Anda di halaman 1dari 4

Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Tergantung


lokasi menempelnya sel telur, gejala kehamilan ektopik dapat menyerupai gejala
pada penyakit usus buntu. Apabila tidak segera ditangani, kehamilan ektopik
dapat berakibat fatal bagi ibu.
Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma. Pada proses kehamilan
normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di saluran indung telur (tuba falopi)
sebelum dilepaskan ke rahim. Selanjutnya, sel telur akan menempel di rahim dan terus
berkembang hingga masa persalinan tiba.

Sementara pada kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan, sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel di rahim.
Kehamilan ektopik sering terjadi di tuba falopi. Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi di
indung telur, leher rahim (serviks) atau rongga perut.

Penyebab Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik umumnya terjadi akibat kerusakan pada tuba falopi. Kerusakan ini
membuat tuba falopi menyempit atau tersumbat sehingga pergerakan sel telur ke rahim
terhambat.
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tuba falopi adalah:
 Endometriosis
 Penyakit radang panggul
 Gangguan keseimbangan hormon
 Kelainan bawaan lahir pada tuba falopi
 Terbentuknya jaringan parut akibat prosedur medis pada kandungan

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik dapat dialami oleh setiap wanita yang aktif secara seksual. Namun, ada
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, yaitu:

 Hamil di usia 35 tahun atau lebih


 Penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia
 Hamil di luar kandungan sebelumnya
 Riwayat operasi, seperti aborsi, sterilisasi pada wanita, dan operasi di area panggul
atau perut
 Program bayi tabung
 Penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD)
 Kebiasaan merokok

Gejala Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Tanda awal
kehamilan ektopik serupa dengan kehamilan biasa, seperti mual, payudara mengeras,
dan menstruasi terhenti.
Sedangkan pada tahap lanjut, penderita kehamilan ektopik umumnya mengalami nyeri
perut dan perdarahan dari vagina. Gejala-gejala tersebut akan terasa makin parah seiring
waktu. Terkadang, gejala nyeri perut akibat kehamilan ektopik juga hampir sama
dengan gejala usus buntu.

Kapan harus ke dokter


Segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala di atas, terutama bila Anda
mengetahui sedang hamil tetapi masih menggunakan alat kontrasepsi. Anda juga dianjurkan
untuk segera memeriksakan diri bila mengalami sejumlah keluhan berikut:

 Nyeri hebat di bagian panggul, bahu, atau leher


 Nyeri di salah satu sisi bagian bawah perut yang memburuk seiring waktu
 Perdarahan ringan hingga berat dari vagina, dengan warna darah yang bisa lebih gelap
dari darah menstruasi
 Pusing atau lemas

Diagnosis Kehamilan Ektopik


Dokter akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab, terutama terkait hari pertama haid
terakhir pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

 Tes kehamilan melalui urine dengan menggunakan test pack


 Tes kehamilan melalui darah, untuk mengukur kadar hormon human chorionic
gonadotropin (hCG)
 USG transvaginal dan perut, untuk memastikan lokasi kehamilan ektopik

Pengobatan Kehamilan Ektopik
Perlu diketahui bahwa janin pada kehamilan ektopik tidak dapat berkembang dengan normal.
Kondisi ini bisa mengancam jiwa ibu hamil dan harus segera ditangani.
Tergantung pada perkembangan kehamilan dan lokasi menempelnya sel telur, dokter dapat
menangani kehamilan ektopik dengan obat-obatan atau operasi. Berikut adalah
penjelasannya:

Obat suntik
Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal.
Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3
hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak
lagi berkembang.

Operasi laparoskopi
Kehamilan ektopik bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau
kedua tuba falopi rusak, dokter akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa
falopi tersebut.
Namun, bila memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus
diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.

Operasi laparotomi
Pada pasien kehamilan ektopik yang mengalami perdarahan berat, dokter akan melakukan
tindakan darurat berupa operasi laparotomi. Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan
besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat janin dan memperbaiki tuba falopi yang pecah.
Setelah pengobatan, dokter akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum
merencanakan kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan
mengurangi risiko kehamilan ektopik terjadi lagi.

Pemulihan Mental Pada Orang Tua Pascakehamilan Ektopik


Meskipun singkat, kehamilan bisa membangun ikatan batin yang kuat antara orang tua dan
calon anaknya. Oleh sebab itu, kehamilan yang gagal dapat menimbulkan rasa sedih yang
teramat dalam. Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan mental untuk waktu yang lama.
Oleh sebab itu, orang tua yang kehilangan bayinya akibat kehamilan ektopik dapat saling
berbagi cerita dengan saudara, teman, atau orang dengan pengalaman yang sama. Jika cara
tersebut tidak membantu, orang tua bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog atau
psikiater.
Komplikasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi. Kondisi ini berisiko
menimbulkan komplikasi berupa perdarahan berat, syok, bahkan kematian.

Pencegahan Kehamilan Ektopik
Tidak ada cara untuk mencegah kehamilan ektopik. Meski demikian, ada upaya yang bisa
dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya hamil di luar kandungan pada kehamilan
berikutnya, antara lain:

 Berhenti merokok
 Menjaga berat badan ideal
 Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual
 Menjalani pemeriksaan kesehatan kandungan secara rutin

Anda mungkin juga menyukai