id/supremasi 139
Oleh:
Muh. Rizal S1, Bakhtiar2, Andika Wahyudi Gani3
1, 2, 3Universitas Negeri Makassar
1rizalsuyuti@unm.ac.id; 2bakhtiar@unm.ac.id; 3andikawgani@unm.ac.id
ABSTRACT: The study aims to obtain an overview of the ratio decidendi of judgments
against law enforcement of banking crimes related to licensing (Study Decision Number
222 /Pid.B/2018/PN Mks). The results of the study are as follows: (1) It is based on the
chronology of the case that banking crimes, especially those related to licensing, have a
fairly complex modus operandi. Technological advances not only have a positive impact
on the financial industry but can also have a negative impact if used by certain individuals.
Instead of getting a profit of 2% per day by investing in a trading system that relies on
robotics, losing deposited funds is actually compensation for the risk to make an instant
profit. (2) The ratio decidendi in the decision of PN Makassar in case No. 222/Pid.B/2018
includes material facts. This fact is in the form of people and corporations that raise funds
in the community by offering a trading system application program with a profit of 2%
per day. The perpetrator is proven to have collected community funds without permission
as considered by the judge in interpreting the community fund collection activities carried
out by the perpetrator can then be equated as savings intended by article 46 paragraph (1).
This was a legal discovery by the judge because the judge interpreted that although the
act of collecting funds by the perpetrator was not a collection of funds carried out by a
banking institution but could be equated with it. From this, it can be seen that banking
laws, especially article 46, still have a futuristic nature because they can still reach
criminal acts that are classified as futuristic because they involve technology in them.
4
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan.
yuridis normatif, di mana hukum pihak yang terkait dengan pokok perkara.
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis Istilah-istilah lain yang sama artinya
dalam peraturan perundang-undangan seperti rasio decidendi adalah legal
(law in books) atau hukum dikonsepkan reasoning dan the ground of reason the
sebagai kaidah atau norma decision.7
yang merupakan patokan berperilaku Pada umumnya, hakim
manusia yang dianggap merupakan organ tertinggi yang memiliki
pantas. Penelitian hukum normatif ini peran penting dalam penegakan hukum.
diadasarkan kepada bahan Menurut Bambang Waluyo, hakim
hukum primer dan sekunder, yaitu adalah organ pengadilan yang dianggap
penelitian yang mengacu memahami hukum, yang dipundaknya
kepada norma-norma yang terdapat telah diletakkan kewajiban dan tanggung
dalam peraturan perundang- jawab agar hukum dan keadilan itu
undangan. ditegakkan, baik tertulis (mengadili suatu
perkara yang diajukan dengan dalih
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa hukum tidak atau kurang jelas)
dan tidak boleh ada satu pun yang
Rasio Decidendi dalam putusan PN bertentangan dengan asas dan sendi
Makassar Nomor 222/Pid.B/2018/PN peradilan berdasarkan Tuhan Yang Maha
Mks Tahun 2018 Esa.
Hakim sebagai corong undang-
Dalam setiap putusan hakim undang yang dianggap memahami hukum
terdapat alasan yang menentukan atau tentunya berkewajiban untuk melihat
inti-inti yang menentukan dalam pemenuhan unsur-unsur terlebih dahulu
pembuatan putusan.5 Salah satu alasan yang dijeratkan kepada terdakwa apakah
menentukan pembuatan putusan dalam terpenuhi atau tidak sehingga dapat
lembaga peradilan ialah adanya Rasio menentukan seseorang tersebut
decidendi atau pertimbangan hukum yang melakukan tindak pidana. Adapun dalam
diambil oleh hakim dalam memutus suatu hal ini hakim menilai bahwa pelaku telah
perkara. Ratio decidendi Hakim dapat memenuhi unsur dari ketentuan pasal 46
diartikan sebagai pikiran hakim yang ayat (1) karena telah menghimpun dana
menentukan seorang Hakim membuat masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa
amar putusan.6 Hakim seizin bank Indonesia.
mempertimbangkan landasan filsafat Jika berbicara mengenai
yang mendasar, yang berhubungan ketentuan dalam pasal 46 ayat (1) dapat
dengan dasar peraturan perundang- dilihat bahwa untuk melakukan
undangan yang relevan dengan pokok penghimpunan dana masyarakat dalam
perkara, dan motivasi pada diri Hakim bentuk simpanan disyaratkan untuk
yang jelas untuk menegakkan hukum mendapatkan izin terlebih dahulu oleh
serta memberikan keadilan bagi para pemegang otoritas. Karena simpanan
5
Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah TerhadapPutusan MA Nomor 41 PK/PID/2009
Konstitusi, 2010, Hukum Acara Mahkamah dan Putusan MA Nomor 183 PK/Pid/2010)”,
Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Artikel Ilmiah, Fakultas Hukum, Universitas
Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, hlm. 190. Brawijaya, Malang, hlm. 9.
6
Yan Pramadya Puspa, dalam Mochammad Alfi 7
“Peranan Putusan Pengadilan Dalam Program
Muzakki, 2011, “Ratio Decidendi Hakim Ma Deradikalisasi Terorisme di Indonesia”, Vol-
Dalam Menerima Permohonan Peninjauan III/No. 02/AGUSTUS/2010, Jurnal Yudisial,
Kembali Atas Putusan Peninjauan Kembali Komisi Yudisial RI, Jakarta Pusat, hlm. 117-118.
Perkara Pemalsuan Surat (Analisis
merupakan hak milik yang masih menjadi Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank
hak penyetor simpanan meskipun Indonesia, kecuali apabila kegiatan
sementara di simpan dalam bentuk yang menghimpun dana di masyarakat
berbeda seperti giro/tabungan ataupun dimaksud diatur dengan undang-undang
lainnya.8 Dalam pasal ini pula kegiatan tersendiri.10
penghimpunan dana berbentuk simpanan Adapun dalam pasal 46 ayat (2)
harus memerhatikan pula syarat minimal menerangkan bahwa, jika kegiatan
untuk memperoleh izin sebagaimana di tersebut dilakukan oleh badan hukum
maksud dalam pasal 16 undang-undang yang berbentuk perseroan terbatas (PT),
Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 Yayasan, Perserikatan, atau Koperasi,
tentang perubahan atas undang-undang maka penuntutan dapat dilakukan
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan: kepada: (a) Pemberi perintah; (b) Atau
(1) Setiap pihak yang melakukan yang bertindak sebagai pimpinan dalam
kegiatan menghimpun dana dari perbuatan itu, atau kedua-duanya.11
masyarakat dalam bentuk simpanan wajib Berdasarkan pendapat Setiyono
terlebih dahulu memperoleh izin usaha yang menyatakan Pasal 46 ayat (2)
sebagai Bank Umum atau Bank tersebut di atas telah mengakui korporasi
Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank dapat melakukan tindak pidana
Indonesia, kecuali apabila kegiatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
menghimpun dana dari masyarakat (1) akan tetapi yang bertanggungjawab
dimaksud diatur dengan Undang-undang bukan korporasinya melainkan mereka
tersendiri. yang memberikan perintah melakukan
(2) Untuk memperoleh izin usaha perbuatan itu atau yang bertindak sebagai
Bank Umum dan Bank Perkreditan pimpinan dalam perbuatan itu atau
Rakyat sebagaimana dimaksud dalam terhadap kedua-duanya. Hal ini berarti
ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan Undang- Undang Perbankan ini masih
sekurang-kurangnya tentang: (a) Susunan mengikuti pemikiran bahwa yang dapat
organisasi dan kepengurusan; (b) melakukan tindak pidana itu hanyalah
Permodalan; (c) Kepemilikan; (d) manusia alamiah (natuurlijk persoon).12
Keahlian di bidang Perbankan; (e) Dalam kasus ini hakim membagi
Kelayakan rencana kerja. ketentuan dalam pasal 46 ayat (1)
(3) Persyaratan dan tata cara menjadi dua unsur pokok yang harus
perizinan bank sebagaimana dimaksud terpenuhi yaitu unsur “barang siapa” dan
dalam ayat (2) ditetapkan oleh Bank unsur “menghimpun dana dari
Indonesia." masyarakat dalam bentuk simpanan (giro,
Izin tersebut ditetapkan oleh Bank deposito, sertifikat deposito, tabungan
Indonesia sebagai Bank Sentral.9 Pada atau bentuk lain yang di persamakan),
prinsipnya setiap pihak yang melakukan tanpa izin usaha dai pimpinan bank
kegiatan menghimpun dana dari Indonesia.”
masyarakat dalam bentuk simpanan, Dalam pertimbangannya hakim
wajib terlebih dahulu memperoleh izin menilai bahwa unsur barang siapa telah
usaha sebagai Bank Umum atau Bank terpenuhi karena unsur barang siapa
8 11
Gunarto Suhardi, Op.Cit, hlm. 19. Chainur Arrasjid,, ibid hlm 49
9
Chainur Arrasjid, 2011, “Hukum Pidana 12
Setiyono, 2013, Teori-Teori & Alur Pikir
Perbankan”,Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 48. Penerapan Pertanggungjawaban Pidana
10
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-aspek hukum Korporasi, Cet. I. Banyumedia
perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Publishing, Malang, h. 130
Utama, Jakarta, hlm. 69.
dalam hal ini menunjuk kepada orang simpanan yang dilakukan oleh anggota
atau manusia sebagai subyek hukum yang Profitwin77 merupakan sebuah investasi
merupakan pemegang hak dan kewajiban yang dapat dipersamakan dengan
dan mampu serta cakap bertanggung karakteristik simpanan berbentuk
jawab atas perbuatannya di hadapan tabungan. Berbicara mengenai tabungan
hukum. Hal ini tentu menerangkan pula maka dapat dilihat dalam pasal 1 angka 9
bahwa pertanggung jawaban pidana oleh UU Perbankan yang secara terang
pelaku sebenarnya bukan sebagai mengatakan bahwa :
naturlijke persoon melainkan “Tabungan adalah simpanan yang
pertanggung jawaban pelaku sebagai penarikannya hanya dapat dilakukan
yang mewakili Koperasi Segitiga menurut syarat tertentu yang disepakati,
Bermuda dalam menghimpun dana tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
masyarakat dalam bentuk simpanan. bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
Adapun pertimbangan terhadap dipersamakan dengan itu”
unsur kedua yaitu menghimpun dana Pemaknaan tabungan dalam hal
masyarakat, hakim menilai bahwa pelaku ini menurut hemat penulis justru
mengelola profitwin77 sejak awal bulan memiliki sisi kelemahan karena untuk
Mei 2016 dan tidak mempunyai izin dari menentukan persamaan karakteristik
Pimpinan Bank Indonesia dan Koperasi bentuk simpanan sebagaimana yang
Segitiga Bermuda didirikan pada bulan dimaksud dalam ketentuan tersebut
Juli 2016 juga tidak mempunyai status cukup sulit karena karakteristik tabungan
Badan Hukum di mana penawaran itu sendiri berdasarkan pasal 1 angka 9
profitwin77 adalah paket tidak secara gamblang menyebutkan
simpanan/investasi (bronze, silver, gold, karakteristik suatu tabungan. Sedangkan
platinum dan titanium) dengan pengertian simpanan sendiri tertuang di
penawaran keuntungan/profit/imbal hasil dalam pasal 1 angka 5: “Simpanan adalah
sebesar 2% per hari dari nilai produk dana yang dipercayakan oleh masyarakat
simpanan/investasi yang dibeli dapat kepada bank berdasarkan perjanjian
dipersamakan dengan karakteristik penyimpanan dana dalam bentuk Giro,
tabungan karena terdapat penyerahan Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan
dana dari masyarakat dan terdapat unsur dan/atau bentuk lainnya yang
imbalan berupa uang dengan persentase dipersamakan dengan itu;”
tertentu, sehingga atas perbuatan tersebut Adanya frasa “bentuk lainnya
yang menghimpun dana dari masyarakat yang di persamakan dengan itu”
tanpa izin dari Bank Indonesia dan merupakan peluang hakim untuk
Koperasi Segitiga Bermuda yang melakukan penemuan hukum. Karena
didirikan oleh terdakwa tidak berbadan penulis menafsirkan bahwa pembentuk
hukum yang mengakibatkan banyak undang-undang membuat frasa tersebut
anggota atau nasabah profitwin77 yang agar hakim dapat leluasa menerapkan
mengalami kerugian. Dari uraian di atas pasal itu untuk menjerat pelaku tindak
hakim berpendapat bahwa pelaku juga pidana. Namun hakim harus pandai
telah memenuhi unsur kedua tersebut. menilai dan menafsirkan bahwa suatu
Yang menarik dalam kasus ini simpanan dapat di persamakan dengan
ialah terkait dengan pemenuhan unsur apa yang dimaksud dalam ketentuan
yang kedua yaitu terkait dengan bentuk pasal 46 ayat (1). Tindakan menafsirkan
ratio decendi atau pertimbangan hakim oleh hakim pada dasarnya sah untuk
dalam memutuskan bahwa unsur kedua dilakukan menurut hukum namun dalam
telah terpenuhi. Hakim memaknai bahwa kaedah dan batas-batas tertentu. Menurut
Cst. Kansil dalam bukunya pengantar yang artinya masih mampu menjawab
Ilmu Hukum,13 hukum pidana hanya perkembangan hukum khususnya di
boleh ditafsirkan menurut arti kata dalam bidang perbankan sampai saat ini.
undang-undang itu sendiri, oleh karena
itu dalam hukum pidana dikenal dengan PENUTUP
penafsiran autentik, yaitu penafsiran yang
dilakukan berdasarkan yang telah Berdasarkan hasil dari penelitian
ditentukan oleh pembentuk undang- dan pembahasan yang telah dilakukan
undang. penulis, maka dapat di simpulkan hal-hal
Selain daripada hal tersebut yang sebagai berikut: (1) Didasarkan pada
perlu diperhatikan sifat hukum pidana itu kronologi dari kasus tersebut dapat dilihat
berbeda dengan hukum perdata yang di bahwa tindak pidana perbankan
mana perbedaannya terletak pada dasar khususnya yang berkaitan dengan
keputusan hakim dalam memutus. Dalam perizinan dewasa ini memiliki modus
hukum acara perdata dikenal prinsip Operandi yang cukup kompleks.
putusan hakim itu cukup dengan Kemajuan teknologi tidak hanya
mendasarkan diri kepada kebenaran berdampak positif terhadap industri
formil saja (akta tertulis dan lain-lain), keuangan melainkan dapat pula
berbeda dengan pidana yaitu putusan berdampak negatif jika dimanfaatkan
hakim harus mencari kebenaran materiil oleh oknum tertentu. Alih-alih
(menurut keyakinan, perasaan, dan mendapatkan keuntungan 2% per harinya
perasaan keadilan hakim itu sendiri).14 dengan cara investasi dalam bentuk
Perbedaan prinsip tersebut tentu trading system yang mengandalkan
memberikan peluang untuk hakim dalam robotic, kehilangan dana yang di setor
perkara pidana untuk melakukan justru menjadi kompensasi atas risiko
penilaian terhadap setiap perkara yang untuk meraih keuntungan secara instan.
didasarkan pada keyakinan. (2) Ratio decidendi pada putusan PN
Hakim dalam hal ini meyakini Makassar dalam perkara Nomor
bahwa penghimpunan dana dalam bentuk 222/Pid.B/2018 meliputi fakta-fakta
simpanan yang dilakukan oleh materiil. Fakta tersebut berupa orang dan
Profitwin77 merupakan bentuk simpanan korporasi yang melakukan
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal penghimpunan dana di masyarakat
1 angka 5 karena adanya frasa dalam dengan cara menawarkan program
simpanan “bentuk lainnya yang di aplikasi trading system dengan
persamakan dengan itu” . keuntungan 2% per harinya. Pelaku
Dari hal tersebut dapat diketahui terbukti menghimpun dana masyarakat
bahwa penerapan hukum pasal 46 ayat (1) tanpa izin sebagaimana pertimbangan
terkait tindak pidana perbankan terkait hakim dalam menafsirkan kegiatan
dengan perizinan, tidak memiliki sifat penghimpunan dana masyarakat yang
yang rigid dan kaku karena masih dapat dilakukan oleh pelaku kemudian dapat
diperluas cakupannya dengan adanya dipersamakan sebagaimana tabungan
pemaknaan yang luas dari tabungan yang di maksud oleh pasal 46 ayat (1).
ataupun simpanan. Sehingga dari hal ini Hal tersebut merupakan
pula menerangkan bahwa undang-undang penemuan hukum oleh hakim karena
perbankan khususnya pasal 46 masih hakim menafsirkan bahwa meski
dapat diterapkan untuk konteks kekinian tindakan menghimpun dana oleh pelaku
13
Cst Kansil “Pengantar Ilmu Hukum” hlm 29. 14
Ibid, hlm 31