Anda di halaman 1dari 2

Akal Bulus Elagabalus

Sayf Muhammad Isa

Periode kemunduran Kekaisaran Romawi, dalam sejarah Islam, termasuk kepada masa
fatrah. Masa fatrah ini adalah masa ketika tidak ada syariat langit yang turun ke bumi. Periode
ini terjadi sejak wafatnya Nabi Isa ‘alaihissalam hingga diutusnya Rasulullah Muhammad
Shalallahu’alaihi wasallam. Pada periode inilah umat manusia hidup dalam kesesatan yang
berlipat ganda. Kalaupun ada manusia yang saleh, mereka hanya mengikuti syariat Rasul
terdahulu, yakni Nabi Isa dan Nabi Musa. Yuk kita selami gimana sesatnya seorang kaisar
Romawi yang hidup masa ini, namanya Elagabalus.
Kekaisaran Romawi nggak pernah sepi dari perebutan kekuasaan, pembunuhan politik,
kelicikan, dan perilaku-perilakuk kotor. Kayaknya emang di sanalah sarang dari segala
kemaksiatan. Pada sekitar tahun 200 Masehi, Romawi dipimpin oleh seorang kaisar yang
bernama Macrinus. Kaisar Macrinus sebenarnya seorang politisi yang kuat. Para sejarawan
memasukkan Macrinus ke dalam kategori ‘Kaisar Barak’, karena Macrinus lebih sering berada di
medan perang daripada berada di Roma sebagai ibukota negara. Parahnya, orang-orang yang
ditugaskan untuk menggantikan Macrinus di ibukota nggak becus saat melaksanakan tugas-
tugasnya. Karenanya rakyat dan para bangsawan menjadi resah dan gelisah.
Di medan perang, Macrinus dan pasukannya harus menghadapi keganasan orang-orang
Parthia. Parahnya, Romawi kalah, dan ini bikin malu. Di ibukota, keadaan pun memanas. Sebuah
badai yang ganas melanda Roma. Hujan dan angin silih berganti dan petir menyambar-nyambar
mengerikan. Petir itu menyebabkan kebakaran di beberapa tempat, hingga Roma harus
menghadapi bencana dari air dan api secara hampir bersamaan. Setelah semuanya mereda, rakyat
menyalahkan Macrinus atas semua bencana itu. Mereka muak!
Di sisi lain, Julia Domna, seorang wanita tua yang telah menjadi ibu suri selama periode
dua kaisar sebelumnya, tetap memendam dendam kepada Macrinus. Sebenarnya Macrinus
mengusir dan mengasingkan Julia Domna dari Roma, tetapi karena sakit parah, dia mengabaikan
keputusan Macrinus dan tetap berada di Roma. Dalam sakit yang parah itu (diduga kanker
payudara) Julia Domna tetap memikirkan berbagai konspirasi untuk menjatuhkan Macrinus dan
mengembalikan kekuasaan kepada garis keluarganya.
Julia Domna memiliki seorang adik perempuan yang bernama Julia Maesa. Dia memiliki
dua orang anak perempuan: Julia Soaemias dan Julia Mamea. Julia Soaemias punya seorang
anak laki-laki yang bernama Varius Avittus Bassianus. Bassianus inilah yang dipersiapkan untuk
menduduki jabatan kaisar oleh para Julia. Mereka semua (kecuali Julia Domna) mudik ke negeri
asal mereka di Emesa. Di sana, mereka menghimpun kekuatan untuk mendongkel Macrinus,
dibantu oleh penasihat mereka, Gannys si Orang Kasim, yang juga guru bagi Bassianus.
Emesa (sekarang Homs di Suriah) menjadi tempat bertolaknya para Julia dan Bassianus.
Ayah dari para Julia ini adalah seorang pendeta besar sebuah pemujaan berhala di Suriah dan
memiliki pengaruh besar. Di sebuah kuil penyembahan berhala itulah Bassianus diberkati
kemudian namanya diganti menjadi ‘Elagabalus’, seperti nama berhala yang mereka sembah. Di
saat pengaruh Macrinus semakin melemah, Elagabalus mempersiapkan kekuatan.
Pada tanggal 18 Mei 218 Masehi, Legiun Galia Ketiga memproklamirkan Elagabalus
sebagai kaisar Romawi di sebuah tempat Raphana, sebuah tempat di utara Yordania modern.
Macrinus mengirimkan pasukan untuk memberantas pemberontakan ini, tetapi pasukan yang
dikirimnya malah memihak kepada Elagabalus. Perang pun terjadi dan Macrinus yang telah lema
berhasil dikalahkan. Walaupun sudah kabur dengan menyamar sebagai rakyat jelata, Macrinus
akhirnya ketangkep juga di Cappadocia dan akhirnya dihukum mati. Naiklah Elagabalus menjadi
Kaisar Romawi.
Awalnya Elagabalus diterima dengan tangan terbuka sebagai Kaisar Romawi, tetapi hal itu
tidaklah lama. Namanya saja sudah membawa keanehan, karena nama itu bukanlah nama orang
Romawi. Ritual penyembahan berhalanya pun sangat berbeda dengan ritual orang Romawi.
Lebih dari itu, kegilaan dan akal bulus Elagabalus bikin geleng-geleng kepala.
Elagabalus benar-benar tergila-gila dengan kemewahan, sampai pada taraf sangat parah,
kayak orang udik. Dia mengharuskan selasar-selasar dan aula-aula di istananya selalu
bertaburkan bunga-bunga. Dia juga mengharuskan langit-langit ruang makan didesain khusus
sehingga ketika dia dan tamu-tamunya hendak makan, helai-helai bunga berguguran di sekitar
mereka. Gara-gara semua ini, ada beberapa kekasih Elagabalus yang tewas gara-gara tercekik
helai-helai bunga yang teralu tebal (kok bisa ya?).
Pada sebuah musim panas, ketika Elagabalus sedang menginap di sebuah vilanya yang
mewah, dia kepengen di vilanya itu dibuatkan sebuah gunung salju (yang nggak-nggak aja).
Maka para pelayan dan prajurit pun dikerahkan untuk mengambil bongkahan-bongkahan es di
pegunungan dan mengangkutnya jauh-jauh ke vila.
Elagabalus nggak pernah memakai baju, sepatu, dan perhiasan, lebih dari sekali. Tempat
dia buang air kecil saja dibuat dari emas dan batu akik. Dia ogah duduk di sofa, kecuali joknya
ditaburkan daun-daun yang terbuat dari emas, dan bantal-bantalnya diisi dengan bulu kelinci dan
bulu ayam hutan. Dia cuman mau makan lidah burung merak, atau jengger ayam jantan muda.
Dia juga sangat doyan isi perut ikan air tawar, tumit unta, kepala burung beo tropis, dan otak
flaminggo. Kalo lagi ada di daerah pegunungan, pasti dia maunya makan seafood. Tapi kalau
lagi ada di pantai, dia paling ogah makan seafood. Selera kulinernya sampai pada taraf nyusahin
orang!
Becandanya juga jelek. Elagabalus pernah perintahkan untuk melepas ular-ular di tengah-
tengah kerumunan rakyat yang sedang menonton pertunjukan. Otomatis banyak korban
berjatuhan. Ada yang dipatuk ular dan terinjak-injak karena kepanikan. Dia juga pernah
membuat tamunya yang mabuk dan tidak sadarkan diri dikunci dalam sebuah kandang beruang.
Otomatis begitu orang ini sadar yang terjadi adalah kepanikan. Parah banget emang!
Lebih parah lagi, Elagabalus ternyata seorang waria. Dia punya seorang kekasih pria yang
bernama Hierocles, seorang penunggang kereta kuda dari Caria, yang super tampan, dan dia rela
berdandan seperti seorang perempuan untuk Hierocles. Dia bahkan berkata, “Aku gembira
menjadi kekasih Hierocles, menjadi istri dan ratu baginya.” Dia bermesraan dengan Hierocles
dengan amat mencolok di depan umum, hingga orang-orang muak melihatnya. Seringkali dia
bersembunyi di balik tiang-tiang istana dengan dandanan perempuan dan tiba-tiba nongol sambil
dengan menggoda persis waria di pengkolan. Elagabalus, situ sehat?!
Karena berbagai tindakan tak waras itulah para prajurit pengawal kaisar, Brigade
Praetorian, kemudian memburunya di istananya sendiri. Ketika penyerbuan itu terjadi,
Elagabalus bersembunyi di sebuah peti dan berharap para pendukungnya menyembunyikannya.
Tetapi harapan itu hanyalah harapan kosong belaka. Dia segera diseret keluar istana dan dihabisi
oleh pengawalnya sendiri. Kepalanya dipenggal dan tubuhnya diseret di jalan-jalan. Begitulah
akhir para pelaku kemaksiatan. Na’uzhubillah! []

Anda mungkin juga menyukai