Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Taman Kanak-kanak Islam Al-Mujahidin berdiri tahun 1992 dikarenakan

semakin berkembangnya pemukiman penduduk di Jalan Jendral Labuh Baru

Timur Kecamatan Payung Sekaki dan banyaknya anak usia dini yang tidak

sekolah. Atas pemikiran pemuka-pemuka masyarakat yang dibawah naungan

Yayasan Tunas Harapan Masjid Al-Mujahidin yang sekarang bernama Yayasan

Riau Cendekia Al-Mujahidin menyelenggarakan Taman Kanak-kanak Islam Al-

Mujahidin dengan memberikan kesempatan untuk anak umur 4-6 tahun untuk

menerima pendidikan di TK ini. Tahun pertama (1992-1993) peserta didik

berjumlah 24 orang dengan tenaga kependidikan 1 kepala sekolah dan 2 orang

guru. Selanjutnya TK ini terus berbenah dan mengembangkan diri dengan

mengikuti pelatihan dan belajar mandiri. Untuk tahun 2021-2022 peserta didik

berjumlah 46 anak (27 perempuan dan 19 laki-laki) dengan tenaga kependidikan 1

kepala sekolah dan 4 orang guru. Adapun keunggulan dari TK Islam Al-

Mujahidin yaitu anak akan diajarkan hafalan ayat pendek, hafalan doa-doa dan

hafalan hadist.

21
22

Tabel 4.1 Profil TK Islam Al-Mujahidin


Nama Sekolah TK Islam Al-Mujahidin
NPSN 69831481
NPWP 02.965.797.0-216.001
NSS 004096008024
Telepon Sekolah 085364335346
Tanggal Berdiri Sekolah 10 Juli 1993
Izin Operasional Sekolah 4954/109-1b/A8-1993
Nama Kepala Sekolah Suhariza, S.Pd. AUD
Status Swasta
Alamat Jalan Jendral No. 132
Kelurahan Labuh Baru Timur
Kecamatan Payung Sekaki
Kota Pekanbaru
Provinsi Riau

Tabel 4.2 Struktur Pengelolaan dan Guru


Jabatan Nama
Kepala Sekolah Suhariza, S.Pd. AUD
Guru Kelas B1 Darmini, S.Pd. AUD
Guru Kelas B2 Yelvita, S.Pd
Guru Kelas B3 Ami Apriyanti, S.Psi
Guru Pendamping Erniza Yulis

Tabel 4.3 Fasilitas Sekolah


Bagian Jenis Permainan
Indoor 1. APE
2. Balok-balok bangunan
3. Panggung boneka mini
4. Leggo
5. Pasir ajaib
6. Alat-alat masakan
7. Mobil-mobilan
8. Dan lain-lain
Outdoor 1. Ayunan
2. Jungkat-jungkit
3. Seluncuran
4. Dan lain-lain
23

4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Studi kasus ini membahas tentang penerapan terapi bermain puzzle terhadap

perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah di TK Islam Al-

Mujahidin dengan mengambil 2 subjek. Adapun yang menjadi subjek yaitu An. G

dan An. Z. Kedua subjek tersebut telah sesuai dengan karakteristik yang telah

ditentukan peneliti sebelumnya yaitu anak yang mengalami keterlambatan

perkembangan motorik, anak yang berumur 5-6 tahun. Pada tanggal 4 April 2022

peneliti melakukan pengambilan data ke TK Islam Al-Mujahidin serta

memberitahu tujuan dilakukannya penelitian. Tanggal 5 April 2022 peneliti

memilih anak yang akan dijadikan subjek serta menjelaskan kepada orang tua

subjek tentang tujuan penelitian. Setelah orang tua subjek setuju dan mengerti,

maka peneliti mengajukan lembar informed consent sebagai tanda persetujuan di

jadikan subjek.

4.1.3 Gambaran Umum Subjek

4.1.3.1 Subjek Pertama (An.G)

An.G merupakan anak pertama dari 2 bersaudara yang berusia 6 tahun. tinggal

di jalan sepakat Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Kota

Pekanbaru. Data yang didapatkan dari guru walikelas bahwa An.G memiliki

keterlambatan dalam perkembangan motorik halus yang ditandai dengan

menggambar lingkaran masih seperti gambar lonjong, menggambar orang 3

bagian tidak sama besar, menggambar tanda tambah seperti tanda silang,

menggambar garis tidak lurus, menirukan gambar persegi belum sesuai,


24

menggambar orang 6 bagian masih kurang lengkap dan menggambar persegi

belum terbentuk.

4.1.3.2 Subjek Kedua (An. A)

An. A merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Saat ini usianya 6 tahun.

An.A tinggal di jalan gotong royong, Kelurahan Labuh Baru Timur, Kecamatan

Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Dari data yang diberikan oleh guru bahwa An. A

memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Ditandai dengan

menggambar lingkaran masih terlihat lonjong, menggambar tanda tambah seperti

tanda silang, menggambar orang 3 bagian tidak sama besar ,menirukan persegi

seperti persegi panjang, menggambar garis belum lurus, meggambar orang 6

bagian belum lengkap serta menggambar persegi tidak berbentuk persegi.

4.1.4 Pemaparan Fokus Studi

4.1.4.1 Hasil Observasi Awal Kemampuan Motorik Halus Subjek

Dalam studi kasus ini, observasi awal yang dilakukan berfokus pada

kemampuan motorik halus subjek yang dilihat menggunakan lembar observasi.

Berdasarkan hasil observasi awal, didapatkan bahwa tingkat kemampuan motorik

halus kedua subjek dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Observasi Awal Kedua Subyek

No. Motorik Halus Subyek I Subyek II


1. Menirukan gambar lingkaran (O) BB BB
2. Menggambar orang 3 bagian BB BB
3. Menggambar tanda tambah (+) BB BB
4. Memilih garis yang lebih panjang BB BB
5. Menirukan gambar persegi BB BB
6. Menggambar orang 6 bagian BB BB
7. Menggambar persegi BB BB
BB : Belum Berkembang, MB : Mulai Berkembang, BSH : Berkembang Sesuai Harapan,
BSB : Berkembang Sangat Baik
25

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa secara keseluruhan kemampuan

motorik halus kedua subjek belum berkembang. Setelah melakukan observasi

awal, dilakukan terapi bermain puzzle. Terapi ini dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus pada subjek. Kegiatan ini dilakukan selama 6 hari

dengan waktu 15 menit. Setelah dilakukan terapi bermain puzzle dilakukan

evaluasi setiap hari selama 6 hari untuk mengetahui peningkatan perkembangan

motorik halus.

4.1.4.2 Hasil Evaluasi Kemampuan Motorik Halus Subjek Setelah Dilakukan

Terapi Bermain Puzzle

Berdasarkan hasil observasi, diketahui sesudah dilakukan terapi bermain

puzzle, maka kemampuan motorik halus subjek mengalami peningkatan dari

sebelum dilakukan terapi bermain.

1. Hari Pertama (Rabu, 6 April 2022)

a. Subjek I (An.G)

Setelah peneliti meminta persetujuan dari orang tua subjek, peneliti

mengobservasi motorik halusnya, lalu peneliti memberikan terapi bermain

puzzle selama 15 menit. Pada hari pertama ini, subjek memilih puzzle

dengan gambar jerapah. Setelah subjek bermain puzzle 15 menit, peneliti

mengobservasi kembali motorik halus menggunakan lembar observasi,

didapatkan hasil motorik halus subjek masih sama seperti sebelumnya,

yaitu gambar lingkaran, persegi, tanda tambah serta menggambar garis

panjang dan pendek belum lurus.


26

b. Subjek II (An.A)

Sama halnya dengan subjek I, setelah mendapatkan persetujuan orang

tua, peneliti lalu mengobservasi motorik halus subjek. Setelah itu peneliti

memberikan terapi bermain puzzle selama 15 menit. Subjek memilih

puzzle dengan gambar jerapah. Setelah 15 menit, subjek diobservasi

kembali motorik halusnya dan didapatkan hasil gambar lingkaran dan

persegi masi sama seperti sebelumnya, tanda tambah masih berbentuk

tanda silang.

2. Hari ke Dua (Kamis, 7 April 2022)

a. Subjek I (An.G)

Subjek memilih puzzle dengan gambar sapi. Setelah diberi terapi

bermain puzzle selama 15 menit, subjek diobservasi menggunakan lembar

obervasi. Hasil observasi yang didapatkan adalah motorik halus subjek

masi sama seperti di hari pertama. Belum ada perubahan yang terlihat pada

subjek.

b. Subjek II (An.A)

Subjek memilih puzzle dengan gambar sapi di hari kedua. Setelah 15

menit bermain, subjek diobservasi dan didapatkan hasil bahwa motorik

halus subjek masih belum berkembang. Gambar lingkaran sudah mulai

berkembang dan persegi masih sama seperti hari pertama, tanda tambah

belum sama panjang.


27

3. Hari ke Tiga (Senin, 11 April 2022)

a. Subjek I (An.G)

Dihari ke tiga ini gambar puzzle yang dipilih subjek yaitu kura-kura.

Permainan puzzle dilakukan selama 15 menit dan subjek diobservasi

motorik halusnya. Dari observasi didapatkan data bahwa subjek masih

belum berkembang. Pada lembar observasi subjek menggambar lingkaran

dan persegi belum sempurna seperti sebelumnya, menulis garis panjang

dan pendek pun masih belum lurus serta tanda tambah masih seperti tanda

silang serta menggambar bagian kepala masih ada yang belum terhubung.

b. Subjek II (An.A)

Subjek memilih gambar kura-kura untuk bermain puzzle di hari ketiga.

Setelah 15 menit, subjek diobservasi motorik halusnya menggunakan

lembar observasi. Terlihat bahwa mulai berkembang motorik halusnya

yang ditandai dengan menggambar lingkaran dan persegi mulai sempurna

serta penulisan tanda tambah yang tidak seperti tanda silang lagi, garis

panjang dan pendek sudah mulai berkembang serta pada bagian

menggambar kepala masih ada yang besar sebelah dan tidak sama panjang.

4. Hari ke Empat (Selasa, 12 April 2022)

a. Subjek I (An.G)

Pada hari ke empat, subjek menyusun puzzle dengan gambar kupu-kupu.

Subjek bermain puzzle selama 15 menit dengan membongkar dan

memasang kembali puzzle yang telah mereka susun sama seperti hari

sebelumnya. Setelah di observasi didapatkan data yaitu subjek

menggambar lingkaran masih sama seperti sebelumnya dan persegi sudah


28

mulai terbentuk. Tanda tambah sudah tidak seperti tanda silang lagi dan

garis panjang dan pendek sudah mulai lurus. Menggambar bagian kepala

masih kurang baik.

b. Subjek II (An.A)

Subjek memilih gambar puzzle yaitu kupu-kupu. Setelah 15 menit

bermain, subjek diobservasi dan didapatkan hasil yaitu gambar lingkaran

dan persegi sudah mulai bagus, tanda tambah pun sudah sama besar

panjangnya tetapi garis panjang dan pendek masih belum lurus.

Menggambar bagian kepala sudah cukup baik tetapi masih ada bagian

yang tidak sama besar.

5. Hari ke Lima (Rabu, 13 April 2022)

a. Subjek I (An.G)

Di hari ke lima, subjek menyusun puzzle dengan gambar panda. Setelah

diberikan terapi bermain puzzle lalu di observasi dan didapatkan bahwa

subjek sudah mulai berkembang menggambar lingkaran, persegi maupun

tanda tambah serta garis panjang dan pendek pun sudah mulai lebih baik

dari sebelumnya. Menggambar bagian kepala sudah cukup baik.

b. Subjek II (An.A)

An.A memilih gambar panda di hari ke lima penelitian. Pada hari ke

lima ini, motorik halus subjek diobservasi lagi setelah 15 menit bermain

puzzle. Adapun hasil yang didapat yaitu motorik halus berkembang sangat

cepat, gambar lingkaran dan persegi sudah cukup baik dan tanda tambah

juga lebih terlihat baik dari sebelumnya serta menggambar bagian kepala

cukup baik.
29

6. Hari ke Enam (Kamis, 14 April 2022)

a. Subjek I (An.G)

Pada hari terakhir penelitian, subjek menyusun puzzle dengan gambar

singa. Setelah diberi terapi selama 15 menit lalu subjek di observasi

perkembangan motorik halusnya. Maka didapatlah hasil observasi yaitu

subjek menggambar lingkaran sudah cukup bagus begitu pula dengan

gambar persegi. Tanda tambah sudah sejajar dan sudah sama panjang.

Gambar garis panjang dan pendek pun sudah tidak bengkok lagi.

Menggambar bagian tubuh orang juga sudah baik.

b. Subjek II (An.A)

Di hari terakhir, subjek menyusun puzzle dengan gambar singa. Setelah

diberikan terapi bermain selama 15 menit subjek di observasi

perkembangan motorik halusnya. Didapatkan bahwa subjek menggambar

lingkaran dan persegi sudah sangat rapi. Tanda tambah juga sudah

semakin baik. Gambar garis panjang dan pendek juga sudah rapi dan bagus.

Gambar orang 6 bagian sudah baik dan berbentuk jelas.


30

Hasil dari penelitian ini terhadap kedua subjek bila ditabulasi dapat dilihat

pada Tabel 4.5 dan 4.6

Tabel 4.5 Perkembangan Motorik Halus Subjek I Setelah Diberikan Terapi


Bermain Puzzle

No. Motorik halus Hari Hari Hari Hari Hari Hari


1 2 3 4 5 6
1. menirukan BB BB BB BB MB BSH
gambar
lingkaran (O)
2. Menggambar BB BB BB BB MB BSH
orang 3 bagian
3. menggambar BB BB BB MB BSH BSB
tanda tambah
(+)
4. Memilih garis BB BB MB MB BSH BSH
yang lebih
panjang
5. Menirukan BB BB BB MB MB BSB
gambar persegi
6. Menggambar BB BB BB MB MB BSH
orang 6 bagian
7. menggambar BB BB BB MB MB BSB
persegi
BB : Belum Berkembang, MB : Mulai Berkembang, BSH : Berkembang Sesuai Harapan,
BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan

motorik halus subjek. Hasil penelitian pada subjek I diperoleh bahwa

perkembangan motorik halus meningkat setelah dilakukan terapi bermain puzzle.

Setelah dilakukan penelitian selama 6 hari, pada hari ke empat terlihat bahwa

motorik halus subjek mulai berkembang, pada hari ke lima dan ke enam motorik

halus subjek sudah cukup baik dari sebelumnya.


31

Tabel 4.6 Perkembangan Motorik Halus Subjek II Setelah Diberikan Terapi


Bermain Puzzle

No. Motorik halus Hari Hari Hari Hari Hari Hari


1 2 3 4 5 6
1. menirukan BB MB MB MB BSH BSB
gambar
lingkaran (O)
2. Menggambar BB BB MB MB BSH BSH
orang 3 bagian
3. menggambar BB BB MB MB BSH BSB
tanda tambah
(+)
4. Memilih garis BB BB MB MB BSH BSH
yang lebih
panjang
5. Menirukan BB BB MB BSH BSH BSB
gambar persegi
6. Menggambar BB BB MB MB BSH BSH
orang 6 bagian
7. menggambar BB BB MB BSH BSH BSB
persegi
BB : Belum Berkembang, MB : Mulai Berkembang, BSH : Berkembang Sesuai Harapan,
BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa setelah diberikan terapi bermain puzzle

pada subjek II, perkembangan motorik halus sudah mulai terlihat di hari ketiga. Di

hari ke empat, ke lima dan ke enam perkembangan motorik halus subjek semakin

baik. Hal ini mungkin dikarenakan keseriusan dan kesabaran subjek dalam

menyusun puzzle.
32

4.2 Pembahasan
Pada studi kasus ini, Setelah dilakukan terapi bermain puzzle selama 6 hari

didapatkan bahwa perkembangan motorik halus kedua subjek mengalami

peningkatan. Menurut Dewi (2019), hal ini disebabkan karena puzzle memiliki

beberapa kelebihan. Pertama, Permainan puzzle dapat merangsang

perkembangaan motorik halus. Dengan bermain puzzle tanpa disadari

perkembangan motorik halus anak akan terlatih dan dapat berkembang dengan

sendirinya. Kedua, Permainan puzzle dapat meningkatkan kemampuan dalam

berfikir. Saat bermain puzzle, anak akan fokus untuk menyatukan potongan-

potongan gambar menjadi satu, dengan begitu akan membuat anak menjadi

konsentrasi dan mampu mengembangkan kemampuan dalam berfikirnya. Ketiga,

Permainan puzzle dapat meningkatkan serta melatih koordinasi tangan dan mata.

Pada permainan puzzle anak diminta untuk menyusun potongan kepingan gambar,

dengan begitu anak dapat melatih penggunaan tangan dan mata dalam

mencocokkan kepingan tersebut.

Dari hasil penelitian didapat bahwa, Pada subjek I secara keseluruhan

mengalami peningkatan perkembangan motorik halus pada hari ke-4 sedangkan

pada subjek II peningkatan perkembangan motorik halus sudah terlihat di hari ke-

3. Hal ini mungkin disebabkan subjek I kurang percaya diri dalam menyusun

puzzle. Subjek I juga kurang beradaptasi dengan teman-temannya. Terlihat bahwa

subjek I merupakan anak yang pendiam dan juga pemalu. Peneliti berpendapat

bahwa salah satu faktor penyebab keterlambatan perkembangan motorik halus

anak dikarenakan kurangnya faktor dukungan dari lingkungan.


33

Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Yuli Astuti (2016), didapatkan bahwa

puzzle adalah salah satu permainan yang harus dimainkan anak untuk membantu

tumbuh kembang anak sejak dini. Permainan puzzle ini juga dapat membantu

merangsang perkembangan otak. Menurut Ida Munfarijah (2016), puzzle juga

dapat melatih anak untuk bersabar dan melatih ketekunan anak, serta dapat

meningkatkan koordinasi dalam penggunaan mata dan tangan, meningkatkan

motorik halus dan juga dapat anak dalam berfikir. Oleh sebab itu permainan

sangat penting untuk anak, apalagi anak dengan usia prasekolah. Karena dengan

bermain anak dapat sekaligus belajar, berkomunikasi, berdiskusi dan juga dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Hana (2019), ada 3 faktor yang menyebabkan motorik halus anak

dapat terhambat yaitu, faktor usia anak, faktor pendidikan orang tua dan faktor

pekerjaan orang tuanya. Usia anak prasekolah memiliki proses perkembangan

yang sama tetapi yang berbeda adalah kecepatan anak dalam mencapai tahapan

perkembangan. Maka dari itu, anak usia prasekolah sebaiknya diajak untuk

bermain serta berdiskusi untuk melatih motorik halusnya. Tingkat pendidikan

orang tua juga mempengaruhi perkembangan anak, jika orang tua memiliki

pendidikan yang tinggi maka pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang

anak juga lebih banyak. Tak hanya itu, jika kedua orang tua anak bekerja waktu

untuk bersama anak sangat terbatas sehingga anak kurang mendapatkan perhatian

serta kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya. Jika ibu anak tidak

bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga anak akan lebih diperhatikan dan

akan lebih banyak memiliki waktu luang untuk bermain dan bercerita yang dapat

memberikan stimulus untuk perkembangan motorik halus anak.


34

Dari hasil penelitian terhadap subjek I dan II peneliti berpendapat bahwa

keterlambatan kemampuan motorik halus disebabkan karena faktor lingkungan

keluarga yang tidak mendukung. Hal ini dikarenakan pendidikan orang tua pada

subjek I rendah. Rendahnya pendidikan orang tua menyebabkan kurangnya

pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak. Sedangkan pada subjek II

dikarenakan faktor pekerjaan orang tua. Jika kedua orang tua bekerja, anak jarang

mendapatkan perhatian yang lebih, tidak dapat bermain bersama dan tidak dapat

saling berbagi cerita. Hal ini mengakibatkan anak kurang mendapat stimulus

terhadap perkembangannya.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniati (2018) tentang

puzzle mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia prasekolah yang

menyatakan ada pengaruh bahwa puzzle dapat meningkatkan perkembangan

motorik halus anak usia prasekolah. Menurut Yuniati, ketika anak bermain puzzle

yang dimainkan dengan cara bongkar pasang dapat melatih anak untuk

berkonsentrasi serta anak dapat belajar mengenai bentuk, warna dan ukuran

dimana hal tersebut dapat mengembangkan motorik halus anak yang melibatkan

pergerakan mata dan tangan.

Hasil pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ananda (2019) tentang pengaruh terapi bermain puzzle terhadap perkembangan

motorik halus pada anak pra sekolah. Hal ini disebabkan karena permainan puzzle

yang menggunakan gerak mata dan tangan dapat terkoordinasi dengan baik dan

tanpa disadari kemampuan motorik halus dapat terlatih dengan sendirinya.

Banyak manfaat ketika anak bermain puzzle yaitu dapat melatih anak dalam
35

mengenal bentuk, persamaan warna dan belajar menyusun potongan-potongan

dari bagian-bagian kecil.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bersifat subjektif berdasarkan hasil observasi peneliti dan

dilakukan selama 6 hari, sehingga kemampuan motorik halus belum berkembang

dengan maksimal. Kurangnya dukungan dari orang tua di rumah dikarenakan

tidak terdapat permainan puzzle saat di rumah.

Anda mungkin juga menyukai