofesi Ia menjelaskan sidang yang sedang
Perkara sebagai sekuriti, Pemohon juga menjalani diperiksa MK dapat dipantau melalui
proses berkuliah di Fakultas Hukum laman MK (www.mkri.id). “Ada fitur video
PENELITI Mahkamah Konstitusi (MK) Universitas Bung Karno. Hal ini secara conference  untuk melihat sidang
Pan Mohamad Faiz menjelaskan tentang tidak langsung turut memenangkan secara online. Ada juga fitur risalah untuk
dinamika perkara yang masuk ke dirinya saat berperkara di MK. Saat membaca percakapan selama sidang,”
Mahkamah Konstitusi. Hal ini dikemukakan jelasnya. (Arif Satriantoro)
Faiz saat menerima kunjungan 12
Mahasiswa Hukum Universitas Indonesia
(UI) berkunjung ke MK pada Kamis
(18/10) siang.
Dalam kesempatan tersebut,
Faiz menegaskan tidak harus advokat
yang berperkara di MK. Ia menegaskan
masyarakat umum yang bukan advokat
bisa beracara di MK. Beberapa kasus,
lanjutnya, dimenangkan oleh Pemohon
yang berasal dari masyarakat umum. “Ada
seorang mantan sekuriti bernama Marten
Boiliu yang perkaranya dikabulkan. Saat
itu, dia menguji UU Ketenagakerjaan,” Mahasiswa Hukum UI Pelajari Dinamika Perkara.

Kemenpan RB Lakukan sudah dilaksanakan MK. Ia berharap Kegiatan penilaian, kata Guntur,
terdiri atas survei integritas organisasi,
hal tersebut akan berdampak positif
Penilaian Reformasi bagi lembaga menjadi lebih baik lagi. survei integritas jabatan, survei
Birokrasi Sebab tantangan ke depan, MK harus akuntabilitas hakim, serta   survei
menjadi world class judicial organ dengan wawancara unit kerja. “Harapannya
KEMENTERIAN Pemberdayaan Aparatur berbasis transparansi dan akuntabilitas semua berjalan lancar dan performa kita
Negara dan Reformasi Birokrasi lembaga. semakin baik,” jelasnya. (Arif Satriantoro)
(Kemenpan RB) melaksanakan penilaian
reformasi birokrasi pada Mahkamah
Konstitusi (MK). Kegiatan yang diikuti
oleh 191 pegawai Kepaniteraan dan
Sekretariat Jenderal MK tersebut
dilaksanakan pada Jumat (19/10) pagi.
Sekjen MK, M. Guntur Hamzah, yang
membuka acara tersebut menjelaskan
capaian MK pada 2017 mencapai skor
74,70. Ia berharap capaian MK akan
meningkat pada tahun ini. “Momentum
tahun lalu harus diapresiasi dan disyukuri.
Namun di tahun ini skor yang didapat
harus lebih meningkat,” jelasnya di Aula
Gedung MK.
B e b e r a p a re ko m e n d a s i d a r i
Kemenpan RB tahun lalu, jelas Guntur, Sekjen MK M. Guntur Hamzah membuka kegiatan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Birokrasi Reformasi.

58 Nomor 141 • November 2018


SMP 6 Makassar
Pelajari Seluk-Beluk
MK
SEBANYAK 47 siswa SMP 6 Makassar
belajar mengenai seluk-beluk serta
peran Mahkamah Konstitusi (MK) di
Indonesia pada Selasa (23/10). Dalam
kunjungan, mereka disambut Peneliti
MK Oly Viane Agustine. Pada sesi awal,
dirinya menjelaskan tentang empat
kewenangan dan satu kewajiban MK
berdasar UUD 1945. SMP 6 Makassar Pelajari Seluk-Beluk MK.
Sebagai lembaga peradilan, lanjut
Oly, MK ibarat wasit yang menengahi Selain itu, Oly menjelaskan ada peradilan digelar,” jelasnya. 
berbagai perkara. Selain itu, Oly perbedaan antara pengadilan Umum Usai diskusi, peserta kunjungan
menjelaskan MK memiliki sembilan dan pengadilan di MK. “Pengadilan melanjutkan agenda mengunjungi
hakim representasi pilihan eksekutif, umum memiliki kewenangan absolut dan Pusat Sejarah Konstitusi (Puskon)
legislatif, serta yudikatif. Masing-masing kewenangan relatif. Kewenangan relatif dan menonton sinema konstitusi. (Arif
pengadilan umum terkait dimana tempat Satriantoro)
perwakilan berhak memilih tiga hakim.
 

Pusat Pengkajian Hakim Konstitusi Manahan MP Sitompul Anwar juga menjelaskan tugas seorang

Reformed Bagi Agama ini berlangsung di Ruang Konferensi MK,


pada Kamis (25/10) pagi.
hakim pada hakikatnya adalah melayani
masyarakat untuk mendapatkan keadilan.
dan Masyarakat Dalam sambutannya, Anwar Keadilan itu, lanjutnya, harus diberikan
Pelajari Tugas Hakim bersyukur karena masih ada elemen kepada siapa saja yang berhak untuk
masyarakat termasuk Pusat Pengkajian mendapatkannya tanpa terkecuali.
Reformed Bagi Agama dan Masyarakat “Keadilan tidak mengenal kelas,
MAHKAMAH Konstitusi (MK) menerima
peduli terhadap kondisi kebangsaan. kelompok, strata atau apapun. Karena
kunjungan Pusat Pengkajian Reformed
Ia menyebut kepedulian tersebut di mata hukum, kedudukan setiap
Bagi Agama dan Masyarakat (Reformed
sebagai modal dasar bagi terbentuknya manudia adalah sama. Jika hukum sudah
Center for Religion and Society). Kunjungan
masyarakat bangsa yang ideal dan memandang masyarakat tidak sama
yang diterima langsung oleh Ketua MK
sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa. atau tidak sederajat, maka keadilan sulit
Anwar Usman dengan didampingi oleh
ditegakkan,” jelasnya.
Selain itu, Anwar menjelaskan
bahwa jika dibandingkan dengan masa
lalu, proses penegakkan hukum dan
demokrasi Indonesia sudah berjalan
lebih baik. Dalam kesempatan itu,
Hakim Konstitusi Manahan MP Sitompul
menyampaikan materi tentang Peranan
Mahkamah Konstitusi Dalam Mengawal
Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Ia
menyampaikan mengenai kelahiran MK
yang tercetus pada proses perubahan
UUD 1945 pada masa reformasi. “MK
lahir akibat perubahan ketiga UUD 1945
yang terjadi pada 2001,” jelasnya. (Lulu
Pusat Pengkajian Reformed Bagi Agama dan Masyarakat Pelajari Tugas Hakim. Anjarsari)

Nomor 141 • November 2018


59
KILAS AKSI

Peringatan Hari INdonesia Tahun 1945 dalam kerangka yang lain perkembangan ini mempunyai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.  dampak negatif, informasi-informasi yang
Sumpah Pemuda Ida menyebut pesatnya bersifat destruktif mulai dari  hoax, hate
ke-90 perkembangan teknologi informasi ibarat speech, pornografi, narkoba, pergaulan
dua mata pisau. Satu sisi, ia memberikan bebas hingga radikalisme. Kaum muda,
MAHKAMAH Konstitusi (MK) menggelar jaminan kecepatan informasi sehingga kata dia, harus membendung ini dengan
upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda memungkinkan para pemuda kita untuk filter ilmu pengetahuan serta kedewasaan
ke-90, pada Senin (29/10) pagi di meningkatkan kapasitas pengetahuan dalam berbangsa dan bernegara.  (Arif
halaman Gedung MK. Kegiatan yang dalam pengembangan sumber daya serta Satriantoro)
diikuti oleh seluruh pegawai MK tersebut daya saing. Namun, imbuh Ida, di sisi
dipimpin oleh Panitera Muda III, Ida Ria
Tambunan. Ida membacakan salinan
pidato Menteri Pemuda dan Olahraga
Imam Nahrawi yang mengambil tema
"Bangun Pemuda Satukan Indonesia".
Tema ini, lanjut Ida, diambil
atas dasar pentingnya pembangunan
kepemudaan untuk melahirkan generasi
muda yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri,
demokratis, bertanggung jawab, berdaya
saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan,
kewirausahaan, kepeloporan, dan
kebangsaan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-90.

Bimtek Pengendalian Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal kesalahan lalu diam tidak melakukan
MK bekerja sama dengan Komisi sesuatu.   Guntur menegaskan tolak
Gratifikasi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Rabu gratifikasi bukan hanya jargon dan
(24/10), di Depok Jawa Barat. bukan hanya sekadar pidato-pidato,
SEKRETARIS Jenderal Mahkamah Menurut Guntur, ketika menemui tapi juga harus diimplementasikan di
Konstitusi, M. Guntur Hamzah, membuka sesuatu yang menyimpang seorang lapangan. Menurutnya, kalau berbicara
kegiatan Bimbingan Teknis Program pegawai yang baik seharusnya bertindak, secara norma, gratifikasi adalah segala
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan jangan karena merasa tidak melakukan pemberian yang bisa saja berupa suap
atau pun bukan suap. “Tapi yang masuk
kategori bukan suap pun juga harus
diperhatikan dan berhati-hati,” kata
Guntur.
Dalam menghadapi gratifikasi,
Guntur mengatakan bahwa pola pikir
akan membuat sistem meski yang ada
menjadi sempurna, karena tanpa pola
pikir yang bersih maka sebaik apa pun
sistem tidak akan berjalan. Lebih lanjut,
Guntur mengatakan seharusnya Panitera
Pengganti dan Peneliti juga ikut dilibatkan
dalam kegiatan ini, karena mereka juga
rentan terhadap gratifikasi. (Ilham)

Bimtek Pengendalian Gratifikasi.

60 Nomor 141 • November 2018


Mahasiswa FH
Universitas Sriwijaya
Mengenal Lembaga
Peradilan di Indonesia
MAHASISWA Fakultas Hukum (FH)
Universitas Sriwijaya berkunjung ke
Mahkamah Konstitusi (MK) pada
Selasa (30/10) pagi. Peneliti MK Abdul
Ghoffar Husnan menerima rombongan
90 mahasiswa tersebut di Ruang
Delegasi Gedung MK.“ Kedatangan kami
dimaksudkan agar para mahasiswa
lebih mengenal lembaga peradilan di Mahasiswa FH Universitas Sriwijaya Mengenal Lembaga Peradilan di Indonesia .
Indonesia. Bahwa lembaga peradilan di
Indonesia terbagi dua. Satu di bawah Ghoffar menjelaskan, Konstitusi setelah terjadi perubahan UUD 1945 kita
Mahkamah Agung, satu lagi di bawah di Indonesia sudah seringkali punya Konstitusi yang hidup. Tapi kalau
Mahkamah Konstitusi. Kami berharap mengalami perubahan mulai dari masa sebelum perubahan UUD 1945, saya
agar para mahasiswa diberi pencerahan kemerdekaan hingga setelah reformasi katakan Indonesia tidak punya Konstitusi
mengenai Mahkamah Konstitusi dan 1998. “Pertanyaannya, apakah bangsa yang hidup. Karena saat itu tidak ada
kewenangannya,” ujar Abdul Ghoffar Indonesia memiliki Konstitusi yang hidup, satu pun lembaga negara yang didesain
selaku pimpinan rombongan mahasiswa. Konstitusi yang bernyawa? Jawabannya, untuk menafsir Konstitusi,” urai Ghoffar.
(Nano Tresna Arfana)

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

MAKLUMAT PELAYANAN PUBLIK


KAMI MENYATAKAN SANGGUP MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK SESUAI STANDAR
YANG DITETAPKAN SECARA PROFESIONAL, TRANSPARAN, AKUNTABEL, TANPA BIAYA
MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI DENGAN KEWAJIBAN DAN
MELAKUKAN PERBAIKAN SECARA TERUS MENERUS
BERSEDIA MENERIMA SANKSI DAN/ATAU MEMBERIKAN KOMPENSASI
APABILA PELAYANAN YANG DIBERIKAN TIDAK SESUAI STANDAR

JAKARTA, 13 AGUSTUS 2018


SEKRETARIS JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI

M. GUNTUR HAMZAH

Nomor 141 • November 2018


61
RESENSI

KONSTITUSI KEBUDAYAAN
MEWUJUDKAN BANGSA BERADAB
Oleh: Dodi Haryadi

K
ajian mengenai relasi antara
konstitusi dan kebudayaan
masih jarang kita temui.
Mengula s kaita n a ntara
ke a r ifa n l o ka l d enga n
prinsip dan nilai-nilai yang terkandung
dalam konstitusi, sepertinya masih sangat
langka dalam jagad literatur di negeri
ini. Bahkan, dalam forum-forum ilmiah
pun, tema konstitusi dan kebudayaan
juga masih jarang diangkat kepermukaan
sebagai ba han diskusi. Dengan kata
lain, topik konstitusi kebudayaan dan
kebudayaan konstitusi menjadi wilayah
yang belum terjamah dan tereksplorasi
dengan cukup komprehensif.
P a d a h a l , k e t i k a k i t a i n g i n
membumikan konstitusi secara holistik
maka kita tidak bisa lepas dari pemahaman
dan penghayatan terhadap nilai-nilai yang Judul buku :
hidup dan berkembang di masyarakat
menemukan aspek-apsek filosofis dari KONSTITUSI KEBUDAYAAN DAN KEBUDAYAAN
(da la m ha l ini kebudayaa n) denga n
konstit usi it u s endiri (s ebagai da sar sebuah tindakan, kebiasaan, atau bahkan KONSTITUSI
aturan tertentu yang dipraktikan dalam Penulis : Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH
hukum dalam kehidupan berbangsa dan
Penerbit : Intrans Publishing
bernegara). Faktanya, beberapa negara di suatu komunitas. Cetakan : Juni, 2017
dunia, khususnya Asia, antar lain China Dilatarbelakangi hal itulah buku ini Halaman : i-x + 216 halaman
(Tiongkok), India, dan Jepang, para hadir. Buku ini merupakan ikhtiar Prof. Jimly
ilmuan atau akademisinya masih konsisten Asshiddiqie dalam “menyempurnakan”
menjadikan tradisi budayanya sebagai kajian hukum konstitusi di Indonesia.
sumber rujukan akademik. Pelbagai buku Berangkat dari masih jarangnya literatur
yang ditulis oleh para ilmuan di tiga negara yang menguraikan tentang hubungan
tersebut, tidak melulu mer ujuk pada antara konstitusi dan kebudayaan, Jimly yang berfungsi mengintegrasikan semua
perkembangan keilmuan di barat, namun berusaha untuk membangun kesadaran arti sistem nilai kebudayaan bangsa Indonesia
juga diimbangi pula dengan mengutip pentingnya pendekatan kebudayaan dalam dalam satu sistem rujukan yang memandu
rujukan sejarah masa lalu bangsa mereka memahami konstitusi. Karena, idealnya p er kem b a nga n d a n p em b a ng u na n
sendiri. Hal ini mer upakan hal yang studi konstitusi tidak hanya terbatas pada kebudayaan Indonesia yang beraneka-
positif. Sebab, dengan hadirnya perspektif masalah-masalah hukum dan kelembagaan raga m d a la m s at u kes at ua n sis t em
kebudayaa n at au t radisi ma syara kat negara, tetapi melibatkan perspektif yang kebudayaan nasional yang berdasarkan
setempat dalam kajian-kajian ilm ia h, lebih luas dan meluas ke bidang-bidang Pancasila dan konstitusi (dalam hal ini
maka akan semakin mendekatkan antara ilmu nonhukum lainnya, khususnya dalam UUD 1945). Di samping itu, pembahasan
teori, gagasan, konsep, dengan kehidupan hal ini adalah kebudayaan. mengenai konstitusi kebudayaan dalam
sehari-hari masyarakat dimana gagasan Menurut Jimly, dalam perkataan b u k u i n i juga m em p er bi n c a ng ka n
tersebut tumbuh dan berkembang atau kon s t it u si kebud aya a n, t er ka nd u ng m engena i a sp ek-a sp ek kebud aya a n
diterapkan. Bahkan kadang juga kita akan pengertian mengenai dokumen konstitusi dalam kaitan dengan bekerjanya sistem

62 Nomor 141 • November 2018


norma yang terkandung dalam konstitusi tidak hanya dibaca secara gramatikal berguna serta disepakati secara bersama-
bernegara. Ide-ide yang tertuang dalam atau menguta k-atik tanda baca dan sa ma oleh ra k yat Indonesia s endiri.
naskah konstitusi har uslah diketahui, m enghubungka n kat a-kat a s ehingga Tentu, dalam pergumulan antar nilai asing
diakui, diterima, dimengerti, dihayati, memunculkan sebuah gagasan tertentu. dan nilai lokal, selalu ada dinamikanya
dilaksanakan, dan benar-benar terwujud Membaca atau mema k nai konstit usi sendiri, sep erti nilai-nilai barat yang
dalam sikap dan perilaku segenap warga dengan pendekatan kebudayaan adalah diterima oleh bangsa Indonesia melalui
negara dalam aneka kegiatan bernegara. melampaui itu, yakni dengan memasukkan proses penjajahan. Demikian pula nilai-
Oleh karena itu, relasi antara konstitusi dan kata-kata atau kalimat yang tertuang nilai baru yang datang dari barat yang
kebudayaan menjadi sangat fundamental dalam konstitusi pada sebuah konteks sangat deras dewasa ini, juga membawa
untuk membangun kesadaran berkonstitusi kebud aya a n s ehingga m emuncul ka n problematikanya sendiri dalam kehidupan
masyarakat di negeri ini. pemahaman yang utuh. berbangsa dan bernegara.
Ide-ide normatif dalam konstitusi Oleh karena itu, Jimly mengharapkan Pen d ek kat a, p erg u mu la n d a n
hendaklah merepresentasikan realitas para hakim berpegang pada nilai-nilai pergaulan dinamis di antara kedua sumber
budaya yang hidup dan akrab dalam budaya yang hidup dan terkandung dalam nilai, yaitu sumber lokal dan sumber
keseharian perilaku politik warganya. setiap aturan saat menerapkan hukum. asing, ditambah kemampuan adopsi kritis
Karena itu, kandungan isi konstitusi itu Ter ma suk di da la m nya p ela k sa naa n dan adaptasi kreatif anak-anak bangsa,
haruslah berasal dari rakyatnya sendiri, kewenangan untuk melakukan judicial justru membentuk kesadaran nilai-nilai
karena memang disusun dan dilembagakan review suat u p erat u ra n p er und a ng- baru sebagai nilai kebangsaan Indonesia
oleh dan untuk kepentingan rakyatnya undangan. Baik itu uji konstitusionalitas yang dinamis dan terbuka. Disitulah
sendiri pula. Inilah yang dimaksud dengan u n d a ng- u n d a ng m au p u n p eng ujia n sejatinya wadah dan lingkungan sosial
budaya kons t it u si at au kebudaya a n peraturan perundang-undangan terhadap tempat tumbuh dan b erkembangnya
konstitusi. (hlm. 38-39) undangan-undang. Intinya, memaknai kebudayaan konstitusi Indonesia yang
atau menerapkan perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Cultural Reading of The Constitution harus tetap memperhatikan kearifan dan Kebudayaan konstitusi itu sendiri tumbuh
D enga n d em i k ia n t id a k d a p at nilai-nilai kebudayaan yang menjiwai setiap dan berkembang dinamis dari waktu ke
dipungkiri bahwa membaca konstitusi, ketentuan hukum yang ada. waktu. Tingkat perkembangan kualitas
tidak hanya membaca kata per kata konstitusi juga ditentukan oleh tingkat
yang tertuang dalam naskah konstitusi, Kebudayaan Di Era Digital dan kualitas solusi konstitusional yang
akan tetapi harus pula diimbangi dengan Mungkin akan terlintas dalam benak dit awarka nnya dala m menyelesa ika n
m em a ha m i ko nt ek s nya. Meng u p a s kita, apakah pendekatan kebudayaan masalah-masalah bangsa dan negara,
konstitusi tidak cukup hanya dengan yang dimaksud adalah hanya terpaku kejelasan, dan progresifitas prinsip-prinsip
melihat dari rumusan teksnya, apalagi pada kebudayaan yang b erkembang yang dirumuskan di dalamnya, solusi-solusi
hanya dengan cara “gramatical reading”, di bangsa ini saja. Artinya kebudayaan yang disediakannya untuk implementasi
tetapi yang juga sangat penting adalah dalam arti sempit. Di mana disatu sisi dalam praktik bernegara (hlm. 52-54).
konteks filosofi dan moralitas ide yang “terkesan” bagus, karena akan semakin Tidak hanya soal kebudayaan an
terkandung di dalamnya serta konteks mengokohkan a kar p ema haman kita sich, dalam buku yang rencananya akan
kebudayaan yang hidup di luar teks- tentang konstitusi, namun di sisi lain, segera diterbitkan dalam bahasa Inggris
teks konstitusi itu, yang mana konstitusi bukankah dengan gagasan tersebut berarti oleh penerbit Konpress ini, Jimly juga
sebenarnya merupakan kenyataan hidup kita menjadi bangsa yang menutup diri dari menyentuh beberapa tema yang dianggap
masyarakat yang diaturnya dan yang juga perkembangan dunia yang semakin tidak b eririsa n denga n topik kebudayaa n,
melahirkannya menjadi naskah kesepakaan mengenal batas-batas territorial seperti konstitusi, dan peradaban, antara lain,
sosial tertinggi. dewasa ini. Apakah tepat mengusung keislaman dalam bingkai keindonesiaan,
Jika Ronald Dworkin menggunakan kebudayaan konstitusi dan konstitusi p ena ngg u la nga n gera ka n ek s t r i m,
istilah moral reading of the constitution, kebudayaan di era digital seperti saat ini. budaya melayu dan keindonesiaan, serta
maka dalam perspektif budaya konstitusi Ja nga n k hawat i r, Ji m l y t ela h pendidikan karakter dan moral. Tentu
ini, Jimly memperkenalkan istilah cultural memikirkannya dalam buku ini. Pengertian beberapa sub tema yang diangkat dalam
reading of the constitution (hlm. 67- kebudayaan konstitusi yang ditawarkan buk u ini ada la h mer upa ka n s ebua h
69). D enga n dem ik ia n, UUD 1945 dalam buku ini bersifat dinamis dan upaya dari seorang cendekiawan muslim
tidak hanya dipahami sebagai konstitusi terbuka dalam menerima pengaruh dari Indonesia dalam memproyeksikan arah
politik, konstitusi sosial, atau konstitusi mana saja, baik dari tradisi dan kearifan berbangsa dan bernegara di negara ini
ekonomi, tetapi dapat pula dipahami lokal, maupun dari tradisi yang dipinjam untuk mewujudkan masyarakat yang adil
sebagai konstitusi kebudayaan. Konstitusi dari dunia luar, asalkan bernilai baik dan dan beradab.

Nomor 141 • November 2018


63
KAMUS HUKUM

GLOBAL CONSTITUTIONALISM

P
ersamaan  di depan hukum dengan perjanjian internasional tanpa gagasan masyarakat internasional
(equality before the law) bagi persetujuan mereka. tentang negara-negara berdaulat.
setiap warga negara adalah Pada titik ini, konstitusionalisme Wiener, dkk dalam editorial buku
salah satu dasar yang kuat global (global constitutionalism) adalah Global constitutionalism: Human rights,
dalam mewujudkan tatanan sebuah gagasan yang dapat dikatakan democracy and the rule of law (2012),
demokrasi dan kehidupan internasional, sebagai umbrella concept yang menyatukan menyebutkan bahwa terdapat “tiga C”
hal ini berarti bahwa institusi atau banyak ide atau kebijakan yang berbeda dalam penerapan global constitutionalism,
organ yang memiliki kekuasaan untuk dalam skala internasional, atau dalam arti pertama, C1: Constitution, yang mana
menerapkan hukum, tidak boleh sederhananya yaitu penerapan proses konstitusi dibentuk untuk menjaga
membuat perbedaan yang tidak diakui konstitusional di tingkat global. agar proses politik tetap berdasarkan
oleh hukum. Dengan demikian, jika global norma-norma konstitusi. Kedua,
Namun demikian, kebebasan dan constitutionalism dimaknai sebagai suatu C2: Constitutionalisation, fenomena
kesetaraan negara tampaknya akan proses konstitusional pada tingkat constitutionalisation pada skala global
menghasilkan manifestasi hukum dan internasional, pertanyaan yang kemudian telah diamati di lingkungan organisasi
politik yang berbeda di tingkat nasional. muncul adalah seperti apa bentuk supranasional atau internasional, yang
Misalnya, sering kali ditemukan adanya proses yang saat ini terjadi, siapa mana hal itu mencerminkan kebutuhan
interaksi antar negara yang sering tidak yang mengoperasikan proses ini, dan untuk menempatkan peraturan yang
setara dalam menanggapi sebuah kasus. bagaimana mereka melakukannya? yang sesuai dengan konstitusi. Ketiga,
Hal itu datang dari gagasan bahwa Secara khusus, harus dicatat bahwa C3: Constitutionalism, Sebagai konsep
negara yang berdaulat pada umumnya gagasan masyarakat internasional secara baru, global constitutionalism, telah
bebas bertindak sesuai keinginannya, tradisional mensyaratkan eksistensi berevolusi dari pengamatan yang lebih
bagaimanapun, sesuai dengan hukum negara yang memiliki kepentingan akrab tentang ‘modern constitutionalism’,
internasional, misalnya, pada penerapan dan nilai yang sama, sehingga dalam ‘constitutionalism beyond the state’, ‘post
prinsip pacta tertiis nec nocent nec prosunt, hal ini penerapan dari proses global national constitutionalism’ or ‘European
bahwa suatu negara tidak dapat terikat constitutionalism didasarkan pada constitutionalism’.
M LUTFI CHAKIM

64 Nomor 141 • November 2018


DAPATKAN
DI TOKO BUKU TERDEKAT
DI KOTA ANDA

Nomor 141 • November 2018


65
Ruang Konstitusi

SENGKARUT SYARAT
CALON ANGGOTA DPD
Pan Mohamad Faiz, Ph.D.

P
Peneliti di Mahkamah Konstitusi
r o s e s p en c a l o na n (PK PU Nomor 26 Ta hun 2018) b ert a ngga l 9 Ag us t us
a nggot a D ewa n 2018. Peraturan ini mengubah ketentuan dalam pencalonan
Per wa kila n Daera h perseorangan peserta Pemilu anggota DPD sebagaimana Putusan
(DPD) dalam Pemilu MK. Sampai dengan tahapan ini, proses pencalonan anggota
2019 mengala m i p ersoala n DPD belum menemui permasalahan konstitusional.
konstitusional yang serius dari
sisi kea b s a ha n hu k um nya. Keberlakuan Surut Putusan
Hal ini dikarenakan adanya KPU mulai menjadi gamang ketika Mahkamah Agung
pertentangan makna putusan (MA) menjatuhkan Putusan Nomor 65 P/HUM/2018 bertanggal
ya ng dijat uh ka n a nt ara 25 Oktober 2018 mengenai uji materiil terhadap PKPU Nomor
Mahkamah Konstitusi dengan 26 Tahun 2018. Dalam amar putusannya, MA menyatakan
Ma h ka ma h Ag ung da n bahwa ketentuan persyaratan pencalonan anggota DPD yang
Pengadilan Tata Usaha Negara telah diubah berdasarkan Pasal 60A PKPU Nomor 26 Tahun
Jakarta. 2018 tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat dan berlaku
Awalnya pada 23 Juli umum sepanjang tidak diberlakukan surut terhadap peserta
2018, Mahkamah Konstitusi Pemilu anggota DPD yang telah mengikuti tahapan, program,
(MK) menjatuhkan Putusan Nomor 30/PUU-XVI/2018 yang dan jadwal penyelenggaran Pemilu berdasarkan PKPU Nomor
memberikan penafsiran konstitusional terhadap syarat pencalonan 7 Tahun 2017.
anggota DPD. Dalam amarnya, MK menyatakan bahwa frasa Dalam pertimbangan hukumnya, MA menyatakan Pasal
“pekerjaan lain” yang tidak boleh dirangkap oleh calon anggota 60A PKPU Nomor 26 Tahun 2018 tidak mengikuti prinsip
DPD dalam Pasal 182 huruf l UU Pemilu mencakup pula pengurus Putusan MK yang berlaku prospektif ke depan, sehingga
(fungsionaris) partai politik. Artinya, para calon anggota DPD ketentuan tersebut dinilai bertentangan dengan asas-asas
harus melepaskan bajunya terlebih dahulu sebagai pengurus partai pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik (hlm.
politik, mulai dari tingkat pusat sampai tingkatan paling rendah. 44). Pertimbangan Putusan MA ini mengandung multitafsir
Pertanyaannya, mengapa MK memperluas norma terkait makna mengenai “tidak diberlakukan surut” terhadap PKPU
p ersyaratan bagi calon anggota DPD? Putusan ini tidak Nomor 26 Tahun 2018. Benarkah PKPU tersebut memberlakukan
terlepas dari pertimbangan filosofis dan semangat konstitusional surut ketentuan mengenai persyaratan calon anggota DPD? Untuk
dibentuknya DPD sebagai representasi daerah. Pada faktanya, menjawab pertanyaan ini maka perlu dianalisis secara kronologis
sebanyak 70 dari 132 anggota DPD (53%) periode 2014-2019 terhadap tahapan pencalonan anggota DPD untuk Pemilu 2019,
telah menjadi anggota partai politik dengan sebagian di antaranya sebagaimana terlihat dalam Skema 1 sebagai berikut.
menjadi pengurus aktif di tingkat pusat. Akibatnya, telah terjadi Dengan merujuk pada kronologis dan tahapan pencalonan
perwakilan ganda (double representation) dari representasi partai anggota DPD di atas maka sebenarnya tidak ada asas-asas
politik (political representation) yang seharusnya telah terwakili pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilanggar
di dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). dalam PKPU Nomor 26 Tahun 2018. KPU justru telah tepat
Sementara itu, fungsi DPD sebagai representasi daerah menerapkan asas prospektif Putusan MK yang berlaku ke depan.
(regional representation) sesuai desain ketatanegaraan pasca Sebab, Keputusan KPU mengenai penetapan Daftar Calon
amendemen UUD 1945 menjadi semakin tereduksi. Apabila Sementara (DCS) dan Daftar Calon Tetap (DCT) keduanya secara
fungsi representasi dalam lembaga perwakilan di Indonesia tidak normatif dikeluarkan pasca dijatuhkannya Putusan MK dengan
segera dikembalikan pada koridor konstitusionalnya, maka maka didasarkan pada PKPU yang telah diubah demi menjalankan
besar kemungkinan di masa mendatang fungsi ini akan tercampur Putusan MK.
aduk yang berakibat pada tidak efektifnya peran dan fungsi Oleh karenanya, menjadi tidak tepat apabila ada yang
lembaga perwakilan dalam memperjuangkan aspirasi daerah. menyatakan bahwa KPU memberlakukan surut ketentuannya
Menindaklanjuti Putusan MK tersebut, Komisi Pemilihan dengan alasan pada saat itu telah masuk tahap pendaftaran
Umum (KPU) mengeluarkan Peraturan KPU Nomor 26 Tahun dan verifikasi administrasi syarat calon anggota DPD. Kondisi
2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Komisi Pemilihan demikian nyatanya telah pula dipertimbangkan secara khusus di
Umum Nomor 14 Tahun 2018 tentang Pencalonan Perseorangan dalam Putusan MK (hlm. 51) dengan menegaskan bahwa bakal
Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah calon anggota DPD yang kebetulan merupakan partai politik dan

66 Nomor 141 • November 2018


19 Januari 2018 12-18 Juli 2018 23 Juli 2018 9 Agustus 2018
KPU Membuka KPU memverifikasi Mahkamah Konstitusi KPU mengeluarkan
Pendaftaran Calon administrasi syarat mengeluarkan Putusan Peraturan KPU Nomor
Anggota DPD calon anggota DPD Nomor 30/PUU-XVI/2018 26 Tahun 2018

18 Agustus 2019 1 September 2018 20 September 2018 25 Oktober 2019


KPU Mengumumkan KPU mengeluarkan KPU mengeluarkan Mahkamah Agung
Verifikasi Faktual Keputusan Nomor 1071/ Keputusan KPU Nomor: mengeluarkan Putusan
PL.01.4-Kpt/06/KPU/ 1130/PL.01.4-Kpt/06/KPU/ Nomor 65P/HUM/2018
IX/2018 tentang Penetapan IX/2018 tentang Penetapan
Daftar Calon Sementara Daftar Calon Tetap

terkena dampak oleh Putusan MK, maka tetap harus diberikan Dalam kondisi seperti ini, sejatinya KPU berpegang teguh
kesempatan sebagai calon anggota DPD tersebut sepanjang pada lembaga dan putusan pengadilan yang memiliki otoritas
telah menyatakan mengundurkan diri dari kepengurusan Partai lebih tinggi dalam menafsirkan konstitusionalitas Undang-
Politik. Dengan sifat putusannya yang erga omnes, maka Putusan Undang, yaitu Mahkamah Konstitusi. Mengabaikan Putusan
MK harus dijalankan oleh seluruh pihak dan lembaga negara, MK secara sadar berarti merupakan bentuk pembangkangan
termasuk penyelenggara Pemilu dan lembaga peradilan. terhadap UUD 1945 dan UU Pemilu yang telah ditafsirkan
Dalam beberapa p erkara p engujian undang-undang, secara konstitusional oleh MK.
MK juga p er nah mengeluarkan putusan yang mengubah
persyaratan dalam Pemilu, meskipun tahapan, program, dan Pengujian Satu Atap
jadwal penyelenggaran Pemilunya telah berjalan. Kesemuanya Pertentangan putusan dalam isu Pemilu seperti ini bukanlah
itu dijalankan tanpa ada permasalahan soal keberlakuan surut kali pertama terjadi. Pada 2009, MA pernah mengeluarkan
Putusan MK. Misalnya mengenai persyaratan dan verifikasi partai Putusan Nomor 15 P/HUM/2009 bertanggal 18 Juni 2009 yang
politik sebagai peserta Pemilu dan persyaratan bagi pemilih berbeda dengan Putusan MK terkait dengan cara penghitungan
dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Seandainya pun tahap kedua untuk kursi DPR. Akibat perbedaan tersebut,
MK menunda keberlakuan putusannya, pertimbangan hukumnya sekitar 66 kursi di DPR RI dapat “mendadak” beralih hanya ke
pasti akan menyatakan secara tegas, seperti pada saat menunda partai-partai besar. Untuk mengembalikan hasil Pemilu kepada
keberlakuan Putusan MK untuk penyelenggaraan Pemilu serentak aturan sesungguhnya, para penggiat Pemilu kembali menguji UU
yang diputus pada 2014, namun pemberlakuannya baru akan Pemilu (2008) ke MK. Dalam Putusan Nomor 110-111-112-113/
dimulai pada 2019 dan seterusnya. PUU-VII/2009 bertanggal 7 Agustus 2009, MK menafsirkan
kembali cara penghitungan tahap kedua yang benar sekaligus
Qua Vadis Putusan PTUN menyatakan, “…maka dengan sendirinya semua isi peraturan
Tak lama berselang dari keluarnya Putusan MA, Pengadilan atau putusan pengadilan yang tidak sesuai dengan putusan ini
Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta juga mengeluarkan Putusan menjadi tidak berlaku karena kehilangan dasar pijakannya”
Nomor 242/G/SPPU/2018/PTUN-JKT tanggal 14 November 2018 (paragraf [3.37] hlm. 108).
yang berkontradiksi dengan Putusan MK. Masih dalam kasus Jauh sebelumnya, pada saat proses amendemen UUD
yang sama dan serupa dengan isi Putusan MA, PTUN Jakarta 1945, potensi akan adanya pertentangan putusan MK dan MA
memaknai Putusan MK dan PKPU Nomor 26 Tahun 2018 seperti ini sudah diprediksi oleh sebagian anggota MPR yang
hanya berlaku untuk proses Pemilu Anggota DPD selanjutnya, terlibat dalam proses perubahan dan Tim Ahli yang dibentuk.
yaitu setelah Pemilu 2019 (hlm. 80). Sehingga, PTUN Jakarta Mereka berpendapat agar pengujian terhadap seluruh peraturan
dalam salah satu amarnya memerintahkan KPU untuk mencabut perundang-undangan dilakukan oleh MK agar terjadi konsistensi
Keputusannya tentang Penetapan DCT Perseorangan Peserta terhadap putusan yang dikeluarkan. Adanya dualisme sistem
Pemilu Anggota DPD Tahun 2019. pengujian peraturan perundang-undangan seperti saat ini,
Putusan PTUN ini jelas bertentangan dengan Putusan MK. yaitu pengujian undang-undang terhadap UUD 1945 di MK
Sebab secara tegas dalam pertimbangan hukumnya (hlm. 51), dan pengujian peraturan di bawah UU terhadap UU di MA,
MK menyatakan, “Dengan demikian untuk selanjutnya, anggota pada akhirnya menjadi rentan terhadap terjadinya pertentangan
DPD sejak Pemilu 2019 dan Pemilu-Pemilu setelahnya yang menjadi putusan.
pengurus partai politik adalah bertentangan dengan UUD 1945” Oleh karenanya, patut untuk direnungkan kembali usulan-
(huruf tebal oleh Penulis). Sebaliknya, tidak ada satu kalimat pun usulan yang mengemuka pada proses amendemen UUD 1945
di dalam Putusan MK yang menyatakan bahwa Putusan MK tersebut, sebagaimana juga telah menjadi rekomendasi dari
terkait dengan persyaratan calon anggota DPD akan diberlakukan banyak pakar dan akademisi hukum tata negara saat ini, yaitu
setelah Pemilu 2019 atau pada Pemilu 2024. Singkatnya, PTUN untuk menyatukan sistem pengujian terhadap seluruh peraturan
Jakarta sangat tidak tepat dalam menerjemahkan Putusan MK, perundang-undangan pada satu atap lembaga peradilan yang
bahkan terkesan bertolak belakang. sama.

Nomor 141 • November 2018


67
68 Nomor 141 • November 2018
Perpustakaan
Mahkamah Konstitusi
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/simpus/

Gedung.Mahkamah Konstitusi
Lantai 8
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6
Jakarta Pusat
Telp. (021) 2352 9000

Nomor 141 • November 2018


69
70 Nomor 141 • November 2018

Anda mungkin juga menyukai