0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
0 tayangan14 halaman
Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini penting karena bidang bimbingan dan konseling berfokus pada perubahan tingkah laku klien untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan. Beberapa kajian psikologis yang relevan meliputi motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar dan kepribadian.
Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini penting karena bidang bimbingan dan konseling berfokus pada perubahan tingkah laku klien untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan. Beberapa kajian psikologis yang relevan meliputi motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar dan kepribadian.
Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini penting karena bidang bimbingan dan konseling berfokus pada perubahan tingkah laku klien untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan. Beberapa kajian psikologis yang relevan meliputi motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar dan kepribadian.
Nim : 22104244037 DEFINISI UMUM Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologi dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalahnya yang dihadapi atau ingin mencapai tujuan- tujuan yang dihendakinya. Kajian Psikologis yang perlu dikuasai
Motif dan Motivasi
Pembawaan dasar dan lingkungan Perkembangan individu Belajar, balikan dan penguatan Kepribadian 1. MOTIF DAN MOTIVASI Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku, tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarangan atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya. Para ahli umumnya sepakat akan adanya dua penggolongan motif, yaitu motif yang bersifat primer dan sekunder. Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang sejak semula telah ada pada diri setiap individu sejak terlahir di dunia. Motif sekunder tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. motif yang telah berkembang pada diri individu yang sewaktu waktu dapat diaktifkan mendorong terwujudnya suatu tingkah laku. Motif yang sedang aktif, biasa disebut motivasi, kekuatan dapat meningkatkan sampai pada taraf yang amat tinggi. Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan motifnya. kaitan antara motif dan objek tingkah laku, dikenal adanya motif yang bersifat intrinstik dan ekstrinsik. motif intrinsik dapat ditemui apabila isi atau tema pokok tingkah laku bersesuai atau berada di dalam isi atau tema pokok objek tingkah laku itu, motif ekstrinsik dapat dijumpai apabila isi atau tema pokok tingkah laku tidak bersesuaian atau berada di luar isi atau tema pokok objeknya. 2. PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Pembawaan itu diturunkan melalui sifat yang terbentuk segera setelah sel telur dari ibu bersatu dengan sel sperma dari ayah pada saat konsepsi. Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang, untuk dapat tumbuh dan berkembangnya yang dibawa sejak lahir itu, diperlukan sarana dan prasarana bisa berupa makanan, perlengkapan pendorong, kesehatan, kelengkapan belajar, dan perkembangan. Penelitian dalam bidang psikologi pada dasarnya menunjukan bahwa di antara kedua fakta pembawaan dan lingkungan yang satu tidak mendominasi yang lain ( Sutton-Smith, 1973) Penelitian Jansen (dalam Sutton-Smith, 1973) faktor yang menentukan tinggi rendahnya inteligensi seseorang adalah interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Dalam kaitan itu pada umumnya tidak dapat diketahui kondisi pembawaan yang asli yaitu pembawaan yang sama sekali belum dipengaruhi oleh lingkungan. Pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah sama, demikian juga lingkungan. keadaan pembawaan dan lingkungan seorang individu dapat diketahui melalui penerapan instrumentasi konseling baik tes maupun non tes yangdipergunakan oleh konselor prmahaman tentang faktor faktor pembawaan itu perlu mendapat perhatian utama. 3. PERKEMBANGAN INDIVIDU Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan berkembang menjadi janin, Perkembangan individu itu tidak sekali jadi, melainkan bertahap berkesinambungan. Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik ,kemampuan motorik memiliki tahap-tahap perkembangannya sendiri. McCandless menekan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan kultural dalam perkembangan individu Frued menekan dorongan seksual Erikson menekankan perkembangan psikososial (dalam Dusek, 1977). Piget mengemukakan teori tentang perkembangan kognisi Kohlberg tentang perkembangan moral (dalam Bee, 1978). Tugas perkembangan masa remaja (12-18 tahun) -Mencapai hubungan yang bary dan lebih matang dengan teman sebaya. -Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita. -Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dipergunakan secara efektif. -Mencapai kemerdekaan emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. -Mencapai keadaan dimilikinya jaminan untuk kemerdekaan ekonomi. -Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. -Menguasai seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman.
Tugas perkembangan masa dewasa awal (19-30 tahun)
-Memilih pasangan hidup. -Belajar hidup dengan pasangan dalam ikatan perkawinan. -Memulai kehidupan berkeluarga. -Memelihara dan mendidik anak. -Mengelola rumah tangga. -Mulai jalani karier tertentu. -Memikul tanggung jawab sebagai warga negara. 4. BELAJAR, BALIKAN, DAN PENGUATAN Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Topik tentang belajar menjadi materi dasar dan pokok dari pembahasan psikologi, bahkan menjadi inti dalam paparan tentang persepsi dan berpikir kemampuan dan imajinasi, berargumentasi, dan menilai sikap, ciri-ciri kepribadian, dan sistem nilai serta perkembangan dan organisasi kegiatan yang membentuk kepribadian individu ( Marx & Bunch, 1977). Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri individu. penguasaan setuatu yang baru itulah tujuan belajar, dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan. Kedua, bahwa proses belajar tidak terjadi di dlam kekosongan, melainkan dalam suatu kondisi tertentu. Kondidi yang amat penting ialah untuk terjadinya proses belajar diperlukan semacam ''prasyarat''. Prasyarat tersebut dapat berupa hasil kematangan ataupun hasil belajar yang terdahulu. Ketiga, hasil belajar yang diharapkan adalah sesuatu yang baru, baik dalam kawasan kognitif, afektif, konotatif, maupun psikomotoris/keterampilan. Keempat, kegiatan belajar sering kali memerlukan sejumlah sarana, baik berupa peralatan maupun suasana hatu dan hubungan sosio-emosional. Suasana hati dan sosio-emosional itu terkait langsung dengan presepsi dan reaksi individu yang belajar terhadap lingkungan. Kelima, hasil yang diperbolehkan dari kegiatan belajar hendaknya dapat diketahui dan diukur, baik oleh individu yang belajar maupun oleh orang lain. Keenam, upaya belajar merupakan upaya yang berkesinambungan. bahkan dikatakan bahwa kehidupan manusia sepanjang hayatnya, terutama kehidupan normal-dinamis-produktif, diprnuhi oleh upaya belajar. Berbagai model belajar telah dikembangkan oleh para ahli, antara lain model belajar yang didasarkan pada teori pembiasaan dan keterpaduan (conditioning dan connectionisme theories), teori gestalt (gestalt theories), teori perkembangan kognisi (cognitive development theories), teori proses informasi (information processing theories), proses peniruan (social learning theory). 5. kepribadian Para ahli psikologi umumnya memusatkan perhatian pada faktor- faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan serta dinamika motivasi dan perasaan (Mussen & Rosenzweiq, 1973). Mengupas tentang kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkembangannya secara menyeluruh Kenyataan eksperimental menunjukan bahwa meskipun individual adalah unik artinya yang satu berbeda dari yang lainnya, namun persamaannya juga cukup besar. Hethersall (1985) merumuskan kepribadian sebagai ''predisposisi cara mereaksi relatif stabil pada diri individu'', namun dapat dipahami bahwa kepribadian individu itu amat kompleks. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan para ahli untuk memahami jiwa dan tempat manusia di bawah sinar matahari sepanjang masa yang disebut di dalam sejarah psikologi, namun belum pernah ada upaya dalam bidang filsafat dan psikologi untuk menangani permasalahan emosional. psikologi belum merupakan disiplin ilmu untuk mempelajari dan memahami manusia daripada untuk menggulangi permasalahan manusia secara teraputik. Gerakan bimbingan, sejak awalnya muncuk dan tumbuh sebagai gerakan yang di rancang untuk membantu individu mengatasi masalah masalahnya gerakan ini secara konsisten mengembangkan pendekatan dan cara cara yang bersifat humanitarian dan teraputik. referensi buku
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita