Arsitektur Pengelolaan Sampah: Studi Banding
Arsitektur Pengelolaan Sampah: Studi Banding
OLEH:
I GEDE ADITYA MAHA YOGA
NIM : 20200230031
I KADEK ADI PURNAWAN
NIM: 20200230033
Gambar 1. PLTSA Merah Putih Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat
Sumber : Survei, 2023
PLTSa Merah Putih di Bantargebang adalah sebuah proyek inovatif yang berhasil
dioperasikan pada tanggal 25 Maret 2019. Proyek ini merupakan hasil kerjasama antara Badan
Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang
bertujuan untuk mengatasi masalah timbunan sampah di kota besar dengan mengubah sampah
menjadi energi listrik yang ramah lingkungan. Dengan kapasitas pengolahan sampah sebesar
100 ton per hari, PLTSa Merah Putih berhasil menghasilkan bonus listrik sebanyak 700
kilowatt hour. Proyek ini telah menjadi percontohan nasional dalam mengatasi masalah sampah
di Indonesia. PLTSa Merah Putih termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai
dengan Perpres No. 58/2017 Tentang Proyek Infrastruktur Strategis Nasional, yang bertujuan
untuk mempercepat pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis
teknologi ramah lingkungan. Teknologi insenerasi jenis reciprocating grate yang digunakan
pada PLTSa Merah Putih merupakan teknologi yang sudah banyak diaplikasikan dan
dikembangkan untuk Waste To Energy (WTE) di dunia, dan didukung dengan alat pengendali
polusi. Pembangunan Pilot Project PLTSa Merah Putih berlangsung selama satu tahun, dimulai
pada tanggal 21 Maret 2018 sampai hari peresmian pada tanggal 25 Maret 2019, dan
merupakan salah satu proyek inovatif yang berhasil direalisasikan dalam rangka memajukan
sektor energi dan lingkungan di Indonesia. ( BPPT, 2019 ).
Tabel 2. Sistem Pengelolaan Sampah PLTSA Merah Putih
TPST Tahura Ngurah Rai adalah Tempat Pengolahan Sampah terbaru yang terletak di
Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali tepatnya di Jl. TPA Suwung, Sesetan, Denpasar Selatan,
Kota Denpasar, Bali. Tempat ini didirikan untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah yang
semakin kompleks di wilayah Bali. TPST Tahura Ngurah Rai memiliki fasilitas pengolahan
sampah yang modern dan menggunakan teknologi terbaru dalam pengolahan sampah. Sampah
yang masuk ke TPST Tahura Ngurah Rai dipisahkan dan diolah menggunakan beberapa
metode, seperti pengomposan, penggunaan sistem anaerobik dan aerasi, serta pembakaran
terkontrol. Selain itu, TPST Tahura Ngurah Rai juga menerapkan sistem daur ulang sampah
untuk meminimalkan jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir.
TPST Tahura Ngurah Rai menerapkan konsep pengolahan sampah terpadu dengan
menggunakan teknologi modern, seperti mesin pencacah, mesin pengurai, dan mesin pengering
untuk mengolah sampah organik menjadi kompos atau pupuk organik. Selain itu, TPST Tahura
Ngurah Rai juga menggunakan sistem pengolahan sampah berbasis bioteknologi dengan
memanfaatkan bakteri pengurai dan hewan maggot (lalat pengurai) untuk mempercepat proses
penguraian sampah organik.
TPST Tahura Ngurah Rai juga bekerja sama dengan pihak terkait dalam mengelola
sampah di Bali, termasuk pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat.
Tujuan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pengelolaan sampah yang baik dan mengurangi dampak negatif dari sampah terhadap
lingkungan. Dengan adanya TPST Tahura Ngurah Rai, diharapkan pengelolaan sampah di
wilayah Bali dapat menjadi lebih baik dan berkelanjutan, sehingga dapat menjaga keindahan
alam Bali dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Tabel 3. Sistem Pengelolaan Organik Pada TPST Tahura Ngurah Rai Denpasar Selatan
Kesimpulan :
Pengolahan sampah dengan maggot adalah salah satu metode pengolahan sampah yang
efektif dan ramah lingkungan. Maggot (larva lalat hitam) dapat digunakan untuk menguraikan
sampah organik menjadi pupa dan serangga dewasa yang kemudian dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak atau pupuk. Pengolahan sampah menjadi listrik adalah metode
pengolahan sampah yang inovatif dan efisien. Sampah yang dikumpulkan kemudian diolah
menjadi energi listrik melalui proses pirolisis atau pengomposan.
Kedua metode pengolahan sampah tersebut memiliki manfaat yang berbeda.
Pengolahan sampah dengan maggot lebih cocok untuk daerah yang memiliki populasi hewan
ternak yang besar, sementara pengolahan sampah menjadi listrik lebih cocok untuk daerah yang
memiliki kebutuhan energi yang tinggi. Selain manfaat lingkungan, kedua metode pengolahan
sampah tersebut juga memiliki manfaat ekonomi. Pengolahan sampah dengan maggot dapat
menghasilkan pupuk dan pakan ternak yang dapat dijual, sementara pengolahan sampah
menjadi listrik dapat menghasilkan sumber pendapatan dari penjualan energi listrik yang
dihasilkan.
Namun, kedua metode pengolahan sampah tersebut juga memiliki tantangan tersendiri.
Pengolahan sampah dengan maggot memerlukan pemeliharaan yang intensif dan pengawasan
yang ketat, sementara pengolahan sampah menjadi listrik memerlukan investasi yang besar dan
teknologi yang canggih.
DAFTAR PUSTAKA
Yosafaat, M. (2021). STUDI PEMANFAATAN LIMBAH FLY ASH DAN BOTTOM ASH DI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa) MERAH PUTIH
BANTARGEBANG.